Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kemampuan dari makhluk hidup adalah kemampuan untuk


menghasilkan keturunan dan menurunkan sifat yang sama atau mirip dengan induk.
Pada organisme yang berkembang biak secara seksual individu baru adalah hasil
kombinasi informasi genetik yang di sumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang
berasal dari kedua parentalnya.

Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya


pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubuh manusia.
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang genetika ini seperti : gen,
genotif, resesif, dominan, alela, homozigot, heterozigot hendaknya sudah diketahui
dan dipahami.

Ciri-ciri yang diamati (secara kolektif dan fenotif) suatu organisme dikendalikan
oleh gen. Pada orgabnisme diploid setiap sifat fenotiof dikendalikan oleh setidak-
tidaknya oleh satu pasang gen satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari setiap
induknya. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap
fenotifnya maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal seperti
misalnya gen yang mengendalikan warna bniji pada ercis.

Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan
bersifat homozigot terhadap alelnya, dan satu dengan alel yang berlainan disebut
heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan menyatakan atau

1
meniadakan yang lainnya (dominasi). Atau kedua-duanya alel itu dapat berpengaruh
terhadap fenotipnya (kodomonasi/resesif).

Sebelum alat pembesaran ditemukan, banyak ahli yang menganggap bahwa materi
yang dianggap dalam warisan sifat suatu makhluk hidup. Serta berperan penting
dalam pewarisan sifat adalah kromosom. Anggapn ini tidak sepenuhnya benar karena
dalam kromosom terdapat bagian lain yang dianggap lebih berperan dalam pewarisan
sifat yaitu GEN. Setelah pembesaran modern ditemukan, anggapan ini berkurang
karena persenyawaan kimia dan protein juga asam nukleat yang nukleoplasma,
dianggap lebih berperan dalam hal ini. Kajian lebih lanjut membuktikan bahwqa
asam nukleat itulah yang disebut sebagai faktor hereditas dan substansi genetika.
Asam nukleat terdiri dari dua komponen yaitu asam deokbose nuklea dan asam
ribosom nukleat.
Makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan benda tak hidup.
Salah satu ciri makhluk hidup dari sekian banyak ciri adalah berkembang biak atau
reproduksi. Dalam tubuh makhluk hidup terdapat kromosom. Kromosom pada
manusia berjumlah 46, yang dikelompokkan menjadi 44 kromosom dan 2 kromosom
seks. Pada perempuan, pasangan kromosom seks adalah XX, sedangkan pada
laki-laki adalah XY.
Penentuan jenis kelamin seseorang dapat ditentukan dengan dengan
pemeriksaan kromatin X. Seorang ahli genetik dari universitas Wertern Ontario
Murray Barr, dan Bertman pada tahun 1940 telah memimpin sebuah eksperimen akan
adanya pengaruh kerja struktur sel dari kucing. Dia menemukan bahwa, walaupun
sel saraf dapat dilihat saat ketika istirahat saat sel melakukan pengulangan
stimulasi, beberapa diantaranya memiliki “small body” di dalam nukleus dengan
noda padat dengan zat warna yang memiliki afinitas untuk DNA.
Sel yang lain tidak memiliki tidak memiliki small bodies ini. Selama
diperiksa, dia menemukan badan kromatin ini hanya dalam sel-sel saraf kucing betina
yang sedang tidak membelah, tetapi tidak menemukannya pada kucing jantan. Tak

2
adanya badan itu dijumpai pada jantan telah diketahui sejak masa awal
pertumbuhan embrio. Selanjutnya penemuan ini menunjukkan bahwa tidak hanya
pada sel saraf namun dari banyak tipe sel dari kucing betina memiliki small bodies
ini, yang diketahui namanya seks kromatin atau badan Barr.
Badan barr dapat diamati pada sel epitel yang banyak ditemukan dari
lapisan mukosa mulut, vagina, atau uretra. Neutrofil granulosit dari wanita
memperlihatkan adanya drumstick seperti alat pemukul genderang.Lyon seorang
ilmuan di bidang genetika membuat sebuah hipotesis tentang sexchromatin maka
untuk menghormatinya hipotesis tersebut disebut hipotesis Lyon. HipotesisLyon
menyatakan bahwa jumlahsex chromatin= jumlah total kromosom
X – 1. Jadi apabilasex chromatin-nya berjumlah 1 maka individu tersebut
adalah wanita normal, bila jumlah sexchromatin-nya tidak ada maka individu tersebut
pria karena pria hanya memiliki satukromosom-X (Suryo 2003:194). Oleh karena itu
dilakukannya praktikum genetika tentang penentuan jenis kelamin agar dapat
menetapkan jenis kelamin dengan Mengidentifikasi barr body dan drumstick dengan
uji seks kromatin.

