Anda di halaman 1dari 16

MARIAM ULFA, M.

Pd
 Dasar pembentukannya adalah bahasa
Melayu. Mengapa bahasa Melayu
dijadikan dasar?
1. Abad VII (zaman kerajaan Sriwijaya)
bahasa Melayu digunakan sebagai
bahasa pergaulan. Buktinya adalah
ditemukan prasasti berbahasa Melayu
2. Bahasa Melayu digunakan oleh
kompeni (penjajah)
3. Bahasa Melayu bersifat terbuka dan
mudah menyesuaikan
4. Bahasa Melayu memiliki watak yang
sesuai dengan aspirasi bahasa Indonesia
yang berjuang ke arah kehidupan
masyarakat bangsa yang demokratis dan
egaliter.
5. Antara bahasa daerah satu dengan
bahasa daerah yang lain tidak terjadi
persaingan bahasa untuk menjadi dasar
pembentukan bahasa Indonesia.
6. Sumpah pemuda menjadi cikal bakal
bahasa Indonesia yang digunakan
hingga saat ini.
Kedudukan bahasa ialah status
relatif bahasa sebagai sistem
nilai budaya yang dirumuskan
atas dasar nilai sosial yang
dihubungkan dengan bahasa
yang bersangkutan
1. Sebagai bahasa nasional (bahasa
persatuan)
butir ketiga Sumpah Pemuda
“menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”. Sumpah Pemuda
tercetus pada tanggal 28 Oktober 1928
2. Sebagai bahasa negara (bahasa resmi)
tercantum dalam UUD 1945, Bab XV pasal
36 yang menyatakan bahwa “bahasa
negara adalah bahasa Indonesia”
1. Sebagai Bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
a. Lambang kebanggaan nasional
b. Lambang identitas nasional
c. Alat yang memungkinkan penyatuan
berbagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasanya
masing-masing ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia
d. Alat perhubungan antardaerah dan
antarbudaya
2. Sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
a. Bahasa resmi kenegaraan
b. Bahasa pengantar di dalam pendidikan
c. Alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional
serta kepentingan pemerintahan
d. Alat pembangunan kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan teknologi
Fungsi Bahasa ialah nilai pemakaian
bahasa yang dirumuskan sebagai tugas
pemakaian bahasa itu dalam kedudukan
yang diberikan kepadanya.
Fungsi Bahasa Indonesia adalah sebagai
alat komunikasi bangsa Indonesia,
juga bangsa lain yang menguasai
bahasa Indonesia, baik lisan maupun
tulisan.
1. Alat Ekspresi Diri : menyampaikan
pikiran, gagasan, pendapat
2. Alat Komunikasi : berinteraksi dengan
orang lain
3. Alat integrasi dan adaptasi sosial :
bahasa Indonesia selama 87 tahun
terbukti dapat mempersatukan bangsa
Indonesia yg multikultural.
4. Alat Kontrol Sosial
 Bahasa Indonesia dituturkan oleh 90 %
penduduk Indonesia, Bahasa Indonesia,
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan
penuturnya. Penutur Bahasa Indonesia kerap
kali menggunakan versi sehari-hari
(kolokial) atau mencampuradukkan dengan
dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya.
 Meskipun demikian, Bahasa Indonesia
digunakan sangat luas di perguruan-
perguruan, di media massa, sastra,
perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan
berbagai forum publik lainnya, sehingga
dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia
digunakan oleh semua warga Indonesia
Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/Indonesia
mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang
dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun
ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata
bahasa yang kemudian dikenal dengan nama
ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah
kolonial pada tahun 1901.
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i
sebagai akhiran dan karenanyaharus
disuarakan tersendiri dengan diftong
seperti mulaï dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti
dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,
pajah, sajang, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata
goeroe, itoe, oemoer, dsb.
4. Tanda diakritik, untuk menuliskan kata-
kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
2. Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret
1947 menggantikan ejaan sebelumnya.
Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan
Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata
guru, itu, umur, dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis
dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat,
dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2
seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-
an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun
1959. Karena perkembangan politik
selama tahun-tahun berikutnya,
diurungkanlah peresmian ejaan ini.
4. EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
 Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada
tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden
Republik Indonesia. Peresmian itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun
1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa
serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan
Bahasa Malaysia semakin dibakukan.
 Perubahan yang terjadi ({Bahasa Indonesia
pra 1972/ Malaysia pra 1972/ sejak 1972})
yaitu {tj/ch/c}, {dj/j/j}, {ch/kh/kh}, {nj/ny/ny},
{sj/sh/sy}, {j/y/y}, {oe*/u/u}.
 Catatan: Tahun 1947 “oe” sudah digantikan
dengan “u”.
 Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh
Indonesia, walaupun lebih banyak
digunakan di area perkotaan (seperti di
Jakarta dengan dialek Betawi serta logat
Betawi).
 Penggunaan bahasa di daerah biasanya
lebih resmi, dan seringkali terselip dialek
dan logat di daerah bahasa Indonesia itu
dituturkan. Untuk berkomunikasi dengan
sesama orang sedaerah kadang bahasa
daerahlah yang digunakan sebagai
pengganti untuk bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai