“Menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional dan mampu menggunakannya
secara baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa kebangsaan, dan cinta tanah
air, dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu, teknologi, dan seni, serta profesinya
masing-masing.”
Ejaan
Kalimat Efektif
Paragraf/ Alinea
Akar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Menurut Slamet Muljana (1959:23), bahasa
Melayu sudah ada sejak jaman Sriwijaya, melanjutkan fungsinya sebagai lingua franca bahasa
pergaulan antarsuku, bahasa perdagangan, dan sebagai bahasa resmi kedua yang dipakai oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk menjalankan administrasi serta pendidikan pada lapis bawah.
Bahasa Indonesia hadir karena para pemuda atau pejuang pada masa lalu merasa bahwa
bahasa Melayu—yang diakui sebagai bahasa kedua Pemerintah Hindia Belanda—hanyalah bentuk
propaganda. Pada akhirnya bahasa Melayu hanyalah bahasa jajahan.
Dengan pemikiran demikian, maka pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dan pemudi
dari berbagai daerah yang berasal dari seluruh nusantara, berikrar/ bersumpah dengan mewujudkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang terimplisit di dalamnya bahwa bahasa Indonesia
adalah bahasa perjuangan. Para pemuda dan pemudi dari berbagai daerah di nusantara yang merasa
1
senasib dan sepenanggunan, mengikrarkan perjuangan mereka, tidak saja perjuangan fisik tetapi
juga dengan perjuangan pembentukan karakter bangsa lewat bahasa.
Perlawanan yang tidak mudah untuk dilalui, dengan banyaknya rintangan yang harus
dihadapi bahasa Indonesia akhirnya menunjukkan dirinya ketika Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Teks proklamasi ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa
kebanggan bangsa Indonesia yang pada waktu itu disusun dan dibacakan oleh Bapak Ir. Soekarno
dan Ir. Moh. Hatta. Dengan satu bahasa, nusantara menjadi satu bangsa sampai dengan saat ini.
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsinya, antara lain sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi:
Bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa Indonesia. Ini berarti, dengan bahasa
Indonesia akan dapat diketahui siapa kita dimulai dari sifat, perangai, dan watak kita sebagai
bangsa Indonesia.
3) Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan
bahasanya
Dengan fungsinya yang ketiga memungkinkan masyrakat Indonesia yang beragam latar
belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam
kebangsaan, cita-cita, dan senasib.
Pada fungsi yang keempat ini, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala
aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubugan dengan
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan akan mudah
disosialisasikan/ diinformasikan kepada seluruh warga masyarakat Indonesia.
Bahasa Indonesia mengalami perjalan sejarah yang tidak mudah dan panjang. Bahasa
Melayu digunakan oleh bangsa Belanda sebagai bahasa resmi kedua, sedangkan bahasa Indonesia
digunakan oleh pemuda-pemudi Indonesia dalam meperjuangkan hak kemerdekaan bangsa
Indonesia. Hal ini menunjukkan kecintaan para pemuda dan pemudi kita akan bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan yang cukup mencolok pada masa
penjajahan, antara lain.
2
Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan
terutama untuk tingkat yang dianggap rendah. untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-
didirikan atau menurut sistem pemerintah penerbitan yang bertujuan untuk mewujudkan cita-
Belanda. cita perjuangan kemerdekaan indonesia berupa:
Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh Bahasa pers, Bahasa dalam hasil sastra.
jawatan pemerintah Hindia Belanda.
Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang menggunakan bahasa miliknya sendiri
menjadi bahasa resmi negara. Hal-hal yang menjadi penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa
sebagai bahasa negara adalah:
1) Bahasa itu dikenal dan dikuasai sebagian besar penduduk negara tersebut,
2) Secara geografis, bahasa itu lebih menyeluruh penyebarannya,
3) Bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara tersebut.
Hal ini dibuktikan lewat Naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang
menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga peristiwa/ kegiatan kenegaraan baik lisan
maupun tulis, menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya.
3) Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan
Dalam hubungannya dengan fungsi ini bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, tetapi juga sebagai alat
penghubung di dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya dan bahasanya sama.
3
4) Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan pengetahuan
modern
Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki identitasnya
sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah.
Latihan Soal!
1. Uraikan pendapat Anda tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu rakyat
Indonesia! (bentuk tugas berupa essay dan disampaikan di depan kelas) – bobot nilai essay
10, bobot pertanggungjawaban/ performansi 15
2. Uraikan pendapat Anda tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara yang
berfungsi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan pengetahuan
modern! (bentuk tugas berupa essay dan disampaikan di depan kelas) – bobot nilai essay 10,
bobot pertanggungjawaban/ performansi 15
2. Ejaan
2.1 Penulisan Huruf Kapital
1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh: - Sepatu baru adik.
- Kita harusnya belajar.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh: - Ibu berkata “Berhati-hatilah!”
- “Baru saja,” katanya “bapak pergi.”
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: - Weda - Yang Mahakuasa - Alkitab - Allah
4) Huruf kapital pada nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh: - Sultan Hanafi. - Nabi Musa.
- Mahaputra Andhika. - Imam Agus.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Contoh: - Ayahnya seorang sultan.
- Kami pergi ke rumah kiai.
5) Huruf Kapital pada nama jabatan, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu.
4
a. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.
Contoh: - Perdana Menteri Toni Blaire
- Profesor Ferdi
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya.
Contoh: - Rapat dipimpin Menteri Pertanian.
- Rapat dipimpin Menteri.
- Acara itu direncanakan oleh Dinas Kehutanan.
- Acara itu direncanakan oleh Dinas.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Contoh: - Rapat itu hanya dihadiri oleh beberapa bupati.
- Organisasi itu dipimpin oleh seorang direktur jenderal.
6) Huruf kapital pada nama orang.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh: - Karolina Mere
- Volt
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Contoh: - de Jong - van der Giessen - da Gama
- van Persie - Otto von Bismarck
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf
pertama kata bin atau binti.
Contoh: - Abdul bin Zulkarnain
- Vania binti Abdurahman
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh: - Pascal second Pas
- Joule per Kelvin J/K
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Contoh: - mesin diesel
5
- 5 ampere
7) Huruf kapital pada nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh: - suku Timor
- bangsa Indonesia
- bahasa Lio
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh: - kerote-rotean
- pengindonesian kata asing
8) Huruf kapital dipakai pada nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Contoh: - tahun Masehi - bulan Mei - hari Senin - hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Contoh: - Gerakan 30 September PKI
- Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.
Contoh: - Paham komunis menjadi salah satu pemicu perang dunia.
9) Huruf kapital dipakai pada nama diri geografi.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Contoh: - Rote - Nusa Tenggara - Sumba Barat Daya
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti
nama diri geografi.
Contoh: - Jalan Soeharto - Terusan Suez
- Gunung Mutis - Tanjung Harapan
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata
yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Contoh: - tenunan Alor - kue Bugis - bakso Bang Jali
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh
nama diri geografi.
Contoh: - mendaki bukit - jalan-jalan di gunung
- mandi di danau - menyebrangi selat
6
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis.
Contoh: - mangga australi - pisang ambon
10) Huruf kapital dipakai pada nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas seperti, dan, oleh, atau, untuk.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas
seperti, dan, oleh, atau, untuk.
Contoh: - Badan Kepegawaian dan Aparatur Pemerintah
- Peraturan Presiden tentang Organisasi Masyarakat Nomor 04 Tahun 2006
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Contoh: - beberapa badan hukum
- terdapat pada keputusan menteri
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya
Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Contoh: - Dokumen itu telah ditandatangani oleh Direktur Jenderal.
- Gaji bulan ke-13 menurut Pemerintah akan dicairkan bulan ini.
11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan
judul karangan.
Contoh: - Dasar-Dasar Jurnalistik
- Perserikatan Bangsa-Bangsa
12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas/ kata
depan seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh: - Saya berlangganan Harian Pos Kupang.
- Judul proposalnya “Asas-Asas Hukum Nativisme”.
13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan, nama gelar, pangkat, dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Contoh: - Dr. doktor
- S.Si. sarjana sains
- Sdr. Saudara
7
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatnnya, diatur secara
khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
036/U/1993.
14) Huruf kapital dipakai pada kata penunjuk hubungan kekerabataan, seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, paman, dan lain-lain, dalam penyapaan atau pengacuan.
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabataan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, dan lain-lain, dalam penyapaan atau
pengacuan.
Contoh: - “Mari pergi, Kak!” katanya.
- Besok Ibu pulang.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Contoh: - Semua kakak saya sudah bekerja.
- Tidak ada saudara nya yang tinggal.
15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Contoh: - Kami telah menrima lamaran Anda.
- Mengapa Anda tidak hadir kemarin?
16) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, contoh, catatan,
dan misalnya, yang didahului oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap.
Contoh :
1. Keterangan:
- Kepada Yth. Bapak Kadis Kehutanan
- Kepada Yth. Pimpinan Progam Studi se-Undana
...
2. Contoh:
-1+1=2
-1x2=2
...
3. Catatan:
- Apabila pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan
media jangka maka akan mengalami deviasi sebesar 0,7%
- Peneliti melakukan pengukuran pada sampel 1, dan
terbukti tidak terjadi pengurangan volume pada sampel 1.
....
Latihan Soal!
1. Carilah kesalahan penulisan huruf kapital pada media cetak lokal maupun nasional! (minimal
10, dibuktikan dengan fotokopi) – bobot nilai 10
2. Carilah kesalahan penulisan huruf kapital pada karya ilmiah mahasiswa (proposal dan
skripsi)! (minimal 10, dibuktikan dengan fotokopi) – bobot nilai 10
8
3. Berdasarkan kesalahan penulisan huruf kapital pada media cetak lokal maupun nasional,
berikan penjelasan atau perbaikan terhadap kesalahan penulisan huruf kapital tersebut! –
bobot nilai 15
4. Berdasarkan kesalahan penulisan huruf kapital pada karya ilmiah mahasiswa (proposal dan
skripsi), berikan penjelasan atau perbaikan terhadap kesalahan penulisan huruf kapital
tersebut! – bobot nilai 15
9
Latihan Soal!
1. Carilah kesalahan penulisan huruf cetak miring pada media cetak lokal maupun nasional!
(minimal 10, dibuktikan dengan fotokopi) – bobot nilai 10
2. Carilah kesalahan penulisan huruf cetak miring pada karya ilmiah mahasiswa (proposal dan
skripsi)! (minimal 10, dibuktikan dengan fotokopi) – bobot nilai 10
3. Berdasarkan kesalahan penulisan huruf cetak miring pada media cetak lokal maupun
nasional, berikan penjelasan atau perbaikan terhadap kesalahan penulisan huruf cetak
miring tersebut! – bobot nilai 15
4. Berdasarkan kesalahan penulisan huruf kapital pada karya ilmiah mahasiswa (proposal dan
skripsi), berikan penjelasan atau perbaikan terhadap kesalahan penulisan huruf cetak miring
tersebut! – bobot nilai 15
10
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
a. Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12, dapat dilengkapi dengan keterangan
pagi, siang, sore, atau malam. (12.00 siang; 05.00 sore; 02.00 pagi; 10.00 malam).
b. Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24, tidak memerlukan keterangan pagi,
siang, sore, atau malam. (00.35; 7.20; 13.00; 16.00)
4) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan jangka
waktu.
Contoh: - 00.00.40 jam (40 detik)
- 00.10.12 jam (10 menit, 12 detik)
- 02.15.12 jam (2 jam, 15 menit, 12 detik)
5) Tanda titik diapakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Contoh:
- Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920.
Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Pustaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.
Contoh: - Daerah itu berpenduduk 2.356 orang.
- Penduduk di kota Kupang tidak lebih dari 2.000.000 orang.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Contoh: - Nomor teleponya 0380-885360.
- Lihat halaman 1323.
7) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh: - Kegiatan Bulan Bahasa
- Aplikasi Metode Pembelajaran Konstruktivisme
8) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan
alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Contoh: - Yth. Kepala Laboratorium Lahan Kering
Jalan Adisucipto Penfui 86
Kupang
11
9) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.
Contoh: - Rp 200.678.890,00
- 9.760 km
10) Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan.
Contoh: - Sdr. - dll. - Bpk. - dsb.
12
Contoh : - “Masuk kamarmu!” teriaknya padaku.
8) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh : - Sdr. Fatimah, Jalan Advokad 88, Kupang
- Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Budi Dharma, Jalan Soeharto, SoE
9) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Contoh : Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
10) Tanda koma dipakai di antara bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Contoh :
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), hal. 26.
11) Tanda koma diapakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh: Ny. Irawati, S.Si.,M.Si.
12) Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Contoh : - 12,4 gr - Rp 550,05 - 30,6 km
13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh : - Udin, anak Pak Akhmad, nakal sekali.
- Hukum Newton I, juga hukum Newton yang lain, memiliki implikasi yang
besar dalam pemahaman tentang fisika murni.
Catatan :
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma.
Contoh: - Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijasah.
14) Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca/ salah pengertian—di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: - Atas perhatian Anda, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan:
- Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda.
13
2) Tanda titik koma diguanakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak
perlu digunakan kata dan.
Contoh: Bahan-bahan membuat telur dadar:
- telur; - garam secukupnya;
- minyak untuk menggoreng.
3) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-
unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Contoh :
Semester I mata kuliahnya, Bahasa Indonesia, Agama, dan Pendidikan Pancasila;
Biologi, Kimia, Matematika; Budaya Lahan Kering.
14
2.3.5 Tanda Baca Hubung (-)
1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh: Ekonomi masyarakat yang berbasis pada ekonomi mikro, juga dapat mening-
katkan perekonomian nasional.
2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran
dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Peta perpolitikkan di Indonesia tidak lagi berpijak pada partai tetapi meng-
arah pada karakter tokoh.
- anak-anakan - berguling-gulingan
4) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.
5) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan b) penghilangan bagian frasa atau kelimpok kata.
15
2.3.6 Tanda Baca Pisah (─)
1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh: - Kemerdekaan itu─hak segala bangsa─harus dipertahankan.
- Keberhasilannya─saya yakin─Rdak didapat dengan mudah.
2) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh: - Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
- Gerakan pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda – harus
terus ditingkatkan.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’.
Contoh: - Tahun 1928–2018 - Tanggal 5–13 September - Kupang–Atambua
Catatan:
a. Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada
akhir kalimat.
Contoh: Kita memerlukan alat tulis—pena, pensil, dan kertas.
b. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
Ada—umpan—kayu
16
2.3.9 Tanda Baca Elipsis (...)
1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Contoh: -Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan.
- Jika setuju ..., penyelesaian perkaranya lewat jalan damai.
2) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Contoh: - Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
- Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas,
Catatan :
a. Tanda elipsis didahului dan diikuti dengan spasi.
b. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3
tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir
kalimat.
c. Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Contoh: - dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat.
17
2.3.11 Tanda Baca Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Contoh: - Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘cit cit’ tadi?”
- “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriakkan mereka, ‘gempa’, dan
seketika itu gedung itu runtuh.
2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Contoh: - terkutuk ‘paling dikutuk’
- mengambil langkah seribu ‘lari pontang-panting’
3) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau
bahasa asing.
Contoh: - feed-back ‘balikan’ - jolok ‘menyodok’
1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
Contoh: - Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
18
2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Contoh: - Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan.
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh: - Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
- Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
- 1 Januari ’88. (’88 = 1988)
Kata ulang atau reduplikasi adalah hasil dari proses pengulangan kata atau unsur kata.
Pengulangan ini ditandai dengan menggunakan tanda hubung sebagai penanda pengulangan.
1) Bentuk ulang dengan mengulang kata secara utuh/ penuh (bermakna jamak).
Contoh: - anak-anak, - buku-buku, - kuda-kuda,
- mata-mata, - hati-hati, - undang-undang, dll.
2) Bentuk ulang yang merupakan nama tempat, binatang, tumbuhan.
Contoh: - biri-biri, - kupu-kupu, - kura-kura, - laba-laba, dll.
3) Bentuk ulang dengan perubahan bunyi.
Contoh: - gerak-gerik, - hura-hara, - lauk-pauk, - mondar-mandir,
- ramah-tamah, - sayur-mayur, - porak-poranda,
- tunggang-langgang, dll
4) Bentuk ulang dengan imbuhan.
Contoh: - berjalan-jalan, - dibesar-besarkan, - menulis-nulis,
19
- terus-menerus, - tukar-menukar, dll.
5) Bentuk ulang untuk gelar atau sebutan.
Contoh: - hulubalang-hulubalang, - bumiputra-bumiputra, dll.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
1) Kain itu terletak di dalam lemari.
2) Di mana Siti sekarang?
3) Mari kita berangkat ke pasar.
4) Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
5) Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
1) Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
2) Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
3) Ia masuk, lalu keluar lagi.
Untuk membedakan kata depan (di dan ke) dan imbuhan (di- dan ke-) adalah dengan
memperhatikan kata yang mengikutinya. Jika kata tersebut adalah kata benda/ nomina, maka di dan
ke adalah kata depan, tetapi jika kata yang mengikutinya bukan kata benda/ nomina—kata kerja,
kata sifat, kata adverbia—maka di- dan ke- adalah imbuhan.
Contoh: - di sekolah(n) - di kamar(n) - di mana(n)
- ke pasar(n) - ke lapangan(n) - ke rumah(n)
Keterangan: kata yang digaris bawahi diberi tanda n yang merupakan kepanjangan dari nomina.
- diangkat(v) - diberi(v) - dipakai(v)
- kesulitan(a) - kedudukan(v) - kesempitan(a)
Keterangan: kata yang digaris bawahi diberi tanda v kepanjangan dari verba/ kata kerja; yang diberi
tanda a kepanjangan dari adjektif/ kata sifat.
Latihan Soal!
1. Berilah tanda benar (√) atau salah (-) pada kata-kata berikut ini.
disamping (...) di sini (...)
kedepan (...) dimakan (...)
