Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BAHASA INDONESIA

RINGKASAN MATERI BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Angelina A.Sare S.Pd.,M.Hum

OLEH :

NAMA : ITHO BRAM MARO

NIM : 2023716206

SEMESTER : I (SATU)

KELAS : TPJJ-B

PROGRAM STUDI : TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN


JEMBATAN

JURUSAN : TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI KUPANG


2021
PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN
1
Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia
1. Sejarah Bahasa Indonesia
2. Fungsi dan Kedudukan Bahasa

Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia

1. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda
dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan
nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan
tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada
tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18
Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional setelah Proklamasi


Kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945. Ketetapannya dituangkan dalam Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 36, yang menyatakan bahwa "Bahasa Negara ialah
Bahasa Indonesia". Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), bahasa Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928. Pada saat itu para
pemuda di pelosok Nusantara sedang berkumpul dalam rapat pemuda. Dalam rapat
tersebut menghasilkan tiga ikrar yang diberi nama Sumpah Pemuda.Tiga ikrar tersebut,
yakni bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar yang ketiga merupakan
tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada
waktu itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa ini tumbuh dan berkembang dari
bahasa Melayu yang jaman dulu sudah dipakai sebagai bahasa perhubungan dan
perdagangan. Tidak hanya ke Kepulauan Nusantara tapi hampir di seluruh Asia
Tenggara. Di Asia Tenggara, bahasa melayu sudah dipakai sejak abad ke-7. Kerajaan-
kerajaan di Indonesia juga memakai bahasa melayu. Tidak hanya Kerajaan Majapahit,
tapi juga kerajaan Sriwijaya. Perkembangan Bahasa melayu mengalami perkembangan
dan pertumbuhan yang pesat. Bahasa Melayau menyebar ke pelosok Nusantara
bersamaan dengan menyebarnya agama Islam. Ini mudah diterima masyarakat dan
dijadikan sebagai bahasa perhubungan antarpulai, antarsuku, atau antarpedagang. Lama
kelamaan, bahasa Melayu dipakai di wilayah Nusantara. Dalam perkembangannya
bahasa Melayu dipengaruhi budaya di Nusantara. Bahasa Melayu mulai menyerap
kosakata dari berbagai bahasa. Seperti bahasa Sansekerta, bahasa Persia, bahasa Arab,
dan bahasa-bahasa Eropa. Kemudian muncul berbagai variasi dan dialek dari bahasa
Melayu. Ini mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bisanngsa
Indonesia. Baca juga: Jokowi Teken Perpres, Pidato Presiden di Luar Negeri Wajib Pakai
Bahasa Indonesia Rasa persaudaraan ini yang menjadi inspirasi para pemuda Indonesia
yang menggelar rapat pemuda pada 1928.

2. Fungsi dan kedudukan bahasa


Fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, indentitas
nasional, alat perhubungan antar warga, antar daerah dan antar budaya, serta alat
pemersatu suku, budaya dan bahasa di Nusantara .Bahasa Indonesia mempunyai dua
kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Sebagai bahasa nasional, fungsi bahasa Indonesia di antaranya adalah untuk mempererat
hubungan antar suku di Indonesia. Fungsi ini sebelumnya sudah ditegaskan di dalam
butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.Kata ‘menjunjung’ dalam KBBI antara
lain berarti ‘memuliakan’, ‘menghargai’, dan ‘menaati’ (nasihat, perintah, dan
sebaginya.). Ikrar ketiga dalam Sumpah Pemuda tersebut menegaskan bahwa para
pemuda bertekad untuk memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia.Pernyataan itu tidak saja merupakan pengakuan “berbahasa satu”,tetapi
merupakan pernyatakan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, bangsa
Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Ini berarti pula
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang kedudukannya berada di
atas bahasa-bahasa daerah.Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
dikukuhkan sehari setelah kemerdekaan RI atau seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV Pasal 36 dalam UUD 1945 menegaskan bahwa
bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa negara, fungsi bahasa Indonesia
adalah sebagai bahasa dalam penyelenggaraan administrasi negara, seperti dalam
penyelenggaraan pendidikan dan sebagainya.

PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN


KE-2
RAGAM BAHASA
1. Ragam Lisan
2. Ragam Tulis
3. Ragam Sosial
4. Ragam Fungsional
5. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktu

Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.

1. Ragam Lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur  di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi
ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi
pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

2. Ragam Tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya
tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna
kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa
baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan
kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur
bahasa di dalam struktur kalimat.

3. Ragam sosial

Ragam Sosial dan Ragam Fungsional Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian
norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial
yang lebih kecil dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan dalam
keluarga atau persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial . Selain
itu, ragam sosial berhubungan pula dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan
lingkungan sosial yang bersangkutan.

4. Ragam Fungsional

Ragam fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,
lembaga, lungkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga
dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam fungsional dapat menjadi
bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.

5. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktu

Ragam bahasa berdasarkan waktu dibagi atas dua bagian yaitu :


- Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai
dengan saatdicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri dari ragam bahasa Indonesia lama
masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu. Bahasa Melayu inilah yang akhirnya
menjadi bahasa Indonesia.
- Ragam Bahasa Indonesia Baru Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru
dimulai sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda Pada 28oktober 1928 sampai dengan
saat ini melalui pertumbuhan dan perkembangan bahasa yang beriringan dengan
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia.
PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN
KE-3
Ejaan Bahasa Indonesia
1. Penggunaan Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Tanda Baca
4. Penulisan Kata
5. Pelafalan Huruf

EJAAN BAHASA INDONESIA


Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan diproklamasikan menjadi
negara yang berdaulat, para ahli bahasa merasa perlu menyusun ejaan lagi karena tidak puas
dengan ejaan yang sudah ada. Ejaan baru yang disusun itu selesai pada tahun 1947, dan
pada tanggal 19 Maret tahun itu juga diresmikan oleh Mr. Soewandi selaku Menteri PP&K
(Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan). Ejaan baru itu disebut Ejaan Republik dan
dikenal juga dengan nama Ejaan Soewandi.
1. Penggunaan Huruf

- Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan u. petak sore emas kena tipe i itu simpan murni o oleh kota radio ulang bumi
ibu. Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan. Misalnya: Anak-anak bermain di teras (téras). Upacara itu
dihadiri pejabat teras pemerintah. Kami menonoton film seri (séri). Pertandingan iru
berakhir seri.
- Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. * Huruf k di sini
melambangkan bunyi hamzah. ** Khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
- Huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,au, dan
oi.
- Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.

2. Penulisan Huruf Ejaan Bahasa Indonesia

Penulisan huruf dalam ejaan menyangkut dua hal, yaitu pemakaian huruf kapital atau
huruf besar dan pemakaian huruf miring.
a. Huruf Kapital
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan
langsung. Misalnya: Anak saya sedang bermain di halaman.
- Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata
untuk Tuhan .
Contoh: Allah, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
b. Huruf Miring
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam keterangan.
Contoh: Sudahkah anda membaca koran Kompas hari ini?
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing.
Contoh: Nama latin untuk tanaman padi adalah Oriza sativa.
- Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh: Huruf pertama kata dunia adalah d; Buatlah sebuah karangan dengan
tema lingkunganku!

3. Penulisan Tanda Baca

- Tanda titik (.)


Tanda baca titik sangat sering muncul dalam kalimat. Fungsi tanda baca titik ada
beberapa. Yang paling umum adalah sebagai penanda akhir dari rangkaian kata. 
- Tanda tanya (?)
Tanda baca ini selalu diletakkan di akhir kalimat. Ciri khas kalimat dengan tanda
tanya di bagian akhir adalah kalimat tersebut diawali dengan kata tanya (Apa,
Mengapa, Kenapa, Berapa, dan sejenisnya), sekalipun, kalimat yang tanpa kata tanya
di depannya juga tetap bisa menggunakan tanda tanya di akhirnya, selama kalimat
tersebut juga merupakan kalimat tanya.
- Tanda seru (!)
Sama halnya tanda tanya, tanda seru (!) juga bisa menggantikan posisi tanda titik
(.) di akhir kalimat. Bedanya, penggunaan tanda baca seru akan menghasilkan kalimat
yang sifatnya perintah atau seruan. Penggunaan tanda baca seru juga dapat berfungsi
menegaskan, mengajak, atau memengaruhi seseorang melalui kalimat tersebut.Tanda
koma (,) juga merupakan tanda baca yang sering muncul dalam kalimat. Ciri khas
peletakkan tanda baca yang benar adalah berada di dalam kalimat. Tanda koma tidak
bisa digunakan untuk awalan atau penutup kalimat. Tata cara pemakaian dan
penulisan tanda koma (,) yang tepat dalam bahasa Indonesia yang pertama adalah
sebagai pemerinci dalam sebuah kalimat yang mempunyai subjek, objek, dan
keterangan lebih dari dua.
- Tanda titik dua
Terkadang kita temui dalam beberapa tipe tulisan. Tanda baca ini memang tidak
sepopuler tanda baca titik dan koma, Penggunaan tanda baca titik dua yang pertama
adalah untuk membatasi keterangan dengan rinciannya.
- Tanda titik koma (;)
Penggunaan tanda baca titik koma (;) pada dasarnya mirip dengan penggunaan
tanda koma (,) dalam kalimat. Akan tetapi, khusus tanda baca titik koma (;) ini baru
dapat digunakan ketika terdapat dua penempatan tanda koma (,) yang salah satunya
bersifat lebih tinggi daripada yang lainnya. Tanda titik koma sendiri diletakkan pada
kalimat dengan sifat yang lebih tinggi. Misalnya seperti yang ada dalam kalimat
majemuk dengan rincian di dalamnya..
- Tanda pisah (-)
Tanda baca ini harus perlu dilihat dengan sangat hati-hati. Sebab, tanda baca ini
terlihat mirip dengan tanda hubung (-). Akan tetapi, kedua tanda baca ini berbeda.. 
Penggunaan keduanya pun juga berbeda. Pemakaian tanda pisah (-) yang tepat dalam
bahasa Indonesia yang pertama adalah sebagai pengapit antara keterangan tambahan
dalam sebuah kalimat.
- Tanda petik
Tanda baca ini yang utama adalah digunakan untuk mengapit istilah yang memiliki
makna yang sifatnya konotatif atau tidak sebenarnya.
- Tanda kutip
Pada dasarnya merupakan penggunaan tanda petik secara ganda. Namun, perlu
diketahui bahwa fungsi tanda petik dan tanda kutip berbeda. Penggunaan tanda kutip
dalam bahasa Indonesia adalah untuk mengapit judul makalah, judul rubrik, bab buku,
atau judul karangan lain yang belum diterbitkan.
- Tanda garis miring
Dalam penulisan bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam surat menyurat.
Peran tanda garis miring adalah untuk pembatas dalam nomor surat. Selain itu, fungsi
tanda baca garis miring juga untuk menggantikan kata tiap.

4. Penulisan kata

Kata dasar: ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Banu sakit perut. Laila belajar
matematika.
Kata Jadian / Kata Turunan Awalan, Sisipan, Akhiran, Kombinasi akhiran,Perulangan,
Kata majemuk.

5. Pelafalan Huruf

Satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa
Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna
bahasa dalam melafal.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain,
terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman.
Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/
atau /g/, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau
fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan
yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa
Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. alkan huruf. Kesalahan
pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang
melambangkan huruf tersebut.
PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN
KE-4
Diksi dan Definisi
1. Ketepatan Kata
2. Kesesuaian Kata
3. Jenis Definisi

DIKSI DAN DEFINISI

1. Pengertian Diksi dan Definisi

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah
cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk
menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya
bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Sedangkan , Pengertian dari definisi adalah
merupakan salah satu bentuk acuan yang tinggi sehinga dalam membuatnya akan
dirumuskan oleh lembaga yang secara resmi dari pemerintah Republik Indonesia dengan
Kebudayaan Indonesia.

