Anda di halaman 1dari 3

Pengamatan yang pertama dilakuakan adalah mengenai bau kotoran sapi terhadap

lingkungan sekitar. Area Kandang kelompok sapi tersebut berukuran sekitar 40 x 80 m2 dengan
jumlah sapi sebanyak 30 ekor. Ukuran dan jumlah sapi terhadap udara di lingkungan sekitar
nampaknya tidak banyak berpengaruh. Namun, pada hakikatnya kotoran sapi itu berbau apa lagi
jika masih basah, sehingga pada saat-saat tertentu bau yang menyengat terasa di lingkungan sekitar
kandang. Bau kotoran yang menyengat lingkungan itu misalnya saat angin bertiup kencang atau
ketika peternak sedang menyorok kotoran sapi. Kedua, pengamatan bau di area luar kandang(
lapangan dalam area kandang kelompok ) akibat kotoran sapi sedikit menyengat. Bau tersebut
disebakan karena adanya kotoran sapi yang menumpuk di tengah-tengah kandang sapi dan
selanjutnya terkena air hujan yang sedikit menggenangi akibatanya kotoran sapi tersebut kembali
lembek dan berbau.

Seorang pemilik sapi di kandang itu mengatakan bahwa saat musim kemarau kemarin
sudah pernah dibakar namun belum saja habis karena begitu banyaknya kotoran yang menumpuk
disana. Pengamatan ketiga dilakukan didalam kandang sapi, di area kandang kelompok itu seorang
peternak sapi diberikan satu kamar untuk menyimpan sapi-sapi miliknya. Didalam kamar tersebut
ada yang berisi dua, tiga atau bahkan empat sapi didalamnya. Kamar-kamar sapi tersebut ada yang
bersih ada juga yang kotor, pada kamar yang bersih bau akibat kotoran sapi tidak lah menyengat
namu pada kamar yang kotor apalagi kotorannya yang masih lembek membuat bau yang sangat
menyengat juga lembabnya udara didalammnya. Kebersihan kandang juga sangat berpengaruh
pada kesehatan si sapi.

Selain fokus pada kandang sapi, pengamat juga mengamati air yang digunakan para
peternak untuk memberi minum atau makan ke sapi, memandikan sapi dan untuk menjaga
kebersihan lingkuang sekitar kandang. Di area kandang kelompok tersebut terdapat satu sumur
yang digunakan untuk seluruh peternak yang menempati tempat itu. Dengan melalukan
pengamatan secara kasar dapat disimpulkan bahwa air di lingkungan itu tidak berbau dan berwarna
bening. Letak sumur terhadap kamar-kamar sapi itu sekitar 10 meter sehingga polusi tanah
terhadap air tidaklah terasa. Di area kandang tersebut juga ada tempat sampah yang memilahkan
antara limbah organic dan anorganik. Tempat sampah disana terbuat dari tong sehingga dengan
mudah para peternak memilah limbah-limbah yang ada. Limbah anorganik diasana antaranya kaca,
besi, sisa tali sapi, dan lain-lain.
Fokus pengamatan yang lain yaitu : pada kotoran sapi, kencing sapi, dan sisa-sisa pakan
sapi. Setiap hari sapi-sapi di dalam kandang itu melakukan ekskresi sehingga kotorannya
menumpuk. Anggota kandang kelompok telah membuat sebuah tempat untuk mengumpulkan
limbah kotoran sapi. Para pemilik sapi disetiap kandang itu, setelah membersihkan bagian dalam
kandang nya lalu membawa kotoran sapi itu kedalam tempat pengumpulan kotoran sapi. Setelah
menumpuk nantinya kotoran sapi itu akan dibawa ke sawah sebagai pupuk tanpa pengolahan untuk
dibawa ke sawah sebagai penyubur tanaman dan juga kadang-kadang dijual ke pengepul kotoran
sapi. Harga satu bak kotoran sapi adalah Rp15.000,00 dan uang itu dijadikan sebagai uang kas di
kandang kelompok tersebut. Walaupun sudah dibuang kesawah dan juga dijual tetapi tetap saja
kotoran sapi itu menumouk dan belum ada pemanfaatan yang spesifik untuk membantu
lingkungan.

Berkaitan dengan kencing sapi, disetiap kandang terdapat aliran kecil seperti parit yang
saling berhubungan antra kamar sapi satu dengan yang lainnya. Air kencing sapi itu mengalir
sehingga pengenanngan iar di dalam kandang berkurang. Mengalirnya air itu dibuang ke sebuah
sumur resapan yang berada di pojok paling belakang di dalam kandang itu. Adanya sumur respan
itu membuat area sekitar nampak bersih dari genangan akibat kencing sapi. Kencing sapi itu
sampai saat itu belum ada pemanfaatan yang dapat mengurangi polusi tanah walaupun kencing
sapi yang meresap didalam tanah dapat dijadikan pupuk. Sedangkan limbah pakan ternak sapi
biasanya dikumpulkan di tengah area kandang kelompok dan jika sudah menumpuk banyak dan
kering maka dilakukan pembakaran. Pembakaran itulah yang dapat membuat polusi udara di
lingkungan sekitar kandang.

Berdasarkan dari dasar teori telah dijelaskan akibat buangan limbah dari kegiatan ternak
ke lingkungan akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat
(Saputro,dkk,2014:92). Efek negative tersebut mungkin tidak dapat secara langsung dirasakan.
Berdasarkan masalah-masalah yang ada di lingkungan kandang kelomopok maka pengamat
memberikan bebrapa solusi yang bisa ditawarkan kepada peternak di lingkungan. Limbah
ternak sapi yang dihasilkan terdiri dari limbah padat berupa feces/kotoran ternak dan sisa pakan,
serta limbah cair berupa air limbah pencucian kandang, air limbah sanitasi ternak dan air
kencing sapi(Saputro,dkk,2014:92). Limbah yang dihasilkan dari aktivitas ternak sapi
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat,
contoh yang sederhana adalah memanfaatkan limbah peternakan menjadi pupuk organik (padat
dan cair) atau mengolahnya menjadi biogas. Dengan adanya potensi dan ketersediaan bahan
baku maka pengelolaan limbah dipandang perlu untuk peningkatan kapasitas produksi dan
lingkungan di sekitar kandang sapi (Saputro,dkk,2014:92). Biogas adalah suatu gas yang mudah
terbakar yang dapat dihasilkan dari kotoran ternak/manusia, limah industri/kota dan limbah
pertanian melalui proses fermentasi. Biogas ini terdiri dari beberapa unsur gas seperti gas
methane (CH4), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfda (H2S) dan Amoniak (NH3) (
Depdagri, 2008 : 1).

Pemanfaatan limbah utuk pembuatan kompos memberikan manfaat yang sangat


menguntungkan bagi pihak peternak maupun lingkungan. Selain mengurangi dampak
pencemaran lingkungan juga dapat bermanfaat dalam menyuburkan tanah pertanian atau
pekebunan bahkan menjadi peluang usaha tersendiri dari peternak dengan penjualan kompos
ke masyarakat dan petani lainnya (Widyastuti,dkk,2013:84). Pemanfaatan kotoran ternak
sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung
usaha pertanian tanaman sayuran. Dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah
sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di
antaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan
menghasilkan bau yang tidak sedap (Saputro,dkk,2014:92).

Anda mungkin juga menyukai