20
darisana (...) di jalankan (...)
dari lahir (...) dimakam (...)
keluar (...) kemasukan (...)
dimana (...) daripada (...)
2. Tuliskan bentuk kata ulang dari kata-kata berikut ini.
sayur sikut pemikir
balik berkaki budayawan
malang dibuat gugur
3. Carilah kesalahan penggunaan kata ulang pada surat kabar lokal maupun nasional! (min. 5)
4. Carilah kesalahan penggunaan kata ulang pada karangan karya ilmiah (proposal, skripsi,
artikel, dll.)! (min.5)
5. Carilah kesalahan penggunaan kata depan pada surat kabar lokal maupun nasional! (min. 10)
6. Carilah kesalahan penggunaan kata depan pada karangan karya ilmiah (proposal, skripsi,
artikel, dll.)! (min.10)
Bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa. Ragam bahasa dapat dibagi berdasarkan
tempat dan daerahnya, berdasarkan penuturnya, berdasarkan sarananya, berdasarkan bidang
penggunaannya, dan sarana penggunaannya.
Ragam bahasa baku disebut juga sebagai ragam bahasa ilmu. Ragam bahasa ilmu dapat
dijelaskan sebagai suatu ragam bahasa yang tidak termasuk dialek, yang dalam suasana resmi, baik
lisan maupun tulisan, digunakan oleh para cendekiawan untuk mengkomunikasikan ilmu
pengetahuannya (Ramlan, 1992 dalam Sugihastuti dan Saudah, 2016).
Bahasa baku terdiri dari dua kata, yakni bahasa dan baku. Bahasa sendiri berarti 1) sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; dan 2) percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku
yang baik; sopan santun. Kata baku merujuk pada tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau
kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan/ standar. Sehingga bahasa baku dapat diartikan
sebagai bahasa yang baik atau santun dengan merujuk pada standar yang sudah ditetapkan.
21
3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan;
Misalnya:
Mohon jangan ditanggapi. Mohon tidak ditanggapi.
4. Pemakaian imbuhan yang jelas dan tepat;
Misalnya:
menghendaki
diperiksa
5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;
Misalnya:
Kata ulang atau reduplikasi adalah hasil dari proses pengulangan kata atau unsur
kata. Pengulangan ini ditandai dengan menggunakan tanda hubung sebagai penanda
pengulangan.
6. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu;
Misalnya:
Ujian akan dilaksanakan besok.
Ujian akan dilaksanakan hari Rabu, 27 Oktober 2015, pada jam 10.30 WITA.
7. Tidak mengandung arti pleonasme (pemakaian kata berlebihan dari yang dimaksud);
Misalnya:
Kita harus dan wajib melaksanakan bela negara.
Kita wajib melaksanakan bela negara.
8. Tidak mengandung hiperkorek (kerapian atau kesempurnaan berlebihan sehingga hasilnya
kacau).
Misalnya:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ini merupakan KBBI Daring (Dalam Jaringan/
Online) yang sengaja dibuat untuk memudahkan pencarian, penggunaan dan
pembacaan arti kata (lema/ sublema).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ini merupakan KBBI Daring (Dalam
Jaringan/online) yang dibuat untuk memudahkan pencarian, penggunaan, dan
pembacaan arti kata (lema/ sublema).
Fungsi-fungsi bahasa Baku Bahasa Indonesia ialah 1) fungsi pemersatu, 2) fungsi pemberi
kekhasan, 3) fungsi pembawa kewibawaan, dan 4) fungsi kerangka acuan. Fungsi pemersatu adalah
untuk mempersatukan penutur/ penulisnya menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan
proses identifikasi penutur/ penulis orang-seorang dengan seluruh masyarakat itu. Fungsi kekhasan
yang diemban oleh bahasa baku membedakan bahasa itu dengan bahasa yang lain. Pemilikan bahasa
22
baku membawa serta wibawa atau prestise. Ahli bahasa di Indonesia dapat dijadikan teladan bagi
bangsa lain di Asia Tenggara (mungkin juga di Afrika) yang juga memerlukan bahasa modern
(Moeliono, 1988a dalam Sugihastuti dan Saudah, 2016).
Berikut adalah beberapa contoh kalimat baku dan kalimat tidak baku dalam bahasa lisan.
Berikut adalah beberapa contoh kalimat baku dan tidak baku dalam bahasa tulis.
23
Latihan Soal!
1. Carilah kesalahan penggunaan kalimat baku pada surat kabar lokal maupun nasional! (min.
5)
2. Buatlah kalimat baku bidang keilmuan Anda! (min. 5)
3. Dari kalimat berikut, manakah yang merupakan kalimat baku? (berikan tanda “√” pada
kalimat baku, berilah tanda “–“ pada kalimat tidak baku)
a. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. (...)
b. “Bukan demikian, tetapi ada tersurat di dalamnya.” (...)
c. “Saudara-saudari seperjuangan, yang lahir dari perut bumi persada.” (...)
“Singsingkan lengan baju kalian!” (...)
“Berjuanglah demi nusa bangsa! (...)
d. Perlakuan ini, diulangi 2 sampai 3 kali dalam seminggu. (...)
e. Pakan yang diberikan merupakan hasil fermentasi putak. (...)
6. Kalimat Efektif
6.1 Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan suatu pikiran, gagasan,
perasaan yang utuh. Dalam KBBI, kalimat merupakan kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu
konsep pikiran dan perasaan; perkataan; satuan bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (KBBI, luring).
Kalimat haruslah mengandung kelengkapan dari segi unsur-unsurnya, tuntas atau utuh dari
segi makna/ informasinya, dan berterima dari segi nilai sosial dan budaya masyarakat pemakainya.
Pola kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktur inti, belum mengalami
perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola dasar, apakah pola SP (subjek-
predikat), SPO (subjek-predikat-objek), SPPel (subjek-predikat-pelengkap), atau SPOPel (subjek-
predikat-objek-pelengkap). Dengan demikian, panjangnya sebuah kalimat, jika hanya memiliki satu
pola dasar, tetap disebut sebagai kalimat tunggal.
