Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH DASAR PEMULIAAN TANAMAN

(MENYERBUK SILANG)

DISUSUN OLEH :
KELAS B AGROTEKNOLOGI
SEMESTER 3

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era yang semakin maju ini, kebutuhan akan pangan sangat mendesak. Akan tetapi
jumlah manusia semakin banyak sedangkan lahan pertanian semakin sempit. Sehingga diperlukan
suatu metode yang mampu mengatasi permasalahan ini, yaitu dengan cara pemuliaan tanaman.
Salah satu upaya yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan
penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman dapat timbul secara alami karena
adanya seleksi alam dan dapat juga timbul karena adanya campur tangan manusia. Persilangan
merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Pemuliaan tanaman merupakan
cara untuk mengubah susunan genetik tanaman, sehingga memiliki sifat sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Pelaku kegiatan pemuliaan tanaman ini disebut pemulia tanaman. Dalam
pemuliaan tanaman, kita harus mengetahui tentang perilaku biologi tanaman dan pengalaman
dalam budidaya karena dalam pemuliaan tanaman kedua hal tersebut digabungkan.
Strategi dalam pemuliaan tanaman masa kini adalah dengan melakukan peningkatan
variasi genetik yang diikuti kemudian dengan seleksi pada keturunannya. Pemuliaan tanaman
biasanya mengarah pada domestikasi meskipun tidak selalu demikian. Peningkatan variasi
genetik dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu : introduksi, persilangan, manipulasi genom,
manipulasi gen atau bagian kromosom, transfer gen.Persilangan pada tanaman dapat dibagi
menjadi dua, yaitu menyerbuk sendiri dan menyerbuk silang. Contoh tanaman yang menyerbuk
sendiri yaitu cabe, padi, tomat, dan lain-lain. Sedangkan contoh tanaman yang menyerbuk silang
yaitu tebu, alpukat, jagung, pepaya, dan lain-lain.
Menyerbuk silang merupakan salah satu metode pada persilangan tanaman. Menyerbuk
silang adalah proses menempelnya serbuk sari pada kepala putik pada tanaman yang berbeda
tetapi masih dalamsatu varietas. Pada dasarnya tanaman penyerbuk silang adalah heterozigot dan
heterogenus. Satu individu dan individu lainnya genetis berbeda. Karena keragaman genetis yang
umumnya cukup besar dibanding dengan tanaman penyerbuk sendiri dalam menentukan kriteria
seleksi diutamakan pada sifat ekonomis yang terpenting dulu, tanpa dicampur aduk dengan sifat
– sifat lain yang kurang urgensinya. Pengertian yang bertalian dengan keseimbangan Hardy-
Weinberg pengertian mengenai silang dalam, macam – macam gen dan sebagainya sangat
membantu memahami sifat – sifat tanaman penyerbuk silang dan metode – metode seleksinya.
Metode pemuliaan tanaman menyerbuk silang sedikit berbeda dengan tanaman
menyerbuk sendiri karena pada tanaman menyerbuk silang, dalam populasi alami terdapat
individu-individu yang secara genetik heterozigot untuk kebanyakan lokus. Secara genotipe juga
berbeda dari satu individu ke individu lainnya, sehingga keragaman genetik dalam populasi sangat
besar. Fenomena lain yang dimanfaatkan dalam tanaman menyerbuk silang adalah ketegaran
hibrida atau heterosis. Heterosis didefinisikan sebagai meningkatnya ketegaran (vigor) dan
besaran F1 melebihi kedua tetuanya. Sebaliknya bila diserbuk sendiri akan terjadi tekanan
inbreeding. Beberapa metode yang populer pada tanaman menyerbuk silang misalnya
pembentukan varietas hibrida, seleksi massa, seleksi daur ulang, dan dilanjutkan dengan
pembentukan varietas bersari bebas atau varietas sintetik.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Dasar Pemuliaan Tanaman serta memberikan informasi kepada pembaca tentang Penyerbukan
Silang pada Tanaman
BAB II

GENETIKA

2.1. Dasar Genetika

Sifat keturunan (hereditas) serta segala seluk beluknya secara ilmiah. Orang yang
dianggap sebagai "Bapak Genetika" adalah JOHAN GREGOR MENDEL.Orang yang
pertama mempelajari sifat-sifat menurun yang diwariskan dari sel sperma adalah HAECKEL
(1868). Mendel mempelajari hereditas pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum) dengan
alasan:

1. Memiliki pasangan-pasangan sifat yang menyolok.

2. Biasanya melakukan penyerbukan sendiri (Self polination).

3. Dapat dengan mudah diadakan penyerbukan silang.

4. Segera menghasilkan keturunan.

Dari hasil penelitiannya tersebut Mendell menemukan prinsip dasar genetika yang lebih
dikenal dengan Hukum Mendell.

Hukum Mendell I/Hukum Pemisahan Bebas

Hukum Mendell I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan
gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum
ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).

Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan monohibrid dengan dominansi.
Persilangan dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih
kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi,
sedangkan yang lemah/tertutup disebut sifat resesif.
Hukum Mendell II/Hukum Berpasangan Bebas

Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: ‘bila dua
individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka
diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum
ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.

Hipotesis Mendel :

 Tiap sifat organisma hidup dikendalikan oleh sepasang "faktor keturunan". Pada
waktu itu Mendel belummenggunakan istilah "gen".• Tiap pasangan faktor keturunan
menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, kedua bentuk alternatif disebut pasangan
ALELA.
 Satu dari pasangam alela itu dominan dan menutup alela yang resesif bila keduanya
ada bersama-sama.
 Pada pembentukan "gamet" alela akan memisah, setiap gamet menerima satu faktor
alela tersebut c dikenal sebagai HUKUM PEMISAHAN MENDEL atau PRINSIP
SEGREGASI SECARA BEBAS.
 individu murni mempunyai dua alela yang sama (homozigot), alel dominan diberi
simbol huruf besar sedang alel resesif huruf kecil.
Genotip adalah komposisi faktor keturunan (tidak tampak secara fisik). Fenotip adalah sifat
yang tampak pada keturunan.Pada hibrida atau polihibrida berlaku prinsip berpasangan
secara bebas.

2.2. Kromosom Gen

KROMOSOM adalah struktur benang dalam inti sel yang bertanggung jawab dalam hal sifat
keturunan (hereditas). Kromosom adalah khas bagi makhluk hidup. Gen adalah "substansi
hereditas" yang terletak di dalam kromosom.

Gen bersifat antara lain :

 Sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom.


 Mengandung informasi genetika.
 Dapat menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel.
Sepasang kromosom adalah "HOMOLOG" sesamanya, artinya mengandung lokus gen-gen
yang bersesuaian yang disebut alela. Lokus adalah lokasi yang diperuntukkan bagi gen dalam
kromosom. Alel ganda (multiple alleles) adalah adanya lebih dari satu alel pada lokus yang
sama.

Dikenal dengan dua macam kromosom yaitu:

1. Autosom, disebut juga kromosom biasa atau kromosom tubuh. Autosom tidak
menentukan jenis kelamin organisme. Pada manusia dengan jumlah kromosom sel
somatis 46 buah, memiliki 44 autosom. Selebihnya, 2 kromosom, adalah kromosom
kelamin. Penulisan autosom dilambangkan dengan huruf A sehingga penulisan autosom
sel somatis manusia adalah 44A atau 22AA.
2. Gonosom, disebut juga kromosom kelamin atau kromosom seks. Gonosom dapat
menentukan jenis kelamin makhluk hidup. Jumlahnya sepasang pada sel somatis. Pada
manusia dengan jumlah kromosom sel somatis 46 buah, terdapat 44 autosom dan 2
gonosom. Terdapat 2 jenis gonosom, yaitu X dan Y. Umumnya pada makhluk hidup,
gonosom X menentukan jenis kelamin betina dan gonosom Y menentukan jenis kelamin
jantan. Susunan gonosom wanita XX dan gonosom pria XY. Oleh karena itu, penulisan
kromosom sel somatis (2n) adalah 44A + XY (pria) atau 44A + XX (wanita). Adapun
untuk sel gamet (n) adalah 22A + X atau 22A + Y.

Ahli genetika dari Amerika Serikat yang menemukan bahwa faktor-faktor keturunan (gen)
tersimpan dalam lokus yang khas dalam kromosom adalah Thomas Hunt Morgan

Percobaan untuk hal ini dilakukan pada lalat buah (Drosophila melanogaster) dengan alasan
sebagai berikut:

- Cepat berkembang biak,

- Mudah diperoleh dan dipelihara,

- Cepat menjadi dewasa (umur 10 - 14 hari sudah de~wasa),

- Lalat betina bertelur banyak,

- Hanya memiliki 4 pasang kromosom, sehingga mudah diteliti.


2.3. Pola-pola Hereditas
Orang yang mula-mula mendalami hal pola-pola hereditas adalah W.S. SUTTON dari
Amerika Serikat. Menurut Sutton bila ada gen-gen yang mengendalikan dua sifat beda
bertempat pada kromosom yang sama, gen-gen itu tak dapat memisalkan diri secara bebas
lebih-lebih bila gen-gen itu berdekatan lokusnya, maka akan berkecenderungan untuk selalu
memisah bersama-sama. Peristiwa ini disebut LINKAGE (PAUTAN). Ada kalanya
kromosom yang memisah tidak membawa seluruh gen yang dimiliki tetapi hanya sebagian
saja yang terbawa sedangkan sisanya dipenuhi oleh kromosom pasangannya. Peristiwa ini
disebut CROSSING-OVER(PINDAH SILANG). Kejadian ini diteliti oleh Morgan.

2.4. Genetika Modern


Sebagai substansi hereditas sekarang dikenal sebagai asam nukleat yaitu :

 ADN (Deoxiribose Nucleic Acid).


 ARN (Ribose Nucleic Acid).
DNA terdiri dari dua pita yang saling terpilin (Double Stranded DNA = DS-DNA) dan
dikenal dengan istilah "DOUBLE HELIX" yang modelnya pertama kali dibuat oleh James d.
Watson (Amerika Serikat) dan Francis Crick (Inggris) tahun 1953, diperbaiki modelnya oleh
Wilkins. Jika DNA melakukan TRANSKRIPSI bentuknya adalah single stranded (ss-dna).
DNA tersusun dari banyak sekali nukleotida.batu "nukleotida" terdiri dari - Satu molekul
gula (dalam hal ini adalah "deoksiribosa" atau "ribosa"). - Satu molekul fosfat. - Satu molekul
basa nitrogen (basa nitrogen terdiri dari dua jenis yaitu)

A. PURIN Þ ADENIN dan GUANIN.

B. PIRIMIDIN Þ TIMIN, SITOSIN dan URASIL.

Satu molekul gula dan satu molekul basa disebut "NUKLEOSIDA"


BAB III

PEMBENTUKAN POPULASI

A. Pembentukan Populasi Dasar

Ruang lingkup pemuliaan tanaman dibagi menjadi empat kegiatan besar, yaitu
pembentukan keragaman genetic (sebagai populasi dasar/bahan dasar proses pemuliaan tanaman),
seleksi (pemilihan yang didasarkan pada penilaian genetik dari populasi yang diseleksi),
pengujian (menguji individu-individu yang terseleksi untuk dipastikan kualitas dan kuantitasnya
sebelum akhirnya dilepas) dan pelepasan varietas.

Tersedianya populasi dasar merupakan langkah awal dalam program pemuliaan tanaman
menyerbuk silang. Populasi dasar dapat berasal dari genotype local atau yang dibentuk oleh
pemulia. Populasi dasar yang sudah ada, perlu diperbaharuhi oleh pemulia melalui sistem
persilangan tertentu agar menjadi lebih efektif. Pembentukan populasi dasar mempunyai tujuan
untuk meningkatkan keragaman karakter yang mempunyai nilai ekonomis dan mempertahankan
keseragaman karakter lain. Misalnya, apabila ada pemuliaan tanaman yang diharapkan adanya
peningkatan produksi maka karakter produksi tersebut diusahakan beragam pada populasi dasar.
Sementara, karakter lain seperti kemasakan, tinggi tanaman, dan kualitas agak seragam.
Pemabentukan populasi dasar tergantung pada macam tanaman dan meodel seleksi yang
digunakan. Setelah melakukan persilangan, hanya dibutuhkan satu generasi kawin acak untuk
kombinasi-kombinasi baru. Jika lebih dari satu generasi kawin acak sebelum dimulai seleksi
keragaman akan tetap sama.

Penyediaan materi pemuliaan (populasi dasar) yang memiliki keragaman genetik yang
tinggi sangat penting untuk menunjuang proses pemuliaan tanaman. Karena suatu tanaman dapat
ditingkatkan potensi genetiknya jika terdapat keragaman genetik dalam populasinya. Peningkatan
keragaman (variabilitas) genetic apabila aksesi tidak ada satu pun yang memiliki suatu sifat yang
diinginkan, pemulia tanaman melakukan beberapa cara untuk merakit individu yang memilikim
sifat ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah introduksi bahan koleksi, persilangan,
manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau bahan kimia tertentu,
penggabungan (fusi) protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen, transfer gen, dan manipulasi
regulasi gen.

