Raditya Karuna L
PENDAHULUAN
Berdasarkan ilmu tentang pewarisan sifat yang kita ketahui selama ini, dikatakan bahwa
seorang anak mewarisi baik sifat maupun fisik orang tua mereka. Tetapi seiring berjalannya
waktu dan perkembangan teknologi dapat diketahui bahwa tidak semua orang tua yang normal
pasti akan memiliki anak yang normal pula. Contohnya adalah sepasang suami istri yang normal
memiliki empat orang anak, anak pertama dan kedua mengalami bisu tuli sedangkan anak yang
ketiga dan keempat terlahir normal. Jadi apakah ilmu tentang pewarisan sifat selama ini yang
1
kita ketahui salah? Sebenarnya tidak sepenuhnya salah, karena mungkin saja salah satu nenek
moyang dari sepasang suami istri tersebut ada yang mengalami bisu tuli, sehingga terwarisi dan
menimpah anak mereka. Melalui makalah ini penulis akan membahas tentang pewarisan sifat
pada orang tua normal yang melahirkan anak yang bisu tuli.
Asal kejadian genetika modern dimulai di kebun sebuah biara, di mana seorang biarawan
yang bernama Gregor Mendel mencatat sebuah mekanisme penurunan sifat partikulat, yaitu
(gen) yang secara kekal diwariskan dari induk kepada keturunnannya melalui hukum pemisahan.
Teori ini dibangun Mendel melalui pengamatan terhadap persilangan tanaman kacang kapri.
Hukum Mendel pada prinsipnya terdiri dari dua rumusan, yaitu hukum I Mendel dan hukum II
Mendel.1
Hukum I Mendel, merupakan hukum tentang pewarisan sifat. Hukum I Mendel dikenal
dengan Segregation of Alletic Genes, yang artinya hukum segregasi atau pemisahan secara
bebas. Hukum I Mendel disebut juga hukum pembentukan gamet dengan satu sifat beda
(monohybrid). Hukum ini mengungkapkan bahwa dua alel yang mengatur sifat tertentu akan
terpisah pada dua gamet yang berbeda. Misalnya warna bunga adalah karakter tanaman yang
diamati. Mendel melihat ada dua sifat dari karakter warna bunga tanaman kacang kapri, yaitu
warna ungu dan warna putih. Bila tanaman kacang kapro berbungan ungu disilangkan dengan
tanaman kacang kapri berbunga putih, maka generasi anakan meraka dalah 100% tanaman
berbunga ungu. Namun, bila tanaman berbungan ungu hasil oersilangan itu dikawinkan tanaman
keturunannya menunjukkan 75% tanaman berbunga ungu dan 25% tanaman berbunga putih.1,2
2
Hukum II Mendel, pengelompokan gen secara bebas atau asortasi. Dalam peristiwa
pembentukan gamet, alel mengadakan kombinasi secara bebas sehingga sifat yang muncul dalam
keturunannya bernaeka ragam. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan dua sifat beda
(dihybrid) atau lebih. Misalnya persilangan antara tanaman kacang kapri berbji bulat dan
berwarna kungin dengan tanaman kcang kapri berbiji keriput dan berwarna hijau. Ternyata, hasil
persilangan adalah 100% anakan berbiji bulat dan berwarna kuning. Selanjutnya, jika tanaman
hasil persilangan ini dikawinkan sesamanya, terjadilah hasil perkawinan sebagai berikut: 9/16
bagian = biji bulat kuning, 3/16 bagian = biji bulat hijau, 3/16 bagian = biji keriput kuning, 1/16
1. Faktor Fenotipe (faktor yang tampak dari luar), seperti higung mancung,
rambut keriting, warna kulit putih, dagu membelah, rasa buah manis, dan
Sifat- sifat suatu individu diwariskan dari induk kepada keturunannya melalui gen yang
ada di dalam kromosom. Kromosom terdiri atas sentromer dan lengan kromosom. Lengan
kromosom merupakan bagian kromosom yang mengandung gen, setiap kromosom memiliki satu
atau dua lengan. Setiap lengan kromosom, terdapat benang halus yang terpilin. Benang-benang
halus tersebut dikenal dengan kromatin. Benang-benang kromatin merupakan untaian DNA yang
berpilin dengan protein histon. Setiap sel tubuh makhluk hidup memiliki kromosom yang
terdapat di dalam inti sel. Kromosom dibedakan menjadi dua macam yaitu:
3
Autosom, disebut juga kromosom biasa atau kromosom tubuh. Autosom tidak
menentukan jenis kelamin organisme. Pada manusia dengan jumlah kromosom sel somatic 46
autosom dilambangkan dengan huruf A sehingga penulisan autosom sel somatic manusia adalah
Gonosom, disebut juga kromosom kelamin atau kromosom seks. Gonosom dapat
menentukan jenis kelamin makhluk hidup. Jumlahnya sepasang pada sel somatic. Pada manusia
dengan jumlah kromosom sel somatic 46 buah, terdapat 44 autosom dan 2 gonosom. Terdapat 2
jenis gonosom, yaitu X dan Y. Umumnya pada makhluk hidup, gonosom X menentukan jenis
kelamin betina dan gonosom Y menentukan jenis kelamin jantan. Susunan gonosom wanita XX
dan gonosom pria XY. Oleh karena itu, penulisan kromosom sel somatic (2n) adalah 44A + XY
(pria) atau 44A + XX (wanita). Adapun untuk sel gamet (n) adalah 22A + X atau 22A + Y.4,5
DNA pada kromosom berperan sebagai penyimpanan utama informasi genetic di dalam
sel. Masing-masing heliks pada DNA berperan sebagai sebuah cetakan untuk replikasinya
sendiri. Aktivitas tersebut mendahului semua pembelahan sel, dan karenanya replikasi merupaan
cara informasi genetic ditransmisikan atau diwariskan, pada generasi baru sel. Semua molekul
RNA selular disintesis dari cetakan DNA dalam sebuah proses yang disebut transkripsi. Dalam
sebuah unit transkripsional, hanya satu untai DNA yang berperan sebagai cetakan bagi sintesis
molekul-molekul RNA. Unit-unit transkripsional DNA yang berbeda bisa berada pada untai
DNA yang sama ataupun yang berbeda. Gen-gen disebut aktif, atau terekspresi, jika
ditranskripsikan menjadi RNA. Protein-protein disintesis dari cetakan mRNA melalui suatu
proses yang disebut translasi. Aliran informasi genetuk yang digeneralisasi tersebut, dari DNA
4
Penyakit yang di Sebabkan oleh Kelainan Autosom
Penyakit Dominan Autosom, hanya jika satu anggota dari pasangan gen yang
menentukan fenotipe, gen tersebut dianggap dominan. Pembawa suatu gen yang menyebabkan
penyakit dominan autosom memilki kemungkinan 50 persen mewariskan gen tersebut pada
setiap kali konsepsi. Faktor-faktor yang memengaruhi fenotipe akhir pada individu yang
mengidap penyakit dominan autosom adalah penetrasi, ekspresivitas, dan antisipasi. Penyakit
Penyakit resesif autosom, mensyaratkan bahwa kedua salinan gen harus abnormal.
Heterozigot atau pembawa sifat (karier) yang hanya memiliki satu gen abnormal mungkin
mengalami sebagian perubahan fenotipe, tetapi hanya orang yang memliki kedua salinan gen
tersebut (homozigot) yang mengidap penyakit. Banyak penyakit defisiensi enzim adalah
penyakit resesif autosom. Satu pasangan yang anaknya mengidap suatu penyakit resesif autosom
memiliki risiko rekurensi 25 persen pada setiap konsepsi. Kemungkinan saudara kandung normal
dari seorang anak yang terkena sebagai pembawa gen terkait adalah dua dati tiga-1/4 anak akan
homozigot normal, 2/4 heterozigot pembawa, dan akan homozigot abnormal. Karena gen-gen
penyebab penyakit resesif autosom yang jarang memiliki prevalensi rendah dalam populasi
umum, kemungkinan pasangan adalah pembawa gen terkait rendah kecuali pasangan tersebut
memiliki hubungan darah. Penyakit terangkai autosom resesif terdiri dari Albinisme,
Diagram Silsilah
5
Prediksi kemungkinan penurunan suatu gen dapat dilakukan dengan melihat diagram
silislah yang memperlihatkan hubungan genetic antar generasi. Diagram silsilah dapat membantu
mengindetifikasi apakah gen tersebut dibawa dalam kromosom seks (X atau Y) atau autosom
(kromosom non-seks). Diagram ini juga dapat menunjukkan apakah gen tersebut bersifat
dominan atau resesif dan apakah seseorang dapat menjadi pembawa gen (karier) resesif yang
Pembahasan Kasus
Berdasarkan scenario yang saya bahas dimana sepasang suami istri normal yang memiliki
empat orang anak dimana anak pertama dan kedua menderita bisu tuli sedangkan anak ketiga dan
keempat normal. Telah kita ketahui bahwa pewarisan sifat seseorang dapat di tentukan
berdasarkan DNA, gen, dan kromosom pada orang tuanya. Lalu hal tersebut dapat terjadi karena
penyakit bisu tuli merupakan salah satu penyakit terkai autosom resesif. Jadi mungkin salah satu
nenek atau kakek dari pihak ayah atau ibu ada yang mengalami bisu tuli, dan untuk mengetahui
Simpulan
Bisu tuli yang dialami oleh anak dari kedua orang tua yang normal disebabkan penyakit
resesif autosom, dimana pembawa sifat (karier) yang hanya memiliki satu gen abnormal
DAFTAR PUSTAKA
6
1. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. BIOLOGI. Jakarta: Pt. gelora Aksara
134.
4. Tim biologi. SAINS Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan. Jakarta: Ganeca Exact;
9.
7. Leveno KJ, Cunningham GF, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL, dkk. Obstetri Williams.