Anda di halaman 1dari 8

Kelainan Gen Aldehid Dehidrogenase

dan Teori Genetika


Jimmy christeven
102012045
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Jimmy_christeven@yahoo.co.id

Pendahuluan
Defisiensi enzim aldehid dehidrogenase banyak dialami oleh orang asia dan afrika,
kekurangan enzim aldehid dehidrogenase ini menyebabkan perombakan asetaldehid tidak
dapat berlangsung terus sehingga mengakibatkan penumpukan zat toksik. Penumpukkan zat
toksik ini berupa asetaldehid. Asetaldehid adalah senyawa yang dapat mengeluarkan histamin
yang dapat memicu reaksi flushing atau biasa disebut sebagai efek disulfiram yang gejalanya
antara lain berupa muka merah, mual, muntah, sakit kepala hebat, haus, sesak nafas,
tachycardia dan berkeringat.1 Genetika adalah ilmu yang mempelajari variasi dan
karakteristik sifat-sifat yang diturunkan. Genetika mulai menarik perhatian para peneliti pada
awal abad ke-20. Pada tahun 1920an genetika tradisional berkembang mengikuti Hukum
Mendel dan merupakan ilmu biologi yang masih baru. Tahun 1950an ilmu genetika mulai
dikenali sebagai suatu ilmu yang berpegang pada pusat kehidupan. Gen merupakan substansi
dasar hereditas yang mengandung informasi genetik. Semua informasi genetik disampaikan
dari sel ke sel melalui DNA. DNA merupakan komponen penyusun gen yang berada dalam
lokus kromosom didalam inti sel (nukleus). DNA dapat membentuk RNA yang berfungsi
dalam sintesis protein. Gen tertentu membawa informasi yang dibutuhkan untuk membuat
protein. Informasi itulah yang disebut kode genetik. Dengan kata lain, kode genetik adalah
cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk menentukan urutan asam
amino pada saat sintesis protein. Didalam setiap sel terdapat ribuan reaksi kimia dan enzim
yang berfungsi mengatur jalannya semua reaksi. Karena DNA mengkode protein maka akan
menentukan enzim apa yang diproduksi dan akhirnya akan menentukan reaksi apa yang
terjadi didalam sel. Informasi pada kode genetik ditentukan oleh basa nitrogen pada rantai
DNA yang akan menentukan susunan asam amino . DNA, RNA, kromosom dan gen disebut
materi genetik karena bertanggung jawab terhadap pewarisan sifat-sifat genetik dari induk
kepada keturunannya. Walaupun setiap gen mengkode karakteristik (sifat) yang spesifik
namun tidak semua gen sama. Hal ini disebabkan karena gen memiliki bentuk-bentuk
alternatif yang dinamakan alel dan setiap gen tersusun atas dua alel yang mengkode untuk
sifat yang sama, masing-masing dari setiap orangtua/induk. Alel dapat identik (homozigot)
atau dapat pula berbeda (heterozigot). Setiap gen juga memiliki fungsi tertentu. Fungsi gen
yaitu mengontrol struktur dan fungsi sel/individu, mewariskan sifat dari generasi ke generasi
dan mengontrol sintesis polipeptida.

Pembahasan
Aldehida dehidrogenase (ALDH) merupakan enzim yang berperan penting pada
metabolisme alkohol. Penurunan aktivitas enzim ALDH lebih berpengaruh pada
hipersensitivitas terhadap alkohol daripada penurunan aktivitas alkohol dehidrogenase.
Enzim ALDH terdapat dalam beberapa isozim. Di antara isozim-isozim ini, ALDH2
merupakan isozim utama yang mempunyai afinitas yang sangat tinggi terhadap asetaldehid.
Dari hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa defisiensi ALDH2 dapat diturunkan.2
Replikasi DNA
Kemampuan DNA untuk membentuk DNA yang baru yang sama persis dengan DNA
asal (replikasi) disebut kemampuan autokatalitik. Sedangkan kemampuan DNA membentuk
molekul kimia lain dari salah satu atau sebagian rantaimya disebut kemampuan heterokatalik.
Ada tiga hipotesis tentang terjadinya replikasi DNA yaitu sebagai berikut :
1. Teori konservatif menyatakan bahwa double helik yang lama tetap (tidak berubah)
dan langsung berbentuk double helik yang baru.
2. Teori dispersif menyatakan bahwa double helik yang lama terputus-putus. Lalu
potongan-potongan tersebut memisah dan membentuk potongan-potongan baru yan
akan bersambungan dengan potongan-potongan yang lama sehingga kembali menjadi
dua DNA yang baru sama persis.
3. Teori semikonservatif menyatakan bahwa dua pita dari double helik memisahkan diri
dan masing-masing dua pita yang lama mendapatkan pasangan pita yang baru seperti
pasanganya yang lama sehingga terbentuklah dua DNA yang baru sama persis.
Peristiwa replikasi DNA pertama kali diselidiki pada tahun 1957 oleh Taylor dengan
menggunakan nitrogen radioaktif N15 yang dilabelkan pada timidin. Timidin adalah senyawa
antara timin dan deoksiribosa. Percobaan Taylor ini diperkuat oleh penelitian Matthew
Meselson dn Franklin Stahl pada tahun 1958. Mereka menggunkan nitrogen radioaktif dalam
bentuk N15O3 pada bakteri Eschercia coli, ternyata sel-sel anakan yang terbentuk mengandung
bahan radioaktif itu pula. Cara replikasi DNA ini diebut cara semikonservatif yang banyak
diterima oleh sebagian besar ahli biologi.
Proses Transkripsi
Tahap pertama dari sintesis protein adalah transkripsi, proses ini berlangsung di dalam
inti sel, transkripsi merupakan proses sintesis langsung RNA dari DNA. Pada saat inti sel
memerintahkan perlunya sintesis protein. Informasi DNA dialihkan melalui RNA pembawa
pesan yang disebut RNAm, RNAm berisikan salinan langsung dari pasangan basa DNA yang
terlebih dulu terlepas menjadi dua untai DNA dimana untai DNA dengan arah 3-5 menjadi
cetakan atau template atau antisense sedangkan untai yang satunya lagi disebut sebagai sense
atau salinan DNA. Tahap inilah yang dinamakan dengan transkripsi. Transkripsi berarti
salinan. Kode genetik disalin dari DNA dibawa keluar nukleus menuju lokasi pembuatan
protein di ribosom yang berada di sitoplasma. Urutan basa yang dibawa RNAm ini disebut
dengan kodon.
Proses Translasi
RNAm mengandung urutan basa yang akan diterjemahkan menjadi protein (asam
amino). Kode genetik yang dibawa di dalamnya (kodon) dibaca dalam urutan 3 basa nitrogen
menjadi protein. Proses penerjemahan inilah yang disebut dengan translasi. Ribosom sebagai
tempat pembuatan protein terdiri dari dua bagian yaitu sub-unit kecil dan sub-unit besar.

