Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN

ACARA V SILSILAH/SURVEY

Semester: Genap 2008/2009

Oleh: Nama NIM Rombongan : Arif Ardiawan : A1L008062 : IV

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI PURWOKERTO 2009

ACARA V SILSILAH/SURVEY Tanggal Praktikum Nama Praktikan NIM Nama Partner Rombongan Asisten : 14 Mei 2009 : Arif Ardiawan : A1L008062 : : IV : Rifla Nawang Wulan Fitriyani

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter yang ditentukan oleh unit genetis dalam inti sel merupakan suatu dasar acuan pertama suatu sifat hereditas menurut Mendel. Adapun mekanisme pewarisannya mengalami segresi dan asortasi yang seimbang yang terjadi saat peristiwa gametogenesis. Di lain pihak, Morgan meletakan dasar kedua sifat hereditas, yaitu unit bahan genetis banyak yang sama-sama satu kromosom dan dapat dihitung lokus masing-masing. Sedang mekanisme pewarisannya tidak mengalami segresi dan asortasi seimbang. Jenis kelamin tergantung pada jenis spermatozoa yang menyatu dengan ovum. Sel telur atau ovum wanita yang matang mengandung kromosom X, sedangkan spermarozoa pria mengandung sebuah kromosom X dan sebuah kromosom Y. Bila telur wanita yang mengandung kromosom X bersatu dengan sperma yang mengandung kromosom Y maka menjadi kombinasi XY, sehingga menghasilkan jenis kelamin laki-laki, sebaliknya, bila kromosom X berkombinasi dengan kromosom X, maka hasilnya XX, sehingga jenis kelaminnya wanita. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa faktor genetiklah yang menentukan jenis kelamin suatu mahluk. Oleh karena bahan genetik terdapat di dalam kromosom, maka perbedaan jenis kelamin terletak dalam komposisi kromosom. Penyelidikan pertama tentang adanya hubungan antara kromosom dengan perbedaan jenis kelamin telah dilakukan oleh seorang biologist berkebangsaan jerman bernama H. Henking pada tahun 1891. Ia dapat menemukan adanya struktur tertentu dalam nucleus beberapa serangga melalui spermatogenese. Dikatakan bahwa setengah dari jumlah spermatozoa pada serangga itu memiliki struktur tersebut, sedangkan yang setengah lainnya tidak. Henking tidak mengatakan tentang pentingnya struktur tersebut, melainkan hanya menamakaanya Badan X. Ia hanya membedakan spermatozoa atas yang memiliki dan tidak memiliki badan X.

Gen pada autosom (gen autosomal) dapat menentukan pewarisan sifat induk kepada keturunannya tanpa membedakan jenis kelamin, atau melalui gen yang terdapat pada kromosom kelamin, sehingga penurunan sifat kepada keturunannya bersamaan dengan kromosom. Pada gen terpaut sex. jenis kelamin induk (parental) yang disilangkan dengan tanda beda tertentu mutlak diperhatikan, karena hal ini dapat menunjukkan hasil yang berbeda pada generasi keduanya (F2). Pelaksanaan persilangan gen terpaut sex yang hanya memperhatikan satu tanda beda, tidak berbeda dengan persilangan monohibrid biasa, hanya saja dalam penentuan induknya dan pengamatan keturunan-keturunannya harus diperhatikan jenis kelaminnya selain diperhatikan juga fenotipnya Pengaturan terhadap beberapa sifat oleh gen-gen yang dipengaruhi sex dapat terletak pada autosom mana saja atau pada bagian homolog dari kromosom sex. Ekspresi dominansi atau sifat resesif oleh alel lokus-lokus yang dipengaruhi sex adalah kebalikan dari jantan dan betina, sebagian besar, disebabkan oleh perbedaan lingkungan internal yang disebabkan oleh hormon-hormon sex. Sehingga, contoh berbagai sifat yang dipengaruhi sex lebih banyak ditemukan pada hewan-hewan tingkat tinggi dengan system endoktrin yang telah berkembang dengan baik. Sebagai contoh, gen untuk pola sifat kepala botak pada manusia memperhatikan dominansinya pada laki-laki dan bertindak secara resesif pada wanita.

B.

Tujuan 1. Mengetahui sifat gen yang dipengaruhi sex serta menyebutkan contohnya. 2. Mengetahui pola pewarisan golongan darah berdasarkan silsilah keluarga. 3. Mengetahui pola pewarisan gen kepala botak berdasarkan silsilah keluarga

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Kromosom merupakan bagian dari sel yang membawa gen-gen dan gengen ini selama terjadi proses pembelahan meiosis, mempunyai kelakukan berdasarkan prinsip-prinsip Mendel, yaitu memisah secara bebas. Akan tetapi prinsip Mendel ini hanya berlaku apabila gen-gen letaknya lepas satu sama lain dalam kromosom. Jumlah gen dalam suatu organisme jauh melebihi jumlah pasangan kromosom. Tiap-tiap kromosom mengandung banyak gen, beberapa diantaranya tidak memisah dengan bebas. Meskipun gen tersebut secara fisik saling bertaut pada kromosom, tetapi kombinasi baru dapat terjadi dengan adanya pindah silang (Crossing over), yaitu pertukaran bahan DNA antara kromatid yang bukan berasal dari satu kromosom (non-sister chromatids). Keragaman genetik didalam suatu species merupakan akibat dari adanya peristiwa rekombinasi antar gen-gen yang bertautan. Disamping itu, hubungan gen bertaut (linkage) dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nisbah fenotipe dan genotipe dalam persilangan-persilangan yang berbeda (Crowder, 1988) Apabila kedua kromosom kelamin, yaitu kromosom X dan kromosom Y dijajarkan, maka akan dapat dilihat bahwa ada bagian yang homolog (sama bentuk dan panjangnya) dan bagian tak homolog. Kromosom kelamin pada manusia dibedakan atas 3 bagian : 1. Bagian dari kromosom X yang homolog dengan bagian dari kromosom Y. Bagian ini tidak panjang dan pada bagian ini terletak gen-gen yang memperlihatkan rangkai kelamin tak sempurna. 2. Bagian dari kromosom X yang tidak homolog dengan salah satu bagian dari kromosom Y. Bagian ini panjang sekali dan disini terletak gen-gen yang memperlihatkan rangkai kelamin sempurna, yaitu gen-gen yang lazim menunjukkan sifat rangkai kelamin, seperti buta warna, hemofilia. Gen-gen ini biasanya dinamakan gen-gen rangkai X. 3. Bagian dari kromosom Y yang tidak homolog dengan salah satu bagian dari kromosom X. Bagian ini pendek sekali dan disini terletak gen-gen yang biasa

dinamakan gen-gen rangkai Y, seperti yang menyebabkan Hypertrichosis. Sifat keturunan yang timbul karena pengaruh gen rangkai Y ini disebut holandrik, sedang gennya disebut gen holandrik, karena hanya diwariskan kepada laki-laki saja.(Suryo, 1984). Contoh sifat yang dibawa oleh gen terpaut X pada manusia misalnya hemofilia, buta warna merah hijau, anondontia, dan sindrom Lesch Nyhan. Sedangkan pada lalat Drosophila adalah warna mata. Sifat yang dibawanya oleh gen terpaut Y pada manusia misalnya hipertrikosis dan hipofosfatemia. (Yatim, 1983) Dengan mempelajari kombinasi gen baru, seseorang dapat menentukan gen-gen mana yang terdapat dalam kromosom yang sama, urutan letak gen pada urutan tertentu dan jarak antara gen-gen tersebut, yaitu pemetaan kromosom. Persilangan resiprokal yang melibatkan sifat-sifat autosom dapat menunjukkan hasil yang tidak berbeda dan dapat dibandingkan, tetapi tidak demikian halnya pada terpaut sex. Jenis kelamin tetua yang disilanngkan dengan tanda beda tertentu mutlak diperhatikaan karenaa hal ini dapat menunnjukkan hasil yaang berbeda pada generasi keduanya (F2). Jenis kelamin dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah faktor lingkungan. Yang berperan dalam faktor ini adalah keadaan fisiologis. Jika kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak seimbang dalam hal penghasilan dan peredarannya maka jenis kelaminnya dapat berubah, sedangkan faktor kedua adalah faktor genetik. Bahan genetik terdaapat dalam kromosom maka perbedaan jenis kelamin terletak dalam komposisi kromosom. Pelaksaanan persilangan gen terpaut sex yang hanya memperlihatkan satu tanda beda tidak berbeda dengan persilangan monohibrida biasa, hanya saja dalam penetuaan tetuanya dan pengamatan keturunan-keturunannys harus diperhatikan jenis kelamin disamping fenotipenya. (Datu, 2005)

III.

