PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Hari/Tanggal
Sesi 1 : Senin, 9 Oktober 2017
Sesi 2 : Rabu, 11 Oktober 2017
Tutor : dr. Nyoman Cahyadi
Moderator : Dea Nur Amalia Secartini
Sekretaris :
1. I Gede Yoga Mahendra Putra
2. St. Hajar
LBM 4
Skenario
I. Klarifikasi Istilah
Pada saat masuk rumah sakit sering kali terdapat lekositosis pada
pasien KAD karna stres metabolic dan dehidrasi, sehingga jangan terburu
buru memberikan antibiotic jika jumalah leokosit antara 10.000-15.000
m3. (Price, 2006)
PENATLAKSANAAN
INSULIN
Insulin merupakan farmakoterapi kausatif utama KD. Pemberian
insulin intravena kontinyu lebih disukai karena waktu paruhnya pendek
dan mudah ditritrasi. Dari beberapa studi prospektif dengan randomisasi
didapatkan bahwa pemberian insulin regular dosis rendah intravena
merupakan cara yang efektif dan terpilih. 0,1-1,15 unit/jam, maka
sebenarnya tidak diperlukan insulin bolus (priming dose) di awal. Dengan
pemberian insulin intravena dosis rendah diharapkan terjadi penurunan
glukosa plasma dengan kecepatan 50-100 mg/dl setiap jam sampai glukosa
turun sekitar 200 ng/dl, lalu kecepatan insulin diturunkan menjadi 0,02-
0,05 unit/kgBB/jam. Jika glukosa sudah berada di sekitarr 150-200 mg/fl
maka pemberian infus dekstrose dianjurkan untuk mencegah hipoglikemia.
(Setiati, 2015)
KALIUM
Sejatinya pasien KAD akan mengalami hiperkalemia melalui
mekanisme asidemia, difidiensi insulin, dan hipertonitas. Jika saat masuk
kalium pasien normal atau rendah, maka sesungguhnya terdapat difidiensi
kalium yang beratvdi tubuh pasien sehingga butuh pemberian kalium
adekuat karena terapi insulin akan menurunkan kalium lebih lanjut.
Monitor jantung perlu dilakukan pada keadaan tersebut agar jangan terjadi
BIKARBONAT
Jika asidosis memag murni karena KAD, maka koreksi bikarbinat
tidak direkomendasikan diberikan rutin, kecuali jika pH darah kurang dari
6,9. Hanya saja pada keadaan dengan gangguan fungsi ginjal yang
signifikan, seringkali sulit membedakan apakah asidosisnya karena KAD
atau karena gagal ginjalnya. Efek buruk dari koreksi bikarbonar yang tidak
pada tempatnya adalah meningkatnya resiko hipokalemia serebri, dan
asidosis susunan saraf pusat paradoksal. (Setiati, 2015)
FOSFAT
Meskipun terjadi hipopasfatemia pada KAD, serum fosfat sering
ditemukan dalam keadaan normal atau meningkat saat awal. Kadar fosfat
akan turun dengan pemberian insulin. Dari beberapa studi tidak ditemukan
manfaat yang nyata pemberian fosfat pada KAD, bahkan akan
mencetuskan hipokalsemia berat. Pada keadaan konsentrasi serum fosfat
kurang dari 1 mg/dl dan disertai dengan disfungsi kardiak, anemia atau
depresi nafas akibat kelemahan otot, maka koreksi fosfat menjadi
pertimbangan penting. (Setiati, 2015)
Komplikasi
PENUTUP
3.1. Kesimpulan