Contoh:
24
6.3 Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari dua pola kalimat tunggal atau lebih yg
dipadukan menjadi satu. Kalimat majemuk dibagi atas dua yakni kalimat majemuk bertingkat yakni
kalimat yang terjadi dari dua pola kalimat tunggal atau lebih yang dipadukan menjadi satu, atau
hubungan antarpola kalimat subordinatif atau dengan kata lain kalimat kompleks; dan kalimat
majemuk setara adalah kalimat yang terjadi dari dua pola kalimat atau lebih yang hubungan
antarpola kalimatnya koordinatif. Kalimat majemuk bertingkat ditandai dengan kata penghubung
seperti jika, andaikata, supaya, kalau, sebab, meskipun, ketika, bahwa, walaupun, apabila, agar, dan
karena. Kalimat majemuk setara ditandai dengan kata penghubung seperti dan, lalu, atau, tetapi,
kemudian, melainkan, dan sedangkan.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami secara tepat pula. Berikut ini contoh kalimat yang kurang efektif. Kalimat (1)
diambil dari sebuah tiket bus dan kalimat (2) diambil dari sebuah majalah.
Contoh;
(1) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan kepada kami.
Kalimat ini kurang jelas maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan atau tidak sejajar. Siapakah
yang diminta "supaya melaporkan kepada kami"? Ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang
membeli tiket di agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi :
(1a) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, Anda diharap melaporkan kepada
kami.
Jika subjek induk kalimat dan anak kalimatnya dibuat sama, ubahannya menjadi
(1b) Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen, harap dilaporkan kepada kami.
Contoh;
(2) Mereka mengambil botol bir dari dapur yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi
cairan racun.
25
Apakah yang berisi cairan racun itu ? Jika jawabnya "dapur", kalimat ini sudah baik. Jika jawabnya
"botol bir", letak keterangannya perlu diubah menjadi :
(2a) Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol bir yang menurut pemeriksaan
laboratorium berisi cairan racun.
Latihan Soal!
7. Paragraf
Paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping")
adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Ide tersebut kemudian dikembangkan
dengan menambahkan kalimat-kalimat pendukung atau penjelas paragraf. Kalimat-kalimat tersebut
haruslah memiliki kesatuan makna antarkalimat.
Bentuk paragraf ditandai dengan baris pertama tulisan yang menjorok ke dalam dan berada
pada baris baru. Menjorok atau tidaknya baris pertama dalam paragraf ada ketentuan atau aturan
tersendiri dalam penulisan. Seperti pada penulisan abstraksi maka baris baru pada sebuah paragaraf
tidak menjorok ke dalam.
Sebuah paragraf terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat
pendukung. Paragraf nonfiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih khusus sehingga
dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Paragraf nonfiksi umumnya terdiri dari tiga
hingga tujuh kalimat.
Dalam menulis karangan fiksi, biasanya ditemukan paragraf tunggal. Paragraf tunggal ini
terjadi di tengah atau pada perubahan halaman karangan prosa atau Ketika dialog dalam fiksi,
paragraf baru digunakan setiap terjadi percakapan. Tujuannya adalah untuk membedakan antar
tokoh yang sedang berbicara ataupun suatu kejadian yang terjadi dan hanya diperlukan satu baris
penjelasan atau penegasan.
26
7.1 Kerangka Paragraf
Kerangka paragraf diawali dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
Selanjutnya memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama. Pada akhir paragraf
adalah menyusun kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama. Kerangka ini untuk
penulis profesional dapat berubah sesuai kebutuhan penulis.
Paragraf naratif:
Paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada
pelaku, dan ada waktu kejadian.
Paragraf deskriptif:
Paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat,
mendengar, atau merasakan objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat
berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan.
Paragraf eksposisi:
Paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang
membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.
Paragraf argumentatif:
Paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat
dan alasan.
Paragraf persuasi:
Paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu.
Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
Paragraf deduktif:
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian
diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Paragraf induktif:
27
Paragraf induktif generalisasi:
Paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa
mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili
sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar
faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.
Paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga
bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik, kebenarannya dapat dipercaya
karena menggunakan fakta yang lengkap.
Pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat
sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam
berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola
sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor
penyebab.
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa
itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.
28
Paragraf campuran:
Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian
diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada
pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh
paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.
Latihan Soal!
Kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik (“ ”) jika kutipan ini merupakan kutipan
pertama atau dikutip langsung dari penulisnya. Jika kutipan itu diambil dari kutipan, maka kutipan
tersebut ditulis dengan menggunakan tanda kutip tunggal (‘ ’).
Jika bagian yang dikutip terdiri atas tiga baris atau kurang, kutipan ditulis dengan
menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan pertama) dan penulisannya digabung ke dalam
paragraf yang ditulis oleh pengutip dan ditulis dengan jarak dua spasi. Jika bagian yang dikutip terdiri
dari lima baris atau lebih, maka ditulis dengan jarak satu spasi.
Jika kutipan ada bagian yang dihilangkan maka kutipan tersebut diletakkan setelah memberi
tanda elipsis (...) lalu masukan kutipan yang dimaksud dan diberikan tanda titik, tetapi jika kutipan
kalimat itu masih dalam satu paragraf dengan seperangkat kalimat lain, maka akhir kutipan itu pun
diberikan tanda elipsis (...) lalu diberi tanda titik.
1) Penulisan sumber kutipan ada beberapa kemungkinan seperti berikut. Jika sumber kutipan
mendahului kutipan, cara penulisannya adalah nama penulis yang diikuti dengan tahun
penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip yang keduanya diletakkan di dalam kurung.
2) Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, maka nama penulis, tahun penerbitan, dan
nomor halaman yang dikutip semuanya diletakkan di dalam kurung.
29
3) Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, maka sumber kutipan
yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan pengutip, tetapi dengan menyebut siapa
yang mengemukakan pendapat tersebut.