Secara garis besar translasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu inisiasi, elongasi dan terminasi.
Pada tahap inisiasi RNAm akan menempel pada subunit kecil ribosom. Sub unit kecil ini
akan mengenali kode awal genetik AUG dari RNAm yang disebut sebagai start kodon.
Subunit besar kemudian bergabung dengan subunit kecil membentuk kompleks ribosom.
Proses penerjemahan ini dibantu oleh RNAt yang membawa pasangan kodon untuk RNAm.
Pasangan basa RNAt dinamakan antikodon. RNAt akan datang membawakan pasangan basa
yang sesuai dengan kodon dari RNAm. Selanjutnya adalah elongasi dari pembacaan kodon
oleh RNAt sehingga terbentuk rantai polipeptida. Elongasi ini akan berhenti pada tahap
pembacaan urutan basa spesifik yang memerintahkan proses translasi dihentikan yang disebut
sebagai tahap terminasi. Urutan ini biasanya terdiri atas UAA, UAG dan UGA yang dikenal
sebagai stop kodon. Proses sintesis protein yang berupa enzim ini dikendalikan oleh gen atau
DNA masing-masing enzim, kerusakan pada DNA atau gen yang mengendalikan ini dapat
berakibat fatal contohnya adalah mutasi.
Mutasi Gen
Istilah mutasi pertama kali digunakan oleh Hugo de Vries untuk mengemukakan
perubahan fenotipe yang terjadi pada bunga Onethera lamarckiana. Perubahan itu bersifat
menurun dan terjadi karena penyimpangan gen. Proses terjadinya mutasi disebut
mutagenesis. Mahluk hidup yang mengalami mutasi disebut mutan dan faktor penyebab
mutasi disebut mutagen. Mutasi jarang terjadi secara alami dan jika terjadi biasanya
merugikan mahluk hidup mutannya. Mutasi merupakan perubahan permanen pada DNA,
mutasi dalam sel-sel benih akan ditransmisikan menjadi progeny (dan menyebabkan penyakit
herediter) sementara mutasi dalam sel-sel somatik tidak dapat ditransmisikan tetapi dapat
turut menimbulkan perubahan. Ada tiga kategori mutasi yang yaitu mutasi genom, mutasi
kromosom dan mutasi gen. Mutasi genom merupakan mutasi yang melibatkan kehilangan
atau penambahan kromosom utuh. Sedangkan mutasi kromosom merupakan mutasi material
genetik yang disusun kembali menimbulkan perubahan yang nyata pada struktur kromosom.
Kemudian mutasi gen merupakan perubahan genetik submikroskopik yang meliputi mutasi
titik. Mutasi titik merupakan mutasi akibat subsitusi nukleotida tunggal.3 Berdasarkan tempat
terjadinya, yaitu sel-sel yang mengalami mutasi, mutasi dibedakan menjadi mutasi gametik
dan somatik :
Mutasi Gametika
Mutasi gametik adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet. Karena sel gamet
mengadakan pembuahan, gamet mutan yang mengalami pembuahan dapat mewariskan
mutasi tersebut kepada keturunannya. Mutasi gemetik bersifat diwariskan (heritable) dan
merupakan mutasi yang dikekalkan secara genetik. Gen-gen yang mengalami mutasi di dalam
gamet dapat berupa mutasi autosoma (jika gen-gen nya terdapat pada kromosom autosomal)
Mutasi autosomal dapat mengahasilkan mutasi dominan atau mutasi resesif, tergantung pada
sifat yang dihasilkannya. Adapun mutasi gen-gen yang tedapat pada kromosom kelamin
dinamakan mutasi tertaut kelamin.
Mutasi Somatik
Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel-sel soma (sel tubuh; dapat berupa
zigot, sel-sel embrio maupun sel biasa). Berbeda dengan mutasi gametik, mutasi somatik
tidak dapat diwariskan pada keturunannya meskipun ada indikasi kepekaan seseorang
mengalami mutasi somatik (terutama pada individu dewasa) juga dipengaruhi secara genetik.
Kejadian mutasi somatik yang terjadi pada janin yang sedang dikandung oleh ibunya dapat
mengakibatkan cacat bawaan. Diantara penyebab cacat bawaan ini adalah selama