BAHAN DAN ALAT

A. Bahan Responden

B. Alat Berkas pengamatan (Kertas Buram) Alat tulis

IV.

PROSEDUR KERJA

1. Telusuri tiga generasi suatu keluarga yang memiliki ciri kebotakan 2. Teluisuri golongan darah tiga generasi keluarga anda. 3. Buatlah bagan pola pewarisan masing-masing sifat tersebut beserta simbol genotipenya.

V.

HASIL PENGAMATAN

A. Silsilah Keluarga Berdasarkan Golongan Darah


IAIA/ IAIo
Wariah

Madrawi

I I /I o I

A o

II / Ao II
Kasyatun
A A A A

AA

I I/ B O I I Muharto

B B

II / Ao II
Turmi

A A

II / A o II
Rokhati

A A

I I

A B

II / Ao II
Tati

AA

Turodi

Samsul

I I /I o I

A A

II / Ao II
Yuyun

X
II / A o II
Zaza
AA

I I

A B

II / Ao II
Sukowati

X
II
A B

Aminudin

Wawan

I I /I o I

B B

I I

A B

II

AB

I I

A B

II / Ao II
Dewi

A A

I I

A B

Hermawan

Lili

Heri

Arif

Hani

Keterangan: = =
X

laki-laki perempuan garis persilangan garis keturunan Gol. Darah A Gol. Darah AB Gol. Darah B : Arif Ardiawan, Heri, Lili, Wawan : Pemalang

= =

IA Io/IA IA IAIB IB Io/IB IB

= = =

Nama Responden Alamat

A. Silsilah Keluarga Pembawa Gen Kepala Botak


XB Xb
Oei Kim Njo

X X

Tarjono

X X

X X

X X

Xb Xb
Sri L

X X

B b

XB Xb
Atik

X X

XB Xb
Rahayu

Bambang

Sugeng

Taryono

Sutomo

Heru

XB Xb
Rizka

Xb Xb
Richa

Xb Xb
Rika

XB Xb
Rike

F1

Keterangan : = Perempuan Normal ( bb )

= Perempuan Carier (Bb)

= Laki-laki Botak ( Bb + BB )

= Laki-laki Normal (bb)

= persilangan = keturunan

Nama Responden Alamat

: Rizka A A putri : Semarang, Jawa Tengah

10

VI.

PEMBAHASAN

Golongan darah pada manusia bersifat menurun yang diturunkan serta ditentukan pula oleh adanya alel ganda. Antigen diwariskan oleh tiga alel dari sebuah gen. Gen ini disebut dengan gen Ii, sedang alel-alel dari gen I tersebut ialah Io IA, dan IB. Alel I (IA dan IB) dominan terhadap gen (IO). Akan tetapi IA dan IB merupakan alel kodominan. Interaksi antara ketiga alel tersebut

menyebabkan terjadinya 4 fenotip yaitu golongan darah A, B, AB dan O. Produk tertentu dari gen I ialah suatu molekul protein (dinamakan isoglutinin) yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Orang yang memiliki alel IA mampu untuk membentuk antigen-A. sedang yang memilki alel IB mampu untuk membentuk antigen B. orang yang tidak memiliki alel IA maupun alel IB, melainkan hanya memiliki alel I saja, maka tidak akan memiliki antigen A maupun antigen B. interaksi antara alel-alel IA, IB dan I menyebabkan terjadinya 4 fenotip (golongan darah) O, A, B, dan AB.(Suryo, 1984)
Golongan Darah (fenotip) Antigen dalam Eritrosit Alel dalam Kromosom Genotip