Oleh karena itu kita melakukan praktikum ini dengan menggunakan kancing
genetik, dimana kancing genetik berwarna hitam dilambangkan (MM) dan putih
dilambangkan (mm) serta uji drum stick dan barbody. Dengan demikian masalah
penurunan sifat ini mendapat perhatian banyak peneliti dan peneliti yang paling
populer adalah Gregor Johan Mendel.

1.2 Tujuan

a. Mengidentifikasi istilah gen, lokus, fenotif, genotif, dominan dan resesif.


b. Menyusun persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid).
c. Menetapkan jenis kelamin.
d. Mengidentifikasi barr body dan drumstick dengan uji seks kromatin

3
1.3 Manfaat
a. Adapun manfaat dalam praktikum ini yaitu dapat mempelajari satu dan dua
sifat beda dengan menggunakan suatu model.
b. Dapat mengetahui penentuan jenis kelamin berdasarkan pada ada tidaknya barr
body dan berdasarkan pada drumstick pada neurotrophil. Pengetahuan ini sangat
bermanfaat dalam bidang kajian forensic.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
Ilmu yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya disebut ilmu genetika (berasal dari bahasa Latin, yaitu Genos = asal
usul). Pengetahuan tentang adanya sifat menurun pada makhluk hidup sebenarnya
sudah lama berkembang hanya belum dipelajari secara sistematis, penelitian
mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh Mendel.
(Team Teaching.2014. " Penuntun Praktikum Biologi. UNG).

Orang yang pertama-tama yang mengadakan percobaan perkawinan silang


ialah Gregor Mendel, seorang rahib Australia yang hidup pada tahun 1822-1884, dan
dia dikenal sebagai pencipta atau Bapak Genetika. (Suryo, 2008). Beliau melakukan
serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis ( Pisum sativum). Dari
percobaan yang dilakukannya selam bertahun-tahun tersebut, Mendel berhasil
menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat yang kemudian menjadi landasan utama
bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan.Mendel telah
memilih tanaman ercis untuk percobaannya karena tanaman ini hidupnya tidak lama
(merupakan tanaman setahun), mudah tumbuh dan mudah disilangkan. Tanaman ercis
memiliki bunga sempurna, yang berarti pada bunga ini terdapat benang sari (alat
kelamin jantan) dan putik (alat kelamin betina), sehingga biasanya terjadi
penyerbukan sendiri. Perkawinan silang dapat berlangsung beberapa generasi terus-
menerus akan menghasilkan galur murni, yaitu keturunan yang selalu memiliki sifat
keturunan yang sama dengan induknya. Selain itu, tanaman ini memiliki tujuh sifat
dengan perbedaan yang mencolok, yaitu batang tinggi lawan kerdil, buah polongan
berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan putih, bunganya terletak
aksial (sepanjang batang) lawannya terminal (pada ujung batang), biji yang masak
berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna kulit biji
abu-abu lawan putih. (Suryo, 2008).

5
Masalah penurunan sifat mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang
paling populer adalah Gregor Johan Mendel mulai melakukan penelitian dan
meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuan ini menemukan prinsip dasarpewarisan
melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang.
Penelitian Mendel menghasilkan hukum mendel I dan hukum Mendel II (Arman,
2001: 67).
Mendel melakukan persilangan Monohibrid dengan tujuan mengetahui pada
pewarisan sifat dari tertua kepala generasi berikutnya. Persilangan ini untuk
membuktikan hukum Mendel yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses
pembentukan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga
hukum segregasi (Idam, 2004: 29).
Dalam hukum Mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent
assortmen of genes atau hukum pengelompokan gen secara bebas dinyatakan bahwa
selama pembentukan gamer gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan
mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai
pada dihibrid atau polihibrid yaitu persilangan hari 2 individu yang memiliki satu
atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan satu sifat beda
dan dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau
perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang
dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa dsb).
Genotif adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada
hubungannya dengan fenotif biasanya dinyatakan dengan simbol/ tanda pertama dari
fenotif (Wildan, 1986: 137).
Dalam ilmu genetika kemampuam untuk melakukan evaluasi atas penyimpangan
hasil pengamatan dari hasil yang diharapkan merupakan hal yang sangat penting.
Pada saat diasumsikan perbandingan hasil generasi F2 adalah 3:1 atau 9:3:3:1 dapat
dikatakan bahwa itu adalah hipotesis 0. Dinamakan demikian karena tidak ada
penyimpangan (perbedaan sama dengan 0) nisbah yang diamati dengan nisbah yang
diharapkan terjadi. Hipotesis tersebut dapat ditolak (1) atau tidak ditolak/diterima (2).

6
Apabila ditolak berarti penyimpangan hasil pengamatan dari nisbah yang diharapkan
bukan karena kebetulan saja.
Salah satu uji statistik yang paling sederhana adalah Pearson’s chi-square test (X²)
yang ditemukan oleh Karl Pearson dengan berpedoman pada referensi distribusi Chi-
Square.
Dimana :
o = jumlah hasil pengamatan
e = jumlah yang diharapkan
d = penyimpangan
Untuk menemukan apakah hipotesis 0 ditolak atau tidak harus dilakukan
perbandingan X² hasil perhitungan dengan nilai X² pada berbagai tingkat peluang.
Hipotesis 0 akan diterima apabila nilai X² hasil perhitungan lebih kecil dari nilai X²
pada peluang 0.05 sesuai dengan derajat bebasnya.
Epistasis merupakan interaksi antara gen dengan gen dalam mengendalikan satu
sifat atau dimana yang satu mengalahkan atau menutupi pekerjaan gen lain yang
bukan se alel. Gen yang mengalahkan itu disebut epistasis, yang dikalahkan oleh
hypostasis. Dari kata epi = diatas, hypo = di bawah, dan status = kedudukan.
Kombinasi alel gen tertentu akan berpengaruh terhadap gen yang lain dalam
menentukan sifat. Sebagai contoh pada tanaman jagung, butir jagung bewarna putih
(Aabb) bila disilangkan dengan jagung lain bewarna putih (aaBB) akan menghasilkan
F1 newarna ungu (AaBb). Selanjutnya pada F2 diperoleh perbandingan 9:7. Hal ini
terjadi karena sifat warna ungu hanya akan terbentuk apabila alel dominan A ada alel
dominan B berada pada satu genotipe individu.
Berikut beberapa interaksi gen (epistasis):
1) Epistasis Dominan
Epistasi dominan terjadi jika dua pasang gen dominan lengkap mengatur sifat
yang sama tetapi satu alel domonan pada satu alel lokus dapat menghasilkan fenotipe
tertentu, tidak tergantung gen pada lokus yang lain dominan maupun resesif. Nisbah
fenotipe pada F2 adalah 12:3:1. Contohnya warna buah squash.
2) Epistasis Resesif
Epistasis resesif terjadi apabila dua gen dominan lengkap tetapi gen resesif pada
suatu lokus akan menekan penampilan alel pada lokus yang lain. Salah satu

7
contohnya adalah warna kulit pada bawang merah. Nisbah fenotipe pada F2 adalah
9:3:4.
3) Epistasis Dominan Resesif
Epistasis dominan resesif terjadi apabila satu gen dominan pada satu lokus dan
homozigot resesif pada lokus yang lain bersifat epsitatik, yaitu apabila terdapat salah
satu gen itu akan mencegah pemuatan hasil akhir gen. Nisbah fenotip pada F2 adalah
13:3. Contohnya pada warna kulit bawang merah.
4) Epistasis Dominan Rangkap
Epistasis dominan rangkap terjadi apabila dua alel memiliki peran yang sama
salam mengatur satu sifat. Nisbah fenotipe pada F2 adalah 15:1.
5) Epistasis Resesif Rangkap
Epistasis rangkap terjadi apabila Fenotipe yang sama dihasilkan oleh kedua
genotipe homozigot resesif, dua gen resesif bersifat epistasis terhadap alel dominan.
Nisbah fenotipe pada F2 adalah 9:7. Contohnya pada warna bunga pada tanaman
kapri.