4) Jika penulis terdiri atas dua orang, maka nama keluarga kedua penulis tersebut harus
disebutkan:
5) Sedangkan jika penulisnya lebih dari dua orang maka yang disebutkan nama keluarga dari
penulis pertama dan diikuti oleh dkk.,
6) Jika masalah yang dikutip dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda maka
cara penulisan sumber kutipan itu seperti berikut.
7) Jika sumber kutipan itu adalah beberapa karya tulis dari penulis yang sama pada tahun yang
berbeda, maka cara penulisannya adalah dengan menambah huruf a, b, dan seterusnya
pada tahun penerbitan.
9) Jika yang diutarakan pokok-pokok pikiran seorang penulis, tidak perlu ada kutipan langsung,
cukup dengan menyebut nama penulisnya.
Abstrak (abstract) merupakan sebuah elemen yang harus ada dalam semua jenis tulisan
akademis, mis. artikel ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi. Abstrak merupakan ringkasan dari seluruh
isi sebuah tulisah ilmiah. Selain harus mencantumkan informasi bibliografisnya (nama penulis, judul,
tahun, dan jumlah halaman), isi abstrak seharusnya mengandung elemen-elemen kunci yakni:
1) Latar belakang. Pada bagian ini, perlu diberikan rangkuman informasi mengenai latar
belakang atau lebih spesifik pokok masalah yang Anda geluti di dalam karya ilmiah.
2) Tujuan. Pada bagian ini perlu dikemukakan tujuan penulisan karya ilmiah.
3) Implikasi. Pada bagian ini perlu dikemukakan implikasi praktis dari hasil riset (jika ada).
4) Metode. Pada bagian ini perlu dikemukakan metode penelitian yang digunakan.
5) Hasil. Pada bagian ini perlu dikemukakan temuan-temuan yang dihasilkan atau ditemukan
dalam penelitian.
30
6) Kesimpulan. Kemukakan kesimpulan akhir dari hasil penelitian.
Artikel jurnal, abstrak tidak boleh berisi lebih dari 150 kata. Untuk skripsi, tesis, dan disertasi,
kisaran jumlah katanya antara 300-500 kata. Dalam tulisan ilmiah abstrak ditulis secara terstruktur.
Untuk skripsi, tesis, dan disertasi, biasanya ditulis secara naratif. Walaupun ditulis secara terstruktur
maupun secara naratif, keenam unsur itu harus masuk di dalamnya.
1) Nama penulis;
2) Tahun penerbitan;
3) Judul. Jika buku atau tulisan tersebut telah diterbitkan, maka ditulis cetak miring, tetapi jika
tulisan atau buku tersebut belum diterbitkan maka ditulis cetak tegak lurus;
4) Kota tempat penerbit berada;
5) Nama penerbit.
10.1 Cara Menulis Daftar Pustaka Berdasarkan Jenis Sumber yang Digunakan
1) Sumber dari jurnal
Penulisan jurnal sebagai daftar pustaka mengikuti urutan:
a. Nama penulis;
b. Tahun penerbitan;
c. Judul artikel (ditulis diantara tanda petik); judul jurnal dengan digarisbawahi dan ditulis
penuh;
d. Nomor volume dengan angka arab dan digarisbawahi tanpa didahului dengan singkatan
“vol”;
e. Nomor penerbitan (jika ada) dengan angka arab dan ditulis di antara tanda kurung;
f. Nomor halaman dari nomor halaman pertama sampai dengan nomor halaman terakhir
tanpa didahului singkatan “pp” atau “h”.
2) Sumber dari buku
Jika sumber tertulisnya berupa buku, maka urutan-urutan penulisannya adalah:
a. nama penulis;
b. tahun penerbitan;
c. judul buku di cetakmiring;
d. Edisi;
e. kota asal penerbit;
f. Penerbit.
31
Daftar Pustaka berupa buku ditulis dengan memperhatikan keragaman berikut:
a. Jika buku ditulis oleh seorang saja:
Contoh;
b. Jika buku ditulis oleh dua orang, maka semua nama ditulis, nama pengarang kedua tidak
perlu dibalik susunannya.
Contoh;
Ekosusilo, Madyo dan Bambang Triyanto. 1995. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Semarang: Dahara Prize.
Rubin, Joan dan Bjorn H. Jernudd (ed.). 1971. Can Language Be Planned? Honolulu:
The University Press of Hawaii.
d. Jika sumber itu merupakan karya tulis seseorang dalam suatu kumpulan tulisan banyak
orang:
Contoh;
Pujianto. 1984. “Etika Sosial dalam Sistem Nilai Bangsa Indonesia”, dalam Dialog
Manusia, Falsafah, Budaya, dan Pembangunan. Malang: YP2LPM.
Gabriell. 1970. Children Growing Up: Development of Children’s Personality. (ed. 3).
London: University of London Press.
Contoh;
32
b. Berupa Dokumen Proyek:
Contoh;
Contoh;
Contoh;
33
Contoh;
Contoh;
Contoh;
11. Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.
Kerangka karangan yang belum selesai disebut outline sedangkan kerangka karangan yang sudah
tersusun rapi dan lengkap disebut outline final. Kerangka karangan merupakan catatan sederhana
yang sewaktu-waktu dapat diubah. Tujuannya untuk mencapai tulisan yang efektif dan efisien serta
tepat guna.
34
Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang
berbeda-beda di dalam karangannya. Kerangka karangan juga membantu pengarang menempatkan
atau menyisipkan simpulan-simpulan sederhana dalam karangannya. Kerangka karangan adalah
miniatur dari keseluruhan karangan. Dengan kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide
serta struktur suatu karangan.
1) Kerangka topik.
Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, atau klausa yang didahului tanda-tanda atau kode
tertentu yang lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (titik)
tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat lengkap. Kerangka topik lebih sering
digunakan dalam pembuatan sebuah karangan.
2) Kerangka kalimat
Kerangka kalimat bersifat resmi, berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap
menunjukan diperlukannya pemikiran yang lebih luas dibandingkan dalam kerangka topik.
1) Pola Alamiah
Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah dasar. Pola
alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu. Urutan unit-unit dalam
kerangka pola alamiah dapat di bagi menjadi 2, yaitu:
a. Urutan ruang: dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang.