O A B AB

A B A dan B

i IA IB IA dan IB

ii IAi / IA IA IBi / IBIB IA IB

Pada hasil pengamatan didapat suatu peta silsilah yaitu peta silsilah pada keluarga besar Madrawi-Wariah (Parental=P), dimana semua keturunan F1 bergolongan darah A. Arif Ardiawan selaku responden utama memiliki Golongan darah AB, yang merupakan keturunan dari perkawinan antara Turodi (induk lakilaki) yang memiliki golongan darah AB dengan Rokhati (Induk wanita/ F1) yang memiliki golongan darah A. Pada keturunan F2 (keturunan F1dari keluarga Turodi-Rokhati), Sebagian besar bergolongan darah AB, hanya satu yang bergolongan darah A, hal ini disebabkan karena kedua induk bergolongan A dan AB. Sehingga golongan darah O yang beersifat resesif tidak muncul pada keturunan tersebut. Pada Keturunan F3 (Keturunan F2 dari keluarga MuhartoKasyatun), memiliki golongan darah yang sudah mulai berfariasi dari Parental

11

utama (Madrawi-wariah). Keturunan F3 ada yang memiliki golongan darah Ab, yang berasal dari induk wanitanya memiliki golongan darah A, sedangkan Induk laki-lakinya bergolongan darah B. Pada dasarnya faktor lingkungan tidak dapat mempangaruhi ekspresi golongan darah. Tetapi dalam penemuan mutakhir, suatu penyakit bisa saja juga mengubah golongan darah seseorang secara temperer. Misalnya saja leukemia. Orang yang semula tidak tahan dengan serum anti-A (antibody atau agglutinin A), setelah terkena leukemia menjadi lemah atau hilang sama sekali antigennya. Lalu digantikan dengan reaksi anti B yang lemah.(Suryo, 1984) Gen terpaut sex adalah gen yang terletak pada kromosom kelamin. Sehingga karakter yang ditimbulkan diturunkan bersama dengan karakter kelamin. Contoh dari gen terpaut sex antara lain : 1. Anodontya, yaitu kelainan herediter yang menyebabkan orang tidak mempunyai gigi seumur hidup sejak lahir. 2. Buta warna, yaitu mata tidak bisa melihat warna merah dan hijau (Buta warna merah hijau) dan tidak bisa melihat warna selain warna hitam dan putih (Buta warna total). 3. Hemophilia, yaitu penyakit yang menyebabkan darah tidak dapat membeku. Terjadinya kasus kebotakan yang umumnya terjadi pada laki-laki dan tidak terjadi pada perempuan, sepintas menyerupai pautan Y dalam pola

pemindahannya. Akan tetapi sifat-sifat ini sebenarnya ditentukan oleh gen-gen autosomal, tetapi ekspresinya dipengaruhi oleh hormon-hormon sex. Gen yang menyebabkan kebotakan misalnya bertidak sebagai gen autosomal dominan pada laki-laki tetapi sebagai gen resesif autosomal pada wanita. Sifat-sifat demikian dikatakan dipengaruhi sex atau biasa dikenal dengan istilah gen dipengaruhi kelamin. (Pai, 1987) Kebotakan sebenarnya juga tidak hanya dipengaruhi oleh adanya gen pembawa sifat botak saja, namun banyak juga botak yang disebabkan karena adanya fator lingkungan seperti penyakit parah, pikiran berat, dan karena terlalu sering mengangkat beban berat.(Yatim, 1983)

12

Gen-gen yang mengatur berbagai sifat yang dipengaruhi sex dapat terletak pada autosom mana saja atau pada bagian homolog dari kromosom sex. Ekspresi dominan suatu sifat resesif oleh alel lokus-lokus yang dipengaruhi sex adalah kebalikan dari jantan dan betina, sebagian besar, disebabkan oleh perbedan lingkuangan internal yang disebabkan oleh hormon-hormon sex. Jadi contoh berbagai sifat yang dipengaruhi sex lebih banyak ditemukan pada hewan-hewan tingkat tinggi dengan sistem endokrin yang telah berkembang dengan baik. Sebagai contoh, gen untuk pola sifat botak pada manusia memperlihatkan dominansinya pada laki-laki, dan bertindak secara resesif pada wanita.
Fenotip Genotip Laki-laki Wanita