Populasi dasar merupakan campuran varietas unggul, hibrida dan galur (untuk galur boleh
ada boleh tidak) Setiap dicampur terjadi persilangan terbuka kemudian diseleksi melalui seleksi
massa. Contohnya adalah :
 Hibrida

Masalah : persilangan dan saat mencari galur penghasil benihnya. Benih yang
dihasilkan sedikit, usaha – usaha persilangan galur dengan varietas.

 Sintetis (Ideal Type)

Sama dengan campuran galur merupakan peluang dengan melakukan penyerbukan


silang galur dicampur terjadi persilangan biji berubah seleksi massa varietas sintetis.

B. Macam Persilangan

Keragaman genetik pada populasi dasar dapat ditentukan melalui genotipe penyusun dan
karakter perkawinan setiap individu anggotan populasi dasar. Berikut adalah lima sistem
persilangan yang dikenal pada tanaman menyerbuk silang.

1. Kawin acak (random mating)


Pada prinsipnya setiap individu dapat melakukan kawin acak, karena mempunyai
kesempatan sama untuk membentuk keturunan dan setiap bunga betina dapat diserbuki
oleh setiap gamet jantan. Kawin acak yang mengikuti seleksi dapat mengubah frekuensi
gen, keragaman populasi, dan korelasi genetik antara kerabat dekat. Walaupun dapat
mengubah frekuensi gen tetapi, kecil pengaruhnya terhadap homozigotas tanaman. Kawin
acak menyebabkan populasi tanaman menyerbuk silang bersifat heterosigot dan
heterogenus (beragam).
Berdasarkan model diploid, dua alel per lokus misalnya A dan a, struktur genetik populasi
tanaman menyerbuk silang dapat dinyatakan sebagai berikut:
DAA + HAa + Raa, dengan
D: homosigot dominan,
H: heterosigot, dan
R: homosigot resesif.
Frekuensi Gen dan Genotipe dalam Populasi.
 Suatu Populasi dicirikan oleh frekuensi alel/gen dan frekuensi genotipe penyusun
populasi.
– Frekuensi alel/gan: proporsi suatu alel/gen dlm populasi
– Frekuensi genotipe: proporsi suatu genotipe terhadap genotipe total dlm populasi.
 Contoh:

Suatu populasi terdiri atas 100 individu tanaman dengan struktur genotipe: 50 AA + 40
Aa + 10 aa. Berapakah frekuensi masing-2 genotipe dan masing-2 gen?
Frekuensi Genotipe:

– frekuensi genotipe AA (D) = 50/100 = 0,5;

– frekuensi genotipe Aa (H) = 40/100 = 0,4; dan

– frekuensi genotipe Aa (R) = 10/100 = 0,1.

Frekuensi Gen/Alel:

– frekuensi alel A = {(2x50)+(1x40)} / (2x100) = 0,70 = (D+1/2H)

– frekuensi alel a = {(1x40)+(2x10)} / (2x100) = 0,30 = (1/2H+R)

Kawin Acak (Random Mating) Pada Populasi Menyerbuk Bebas


(D AA + H Aa + R aa):
Jika f(A) = p, f(a) = q, maka setelah sekali kawin acak terbentuk populasi p2 AA + 2pq
Aa + q2 aa = (pA +qa)2
Frekuensi Gen dan Genotipe Tetap . Dari Generasi Ke Generasi (Hukum.Hardy-
Weinberg)

Hukum Hardy-weinberg: Populasi kawin acak yg mencapai Equilibrium (keseimbangan


populasi), frekuensi gen dan genotipe akan konstan (tidak berubah) dari generasi ke generasi bila
tidak ada faktor luar (seleksi, migrasi dan mutasi) yang berpengaruh.

 Untuk mencapai Equilibrium (keseimbangan populasi), diperlukan sekali kawin acak.


 Misalnya suatu populasi (0,50AA + 0,40Aa + 0,10aa), frekuensi alel A = 0,7 dan alel a =
0,3.
 Kawin acak populasi tersebut menghasilkan populasi baru:

(0,7A+0,3a)2 = 0,49AA + 0,42Aa + 0,09aa.


2. Kawin antar tanaman secara genetik sejenis (genetic assortative mating)

Sistem perkawinan ini lebih dikenal dengan istilah tangkar dalam (inbreeding).
Dengan perkawinan ini akan meningkatkan peluang diturunkannya gamet sama dari kedua
tetuanya, yang cenderung menurunkan persentasi heterozigotas dalam populasi yang
berakibat pada penurunan karakter tanaman. Menurut percobaan East tahun 1908 dan Shull
tahun 1909 pada tanaman jagung, baru mendapatkan hasil yang dapat menjelaskan akibat
inbreeding.

Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat diambil kesimpulan, yaitu 1) muncul


sejumlah besar genotipe yang mati dan lemah pada generasi tangkar dalam; 2) individu bahan
percobaan ternyata terpisah secara capat ke dalam galur-galur berbeda, yang masing-masing
galur menunjukkan makin seragam dalam berbagai karakter morfologi dan fisiologi, seperti
tinggi tanaman, panjang tongkol dan kemasakan; 3) banyak galur yang menurun karakternya
dan produktivitasnya serta tidak bertahan, walaupun ditumbuhkan pada lingkungan yang
menguntungkan; serta 4) galur yang masih hidup menunjukkan penurunan ukuran dan
kekuatannya.

Tangkar dalam tanpa seleksi terarah akan meningkatkan keragaman genetik. Selain
itu, juga berpengaruh terhadap peningkatan keragaman genetik antar kerabat dekat. Namun,
tangkar dalam diikuti seleksi akan dapat memperkecil keragaman genetik. Sistem ini cocok
untuk menghasilkan galur homozigot.

3. Kawin antar tanaman secara fenotipe sejenis (phenotypic assortative mating)

Sistem perkawinan ini terjadi pada tanaman yang fenotipenya sejenis atau serupa,
maka pengaruh yang terjadi bergantung ada tidaknya peristiwa dominan. Apabila tidak
ada peristiwa dominan maka perkawinan hanya terjadi pada tipe ekstrim, misalnya AA x
AA dan aa x aa. Perkawinan ini sebagai akibat terjadinya konsentrasi dari tipe ekstrim ini
dan tipe homozigot akan dapat dipertahankan. Sistem ini cocok apabila tujuan pemuliaan
yaitu mengembangkan tipe ekstrim.

4. Kawin antar tanaman secara genetik tidak sejenis (genetic disassortative mating)

Sistem perkawinan antar tanaman secara genetik tidak sejenis, dimana sistem ini
berkaitan dengan persilangan antarspesies. Perkawinan ini disebut juga silang luar
(outbreeding). Tujuan utama bukanlah untuk membentuk populasi dasar, tetapi untuk
meningkatkan keragaman genetik yang berkaitan dengan sumber bahan pemuliaan
tanaman. Selain itu, juga untuk memperoleh populasi dengan stabilitas maksimum.
5. Kawin antar tanaman secara fenotipe tidak sejenis (phenotypic disassortative mating)

Sistem ini dilakukan bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kelemahan


tanaman atau populasi bahan seleksi. Dengan memilih tetua yang fenotipenya berbeda,
dimungkinkan untuk mengatasi kelemahan salah satu tetua. Pada sistem ini cenderung
mempertahankan heterozigositas dalam populasi, tetapi mengurangi keragaman populasi
apabila nilai tipe ekstrim mendekati rata-rata populasi. Akibat lain sistem ini akan
mengurangi korelasi genetik anatarkerabat.
BAB IV

SELEKSI

A. Seleksi Massa

Seleksi massa, pemilihan tetap berdasarkan pada individu tanaman dan penilaian
fenotipe. Sebagai bahan seleksi adalah populasi kawin acak yang tidak memperhatikan
asal gamet jantan.

Kelebihan seleksi ini yaitu mudah dilaksanakan, murah, dapat dilakukan pada
populasi besar dan dapat menekan terjadinya tangkar dalam. Kelemahannya adalah
memerlukan tempat penanaman yang terpisah dari populasi lain dan kemajuan seleksi
tergolong rendah.

Diharapkan dengan seleksi massa diperoleh populasi keturunan dengan frekuensi


gen yang dikehendaki lebih besar. Oleh karena itu, efisiensi seleksi tergantung dari
kecermatan menilai fenotipe agar juga mencerminkan nilai genotipe. Penilaian akan lebih
mudah dilakukan apabila ditinjau dari karakter kualitatif karena penampakan fenotipe juga
merupakan nilai genotipe. Dengan demikian, seleksi massa efektif untuk tujuan
peningkatan karakter kualitatif seperti warna biji, tinggi tanaman, ukuran tongkol, letak
tongkol, kemasakan dan kandungan minyak, serta protein. Sebaliknya akan menjadi
kurang efektif untuk karakter kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen. Seleksi
massa sesuai untuk karakter dengan heretabilitas tinggi, tetapi tidak sesuai untuk karakter
dengan heretabilitas rendah.

Upanya meningkatkan efisiensi seleksi massa, misalnya pada produksi tanaman


jagung. Teknik yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.

1. Seleksi hanya pada karakter penting.


2. Petak seleksi dibatasi 1/6-1/2 ha dan pemeliharaan seseragam mungkin agar dapat
memperkecil keragaman lingkungan.
3. Petak seleksi dibagi menjadi sub plot yang hanya berisi kurang lebih 4 baris dan
masing-masing baris hanya 10 tanaman. Seleksi sebesar 10% sehingga tiap sub plot
dipilih empat tanaman terbaik. Pemabgian petak tersebut dimaksudkan untuk
memperkecil keragaman lingkungan mikro pada produksi individu tanaman sehingga
meningkatkan heretabilitas.
B. Seleksi Barisan Satu Tongkol (Ear To Row Selection)
Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain disebut
head-to-row, yakni satu malai satu baris. “Bagan pemuliaan half sib selection” awalnya
dirancang oleh Hopkins (1899). Dalam Dahlan (1994) di Universitas Illinois untuk
menyeleksi presetase kandungan minyak dan protein yang tinggi maupun yang rendah
pada jagung. Bagan seleksi ini merupakn modifikasi dari seleksi massa yang
menggunakan pengujian keturunan (progeny test) dari tanaman yang terseleksi, untuk
membantu/memperlancar seleksi yang didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman.
Langkah – langkah pelaksanaan seleksi ear-to-row :
1. Musim I
Seleks individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari populasi yang
beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap tananan bijinya dipanen
terpisah.
2. Musim II
Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-barisan
keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap individu fenotip
tanaman yang terbaik pada baris keturunan dengan membandingkan baris-baris
keturunan
3. Musim III
Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk ditanam di
tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak.
Dalam pencampuran tersebut diseleksi lagi fenotip-fenotip individu tanaman yang
baik untuk diteruskan ke siklus berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris keturunan
adalah saudara tiri (half sibs), dengan demikian metode ini memasukkan pengujian
tanpa ulangan dari keturunan-keturunan bersari bebas dari tanaman terpilih. Karena
kita memilih satu tongkol satu baris, maka kelemahannya adalah kemungkinan
terjadinya inbreeding cukup besar. Karena satu tongkol menjadi satu baris yang dalam
baris itu merupakan satu famili. Timbulnya inbreeding ini mengurangi kemajuan
genetik pada proses seleksinya.
C. Seleksi Berulang (Recruitment Selection)

Dalam recurrent selections, genotipe-genotipe dan keturunan hasil selfing


diseleksi dan hasil seleksi dilakukan intercross (persilangan antar genotipe terpilih) dalam
semua kombinasi persilangan yang mungkin terjadi untuk menghasilkan populasi baru
guna seleksi selanjutnya. Prosedur ini sangat membantu dalam mempertahankan frekuensi
gen dan genotipe yang terpilih. Sikius seleksi berulang-ulang dapat dibuat selama
menguntungkan dalam perbaikan sifat-sifat yang dikehendaki.

Genotipe-genotipe yang digunakan sebagai tetua untuk generasi berikutnya dalam


recurrent selection dipilih dengan pertolongon melalui progeny test (uji keturunan) apabila
sifat-sifat yang diseleksi sulit untuk dievoluasi dengan dasar kenampakan sotu tanaman
tunggal, seperti misalnya daya hash tanaman. Progeny test tidak diperlukan abila seleksi
dilakukan untuk sifat-sifat tanoman yang mudah diidentifikasi dengan ngomaton secara
visual atau dengan tes sederhana bendasankan tanaman tunggal yang diuji dapat benupa
hash selfing, half-sib (saudara tiri seibu atau saudara tiri) atau full-sib (saudara kandung).

D. Seleksi Berulang Fenotipa

Seleksi berulang fenotip adalah seleksi dari generasi ke generasi dengan diselingi
oleh persilangan antara tanaman-tanaman terseleksi agar terjadi rekombinasi.

Tujuan : Mencari individu–individu yang baik pada setiap siklus seleksi dan
dengan perkawinan acak di dalam individu–individu baik tersebut.