Drum Stick + Barr Body

Kromosom pada manusia berjumlah 46, yang dikelompokkan menjadi 44


kromosomtubuh dan 2 kromosom seks. Pada perempuan, pasangan kromosom seksnya adalah
XX,sedangkan pada laki-laki adalah XY. Penentuan jenis kelamin seseorang dapat
ditentukandengan pemeriksaan kromatin X. Seorang ahli genetic dari Universitas
Wertren Ontario,Murray Barr dan Bertman pada tahun 1940 telah membuat suatu
eksperimen akan adanyapengaruh kerja struktur dari sel kucing. Ia menemukan
bahwa walaupun sel saraf dapatdilihat saat sel melakukan pengulangan stimulasi,
beberapa diantaranya memiliki “small body” didalam nucleus dengan noda padat
dengan zat warna yang memiliki afinitas untuk DNA.Selama diperiksa, ia
menemukan badan kromatin ini hanya ada pada sel-sel saraf kucing betina yang
sedang tidak membelah, tetapi tidak ditemukan pada kucing jantan.Kemudian
diketahui bahwa tidak adanya badan tersebut pada jantan adalah sejak masa awal
pertumbuhan embrio. Selanjutnya penemuan ini menunjukkan bahwa badan tersebut

8
tidak hanya terdapat pada sel saraf, namun ada pada banyak tipe sel dari kucing
betina, yangkemudian diketahui sebagai kromatin seks atau badan Barr. Barr body
dan drum stick termasuk dalam jenis sex chromatin . Sex chromatin merupakan
sebuh kromosom-X yang inaktif. Inaktivasi kromosom X terjadi pada awal
embriogenesis. Kromosom-X yang teraktivasi tersebut dapat berasal dari ayah
maupun ibu.Inaktivasi kromosom-X bersifat tetap atau stabil, yaitu kromosom-X
inaktif diwariskan dariparental tetap dalam bentuk inaktif (Klug & Cummings 1994:
171). X yang inaktif padaperempuan terkondensasi dan berbentuk seperti pemukul
genderang (Drum Stick) padamembrane inti neutrofil dan struktur gelap pada
membrane inti sel somatis.Badan barr dapat diamati pada sel epitel yang banyak
ditemukan dari lapisan mukosamulut, vagina, atau uretra. Neutrofil granulosit dari
wanita memperlihatkan adanya drumstick seperti alat pemukul genderang.
Lyon seorang ilmuan di bidang genetika membuat sebuah hipotesis tentang
sexchromatin maka untuk menghormatinya hipotesis tersebut disebut hipotesis Lyon.
HipotesisLyon menyatakan bahwa Jumlah sex chromatin= jumlah total kromosom
X– 1. Jadi apabila sex chromatin-nya berjumlah 1 maka individu tersebut adalah
wanita normal, bila jumlah sexchromatin-nya tidak ada maka individu tersebut pria
karena pria hanya memiliki satukromosom-X (Suryo 2003:194).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tujuan dan Manfaat


a. mencari angka angka perbandingan sessuai dengan hokum mendel
b. membuktikan kebenaran akapercobaan perbandingan genetika dengan
chisquare list sebagai dasar pewaris genetic.

9
c. unutk mengetahui identifikasi jenis kelamin dan unutk mengetahui suatu
penyakit keturuan.