BB Bb

botak botak

Botak Tidak botak

bb

Tidak botak

Tidak botak

Pada peta silsilah kebotakan biasanya gen dominan memperlihatkan pengaruhnya pada individu laki-laki / jantan maupun perempuan / betina. Baru dalam homozigotik resesif, pengaruh dominan itu tidak akan menampakkan diri dalam fenotip.Biasanya kepala botak baru akan nampak setelah orang itu berusia sekitar 30 tahun. Di waktu anak-anak atu remaja ia masih berambut normal.(Suryo, 1990). Praktikum yang dilakukan dengan cara menelusuri silsilah tiga generasi suatu keluarga sangat berhubungan erat dengan tema ataupun judul praktikum. Hal ini Karena dengan kita melakukan survey penelusuran terhadap suatu silsilah keluarga tertentu, maka kita akan mengetahui beberapa sifat yang diturunkan dari induk parentalnya kepada keturunan-keturunannya, serta mengetahui sifat-sifat apa yang mungkin tereduksi. Karena, ada beberapa sifat yang diwariskan secara poligenik sehingga variasinya cukup luas seperti warna kulit, tinggi badan, kecerdasan (IQ), sidik jari, refraksi mata dll. Sifat-sifat pada manusia tersebar dengan penyebaran yang khas untuk populasi tertentu.

13

VII.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN 1. Beberapa pewarisan genetik yang dipengaruhi sex adalah Diabetes mellitus yang dikendalikan oleh gen resesif dengan genotype umumnya disimbolkan berupa dd. Kebotakan pada kepala merupakan pewarisan sifat genetik yang dipengaruhi sex, karena kebotakan akan muncul jika gen pembawa sifatnya terdapat pada laki-laki. 2. Golongan darah manusia merupakan peristiwa penurunan sifat

(Hereditas) bukan merupakan peristiwa pewarisan gen yang dipengaruhi oleh kelamin namun ditentukan oleh adanya alel ganda. Antigen diwariskan oleh tiga alel dari sebuah gen. Gen ini disebut dengan gen Ii, sedang alel-alel dari gen I tersebut ialah Io, IA, dan IB. Alel I (IA dan IB) dominan terhadap gen (IO). Akan tetapi IA dan IB merupakan alel

kodominan. Sehingga, interaksi antara ketiga alel tersebut menyebabkan terjadinya 4 fenotip yaitu golongan darah A, B, AB dan O 3. Pewarisan ekspresi gen kepala botak dipengaruhi oleh adanya Gen B. Gen tersebut bersifat dominan jika melekat pada keturunan laki-laki. Namun pada keturunan wanita, gen tersebut bersifat resesif, namun wanita tersebut tetap membawa gen (carier) yang nantinmya akan diturunklan kepada keturunannya.

B. SARAN 1. Pengamatan terhadap sampel dilakukan secara berkelompok, karena tidak semua mendapatkan sampel yang diharapkan. Selain itu, masih adanya rasa enggan dan malu untuk menanyakan silsilah atau keturunan. 2. Penentuan silsilah golongan darah, akan lebih baik dilakukan tidak mutlak berdasarkan silsilah keluarga praktikan, karena, tidak semua anggota keluarga mengetahui golongan darahnya.

14

DAFTAR PUSTAKA

Crowder, L.1990. Genetika Tumbuhan.Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Datu, Abd. Razaq. 2005. Cacat Lahir Disebabkan Oleh Faktor Lingkungan. med.unhas.ac.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=232. diakses tanggal 19 Mei 2009. Pai, Anna, C. 1987. Dasar-Dasar Genetika. Erlangga, Jakarta Suryo, H.1990. Sitogenetika. Gajah Mada Universty Press, Yogyakarta Suryo.1984. Genetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Yatim, Wildan. 1983. Genetika Edisi ketiga. Tarsito, Bandung Zainuri. 2008. Genetika Dasar. medicine.uii.ac.id/upload/Blok-Biomedis-20082009-Genetika-Dasar-Kedokteran-UII.pdf. diakses tanggal 17 Mei 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai