Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI

SISTEM URINARIA

BLOK UROREPRO I

Nama : Rachma Meilinda

NIM : 018.06.0067

Kelas :B

Kelompok : 3 (tiga)

Modul : Urorepro I

Dosen : Rusmiatik, S.Si., M.Biomed.

dr. Rizki Mulianti, S.Ked.

LABORATORIUM TERPADU 1

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan


homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya
bekerjasama untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen
dan variabel lainnya. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis
dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan
air dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi tubuh
manusia, yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Sistem perkemihan berfungsi untuk mengolah zat-zat yang tidak diperlukan dalam
tubuh dan memiliki beberapa proses. Sehingga dengan keluarnya zat yang tidak
baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari beberapa penyakit yang
menyangkut sistem perkemihan.

1.2 TUJUAN

a. Mahasiswa mampu mengetahui jaringan pada sistem urinaria.

b. Mahasiswa mampu mengetahui struktur-struktur jaringan pada sistem


urinaria

1.3 MANFAAT
a. Memahami jaringan pada sistem urinaria.

b. Memahami struktur-struktur jaringan pada sistem urinaria.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SISTEM URINARIA

Sistem perkemihan terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, kandung


kemih dan uretra. Sistem ini berperan memelihara homeostasis melalui
proses rumit yang meliputi hal berikut:

 Filtrasi limbah sel dari darah.


 Reabsorpsi selektif air dan zat terlarut.
 Ekskresi limbah dan kelebihan air berupa urine.

Urine yang diproduksi di ginjal mengalir melalui ureter ke kandung


kemih untuk ditampung sementara, dan kemudian dikeluarkan melalui
uretra. Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit; dari
jumlah int, 724 ml direabsorpsi dalam organ tersebut dan 1 ml dilepaskan
ke dalam ureter sebagai urine. Sekitar 1500 ml urine dibentuk setiap 24
jam. Ginjal juga mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan
merupakan tempat pembuatan hormon renin, suatu protease yang
berpartisipasi dalam pengaturan tekanan darah dengan membelah
angiotensin yang beredar menjadi angiotensin I. Eritropoietin, suatu
glikoprotein yang merangsang produksi eritrosit, juga dihasilkan di ginjal.
Prohormon steroid vitamin D, yang awalnya dibentuk di keratinosit,
mengalami hidroksilasi dalam ginjal menjadi bentuk aktif (1,25-
dihidroksivitamin D, atau kalsitriol) yang terlibat dalam pengaturan
keseimbangan kalsium.

2.1.1 GINJAL

Ginjal adalah organ besar bentul kacang yang letaknya retroperitoneal


pada dinding posterior tubuh. Di atas setiap ginjal terdapat kelenjar
adrenal (glandula suprarenalis) yang terbenam di dalam lemak dan
jaringan ikat ginjal. Batas medial ginjal yang cekung adalah hilum, yang
terdiri atas 3 bangunan besar, yaitu arteri renalis, vena renalis, dan pelvis
renalis bentuk-corong. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan ikat longgar
dan rongga berisi lemak yang disebut sinus renalis.

Setiap ginjal dilapisi oleh kapsul jaringan ikat padat tidak teratur.
Irisan sagital ginjal menunjukkan korteks yang lebih gelap di bagian luar,
dan medula yang lebih terang di bagian dalam, yang terdiri atas banyak
piramid ginial (pyramides renales) bentuk-kerucut. Basis setiap piramid
menghadap ke korteks dan membentuk batas kortikomedularis. Apeks
setiap piramid yang bulat meluas ke arah pelvis renalis untuk membentuk
papila renalis. Sebagian korteks juga meluas ke masing-masing sisi
piramid ginjal untuk membentuk kolumna renalis (columnae renales).
Setiap papila renalis dikelilingi oleh kaliks minor (calyx minor) bentuk-
coron& /ang mengumpulkan urin dari papila. Kaliks minor bergabung di
sinus renalis membentuk kaliks mayor (calyx mayor). Kaliks mayor,
selanjutnya, bergabung membentuk pelvis renalis bentuk-corong yang
lebih besar. Pelvis renalis keluar dari ginjal melalui hilum, menyempit
menjadi ureter yang berotot, dan turun ke arah kandung kemih di masing-
masing sisi dinding tubuh posterior.

Unit fungsional setiap ginjal adalah tubulus uriniferus mikroskopik.


Tubulus ini terdiri atas nefron (nephronum) dan duktus koligens (ductus
colligens) yang menampung curahan dari nefron. Jutaan nefron terdapat di
setiap korteks ginjal. Nefron, selanjutnya, terbagi lagi menjadi dua
komponen, korpuskulum ginjal (corpusculum renale) dan tubulus ginjal
(tubulus renalis).
Terdapat dua jenis nefron. Nefron kortikal (nephronum corticale)
terletak hampir seluruhnya berada di korteks ginjal, sedangkan nefron
jukstamedularis (nephronum juxtamedullare) terdapat di dekat medula
memiliki gelung panjang di medula. Meskipun semua nefron berperan
dalam pembentukan urin, namun nefron jukstamedularis membuat kondisi
hipertonik di interstisium medula ginjal yang menyebabkan produksi urin
yang pekat (hipertonik).
Pada bagian awal setiap nefron terdapat sebuah korpuskel ginjal
berdiameter sekitar 200 µm dan mengandung seberkas kapiler,
glomerulus, yang dikelilingi oleh simpai epitel berdinding ganda disebut
simpai (Bowman) glomerular. Lapisan internal (lapisan viseral) simpai
menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan parietal eksternal membenfuk
permukaan luar simpai tersebut. Di antara kedua lapis simpai Bowman
terdapat ruang kapsular atau perkemihan yang menampung cairan yang
disaring melalui dinding kapiler dan lapisan viseral. Setiap korpuskel
ginjal memiliki kutub vaskular, tempat masuknya arteriol aferen dan
keluarnya arteriol eferen, serta memiliki kutub tubular atau perkemihan
tempat tubulus kontortus proksimal berasal. Setelah memasuki korpuskel
ginjal arteriol aferen biasanya bercabang dan terbagi lagi menjadi dua
sampai lima kapiler glomerulus ginjal.
Lapisan parietal simpai glomerular terdiri atas selapis epitel skuamosa
yang ditunjang lamina basal dan selapis tipis serat retikular di luar. Di
kutub tubular, epitelnya berubah menjadi epitel selapis kuboid yang
menjadi ciri tubulus proksimal.
Selama perkembangan embrional epitel selapis pada lapisan parietal
relatif tidak mengalami perubahan sedangkan lapisan internal atau viseral
sangat termodifikasi. Sel-sel lapisan viseral ini yaitu podosit, memiliki
badan sel yang menjulurkan beberapa prosesus primer. Setiap prosesus
primer menjulurkan banyak prosesus (kaki) sekunder, atau pedikel
(L.pedicellus, kaki kecil) yang memeluk bagian kapiler glomerulus. Badan
sel podosit tidak berkontak dengan membran basal kapiler, tetapi setiap
pedikel berkontak langsung dengan struktur tersebut.
Pedikel ini saling mengunci dan membentuk celah-celah memanjang
selebar lebih kurang 30-40 nm-celah filtrasi. Suatu diafragma
semipermeabel tipis dengan ketebalan seragam merentangi prosesus yang
berdekatan (dan karenanya menjembatani celah-celah filtrasi).
Diafragma celah ini merupakan tipe khusus taut antarsel dengan
protein transmembran besar, nefrin, yang penting baik secara struktural
maupun fungsional. Selain berproyeksi dari membran sel di setiap sisi
celah tersebut molekul nefrin berinteraksi membentuk suatu struktur
berpori di dalam diafragma. Di antara sel-sel endotel bertingkap dari
kapiler glomerulus dan podosit yang menutupi permukaan luarnya,
terdapat membran basal glomerular tebal (-0,1 µm). Membran ini
merupakan bagian yang paling bermakna pada sawar filtrasi yang
memisahkan darah dalam kapiler dari ruang kapsular. Membran basal ini
terbentuk dari penyatuan lamina basal yang dihasilkan kapiler dan podosit
dan dipertahankan oleh podosit. Laminin dan fibronektin pada penyatuan
membran basal mengikat integrin podosit dan membran sel endotelial.
Anyaman kolagen tipe IV yang berikatan-silang pada matriks proteoglikan
yang bermuatan negatif dapat membantu membatasi lewatnya molekul
kation. Jadi, membran basal glomerulus (GBM) merupakan suatu sawar
makromolekul yang selektif yang berfungsi sebagai saringan fisis dan
suatu sawar untuk molekul bermuatan negatif.
Filtrat glomerulus awal memiliki komposisi kimiawi yang serupa
dengan komposisi plasma darah, kecuali filtrat ini mengandung sangat
sedikit protein karena makromolekul tidak mudah melalui saringan
glomerulus. Protein dan partikel lain yang berdiameter lebih besar dari 10
nm atau melebihi 70 kDa, perkiraan massa molekul albumin, tidak mudah
menembus sawar glomerulus.
Kapiler glomerulus khas berada di antara dua arteriol aferen dan
eferen-dengan ototnya yang memungkinkan peningkatan tekanan
hidrostatik pada pembuluh-pembuluh darah ini, yang memperkuat
perpindahan plasma melalui saringan glomerulus. Laju filtrasi glomerulus
(GFR, glomerular fittration rate) secara konstan diatur oleh input neural
dan hormonal yang memengaruhi derajat konstriksi di setiap arteriol ini.
Area filtrasi glomerulus total pada orang dewasa rerata diperkirakan
mencapai 500 cm2 dan GFR rerata mencapai 125 mL per menit atau 180
liter per hari. Karena jumlah total plasma yang beredar rerata mencapai 3
liter, ginjal biasanya menyaring keseluruhan volume darah sebanyak 50
kali setiap hari.
Selain sel endotel kapiler dan podosit, korpuskel ginjal juga
mengandung sel mesangial (Yun. mesos, di tengah, + angeion, pembuluh),
yang menyerupai perisit dalam menghasilkan komponen suatu selubung
lamina eksternal. Sel mesangial sulit dikenali pada sediaan rutin dari
podosit, tetapi terpulas lebih gelap. Sel ini dan matriks yang
mengelilinginya membentuk mesangium, yang mengisi ruang kecil di
antara kapiler yang tidak memiliki podosit. Fungsi mesangium banyak dan
bervariasi, serta mencakup ha1 berikut:
 Penyangga fisis dan kontraksi -mesangium memberikan
penyangga struktural internal pada glomerulus dan seperti
perisit, selnya berespons terhadap zat vasoaktif untuk
membantu mempertahankan tekanan hidrostatis untuk Iaju
filtrasi yang optimal. .
 Fagositosis –sel mesangial memfagositosis agregat protein
yang melekat pada saringan glomerulus, termasuk kompleks
antibodi-antigen yang banyak dijumpai pada sejumlah besar
keadaan patologis.
 Sekresi -sel menyintesis dan menyekresi sejumlah sitokin,
prostaglandin dan faktor lain yang penting untuk pertahanan
imun dan perbaikan di glomerulus.

Filtrat glomerulus keluar dari korpuskulum ginjal di polus urinarius dan


mengalir melalui berbagai bagian nefron sebelum sampai di tubulus ginjal yaitu
tubulus koligens dan duktus koligens. Filtrat glomerulus mula-mula masuk ke
tubulus ginial yang terbentang dari kapsul glomerulus sampai tubulus koligens.
Tubulus ginjal ini memiliki beberapa bagian histologik dan fungsional yang
berbeda.

Bagian tubulus ginjal yang berawal di korpuskulum ginjal sangat berkelok


atau melengkung dan oleh karena itu disebut tubulus kontortus proksimal (tubulus
proximalis pars convoluta). Awalnya, tubulus ini terletak di korteks, tetapi
selanjutnya turun ke dalam medula untuk menjadi ansa Henle. Ansa Henle (ansa
nephroni) terdiri dari beberapa bagian: bagian desendens yang tebal di tubulus
kontortus proksimal; segmen asendens dan desenden yang tipis; dan bagian
asendens yang tebal yang disebut tubulus kontortus distal (tubulus distalis pars
convoluta). Tubulus kontortus distal lebih pendek dan tidak begitu berkelok
dibandingkan tubulus kontortus proksimal, dan tubulus ini naik ke dalam korteks
ginjal. Karena tubulus kontortus proksimal lebih panjang daripada tubulus
kontortus distal, tubulus ini lebih sering ferlihat di dekat korpuskulum ginjal dan
korteks ginjal.

Filtrat glomerulus kemudian mengalir dari tubulus kontortus distal ke


tubulus koligens. Di nefron jukstamedularis, ansa Henle sangat panjang; saluran
ini turun dari korteks ginjal jauh ke dalam medula dan kemudian melengkung
balik untuk naik ke korteks.

Tubulus koligens bukan merupakan bagian nefron. Sejumlah tubulus


koligens pendek bergabung membentuk beberapa duktus koligens yang lebih
besar. Sewaktu duktus koligens semakin besar dan turun ke arah papila medula,
duktus ini disebut duktus papilaris (ductus papillaris). Duktus koligens yang lebih
kecil dilapisi oleh epitel kuboid terpulas-pucat. Jauh di dalam medula, epitel di
duktus ini berubah menjadi silindris. Di ujung setiap papila, duktus papilaris
mengalirkan isinya ke dalam kaliks minor. Daerah di papila yang memperlihatkan
lubang di duktus papilaris yaitu area kribrosa.

Korteks ginjal juga memperlihatkan banyak radius medullaris (medullary


ray) terpulas-pucat yang berjalan vertikal dari basis piramid (basis pyramidis)
menuju korteks. Radius medullaris terutama terdiri dari duktus koligens,
pembuluh darah, dan bagian lurus dari sejumlah nefron yang menembus korteks
dari basis piramid.

Untuk memahami korelasi fungsional ginjal, aliran darah ke organ ini


perlu dipahami. Setiap ginjal dipasok oleh arteri renalis yang bercabang di hilus
menjadi beberapa cabang segmental, yang bercabang menjadi beberapa arteri
interlobaris. Arteri interlobaris berlanjut di ginjal di antara piramid ke arah
korteks. Di taut kortikomedular, arteri interlobaris bercabang menjadi arteri
arkuata,yang melengkung di basis piramid dan membentuk arteri interlobularis.
Pembuluh darah ini bercabang lagi menjadi arteriol aferen, yang membentuk
kapiler di glomeruli korpuskulum ginjal. Arteriol eferen meninggalkan
korpuskulum ginjal dan membentuk kompleks anyaman kapiler peritubular di
sekitar tubulus di korteks dan pembuluh kapiler lurus yang panjang atau vasa
rekta di medula yang melengkung balik ke daerah kortikomedular. Vasa rekta
membentuk lengkung yang sejajar dengan ansa Henle. Interstisium dialiri oleh
vena interlobularis yang berlanjut ke vena arkuata.

2.1.2 URETER, KANDUNG KEMIH & URETHRA

Urine diangkut oleh ureter ke kandung kemih tempat urine disimpan


sampai dikeluarkan selama miksi melalui urethra. Kaliks, pelvis renalis, ureter dan
kandung kemih memiliki struktur dasar histologis yang sama dengan dinding yang
semakin tebal saat mendekati kandung kemih. Mukosa organorgan ini dilapisi
oleh epitel transisional unik berlapis atau urothelium. Epitel ini dikelilingi oleh
lamina propria dan submukosa yang terlipat, diikuti dengan sarung jalinan lapisan
otot polos dan tunica adventitia. Urine bergerak dari pelvis renalis ke kandung
kemih karena kontraksi peristaltik.

Urothelium terdiri atas tiga lapisan berikut: .

 Selapis sel basal yang terletak pada membran basal yang sangat
tipis.
 Regio peralihan yang terdiri atas satu atau beberapa lapis sel yang
lebih kolumnar.
 Sebuah lapisan superfisial sel bulbosa polihedral yang sangat besar
yang disebut umbellocytus (umbrella cell) yang terkadang berinti
dua atau multinuklear dan sangat terdiferensiasi melindungi sel-sel
di bawahnya dari efek sitotoksik urine hipertonik.

Umbellocytus khususnya berkembang baik dalam kandung kemih di mana


kontak dengan urine paling mencolok. Sel-sel tersebut berdiameter hingga 100
µm, memiliki kompleks taut antarsel yang luas dan mengelilingi membran apikal
yang unik. Sebagian besar permukaan apikal terdiri atas membran unit asimetris,
dengan area lapisan lipid luar yang tampak dua kali lebih tebal daripada lapisan di
dalam. Regio tersebut merupakan "rakit" lipid (lipidrarts) yang mengandung
sebagian besar protein membran integral yang disebut uroplakin yang terakit
menjadi susunan parakristalin plak kaku berdiameter 16 nm. Urine terutama
berkontak dengan piak membran tersebut yang bersifat impermeabel dan
melindungi sitoplasma dan sel-sel di bawahnya dari efek hiperosmotik. Plak
dihubungkan bersama-sama oleh area membran khusus yang lebih sempit. Bila
kandung kemih kosong, bukan hanya mukosa yang sangat terlipat, melainkan juga
setiap umbellocytus mengurangi luas permukaan apikalnya dengan melipat
membran di domain hubungannya dan menginternalisasi plak yang terlipat berupa
vesikel diskoid. Sewaktu kandung kemih terisi lagi, vesikel diskoid menyatukan
lagi membran apikalnya, yang meningkatkan luas permukaannya sewaktu sel
berubah bentuk dari bulat menjadi pipih. Urothelium menjadi lebih tipis,
tampaknya akibat sel-sel intermedia yang terdorong dan tertarik ke arah lateral
untuk mengakomodasikan peningkatan volume urine.

Lamina propria kandung kemih dan jaringan ikat iregular padat


submukosa banyak vaskularisasi. Muscularis terdiri atas tiga lapisan yang tidak
berbatas tegas, secara kolektif disebut otot detrusor yang berkontraksi
mengosongkan kandung kemih. Ketiga lapisan otot terlihat paling jelas di leher
kandung kemih dekat urethra. Ureter melintas melalui dinding kandung kemih
secara oblik, yang membentuk suatu katup yang mencegah aliran balik urine ke
dalam ureter. Semua pasase urine dilapisi tunika adventisia di luar, kecuali bagian
atas kandung kemih yang dilapisi peritoneum serosa.

Urethra merupakan suatu saluran yang membawa urine dari kandung


kemih ke luar. Mukosa urethra memiliki lipatan longitudinal yang besar, yang
memberikannya tampilan khusus dalam potongan melintang. Pada pria, dua
duktus untuk transpor sperma selama ejakulasi menyatukan urethra di kelenjar
prostat. Urethra pria lebih panjang dan terdiri atas tiga segmen: .

 Urethra prostatica dengan panjang 3-4 crn, terbentang melalui


kelenjar prostat dan dilapisi oleh urothelium.
 Urethra membranosa, suatu segmen pendek, berjalan melalui suatu
sfingter ekstemal otot rangka dan dilapisi oleh epitel bertingkat dan
epitel berlapis.
 Urethra spongiosa, dengan panjang 15 cm, terbenam dalam
jaringan erektil penis dan dilapisi oleh epitel kolumnar bertingkat
dan kolumnar berlapis, dengan epitel skuamosa berlapis di distal.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Terpadu I, Universitas


Islam Al-Azhar, Mataram. Waktu yang digunakan dalam praktikum ini
pada hari Rabu, tanggal, 27 Maret 2019, pukul 13:00 sampai dengan 14.40
WITA.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

 Mikroskop Cahaya

3.2.2 Bahan

 Sediaan preparat
a. Ginjal
b. Vesicula urinaria
c. Ureter
 Pensil warna
 Jangka
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan mikroskop cahaya.
2. Siapkan masing-masing preparat yang akan diamatai dibawah
mikroskop sesuai caranya.
3. Amati bentuk, struktur, dan jenis jaringan.
4. Gambar hasil pengamatan.
5. Lengkapi gambar dengan keterangan yang jelas.
6. Buat pembahasan hasil pengamatan serta kesimpulannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.1 HASIL

No.
GAMBAR
KETERANGAN
1. Ginjal 1. Kapsul ginjal
2. Glomerulus
3. Radius medullaris
4. Tubulus kontortus proksimal
5. Tubulus kontortus subkapsular

Perbesaran 10x
2. Ureter 1. Lumen ureter
2. Epitel transisional
3. Lamina propria
4. Lapisan otot polos
longitudinal
5. Lapisan otot polos sirkular
3. Vesica urinaria 1. Lipatan mukosa
2. Epitel transisional
3. Lamina propria
4. Berkas otot polos
5. Jaringan ikat interstisial