3.2 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada pukul 14.40 WITA hari sabtu, 30 Oktober 2010.
Adapun tempat dilaksanakannya praktikum adalah Laboratorium Fisika Dasar I,
Laboratorium Dasar Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbar

3.3 Alat dan Bahan


a. Kancing genetika
1. Kancing genetika
2. Penggaris
3. Buku kerja
4. Pensil
5. Kalkulator
6. Tabel chisquare

b. . Bar Body & Drum Stick


1. Objek gelas
2. Label
3. Sendok
4. Mikroskop
5. Lanset
6. Pipet
7. Aquadestilata
8. Larutan Giemsa
9. Imersi
10. Methanol

10
3.4 Cara Kerja

a. Perbandingan imitasi genetic


1. Ambillah model gen Hjau dan Kuning, masing masing 100 pasang dengan
2 pasang warna yang berbeda
2. Gabungkan model gen jantan hijau dan model gen betina kuning dan
sebaliknya, ini menggambarkan hasil persilangan atau F1, keturuan
individu merah dan individu putih.
3. Selanjutnya semua model gen jantan baikhijau maupun kuning
dimasukkan ke dalam kantong (pisahkan dalam 2 kantung).
4. Dengan tanpa melihat dan sambal mengaduk/mancampur gen gen tersebut
ambillah Secara acak satu gen dari dalam kantung kemudian pasangkan.
5. Lakukan Secara terus menerus pengambilan model gen sampai habis dan
catat pasangan gen yang terambil kedalam tabel pencatatan (tabulasi
sementara)
6. Lakukan percobaan serupa untuk pengambilan minimal 4-8 kali
pengulangan.
7. Bandingkan dengan ketentian perbandingan 1:2:1
8. Hitung harga chisquare.
9. Hitung pula dengan hasil seluruh kelas sebagai pembanding.

b. Bar Body
1. sediakanlah 1 1objek glass bersih dan bebas dari lemak
2. dengan menggunakan sudip ambillah sel mukosa pipi dengan cara
mengerok sisi dalam pipi (sebelumnya harus berkumur atau membersihkan
mulut)
3. buatlah sediaan apus setipis munkgin.
4. lalu keringkan di udara setelah itu rendam dengan methanol dan biarkan
selama 5 menit.
5. kemudian bilas dengan aquadestilata dan warnai dengan direndam dalam
larutan Giemsa selama 15 menit

11
6. lalu bilas dengan aquadestilata, keringkan dengan tissue dan periksa di
bawah mikroskokp dengan pembesaran 10 x 100 lalu digambar.

c. Drum Stick
1. sediakanlah 1 1objek glass bersih dan bebas dari lemak
2. dengan menggunakan lancet lukai ujung jari kemudian letakkan satu tets
darah bagaian ujung dari objek glass
3. buatlah sediaan di udara dengan bantuan objek glass yang lain.
4. lalu keringkan di udara setelah itu rendam dengan methanol dan biarkan
selama 10 menit
5. kemudian bilas dengan aquadestilata dan warnai dengan larutan Giemsa
selama 15 menit
6. lalu bilas dengan aquadestilata keirngkan dengan kertas dan periksa
dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 100 lalu gambar

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Kancing genetika
Jumlah AA Aa a.a Jumlah
percobaan
1 IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 100

12
IIIII IIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII IIIII
IIIII I
2 IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 100
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII
I IIIII IIIII IIIII
IIII
3 IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 100
IIIII IIIII III IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII I
IIIII IIIII IIIII
I
4 IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 100
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII II
IIIII IIIII IIIII
IIIII III
0 108 189 103 400
0 100 200 100 400
8 8 -11 3
82 64 121 9 194

Keterangan : A : Hijau
a : Kuning
Dk 1
X2 = 82
Probabilitas = 0,5
e

= 194 = 0,485

400

13
Rasio fenotip :

4.1.2 Barbody

Bar Body Seks kromatin Keadaan seks


Klp 1 (shei) + Perempuan
Klp 2 (nadia) + Perempuan
Klp 3 (Fira) + Perempuan
Klp 4 (putri) + Perempuan
Klp 5 (tede)) - Laki-laki

