GENETIKA DASAR
OLEH :
KELOMPOK 7
2. SARMAN
3. ISTIQOMAH P. LOVARINZA
A. Latar Belakang
Dalam ilmu genetika bahwa individu itu memiliki dua macam kromosom,
yaitu autosom dan seks kromosom. Oleh karena individu betina dan jantan biasanya
mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada
autosom diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya tanpa membedakan seks.
Misalnya sifat keturunan seperti jari lebih, warna mata atau rambut dan albino dapat
diwariskan, tetapi keturunan F1 maupun F2 tidak pernah disebut-sebut jenis
kelaminnya. Selain gen-gen autosomal demikian itu dikenal pula gen-gen yang
terdapat di dalam kromosom kelamin. Peristiwa ini dinamakan rangkai kelamin
(Inggris: “Sex Linkage”). Gen-gen yang terdapat/terangkai pada kromosom kelamin
dinamakan gen terangkai kelamin (Inggris: “Sex-linked genes”). Berhubung dengan
itu dapat dibedakan gen terangkai-X (Inggris: “X-linked gene”), ialah gen yang
terangkai pada kromosom-X dan gen terangkai-Y (Inggris: “Y-linked gene”), yang
terangkai pada kromosom-Y.
Pautan adalah beberapa gen yang terletak dalam kromosom yang sama. Gen
sendiri pada kromosom berada pada lokus karena Lokus nya berdekatan , interval
jaraknya sedikit maka gen saling berkait atau berikatan atau Linkage. Mengingat gen
itu akan membawa sifat keketurunannya saat proses pembentukkan gamet maka akan
berpengaruh tentu ke sifat keturunannya. Linkage dikembangkan oleh : Morgan dan
Sutton.
Pada generasi F2, diketahui bahwa tidak ada satupun lalat betina dengan mata
putih. Sifat mata putih hanya ditemukan pada lalat jantan. Dari hasil tersebut, Morgan
menduga bahwa gen untuk mata putih terletak pada kromosom X. Jika digunakan
simbol untuk alel mata merah dan w untuk mata putih, jantan mata putih pada P
memiliki kromosom XwY. Adapun betina mata merah adalah XwXw.
Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan dimana terdapat banyak
gen tertentu yang selalu terdapat pada kromosom sex.
B.Tujuan Paktikum
Gen-gen yang mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu bersama-
sama pada saat pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis. Gen-gen yang
tertaut tersebut dapat mengalami pindah silang. Pindah silang (crossing over) adalah
peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid
homolognya(Suryo. 2010)
Individu memiliki dua macam kromosom yaitu autosom dan seks kromosom.
Karena itu biasanya individu jantan dan betina memiliki kromosom yang sama oleh
karena itu sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom akan diwariskan
dari orang tua pada anak-anaknya tanpa membedakan seks. Contohnya seperti albino,
warna mata, bentuk rambut, dan polidaktili dapat diwariskan, tapi keturunan pada F1
dan F2 tidak pernah disebut jenis kelaminnya dan jenis kelamin itu tidak
mempengaruhi terhadap sifat-sifat tersebut.( Suryo.1990)
Awalnya rangkai kelamin ditemukan oleh Morgan pada tahun 1901 yang
memulai penelitian di Columbia dan dilanjutkannya di Institut Teknologi Kalifornia.
Dia menggunakan Drosoplhila melanogaster dengan memperhatikan warna matanya.
Lalat yang normal bermata merah namun ia menemukan dari sekian banyak lalat
normal tersebut ada lalat jantan yang bermata putih. Karena berbeda dari kebanyakan
lalat yang normal bermata merah maka lalat jantan yang bermata putih tersebut
disebut olehnya mutan karena menyimpang dari yang normal. (Suryo.1990)
Maka Morgan kemudian mengawinkan dari lalat jantan yang bermata putih
dengan lalat betina yang bermata merah (normal). Maka ia memperoleh keturunan F1
dengan hasil semua lalat bermata normal (merah). Setelah itu ia mengawinkan F1 dan
ia mendapat hasil keturunan F2 yang memiliki rasio ¾ bermata normal (merah) : ¼
bermata white (putih). Dan lalat-lalat dari F2 yang bermata merah adalah lalat betina
semuanya sedangkan ½ dari lalat jantan memiliki mata berwarna putih dan ½ nya lagi
memiliki mata merah. (Suryo.1990)
Dan lalat betina yang bermata putih itu juga ada apabila lalat betina bermata
merah heterozigotik (+ w) dikawinkan dengan lalat jantan yang bermata putih (w-)
maka keturunan yang dihasilkan dari persilangan tersebut adalah setengah dari lalat
betina bermata putih dan setengahnya lagi bermata merah,. ( Suryo.1990)
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum Genetika Dasar dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 april 2019
pukul 09.20-11.00 WIB di Laboratorium Genetika Dasar Fakultas Pertanian
Universitas Andalas
Bahan Dan Alat yang digunakan pada praktikum kali ini mengenai
Linkage:gen terpaut kromosom seks antara lain: botol selai, petridish, kuas kecil,
kaca pembesar, kertas stensil,kapas,spons, dan alat alat tulis, stok biakan drosophila
tipe liar dan mutan, media pakan drosophila atau ubi jalar rebus dan eter (dietil eter).
C. Cara Kerja
Pertama disiapkan botol berisi media yang telah disterilisasi sebnayak empat
buah, lalu dimasukkan 3-5 pasang drosophila betina bermata merah dan drosophila
jantan bermata putih kedalam botol 1. Sebaliknya masukkan 3-5 pasang drosophila
betia bermata putih dan drosophila jantan berwarna merah kedalam botol 2. Diamati
apakah ada drosophila yang mati selama 5-15 menit setelah pemindahan, jika mati
segera lakukan pergantian. Setlah terlihat banyak pupa, dikeluarkan semua drosophila
tetua, disiapkan botol 3 dan 4 yang juga bersi media yang telah disterilisasi. Diambil
3-5 pasang drosophila dari botol 1, pindahkan kebotol . demikian juga 3-5 pasang
drosophila botol 2 dipindahkan ke botol 4. Setelah terlihat banyak pupa, dikeluarkan
semua drosophila tetua dari botol 3 dan 4 (tetua bagi F2), baik untuk botol 1,2,3,4
diamayi dan dihitung jumlah drosophila jantan dan betina serta warna mata masing-
masing sejak terbntuknya imago pertma pada hari ke-10. Dicatat pengamatan pada
table 10-11.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, dkk, 2004.Biologi . Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Elrod &
Stansfield. 2002.