Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu genetika bahwa individu itu memiliki dua macam


kromosom, yaitu autosom dan seks kromosom. Oleh karena individu
betina dan jantan biasanya mempunyai autosom yang sama, maka sifat
keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom diwariskan dari orang
tua kepada anak-anaknya tanpa membedakan seks. Misalnya sifat
keturunan seperti jari lebih, warna mata atau rambut dan albino dapat
diwariskan, tetapi keturunan F1 maupun F2 tidak pernah disebut-sebut
jenis kelaminnya. Selain gen-gen autosomal demikian itu dikenal pula
gen-gen yang terdapat di dalam kromosom kelamin. Peristiwa ini
dinamakan rangkai kelamin (Inggris: “Sex Linkage”). Gen-gen yang
terdapat/terangkai pada kromosom kelamin dinamakan gen terangkai
kelamin (Inggris: “Sex-linked genes”). Berhubung dengan itu dapat
dibedakan gen terangkai-X (Inggris: “X-linked gene”), ialah gen yang
terangkai pada kromosom-X dan gen terangkai-Y (Inggris: “Y-linked
gene”), yang terangkai pada kromosom-Y.

Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin dinamakan gen rangkai


kelamin (sex-linked genes) sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen-
gen ini disebut peristiwa rangkai kelamin (linkage). Adapun gen berangkai yang
adalah gen-gen yang terletak pada kromosom selain kromosom kelamin, yaitu
kromosom yang pada individu jantan dan betina sama strukturnya sehingga tidak
dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Kromosom semacam ini
dinamakan autosom.

Seperti halnya gen berangkai (autosomal), gen-gen rangkai kelamin tidak


mengalami segregasi dan penggabungan secara acak di dalam gamet-gamet yang
terbentuk. Akibatnya, individu-individu yang dihasilkan melalui kombinasi gamet
tersebut memperlihatkan nisbah fenotipe dan genotipe yang menyimpang dari
hukum Mendel. Selain itu, jika pada percobaan Mendel perkawinan resiprok
(genotipe tetua jantan dan betina dipertukarkan) menghasilkan keturunan yang
sama, tidak demikian halnya untuk sifat-sifat yang diatur oleh gen rangkai
kelamin.

Pautan adalah beberapa gen yang terletak dalam kromosom yang sama.
Gen sendiri pada kromosom berada pada lokus karena Lokus nya berdekatan ,
interval jaraknya sedikit maka gen saling berkait atau berikatan atau Linkage.
Mengingat gen itu akan membawa sifat keketurunannya saat proses
pembentukkan gamet maka akan berpengaruh tentu ke sifat keturunannya.
Linkage dikembangkan oleh : Morgan dan Sutton.

Thomas Hunt Morgan merupakan orang pertama yang membuktikan


adanya gen pautan seks. Fenomena ini dapat diamati pada persilangan lalat buah
(Drosophila) jantan mata putih dengan betina mata normal atau merah. Dari hasil
persilangan didapatkan semua lalat generasi F1 baik jantan maupun betina, 100%
bermata merah. Persilangan antara sesama F1 menghasilkan generasi F2 sebagai
berikut.

Pada generasi F2, diketahui bahwa tidak ada satupun lalat betina dengan
mata putih. Sifat mata putih hanya ditemukan pada lalat jantan. Dari hasil
tersebut, Morgan menduga bahwa gen untuk mata putih terletak pada kromosom
X. Jika digunakan simbol untuk alel mata merah dan w untuk mata putih, jantan
mata putih pada P memiliki kromosom XwY. Adapun betina mata merah adalah
XwXw.

Percobaan Morgan menjelaskan bahwa terdapat sifat yang diturunkan dan


terpaut jenis kelamin. Pola ini berlaku juga pada gen-gen yang terletak pada
kromosom X. Ketika gen resesif terdapat pada salah satu kromosom X di individu
betina, sifat tersebut dapat terekspresikan atau tidak. Hal ini bergantung ada atau
tidaknya gen dominan pada kromosom lain. Akan tetapi, pada individu jantan,
semua gen pada kromosom X akan terekspresikan. Hal ini disebabkan tidak
terdapat kromosom X lain sebagai alel gen tersebut.
B. Tujuan

Memahami pautan gen pada kromosom dan Mempelajari pewarisan sifat


warna pada mata drosophila melanogaster.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gen-gen yang mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu


bersama-sama pada saat pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis. Gen-
gen yang tertaut tersebut dapat mengalami pindah silang. Pindah silang (crossing
over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen
kromatid homolognya(Suryo. 2010)

Pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari


kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog. Peristiwa
pindah silang sangat umum terjadi pada saat pembentukan gamet pada
kebanyakan makhluk. Pindah silang terjadi pada akhir profase I atau awal
metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah mengganda menjadi dua
kromatid. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid tengah yaitu
kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain(Campbell.
2004)

Selama meiosis, kromosom homolog saling berpasangan membentuk


tetrad. Pada keadaan ini, terjadi pertukaran materi genetik antara kromosom dan
pasangan homolognya. Menyebabkan gen-gen dapat berpindah dari satu
kromosom ke kromosom homolognya.Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang
pasangan kromosom. Proses ini disebut juga pindah silang (crossing over). Pada
proses meiosis, pindah silang terjadi pada kiasma. Oleh karena materi serta
susunan gen berubah akibat pindah silang, proses ini disebut juga rekombinasi
gen.(Yatim.1986)

Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan atas


macam kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin
pada umumnya dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai
kelamin dapat menjadi gen rangkai X (X-linked genes) dan gen rangkai Y (Y-
linked genes). Di samping itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada
kromosom X tetapi memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam ini
dinamakan gen rangkai kelamin tak sempurna (incompletely sex-linked genes).
(sisunandar 2012)

Individu memiliki dua macam kromosom yaitu autosom dan seks


kromosom. Karena itu biasanya individu jantan dan betina memiliki kromosom
yang sama oleh karena itu sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom
akan diwariskan dari orang tua pada anak-anaknya tanpa membedakan seks.
Contohnya seperti albino, warna mata, bentuk rambut, dan polidaktili dapat
diwariskan, tapi keturunan pada F1 dan F2 tidak pernah disebut jenis kelaminnya
dan jenis kelamin itu tidak mempengaruhi terhadap sifat-sifat tersebut.
( Suryo.1990: 202)

Gen-gen yang terdapat pada kromosom kelamin yang sering dinamakan


rangkai kelamin (inggris : “Sex Linkage”). Gen-gen yang terangkai pada
kromosom kelamin sering disebut dengan gen terangkai kelamin (inggris: “sex
lingked genes”) yang dibedakan menjadi gen terangkai Y yang terpaut pada
kromosom Y dan gen terangkai X yang terpaut pada kromosom X. Gen yang
terpaut pada kromosom X tidak memiliki alel pada kromosom Y sehingga
penurunan sifat gen terpaut X sedikit lain dari pada gen-gen autosom. Karena
tidak memiliki alel pada kromosom Y, maka gen terpaut seks akan mampu
menunjukkan ekspresinya meskipun dalam keadaan tunggal, baik dominan
maupun resesif. (Sisunandar.2012: 39)

Sebenarnya telah lama sekali diketahui adanya peristiwa yang


menunjukkan adanya hubungan antara sifat yang diwariskan dengan seks yaitu
ditemukan tahun 600 SM. Bangsa yahudi pada zaman itu menemukan beberapa
anak laki-laki yang darahnya tidak bisa membeku pada saat anak-anak tersebut di
khitan. Karena ada dua anak dari ibu yang sama dan penyakit itu terdapat pada
anak laki-laki, maka mereka menyimpulkan bahwa penyakit tersebut merupakan
keturunan yang dipengaruhi oleh seks, kemudian pada tahun 1906 Doncaster dan
Raynor mengetahui bahwa ngengat Abracas grossulariata juga termasuk sifat
keturunan yang dipengaruhi oleh seks, tapi mereka tidak bisa menjelaskan
bagaimana hubungan peristiwa tersebut dengan kromosom seks.( Suryo.1990:
203)

Awalnya rangkai kelamin ditemukan oleh Morgan pada tahun 1901 yang
memulai penelitian di Columbia dan dilanjutkannya di Institut Teknologi
Kalifornia. Dia menggunakan Drosoplhila melanogaster dengan memperhatikan
warna matanya. Lalat yang normal bermata merah namun ia menemukan dari
sekian banyak lalat normal tersebut ada lalat jantan yang bermata putih. Karena
berbeda dari kebanyakan lalat yang normal bermata merah maka lalat jantan yang
bermata putih tersebut disebut olehnya mutan karena menyimpang dari yang
normal. (Suryo.1990: 203)

Maka Morgan kemudian mengawinkan dari lalat jantan yang bermata


putih dengan lalat betina yang bermata merah (normal). Maka ia memperoleh
keturunan F1 dengan hasil semua lalat bermata normal (merah). Setelah itu ia
mengawinkan F1 dan ia mendapat hasil keturunan F2 yang memiliki rasio ¾
bermata normal (merah) : ¼ bermata white (putih). Dan lalat-lalat dari F2 yang
bermata merah adalah lalat betina semuanya sedangkan ½ dari lalat jantan
memiliki mata berwarna putih dan ½ nya lagi memiliki mata merah. (Suryo.1990:
203)

Berdasarkan pada hasil tersebut Morgan menyimpulkan bahwa gen yang


resesif yang menentukan lalat bermata putih hanya berpengaruh pada lalat yang
jantan dan gen yang menentukan warna mata dari Droshopila hanya terdapat pada
kromosom X tidak pada Kromosom Y. (Suryo.1990:203)

Dan lalat betina yang bermata putih itu juga ada apabila lalat betina
bermata merah heterozigotik (+ w) dikawinkan dengan lalat jantan yang bermata
putih (w-) maka keturunan yang dihasilkan dari persilangan tersebut adalah
setengah dari lalat betina bermata putih dan setengahnya lagi bermata merah, hal
tersebut juga terjadi pada lalat jantan yaitu setengahnya bermata putih dan
setengahnya lagi bermata merah. Dari penyelidikan yang dilakukan ternyata ada
20 macam gan terangkai pada kromosom X pada Droshopila melanogaster.
( Suryo.1990: 206)

BAB III BAHAN DAN METODE

A. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum Dasar-Dasar Genetika mengenai Linkage: Gen Terpaut


Kromosom Seks ini dilaksanakan pada Selasa, 2 April 2019 pukul 16.00 WIB,
bertempat di Laboratorium Genetika Dasar, Fakultas Pertanian, Universitas
Andalas.

B. ALAT DAN BAHAN


Bahan Dan Alat yang digunakan pada praktikum kali ini mengenai
Linkage:gen terpaut kromosom seks antara lain: botol selai, petridish, kuas
kecil, kaca pembesar, kertas stensil,kapas,spons, dan alat alat tulis, stok
biakan drosophila tipe liar dan mutan, media pakan drosophila atau ubi
jalar rebus dan eter (dietil eter).

C. CARA KERJA
Pertama disiapkan botol berisi media yang telah disterilisasi
sebnayak empat buah, lalu dimasukkan 3-5 pasang drosophila betina
bermata merah dan drosophila jantan bermata putih kedalam botol 1.
Sebaliknya masukkan 3-5 pasang drosophila betia bermata putih dan
drosophila jantan berwarna merah kedalam botol 2. Diamati apakah ada
drosophila yang mati selama 5-15 menit setelah pemindahan, jika mati
segera lakukan pergantian. Setlah terlihat banyak pupa, dikeluarkan semua
drosophila tetua, disiapkan botol 3 dan 4 yang juga bersi media yang telah
disterilisasi. Diambil 3-5 pasang drosophila dari botol 1, pindahkan
kebotol . demikian juga 3-5 pasang drosophila botol 2 dipindahkan ke
botol 4. Setelah terlihat banyak pupa, dikeluarkan semua drosophila tetua
dari botol 3 dan 4 (tetua bagi F2), baik untuk botol 1,2,3,4 diamayi dan
dihitung jumlah drosophila jantan dan betina serta warna mata masing-
masing sejak terbntuknya imago pertma pada hari ke-10. Dicatat
pengamatan pada table 10-11.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Karmana, I Wayan. Pengaruh Macam Strain Dan Umur Betina Terhadap Jumlah
Turunan Lalat Buah (Drosophila melanogaster) GanecSwara. 4 (2) : 1-6

Rittner, Don dan Timothy L. McCabe. 2004. Encyclopedia of Biology. Facts On


File, Inc. New York.

Russell, P.J. 1994. Foundamental of Genetics. Harper Collins College Publishers.


New York.

Suryo. 1990. Genetika Strata I. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Suryo. 1996. Genetika. UGM Press : Yogyakarta.

Warianto, C. 2011. Mutasi.Universitas Airlangga.


LAPORAN AWAL PRAKTIKUM

GENETIKA DASAR

LINKAGE: GEN TERPAUT KROMOSOM SEKS

Oleh :

Kelompok 6

Nama Rekan : 1.M. AL – IKHLAS (1810241005)

2. NOVITA SARI FITRI RIANDO (1810212021)

3. ANANTA FEBRYANSYAH (1810242007)

4. BUSTAMIL ARIFIN (1810242024)

Nama Asisten : 1. ISTIQOMAH P. LOVARINZA (1510211063)

2. DEDY SAPUTRA LUBIS (1610212013)

3. SARMAN (1610211022)

Dosen Penjab : Dr. P. K. DEWI HAYATI, M.Si

PROGRAM STUDI

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019

Anda mungkin juga menyukai