2. Ketepatan Kata

Syarat ketepatan kata sebagai berikut :


1) Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang
bermakna lugasdan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan
dapat menimbulkan makna yang bermacam-macam, lazim digunakan dalam
pergaulan, untuk tujuan estetika, dan kesopanan.
2) Memebedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, kata yang hampir
bersinonom misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan dalam pemakainnya berbeda-
beda.
3) Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya: infrensi
(kesimpulan) dan iterferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh, bunting), dan
syarat (ketentuan).
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektive berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang
tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektive canggih
menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap,
suka mengganggu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
5) Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara
tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
6) Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,
misalnya: sesuai bagi seharusnya yang sesuai dengan itu.
7) Menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat. Untuk mendapatkan
pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus,
misalnya: mobil (kata umum) corolla (kata khusus, sedan buatan toyota).
8) Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya: isu (berasal dari
bahasa Inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa
Indoenesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya, kabar angin, desas-desus).
9) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, misalnya: pria dan laki-laki, saya dan
aku, serta buku dan kitrab) ; berhomofoni; misalnya bang dan bank, ke tahanan dan
ketahanan); dan berhomografi (misalnya: apel buah, apel upacara; buku ruas, buku
kitab)
10) Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak (konseptual),
misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata konkret atau kata
khusus (misalnya: minggu, serapan, dan berenang .

3. Jenis Definisi

1. Jenis nominal
Definisi nominal adalah bentuk definisi yang paling sederhana dan paling
sementara, karena memiliki isi yang menjelaskan arti dari etimologis atau sinonim
dengan berbagai konsep yang akan dijelaskan. Selain itu juga definisi nominal tidak
akan memberikan pemahaman substansial tentang sesuatu yang akan dijelaskan
dengan memberikan ungkapkan pada argumen.

2. Jenis formal
Definisi formal adalah bentuk dari terminologis yang telah didasarkan pada logika
yang formal pada beberapa elemen sehingga hal ini akan memiliki struktur dalam
bentuk fitur yang paling sempurna.

3. Jenis operasional
Definisi operasional adalah bentuk dari istilah yang mengonfirmasi langkah-
langkah secara khusus yang perlu dilakukan atau dengan metode pengukuran dan
menunjukkan bagaimana hasil yang akan diamati dengan sifat kuantitatif.

4. Jenis paradigmatis
Definisi paradigmatis adalah bentuk yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi
pola pikir orang lain yang didasarkan dari jenis pendapatan dan nilai-nilai tertentu
sehingga jenis ini dapat mengatur sesuai dengan definisi.

5. Jenis Secara luas


Definisi luas adalah bentuk yang memiliki batasan paragraf yang akan diperlukan
untuk konsep-konsep yang rumit sehingga dapat di jelasnkan dalam kalimat yang
pendek.
PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN
KE-5
Kalimat Efektif
1. Syarat kalimat efektif
2. Unsur –unsur kalimat efektif
3. Struktur Kalimat Efektif

KALIMAT EFEKTIF
Kalimat yang memiliki potensi untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan, atau
informasi secara utuh, jelas dan tepat sehingga pembaca dapat memahami maksud yang
diungkapkan penulis.

1. Syarat Kalimat Efektif


Terdapat dua syarat dalam menyusun kalimat efektif. Berikut penjelasaan
singkatnya:
Kebenaran Kalimat efektif harus disasarkan pada penulisan yang baik dan benar
sesuai dengan ejaan yang dianjurkan. Kaidah kebahasaannya ketat mengikuti tata
bahasa baku. Kepaduan Kepaduan berkaitan dengan logika kalimat. Pilihan kata
dalam menyusun kalimat harus padu, sehingga membuat kalimat menjadi utuh dan
tidak sumbang.