Persyaratan :

a. Cara pemotongan populasi dasar berdasarkan fenotipe individu tanaman

b. Terdapat kontrol penuh terhadap persilangan

c. Model peran gen dalam populasi aditif

d. Tipe uji keturunan tanpa uji keturunan

e. Varietas komersiil yang akan dibentuk varietas menyerbuk terbuka.

Kelebihan :
a. Metode ini bermanfaat untuk sifat dengan heritabilitas tinggi, seperti : kadar
minyak dan protein
b. Bisa merakit varietas hibrida
Prosedur
a. Masing – masing tanaman terseleksi dilakukan kawin sendiri (selfing)
b. Tanaman terseleksi ditanam dalam baris, kemudia dilakukan saling-silang
(intercross)
c. Memasuki siklus kedua, keturunan dari siklus pertama dilakukan seleksi dan
kawin sendiri kembali
d. Demikian seterusnya

E. Seleksi Berulang Untuk Daya Gabung Umum

Daya Gabung Umum (DGU) = General Combining Ability (GCA) = Kemampuan


suatu genotipa menunjukkan kemampuan rata-rata keturunan bila disilangkan dengan
sejumlah genotipa lain yang dikombinasikan, dapat dimasukkan persilangan sendiri
genotipa itu.

Karakteristik seleksi berulang DGU :

a. Didasarkan pada penampilan fenotipe keturunan untuk evaluasi genotipa


b. Terdapat kontrol persilangan
c. Terdapat uji keturunan di mana tetua penguji memiliki keragaman genetik yang
luas (varietas berserbuk terbuka, var. hibrida ganda)
d. Penguji harus memiliki sifat yang tidak menonjol untuk karakter yang diperbaiki
e. Hasil : varietas sintetis, galur-galur potensial

A. Prosedur Seleksi Berulang Untuk DGU

1. Pada generasi pertama (G1) menanam populasi dasar dan membuat sejumlah
penyerbukan sendiri sehingga dihasilkan sejumlah populasi S1
2. Pada generasi ke dua (G2), sebagian biji dari galur-galur S1 ditanam terpisah
dalam baris-baris dan sisa bijinya disimpan. Di samping itu juga ditanam populasi
tetua penguji
3. Diadakan sejumlah persilangan antara galur- galur S1 tersebut dengan tetua
penguji
4. Biji hasil persilangan pada generasi ke dua ditanam dengan ulangan secukupnya
(untuk uji keturunan)
5. Pada generasi ke tiga (G 3) diadakan pemilihan galur S1 berdasarkan uji
keturunannya. Galur S1 yang menghasilkan keturunan yang baik dipilih untuk
diteruskan pada generasi berikutnya
6. Pada generasi ke empat (G 4), sisa biji galur S1 terpilih dicampur dan ditanam.
Populasi ini dibiarkan kawin acak, sehingga terjadi rekombinasi.
7. Biji hasil kawin acak ini dicampur untuk digunakan pada siklus berikutnya
F. Seleksi Berulang Untuk Daya Gabung Khusus

Prosedur seleksi ini sama dengan seleksi untuk Daya Gabung umum.
Perbedaannya terletak pada tanaman pengujinya (Tester). Pada seleksi untuk DGK
dipergunakan galur murni atau keturunan persilangan dua galur murni (hibrida). Tujuan
dari DGK ini adalah mencari kombinasi yang khas dan memperlihatkan perbaikan terbesar
dari suatu populasi. Galur murni-galur murni yang lebih baik dapat diturunkan dari
populasi tersebut.

Ciri program ini adalah terjadinya peningkatan produksi tanaman keturunan dari
populasi dengan penguji Program ini bermaksud untuk meningkatkan keturunan melalui
uji DGK atau untuk memperoleh suatu populasi yang lebih baik sebagai bahan dalam
seleksi galur-galur murni dengan daya gabung khusus tinggi. Program ini diharapkan lebih
efektif dibanding seleksi berulang untuk DGU dalam memperoleh tanggap seleksi untuk
karakter produksi. Namun pada beberapa penelitian tanaman jagung menunjukkan bahwa
apabila ragam aditif dua kali lipat dari ragam dominan maka seleksi untuk daya gabung
umum lebih efektif.

Varietas penguji-memiliki variabilitas genetik yang sempit galur murni, hibrida silang
tunggal

Varietas yang dihasilkan : hibrida tunggal, ganda

G. Seleksi Berulang Untuk Respirok

Seleksi ini berdasarkan uji keturunan untuk mengevaluasi galur, berdasarkan DGU
(Daya Gabung Umum) dan DGK (Daya Gabung Khusus).

Daya gabung dapat diartikan sebagai kemampuan genotipe untuk memindahkan


sifat yang diinginkan kepada keturunannya. Terdapat dua macam daya gabung yakni Daya
Gabung Umum (DGU) dan Daya Gabung Khusus (DGK). Melalui persilangan dialel
lengkap, akan dihasilkan informasi mengenai ukuran penampilan rata-rata tetua (DGU)
dan informasi mengenai penampilan keturunan dari hasil kombinasi persilangan (DGK).

Seleksi berulang untuk DGU memanfaatkan adanya ragam aditif, sedang seleksi
berulang untuk DGK memanfaatkan ragam dominan.

Oleh karena itu, seleksi berulang resiprok menyeleksi sekaligus untuk DGU dan
DGK, guna meminimalkan kelemah dua metode seleksi tersebut di atas.
Program seleksi berulang resiprok menggunakan dua populasi heterogen dan
heterozigot, yang masing-masing digunakan baik sebagai populasi bahan seleksi maupun
penguji.

Misalnya digunakan populasi A dan B. Apabila populasi A dijadikan bahan


seleksi maka populasi B sebagai penguji (tester). Sebaliknya bila B sebagai bahan seleksi
maka A sebagai penguji (tester). Proses seleksi ini untuk kedua populasi ini berjalan
bersamaan.
BAB V

TANGGAP TERHADAP SELEKSI

Pada umumnya kemajuan seleksi adalah linier, terutama kalau ditinjau dari kemajuan jangka
pendek. Kemajuan yang cepat pada generasi permulaan (seperti seleksi terhadap tinggi tanaman)
menunjukkan suatu perubahan yang besar dari frekuensi mayor gen. jadi pada populasi dasar
dengan frekuensi alel yang agak rendah, telah memberikan kemajuan seleksi yang cukup besar
oleh seleksi. Pada saat-saa frekuensi gen mendekati fiksasi, jauh lebih sulit untuk mendapatkan
kemajuan yang cukup besar. Apalagi bila dibandingkan dengan keadaan dimana frekuensi alel
berkenan masih sekitar pertengahan, mungkin memperlihatkan penurunan kemajuan seleksi.

A. Tanggap terhadap seleksi jangka pendek


Awalnya seleksi dapat menghasilkan respon tinggi karena populasi bahan seleksi biasanya
sangat beragam atau diusahakan sangat beragam. Apabila seleksi selanjutnya pada generasi-
generasi berurutan maka ragam populasinya menjadi kecil sehingga kemajuan seleksi menjadi
lambat yang berarti kemajuan seleksi relatif rendah.
Berdasarkan hasil penelitian Gardner (1968) pada tanaman jagung varietas “Golden
Mays” yang diseleksi selama 10 generasi menunjukkan peningkatan tanggap seleksi secara
linier. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : pada masing-masing generasi setelah generasi
pertama, diseleksi sekelompok tanaman dengan proporsi sama yang berarti nilai diferensial
(S) kurang lebih sama pula. Akibatnya adalah nilai kemajuan (R) diharapkan sama pada
beberapa generasi berurutan. Dengan demikian rata-rata populasi hasil seleksi akan meningkat
secara linier.

B. Tanggap terhadap seleksi jangka panjang


Studi tentang seleksi jangka panjang telah dilaksanakan untuk beberapa karakter tanaman
jagung. Seleksi ini berlangsung selama 30 atau lebih generasi. Contoh klasik adalah penelitian
kebun percobaan di Illinois (Amerika Serikat) tentang seleksi untuk karakter kualitatif yakni
kandungan minyak dan protein tanaman jagung. Dari hasil seleksi selama 50 generasi
menunjukkan bahwa kemajuan berjalan lambat, bahkan untuk kadar protein menunjukkan
naik turunnya tanggap seleksi cukup mencolok, walaupun secara keseluruhannya
memperlihatkan kecenderungan naik.
Seleksi jangka panjang untuk karakter kuantitatif, terutama produksi, menunjukkan
tanggap yang lebih unik. Berdasarkan penelitian-penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa
tanggap seleksi pada awalnya menunjukkan nilai yang menyolok, namun selanjutnya terjadi
tanggap mendatar atau naik-turun yang tidak menyolok. Studi tentang seleksi jangka panjang
dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Seleksi memperlihatkan peningkatan menyolok selama bahan seleksi mempunyai
keragaman tinggi.
b. Apabila seleksi berlanjut akan menghasilkan tanaman-tanaman yang mempunyai
persamaan tidak hanya fenotip namun juga genotipenya sehingga persilangan antara
mereka dapat dokategorikan silang dalam.
c. Seleksi alam dapat menentang seleksi buatan dan apabila menentangnya lebih kuat akan
menurunkan rata-rata populasi keturunannya.

Saran yang perlu diperhatikan dengan kaitannya dengan seleksi dan kemajuan seleksi
adalah sebagai berikut.

a. Keragaman populasi perlu diperhatikan sebelum memulai seleksi.


b. Keragaman populasi dapat diciptakan melalui persilangan antargenotipe berbeda.
c. Program seleksi hanya berlangsung dalam jangka pendek.
d. Pada tanaman menyerbuk silang, walaupun intensitas seleksi dapat meningkatkan
kemajuan, namun pada tingkat terlalu tinggi dapat menghasilkan tanaman-tanaman yang
mempunyai kesamaan genotipe sehingga meningkatkan jumlah gen homozigot pada
keturunannya. Dengan demikian, dapat menyebabkan tekanan tangkar dalam.
BAB VI

VARIETAS HIBRIDA

HETEROSIS
Heterosis merupakan perubahan bentuk turunan hasil persilangan namun,
bentuknya berbeda sama sekali dengan leluhurnya. Heterosis merupakan
penyimpangan dari dua sifat baik dari sifat orang tuanya. Penyimpangan yang terjadi
justru mengarah pada sifat yang buruk. Hal tersebut sangat berbeda dengan sistem
kultur anter maupun hibrida yang digunakan untuk mendapatkan hasil benih tanaman
yang baik.

Beberapa hasil persilangan yang bersfiat heterosis mempunyai kelebihan dalam


postur, perkembangan yang cepat, juga lebih tahan terhadap penyakit dari pada
tetuanya. Heterosi merupakan fenomena lain dari yang mempunyai efek terbaik dari
inbreeding depression. Persilangan heterosis yang terjadi antara tetua dapat dikatan
sebagai penyimpangan keturunan tetuanya. Heterosi dari para tetua terbaik juga dapat
dikatan sebagai penurunan tampilan dari tetua yang paling awal. Hasil heterosis
terkadang dapat membuat vigor tanaman lebih kuat, perubahan inilah yang biasanya
digunakan sebagai kultivar hibrida. Heterosis yang terjadi membuat kultivar hibrida
mempunyai keunggulan dalam hal reproduksi dibanding dengan hasil kultivar galur
murni atau kultivar biasa. Dari hasil penelitian juga mengatakan demikian, bahwa
kultur hibrida lebih unggul dibanding induknya baik dari tingginya ataupun jumlah
biakan. Heterosis seperti ini sangat berguna terutama dalam hal meningkatkan hasil.
Beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu tanaman yang tidak tinggi dan
peranakannya sangat membutuhkan banyak perawatan. Perawatan ini untuk
menstimulasi kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh anakan. Oleh karena itu,
penyiangan dan pemupukan harus selalu dilakukan agar tanaman dapat tumbuh
optimal.
Penger tian Heter osis
Heterosis dapat disebut juga sebagai hybrid. Dalam pengertian yang lebih luas,
heterosis adalah perbedaan hasil keturunan oleh satu persilangan dari tetuanya. pada
Heterosis tidak berdasarkan pada bergabungnya dua sifat baik dari tetuanya pada
waktu persilangan. Heterosis merupakan penyimpangan dari penggabungan sifat baik
dari para tetuanya. Contoh yang paling mudah adalah jagung hibrida. Penyimpangan
yang terjadi pada jagung hibrida berkarakter positif, ini didasari pada penampilangan
yang hibrida yang lebih dari tetuanya.

Karakter positif dapat terlihat dari perkembangan vigor tanaman yang besar. Ketika
heterosis menunjukkan karakter positif, dapat dikatakan sebagai hybrid vigor. Hasil
persilangan heterosis mempunyai beberapa keunggulan yaitu tahan penyakit, cepat
tumbuh, dan mempunyai fertilitas tinggi. Sehingga wajar apabila heterosis bisa
dikatakan sebagai kebaikan atau keunggulan dari inbreeding depression.

Penyebab Ter jadinya Heter osis


Terjadinya heterosis tidak bisa terjadi tanpa sebab atau pemicu. Beberapa teori
dikemukakan untuk memahami ikhwal terjadinya heterosis atau penyimpangan.
Namun, penyebab paling umum yang diketahui adalah keadaan genetis yang berubah.
o Heterosis sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya spesies yang
homozigot resesif sehingga homozigot yang dominan tidak mempunyai pasangan
pada waktu persilangan.
o Heterosis sangat tergantung dengan gen yang homozigot, baik itu yang
dominan maupun resesif. Akan tetapi, homozigot kali dominan dari heterozigot
sehingga terjadi heterosis.
o Gen sangat bergantung dengan interaksi espitatik yang bukan merupakan
pasangan gen alelik.
Macam-Macam Heter osis pada Tanaman
Dalam lingkup ilmu bercocok tanam, heterosis dibedakan berdasarkan tujuannya.
Tujuan ini dihitung sebagai keberhasilan dalam mengembangkan tanaman menjadi
heterosis.
o Heterosis antara tetua
Heterosis diantara tetua dapat dikatakan sebagai penyimpangan tampilan dari
keturnan F1 dari para tetuanya,
o Heterosis tetua terbaik
Heterosis tetua terbaik dapat dikatan sebagai selisih tampilan dari keturunan F1 dari
tetua yang mempunyai tampilan lebih baik. Keadaan seperti ini sering disebut dengan
heterobilitiosis.
o Heterosis standar
Heterosis standar berfungsi sebagai penguji tampilan dan perbandingan dengan
varietas standar yaang didasarkan pada tampilan hibrida.
LANGKAH PEMBUATAN VARIETAS HIBRIDA
Tanaman hibrida merupakan tanaman yang mudah beradaptasi terhadap lingkungan
maupun iklim. Tanaman hibrida juga akan tahan terhadap berbagai jenis hama dan
tanaman yang mengganggu. Keunggulan lain dari tanaman hibrida adalah hasil yang
didapatkan lebih tinggi dari jenis lainnya.
Tanaman hibrida adalah jenis generasi pertanama tanaman yang diperoleh dari
persilangan tanaman yang berbeda jenis. Tanaman hibrida kemudian dikembangkan
lagi hingga tercipta varietas hibrida yang biasa digunakan sebagai benih tanaman.
Dalam pengertian lain, hibrida merupakan hasil persilangan antara dua jenis tanaman
dalam satu keluarga baik secara alami maupun buatan.
Persilangan ini dimaksudkan agar sifat-sifat unggulan dari keluarga akan terbawa,
terutama dari masing-masing indukkannya, proses pembuatan tanaman hibrida tidak
sebentar dan kadang diwarnai banyak kegagalan. Kegagalan biasanya disebabkan
kemampuan oleh adaptasi terhadap median tanaman maupun iklim.
o Pengertian Hibrida
Sesuai dengan penjelasan diatas, tanaman hibrida merupakan hasil dari persilangan
indukan dalam satu marga untuk memunculkan sifat-sifat unggulan, seperti ketahanan
terhadap suatu jenis penyakit tertentu, hasil produksi yang melimpah, dan tanaman
yang kuat. Selain itu, tujuan pembentukan tanaman hibrida adalah untuk
menghasilkan populasi yang superior, juga perbaikan terhadap kualitas populasi
suatu tanaman.
o Langkah Pembentukan Varietas Hibrida
Untuk menghasilkan tanaman hibrida dapat dilakukan dengan berbagai cara. Satu
cara dengan cara yang lan akan menghasilkan tanaman hibrida yang tidak identik.
Berikut merupakan beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan
varietas hibrida :
1. Membentuk galur inbrida dengan melakukan persilangan
2. Melakukan pengujian daya gabung dengan menentukan kombinasi varietas hibrida.
3. Membuat persilangan antara pasangan galur murni yang tidak mempunyai
hubungan kerabat.
Galur murni umurnya diperoleh dari tanaman yang homozigot atau yang melalui
penyerbukan sendiri. Galur murni dapat terjadi jika persilangan antara varietas
menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya. galur murni terjadi dari
penyerbukan sendiri serta dapat menurunkan vigor dan terjadi segreasi. Kelemahan
lain dari hasil penyerbukan sendiri seperti tanaman tidak tinggi, rentan terhadap
penyakit dan berbagai sifat lemah lainnya. Istilah dikenal inbreeding depression.
1. Hibrida silang tunggal
Jenis pembentukan dihasilkan dari dua persilangan galur muni yang tidak
mempunyai hubungan kekerabatan diantara keduanya. Silang tunggal yang
diterapkan akan mengembalikan produktivitas yang hilang dan mendapatkan vigor
kembali. Efeknya tanaman akan lebih produktif dari tetuanya. keunggulan hibrida
silang tunggal yaitu mempunyai hasil yang tinggi dan hasil yang lebih merata
dibandingkan jenis hibrida yang lain.
2. Hibrida silang ganda
Silang ganda membutuhkan empat galur murni yang tidak memiliki kekerabatan
diantaranya. Hibrida silang ganda merupakan persilangan antara dua silang tunggal.
Proses ini dilakukan dengan cara menyilangkan ganda tiap galur. Bibit hibrida silang
ganda akan diperoleh dari tanaman silang tunggal yang disilang dengan silang tunggal
kedua.
3. Hibrida silang tiga
Hibrida jenis ini dihasilkan dari silang tunggal dengan galur murni. Galur murni yang
digunakan tidak boleh mempunyai hubungan dan harus berbeda secara genetic juga
penampilan.
Perbedaannya dengan silang tunggal adalah ketiga galur yang digunakan tidak
memiliki kesamaan.

PERHITUNGAN VARIETAS HIBRIDA


(luas lahan/jarak tanam) x (100/daya tumbuh) x jumlah tan per lubang x (berat 1000
benih/1000)
Keterangan :
Perhitungan luas atau panjang harus menggunakan satuan yang sama (misalnya satuan
hektare dan cm, perlu dikonversi menjadi meter).
Jarak tanam = cm (dikonversi cm menjadi menjadi meter dengan dibagi 100).
Luas lahan dan jarak tanam maka dihasilkan jumlah titik tanam.

Persentase seleksi heterosis tinggi tanaman Chrg VS stk 240

Keterangan : P2 = tetua terbaik ( hight parent) 113,6 cm

P1 = tetua terjelek ( low parent ) 114,5 cm

Mid parent = 114,05 cm

F1 = Chrg VS stk 240 adalah 103 cm

Heterobelitas ( hight parent ) = x 100%

= 9,33 %

Heterosis terhadap ( mid parent ) = x 100%

= 9,68 %
Heterosis terhadap ( low parent ) = x 100%

= 10,04 %

Kesimpulan : tinggi tanaman hasil persilangan F1 lebih tinggi dari hight parent,mid parent dan
low parent masing-masing sebesar 9,33% 9,68% dan 10,04%

1. Perhitungan seleksi heterosis jumlah anakan Chrg VS stk 240

Keterangan : P2 = tetua terbaik ( hight parent) 137

P1 = tetua terjelek ( low parent ) 88

Mid parent = 112,5

F1 = Chrg VS stk 240 adalah 116

Heterobelitas ( hight parent ) = x 100%

= 15,32 %

Heterosis terhadap ( mid parent ) = x 100%

= 3,11%

Heterosis terhadap ( low parent ) = x 100%

= 31,81%

Kesimpulan : jumlah anakan hasil persilangan F1 lebih tinggi dari hight parent,mid parent dan
low parent masing-masing sebesar 15,32% 3,11% dan 31,81%

2. Perhitungan seleksi heterosis tinggi tanaman Stbg VS stk 240

Keterangan : P2 = tetua terbaik ( hight parent) 94,5cm

P1 = tetua terjelek ( low parent ) 113,6 cm

Mid parent = 104,05 cm

F1 = Stbg VS stk 240 adalah 100,5 cm

Heterobelitas ( hight parent ) = x 100%

= 6,34 %
Heterosis terhadap ( mid parent ) = x 100%

= 3,41 %

Heterosis terhadap ( low parent ) = x 100%

= 11,53%

Kesimpulan : tinggi tanaman hasil persilangan F1 lebih tinggi dari hight parent,mid parent dan
low parent masing-masing sebesar 6,34% 3,41% dan 11,53%

3. Perhitungan seleksi heterosis jumlah anakan Stbg VS stk 240

Keterangan : P2 = tetua terbaik ( hight parent) 146

P1 = tetua terjelek ( low parent ) 88

Mid parent = 117

F1 = Stbg VS stk 240 adalah 155

Heterobelitas ( hight parent ) = x 100%

= 6,16 %

Heterosis terhadap ( mid parent ) = x 100%

= 32,47%

Heterosis terhadap ( low parent ) = x 100%

= 76,13%

Kesimpulan : jumlah anakan hasil persilangan F1 lebih tinggi dari hight parent,mid parent dan
low parent masing-masing sebesar 6,16% 32,47% dan 76,13%.
KESIMPULAN

Genetika adalah sifat keturunan (hereditas) serta segala seluk beluknya secara ilmiah.
Dalam ilmu genetika terdapat hukum yang d sebut hukum mendel yaitu Hukum Mendell I/Hukum
Pemisahan Bebas yang berlaku untuk persilangan monohibrid dan Hukum Mendell II/Hukum
Berpasangan Bebas berlaku untuk persilangan dihibrid. Pada hukum mendel terdapat hipotesisi-
hipotesis yang mengarah pada hukum mendel misalanya Tiap sifat organisma hidup dikendalikan
oleh sepasang "faktor keturunan", Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif
sesamanya, kedua bentuk alternatif disebut pasangan alela. Sifat keturunan pada persilangan ini
tergantung oleh sifat kromosom gen. Ada dua macam kromososm yang masing-masing akan
berpasangan satu sama lain yaitu autosom (kromosom tubuh) dan gonosom (kromososm kelamin).
Jika pada kromosom gen terjadi peristiwa memisah bersama-sama peristiwa ini disebut LINKAGE
(PAUTAN).Ada kalanya kromosom yang memisah tidak membawa seluruh gen yang dimiliki
tetapi hanya sebagian saja yang terbawa sedangkan sisanya dipenuhi oleh kromosom pasangannya.
Peristiwa ini disebut CROSSING-OVER(PINDAH SILANG).

Populasi dasar merupakan campuran varietas unggul, hibrida dan galur (untuk galur boleh
ada boleh tidak) Setiap dicampur terjadi persilangan terbuka kemudian diseleksi melalui seleksi
massa. Contohnya adalah :

 Hibrida

Masalah : persilangan dan saat mencari galur penghasil benihnya. Benih yang
dihasilkan sedikit, usaha – usaha persilangan galur dengan varietas.

 Sintetis (Ideal Type)

Sama dengan campuran galur merupakan peluang dengan melakukan penyerbukan


silang galur dicampur terjadi persilangan biji berubah seleksi massa varietas sintetis.

Tanggap terhadap seleksi jangka pendek yaitu pada masing-masing generasi setelah
generasi pertama, diseleksi sekelompok tanaman dengan proporsi sama yang berarti nilai
diferensial (S) kurang lebih sama pula. Akibatnya adalah nilai kemajuan (R) diharapkan sama pada
beberapa generasi berurutan. Dengan demikian rata-rata populasi hasil seleksi akan meningkat
secara linier.
Tanggap terhadap seleksi jangka panjang sebagai berikut.

 Seleksi memperlihatkan peningkatan menyolok selama bahan seleksi mempunyai


keragaman tinggi.
 Apabila seleksi berlanjut akan menghasilkan tanaman-tanaman yang mempunyai
persamaan tidak hanya fenotip namun juga genotipenya sehingga persilangan antara
mereka dapat dokategorikan silang dalam.
 Seleksi alam dapat menentang seleksi buatan dan apabila menentangnya lebih kuat akan
menurunkan rata-rata populasi keturunannya.

Heterosis merupakan perubahan bentuk turunan hasil persilangan namun, bentuknya


berbeda sama sekali dengan leluhurnya. Heterosis merupakan penyimpangan dari dua sifat
baik dari sifat orang tuanya. Penyimpangan yang terjadi justru mengarah pada sifat yang
buruk. Hal tersebut sangat berbeda dengan sistem kultur anter maupun hibrida yang
digunakan untuk mendapatkan hasil benih tanaman yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fathurrahman. 2013. Genetika. http://fathurrahmankidbuu.blogspot.com. Di unduh tanggal 21


September 2014.
Nelly Wedya. 2010. Pengenalan Materi Genetika. http://nellywedya.wordpress.com. Di unduh
tanggal 21 September 2014.

Wikipedia. 15 Juli 2014. Genetika. http://id.wikipedia.org. Di unduh tanggal 21 September 2014.

Anonimus, 2012 “ Sintesis Protein Replikasi DNA Transkripsi Kode


Genetik ”, http://perpustakaan.or.id/2012/10/16/sintesis-protein-replikasi-dna-transkripsi-kode-
genetik/, Senin 25 Maret 2013, 16:17s
Syukur dkk. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Acquaah, George. Principles of Plant Genetics and Breeding. Australia : Blackwell Publishing.

Anda mungkin juga menyukai