Anda di halaman 1dari 1

C. Peristiwa Gagal Berpisah pada D.

melanogaster

Gagal berpisah merupakan suatu peristiwa dimana bagian-bagiandari sepasang kromosom yang
homolog tidak bergerak memisahkan dirisebagaimana mestinya pada meiosis I, atau dimana kromatid
saudara gagal berpisah selama meiosis II, sehingga satu gamet menerima dua jenis kromosomyang sama
dan satu gamet lainnya tidak mendapat salinan sama sekali(Campbell dkk, 2002). Dalam hal ini kedua
kromosom kelamin X gagalmemisah selama meiosis sehingga keduanya menuju ke kutub yang sama
danterbentuklah telur yang memiliki dua kromosom kelamin X maupun yang tidak memiliki kromosom
kelamin X (Corebima, 2003).Kejadian gagal berpisah (nondisjunction) pada D. melanogaster dikemukakan
oleh Bridges tahun 1916. Tamarin dkk, (1991) dalam Novitasari(1992) menjelaskan bahwa kejadian
nondisjunction tersebut dijelaskan melaluikejadian nondisjunction pada betina bermata putih dalam hal
ini betina bermata putih yang mengalami nondisjunction saat meiosis akan menghasilkan telur XwXw
dan 0 telur (tanpa kromosom sex), jika telur XwXw dibuahi oleh Y yangdibawa sperma akan dihasilkan
keturunan betina bermata putih (XwXwY). jikatelur tanpa kromosom sex dibuahi oleh X yang dibawa
sperma, akanmenghasilkan keturunan jantan norma (X+0). Tipe lain dari kejadian nondisjunction adalah
telur XX yang akan dibuahi oleh X yang dibawa spermadan telur 0 yang akan dibuahi oleh Y yang akan
dibawa sperma. Zigot XXXyang bergenotip XnXnX+(betina) biasanya mati dan lalat Y0 selalu mati.Contoh
persilangan antara D. melanogaster strain N ♀>< w ♂ yangmenghasilkan keturunannondisjunctiondapat
dilihat pada gambar dibawahini:

Peristiwanondisjunctiondibedakan menjadi nondisjunction primer dan sekunder. Nondisjunctionprimer


dapat terjadi pada induk lalat yang belummengalami nondisjunction atau lalat normal, sedangkan
nondisjunctionsekunder terjadi pada keturunan yang merupakan hasil nondisjunction primer.Peristiwa
itu disebut sebagai gagal berpisah sekunder karena kejadiannya berlangsung pada turunan dari individu
betina, yang keberadaannya merupakan produk gagal berpisah primer. Dalam hal ini individu betina yang
dimaksudmemiliki dua kromosom kelamin X dan satu kromosom Y. Frekuensi kejadiangagal berpisah
sekunder (sebagaimana yang dilaporkan) adalah sekitar 100 kalilebih tingga (1 dalam 25 turunan)
daripada frekuensi kejadian gagal berpisah primer (1 dalam 2000 turunan). (Corebima, 2003:66).

Anda mungkin juga menyukai