2. Unsur-unsur Kalimat Efektif


Unsur kalimat efektif Unsur kalimat efektif terdiri atas subyek, predikat, obyek,
dan keterangan. Berikut penjabaran singkat unsur kalimat efektif:
a. Subyek: bagian dari kalimat yang menunjukkan pelaku yang dapat berupa orang,
tempat, atau benda
b. Predikat: bagian kalimat yang menunjukkan apa yang dilakukan oleh subyek,
biasanya berupa kata kerja
c. Obyek: bagian kalimat yang menunjukkan hal atau benda yang menjadi sasaran,
biasanya berupa nomina
d. Keterangan: kalimat yang menunjukkan tujuan cara, waktu, tempat, atau sebab-
akibat. Biasanya ditandai dengan penggunaan konjungsi atau kata hubung.

3. Struktur kalimat efektif


Struktur kalimat efektif Struktur kalimat efektif mengikuti jenis kalimat. Struktur
penempatan subyek, predikat, obyek, dan keterangan menyesuaikan jenis kalimat
yang akan dibuat. Selama syarat untuk menyusun kalimat efektif sudah ditaati, maka
strukturnya hanya tinggal menyesuaikan jenis kalimat.
PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN
KE-6
Paragraf dalam Bahasa Indonesia
1. Syarat Paragfraf efektif
2. Pengembangan Paragraf

PARAGRAF DALAM BAHASA INDONESIA


Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang
mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama
lain alinea. Paragraf di buat dengan kalimat pertama suatu teks di geser ke dalam atau ke
kanan
1. Syarat Paragra fefektif
a. Kesatuan(Unity)
bagaimana telah dipaparkan di depan, bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu
gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok
tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf
tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian
dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan.
b. Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan.
Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang
masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang
mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan
adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan
pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang
membingungkan
c. Kelengkapan Syarat
ketiga yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf adalah kelengkapan. Suatu paragraf
dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang
kejelasan kalimat topik/gagasan utama.

2. Pengembangan Paragraf

a) Paragraf dibangun oleh lebih dari satu kalimat. Pengembangan paragraf adalah
perincian dan pengurutan pikiran yang terpadu yang diwujudkan melalui penataan
kalimat-kalimat. Penggunaan kalimat topik yang tepat akan memudahkan pembaca
membuat ringkasan dari sebuah karya tulis.
b) kemampuan menentukan dan meletakkan kalimat topik secara tepat
c) kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan
bawahan

PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN


KE-7
Penalaran dalam Karangan
1. Pengertian Penalaran
2. Penalaran kuantitatif deduktif dan induktif

PENALARAN DALAM KARANGAN

1. Pengertian Penalaran

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data


atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data yang dapat dipergunakan
dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan.
Kalimat pernyataaan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.

2. Penalaran Kuantitatif Deduktif dan induktif

- Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan dengan pola umum-khusus,


atau bisa juga dipahami sebagai penelitian yang letak kesimpulannya ada di bagian
awal. Penalaran deduktif diterapkan dalam penelitian kuantitatif. Dalam penalaran
deduktif, teori dikemukakan di awal penelitian dan diuji kebenarannya melalui proses
pengumpulan dan pengolahan data.

- Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan dengan pola khusus-umum,


atau bisa juga dipahami sebagai penelitian yang letak kesimpulannya ada di bagian
akhir. Penalaran induktif umumnya diterapkan dalam penelitian kualitatif. Sedangkan
penalaran induktif identik dengan penelitian kualitatif dimana penelitian kualitatif
bertitik tolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan
berakhir dengan suatu teori baru. Dalam penalaran induktif, teori dikemukakan di
akhir sebagai kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dan diolah.Robert J.
Strenberk (2008; 444) menjelaskan bahwa penalaran induktif merupakan sebuah
penalaran yang tidak mempunyai kesimpulan logis yang hendak dikejar. Seringkali
juga, penalaran induktif dimaksudkan sebagai penarikan fakta-fakta atau observasi-
observasi spesifik menuju kesimpulan umum yang hanya digunakan untuk menjelaska
ragam fakta yang ada. Dalam kata lain, penarikan pemahaman (penalaran) dari khusus
ke umum. Sedangkan penalaran deduktif, sebaliknya, penarikan fakta-fakta umum ke
khusus. Lebih dapat dicerna apabila saya korelasikan kedua metode penalaran tersebut
dengan metode penelitian, yakni penelitian kuantitatif dan kualitatif. Ragam yang
dikembangkan kedua penelitian tersebut berbeda satu sama lain. Penelitian kuantitatif
lebih menenakankan pada penalaran deduktif, sehingga persoalannya berkaitan
dengan perbandingan-perbandingan atau hubungan satu sama lain, hanya sebatas
perbandingan tidak mengetahui lebih dalam. Sedangkan dalam penelitian kualitatif,
peneliti tidak dibatasi oleh tema, peneliti bebas menjabarkan secara keseluruhan
berkaitan dengan masalah atau tema penelitiannya. Hal tersebut merujuk kemudiapada
metode yang memang digunakan dalam penelitian kulitatif adalah penalaran induktif.
PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN
KE-8
Topik Karya ilmiah
1. Perumusan topik karya ilmiah
2. Syarat topik karya ilmiah

TOPIK KARYA ILMIAH


1. Perumusan topik karya ilmiah

Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani "topoi". Dalam
suatukarangan, topik meupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang
pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Memilih topik berarti memilih apa yang
akan menjadi pokok pembicaraan dalam ma bagi calon tulisan/karangan. Pokok
pembicaraan yang dimaksudadalah sesuatu yang belum terurai. Kegiatan pada tahap
pertama ini sering mengalamikesukaran, bahkan menjadi beban berat terutama bagi
calon/orang yang baru mulai menulis.Hal ini disebabkan oleh kesukaran untuk
menemukan topik mana yang akan atau dapatdipergunakan untuk menyusun
karangan. Selain itu, sering pula diperhadapkan kepada sikapuntuk memilih satu
diantara sekian banyak bahan yang dapat dibicarakan. Dalam hal iniharus berpegang
teguh pada satu pilihan saja.

2. Syarat topik karya ilmiah

Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, di


antaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu
menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Syarat lainnya antara
lain:
a.) Topik harus menarik perhatian penulis.
Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang penulis secara
terus-menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik-
baiknya. Suatu topik sama sekali tidak disenangi penulis akan menimbulkan
kesalahan. Bila terdapat hambatan ,penulis tidak akan berusaha dengan sekuat
tenaga untuk mengumpulkan data dan fakta yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah.
b) Diketahui oleh penulis.
Penulis hendaklah mengerti atau mengetahui meskipun baru prinsip-prinsip
ilmiahnya. Contohnya yaitu:
- Mencari sumber-sumber data
- Metode atau penerapan yang digunakan.
- Metode analisis yang akan digunakan
- Buku-buku referensi yang digunakan.
c) Jangan terlalu baru, jangan terlalu teknis dan jangan terlalu kontroversial.
Bagi penulis pemula,topik yang baru kemungkinan belum ada referensinya
dalam kepustakaan. Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak
penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.
d) Bermanfaat
Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi akademis dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-
hari maupun dari segi praktis.
e) Jangan terlalu luas.
Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis. Setiap penulis harus betul-
betul yakinbahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan berbatas untuk digarap
sehingga tulisannya dapat terfokus.

PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN


KE-9
Konvensi Naskah Ilmiah
1. Konvensi Naskah Ilmiah
2. Penyuntingan Naskah Ilmiah

KONVENSI NASKAH ILMIAH

1. Konvensi Naskah Ilmiah


Konvensi naskahialah penulisan naskah ilmiah yang berdasarkan aturan aturan yang
sudah disepakati. Dari segi persyaratan , dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secara
formal, semi-formal, dan non-formal. Yang dimaksud dengan formal adalah bahwa suatu
karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi. Sebaliknya,
semi-formal yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang
dituntut konvensi. Sedangkan non-formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak
memenuhi syarat-syarat formalnya.

2. Penyuntingan Naskah Ilmiah


Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan
menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata
menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memperhatikan sisi sisematika
penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Orang yang
melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting. Sementara itu, penyuntingan
bermakna proses, cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-menyunting.
(Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan membaca kembali sambil menemukan
kesalahan-kesalahan redaksional sebuah tulisan).
Penyutingan meliputi :
a. Memperbaiki kesalahan yang kasat mata.
b. Menghindari kontradiksi dan memperbaiki tulisan sebelumnya.
c. Menyesuaikan gaya bahasa sesuai dengan kebijakan media yang bersangkutan.
d. Meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki
kejelasan makna serupa.
e. Menghindari adanya arti ganda dan tulisan yang membosankan.
f. Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau subjudul.
g. Memperbaiki judul supaya menarik.
h. Menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain yang terkait dengan tulisan yang di
suting.

PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN


KE-9
Kerangka Karya Ilmiah I
1. Kerangka Makalah Ilmiah
2. Kerangka Artikel Ilmiah
KARYA ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah merupakan tulisan atau laporan tertulis yang memaparkan hasil
penelitian atau pengkajian suatu masalah oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Jenis-
jenis karya ilmiah seperti makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan lainnya.
Karya tulis ilmiah jelas berbeda dengan jenis-jenia karya tulis lainnya yg bersifat non ilmiah
seperti novel, cerpen dan sebagainya.

1. Kerangka Makalah Ilmiah


Kerangka makalah ini merupakan bentuk paling dasar dari sistematika laporan
penelitian. Setidaknya, dalam laporan penelitian, harus ada tiga bab di dalamnya;
pendahuluan, pembahasan, penutup. Ketiga bab ini memiliki sub-babnya masing-
masing. Berikut struktur atau kerangka makalah dalam bentuknya yang paling dasar:
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Metode
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Deskripsi Hasil Penelitian
2.2. Analisis Hasil Penelitian
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
2. Kerangka Artikel ilmiah
Sama hal nya dengan karya ilmiah , artikel ilmiah tak jauh beda dengan karya ilmiah,
Sistematika Penulisan Artikel Ilmiah
- Judul (maksimum 12 kata)
- Identitas Penulis
- Abstrak Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (250 kata)
- Keywords (3-5 kata)
- Pendahuluan
- Metode
- Hasil
- Pembahasan
- Ucapan Terima Kasih dan daftar pustaka

PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN


KE-9
Kerangka Karya Ilmiah II
1. Kerangka Laporan Penelitian
Kerangka Laporan Penelitian

Kerangka laporan penelitian dan tuliskan hal hal yang ada di dalamnya:

1. Judul, berupa judul laporan penelitian tersebut, tentang mencari suatu kebenaran apa,
dan mencari ilmu pengetahuan tentang apa
2. Daftar isi berupa, daftar-daftar apa yang didalam laporan penelitian tersebut
3. Kata pengantar, biasanya berisikan pujian kepada Tuhan, serta moto, kata penghormat
kepada pembimbing semisal.
4. Abstrak, merupakan hasil penelitian sebagai informasi awal bagi para pembaca

 Bab 1 Pendahuluan

1. Latar belakang, disini berupa, kenapa laporan penilitian tersebut dibuat.


2. Rumusan masalah, berupa rumusan masalah guna menyelesaikan masalah penelitian
tersebut
3. Tujuan penelitian, tujuan penelitian, berupa mencari pengetahuan semisal, atau
mencari fakta dari penelitian tersebut semisal
4. Manfaat penelitian, berupa manfaat apa penelitian tersebut, buat apa penelitian
tersebut

 Bab 2 Tinjauan pustaka

1. Review literatur, pada ini, biasanya berisikan teori, dan bahan untuk penelitian
tersebut.
2. Teori, berupa teori-teori untuk penelitian tersebut
3. Kerangka pemikiran, berupa isi pemikiran si peneliti atau hasil dair penlitian tersebut
4. Hipotesis, dugaan sementara

 Bab 3 metodologi penelitian

1. Metode penelitian, menggunakan apa untuk penelitian tersebut, semisal metode


survey langsung kelapangan  
2. Sampel, mengambil sampel apa, semisal penelitiian tentang hewan, maka memakai
sampel hewan dan populasi hewan tersebut.
3. Teknik pengumpulan data, menggunakan angket semisalnya

 Bab 4 Pembahasan

1. Analisis penelitian atau data, berupa isi analisis data yang diperoleh dari penelitian
tersebut
2. Diskusi, berupa pembahasan bersama, dengan orang lain atau para orang yang
berpengatahuan tertentu dalam bidang penelitian tersebut
3. Deskripsi hasil penelitian, hasil dari penelitian ini apa, kesimpulanya apa dan
bagaimana

 Bab 5 penutup

1. Kesimpulan, saran, rekomendasi


2. Berupa hasil kesimpulan penelitian ini apa, apakah penelitian berhasil. Dan meminta
saran apa bagaimana, rekomendasi tentang penelitian lainya serta saran.

PERTEMUAN TOPIK DAN SUB TOPIK BAHASAN


KE -10
Kutipan Sumber Cerita
1. Kutipan
2. Aturan Penulisan Kutipan
3. Penyusunan Daftar Pustaka
KUTIPAN SUMBER CERITA

1. Kutipan
Kutipan merupakan pinjaman pendapat atau kalimat yang diambil dari
seseorang, baik berupa tulisan atau lisan yang bertujuan untuk memperkokoh
argumentasi di sebuah karya tulis.Selain digunakan untuk memperkuat argumen,
kutipan juga bisa dijadikan sebagai landasan teori, penjelasan suatu uraian, atau
sebagai bukti untuk menunjang sebuah pendapat.

2. Aturan Penulisan Kutipan

Berikut ini beberapa aturan yang perlu diketahui dalam penulisan kutipan dan sumber
kutipan yaitu:

- Kutipan ditulis dengan menggunakan dua tanda petik (“…”) jika kutipan ini
merupakan kutipan pertama atau dikutip langsung dari penulisnya. Jika kutipan itu
diambil dari kutipan, maka kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan satu
tanda petik (‘…’).

- Jika bagian yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pertama) dan penulisannya
digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh peengutip dan ditik dengan jarak dua
spasi.

- Apabila kutipan langsung merupakan seperangkat kalimat, tempatkanlah kutipan


itu di antara tanda petik dua di bawah baris terakhir kalimat yang mendahuliuinya,
menjorok lima ketukan ke dalam teks dari margin kiri, berjarak rapat (½ spasi).

3. Penyusunan Daftar Pustaka


perlu diperhatikan bahwasanya dalam pembuatan Daftar Pustaka Ada (Tujuh)
hal, diantaranya :
1) Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.
2) Nama penulis diurut menurut abjad.
3) Gelar penulis tidak dicantumkan walaupun dalam buku yang dikutip penulis
mencantumkan gelar.
4) Daftar pustaka diletakkan pada bagian terakhir dari tulisan.
5) Masing-masing sumber bacaan diketik dengan jarak baris satu spasi.
6) Jarak masing-masing sumber bacaan dua spasi.
7) Baris pertama diketik dari garis tepi (margin) tanpa indensi dan untuk baris-baris
berikutnya digunakan indensi empat/tujuh ketukan.

Anda mungkin juga menyukai