Barbody

4.1.3 Drum Stik

Drumstick Seks kromatin Keadaan seks


Klp 1 (shei) + Perempuan
Klp 2 (nadia) + Perempuan

14
Klp 3 (fira) + Perempuan
Klp 4 (rachma) + Perempuan
Klp 5 (vira) + Perempuan

15
drumstick

16
4.2 Pembahasan

Persilangan monohibrid adalah persilanganantara dua individu yang


mempunyai satu sifat beda, yaitu parental yang memiliki sifat fenotif hijau(MM)
dengan parental yanag memiliki sifat fenotif kuning (mm), dimana sifat hijau
dominan terhadap sifat kuning.
Hasil yang diharapkan pada praktikum ini adalah terbuktinya perbandingan fenotip
1:2:1, namun berdasarkan pengalaman hanya sekitar 20% praktikan yang dapat
membuktikan hal tersebut. Sedangkan 80% lainnya tidak berhasil. Secara umum
kesalahan terjadi karena pada saat pengambilan secara acak dan memasangkan
kancing genetik terjadi kesalahan disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam
pencatatan hasil persilangan, terjadi pengambilan kancing yang lebih atau kurang di
dalam kotak, dan kurang kompaknya para praktikan dalam mengambil kancing,
menyebutkan, dan mencatatnya sehingga terdapat perbedaan rasio fenotif dan rasio
genotifnya dengan hukum Mendel. Peluang menyangkut derajat kepastian apakah
suatu kejadian terjadi atau tidak, dalam ilmu genetika segregasi dan rekombinasi gen
juga didasarkan pada hukum peluang. Rasio persilangan heterozigot adalah 3:1 jika
sifat tersebut diturunkan secara dominan penuh.

 Bar body

Penentuan jenis kelamin dari suatu individu dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti melalui pengamatan histologis ada tidaknya barr body, identifikasi gen
amelogenin DNA, maupun pengamatan drumstick pada neklues neutrophil. Menurut
Galdames (2011), penentuan jenis kelamin merupakan salah satu kunci dalam proses

17
identifikasi. Lebih lanjut, Eboh (2012) menyatakan bahwasanya Identifikasi jenis
kelamin merupakan langkah pertama yang penting dilakukan dalam proses
identifikasi forensik karena dapat menentukan 50% probabilitas kecocokan dalam
identifikasi individu serta dapat mempengaruhi beberapa metode pemeriksaan
lainnya, seperti estimasi usia dan tinggi tubuh individu.

Metode penentuan jenis kelamin yang akan dibahas dalam sub-bab ini adalah metode
pengamatan histologis ada tidaknya barr body. Sebelum membahas lebih lanjut
mengenai barr body, perlu diketahui bahwasanya barr body merupakan sisa
kromosom X yang mengalami inaktivasi pada saat proses perkembangan. Hal ini
mengacu pada pernyataan Meena (2016), yang menyatakan bahwasanya barr body
merupakan kromosom X yang dibentuk dari inaktivasi secara acak dan kondensasi
salah satu dari dua kromosom betina yang pada hakekatnya terdapat pada sel-sel
somatik mamalia betina. Menurut Syafitri (2013), barr body merupakan suatu
gambaran badan kecil yang dapat menimbulkan bintik berwarna dengan pewarnaan
inti sel. Sementara itu, mengacu pada hasil pengamatan yang telah dilakukan,
pewarnaan pada apusan epitel rongga mulut perempuan, baik barr body maupun inti
sel menunjukkan warna yang lebih gelap dibanding dengan bagian sel lainnya. Hal ini
dikarenakan adanya kondensasi kromosom pada kedua bagian tersebut sebagaimana
telah disinggung sebelumnya sehingga zat warna yang diserap lebih banyak daripada
bagian sel lainnya. Hal ini dipertegas oleh Verma (2017), yang menyatakan
bahwasanya massa kromatin seks terlihat berwarna kegelapan pada nukleus sel yang
tidak mengalami pembelahan pada genotipe perempuan oleh adanya heterokromatin
dari kromosom X yang tidak aktif.

Berdasarkan pada hasil pengamatan, barr body hanya dapat dijumpai pada sel epitel
rongga mulut perempuan dan tidak demikian dengan sel epitel laki-laki, sehingga
dapat disimpulkan bahwa barr body merupakan kromatin seks yang terkondensasi
sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Lebih lanjut, hasil pengamatan tersebut

18
menunjukkan adanya satu buah barr bodi pada masing-masing sampel epitel rongga
mulut tiga orang perempuan yang berbeda. Hal ini dapat diterangkan berdasarkan
pada hipotesis Lyon yang meninjau fenomena tersebut berdasarkan pada asal muasal
barr body tersebut. Menurut Suryo (2011), pada orang normal, banyaknya seks
kromatin dalam sebuah sel adalah sama dengan jumlah kromosom X dikurangi
dengan satu. Syafitri (2013), menyatakan bahwasanya barr body dapat ditemukan
pada sekitar 40% sel wanita. Lebih lanjut, Elrod (2007), menyatakan bahwasanya
pada wanita normal akan memiliki barr body pada inti sel karena memiliki dua
kromosom X, sedangkan pada pria tidak memiliki barr body karena kromatin X-nya
hanya satu.

