Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem endokrin mengatur dan mempertahankan fungsi tubuh dan
metabolisme tubuh, jika terjadi ganguan endokrin akan menimbulkan masalah
yang komplek terutama metabolisme fungsi tubuh terganggu salah satu
gangguan endokrin adalah diabetes melitus yang disebabkan karena defisiensi
absolute atau relatif yang disebabkan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.
Hormon merupakan senyawa kimia khsus diproduksi oleh kelenjar endokrin
tertentu, terdapat hormon setempat dan hormon umum, contoh dari hormon
setempat adalah asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung saraf
parasimpatis dan saraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding
duodenum dan diangkut dalam darah menuju penkreas untuk menimbulkan
sekresi pankreas dan kolesistokinin yang dilepaskan diusus halus, diangkut
kekandung empedu sehingga timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas
sehingga timbul sekresi enzim.
Di Indonesia penderita Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3 % dari
penduduk berusia diatas 15 tahun, sehingga Diabetes Melitus (DM) tercantum
dalam urutan nomor empat dari prioritas pertama adalah penyakit
kardiovaskuler, kemudian disusul penyakit selebrolaskuler dan katarak
(Depkes RI,2008). Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia
menempati urutan ke 4 dengan jumlah penderita Diabetes terbesar didunia
setelah India, Cina, Amerika Serikat.

1.2 Tujuan Makalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan tujuan makalah
yang ingin kami capai yakni sebagai berikut.
1. Untuk memahami menganai sistem endokrin terutama pada pankreas
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 1
2. Untuk mengetahui dan memahami hormone yang dihasilkan oleh pankreas
meliputi mekanisme kerja hingga efek pada metabolism lemak, karbohidrat
dan protein
3. Untuk mengetahui serta memahami perbedaan pada diabetes mellitus tipe 1
dan tipe 2 beserta etiologi dan penatalaksanaan.

1.3 Manfaat Makalah


Berdasarkan latar belakang dan tujuan di atas, makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran
mengenai sistem endokrin dari biokimia, hal yang bersifat fisiologi hingga
gangguan gangguan yang terkain dengan sistem endokrin tersebut.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Hari/ Tanggal Sesi 1 : Senin, 17 September 2018
Hari/ Tanggal Sesi 2 : Rabu, 19 September 2018
Tutor : dr. Cheryl Nini, S.Ked.
Moderator : Elicha Bintari
Sekretaris : I Kadek Rinaldy Wirakusuma

2.2 Skenario LBM 1


LBM 1
BADANKU SEMAKIN KURUS
Tn. Rasid 42 tahun, seorang lurah di desanya datang ke Puskesmas dengan
keluhan badan semakin kurus, padahal 6 bulan terakhir pasien semakin sering
makan, dan sering minum. Selainn itu Tn. Rasid juga mengeluhkan sering
kencing, badan terasa cepat lelah, pegal-pegal dan kesemutan kaki.
Tn Rasid sangat khawatir dengan kondisinya karena ayah Tn. Rasid dulu
memiliki keluhan yang sama dengannya dan meninggal pada usia 45 tahun
karena komplikasi, ayah Tn. Rasid saat itu sudah diterapi insulin. Adik Tn.
Rasid juga memiliki keluhan yang sama dengan Tn. Rasid dan meninggal saat
umur 15 tahun karena gangguan pembentukan hormon pada pankreasnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90 mmHg, N 120x/m, t
36,7, RR 20 x/m. pemeriksaan fisik yang lain dalam batas normal. Dokter
kemudian melakukan pemeriksaan penunjang pada pasien didapatkan GDS:
350 mg/dL.
Dokter menjelaskan tentang kemungkinan dari penyakit yang diderita Tn.
Rasid, dan Tn. Rasid sangat penasaran kenapa penyakit yang diderita ayahnya
bisa mengenai dia, apakah akan menular lagi ke anaknya, dan kenapa gula
darah yang tinggi malah membuatnya kurus dan cepat lelah padahal dulu dia
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 3
pernah mengikuti penyuluhan di polindes dan seingat Tn. Rasid gula darah itu
sumber energi bagi tubuh. Dokter kemudian menjawab semua pertanyaan yang
diajukan Tn. Rasid dan menyarankan Tn. Rasid untuk rajin berolahraga dan
mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat.

2.3 Pembahasan LBM 1

2.3.1 Klarifikasi Istilah


1. GDS
GDS adalah glukosa darah sewaktu yaitu salah satu pemeriksaan kimia yang
bertujuan untuk screening diabetes melitus debagai deteksi dini dari
penyakit ini (Guyton dan Hall, 2016)
2. Insulin
Insulin adalah salah satu hormon yang disekresi oleh sel beta pulau
Langerhans di pankreas (Sherwood, 2014)
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Mengapa Tn. Rasid mengalami keluhan badan mengurus, kesemutan cepat
lelah, lapar dan haus serta sering buang air kecil?
2. Mengapa dokter menyarankan Tn. Rasid untuk rajin berolahraga dan
mengurangi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat?
3. Mengapa keluarga Tn. Rasid juga pernah mengalami keluhan serupabahkan
menyebabkan kematian?
2.3.3 Brain Storming
1. Mengapa Tn. Rasid mengalami keluhan badan mengurus, kesemutan
cepat lelah, lapar dan haus serta sering buang air kecil?

Pada saat ini penyakit yang dinamakan Diabetes mellitus (DM)


sudah tidak asing lagi terdengar di kalangan masyarakat. Masyarakat saat
ini, sering mempunyai pola hidup yang kurang sehat, baik berupa kurangnya

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 4


intensitas olahraga, atau pola makan yang salah, kurangnya nutrisi bagi
tubuh. Tanda-tanda penyakit diabetes yang berat, hampir selalu ditandai
dengan gejala berupa Polyfagia (rasa lapar), Polydipsia (rasa haus), Polyuria
(sering buang air kecil), Glukosuria (adanya glukosa pada urine). (Guyton
dan Hall).

Umumnya pada orang normal, pankreas melepas hormon insulin


yang berfungsi untuk memasukkan glukosa melalui darah menuju otot dan
jaringan untuk memasok energi. Pada penderita DM, terdapat gangguan
sekresi insulin. Hal ini mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat, akibatnya glukosa akan
diekskresi melalui ginjal (glukosuria) (Guyton dan Hall, 2016).

Konsentrasi glukosa yang tinggi di dalam darah, menyebabkan air


banyak yang ikut keluar secara berlebih (polyuria), oleh karena itu penderita
diabetes akan mengalami dehidrasi, dan dehidrasi akan menyebabkan
penderita akan minum terus menerus (polydipsia). Gagalnya proses
metabolisme glukosa oleh tubuh, akan menyebabkan terbakarnya lemak dan
protein dalam tubuh, sehingga berat badan menurun dan timbul
kecenderungan ingin makan terus menerus (polyfagia) (Guyton dan Hall,
2016).

Konsentrasi glukosa dalam darah yang tinggi, menyebabkan darah


menjadi lebih kental dan alirannya lebih lambat, sehingga mengakibatkan
gangguan pada pasokan oksigen yang dibawa oleh darah, sedangkan
oksigen diperlukan untuk membakar glukosa menjadi energi. Akibat
kekurangan oksigen dalam jaringan menyebabkan penderita cepat lelah
(McPhee and Ganong,).

Ada banyak faktor dan komplikasi yang membuat badan kurus pada
penderita tersebut, namun lebih baik sebelum mengetahui faktor badan

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 5


kurus kita mengetahui mekanisme berpengaruhnya diabetes terhadap
penurunan berat badan. (Sudoyono, 2009).

Dalam keadaan normal selama proses pencernaan, tubuh mengolah


makanan menjadi gula yang lebih sederhana yaitu glukosa, kemudian
glukosa memasuki sirkulasi sistemik untuk diedarkan keseluruh tubuh.
Kemudian pankreas melepaskan zat kimia yang dikenal sebagai insulin.
Hormone insulin ini berpengaruh terhadap perubahan gula hasil pencernaan
tadi untuk menjadi energi bagi tubuh manusia. Insulin menimbulkan
efeknya dengan bekerja pada otot rangka inaktif, hati, dan jaringan lemak.
Hormon ini merangsang jalur-jalur biosintetik yang menyebabkan
peningkatan pemakaian glukosa, peningkatan penyimpanan karbohidrat dan
lemak, serta meningkatkan sintesis protein. Dalam melakukannya, hormon
ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah. Pola
metabolik ini khas untuk keadaan absorptif. Sehingga, sekresi insulin
meningkat pada keadaan ini dan menyebabkan jalur-jalur metabolik
bergeser ke arah anabolisme. Ketika sekresi insulin rendah, efek
kebalikannya terjadi. Laju pemasukan glukosa ke dalam sel berkurang, dan
terjadi katabolisme. (Sudoyono, 2009).

Pada penderita diabetes, sel-sel tubuh penderita tidak dapat


memanfaatkan gula dalam darah untuk energi sehingga sel-sel mengirim
sinyal ke otak bahwa mereka membutuhkan lebih banyak bahan bakar. Otak
kemudian mengirim sinyal ke organ pencernaan yang memicu respons
untuk makan banyak (polifagia). Tetapi semakin banyak makan, semakin
banyak pula gula yang menumpuk dalam aliran darah karena tidak bisa
diserap oleh sel-sel yang membutuhkan karena disebabkan oleh
menurunnya sekresi insulin oleh sel beta pancreas atau tidak disekresikan
insulin sama sekali dan bisa disebabkan karena sekresi insulin tetap normal
bahkan meningkat namun sel sasaran insulin kurang peka terhadap hormone
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 6
tersebut tergantung pada tipe DM. Disisi lain, ginjal harus bekerja keras
untuk membersihkan gula dari aliran darah yg disekresikan melalui urin,
dan disaat yang sama, pankreas memproduksi insulin jumlah banyak
(hiperinsulinemia). Untuk mentralisir gula, ginjal butuh banyak air
sehingga menimbulkan rasa haus yang berlebihan (polidipsia). Selain
memicu rasa kelaparan dan akibat tak ada insulin untuk membantu glukosa
memasuki sel, akhirnya otak memerintah tubuh untuk memecah lemak
dari jaringan otot dalam upaya menyediakan energi untuk sel, karena tak
ada glukosa untuk energi. Proses inilah yang dapat menyebabkan penederita
diabetes menjadi kurus. (Sudoyono, 2009).

2. Mengapa dokter menyarankan Tn. Rasid untuk rajin berolahraga dan


mengurangi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat?
Karena dengan berolahraga atau dengan melakukan aktivitas fisik
seperti olahraga secara teratur dapat membuang kelebihan kalori sehingga
dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita
DM. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan
akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah
raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya
akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat
makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika
hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala DM.
(Sudoyono, 2009).
Pada diabetes tipe 2, latiahan jasmani dapat memperbaiki kendali
glukosa secara menyeuruh terbukti dengan penurunan konsentrasi HbA1c,
adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa (gula) dengan
hemoglobin yaitu bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut
oksigen ke seluruh bagian tubuh yang cukup menjadi pedoman untuk
penurunan risiko komplikasi diabetes dan kematian. Selain mengurangi

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 7


risiko, latihan jasmani akan memberikan pengaruh yang baik pada lemak
tubuh, teakanan darah arteri, sensivitas barorefleks, vasodilatasi
endhothelium, aliran darah pada kulit. Angka kesakitan dan kematian pada
diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah dibandingkan mereka yang santai
atau kurang melakukan aktifitas fisik. Dan dari penelitian epideiologi retro
dan prospektif pada DM tipe 1 juga terbukti bahwa latihan jasmani yang
teratur akan mencegah komplikasi makro maupun mikrovasskular serta
meningkatkan harapan hidup. (Sudoyono, 2009).
Karbohidrat yang masuk kedalam tubuh akan dipecah menjadi
glukosa atau gula, kemudian diubah menjadi energi utama oleh tubuh.
Proses ini dibantu oleh oleh hormone insulin. Namun, karena penderita
diabetes hormone insulinnya tidak bekerja dengan baik, maka hanya sedikit
glukosa yang mampu diubah menjadi energi. Akibatnya, glukosa dalam
darah atau gula darah menjadi meningkat. Itulah sebabnya kenapa pada
penderita diabetes dianjurakn untuk mengurangi konsumsi karbohidrat
karena memengaruhi kadar gula darah. Ketika penderita diabetes
mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat atau gula yang
tinggi, maka kadar gula darahnnya pun bisa langsung naik. Makanan yang
mengandung karbohidrat tinggi membuat tubuh harus menghasilkan lebih
banyak insulin agar gula darah dapat terkontrol. Namun seperti yang kita
ketahui, penderita diabetes tidak mampu menghasilkan insulin jumlah
banyak, atau insulin tidak mampu mengubah glukosa menjadi energi
dengan efektif. Sehingga asupan karbohidrat yang tinggi akan beresiko
meningkatkan kadar gua darah yang bisa membahayakan. (Sudoyono,
2009).

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 8


3. Mengapa keluarga Tn. Rasid juga pernah mengalami keluhan
serupabahkan menyebabkan kematian?

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya dan disebabkan beberapa faktor
antara lain :

a. Faktor keturunan (genetik)


b. Faktor kegemukan atau obesitas (IMT > 25 kg/m2 )

- Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat

- Makan berlebihan

- Hidup santai, kurang gerak badan

c. Faktor demografi

- Jumlah penduduk meningkat

- Urbanisasi

- Penduduk berumur di atas 40 tahun meningkat

d. Kurang gizi

Alasan mengapa seseorang bisa sampai meninggal karna DM karna


disebabkan kelainan metabolisme lemak, yg menimbulkan keadaan seperti
asidosis dan arterioskelosis, selain itu diabetes juga menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk menyintesis protein sehingga
menyebabkan kehilangan jaringan dan kelainan fungsi sel yg ada di tubuh
dan menjadi komplikasi sampai kematian (Guyton dan Hall, 2016).

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 9


2.3.4 Rangkuman Permasalahan

Anatomi

Histologi Pembentukan

Mekanisme
Fisiologi
Kerja

Onset dan Durasi


Pankreas
Insulin

Biokimia Glukagon

Somatostantin
Tipe 1
Patologi Diabetes melitus
Tipe 2

2.3.5 Learning Issue


1. Bagaimana anatomi dan histologi dari pankreas?
2. Apa saja hormon yang dibentuk oleh pankreas serta bagaimana proses
pembentukan dan fungsi spesifik dari setiap hormon tersebut?
3. Bagaimana mekanisme kerja hormon yang dibentuk oleh pankreas?
4. Bagaimana onset dan durasi insulin pada manusia dalam keadaan normal?
5. Bagaimana efek insulin pada metabolisme karbohidrat?
6. Bagaimana efek insulin pada metabolisme lemak?
7. Bagaimana efek insulin pada metabolisme protein?

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 10


8. Apa yang terjadi pada tubuh jika insulin mengalami oversekresi,
undersekresi dan resistensi serta sebutkan gejala yang dialami pada setiap
kelainan tersebut!
9. Berapakah kadar normal glukosa tubuh?
10. Jelaskan perbedaan serta etiologi pada diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 !
11. Bagaimana penatalaksanaan pada diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2?

2.3.6 Referensi
Sistem endokrin adalah suatu sisitem yang terdapat didalam tubuh, dimana
sisitem ini mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada
kecepatan. Dalam sistem endokrin terdapat berbagai kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang menyalurkan produknya ke dalam
peredaran darah. Salah satu organ yang didalamnya mempunyai kelenjar
endokrin adalah pankreas. Fungsi kelenjar endokrin pankreas adalah
mengeluarkan hormon yaitu hormon insulin, hormon glukagon, hormon
somatostatin, dan hormon polipeptida pankreas.
Pankreas adalah suatu organ yang terletak di atas dinding tubuh posterior,
jauh di dalam peritoneum, terdiri atas cauda di bagian ujung, corpus dan caput.
(Garner, 2012). Komponen endokrin pankreas tersebar di seluruh organ berupa
pulau sel endokrin yang disebut insula pancreatica (pulau Langerhans). Pada
pankreas endokrin terdapat beberapa sel yaitu sel alfa, sel beta, sel delta, sel
polipeptida pankreas. Sel alfa menghasilkan hormon glukagon yang
dibebaskan sebagai respon terhadap kadar glukosa darah yang rendah. Sel beta
menghasilkan hormon insulin yang pembebasannya dirangsang oleh kadar
glukosa darah yang meningkat setelah makan. Sel delta mengeluarkan hormon
somatostatin, hormon ini menurunkan dan menghambat aktivitas sekretorik sel
alfa dan sel beta. Sel polipeptida pankreas menghasilkan hormon polipeptida
pankreas yang menghambat pembentukan enzim pankreas dan sekresi alkali.
(Sherwood, 2012)
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 11
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh pankreas tepatnya pada pulau
Langerhans memiliki mekanisme kerja hormon tersendiri yaitu melalui sekresi
baik itu sekresi insuli maupun sekresi glukagon. (Guyton and Hall, 2016)
Insulin sebagai salah satu hormon yang dihasilkan oleh pulau Langerhans
bertugas menurunkan kadar glukosa, asam lemak dan asam amino darah serta
mendorong penyimpanan bahan-bahan tersebut. Insulin mengatur proses
metabolisme intrasel untuk menghasilkan efek yang diinginkan terhadap
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. (Sherwood, 2014) Ketika
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein tidak berjalan dengan baik atau
terjadi gangguan, maka dapat mengakibatkan suatu penyakit yaitu diabetes
melitus. Diabetes melitus merupakan suatu sindrom dengan terganggunya
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin. (Guyton and Hall, 2016)
Diabetes melitus memiliki dua tipe yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes
melitus tipe 2. Perbedaan tipe diabetes melitus dapat dilihat dari etiologi
masing-masing tipe. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan kurangnya sekresi
insulin, infeksi virus atau kelainan autoimun dapat juga menyebabkan
kerusakan sel beta pankreas, dapat juga diakibatkan dari faktor herediter.
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh penurunan sensitivitas jaringan target
terhadap efek metabolik insulin, penurunan sensitivitas terhadap insulin ini
sering kali disebut resistensi insulin. (Guyton and Hall, 2016). Penatalaksaan
diabetes melitus juga dikenal dengan empat pilar yaitu edukasi, terapi gizi
medis, latihan jasmani dan pengelolaan farmakologis. (PERKENI, 2011)

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 12


2.3.7 Pembahasan Learning Issue
1. Bagaimana anatomi dan histologi dari pankreas?

Pankreas, yang terletak di atas dinding tubuh posterior, jauh di


dalam peritoneum, terdiri atas cauda di bagian ujung, corpus dan caput.
Panjangnya sekitar 25 cm, lebarnya 5 cm, dan tebalnya 1 sampai 2 cm, serta
beratnya sekitar 150 g. Kapsula jaringan ikatnya tipis dan membentuk septa,
yang membagi kelenjar menjadi lobulus. Pembuluh darah dan saraf yang
memasok pankreas, berjalan bersama sistem duktus di dalam kompartemen
jaringan ikat. Pankreas menghasilkan sekret eksokrin dan endokrin.
Komponen endokrin pankreas yang disebut pulau Langerhans tersebar di
antara asinus sekretoris sehingga pankreas disebut sebagai kelenjar ganda.
(Garner, 2012).

Di antara sel-sel eksorin di seluruh pankreas tersebar kelompok-


kelompok atau "pulau", sel endokrin yang dikenal sebagai pulau
Langerhans. Pulau Langerhans membentuk 1-2% total masa pankreas. Sel
endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel β (beta), tempat sintesis dan
sekresi insulin serta merupakan 60% massa total pulau. Produksi insulin
dimulai dengan sistesis rantai polipeptida tunggal yang disebut
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 13
preproinsulin, pada RER sel β. Dalam sisterna RER, produk awal ini diubah
menjadi proinsulin lewat pemotongan fragmen polipeptida secara
enzimatik. Di dalam jalinan trans Golgi, proinsulin dikemas dalam vesikel
bersalut klatrin, yang kemudian kehilangan selubung klatrinnya saat menuju
plasmalema. Selanjutnya, sebuah segmen di dekat pusat molekul proinsulin
dibuang dengan cara eksisi untuk membentuk insulin, yang tersusun oleh
dua rantai polipeptida pendek yang saling dihubungkan oleh ikatan
disulfida. Insulin dilepaskan ke dalam ruang antarsel sebagai respons atas
meningkatnya kadar gula darah, yang terjadi setelah konsumsi makanan
kaya karbohidrat. (Sherwood, 2012)

Sel α (alpha) menghasilkan hormon glukagon dan merupakan 25%


massa pulau. Glukagon adalah suatu hormon peptida yang dilepaskan
sebagai respons atas kadar gula darah yang rendah, dan juga pada konsumsi
makanan rendah karbohidrat dan tinggi protein. Sama seperti pada produksi
insulin, glukagon juga diproduksi sebagai prohormon yang kemudian
mengalami pemotongan proteolitik untuk menghasilkan hirmon aktif.
Glukagon terutama bekerja pada hepatosit, menyebabkan sel tersebut
mengaktifkan enzim glikogenolitik. Enzim tersebut memecah glikogen
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 14
menjadi glukosa, yang dilepaskan ke aliran darah, sehingga meningkatkan
kadar gula darah. Glukagon juga mengaktifkan enzim hati yang berfungsi
untuk glukoneogenesis (sintesis glukosa dari sumber nonkarbohidrat)
apabila simpanan glikogen intrasel pada hepatosit berkurang. (Sherwood,
2012)

Sel D (delta) adalah tempat sintesis somatostatin. Somatostatin


mempunyai efek parakrin dan endokrin. Efek parakrin menyebabkan
inhibisi penglepasan hormon endokrin oleh sel α dan β. Efek endokrinnya
bekerja pada sel otot polos saluran cerna dan kandung empedu dan
menyebabkan penurunan motilitas kedua organ tersebut. Somatostatin
dilepaskan bila kadar gula, asam amino atau kilomikron darah meningkat,
yang terjadi sesudah makan. Vasoactive intestinal peptide (VIP) dihasilkan
oleh jenis sel δ yang dikenal sebagai sel D1. Hormon tersebut mengindukasi
glikogenolisis dan hiperglikemia dan juga mengatur motilitas usus dan
tonus sel otot polos dinding usus. Selain itu, VIP mengontrol sekresi ion dan
air oleh sel epitel intestinal. (Sherwood, 2012)

Sel pulau yang paling jarang adalah sel F, yang menyekresi


polipeptida pankreas, Polipeptida pankreas adalah hormon yang dihasilkan

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 15


oleh sel PP. Hormon tersebut menghambat sekresi bagian eksokrin pankreas
dan merangsang penglepasan enzim oleh sel utama lambung, tetapi
menekan penglepasan HCl oleh sel parietal lambung. (Sherwood, 2012)

2. Apa saja hormon yang dibentuk oleh pankreas serta bagaimana proses
pembentukan dan fungsi spesifik dari setiap hormon tersebut?
a. Sel alfa menyekresi glukagon
Fungsi glukagon
Fungsi yang paling penting dari hormon glukagon adalah
meningkatkan konsentrasi glukosa darah, yaitu suatu efek yang jelas
bertentangan dengan efek insulin.
Proses pembentukan glukagon
Glukagon melewati dalam proses sintesisnya yang disebut sebagai
limited proteolyse, yang artinya molekul glucagon berasal dari prohormon.
Glukagon disintesis di sel A pancreas melalui pemutusan pra proglukagon
(suatu peptide dengan 160 asam amino) yang berukuran jauh lebih besar.
Seperti insulin, praproglukagon dihasilkan di reticulum endoplasma kasar
dan di ubah menjadi proglukagon sewaktu hormone tersebut masuk
kedalam lumen. Pemutusan proteolitik diberbagai tempat menghasilkan
glucagon yaitu polipeptida dengan 29 asam amino yang matang (berat
molekul 3500) dan fragmen berisi glucagon yang lebih besar. Glucagon
dimetabolis dengan cepat, terutama di hati dan ginjal, dan waktu paruh
plasmanya hanya sekitar 3-5 menit.
Sekresi glucagon terutama diatur oleh glukosa dan insulin, dimana
keduanya menghambat pelepasan glucagon. Glukosa mungkin memiliki
efek supresif langsung pada sel A dan efek tidak langsung yang diperantarai
oleh kemampuannya merangsang pelepasan insulin. Arah aliran darah
dalam pancreas membawa insulin dari sel B dibagian tengah pulau

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 16


langerhans ke sel A yang terletak diperifer, tempat insulin menekan sekresi
glucagon (Guyton dan Hall, 2016).
b. Sel beta menyekresi insulin dan amylin
Fungsi Insulin
Fungsi insulin sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa
yang ada dalam darah atau insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam
darah.
Proses Pembentukan Insulin

Insulin merupakan protein kecil , insulin manusia mempunyai berat


molekul sebesar 5.808. Insulin terdiri atas dua rantai asam amino yang
dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida. Bila kedua rantai asam
amino dipisahkan, aktivitas fungsional molekul insulin akan hilang. Insulin
disintesis dalam sel-sel beta dengan cara yang mirip dengan sintesis protein,
yakni diawali dengan translasi RNA insulin oleh ribosom yang melekat
pada retikulum endoplasma untuk membentuk praproinsulin. Praproinsulin
awal ini memiliki berat molekul sekitar 11.500, namun selanjutnya akan
membelah di retikulum endoplasma untuk membentuk proinsulin dengan
berat molekul kira-kira 9.000 dan terdiri atas 3 rantai peptide yaitu A, B,
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 17
dan C. Sebagian besar proinsulin ini lalu terbelah di aparatus Golgi untuk
membentuk insulin, yang membentuk rantai A dan B yang dihubungkan
oleh ikatan disulfida, dan rantai peptida C yang disebut penghubung peptida
(peptida C). Insulin dan peptida C terbungkus dalam granula sekretorik dan
disekresi dalam jumlah molar seimbang (equimolar).
Amilin adalah suatu hormone yang sering di sekresi bersamaan dengan
insulin, meskipun fungsinya masih belum jelas (Guyton dan Hall, 2016).
c. Sel delta menyekresi somatostanin
Hormon somatostatin yang disekresi oleh sel-sel delta pulau
Langerhans merupakan polipeptida yang terdiri atas 14 asam amino yang
mempunyai waktu paruh yang sangat singkat dalam sirkulasi darah, yaitu
hanya 3 menit lamanya. Hampir semua faktor yang berhubungan dengan
pencernaan makanan akan merangsang sekresi somatostatin. Faktor-faktor
ini adalah (1) naiknya kadar glukosa darah, (2) naiknya kadar asam amino,
(3) naiknya kadar asam lemak, dan (4) naiknya konsentrasi beberapa macam
hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran cerna sebagai
respons terhadap asupan makanan. peran utama somatostatin sebenarnya
adalah untuk memperpanjang waktu asimilasi makanan dari usus ke dalam
darah. Pada waktu yang sama, pengaruh somatostatin yang menekan sekresi
insulin dan glukagon akan menurunkan penggunaan zat nutrisi yang
diabsorbsi oleh jaringan, sehingga mencegah pemakaian makanan yang
cepat dan oleh karena itu membuat makanan tersedia untuk waktu yang
lebih lama (Guyton dan Hall, 2016).
d. Sel Polipeptida Pankreas (Sel PP)
Sel pp menyekresi hormone yang fungsinya masih diragukan yaitu
polipeptida pancreas. Namun ada sumber yang menyatakan bahwa sel PP
ini berperan dalam beberapa efek gastrointestinal contohnya seperti
rangsangan sekresi enzim lambung hingga hambatan motillitas usus.
(Kumar, dkk: 2013).
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 18
3. Bagaimana mekanisme kerja hormon yang dibentuk oleh pankreas?
A. Insulin
Mekanisme sekresi insulin

Gambar diatas memperlihatkan mekanisme sel dasar sekresi insulin


dari sel-sel beta pankreas sebagai respons terhadap kenaikan kadar gula
darah, yaitu faktor pengatur utama sekresi insulin. Sel-sel beta tersebut
mempunyai sejumlah besar pengangkut glukosa (GLUT-2) yang
memungkinkan terjadinya ambilan glukosa dengan kecepatan yang
sebanding dengan nilai kisaran fisiologis konsentrasi glukosa dalam darah.
Begitu berada di dalam sel, glukosa akan terfosforilasi menjadi glukosa-6-
fosfat oleh gluko kinase. Ini agaknya menjadi langkah pembatas kecepatan
metabolisme glukosa di sel beta dan dianggap sebagai mekanisme utama
untuk mendeteksi glukosa dan menyesuaikan jumlah insulin yang disekresi
ke tingkat glukosa darah. Glukosa-6-fosfatase selanjutnya dioksidasi untuk
membentuk adenosin trifosfat (ATP), yang menghambat kanal kalium yang

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 19


peka-ATP di sel. Penutupan kanal kalium akan mendepolarisasikan
membran sel sehingga akan membuka kanal kalsium berpintu listrik
(voltagegated calcium channels), yang sensitif terhadap perubahan voltase
membran. Keadaan ini akan menimbulkan aliran masuk kalsium yang
merangsang penggabungan vesikel yang berisi insulin dengan membran sel
dan menyekresi insulin ke dalam cairan ekstraselular melalui eksositosis
(Guyton dan Hall, 2016).
Aktivasi Reseptor Sel Sasaran oleh Insulin dan Efek Selular yang
Ditimbulkan.
Untuk menimbulkan efek insulin pada sel sasaran, insulin awalnya
berikatan dengan dan mengaktifkan suatu protein reseptor membran yang
mempunyai berat molekul kira-kira 300.000. Efek selanjutnya disebabkan
oleh reseptor yang teraktifkan. Reseptor insulin merupakan suatu kombinasi
empat subunit yang dihubungkan bersama-sama oleh ikatan disulfida:
- dua subunit alfa yang seluruhnya terletak di luar membran sel dan
- dua subunit beta yang menembus membran, serta menonjol ke
dalam sitoplasma sel.
Insulin berikatan dengan subunit alfa di bagian luar sel, namun karena
ikatan dengan subunit beta, bagian dari subunit beta yang menonjol ke
dalam sel mengalami autofos- forilasi. Jadi, reseptor insulin merupakan
suatu contoh dari reseptor terkait-enzim. Autofosforilasi subunit beta di
reseptor akan mengaktifkan tirosin kinase setempat, yang selanjutnya
menimbulkan fosforilasi berbagai enzim intrasel lainnya termasuk
kelompok enzim yang disebut substrat reseptor-insulin (IRS). Berbagai tipe
IRS (misalnya, IRS-1, IRS-2, IRS-3) diekspresikan di berbagaI jaringan.
Hasil akhirnya adalah untuk mengaktifkan beberapa enzim ini sambil
menon- aktifkan enzim yang lain. Dengan cara demikian, insulin mengatur
proses metabolisme intrasel untuk menghasilkan efek yang diinginkan
terhadap metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 20
Pengaturan Sekresi Insulin

Pada waktu dahulu, ada anggapan bahwa sekresi insulin hampir


seluruhnya diatur oleh besarnya konsentrasi glukosa darah. Akan tetapi, dari
penelitian lebih lanjut mengenai fungsi metabolik insulin terhadap
metabolisme protein dan metabolisme lemak, kadar asam amino dalam
darah dan faktor-faktor lain juga berperan penting dalam pengaturan sekresi
insulin. Akan tetapi, dari penelitian lebih lanjut mengenai fungsi metabolik
insulin terhadap metabolisme protein dan metabolisme lemak, kadar asam
amino dalam darah dan faktor-faktor lain juga berperan penting dalam
pengaturan sekresi insulin.

Respons sekresi insulin terhadap naiknya konsentrasi glukosa darah


menyebabkan timbulnya mekanisme umpan balik yang sangat berguna
untuk mengatur besarnya konsentrasi glukosa darah. Mekanisme tersebut
yaitu, peningkatan glukosa darah akan meningkatkan sekresi insulin, dan
insulin selanjutnya meningkatkan transpor glukosa ke dalam hati, otot, dan
sel lain sehingga mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke nilai

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 21


normal. Perangsangan sekresi insulin oleh asam amino sangat penting sebab
insulin selanjutnya meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel-
sel jaringan dan meningkatkan pembentukan protein intrasel. Jadi,
penggunaan insulin untuk pemakaian kelebihan asam amino sama
pentingnya dengan penggunaan insulin bagi penggunaan karbohidrat.

Hormon Gastrointestinal. Campuran beberapa macam hormon


pencernaan yang penting gastrin, sekretin, kolesistokinin, dan glucose-
dependent insulinotrophic peptide (yang tampaknya merupakan hormon
terkuat) akan meningkatkan sekresi insulin dalam jumlah yang cukup
banyak. Hormon-hormon ini dilepaskan oleh saluran cerna sesudah
seseorang makan. Selanjutnya hormon ini menyebabkan peningkatan
"antisipasi" insulin dalam darah yang merupakan suatu persiapan agar
glukosa dan asam amino dapat diabsorbsi dari makanan tersebut. Hormon-
hormon gastrointestinal biasanya bekerja dengan cara yang sama seperti
asam amino dalam meningkatkan sensitivitas respons insulin untuk
meningkatkan glukosa darah, yang hampir menggandakan kecepatan
sekresi insulin saat kadar glukosa darah meningkat.

Peran Insulin (dan Hormon Lain) dalam "Pengalihan" antara Metabolisme


Karbohidrat dan Metabolisme Lipid

Insulin meningkatkan pemakaian karbohidrat sebagai sumber energi,


namun insulin menekan pemakaian lemak. Sebaliknya, berkurangnya
insulin terutama menyebabkan penggunaan lemak tanpa disertai pemakaian
glukosa, kecuali pada jaringan otak. Selanjutnya, sinyal yang mengatur
mekanisme pengalihan ini terutama adalah konsentrasi glukosa darah. Bila
konsentrasi glukosa menjadi rendah, sekresi insulin ditekan dan sumber
energinya lebih banyak didapat dari lemak kecuali pada otak. Bila
konsentrasi glukosa tinggi, sekresi insulin dirangsang dan karbohidrat lebih

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 22


digunakan daripada lemak. Kelebihan glukosa darah disimpan dalam
bentuk glikogen hati, lemak hati, dan glikogen otot. Oleh karena itu, salah
satu peran fungsional yang paling penting dari insulin dalam tubuh adalah
untuk mengatur pemilihan kedua jenis makanan ini yang akan digunakan
oleh sel sebagai sumber energinya dari waktu ke waktu.

Paling sedikit ada empat macam hormon lain yang juga mempunyai
peran penting dalam mekanisme pengalihan ini: hormon pertumbuhan yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior, kortisol yang dikeluarkan oleh
korteks adrenal, epinefrin yang dikeluarkan oleh medula adrenal, dan
glukagon yang dikeluarkan oleh sel-sel alfa pulau Langerhans pankreas.
Perihal glukagon akan dibicarakan di bagian berikutnya. Sekresi hormon
pertumbuhan dan kortisol merupakan respons terhadap hipoglikemia, dan
kedua hormon ini menghambat pemakaian glukosa dalam sel sambil
meningkatkan pemakaian lemak. Akan tetapi, efek kedua hormon timbul
sangat lambat, dan biasanya membutuhkan waktu berjam-jam untuk
menimbulkan efek maksimum.

Epinefrin secara khusus berguna untuk meningkatkan konsentrasi


glukosa dalam plasma selama waktu stres yakni bila sistem saraf simpatis
dirangsang. Akan tetapi, kerja epinefrin ini berbeda dengan hormon-hormon
lain, karena pada saat yang sama epinefrin juga meningkatkan konsentrasi
asam lemak dalam plasma. Alasan timbulnya efek ini adalah: (1) epinefrin
mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses
glikogenolisis di dalam hati sehingga akan melepaskan sejumlah besar
glukosa ke dalam darah dalam beberapa menit; (2) epinefrin juga
mempunyai efek lipolitik langsung terhadap sel-sel lemak karena epinefrin
dapat mengaktifkan hormon peka-lipase dari jaringan lemak, sehingga juga
sangat meningkatkan konsentrasi asam lemak darah. Secara kuantitatif,
peningkatan asam lemak jauh lebih besar daripada peningkatan glukosa
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 23
darah. Oleh karena itu, epinefrin terutama meningkatkan penggunaan lemak
pada keadaan stres seperti pada saat kerja fisik, syok sirkulasi, dan
kecemasan.
B. Glukagon
Glukagon, yaitu suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau Langerhans saat kadar glukosa darah turun, mempunyai beberapa
fungsi yang bertentangan dengan fungsi insulin. Fungsi yang paling penting
dari hormon ini adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah, yaitu suatu
efek yang jelas bertentangan dengan efek insulin. Hormon ini mempunyai
berat molekul 3.485 dan terdiri atas rantai yang tersusun dari 29 asam
amino.
Efek utama glukagon terhadap metabolisme glukosa adalah (1)
pemecahan glikogen hati (glikogenolisis) dan (2) meningkatkan proses
glukoneogenesis di hati. Kedua efek ini sangat menambah persediaan
glukosa di organ-organ tubuh lainnya. Glukagon Menimbulkan
Glikogenolisis dan Meningkatkan Kadar Glukosa Darah. Efek yang paling
dramatis dari glukagon adalah kemampuan glukagon untuk menimbulkan
glikogenolisis di hati, yang selanjutnya akan meningkatkan konsentrasi
glukosa darah dalam waktu beberapa menit. Timbulnya keadaan ini
disebabkan oleh rentetan peristiwa yang kompleks berikut ini.

1. Glukagon mengaktifkan adenil siklase yang terdapat di membran sel


hepatosit. 


2. Kemudian menyebabkan terbentuknya adenosin mono- fosfat siklik. 



3. Mengaktifkan protein pengatur protein kinase. 

4. Mengaktifkan protein kinase. 

5. Mengaktifkan fosforilase b kinase. 

6. Mengubah fosforilase b menjadi fosforilase a. 


LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 24


7. Meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa-1- fosfat. 

8. Selanjutnya mengalami defosforilasi; dan glukosa dilepaskan dari sel-
sel hati. 

Rangkaian penistiwa ini sangat penting karena alasan-alasan
berikut. Pertama, deretan kejadian ini merupakan salah satu peristiwa yang
diteliti paling menyeluruh dari semua fungsi siklik adenosin monofosfat
sebagai caraka kedua. Kedua, rangkaian peristiwa ini menggambarkan
suatu sistem yang beruntun dan jumlah setiap produk yang dihasilkan
berikutnya lebih banyak daripada jumlah produk sebelumnya. Oleh karena
itu, glikogenolisis mewakili suatu mekanisme penguat yang poten; jenis
mekanisme penguat ini digunakan secara luas di seluruh tubuh kita untuk
mengatur banyak, bila tidak sebagian besar, sistem metabolisme sel, yang
sering menimbulkan peningkatan respons sebesar satu juta kali lipat. Hal ini
menjelaskan bahwa beberapa mikrogram glukagon sudah dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah sebesar dua kali lipat atau
bahkan lebih dalam waktu beberapa menit saja.

Glukagon Meningkatkan Glukoneogenesis

Pemberian glukagon melalui infus secara kontinu masih terus


menimbulkan hiperglikemia, bahkan setelah semua glikogen dalam hati
telah habis di bawah pengaruh glukagon. Hal ini dihasilkan dari efek
glukagon yang dapat meningkatkan kecepatan ambilan asam amino oleh
sel-sel hati, dan kemudian mengubah banyak asam amino menjadi glukosa
melalui glukoneogenesis. Proses ini dapat dicapai melalui pengaktifan
berbagai enzim yang dibutuhkan untuk transpor asam amino dan
glukoneogenesis, terutama aktivasi sistem enzim untuk mengubah piruvat
menjadi fosfoenol piruvat, yaitu suatu tahap penentu (rate-limiting step)
dalam glukoneogenesis.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 25


Efek Lain Glukagon

Sebagian besar efek glukagon lainnya hanya terjadi bila konsentrasi


glukagon meningkat sampai di atas nilai normalnya dalam darah. Mungkin
efek terpenting dari glukagon adalah bahwa glukagon mengaktifkan lipase
sel lemak, sehingga akan meningkatkan persediaan asam lemak yang dapat
dipakai se-bagai sumber energi tubuh. Glukagon juga menghambat
penyimpanan trigliserida di hati, sehingga akan mencegah hati membuang
asam lemak dari darah; yang juga membantu menambah jumlah persediaan
asam lemak yang nantinya dapat digunakan oleh jaringan tubuh lain.

Glukagon dengan konsentrasi yang tinggi juga (1) meningkat- kan kekuatan
jantung; (2) meningkatkan aliran darah di beberapa jaringan, terutama
ginjal; (3) meningkatkan sekresi empedu; dan (4) menghambat sekresi asam
lambung. Semua efek ini mungkin tidak begitu penting pada fungsi tubuh
yang normal.

Pengaturan Sekresi Glukagon

Peningkatan Kadar Glukosa Darah Menghambat Sekresi Glukagon.


Konsentrasi glukosa darah merupakan faktor pengatur sekresi glukagon
terkuat. Akan tetapi, hendaknya diperhatikan secara khusus, bahwa
pengaruh konsentrasi glukosa darah terhadap sekresi glukagon jelas
bertentangan dengan efek glukosa terhadap sekresi insulin.

Peningkatan Kadar Asam Amino Darah Merangsang Sekresi


Glukagon. Tingginya kadar asam amino, seperti yang terdapat di dalam
darah sesudah makan protein (khususnya asam amino alanin dan arginin),
akan merangsang terjadinya sekresi glukagon. Keadaan ini mirip dengan
efek asam amino dalam merangsang timbulnya sekresi insulin. Jadi, pada
kasus ini, respons glukagon dan respons insulin tidaklah bertentangan satu
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 26
sama lain. Manfaat perangsangan asam amino terhadap sekresi glukagon
adalah bahwa glukagon kemudian memacu konversi cepat asam amino
menjadi glukosa sehingga lebih banyak lagi glukosa yang tersedia untuk
jaringan

C. Somatostatin

Hormon somatostatin yang disekresi oleh sel-sel delta pulau


Langerhans merupakan polipeptida yang terdiri atas 14 asam amino yang
mempunyai waktu paruh yang sangat singkat dalam sirkulasi darah, yaitu
hanya 3 menit lamanya. Hampir semua faktor yang berhubungan dengan
pencernaan makanan akan merangsang sekresi somatostatin. Faktor-faktor
ini adalah (1) naiknya kadar glukosa darah, (2) naiknya kadar asam amino,
(3) naiknya kadar asam lemak, dan (4) naiknya konsentrasi beberapa macam
hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran cerna sebagai
respons terhadap asupan makanan.

Sebaliknya, somatostatin mempunyai berbagai efek penghambat


berikut ini. Somatostatin bekerja secara lokal di dalam pulau Langerhans
sendiri guna menekan sekresi insulin dan glukagon. Somatostantin
menurunkan motilitas lambung, duodenum dan kandung empedu.
Somatostasntin mengurangi sekresi dan absorpsi dalam saluran cerna
dengan menghubungkan informasi-informasi ini kita dapat menduaga
bahwa peran utama somatostatin sebenarnya adalah untuk memperpanjang
waktu asimilasi makanan dari usus ke dalam darah. Pada waktu yang sama,
pengaruh somatostatin yang menekan sekresi insulin dan glukagon akan
menurunkan penggunaan zat nutrisi yang diabsorbsi oleh jaringan, sehingga
mencegah pemakaian makanan yang cepat dan oleh karena itu membuat
makanan tersedia untuk waktu yang lebih lama (Guyton dan Hall, 2016).