Umpamanya kantor, gedung, lokasi, atau wilayah tertentu.
Contoh:
Peternakan di NTT
I. Pulau Timor
- Kab. Kupang - Kab. TTS - Kab. TTU
- Kab. Malaka - Kab. Belu
II. Pulau Sumba
- Kab. Sumba Barat - Kab. Sumba Timur
- Kab. Sumba Tengah - Kab. Sumba Barat Daya
b. Urutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) suatu peristiwa/ kejadian,
baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa.
35
Contoh:
1. Riwayat Hidup Gubernur NTT ke-2 El Tari
2. Riwayat hidup El Tari
3. Riwayat pendidikan El Tari
4. Riwayat karir El Tari
5. Akhir hidup El Tari
6. Jasa-jasa selama hidup El Tari
2) Pola Logis
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara
berpikir manusia yang mengamati sesuatu berdasarkan logika. Macam-macam urutan logis
adalah klimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah, dan umum-khusus.
a. Urutan Klimaks
Contoh:
Topik Presiden Jokowi
1. Lahir di Solo
2. Menjadi Insinyur (kehutanan)
3. Menjadi pengusaha meuble
4. Simpatisan partai
5. Walikota Solo
6. Gubernur DKI
7. Presiden Republik Indonesia
b. Urutan Sebab-Akibat
Contoh:
Topik Sidang Etik Setya Novanto
1. Kedudukan dan fungsi Ketua DPR
2. Etika berperilaku anggota DPR diatur dalam UU DPR
3. Pembicaraan yang mencatut Simbol Negara RI
4. Persidangan etik Setya Novanto
5. Sanksi pemecatan
c. Urutan Pemecahan Masalah
Contoh:
Topik Bahaya Penyakit Malaria
1. Apa itu malaria?
2. Penyebab malaria
2.1 Mengenal nyamuk malaria
2.2 Tempat berkembang biak nyamuk malaria
3. Pencegahan
3.1 Menguras tempat penampungan air
3.2 Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air
3.3 Menutup tempat penampungan air
3.4 Menaruh bubuk abate pada tempat penampungan air
3.5 Membuat taman TOGA.
d. Urutan Umum-Khusus
Contoh:
Topik Beternak Ayam Negeri
36
1. Ayam negeri
2. Gizi yang terkandung pada daging ayam negeri
3. Pasaran ayam negeri
4. Pemeliharaan ayam negeri
4.1 Obat
4.2 Imunisasi
5. Penyiapan pakan ayam negeri
6. Penyiapan kandang
7. Bibit ayam negeri
Pada dasarnya isi dari kerangka karangan terdiri dari bagian-bagian. Bagian pertama adalah
bagian pembukaan, bagian isi, dan bagian penutup.
Pada bagian pembukaan, dirumuskan secara ringkas latar belakang pentingnya suatu tema
dibahas. Latar belakang berisi permasalahan yang ingin dibahas dan pentingnya masalah tersebut
untuk dibahas.
Bagian kedua adalah bagian isi. Pada bagian isi memuat pokok-pokok pikiran yang akan
ditulis. Pokok-pokok pikiran tersebut haruslah didukung oleh pendapat ahli. Pokok-pokok pikiran
terebut harus berhubungan dengan masalah yang hendak dikaji.
Pada bagian penutup berisi simpulan dan atau saran-saran. Pada bagian penutup ini,
simpulan haruslah merupakan jawaban atas pertanyaan masalah yang dibuat pada bagian
pembukaan. Simpulan merupakan produk akhir sebuah proses panjang dari menulis. Saran memuat
bagian-bagian kosong yang belum terjawabi dalam simpulan, untuk penyempurnaan tulisan
selanjutnya.
37
3) Pengembangan karangan haruslah sistematis dan terarah.
4) Alur pengembangan harus disusun secara teliti dan cermat.
5) Semakin sistematis, logis, dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula
tulisan yang dihasilkan.
Latihan Soal!
Karya ilmiah atau karangan ilmiah atau scientific paper adalah sebuah laporan yang secara
tertulis diterbitkan dengan memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan. Karya ilmiah dapat diartikan sebagai karangan yang
mengungkapkan buah pikiran hasil pengamatan dalam bidang tertentu dengan sistematika
penulisan bersantun dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
1) laporan penelitian,
2) makalah seminar atau simposium atau paper,
3) artikel ilmiah,
4) naskah publikasi,
5) tugas akhir,
6) skripsi,
7) tesis,
8) disertasi, dan
9) artikel jurnal.
Menemukan masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian
(didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah). Menentukan
tema perlu memperhatikan beberapa hal berikut.
1) Tema dibentuk berdasarkan satu topik yang akan dibahas. Topik haruslah berupa tesis
(pernyataan yang di dalamnya terdapat tema karangan).
2) Tema ditentukan lebih dahulu sebelum topik karena ruang lingkupnya lebih luas dan abstrak.
3) Pokok masalah ditentukan sebelum menyusun karangan.
Topik
1) Pemilihan Topik
38
a. Topik haruslah yang paling menarik perhatian.
b. Terpusat pada lingkup yang sempit dan terbatas.
c. Memiliki data dan fakta yang obyektif.
d. Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, meskipun sedikit.
e. Harus memiliki sumber acuan/ bahan kepustakaan untuk dijadikan referensi.
2) Penulisan topik
39
b. Pengembangan kerangka karangan yang perlu diperhatikan adalah bahasa, susunan
Isi, dan susunan pengutaraan.
7) Metodologi
a. Metodologi (mencakup berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data,
teknik pengukuran, dan teknik analisis data).
b. Tahapan pengumpulan data:
a) Pencarian keterangan dari bahan bacaan/ referensi.
b) Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah.
c) Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti.
d) Percobaan di laboratorium/ pengujian di lapangan.
1) Bagian pembuka
a. Cover
b. Halaman judul
c. Halaman pengesahan
d. Abstraksi
e. Kata pengantar
f. Daftar isi
g. Daftar tabel
h. Daftar singkatan
2) Bagian Isi
a. Pendahuluan
a) Latar belakang masalah
b) Perumusan masalah
c) pembatasan masalah
d) Tujuan penelitian.
e) Manfaat penelitian.
b. Kajian teori atau tinjauan kepustakaan
a) Penelitian terdahulu
b) Pembahasan teori
c) Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
d) Pengajuan hipotesis
c. Metodologi penelitian
a) Waktu dan tempat penelitian.
b) Metode dan rancangan penelitian
c) Populasi dan sampel
d) Instrumen penelitian
e) Pengumpulan data dan analisis data
d. Hasil Penelitian
40
a)
Jabaran varibel penelitian.
b)
Hasil penelitian.
c)
Pengajuan hipotesis.
d)
Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang
didapatnya.
3) Bagian penunjang
a. Daftar pustaka
b. Lampiran- lampiran antara lain instrumen penelitian
Teknik penyajian karya ilmiah perlu memperhatikan, kerapian dan kebersihan; tata letak
(layout) yakni unsur-unsur dalam format karya ilmiah (misalnya, halaman muka (cover), halaman
judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar pustaka dan lain-lain). Dalam
penulisan karya ilmiah, terdapat standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, misalnya
standar penulisan kutipan, catatan kaki (foot note), daftar pustaka & penggunaan Bahasa Indonesia
sesuai EYD.1
Dalam petunjuk teknis penulisan atau pengetikan ini terdiri dari format Jenis dan ukuran
kertas, pengaturan ruang ketikan (lebar margin halaman kertas), dan indensi serta penomoran
halaman.
Jenis dan ukuran kertas yang digunakan dalam karya ilmiah terutama penulisan skripsi dan
makalah biasaanya menggunakan kertas HVS putih, dengan berat 80 gr, ukuran A4 (lebar 21
cm serta panjang 29,7 cm).
2) Format Pengaturan Ruang Ketikan dan ruang tepi (margin) dalam makalah, skripsi dan
laporan.
Ruang ketikan adalah ruang yang disediakan pada kertas pengetikan isi makalah/ laporan/
skripsi dan karya ilmiah lainnya. Sedangkan ruang tepi adalah ruangan di sekeliling ruang
ketikan dan ruang tepi ini harus dikosongkan. Biasanya dikenal dengan lebar margin atas,
bawah, kiri serta kanan. Berikut ini contoh pengaturannya:
1
Ketentuan atau standar ini, ditentukan atau diatur oleh instansi penyelenggara, misalnya jurusan, program studi, instansi
atau badan pemerintah, penyelenggara pendidikan, penyelenggara seminar atau simposium.
2
sda
3
sda
41
Ukuran lebar ruang tepi kanan (margin Kanan): 2 cm
Ukuran lebar ruang tepi atas (margin atas): 2 cm
Ukuran lebar ruang tepi bawah (margin bawah): 2 cm
3) Indensi
Indensi memiliki pengertian permulaan pengetikan baris pertama pada setiap paragraf baru.
Pengetikan paragraf baru dimulai pada ketukan ke-7.5
Penomoran halaman dilakukan pada seluruh halaman yang ada dalam makalah, skripsi serta
laporan karya ilmiah lain dimulai dari bagaian awal hingga lampiran, kecuali untuk lembar
judul, lembar pernyataan, lembar pengesahan, lembar persetujuan serta lembar
pengesahan tim penguji tidak perlu dilakukan penomoran.6 Ketentuan penulisan nomor
halaman adalah sebagai berikut.
a. Nomor halaman untuk bagian awal ditempatkan di tengah bagian bawah halaman
dengan menggunakan huruf romawi kecil (misalnya: i, ii, iii, ...);
b. Nomor halaman untuk bagian isi yang memuat awal bab ditempatkan ditengah bagian
bawah halaman dengan menggunakan angka arab (misalnya 1, 2, 3, ...).
4
Ketentuan atau standar ini, ditentukan atau diatur oleh instansi penyelenggara, misalnya jurusan, program studi, instansi
atau badan pemerintah, penyelenggara pendidikan, penyelenggara seminar atau simposium.
5
sda
6
sda
42
f. Kutipan yang ditulis pada catatan kaki adalah semua keterangan yang berkaitan dengan
uraian (teks) yang ditulis di bagian bawah halaman yang sama.
g. Pengunaan singkatan pada catatan kaki, antara lain:
Ibid atau ibidem (sama dengan yang di atas/ sumber yang baru saja dikutip)
loc.cit. atau loco citato (dikutip dari tempat yang sama)
op.cit atau opere citato (telah dikutip)
Contoh:
Pusat Bahasa. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Luring. indeks c.
ibid, indeks o.
Progdi Linguistik PPS Undana. 2014. Bianglala Linguistika: Jurnal Linguistik. Alih Kode
dalam Situasi Dwibahasa pada Mahasiswa di Kota Kupang. PPs Undana-Kupang. Hal.
18
loc.cit.
Pusat Bahasa. KBBI. op.cit. Indeks r.
h. Singkatan-singkatan lain;
C atau Ca dari circa (kira-kira atau sekitar)
Cap atau Chap dari Chapter (halaman)
Et al. Dari et all (dan lain-lain)
Etc. Dari et cetera (and other things atau dan lain-lain)
Referensi
Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Alwi H., dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Balai Pustaka-Jakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2011. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009, Tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2011.
Buku Praktis Bahasa Indonesia-Seri Pedoman: Pdm. 003. Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh.
Sugono, dkk. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia-Pusat Bahasa, Edisi
Keempat. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama-Jakarta
DIPA UNDANA Nomor: 0235-40/023-040/XXII/2010. Mullik M. & Malik A. 2010. Modul Bahasa
Indonesia. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana-Kupang
Hapsari W. S., dkk. 2013. Bahasa Indonesia-Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Divisi Buku
Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada-Jakarta.
43
Sugihasatuti & Saudah S. 2016. Buku Ajar Bahasa Indonesia Akademik. Pustaka Pelajar-Yogyakarta
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Referensi Daring
KBBI Luring. (Disarikan dari penjelasan yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III).
7/2/2016.
44