Mengacu pada pernyataan-pernyataan di atas, dapat diketahui bahwasanya keenam


sukarelawan tersebut baik laki-laki maupun perempuan merupakan orang-orang yang
normal. Hal ini dikarenakan pada praktikan laki-laki tidak ditemukan adanya barr
body yang merupakan kondensasi dari kromosom X yang terinaktivasi. Berdasarkan
pada penjelasan di atas, bahwasanya jumlah barr body merupakan jumlah kromosom
X dikurangi satu, karena ketiga praktikan laki-laki tersebut tidak memiliki barr body,
dapat dipastikan bahwa kromosom seks pada praktikan tersebut terdiri dari X dan Y.
Sementara itu, pada ketiga praktikan perempuan masing-masing memiliki satu buah
barr body, sehingga dapat dipastikan bahwasanya kromosom seks pada praktikan
tersebut adalah XX.

Hal yang tidak kalah penting dalam laporan ini, perlu diketahui pula mengenai
mekanisme terbentuknya barr body. Mekanisme inaktivasi pada salah satu kromosom
X wanita tersebut sehingga membentuk barr body tersimpan dalam X-Chromosome
Inactivation (XCI) yang mengarahkan proses pemberhentian transkripsi pada salah
satu dari dua kromosom X selama awal perkembangan. Menurut Chaligne (2014),
XCI banyak memfasilitasi mekanisme epigenetik lainnya seperti fenotipe mosaik
seluler, inaktivasi kromosom X, dan menggabungkan beberapa mekanisme epigenetik

19
termasuk menyelenggarakan methylisasi DNA, modifikasi histon post-transisional,
dan mengatur hal-hal yang tidak biasa pada inti. Lebih lanjut, berdasarkan pada hasil
studinya, Avner (2001) menjelaskan bahwasanya inisiasi inaktivasi X terjadi pada
lokus X-Inactivation Centre (Xis). Gen khusus yang mengatur proses inaktivasi
kromosom X tersebut adalah non-coding RNA Xist. Xist terdiri dari 17.000
nukleotida (19 kb pada manusia), yang bersambungan, menyebabkan tidak
terekspresikannya kromosom X dari cis oleh karena tertutupi oleh Xist.

 Drumstick

Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menentukan dan menganalisis jenis
kelamin adalah dengan menggunakan metode pengamatan drumstick. Penentuan jenis
kelamin dengan menggunakan metode ini memiliki akurasi yang cukup tinggi, namun
perlu juga memerhatikan beberapa faktor yang dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan. Sebelumnya, perlu diketahui lebih lanjut mengenai drumstick itu
sendiri. Menurut Tupakula (2014), drumstick terdiri dari massa kecil inti dengan
diameter sekitar 1,5µ, melekat pada tubuh nukleus dengan rata-rata variasi batang
tipis dan kejadian drumstick bervariasi antara 1% sampai 17% dengan rata-rata 2,9%.
Drumstick, sebagaimana telah dibuktikan dalam praktikum, terdapat pada bagian inti
sel darah putih neutrophil. Metode yang demikian dikenal sebagai leukosit tes yang
pertama kali diperkenalkan oleh Davidson dan Smith pada tahun 1954. Menurut
Verma (2017), leukosit tes ditujukan untuk mendiagnosis seks kromatin berdasarkan
pada identifikasi informasi khusus dalam inti.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, drumstick merupakan suatu


tambahan pada nukleus netrophil yang dipisahkan dengan inti utama atau dapat pula
diartikan sebagai tonjolan kecil dekat inti neutrophil. Berdasarkan pada hasil
pengamatan, baik pada sampel darah laki-laki maupun perempuan, bagian inti dari
masing-masing neutrophilnya menunjukkan adanya tonjolan di dekat inti neutrophil.