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 27


4. Bagaimana onset dan durasi insulin pada manusia dalam keadaan
normal?
Pada kadar normal glukosa darah waktu puasa sebesar 80 sampai 90
mg/100 ml, kecepatan sekresi insulin akan minimum yakni 25 mg/menit/kg
berat badan, suatu kadar glukosa darah yang hanya mempunyai aktivitas
fisiologis yang kecil. Bila konsentrasi glukosa dalam darah tiba-tiba
meningkat dua sampai tiga kali dari kadar normal dan kemudian kadar
glukosa ini dipertahankan pada nilai ini, sekresi insulin akan meningkat
dengan nyata dan berlangsung dalam dua tahap, seperti yang ditunjukkan
oleh perubahan dalam konsentrasi insulin plasma yang terlihat pada grafik
berikut.

1. Dalam waktu 3 sampai 5 menit sesudah terjadi peningkatan segera kadar


glukosa darah, kadar insulin plasma meningkat hampir, mencapai 10 kali
lipat; keadaan ini disebabkan oleh pengeluaran insulin yang sudah terbentuk
lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Akan tetapi, kecepatan
sekresi awal yang tinggi ini tidak dapat dipertahankan; sebaliknya, dalam
waktu 5 sampai 10 menit kemudian kecepatan sekresi insulin akan
berkurang sampai kira-kira setengah dari kadar normalnya.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 28


2. Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk kedua
kalinya, sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam akan mencapai gambaran
seperti dataran yang baru, biasanya pada saat ini kecepatan sekresi bahkan
lebih besar daripada kecepatan pada tahap awal. Sekresi ini disebabkan oleh
adanya tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih dulu terbentuk dan
oleh adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang menyintesis dan
melepaskan insulin baru dan sel beta (Guyton dan Hall, 2016).
5. Bagaimana efek insulin pada metabolisme karbohidrat?
Insulin memainkan peran penting dalam penyimpanan kelebihan
energi. Bila terdapat kelebihan karbohidrat, insulin menyebabkan
karbohidrat tersimpan sebagai glikogen terutama di hati dan otot. Semua
kelebihan karbohidrat yang tidak dapat disimpan sebagai glikogen serta
diubah di bawah rangsangan insulin menjadi lemak dan disimpan di
jaringan adiposa. Dengan adanya kelebihan protein, insulin mempunyai
efek langsung dalam memacu ambilan asam amino oleh sel dan pengubahan
asam amino ini menjadi protein. Selain itu, insulin menghambat pemecahan
protein yang sudah terdapat di dalam sel. Insulin mengatur proses
metabolisme intrasel untuk menghasilkan efek yang diinginkan terhadap
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Insulin menyebabkan
ambilan, penyimpanan, dan penggunaan glukosa yang cepat oleh hampir
semua jaringan tubuh, namun terutama oleh otot, jaringan adiposa, dan hati.
(Guyton, 2016)
 Insulin Meningkatkan Metabolisme dan Ambilan Glukosa Otot
Dalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk
energinya tetapi sebagian besar bergantung pada asam lemak. Alasan utama
untuk hal tersebut adalah karena membran otot istirahat yang normal hanya
sedikit permeabel terhadap glukosa, kecuali bila serabut otot dirangsang
oleh insulin; di antara waktu-waktu makan, jumlah insulin yang disekresi

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 29


terlalu kecil untuk meningkatkan jumlah ambilan glukosa yang bermakna
ke dalam sel-sel otot.
Akan tetapi, ada dua kondisi saat otot menggunakan sejumlah besar
glukosa. Salah satu dari kondisi tersebut adalah selama kerja fisik sedang
atau berat. Penggunaan glukosa yang besar ini tidak membutuhkan sejumlah
besar insulin, karena serabut otot yang aktif menjadi permeabel terhadap
glukosa bahkan tanpa adanya insulin akibat proses kontraksi itu sendiri.
(Guyton, 2016)

Keadaan kedua penggunaan sejumlah besar glukosa oleh otot adalah


selama beberapa jam setelah makan. Pada saat ini konsentrasi glukosa darah
tinggi dan pankreas menyekresikan sejumlah besar insulin. Insulin
tambahan menyebabkan transpor glukosa yang cepat ke dalam sel otot. Hal
ini menyebabkan sel otot selama periode ini lebih cenderung menggunakan
glukosa daripada asam lemak, seperti yang akan dibahas kemudian.
Penyimpanan Glikogen di Otot. Bila setelah makan otot tidak aktif, dan
glukosa yang belum ditranspor ke dalam otot jumlahnya banyak, sebagian
besar glukosa sampai batas 2 hingga 3 persen akan disimpan dalam bentuk
glikogen otot daripada digunakan untuk energi. Glikogen ini kemudian
dapat digunakan oleh otot untuk menghasilkan energi. Glikogen terutama
digunakan selama masa penggunaan energi yang besar dan singkat oleh otot
dan bahkan untuk menyediakan sejumlah besar energi anaerob selama
beberapa menit pada suatu waktu melalui perombakan glikolisis glikogen
menjadi asam laktat, yang bahkan dapat terjadi tanpa adanya oksigen.
(Guyton, 2016)

 Insulin Meningkatkan Ambilan, Penyimpanan, dan Penggunaan


Glukosa oleh Hati
Salah satu efek terpenting insulin adalah menyebabkan sebagian
besar glukosa yang diabsorbsi sesudah makan segera disimpan di hati dalam
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 30
bentuk glikogen. Selanjutnya, di antara waktu makan, bila tidak tersedia
makanan dan konsentrasi glukosa dalam darah mulai berkurang, sekresi
insulin menurun dengan cepat dan glikogen hati dipecah kembali menjadi
glukosa, yang akan dilepaskan kembali ke dalam darah untuk menjaga
konsentrasi glukosa agar tidak berkurang terlalu jauh. Mekanisme yang
dipakai oleh insulin untuk menyebabkan terjadinya ambilan glukosa dan
penyimpanan di hati meliputi beberapa langkah yang hampir terjadi secara
bersamaan:
 Insulin menghambat fosforilase hati, yaitu enzim utama yang menyebabkan
terpecahnya glikogen hati menjadi glukosa. Keadaan ini mencegah
pemecahan glikogen yang sudah tersimpan di sel-sel hati.
 Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel- sel hati. Keadaan
ini terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yang
merupakan salah satu enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal
dari glukosa setelah glukosa berdifusi ke dalam sel-sel hati. Begitu
difosforilasi, glukosa terperangkap sementara di dalam sel-sel hati, sebab
glukosa yang sudah terfosforilasi tadi tidak dapat berdifusi kembali
melewati membran sel.
 Insulin juga meningkatkan juga aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan
sintesis glikogen, termasuk enzim glikogen sintetase, yang bertanggung
jawab terhadap polimerisasi unit- unit monosakarida untuk membentuk
molekul glikogen.
 Glukosa Dilepaskan dari Hati di antara Waktu Makan.

Ketika kadar glukosa darah mulai menurun sampai pada kadar yang
rendah di antara waktu-waktu makan, beberapa peristiwa akan berlangsung
sehingga hati melepaskan glukosa kembali ke dalam sirkulasi darah:
 Berkurangnya kadar glukosa darah menyebabkan pankreas mengurangi
sekresi insulinnya.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 31


 Kurangnya insulin selanjutnya akan mengembalikan semua efek yang
dijelaskan sebelumnya untuk penyimpanan glikogen, terutama
menghentikan sintesis glikogen lebih lanjut dalam hati dan mencegah
ambilan glukosa lebih jauh oleh hati dan darah.
 Kurangnya insulin (bersamaan dengan meningkatnya glukagon, yang akan
dibicarakan nanti) mengaktifkan enzim fosforilase, yang menyebabkan
pemecahan glikogen menjadi glukosa fosfat.
 Enzim glukosa fosfatase, yang telah dihambat oleh insulin, sekarang
menjadi aktif karena tidak ada insulin dan menyebabkan lepasnya radikal
fosfat dan glukosa, dan keadaan ini menyebabkan glukosa bebas berdifusi
kembali ke dalam darah.

Jadi, hati akan memindahkan glukosa dari darah bila terdapat


kelebihan glukosa di dalam darah sesudah makan, dan hati akan
mengembalikan glukosa ke dalam darah lagi sewaktu konsentrasi glukosa
turun di antara waktu makan. Biasanya, dengan cara ini, sekitar 60 persen
glukosa dalam makanan, akan disimpan di hati dan selanjutnya akan
dikembalikan lagi. (Guyton, 2016)

 Berkurangnya Efek Insulin terhadap Ambilan dan Pemakaian


Glukosa oleh Otak
Otak agak berbeda dengan sebagian besar jaringan tubuh lainnya
karena insulin sedikit berpengaruh atau tak memiliki pengaruh sama sekali
terhadap ambilan atau penggunaan glukosa. Bahkan, sebagian besar sel-sel
otak bersifat permeabel terhadap glukosa dan dapat menggunakan glukosa
tanpa perantaraan insulin. Sel-sel otak juga cukup berbeda dari sebagian
besar sel tubuh lain karena sel-sel otak secara normal hanya menggunakan
glukosa sebagai sumber energi dan mengalami kesulitan untuk dapat
menggunakan sumber energi lain, seperti lemak. Oleh karena itu, kadar

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 32


glukosa darah harus selalu dipertahankan di atas nilai kritis, yang
merupakan salah satu fungsi terpenting dari sistem pengaturan kadar
glukosa darah. Bila kadar glukosa darah turun terlalu jauh, yakni mencapai
kisaran antara 20 sampai 50 mg/100 ml, gejala syok hipoglikemik akan
timbul, yang ditandai dengan adanya iritabilitas saraf progresif yang
menyebabkan pasien menjadi pingsan, kejang, dan bahkan timbul koma.
(Guyton dan Hall, 2016)
 Efek Insulin terhadap Metabolisme Karbohidrat di Sel-Sel Lain
Insulin meningkatkan pengangkutan ke dalam dan pemakaian
glukosa oleh sebagian besar sel tubuh lain (kecuali sel-sel otak, seperti yang
telah dijelaskan) dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh insulin
dalam memengaruhi pengangkutan dan penggunaan glukosa di sel otot.
Pengangkutan glukosa ke dalam sel lemak terutama menyediakan substrat
untuk gugus gliserol molekul lemak. Oleh karena itu, secara tidak langsung,
insulin meningkatkan timbunan lemak dalam sel-sel ini. (Guyton, 2016)
Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar glukosa darah
dan mendorong penyimpanan karbohidrat:
 Insulin mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel.
(Mekanisme peningkatan penyerapan glukosa ini di jelaskan setelah efek
lainnya insulin dalam menurunkan glukosa darah disebutkan.
 Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, di
otot rangka dan hati.
 Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa.
 Insulin menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi
glukosa di hati. Insulin melakukannya dengan mengurangi jumlah asam
amino di darah yang tersedia bagi hati untuk glukoneogenesis dan dengan
menghambat enzim-enzim hati yang diperlukan untuk mengubah asam
amino m menjadi glukosa.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 33


Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah dengan
mendorong penyerapan glukosa oleh sel dari darah untuk digunakan dan
disimpan, sementara secara bersamaan menghambat dua mekanisme
pembebasan glukosa oleh hati ke dalam darah (glikogenolisis dan
glukoneogenesis). Insulin adalah satu-satunya hormon yang mampu
menurunkan kadar glukosa darah. Insulin mendorong penyerapan glukosa
oleh sebagian besar sel melalui rekrut- men transporter glukosa. (Sherwood,
2014)
6. Bagaimana efek insulin pada metabolisme lemak?
 Insulin memacu Sintesis dan Penyimpanan Lemak.
Insulin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sebagian besar
jaringan tubuh, secara otomatis akan mengurangi pemakaian lemak
sehingga berfungsi sebagai suatu “penghemat lemak”. Akan tetapi insulin
juga meningkatkan pembentukan asam lemak. Beberapa faktor yang
mengarah pada peningkatan sintesis asam lemak di hati meliputi hal berikut:
a. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa ke dalam sel – sel hati.
Glukosa mula – mula dipecah menjadi piruvat dalam jalur glikolisis, dan
piruvat ini selanjutnya diubah menjadi asetil koenzim A (aseti-KoA), yang
merupakan substrat asal untuk sinstesis asam lemak.
b. Sebagian asam, lemak kemudian di sintesis di dalam hati dan digunakan
untuk membentuk trigliserida, yaitu bentuk penyimpanan lemak yang
umum dijumpai.
c. Insulin dalam penyimpanan Lemak di sel adipose.
Insulin menghambat kerja lipase peka-hormon. Enzim inilah yang
menyebabkan hidrolisis trigliserida yang sudah disimpan dalam sel sel
lemak. Oleh karena itu, pelepasan asam lemak dari jaringan adipose ke
dalam sirkulasi darah akan terhambat.
 Kekurangan insulin meningkatkan penggunaan Lemak sebagai
Sumber Energi.
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 34
Bila tidak ada insulin, semua aspek pemecahan dan pengunaan
lemak sebagai sumber energy akan sangat meningkat. Secara normal
bahkan terjadi ketika di antara waktu makan sekresi insulin minimum,
namun menjadi sangat berlebihan pada keadaan diabetes mellitus saat
sekresi insulin hampir nol.
a. Kekurangan insulin menyebabkan lipolysis simpanan lemak dan
pelepasan asam lemak bebas
b. Kekurangan insulin meningkatkan konsentrasi Kolesterol Plasma
dan Fosfolipid.
c. Pemakaian lemak yang berlebihan selama tidak ada insulin
menyebabkan Ketoasidosis dan Asidosis (Guyton dan Hall, 2016).
7. Bagaimana efek insulin pada metabolisme protein?
Insulin Meningkatkan Sintesis dan Penyimpanan Protein.
Beberapa jam sesudah makan, di dalam darah sirkulasi terdapat
kelebihan zat nutrisi, protein, karbohidrat, dan lemak disimpan di dalam
jaringan. Ada beberapa fakta yang telah diketahui, yaitu sebagai berikut.
1. Insulin merangsang pengangkutan sejumlah besar asam amino ke dalam sel.
Di antara asam amino yang banyak diangkut adalah valin, leusin, isoleusin,
tirosin, dan fenilalanin. Jadi, insulin bersama-sama dengan hormon
pertumbuhan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ambilan asam
amino ke dalam sel.
2. Insulin meningkatkan translasi RNA caraka, sehingga terbentuk protein
baru. Dengan cara yang belum dapat dijelaskan, insulin dapat "menyalakan"
mesin ribosom. Bila tidak ada insulin, ribosom akan berhenti bekerja,
hampir seperti insulin melakukan mekanisme kerja "mati-hidup"("on-off'
mechanism).
3. Insulin juga meningkatkan kecepatan transkripsi. Sesudah melewati periode
waktu yang lama, insulin juga berperan dalam meningkatkan kecepatan
transkripsi rangkaian genetik DNA yang terpilih di dalam inti sel, sehingga
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 35
menyebabkan peningkatan jumlah RNA dan beberapa sintesis protein lain
terutama mengaktifkan sejumlah besar enzim untuk penyimpanan
karbohidrat, lemak, dan protein.
4. Insulin menghambat proses katabolisme protein. Penghambatan yang
dilakukan oleh insulin akan mengurangi kecepatan pelepasan asam amino
dari sel, khususnya dari sel-sel otot. Hal ini diduga akibat dari kemampuan
insulin untuk mengurangi pemecahan protein yang normal oleh lisosom sel.
5. Insulin menekan kecepatan glukoneogenesis di hati. Hal ini terjadi dengan
cara mengurangi aktivitas enzim yang memacu glukoneogenesis. Oleh
karena zat yang terbanyak dipergunakan untuk sintesis glukosa melalui
proses glukoneogenesis adalah asam amino plasma, proses penekanan
glukoneogenesis ini akan menghemat pemakaian asam amino dari cadangan
protein dalam tubuh. Sebagai kesimpulan, insulin meningkatkan
pembentukan protein dan mencegah pemecahan protein (Guyton dan Hall,
2016).
Kekurangan Insulin Menyebabkan Berkurangnya Protein dan
Peningkatan Asam Amino Plasma.
Bila tidak ada insulin, hampir seluruh proses penyimpanan protein
menjadi terhenti sama sekali. Proses katabolisme protein akan meningkat,
sintesis protein berhenti, dan sejumlah besar asam amino dibuang ke dalam
plasma. Konsentrasi asam amino dalam plasma sangat meningkat, dan
sebagian besar kelebihan asam amino akan langsung digunakan sebagai
sumber energi atau menjadi substrat dalam proses glukoneogenesis.
Pemecahan asam amino ini juga meningkatkan ekskresi ureum dalam urine.
Limbah protein yang dihasilkan merupakan salah satu efek yang serius pada
penyakit diabetes melitus yang parah. Limbah tersebut dapat menimbulkan
kelemahan yang hebat dan terganggunya fungsi organ.
Perangsangan sekresi insulin oleh asam amino sangat penting sebab
insulin selanjutnya meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel-
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 36
sel jaringan dan meningkatkan pembentukan protein intrasel. Jadi,
penggunaan insulin untuk pemakaian kelebihan asam amino sama
pentingnya dengan penggunaan insulin bagi penggunaan karbohidrat
(Guyton dan Hall, 2016).

8. Apa yang terjadi pada tubuh jika insulin mengalami oversekresi,


undersekresi dan resistensi serta sebutkan gejala yang dialami pada
setiap kelainan tersebut!
Over Sekresi

Syok Insulin dan Hipoglikemia. Sistem saraf pusat normalnya


memperoleh seluruh sumber energi terutama dari metabolisme karbohidrat,
dan pemakaian glukosa ini tidak memerlukan insulin. Akan tetapi, bila
kadar insulin tinggi menyebabkan kadar glukosa darah turun sampai rendah
sekali, metabolisme dalam sistem saraf pusat akan menjadi sangat tertekan.
Akibatnya, pada pasien tumor penghasil-insulin, atau pasien diabetes yang
menggunakan terlalu banyak insulin, akhirnya dapat menderita suatu
sindrom yang disebut syok insulin yang terjadi sebagai berikut.

Saat kadar glukosa darah turun mencapai kisaran 50 sampai 70 mg/100


ml, sistem saraf pusat biasanya menjadi mudah dirangsang, karena
hipoglikemia pada kisaran tersebut akan menyensitisasi timbulnya aktivitas
saraf. Kadangkala dapat terjadi berbagai macam halusinasi, namun pasien
lebih sering hanya mengalami kecemasan yang berlebihan, rasa gemetar di
seluruh tubuh, dan banyak berkeringat. Bila kadar glukosa darah turun
hingga 20 sampai 50 mg/100 ml, dapat timbul kejang kronis dan hilangnya
kesadaran. Bila kadar glukosa turun lebih rendah lagi, kejang akan berhenti,
dan terjadilah koma. Bahkan, koma diabetikum akibat kekurangan insulin
kadang-kadang sukar dibedakan dengan koma hipoglikemik akibat
kelebihan insulin. Namun, napas berbau aseton dan pernapasan yang cepat
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 37
dan dalam pada koma diabetikum tidak ditemukan pada koma
hipoglikemik.

Pengobatan yang tepat pada pasien syok atau koma hipoglikemik adalah
pemberian sejumlah besar glukosa secara intravena secepatnya. Tindakan
ini biasanya dalam waktu satu menit atau lebih akan membuat pasien
bangun dari syoknya. Selain itu, pemberian glukagon (atau epinefrin,
walaupun kurang efektif) dapat menyebabkan timbulnya proses
glikogenolisis dalam hati sehingga meningkatkan kadar glukosa darah
dengan cepat. Jika tindakan di atas tidak dilakukan dengan segera,
kerusakan sel-sel saraf sistem saraf pusat yang permanen sering kali terjadi.

Under Sekresi Insulin

a. Diabetes Tipe I Defisiensi Produksi Insulin oleh Sel Beta Pankreas


Kerusakan sel beta pankreas atau penyakit-penyakit yang mengganggu
produksi insulin dapat menyebabkan timbulnya diabetes tipe I. Infeksi virus
atau kelainan autoimun dapat menyebabkan kerusakan sel beta pankreas
pada banyak pasien diabetes tipe I, meskipun faktor herediter juga berperan
penting untuk menentukan kerentanan sel-sel beta terhadap gangguan-
gangguan tersebut. Pada beberapa kasus, kecenderungan faktor herediter
dapat menyebabkan degenerasi sel beta, bahkan tanpa adanya infeksi virus
atau kelainan autoimun.
Onset diabetes tipe I biasanya dimulai pada umur sekitar 14 tahun di
Amerika Serikat, dan oleh sebab itu, diabetes ini sering disebut diabetes
melitus juvenilis. Akan tetapi, diabetes tipe I dapat terjadi pada semua usia,
termasuk masa dewasa, diikuti oleh kelainan yang menyebabkan destruksi
dari sel-sel beta pankreas. Diabetes tipe I dapat timbul tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau minggu, dengan tiga gejala sisa (sequelae) yang utama:
(1) naiknya kadar glukosa darah, (2) peningkatan penggunaan lemak

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 38


sebagai sumber energi dan untuk pembentukan kolesterol oleh hati, dan (3)
berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Kurang lebih 5 hingga 10
persen penderita diabetes melitus adalah bentuk tipe I.
b. Defisiensi Insulin Meningkatkan Penggunaan Lemak Sebagai Sumber
Energi
Bila tidak ada insulin, semua aspek pemecahan dan penggunaan lemak
sebagai sumber energi akan sangat meningkat. Keadaan ini secara normal
bahkan terjadi di antara waktu makan saat sekresi insulin minimum, namun
menjadi sangat berlebihan pada keadaan diabetes melitus saat sekresi
insulin hampir nol. Efek yang terjadi adalah sebagai berikut.
 Defisiensi Insulin Menyebabkan Lipolisis Simpanan Lemak dan Pelepasam
Asam Lemak Bebas. Bila tidak ada insulin, semua efek insulin yang
menyebabkan penyimpanan lemak, seperti yang dibahas sebelumnya, akan
berbalik. Efek yang terpenting yaitu peningkatan aktivitas enzim lipase
peka- hormon yang terdapat di sel-sel lemak. Keadaan ini akan
menyebabkan hidrolisis trigliserida yang tersimpan, yang akan melepaskan
sejumlah besar asam lemak dan gliserol ke dalam sirkulasi darah.
Akibatnya, konsentrasi asam lemak bebas plasma akan meningkat dalam
beberapa menit. Asam lemak bebas ini selanjutnya menjadi substrat energi
utama yang digunakan oleh seluruh jaringan tubuh selain otak.
Menunjukkan efek defisiensi insulin terhadap konsentrasi asam lemak
bebas, glukosa, dan asam asetoasetat dalam plasma. Perhatikan bahwa tidak
lama setelah pankreas diangkat, konsentrasi asam lemak bebas dalam
plasma akan mulai meningkat, dan bahkan melebihi konsentrasi glukosa.
 Defisiensi Insulin Meningkatkan Konsentrasi Kolesterol Plasma dan
Fosfolipid. Kelebihan asam lemak di plasma akibat defisiensi insulin juga
memacu pengubahan sejumlah asam lemak menjadi fosfolipid dan
kolesterol di hati, yang merupakan dua zat utama yang dihasilkan dari
metabolisme lemak. Kedua zat ini, bersama-sama dengan kelebihan
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 39
trigliserida yang dibentuk pada waktu yang sama di hati, kemudian
dilepaskan ke dalam darah dalam bentuk lipo- protein. Kadang-kadang,
lipoprotein plasma meningkat sebanyak tiga kali lipat bila tidak ada insulin,
yang memberikan konsentrasi total lipid plasma yang lebih tinggi beberapa
persen daripada konsentrasi normalnya yang sebesar 0,6 persen.
Konsentrasi lipid yang tinggi ini khususnya konsentrasi kolesterol yang
tinggi akan memacu perkembangan ateros- klerosis pada pasien diabetes
yang serius.
c. Kekurangan Insulin Menyebabkan Berkurangnya Protein dan
Peningkatan Asam Amino Plasma
Bila tidak ada insulin, hampir seluruh proses penyimpanan protein
menjadi terhenti sama sekali. Proses katabolisme protein akan meningkat,
sintesis protein berhenti, dan sejumlah besar asam amino dibuang ke dalam
plasma. Konsentrasi asam amino dalam plasma sangat meningkat, dan
sebagian besar kelebihan asam amino akan langsung digunakan sebagai
sumber energi atau menjadi substrat dalam proses glukoneogenesis.
Pemecahan asam amino ini juga meningkatkan ekskresi ureum dalam urine.
Limbah protein yang dihasilkan merupakan salah satu efek yang serius pada
penyakit diabetes melitus yang parah. Limbah tersebut dapat menimbulkan
kelemahan yang hebat dan terganggunya fungsi organ.
Resistensi Insulin
Diabetes melitus tipe II, dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi
insulin plasma (hiperinsulinemia). Hal ini terjadi sebagai upaya kompensasi
oleh sel beta pankreas terhadap penurunan sensitivitas jaringan terhadap
efek metabolisme insulin, yaitu suatu kondisi yang dikenal sebagai
resistansi insulin. Penurunan sensitivitas insulin mengganggu penggunaan
dan penyimpanan karbohidrat, yang akan meningkatkan kadar gula darah
dan merangsang peningkatan sekresi insulin sebagai upaya kompensasi.
Perkembangan resistansi insulin dan gangguan metabolisme
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 40
glukosa biasanya terjadi secara bertahap, yang dimulai dengan peningkatan
berat badan dan obesitas. Akan tetapi, mekanisme yang menghubungkan
obesitas dengan resistansi insulin masih belum pasti. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa jumlah reseptor insulin di otot rangka, hati, dan
jaringan adiposa pada orang obese lebih sedikit daripada jumlah reseptor
pada orang yang kurus. Namun kebanyakan resistansi insulin agaknya
disebabkan kelainan jalur sinyal yang menghubungkan reseptor yang
teraktivasi dengan berbagai efek selular. Gangguan sinyal insulin agaknya
disebabkan efek toksik dan akumulasi lipid di jaringan seperti otot rangka
dan hati akibat kelebihan berat badan.
Resistansi insulin merupakan bagian dari serangkaian kelainan yang
sering disebut sebagai "sindrom metabolik": Beberapa gambar- an sindrom
metabolik meliputi: (1) obesitas, terutama akumulasi lemak abdomen; (2)
resistansi insulin; (3) hiperglikemia puasa; (4) abnormalitas lipid seperti
peningkatan kadar trigliserida darah dan penurunan kolesterol lipoprotein
berdensitas tinggi di darah; dan (5) hipertensi. Semua gambaran sindrom
metabolik berkaitan erat dengan akumulasi berleblhan,jaringan adiposa di
rongga abdomen di sekitar organ-organ visera.
Peran kontribusi resistansi insulin dalam beberapa komponen
sindrom metabolik masih belum dapat ditentukan, meskipun sudah jelas
bahwa resistansi insulin merupakan penyebab utama peningkatan kadar
gula darah. Akibat utama yang tidak diinginkan dari sindrom metabolik
adalah penyakit kardiovaskular, yang meliputi aterosklerosis dan kerusakan
berbagai organ di seluruh tubuh. Beberapa kelainan metabolik yang
berhubungan dengan sindrom tersebut meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular, dan resistansi insulin yang menjadi predisposisi terjadinya
diabetes melitus tipe II, juga penyebab utama untuk penyakit kardiovaskular
(Guyton dan Hall, 2016).

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 41


9. Berapakah kadar normal glukosa tubuh?
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnose DM (mg/dl)
Bukan Belum DM
DM pasti DM

Kadar Glukosa Plasma <100 100-199 >200


vena
Darah Sewaktu Plasma <90 90-199 >200
(mg/dl) kapiler
Kadar Glukosa Plasma <100 100-125 >126
vena
Darah Puasa Plasma <90 90-99 >100
(mg/dl) kapiler

10. Jelaskan perbedaan serta etiologi pada diabetes mellitus tipe 1 dan tipe
2!
Diabetes melitus merupakan sindrom dengan terganggunya
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin. Berikut perbedaan dari diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus
tipe 2 :
Pembeda Diabetes Melitus Tipe Diabetes Melitus
1 Tipe 2
Onset Anak desawa muda Biasanya setelah usia
(<25 tahun) pertengahan
Proporsi <10% dari semua >90% dari semua
peyandang DM penyandang DM

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 42


Riwayat keluarga Tidak lazim Sangat lazim
Gejala Akut/sub akut Lambat
Ketoasidosis Sering sekali Jarang, kecuali jika
sakit/stress
Antibodi ICA,GAD Sangat sering positif Biasanya negatif
Obesitas saat onset Tidak obesitas Obesitas sebelum
onset
Kaitan dengan HLA Ada Tidak ada
tipe tertentu
Kaitan hal ini dengan Kadang-kadang ada Tidak ada
penyakit autoimun
C-peptida darah/urin Sangat rendah Rendah/normal/tinggi
Kegunaan insulin Penyelamat nyawa Kadang insulin ini
diperlukan dalam hal
pengawasan gula
Penyebab Pankreas dalam hal ini Produksi insulin yang
tidak mampu atau ada normal/ masih ada,
gangguan dalam hal tetapi sel target tidak
membuat insulin peka
Kegunaan diet Mengawasi kadar gula Menurunkan berat
darah (makan/ jajan badan (jadwal tidak
harus diatur seputar harus ketat, kecuali
pemberian insulin agar kalau insulin juga
tidak terjadi seperti diberikan)
hipoglisemia
Kegunaan melakukan Merangsang sirkulasi Dalam membuat
latihan fisik dan membantu tubuh tubuh menjadi lebih
peka terhadap kerja

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 43


dalam hal penggunaan insulinnya sendiri, di
insulin samping memakai/
menggunakan energi
untuk mengurangi
berat badan

Klasifikasi diabetes melitus menurut PERKENI, 2011 dapat dilihat


dalam tabel dibawah ini :
Jenis Etiologi
Tipe 1 Destruksi sel β, umumnya menjurus
ke defisiensi insulin absolut
 Autoimun
 Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai dari resistensi
insulin yang disertai defisiensi
insulin relatif hingga defek sekresi
insulin yang dibarengi resistensi
insulin.
Tipe lain  Defek genetik fungsi sel β
 Defek genetik kerja insulin
 Penyakit eksokrin pankreas
 Endokrinopati
 Karena obat atau zat kimia
 Infeksi
 Sebab imunologi (jarang)
 Sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 44


Diabetes Melitus gestasional Intoleransi glukosa yang timbul atau
terdeteksi pada kehamilan pertama
dan gangguan toleransi glukosa
setelah terminasi kehamilan

a. DM tipe 1, insulin dependent diabetes mellitus (IDDM)


Diabetes jenis ini terjadi akibat kerusakan sel β pakreas. Dahulu, DM
tipe 1 disebut juga diabetes onset-anak (atau onset-remaja) dan diabetes
rentan- ketosis (karena sering menimbulkan ketosis). Onset DM tipe 1
biasanya terjadi sebelum usia 25-30 tahun (tetapi tidak selalu demikian
karena orang dewasa dan lansia yang kurus juga dapat mengalami diabetes
jenis ini). Sekresi insulin mengalami defisiensi (jumlahnya sangat rendah
atau tidak ada sama sekali). Dengan demikian, tanpa pengobatan dengan
insulin (pengawasan dilakukan melalui pemberian insulin bersamaan dengan
adaptasi diet), pasien biasanya akan mudah terjerumus ke dalam situasi
ketoasidosis diabetik (Arisman, 2011).
Gejala biasanya muncul secara mendadak, berat dan
perjalanannya sangat progresif; jika tidak diawasi, dapat berkembang
menjadi ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosa ditegakkan, pasien
biasanya memiliki berat badan yang rendah. Hasil tes deteksi antibodi islet
hanya bernilai sekitar 50-80% dan KGD >140 mg/dL (Arisman, 2011).

b. DM tipe 2, non-insulin dependent diabetes melitus (NIDDM)


DM jenis ini disebut juga diabetes onset-matur (atau onset-
dewasa) dan diabetes resistan-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya tidak
tepat karena 25% diabetes, pada kenyataannya, harus diobati dengan
insulin; bedanya mereka tidak memerlukan insulin sepanjang usia). DM
tipe 2 merupakan penyakit familier yang mewakili kurang-lebih 85%
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 45
kasus DM di Negara maju, dengan prevalensi sangat tinggi (35% orang
dewasa) pada masyarakat yang mengubah gaya hidup tradisional
menjadi modern (Arisman, 2011).
DM tipe 2 mempunyai onset pada usia pertengahan (40-an tahun),
atau lebih tua, dan cenderung tidak berkembang kearah ketosis.
Kebanyakan penderita memiliki berat badan yang lebih. Atas dasar ini
pula, penyandang DM jenis ini dikelompokkan menjadi dua: (1)
kelompok obes dan (2) kelompok non-obes. Kemungkinan untuk
menderita DM tipe 2 akan berlipat ganda jika berat badan bertambah
sebanyak 20% di atas berat badan ideal dan usia bertambah 10 tahun atau
di atas 40 tahun (Arisman, 2011).
Gejala muncul perlahan-lahan dan biasanya ringan (kadang-
kadang bahkan belum menampakkan gejala selama bertahun-tahun) serta
progresivitas gejala berjalan lambat. Koma hiperosmolar dapat terjadi
pada kasus-kasus berat. Namun, ketoasidosis jarang sekali muncul,
kecuali pada kasus yang disertai stress atau infeksi. Kadar insulin
menurun atau bahkan tinggi, atau mungkin juga insulin bekerja tidak
efektif (Arisman, 2011).
Pengendaliannya boleh jadi hanya berupa diet dan (jika tidak ada
kontraindikasi) olahraga, atau dengan pemberian obat hipoglisemik
(Arisman, 2011).

c. DM tipe lain
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder, atau
DM tipe lain. Etiologi diabetes jenis ini, meliputi : (a) penyakit pada
pankreas yang merusak sel β, seperti hemokromatosis, pankreatitis,
fibrosis kistik; (b) sindrom hormonal yang mengganggu sekresi dan/atau
menghambat kerja insulin, seperti akromegali, feokromositoma, dan
sindrom Cushing; (c) obat-obat yang menggangu sekresi insulin
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 46
(fenitoin) atau menghambat kerja insulin (estrogen dan glukokortikoid);
(d) kondisi tertentu yang jarang terjadi, seperti kelainan pada reseptor
insulin; dan (e) sindrom genetik (Arisman, 2011).
c. Diabetes Melitus Kehamilan

Diabetes melitus kehamilan didefinisikan sebagai setiap intoleransi


glukosa yang timbul atau terdeksi pada kehamilan pertama, tanpa memandang
derajat intoleransi serta tidak memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau
menetap selepas melahirkan. Diabetes jenis ini biasanya muncul pada
kehamilan trimester kedua dan ketiga. Kategori ini mencakup DM yang
terdiagnosa ketika hamil (sebelumnya tidak diketahui). Wanita yang
sebelumnya diketahui telah mengidap DM, kemudian hamil, tidak termasuk
ke dalam kategori ini (Arisman, 2011).

11. Bagaimana penatalaksanaan pada diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2?


Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan
pasien secara komprehensif.
Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum
Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama, yang
meliputi:
1. Riwayat Penyakit
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 47
2. Pemeriksaan Fisik
3. Evaluasi Laboratorium
a. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2jam setelah TTGO.
b. Pemeriksaan kadar HbA1c
4. Penapisan Komplikasi
Penapisan komplikasi harus dilakukan pada setiap penderita yang baru
terdiagnosis DMT2 melalui pemeriksaan:
a. Profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, High Density Lipoprotein
(HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida.
b. Tes fungsi hati
c. Tes fungsi ginjal: Kreatinin serum dan estimasi-GFR
d. Tes urin rutin
e. Albumin urin kuantitatif
f. Rasio albumin-kreatinin sewaktu.
g. Elektrokardiogram.
h. Foto Rontgen thoraks (bila ada indikasi: TBC, penyakit jantung kongestif).
i. Pemeriksaan kaki secara komprehensif.
Penapisan komplikasi dilakukan di Pelayanan Kesehatan Primer. Bila
fasilitas belum tersedia, penderita dirujuk ke Pelayanan Kesehatan
Sekunder dan/atau Tersier.
Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat
(terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.
Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau
kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat,
misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
atau adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan
Sekunder atauTersier. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 48
gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri tersebut dapat dilakukan setelah
mendapat pelatihan khusus.
Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
penting dari pengelolaan DM secara holistic. Materi edukasi terdiri dari
materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
1. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Primer yang meliputi:
a. Materi tentang perjalanan penyakit DM.
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
c. Penyulit DM dan risikonya.
d. Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
e. Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
f. Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak
tersedia).
g. Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
h. Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
i. Pentingnya perawatan kaki.
j. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
2. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi:
a. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
b. Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
c. Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 49
d. Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi).
e. Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit).
f. Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir
tentang DM.
g. Pemeliharaan/perawatan kaki
Terapi Nutrisi Medis (TNM)
TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2 secara
komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain
serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM
sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandang DM.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama
pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin
atau terapi insulin itu sendiri.
Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
DMT2 apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari
dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali
perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu.
Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila
kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat
terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan
jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk
dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari.
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 50
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan
berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50-
70% denyut jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai,
jogging, dan berenang.
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat
oral dan bentuk suntikan.
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5
golongan:
Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
a. Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Efek samping utama adalah hipoglikemia dan
peningkatan berat badan. Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien
dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan faal hati, dan
ginjal).
b. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan
ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini
dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek samping yang mungkin
terjadi adalah hipoglikemia.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 51


Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
a. Metformin
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2.
Dosis Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
(GFR 30- 60 ml/menit/1,73 m2). Metformin tidak boleh diberikan pada
beberapa keadaan sperti: GFR<30 mL/menit/1,73 m2, adanya gangguan
hati berat, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya
penyakit serebrovaskular, sepsis, renjatan, PPOK, gagal jantung [NYHA FC
III-IV]). Efek samping yang mungkin berupa gangguan saluran pencernaan
seperti halnya gejala dispepsia.
b. Tiazolidindion (TZD)
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated
Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara
lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer. Tiazolidindion
meningkatkan retensi cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada
pasien dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat memperberat
edema/retensi cairan. Hati-hati pada gangguan faal hati, dan bila diberikan
perlu pemantauan faal hati secara berkala. Obat yang masuk dalam
golongan ini adalah Pioglitazone.
Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan
a. Penghambat Alfa Glukosidase.
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah
makan. Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan pada keadaan:
GFR≤30ml/min/1,73 m2, gangguan faal hati yang berat, irritable bowel
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 52
syndrome. Efek samping yang mungkin terjadi berupa bloating
(penumpukan gas dalam usus) sehingga sering menimbulkan flatus. Guna
mengurangi efek samping pada awalnya diberikan dengan dosis kecil.
Contoh obat golongan ini adalah Acarbose.
b. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja enzim DPP-IV
sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang
tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi
insulin dan menekan sekresi glucagon bergantung kadar glukosa darah
(glucose dependent). Contoh obat golongan ini adalah Sitagliptin dan
Linagliptin.
c. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2)
Obat golongan penghambat SGLT-2 merupakan obat antidiabetes oral jenis
baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal
dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa SGLT-2. Obat yang
termasuk golongan ini antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin,
Dapagliflozin, Ipragliflozin. Dapagliflozin baru saja mendapat approvable
letter dari Badan POM RI pada bulan Mei 2015.
2. Obat Antihiperglikemia Suntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dan
agonis GLP-1.
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
- HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolic
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Krisis Hiperglikemia
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 53
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
- Kehamilan dengan DM/Diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
- Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
Efek samping terapi insulin
Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.
Efek samping yang lain berupa reaksi alergi terhadap insulin
b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1 dapat bekerja pada
sel-beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin, mempunyai efek
menurunkan berat badan, menghambat pelepasan glukagon, dan
menghambat nafsu makan. Efek penurunan berat badan agonis GLP-1 juga
digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan pada pasien DM dengan
obesitas. Pada percobaan binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan
sel beta pankreas. Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara
lain rasa sebah dan muntah. Obat yang termasuk golongan ini adalah:
Liraglutide, Exenatide, Albiglutide, dan Lixisenatide. Salah satu obat
golongan agonis GLP-1 (Liraglutide) telah beredar di Indonesia sejak April
2015, tiap pen berisi 18 mg dalam 3 ml. Dosis awal 0.6 mg perhari yang
dapat dinaikkan ke 1.2 mg setelah satu minggu untuk mendapatkan efek
glikemik yang diharapkan. Dosis bisa dinaikkan sampai dengan 1.8 mg.
Dosis harian lebih dari 1.8 mg tidak direkomendasikan. Masa kerja
Liraglutide selama 24 jam dan diberikan sekali sehari secara subkutan.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 54


3. Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama
dalam penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan
bersamaan dengan pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau
kombinasi sejak dini. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun
insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Terapi
kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun fixed
dose combination, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme
kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa
darah belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat diberikan
kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang
disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk
dipakai, terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral.
(lihat bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DMT2) Kombinasi obat
antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan pemberian insulin
basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang). Insulin kerja
menengah harus diberikan jam 10 malam menjelang tidur, sedangkan
insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai sebelum tidur.
Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa
darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin
basal untuk kombinasi adalah 6-10 unit. Kemudian dilakukan evaluasi
dengan mengukur kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Dosis
insulin dinaikkan secara perlahan (pada umumnya 2 unit) apabila kadar
glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada keadaaan dimana kadar
glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah
mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal
dan prandial, sedangkan pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan
dengan hati-hati (PERKENI, 2015).
LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 55
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa pankreas
merupakan organ yang terdiri atas dua jaringan yakni jaringan asini dan
jaringan yang disebut pulau Langerhans. Pulau Langerhans terdiri atas 3 sel
utama yakni sel alpha yang mensekresi hormone glucagon yang berperan
dalam mengubah glikogen menjadi glukosa saat glukosa darah dalam keadaan
yang rendah. Sel beta, merupakan sel yang mensekresi hormone insulin yang
berperan dalam mengubah glukosa menjadi energy dan menyimpan kelebihan
glukosa dalam bentuk glikogen dan sel lemak. Sel delta pancreas menghasilkan
hormone somatostatin yang menghambat sekresi insulin dan glucagon.
Sekresi insulin maupun kerja insulin yang bermasalah dapat
mengakibatkan diabetes mellitus yang merupakan suatu entitas penyakit
tunggal yang memiliki latar belakang hiperglikemia. Seseorang dikatakan
diabetes apabila memiliki kadar glukosa sewaktu 200 mg/dL atau lebih dengan
tanda gejala klasik, glukosa puasa 126 mg/dL atau lebih pada lebih dari satu
kesempatan dan tes toleransi glukosa oral (TTGO) abnormal. Diabetes mellitus
dibagi menjadi diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2 yang mana
masing-masing dianatara keduanya memiliki karakteristik tersendiri (Kumar,
dkk: 2013).
.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 56


DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2011. Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi

Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.

Eroschenko V.P., 2008. Atlas Histologi DiFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi
11. Amerika Serikat : EGC

Guyton A.C dan Hall J. E., 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Revisi
Berwarna ke-12. Singapore: Elsevier

Kumar, V., Abbas, A., dan Aster, J. 2013. Robbins Basic Pathology Edisi 9.
Philadelphia: ELSEVIER

Sherwood , L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Singapore: EGC

Sherwood , L. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Singapore: EGC

Paulsen F. & J. Waschke. 2015. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Edisi 23, Jilid 2
Jakarta : EGC.
PERKENI, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe

2 di Indonesia

PERKENI, 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe

2 di Indonesia

Tortora GJ & Derrickson B. 2016. Principles of Anatomy & Physiology. 14th Ed.
USA : John Wiley & Sons.Inc.

LBM 1 Badanku Semakin Kurus | 57

Anda mungkin juga menyukai