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Ginjal
Dalam potongan sagital, ginjal dibagi menjadi korteks terpulas-gelap di
sebelah luar dan medula terpulas-terang di sebelah dalam. Berdasarkan
pengamatan, bagian yang terliat bagian korteks saja. Korteks dilindungi oleh
kapsul ginjal (1) berupa jaringan ikat padat tidak teratur. Korteks mengandung
tubulus kontortus proksimal (4) dan distal, glomeruli (2), dan radius medullaris
(3). arteri interlobularis dan vena interlobularis juga terdapat pada korteks. Radius
medullaris (3) dibentuk oleh bagian nefron yang lurus, pembuluh darah, dan
tubulus koligens yang menyatu di medula untuk membentuk duktus koligens yang
lebih besar. Radius medullaris tidak meluas ke kapsul ginjal (1) karena adanya
tubulus kontortus subkapsular (5).

4.2.2 Ureter

Ureter adalah suatu saluran berotot yang menyalurkan urin dari ginjal ke
kandung kemih melalui kontraksi lapisan otot polos yang tebal di dindingnya.
Fotomikrograf pembesaran- lemah ini menunjukkan ureter dalam potongan
melintang.
Lumen ureter (1) yang tidak melebar memperlihatkan banyak lipatan
longitudinal mukosa akibat kontraksi otot. Dinding ureter terdiri atas mukosa,
muskularis, dan adventisia.

Mukosa ureter terdiri atas epitel transisional (2) dan lamina propria (3)
yang lebar. Epitel transisional memiliki beberapa lapisan sel, lapisan terluar
ditandai oleh sel kuboid yang besar. Sel intermedia berbentuk polihedral,
sementara sel basal berbentuk kuboid atau silindris rendah. Lamina propria (3)
mengandung jaringan ikat fibroelastik, yang lebih padat dengan lebih banyak
fibroblas di bawah epitel dan lebih longgar di dekat muskularis. Jaringan limfoid
difus dan kadang-kadang nodulus limfoid kecil mungkin terlihat di lamina
propria.

Di ureter bagian atas, muskularis terdiri atas dua lapisan otot, lapisan otot
polos longitudinal (4) di sebelah dalam dan lapisan otot polos sirkular (5) di
tengah; lapisan-lapisan ini tidak selalu jelas. Lapisan tambahan yaitu lapisan otot
polos longitudinal di sebelah luar terdapat di sepertiga ureter bagian bawah dekat
kandung kemih. Adventisia menyatu dengan jaringan ikat fibroelastik dan
jaringan adiposa yang mengandung banyak arteriol, venula, dan saraf kecil.

4.2.3 Vesica Urinaria

Kandung kemih adalah suatu kantong berotot yang dapat meregang


sewaktu terisi dengan urine. Kandung kemih (vesica urinaria) memiliki dinding
berotot tebal. Dinding ini mirip dengan yang terdapat di sepertiga bawah ureter,
kecuali ketebalannya. Di dinding ditemukan tiga lapisan otot polos yang tersusun
longgar, yaitu lapisan longitudinal dalam, sirkular tengah, dan longitudinal luar.
Namun, mirip dengan ureter, lapisan otot sulit dibedakan. Ketiga lapisan tersebut
membentuk anastomosis berkas otot polos (3) dengan jaringan ikat interstisium
(4) ditemukan di antaranya.

Mukosa kandung kemih yang kosong memperlihatkan banyak lipatan


mukosa (1) yang menghilang sewaktu kandung kemih melebar. Epitel transisional
(2) lebih tebal daripada di ureter dan mengandung sekitar enam lapisan sel.
Lamina propria (3), di bawah epitel, lebih lebar daripada di ureter. Lamina propria
(3) subepitelial mengandung serat jaringan ikat halus, banyak fibroblas, dan
pembuluh darah, venula dan arteriol. Jaringan ikat longgar di bagian yang lebih
dalam mengandung lebih banyak serat elastik.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ginjal


pada tampilan transversal terlihat ada dua lapisan yaitu korteks dan medula.
Namun gambar yang terlihat pada mikroskop menunjukkan bagian korteks
dengan perbesaran yang lemah. Pada bagian korteks ini dilapisi oleh jaringan ikat
fibrosa, dengan bagian didalamnya terdapat banyak glomelurus, tubulus kontortus
proksimal dll. Sedangkan struktur histologi yang terlihat pada ureter dan kandung
kemih menunjukkan adanya beberapa persamaan. Berkas otot polos dan lamina
propria. Namun lamina propria pada vesica urinaria lebih lebar daripada yang
terdapat pada ureter.
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, VP. (2010). Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional .

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mescher, AL. (2011). Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. 2013. Sherwood Introduction to Human Physiology 8th Ed.


Jakarta: Penerbit EGC.

Ganong,W.F. 2013. Buku ajar fisiologi kedokteran ed. 22 Jakarta: Penerbit : EGC.

DiFiore’s. 2015. Atlas Histologi Dengan Korelasi Fungsional. Wolters Kluwer :

US Of America

Anda mungkin juga menyukai

  • Mediator Alergen
    Mediator Alergen
    Dokumen3 halaman
    Mediator Alergen
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • LBM 6
    LBM 6
    Dokumen27 halaman
    LBM 6
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Bagian LBM 2
    Bagian LBM 2
    Dokumen5 halaman
    Bagian LBM 2
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • LBM 6
    LBM 6
    Dokumen18 halaman
    LBM 6
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pendidikan Kewarganegaraan
    Makalah Pendidikan Kewarganegaraan
    Dokumen13 halaman
    Makalah Pendidikan Kewarganegaraan
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Fix Urinarius
    Fix Urinarius
    Dokumen18 halaman
    Fix Urinarius
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Mediator Alergen
    Mediator Alergen
    Dokumen3 halaman
    Mediator Alergen
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Bagan
    Bagan
    Dokumen1 halaman
    Bagan
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen20 halaman
    Journal Reading
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Patologi
    Patologi
    Dokumen4 halaman
    Patologi
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Maskulina Dan Femina
    Maskulina Dan Femina
    Dokumen28 halaman
    Maskulina Dan Femina
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Maskulina Dan Femina
    Maskulina Dan Femina
    Dokumen28 halaman
    Maskulina Dan Femina
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Laporan Praktikum Histologi Sistem Urinaria
     Laporan Praktikum Histologi Sistem Urinaria
    Dokumen15 halaman
    Laporan Praktikum Histologi Sistem Urinaria
    Anonymous YRneWJHSYt
    0% (1)
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Bab I LBM 4 Blok 6
    Bab I LBM 4 Blok 6
    Dokumen21 halaman
    Bab I LBM 4 Blok 6
    Dewi Sofyana
    Belum ada peringkat
  • Follikuler Adonema Tiroid
    Follikuler Adonema Tiroid
    Dokumen8 halaman
    Follikuler Adonema Tiroid
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Diskusi
    Diskusi
    Dokumen2 halaman
    Diskusi
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Manfaat Air Putih Bagi Pekerja
    Manfaat Air Putih Bagi Pekerja
    Dokumen9 halaman
    Manfaat Air Putih Bagi Pekerja
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • JR Kelompok 3
    JR Kelompok 3
    Dokumen12 halaman
    JR Kelompok 3
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • 45 Butir Pancasila
    45 Butir Pancasila
    Dokumen5 halaman
    45 Butir Pancasila
    ArdhianZahroni
    Belum ada peringkat
  • Makalah LBM 2 Metaimun
    Makalah LBM 2 Metaimun
    Dokumen66 halaman
    Makalah LBM 2 Metaimun
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • LBM 1 Badanku Semakin Mengurus
    LBM 1 Badanku Semakin Mengurus
    Dokumen57 halaman
    LBM 1 Badanku Semakin Mengurus
    Animu Pocky
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial LBM 1
    Laporan Tutorial LBM 1
    Dokumen18 halaman
    Laporan Tutorial LBM 1
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Laporan Histologi
    Laporan Histologi
    Dokumen23 halaman
    Laporan Histologi
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Laporan SP LBM 1 KV
    Laporan SP LBM 1 KV
    Dokumen31 halaman
    Laporan SP LBM 1 KV
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial LBM 1
    Laporan Tutorial LBM 1
    Dokumen18 halaman
    Laporan Tutorial LBM 1
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen31 halaman
    Laporan
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • LBM 4 BCB
    LBM 4 BCB
    Dokumen19 halaman
    LBM 4 BCB
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat
  • LBM 4 BCB
    LBM 4 BCB
    Dokumen19 halaman
    LBM 4 BCB
    Anonymous YRneWJHSYt
    Belum ada peringkat