Anda di halaman 1dari 6

PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH AIR LIMBAH RUMAH TANGGA

YANG DAPAT MENIMBULKAN PENYAKIT

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Lingkungan

Dosen Pengampu:

Wita Setianingsih S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Muhammad Arya Sumbogo (18312244023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
A. JUDUL
Pencemaran lingkungan oleh air limbah rumah tangga yang dapat menimbulkan
penyakit

B. LATAR BELAKANG
Pada saat ini manusia kurang akan kesadaran lingkungan sendiri terutama pada
daerah perumahan. Banyak di antara mereka yang kurang mengerti akan kebersihan
lingkungan, sehingga mereka dengan mudahnya membuat limbah yang sangat
berbahaya bagi lingkungan. Seperti halnya aktivitas sehari-hari yang kita lakukan
seperti mandi, mencuci dan berbagai aktifitas lain yang kita anggap sepele namun
menghasilkan sisa buangan ternyata dapat membahayakan bagi manusia dan
lingkungan. Limbah air dari rumah tangga seringkali dialirkan ke selokan samping
rumah-rumah kemudian lama-kelamaan limbah air tersebut menggenang di selokan
terlalu lama, dan kemudian dijadikan sarang bagi nyamuk untuk bertelur, sehingga akan
menjadi sumber penyakit. Salah satu penyakit yang ditimbulkan yaitu penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD). Maka dari itu perlu segera dilakukan penanganan lebih lanjut
untuk masalah ini, karena kita harus menjaga dan melestarikan lingkungan hidup
dengan baik.

C. FOKUS/TUJUAN
1. Mengetahui penyebab pencemaran air akibat limbah rumah tangga
2. Menemukan solusi untuk mengatasi masalah pencemaran air limbah rumah tangga

D. ISI/PEMBAHASAN

Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam
air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukannya (PP No.82 2001). Menurut Kristanto (2002) pencemaran air
adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal.

Pencemaran air oleh limbah rumah tangga salah satunya yang berwujud cair merupakan
sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik
(misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia, kertas, kardus, karton, air
cucian, minyak goreng bekas, dan lain-lain) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut/masuk
ke aliran sungai. Sedangkan limbah rumah tangga yang berwujud padat berupa bahan-bahan
anorganik yaitu seperti plastik, alumunium, besi, dan botol yang hanyut terbawa arus air.
Sampah tertimbun yang kemudian menyumbat saluran air, dan mengakibatkan
menggenangnya air atau bahkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah
pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam
air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun
dratis sehingga biota air akan mati dan lingkungan akan tercemar.
Dari air limbah rumah tangga ini kemudian menggenang pada selokan disamping rumah-
rumah, dan dijadikan sarang bertelur bagi nyamuk, dan jentik-jentik nyamuk akan banyak
ditemukan pada selokan-selokan samping perumahan. Hal ini menyebabkan warga sekitar
terjangkit penyakit, yaitu demam berdarah.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Demam Berdarah Dengue
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus, yang ditandai dengan : Demam
tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari,
manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤
100.000/µl), hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa
perbesaran hati. (Depkes RI, 2005)
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan
menyebabkan kematian pada banyak orang penyakit ini di sebabkan oleh virus dengue dan di
tularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini tersebar luas di rumah-rumah, sekolah dan
tempat-tempat umum lainnya seperti tempat ibadah, restoran, kantor, balai desa dan lain-lain
sehingga setiap keluarga dan masyarakat mengandung risiko untuk ketularan penyakit DBD.
Obat untuk penyakit DBD belum ada, dan vaksin untuk pencegahannya juga belum ada,
sehingga satusatunya cara untuk memberantas penyakit ini adalah dengan memberantas
nyamuk aedes aegypti. (Depkes RI, 1995)
Sehingga solusi untuk mengatasi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu dengan cara
seluruh masyarakat harus menjaga kebersihan agar rumah dan lingkunganya bebas dari
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti suka berkembang di tempat penampungan air
seperti bak mandi, bak WC, tempayan, drum dan barang barang yang memungkinkan air
tergenang seperti tempat minum burung, pot tanaman air, vas bunga, ban bekas, kaleng kaleng
bekas, plastik bekas, tempurung kelapa dan lain lain yang dibuang sembarangan. Dalam
pemberantasan penyakit DBD ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk
penularannya di tempat perindukannya dengan melakukan kegiatan 3M yaitu: mengubur,
menutup dan mendaur ulang sampah (Depkes RI, 1995).

Selain itu, dapat ditangani dengan cara memakai lotion nyamuk maupun obat bakar nyamuk,
memelihara ikan pemakan jentik nyamuk pada bak mandi, melakukan fogging secara rutin,
dan melakukan pembersihan sampah di selokan atau memperlancar saluran selokan agar air
bisa mengalir dengan baik.

Menurut Suroso dan Umar (1999) pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
penular DBD dapat dilakukan dengan cara: a) fogging, yaitu pengasapan untuk membunuh
nyamuk dewasa; b) abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada
tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk; c) penyuluhan dan penggerakan masyarakat
dalam PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3 M, yaitu menguras, menutup
tampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.

Tujuan dari fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektif dengan cepat,
sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk
menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai dimana pembawa virus tumbuh
sendiri (Iskandar, dkk, 1985).

Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine dan ultra low
volume ground sprayer mounted. Dalam program pemberantasan DBD racun serangga untuk
fogging yang digunakan adalah golongan organophosporester insectisida seperti malathion,
sumithion, fenithrothion, perslin dan lain-lain. Dosis yang dipakai untuk malathion murni
adalah 438 gr/hektar. Namun untuk pelaksanaan fogging dengan fog machine malathion harus
diencerkan dengan penambahan solar atau minyak tanah sehingga menjadi larutan dengan
konsentrasi 4-5%. Cara pembuatan larutan tersebut dapat dilakukan dengan cara: 1) 1 liter
malathion 96% EC + 19 liter solar = 20 liter malathion 4,8%; atau 2) 1 liter malathion 50% EC
+ 10 liter solar = 11 liter malathion 4,5 %.
E. PENUTUP
Berdasarkan masalah yang didapat yaitu terjadi pencemaran air selokan yang
menimbulkan penyakit demam berdarah dengue maka dapat disimpulkan bahwa solusi untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu dengan cara :
1. Fogging, yaitu merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memutuskan
rantai penularan penyakit demam berdarah.
2. Hasil yang optimum dapat dicapai jika fogging dilaksanakan bersama-sama dengan
PSN (Pemberantsan Sarang Nyamuk) dan abatisasi.
3. Masyarakat, hendaknya dapat melaksanakan PSN secara gotong royong di
lingkungannya dan membudayakan 3 M (menguras, menutup dan mengubur) untuk
memutuskan rantai penularan penyakit demam berdarah sehingga tidak menjadi
wabah).
4. Membersihkan selokan agar air/limbah air yang mengalir melalui selokan dapat
mengalir dengan baik.
5. Memelihara ikan pemakan jentik pada bak mandi.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.1995.Menggerakkan Masyarakat dalam PSN-DBD.Jakarta : Ditjen PPM & PLP.

Depkes RI.2005.Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia.


Jakarta: Dirjen PP& PL.

Iskandar A,dkk.1985.Pedoman Bidang Studi Pemberantasan Serangga dan Binatang


Pengganggu APKTS. Jakarta : Pusdiknakes Dep. Kes. RI.

Kristanto, Philip.2002. Ekologi Industri. Yogjakarta: Andi.

Pemerintah Republik Indonesia.2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 Tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Jakarta : Kementrian
Lingkungan Hidup.

Suroso T dan Umar AI.1999.Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD di Indonesia


Saat Ini, Naskah Lengkap Pelatihan. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai