Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
1. Sejarah Bahasa Indonesia
a)    Sebelum kemerdekaan

Bahasa Indonesia atau berakar dari bahasa melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu, yang sudah dipakai berabad-abad sebagai bahasa pergaulan
(lingua franca), bukan saja di Kepelauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh
wilayah Asia Tenggara. Berbagai fakta sejarah menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah
digunakan secara meluas sejak dahulu. Misalnya, prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa
Melayu dengan huruf Pallawa berasal dari abad ke-7. Masuknya Islam ke Indonesia sekitar
abad ke-13 atau sebelumnya membawa pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu.
Huruf Arab mulai digunakan untuk menulis bahasa Melayu.
Berdasarkan bukti sejarah bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan
Majapahit di Jawa, bahasa Melayu sudah berfungsi sebagai :
1. Bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan
sastra;
2.        Bahasa perhubungan antarsuku di indonesia;

3.         Bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada di indonesia
maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar indonesia;
4.         Bahasa resmi kerajaan, baik pada masa pemerintahan sriwijaya maupun pada masa
pemerintahan majapahit.

Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai sebagai bahasa
perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda tidak mau menyebarkan pemakaian bahasa
Belanda pada penduduk pribumi. Dengan demikian, komunikasi di antara pemerintah dan
penduduk Indonesia dan di antara penduduk Indonesia yang berbeda bahasanya sebagian
besar dilakukan dengan bahasa Melayu. Selama masa penjajahan Belanda, terbit banyak surat
kabar yang ditulis dengan bahasa Melayu.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928
melalui ikrar Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia menerima bahasa Melayu sebagai bahsa
nasional bangsa Indonesia dengan nama bahasa Indonesia. Butir ketiga dari ikrar Sumpah
Pemuda merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang mengindikasikan bahwa bangsa

1|Page
Indonesia, “menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia”. Sejak itulah bahasa
Indonesia secara perlahan tumbuh dan berkembang terus. Sejak zaman prakemerdekaan
hingga saat ini perkembangannya menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa Indonesia
telah menjelma menjadi bahasa modern

b)      Sesudah Kemerdekaan

Sehari sesudah proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus ditetapkan


Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya terdapat pasal 36, yang menyatakan bahwa, “
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, di samping kedudukan sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa Negara. Sebagai bahasa
Negara, bahasa Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan
dan negara.
Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, setiap
tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia semakin bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa Negara semakin kuat. Perhatian terhadap bahasa
Indonesia baik dari pemerintah maupun masyarakat sangat besar. Pemerintah Orde Lama dan
Orde Baru menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia, di
antaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa dan penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia. Perubahan ejaan
bahasa Indonesia dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang
disempurnakan (EYD) selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.
 Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia :
1)    Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van
Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang
menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut :
 Huruf “j” untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
 Huruf “oe” untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
 Tanda diakritik, seperti koma ain(‘) dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata
ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.
2)   Ejaan Soewandi

2|Page
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen.
Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui
sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.
   Huruf “oe” diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
 Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan kata seperti tak, pak,
maklum, rakjat.
   Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
 Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan
di- pada ditulis, dikarang.
3)      Ejaan yang disempurnakan (EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,
Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987,
tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah sebagai berikut :
 Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan :
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

3|Page
sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat
tj tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch tarich, achir kh tarikh, akhir
2)      Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi
sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir v valuta, universitas z zeni, lezat
3)      Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai
a : b = p : q Sinar-X

4)      Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan,
yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
Contoh :
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas
5)  Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2 : anak-anak,
berjalan-jalan, meloncat-loncat

II.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


a)      Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui ikrar Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :
(1) kebanggaan nasional
(2) lambang identitas nasional
(3) alat pemersatu berbagai suku bangsa
(4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

4|Page
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai social
budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bangsa Indonesia harus merasa bangga karena
adanya bahasa Indonesia yang dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda. Ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada. Atas dasar
kebanggaan inilah, bahasa Indonesia terpelihara dan berkembang serta rasa kebanggaan
memakainya senantiasa terbina.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung tinggi di
samping bendera dan lambang Negara kita. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat,
sebuah bangsa memerlukan identitas, di antaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya.
Dengan adanya sebuah bahasa yang dapat mengatasi berbagai bahasa dan suku bangsa yang
berbeda dapat mengindentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa tersebut.
Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang
lainnya sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang
budaya dan bahasa dapat terhindarkan. Kalau tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa
Indonesia yang bias menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul
masalah perpecahan bangsa, dan kita dapat bepergian keseluruh pelosok tanah air dengan
memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia
memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda itu mencapai keserasian hidup sebagai
bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan
kepada nilai-nilai social budaya serta bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan demikian,
kitas dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah (kesukuan) atau
golongan.
b)   Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa Negara pada 18 Agustus 1945
dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36. Sebagai Negara, bahasa Indonesia
berfungsi (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (3) alat
perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahan, dan (4)
alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai untuk urusan-
urusan kenegaraan. Dalam hal ini pidato-pidato resmi, dokumen dan surat-surat resmi harus
ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara kenegaraan juga dilangsungkan dengan
menggunakan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam acara-acara kenegaraan
sesuai dengan UUD 1945 mutlak dilakukan.

5|Page
Sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, bahasa Indonesia merupakan
satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam
pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, kecuali di daerah-daerah yang
menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga
pendidikan dasar.
Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan
dan pemerintahan, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbale-baik
antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah
dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama latar
belakang social budaya dan bahasanya. Kalau ada lebih dari satu bahasa yang digunakan
sebagai alat perhubungan, keefektifan pembangunan dan pemerintahan akan tergangggu
karena akan diperlukan waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia dapat
mengatasi hambatan ini.
Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa
Indonesia merupakan satu –satunya bahasa Indonesia yang memenuhi syarat untuk itu
karena bahasa Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini
dimengerti oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada saat yang sama pula bahasa
Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai social budaya nasional.

6|Page

Anda mungkin juga menyukai