20
Akan tetapi, dilihat dari bentuknya, terdapat perbedaan antara sampel darah laki-laki
dan perempuan. Menurut Verma (2017), drumstick pada perempuan dideskripsikan
sebagai tambahan pada nukleus neutrophil yang dipisahkan dari lobus inti utama.
Sementara itu, pada sampel darah laki-laki terdapat suatu bentukan yang bentuknya
berbeda dengan yang telah dideskripsikan sebelumnya. Hal ini dapat disimpulkan
bahwasanya drumstick hanya terdapat pada perempuan dan tidak demikian dengan
laki-laki. Pernyataan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwasanya drumstick
sebagaimana barr body merupakan seks kromatin. Seks kromatin, sebagaimana telah
diketahui hanya di dapati pada perempuan, karena merupakan sisa dari kromsom X
yang terinaktivasi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Brahimi (2011), yang
menyatakan bahwasanya konfirmasi kromosom X yang tidak aktif terdapat pada
drumstick. Lebih lanjut, Tupakula (2014) menyatakan bahwasanya kromatin seks
mencapai 1µ gumpalan kromatin yang biasanya terlihat pada nukleus perempuan
pada beberapa jaringan epitelium kornea, mukosa buccal, oral dan epitelium vagina,
fibroblast, dan lain sebagainya dan sebagai drumstick pada apusan darah.
Berdasarkan pada pernyataan-pernyataan di atas, jelaslah bahwasanya
bentukan pada apusan sel darah putih neutrophil pada sampel darahlaki-laki bukanlah
merupakan drumstick. Perlu diketahui bahwasanya menurut Varma (2017), deskripsi
asal dari drumstick harus dipisahkan dari bentukan serupa bintil sesil, gada kecil,
lobus minor, dan tanda-tanda keseluruhan yang dapat dikenali pada neutrophil laki-
laki. Hal ini didasarkan pada alasan bahwasanya bentukan-bentukan yang demikian
merupakan kondensasi dari kromosom Y pada laki-laki sebagaimana pernyataan
Brahimi (2011), yang menyatakan bahwasanya konfirmasi kromosom Y yang serupa
drumstick telah dapat dilakukan dengan hibridisasi flouresen secara in situ.

21
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Prinsip segregasi secara bebas memang benar adanya dengan dilakukannya
percobaan pemisahan 100 pasang kancing dengan jumlah sama besar dan di silangkan
dengan 100 buah kancing berbeda warna yang lainnya kemudian disilangkan kembali
secara acak yang kemudian menghasilkan keturunan F1 dan F2 dengan adanya perbandingan
tertentu yang cenderung stabil dan Uji Chi Square dalam analisis genetika Mendel
dapat digunakan secara efektif untuk membuktikan kebenaran dari perbandingan hasil
percobaan sehingga data dan hasil yang didapat semakin valid dan akurat.
Dari hasil pengamatan, disimpulkan bahwa penentuan dan identifikasi
jeniskelamin yang sederhana khususnya pada manusia, dapat dilakukan
denganpemeriksaan barr body dan drumstick. Pada jenis kelamin wanita ditemukan
barrbody berupa struktur gelap pada tepi nucleus sel somatik dan drumstick
berupatonjolan berbentuk gendering pada membrane nucleus neutrofil. Munculnya
barr bodydan drumstick disebabkan oleh adanya inaktivasi kromosom X.

22
DAFATR PUSTAKA

W.A. Newman Dorland. Kamus Kedokteran Dorland.-Ed 31-. Jakarta: EGC;

2010.Devi A, Endah W, Et Al. Buku Panduan Praktikum Modul Celluler &


Molecular Basis Of Inheritance Semester I. Jakarta: PSPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2012

Elrod SL, Stansfield WD. 2007. Schaum’s outlines genetika. 4 ed. Indonesia:
Penerbit:Erlangga.

Syafitri, Kharlina, Elza Auerkari, dan Winoto Suhartono. 2013. Metode Pemeriksaan
Jenis
Kelamin Melalui Analisis Histologi dan DNA dalam Identifikasi Odontologi
Forensik.
Jurnal PDGI. Vol. 62. No. 1. 2015

23

Anda mungkin juga menyukai