Anda di halaman 1dari 2

RESUME BAB 2 MEMBANGKITKAN RASA NASIONALISME

DAN KEBANGGAAN TERHADAP BAHASA INDONESIA

Bahasa adalah alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, keberadaan
bahasa menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia, termasuk eksistensi bahasa Indonesia.
Nasib eksistensi bahasa Indonesia tidak sebagus di luar negeri. Bangsa Indonesia tidak terlalu
bangga dengan bahasanya sendiri. Banyak guru dan dosen yang kurang dapat berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Menjaga eksistensi bahasa Indonesia merupakan tugas bersama bagi seluruh elemen
bangsa Indonesia. Kesadaran ini harus ditanamkan, ditumbuhkan, dan dilestarikan kepada
generasi Indonesia sejak usia dini. Menurut ilmu antropologi, dikatakan bahwa bahasa menjadi
cermin masyarakat dan jati diri bangsa.
Bahasa Indonesia berpotensi hilang jika tidak ada upaya pengembangan, pembinaan,
perlindungan, dan pelestarian bahasa dan sastra Indonesia. Kekhawatiran akan hilangnya bahasa
Indonesia sebagai suatu hal yang wajar berdasarkan kenyataan yang ada. Akan tetapi, hal yang
perlu dipikirkan adalah bagaimana kita secara konkret dapat menumbuhkan, mengembangkan,
dan melestarikan bahasa Indonesia di semua aspek kehidupan.
Sikap optimis akan berkembangnya bahasa Indonesia harus terus ditanamkan dan
ditumbuhkan kepada generasi muda di Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
memiliki kesempatan luas untuk menjadi bahasa internasional karena (1) cukup banyak tenaga
kerja Indonesia yang berada di luar negeri yang tentunya menyebarkan bahasa Indonesia; (2)
cukup banyak negara asing yang mengajarkan bahasa Indonesia; dan (3) cukup banyak pelajar
kita yang belajar di negara-negara asing. Ada 40 negara yang memiliki universitas dan sekolah
yang mengajarkan bahasa Indonesia.
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia, terdapat 3 landasan
yang fundamental. Pertama, ikrar butir ke tiga Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, ke dua,
penjelasan Pasal 36 UUD 1945, dan ke tiga, UU nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan.
Peluang bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa internasional dalam pergaulan global
tetap menjadi sebuah harapan. Hal ini dapat dilihat dari fakta-fakta berikut. Pertama, bahasa
Indonesia menjadi bahasa media massa untuk konsumsi internasional. Ke dua, bahasa Indonesia
menjadi persyaratan bagi orang asing yang akan bekerja di Indonesia. Ke tiga, bahasa Indonesia
telah menjadi mata pelajaran di negara lain. Ke empat, berdirinya balai bahasa Indonesia di
Perth, Australia. Ke lima, banyaknya lembaga pengajaran bahasa Indonesia di negara lain. Ke
enam, bahasa Indonesia menjadi salah satu lapangan pekerjaan bagi orang asing. Ke tujuh,
bahasa Indonesia berkaitan dengan bidang ekonomi. Ke delapan, bahasa Indonesia berkaitan
dengan bidang agama.
RESUME EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulisan yang dibakukan dan
mempunyai makna. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia
yang berlaku dari tahun 1972 sampai 2015. Ejaan Yang Disempurnakan ini menggantikan Ejaan
Soewandi atau Ejaan Republik. Ejaan Yang Disempurnakan telah digantikan oleh Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) sejak tahun 2015.
Perbedaan Ejaan yang Disempurnakan dengan Ejaan Bahasa Indonesia, antara lain dalam
hal penggunaan huruf tebal dan penambahan huruf vokal diftong. Fungsi huruf tebal mengikuti
kaidah EYD ada tiga, antara lain untuk menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya,
mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga
dihapuskan. Pada EYD, huruf diftong hanya ada tiga, antara lain ai, au, oi. Sedangkan, pada EBI,
huruf diftong ditambah satu lagi yaitu ei.
Ruang lingkup EYD meliputi 5 aspek, antara lain pemakaian tanda baca, pemakaian
huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan.
EYD mengenal beberapa jenis tanda baca, antara lain tanda koma, tanda titik, tanda tanya, tanda
seru, tanda titik dua, tanda titik koma, tanda garis miring, tanda petik, tanda ellipsis, tanda
penyingkat, dan tanda petik tunggal.
EYD mengenal 26 buah huruf abjad. Dalam EYD, huruf a, i, u, e, dan o, adalah huruf
vokal. Huruf-huruf yang selain dari huruf vokal dinamakan huruf konsonan. Selain itu, EYD
juga mengenal gabungan huruf konsonan dan huruf diftong.
Dalam hal pemakaian huruf kapital, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada
awal kalimat, petikan langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, unsur nama
jabatan, nama gelar kehormatan, keturunan, nama orang, nama bangsa, suku, nama geografi,
bulan, tahun, dll. Dalam hal pemakaian huruf miring, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, surat kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau
ungkapan asing, dan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok
kata.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penulisan kata, antara lain mengenai
kata dasar, kata turunan, dan kata ulang. Kata dasar adalah kata yang belum mengalami
perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan. Selain itu, dalam menuliskan kata
turunan, harus mengikuti kaidah-kaidah, antara lain imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan
kata dasarnya (contoh: menulis), awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata (contoh:
bertepuk tangan), jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan
dan akhiran, kata tersebut ditulis serangkai (contoh: keanekaragaman), dan jika salah satu unsur
gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai (contoh:
mahaadil). Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).
Dalam hal penulisan unsur serapan, pada umumnya mengambil istilah dari bahasa asing
yang kemudian menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Penyerapan unsur asing dalam
penggunaan bahasa Indonesia dapat dibenarkan dengan dua kondisi. Pertama, unsur asing itu
merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia.
Kedua, konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai