Anda di halaman 1dari 7

Bahasa Indonesia secara historis merupakan varian bahasa melayu yang kini juga

digunakan di wilayah yang luas meliputi Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam,


Malaysia, bagian selatan Thailand, bagian selatan Filipina, dan beberapa tempat di Afrika
Selatan.
Bahasa melayu diangkat menjadi bahasa persatuan di Indonesia pada 28 Oktober 1928
dalam peristiwa yang disebut Sumpah Pemuda. Namun, secara resmi penyebutan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi di Indonesia baru muncul pada 18 Agustus 1945 ketika
konstitusi Indonesia diresmikan.
Dari jumlah pemakainya di Indonesia, sebenarnya bahasa melayu bukan bahasa terbesar.
Bahasa Jawalah yang merupakan bahasa terbesar dari segi pemakainya pada saat itu.
Namun, bahasa melayu dipilih sebagai bahasa Indonesia karena bahasa ini sudah menjadi
lingua franca atau bahasa pengantar di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara sejak ribuan
tahun lalu. Salah satu buktinya adalah catatan inskripsi di Sojomerto, Jawa Tengah yang
menggunakan bahasa Melayu kuna. Inskripsi ini tidak bertahun, tetapi menurut estimasi ahli
dibuat pada pertengahan abad 7. Ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu pun sudah dikenal
di Pulau Jawa sejak ribuan tahun lalu.

Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia


Fungsi  bahasa  yang  utama dan  pertama  sudah terlihat  dalam  konsepsi bahasa  di 
atas,  yaitu  fungsi  komunikasi  dalam  bahasa  berlaku  bagi  semua bahasa apapun dan
dimanapun.
Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi
bahasa berikut
1. fungsi ekspresi dalam bahasa
2. fungsi komunikasi dalam bahasa
3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
4. fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)
Fungsi ekspresi
Fungsi  pertama  ini,  pernyataan  ekspresi  diri,  menyatakan  sesuatu yang  akan 
disampaikan  oleh  penulis  atau  pembicara  sebagai eksistensi diri dengan maksud :
a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),
b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide. 
Fungsi Komunikasi
Fungsi  komunikasi  merupakan  fungsi  bahasa  yang  kedua  setelah fungsi ekspresi diri.
Fungsi integrasi dan adaptasi sosial
Fungsi  peningkatan  (integrasi) dan  penyesuaian (adaptasi)  diri  dalam suatu  lingkungan 
merupakan  kekhususan  dalam  bersosialisasi  baik dalam  lingkungan  sendiri  maupun 
dalam  lingkungan baru. 
Fungsi kontrol sosial
Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang
dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling
memahami.

Kedudukan Bahasa  Indonesia


Kedudukan Bahasa  Indonesia  diidentifikasikan menjadi  bahasa  persatuan,  bahasa 
nasional,  bahasa  negara,  dan  bahasa standar.  Keempat  posisi  bahasa  Indonesia  itu 
mempunyai  fungsi  masingmasing seperti berikut:
Bahasa Persatuan
Bahasa  persatuan  adalah  pemersatu  suku  bangsa,  yaitu pemersatu  suku,  agama, 
rasa  dan antar  golongan  (SARA)  bagi  suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan)  sudah  dicanangkan  dalam 
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Bahasa Nasional
Bahasa  Nasional  adalah  fungsi  jati  diri  Bangsa  Indonesia  bila berkomunikasi pada
dunia luar  Indonesia.  Fungsi bahasa  nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1. Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia
2. Identitas nasional dimata internasional
3. Sarana  hubungan  antarwarga,  antardaerah,  dan  antar budaya, dan
4. Pemersatu  lapisan  masyarakat:  sosial,  budaya,  suku bangsa, dan bahasa.
Bahasa  negara
Bahasa  negara  adalah  bahasa  yang  digunakan  dalam administrasi negara untuk
berbagai aktivitas dengan rincian berikut:
1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan,
2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,
3. Fungsi  bahasa  sebagai  perencanaan  dan  pelaksanaan pembangunan  bagai 
negara  Indonesi  sebagai  negara berkembang
4. Fungsi  bahsa  sebagai  bahasa  resmi  berkebudayaan  dan  ilmu teknologi (ILTEK)
Bahasa Baku
Bahasa  baku  (bahasa  standar)  merupakan  bahasa  yang digunakan  dalam  pertemuan 
sangat  resmi.  Fungsi  bahasa  baku  itu berfungsi sebagai berikut:
1. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,\
2. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
4. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat  posisi  atau  kedudukan  bahasa  Indonesia  itu  mempunyai  fungsi
keterkaitan  antar  unsur.  Posisi  dan  fungsi  tersebut  merupakan  kekuatan bangsa
Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.

## Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :


1. lambang identitas nasional,
2. lambang kebanggan nasional,
3. alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial budaya dan
bahasa yang berbeda-beda, dan
4. alat penghubung/ komunikasi antarbudaya dan daerah.
Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai
dengan kaidah dasar. Bahasa indonesia digunakan secara nonresmi, santai, dan bebas
yang penting dapat menyampaikan makna yang dimaksud. Pemakai bahasa Indonesia
dalam konteks bahasa nasional dapat dengan bebas menggunakan ujaran baik lisan
maupun tulisan dalam kehidupan sehari-hari.

## Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :


1. bahasa resmi kenegaraan,
2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3. bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nanional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
serta teknologi.
Sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib,
cermat, masuk akal, lengkap, dan baku. Tingkat kebakuanya diukur oleh aturan kebahasaan
dan logika pemakaian.
Bahasa Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus terutama bagi pembelajaran di
lembaga pendidikan. Hal ini supaya Bahasa Indonesia tidak akan terpinggirkan oleh bahasa
asing karena dalam sejarahnya sendiri Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan.

ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan


sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

1. Ejaan van Ophuisjen


Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun
1901. Fyi, bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu.
Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama
Charles A. van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal
19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A.
Pembaharuan dari Ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong
(gabungan dua huruf vokal) oe yang diganti menjadi huruf u, dan
dihapuskannya tanda apostrof. Nah, tanda apostrof ini diganti menjadi huruf k
atau tidak dituliskan sama sekali. Contohnya:

 Jum’at → Jumat
 ra’yat → rakyat
 ma’af → maaf

3. Ejaan Pembaharuan
Pembaharuan yang disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo
antara lain: membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi
dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan
dalam kata berulang yang  memiliki makna tunggal seperti kupukupu dan
alunalun. 
4. Ejaan Melindo
Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Yup, draft penyusunan ejaan ini
disusun pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu, yang dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan dalam
ejaan ini nggak jauh berbeda kok dari Ejaan Pembaharuan.
Ejaan Melindo ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan
kedua negara. Secara ‘kan ya Indonesia dan Malaysia bahasanya mirip-mirip
gitu. Tapi sayang, ejaan ini pun gagal diresmikan akibat ketegangan politik
antara Indonesia dan Malaysia waktu itu.
5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
EPanitianya masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk
pada tahun 1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan yang
Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di
beberapa kaidahnya saja.
Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan
ini, istilah-istilah asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb →
kalbu; guerilla → gerilya.
6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan
di atas, EYD ini yang paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap
tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur
bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”.
penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”,
“v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi
bagian Bahasa Indonesia. 
7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia.
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan
sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan
untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi
persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya

Ciri-Ciri Diksi

Setelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui ciri-ciri diksi
tersebut, dibawah ini merupakan ciri-ciri diksi, antara lain:

1. Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan gagasan atau juga
hal-hal yang diamanatkan
2. Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat nuansa makna serta
bentuk yang sesuai dengan gagasan serta juga situasi serta nilai rasa
pembaca.
3. Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai masyarakat bahasanya
serta dapat menggerakan dan juga memberdayakan kekayaan itu menjadi
jaring kata yang jelas.

Syarat Diksi

Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan ketetapan dan kesesuaian.

Fungsi Diksi

Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih
faham mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif.
 Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal “tertulis atau pun
terucap”.
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan
pendengar atau pun pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai