Anda di halaman 1dari 8

C.

Dasar Teori

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka meningkat


pula kebutuhan akan pangan. Selain karbohidrat yang didapat dari hasil – hasil pertanian,
untuk pertumbuhan manusia juga membutuhkan protein hewani yang didapat dari sector
peternakan. Alhasil peternakan mulai berkembang dan tumbuh dari waktu kewaktu.Salah
satu usaha yang dilakukan adalah usaha ternak sapi yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai usaha yang menguntungkan. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak
penghasil daging terbesar dari kelompok ternak ruminansia terhadap produksi daging
Nasional (Hasibuan,dkk,2011:2).

Keberadaan limbah menjadi masalah yang sangat serius. Masyarakat di sekitar


peternakan akan terganggu. Bukan saja baunya tidak sedap, tetapi keberadaannya juga
mencemari lingkungan, mengganggu pemandangan, dan bisa menjadi vektor penyakit.
Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat adalah sampah dan kotoran ternak yang tidak
ditanggani. Akibatnya, lingkungan di sekitarnya akan tercemar. Oleh karena itu, diperlukan
penanganan yang baik agar baunya tidak timbul, atau tidak meluas. Kotoran ternak jika
didiamkan begitu saja akan mengalami penyusutan unsur kimianya. Penyusutan biasa
disebabkan oleh penguapan dan pencucian oleh air hujan, angin, panas matahari dan
kelembaban lingkungan (Domanik,dkk,2014:56).

Limbah ternak sebagai faktor negatif dari usaha peternakan adalah fenomena yang
tidak dapat dihilangkan dengan mudah. Selain memperoleh keuntungan dalam hal bisnis,
usaha peternakan juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Limbah yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah akan
mengkontaminasi udara, air dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Beberapa gas yang
dihasilkan dari limbah ternak antara lain ammonium, hydrogen sulfida, CO2 dan CH4. Gas
- gas tersebut selain merupakan gas efek rumah kaca (Green House Gas) juga menimbulkan
bau tak sedap dan mengganggu kesehatan manusia. Pada tanah, limbah ternak dapat
melemahkan daya dukung tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Sedangkan pada air,
mikroorganisme patogenik (penyebab penyakit) yang berasal dari limbah ternak akan
mencemari lingkungan perairan. Salah satu yang sering ditemukan yaitu bakteri Salmonella
sp (Widyastuti,dkk,2013:81).
Limbah ternak sapi yang dihasilkan terdiri dari limbah padat berupa feces/kotoran
ternak dan sisa pakan, serta limbah cair berupa air limbah pencucian kandang, air limbah
sanitasi ternak dan air kencing sapi. Akibat buangan limbah dari kegiatan ternak ke
lingkungan akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat
(Saputro,dkk,2014:92).

Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan,
seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, dan pengolahan produk ternak.
Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti: faeces urine, sisa makanan,
embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, dan isi rumen. Semakin besar
skala usaha, maka limbah semakin banyak (Djaja,2008:55).

Limbah yang dihasilkan dari aktivitas ternak sapi mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat, contoh yang sederhana
adalah memanfaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik (padat dan cair) atau
mengolahnya menjadi biogas. Dengan adanya potensi dan ketersediaan bahan baku maka
pengelolaan limbah dipandang perlu untuk peningkatan kapasitas produksi dan lingkungan
di sekitar kandang sapi (Saputro,dkk,2014:92).

Biogas adalah suatu gas yang mudah terbakar yang dapat dihasilkan dari kotoran
ternak/manusia, limah industri/kota dan limbah pertanian melalui proses fermentasi. Biogas
ini terdiri dari beberapa unsur gas seperti gas methane (CH4), Karbon Dioksida
(CO2), Hidrogen Sulfda (H2S) dan Amoniak (NH3) ( Depdagri, 2008 : 1).

Selain pada pemanfaatan limbah padat dengan cara biogas, adapun salah satu
pemanfaatan dalam limbah padat berupa feses sapi yaitu pemanfaatan limbah untuk
kompos. Pemanfaatan limbah utuk pembuatan kompos memberikan manfaat yang sangat
menguntungkan bagi pihak peternak maupun lingkungan. Selain mengurangi dampak
pencemaran lingkungan juga dapat bermanfaat dalam menyuburkan tanah pertanian atau
pekebunan bahkan menjadi peluang usaha tersendiri dari peternak dengan penjualan
kompos ke masyarakat dan petani lainnya (Widyastuti,dkk,2013:84).

Pemanfaatan limbah sebagai sumber energi alternatif belum merupakan cara yang
umum dilakukan, terutama limbah yang bersumber dari kegiatan peternakan dengan
kapasitas yang besar. Untuk itu, limbah yang dibuang ke lingkungan mempunyai sifat dan
karakteristik tertentu dan cukup potensial menimbulkan dampak merugikan pada
lingkungan sehingga perlu dilakukan penanganan kembali. Menumpuknya limbah di dalam
lingkungan berarti ada kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan
(Damanik,dkk,2014:55).

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung


usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah
sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di
antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan
menghasilkan bau yang tidak sedap (Saputro,dkk,2014:92).

D. Langkah Kerja

Datang ke Tempat Pengamatan

Mengumpulkan data berupa foto

Mencari informasi melalui dialog dengan pemilik


kandang

Mencatat hasil pengamatan

E. Data Hasil Pengamatan


No. Indikator Hasil Pengamatan
1. Limbah kotoran sapi Kotoran sapi dikumpulkan untuk dijual ke daerah lain
2. Limbah kencing sapi Dialirkan ke sumur resapan
3. Limbah sisa pakan Dibiarkan busuk, terkadang dibakar
4. Sampah anorganik Dibuang ke tempat sampah tersendiri
5. Polusi udara (bau) Bau kotoran di dalam kandang cukup menyengat,
sedangkan di lingkungan sekitar tidak terkena bau
6. Polusi air tanah Air di lokasi masih dapat dipakai untuk memasak

F. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada Selassa, 5 Februari 2019 bertempat
di peternakan sapi daerah kalasan,tamanmartani,kalasan,sleman dengan judul “Observasi
pada Peternakan Sapi” dengan tujuan mengetahui permasalahan yang timbul akibat usaha
peternakan sapi bagi lingkungan, mengetahui komponen secara umum yang terlibat dalam
usaha peternakan sapi, mengetahui hubungan usaha peternakan sapi dengan aktivitas manusia
dan mengetahui solusi permasalahan yang ditimbulkan dari usaha peternakan sapi didapat
beberapa data mengenai observasi tersebut.
Pengamatan yang pertama dilakuakan adalah mengenai bau kotoran sapi terhadap
lingkungan sekitar. Area Kandang kelompok sapi tersebut berukuran sekitar 40 x 80 m2 dengan
jumlah sapi sebanyak 30 ekor. Ukuran dan jumlah sapi terhadap udara di lingkungan sekitar
nampaknya tidak banyak berpengaruh. Namun, pada hakikatnya kotoran sapi itu berbau apa
lagi jika masih basah, sehingga pada saat-saat tertentu bau yang menyengat terasa di
lingkungan sekitar kandang. Bau kotoran yang menyengat lingkungan itu misalnya saat angin
bertiup kencang atau ketika peternak sedang menyorok kotoran sapi. Kedua, pengamatan bau
di area luar kandang( lapangan dalam area kandang kelompok ) akibat kotoran sapi sedikit
menyengat. Bau tersebut disebakan karena adanya kotoran sapi yang menumpuk di tengah-
tengah kandang sapi dan selanjutnya terkena air hujan yang sedikit menggenangi akibatanya
kotoran sapi tersebut kembali lembek dan berbau.

Seorang pemilik sapi di kandang itu mengatakan bahwa saat musim kemarau kemarin
sudah pernah dibakar namun belum saja habis karena begitu banyaknya kotoran yang
menumpuk disana. Pengamatan ketiga dilakukan didalam kandang sapi, di area kandang
kelompok itu seorang peternak sapi diberikan satu kamar untuk menyimpan sapi-sapi miliknya.
Didalam kamar tersebut ada yang berisi dua, tiga atau bahkan empat sapi didalamnya. Kamar-
kamar sapi tersebut ada yang bersih ada juga yang kotor, pada kamar yang bersih bau akibat
kotoran sapi tidak lah menyengat namu pada kamar yang kotor apalagi kotorannya yang masih
lembek membuat bau yang sangat menyengat juga lembabnya udara didalammnya. Kebersihan
kandang juga sangat berpengaruh pada kesehatan si sapi.

Selain fokus pada kandang sapi, pengamat juga mengamati air yang digunakan para
peternak untuk memberi minum atau makan ke sapi, memandikan sapi dan untuk menjaga
kebersihan lingkuang sekitar kandang. Di area kandang kelompok tersebut terdapat satu sumur
yang digunakan untuk seluruh peternak yang menempati tempat itu. Dengan melalukan
pengamatan secara kasar dapat disimpulkan bahwa air di lingkungan itu tidak berbau dan
berwarna bening. Letak sumur terhadap kamar-kamar sapi itu sekitar 10 meter sehingga polusi
tanah terhadap air tidaklah terasa. Di area kandang tersebut juga ada tempat sampah yang
memilahkan antara limbah organic dan anorganik. Tempat sampah disana terbuat dari tong
sehingga dengan mudah para peternak memilah limbah-limbah yang ada. Limbah anorganik
diasana antaranya kaca, besi, sisa tali sapi, dan lain-lain.
Fokus pengamatan yang lain yaitu : pada kotoran sapi, kencing sapi, dan sisa-sisa pakan
sapi. Setiap hari sapi-sapi di dalam kandang itu melakukan ekskresi sehingga kotorannya
menumpuk. Anggota kandang kelompok telah membuat sebuah tempat untuk mengumpulkan
limbah kotoran sapi. Para pemilik sapi disetiap kandang itu, setelah membersihkan bagian
dalam kandang nya lalu membawa kotoran sapi itu kedalam tempat pengumpulan kotoran sapi.
Setelah menumpuk nantinya kotoran sapi itu akan dibawa ke sawah sebagai pupuk tanpa
pengolahan untuk dibawa ke sawah sebagai penyubur tanaman dan juga kadang-kadang dijual
ke pengepul kotoran sapi. Harga satu bak kotoran sapi adalah Rp15.000,00 dan uang itu
dijadikan sebagai uang kas di kandang kelompok tersebut. Walaupun sudah dibuang kesawah
dan juga dijual tetapi tetap saja kotoran sapi itu menumouk dan belum ada pemanfaatan yang
spesifik untuk membantu lingkungan.

Berkaitan dengan kencing sapi, disetiap kandang terdapat aliran kecil seperti parit yang
saling berhubungan antra kamar sapi satu dengan yang lainnya. Air kencing sapi itu mengalir
sehingga pengenanngan iar di dalam kandang berkurang. Mengalirnya air itu dibuang ke
sebuah sumur resapan yang berada di pojok paling belakang di dalam kandang itu. Adanya
sumur respan itu membuat area sekitar nampak bersih dari genangan akibat kencing sapi.
Kencing sapi itu sampai saat itu belum ada pemanfaatan yang dapat mengurangi polusi tanah
walaupun kencing sapi yang meresap didalam tanah dapat dijadikan pupuk. Sedangkan limbah
pakan ternak sapi biasanya dikumpulkan di tengah area kandang kelompok dan jika sudah
menumpuk banyak dan kering maka dilakukan pembakaran. Pembakaran itulah yang dapat
membuat polusi udara di lingkungan sekitar kandang.

Berdasarkan dari dasar teori telah dijelaskan akibat buangan limbah dari kegiatan
ternak ke lingkungan akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat
(Saputro,dkk,2014:92). Efek negative tersebut mungkin tidak dapat secara langsung
dirasakan. Berdasarkan masalah-masalah yang ada di lingkungan kandang kelomopok
maka pengamat memberikan bebrapa solusi yang bisa ditawarkan kepada peternak di
lingkungan. Limbah ternak sapi yang dihasilkan terdiri dari limbah padat berupa
feces/kotoran ternak dan sisa pakan, serta limbah cair berupa air limbah pencucian kandang,
air limbah sanitasi ternak dan air kencing sapi(Saputro,dkk,2014:92). Limbah yang
dihasilkan dari aktivitas ternak sapi mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi
berbagai macam produk yang bermanfaat, contoh yang sederhana adalah memanfaatkan
limbah peternakan menjadi pupuk organik (padat dan cair) atau mengolahnya menjadi
biogas. Dengan adanya potensi dan ketersediaan bahan baku maka pengelolaan limbah
dipandang perlu untuk peningkatan kapasitas produksi dan lingkungan di sekitar kandang
sapi (Saputro,dkk,2014:92). Biogas adalah suatu gas yang mudah terbakar yang dapat
dihasilkan dari kotoran ternak/manusia, limah industri/kota dan limbah pertanian melalui
proses fermentasi. Biogas ini terdiri dari beberapa unsur gas seperti gas methane (CH4),
Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfda (H2S) dan Amoniak (NH3) ( Depdagri, 2008 : 1).

Pemanfaatan limbah utuk pembuatan kompos memberikan manfaat yang sangat


menguntungkan bagi pihak peternak maupun lingkungan. Selain mengurangi dampak
pencemaran lingkungan juga dapat bermanfaat dalam menyuburkan tanah pertanian atau
pekebunan bahkan menjadi peluang usaha tersendiri dari peternak dengan penjualan
kompos ke masyarakat dan petani lainnya (Widyastuti,dkk,2013:84). Pemanfaatan kotoran
ternak sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung
usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah
sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di
antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan
menghasilkan bau yang tidak sedap (Saputro,dkk,2014:92).

,
Daftar Pustaka

Danang Dwi Saputro,dkk.2014.Pengelolaan limbah peternakan sapi untuk meningkatkan


kapasitas produksi pada kelompok ternak patra sutera.Diunduh dari
https://journal.unnes.ac.id pada tanggal 11 Februari 2019 pada pukul 16.05 WIB.

Depdagri.2008.Pemanfaatan Kotoran Ternak untuk Biogas.Jakarta: Direktorat Pembinaan


Masyarakat Desa, Depdagri.

Djaja.2008.Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan Sampah. Jakarta: PT
Agro Media Pustaka.

Fianda Revina Widyastuti,dkk.2013.Upaya Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan


Sapi.Diunduh dari https://eprints.undip.ac.id pada tanggal 11 Februari 2019 pukul
16.13 WIB.

Latifah Hanum Damanik,dkk.2014. Pemanfaatan feses ternak sapi sebagai energi alternatif
biogas bagi rumah tangga dan dampaknya terhadap lingkungan.Diunduh dari
https://journal.ugm.ac.id pada tanggal 11 Februari 2019 pukul 16.05 WIB.

M. Iqbal Azhar Hasibuan,dkk .2011. Analisis usaha ternak sapi potong.Diunduh dari
https://media.neliti.com pada tanggal 11 Februari 2019 pada pukul 20.09 WIB.

Anda mungkin juga menyukai