mengandung, si ibu terkena sinar radioaktif atau meminum obat-obatan atau ramuan jamu
yang bersifat mutagenik.4 Mutasi gen dapat meliputi perubahan pada regio genom pengode
atau bukan pengode.
Mutasi pada region pengode (Ekson)
1. Missense mutations : Mutasi titik pada rangkaian pengkode berpotensi untuk
mengubah kode basa triplet dan dengan demikian menggantikan asam amino yang
berbeda dalam produk protein yang ditranslasikan terakhir (missense mutations). Jika
asama amino yang digantikan tidak betbeda secara nyata dengan aslinya, hasilnya
adalah conservative missense mutations dan terjadi konsekuensi yang minimal (jika
ada). Bila asam amino yang digantikan itu cukup berbeda (ukuran, muatan dan lainlain), hasilnya adalah nonconservative missense mutations yang berpotensi untuk
menimbulkan kehilangan fungsi, lipatan salah (missfolding) dan penguraian protein,
atau perolehan fungsi.
2. Nonsense mutations : Mutasi titik pada rangkaian pengode berpotensi untuk
menimbulkan pembentukan kodon penghenti yang tidak tepat (nonsense mutations).
Pada kasus .tersebut, protein yang dihasilakan mungkin diperpendek dengan kehilang
aktifitas yang normal.
3. Frameshift mutations : Insersi atau delesi beberapa dari ketiga nukleotida mungkin
tidak menimbulkan efek apapun selain penambahan atau penghapusan asam amino
yang baru; frameshift pada sejumlah nukleotida yang lain dengan cepat akan
menimbulkan produk protein yang cacat (missense atau nonsense).5
Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom (aberasi/gross mutation) dapat disebabkan karena perubahan
struktur kromosom maupun perubahan jumlah kromosom.
Perubahan Struktur Kromosom
Mutasi karena perubahan struktur kromosom berlangsung secara spontan, dan dapat
juga dilakukan secara eksperimental dengan induksi bahan kimia atau radiasi. Perubahan ini
umumnya dapat dilihat pada sel selama mitosis atau miosis.
Beberapa hal yang menyebabkan perubahan struktur kromosom adalah sebagai berikut :
Delesi : hilangnya sebagian segmen kromosom yang mengandung gen karena patah. Lihat
gambar 4.

Gambar 4 . Mutasi Gen dengan Cara Delesi.

Duplikasi : patahnya sebagian segmen kromosom, lalu patahan tersebut tersambung pada
kromosom homolognya. Lihat gambar 5.

Gambar 5. Mutasi Kromosom dengan Cara Duplikasi.

Translokasi : patahnya sebagian segmen kromosom, lalu patahan tersebut tersambung pada
kromosom lain yang tidak homolog. Ada dua jenis translokasi yaitu translokasi resiprok
(timbal balik) dan translokasi nonresiprok. Lihat gambar 6.

Gambar 6. Mutasi Kromosom dengan Cara Translokasi

Inversi : sebagian segmen kromosom patah, lalu patahan tersebut tersambung kembali tetapi
dengan posisi terbalik. Ada dua macam inversi, yaitu inversi perisentrik bila peristiwa inversi
melibatkan perubahan posisi sentromer. Bila peristiwa inversi tidak melibatkan perubahan
posisi sentromer disebut inversi parasentrik. Lihat gambar 7.

Gambar 7. Mutasi Kromosom dengan Cara Inversi

Katenasi : merupakan translokasi dua kromosom tidak homolog sedemikian rupa sehingga
menyebabkan dua pasang kromosom membentuk struktur seperti lingkaran.6
Perubahan Jumlah Kromosom
Euploidi, merupakan peubahan yang meliputi seluruh set kromosom sehingg
jumlahnya merupakan kelipaan dari set kromosom haploidnya.
Menurut jumlah perangkat kromosomnya organisme dibedakan sebagai berikut :
1. Monoploid (n) : organisme mempunyai satu genom atau satu perangkat kromosom
dan setiap kromosom dalam jumlah tunggal.
2. Diploid (2n) : mempunyai dua perangkat kromosom, setiap kromosom mempunyai
pasangan masing-masing.
3. Poliploid : mempunyai lebih dari dua perangkat kromosom.
Seperti Triploid (3n) : mempunyai tiga perangkat kromosom. Individunya bersifat steril.
Biasa dimanfaatkan untuk pembuatan buah-buah tanpa biji , misalnya semangka tanpa biji

dan Tetraploid (4n) : mempunyai empat perangkat kromosom kemudian inividunya bersifat
fertil. Poloploidi yang terjadi pada kromosom homolog disebut autopoliploidi sedangkan
yang terjadi pada kromosom nonhomolog disebut alopolploidi.
Aneuploidi merupakan perubahan jumlah kromosom didalam satu perangkat atau satu
genom kromosom. Organisme aneuploidi mempunyai jumlah kromosom lebih banyak atau
kromosom sedikit daripada jumlah kromosom diploidnya. Aneuploidi dapat disebabkan
karena :
Nondisjunction yaitu gagal berpisah pada kromosom homolog ketika anafase meiosis 1.
Anafase lag yaitu tidak melekatnya kromatid pada gelendong pembelahan ketika meiosis.
Mutasi kromosom ini tidak meibatkan perubahan pada seluruh genom, melainkan
hanya terjadi pada salah satu kromosom dari genom. disebut juga dengan istilah aneusomik.
Ada macam-macam aneuploidi antara lain sebagai berikut :
Monosomik (2n-1) yaitu mutasi karena kekurangan satu kromosom.
Nulisomik (2n-2) yaitu mutasi karena kekurangan dua kromosom.
Trisomik (2n+1) yaitu mutasi karena kelebihan satu kromosom.
Tetrasomik (2n+20 yaitu mutasi karena kelebihan dua kromosom.

Tipe Kromosom
Kromosom dalam tubuh berdasarkan pengaruhnya terhadap penentuan jenis kelamin
dan sifat tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Autosom disebut kromosom biasa atau kromosom tubuh. Autosom tidak menentukan
jenis kelamin organisme. Pada manusia dengan jumlah kromosom sel somatis 46
pasang, memiliki 44 pasang autosom. Selebihnya 2 kromosom adalah kromosom
kelamin. Penulisan kromosom dilambangkan dengan huruf A sehingga penulisan
autosom sel somatis manusia adalah 44A atau 22A.
2. Gonosom disebut juga kromosom kelamin atau kromosom seks. Gonosom dapat
menentukan jenis kelamin makhluk hidup. Jumlahnya sepasang pada seks somatis.
Pada manusia dengan jumlah kromsom sel somtis 46 pasang, terdpat 44 pasang
autosom dan 2 pasang gonosom. Kedua gonosom tersebut dilambangkan dengan X
dan Y. Umumnya pada makhluk hidup, gonosom X menentukan jenis kelamin wanita
dan gonosom Y menentukan jenis kelamin pria. Susunan gonosom wanita XX dan
gonosom pria XY. Oleh karena itu, penulisan kromosom sel somatis (2n) adalah 44A
+ XY (pria) atau 44A + XX (wanita). Adapun bentuk sel gamet (n) adalah 22A + Y.7
Hukum Mendel
Kelainan pada genetika ini berhubungan dengan hukum mendel 1 dan 2. Dari hasil
penemuan tentang konsep hereditas ini Mendel disebut sebagai peletak pertama konsep
genetika.
Hukum Mendel I (Segregation of allelic genes)

Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi adalah mengenai kaidah pemisahan alel pada
waktu pembentukan gamet. Pembentukan gamet terjadi secara meiosis, dimana pasangan
pasangan homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi/ terjadi pemisahan alel alel
suatu gen secara bebas dari diploid menjadi haploid. Dengan demikian setiap sel gamet hanya
mengandung satu gen dari alelnya.
Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohybrid, yaitu persilangan satu
karakter dengan dua sifat beda.

Persilangan Monohibrid
P1

: UU x uu

G1

:Uxu

F1

: Uu

(Ungu) (Putih)

Pada waktu pembentukan gamet betina, UU memisah menjadi U dan U, sehingga


dalam sel gamet tanaman ungu hanya mengandung satu macam alel yaitu alel U. Sebaliknya
tanaman jantan berbunga putih homozigot resesif dan genotipenya uu. Alel ini memisah
secara bebas menjadi u dan u, sehingga gamet gamet jantan tanaman putih hanya
mempunyai satu macam alel , yaitu alel u. Proses pembentukan gamet inilah yang
menggambarkan fenomena Hukum Mendel I.

Hukum Mendel II (Independent Assortment of Genes)


Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen / sifat
dapat berpasangan secara bebas dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku ketika
pembentukan gamet pada persilangan dihibrid.
Persilangan Dihibrid
P1

: BBKK x bbkk

(Biji keriput, Kuning) (Biji bulat, Hijau)


G1

: bk BK x

F1

: BbKk

P2

: BbKk x BbKk

G2

: BK, Bk, bK,bk BK, Bk, bK,bk

Pada waktu pembentukan gamet parental ke-2, terjadi penggabungan bebas (lebih tepatnya
kombinasi bebas) antara B dan b dengan K dan k. Asortasi bebas ini menghasilkan empat
macam kombinasi gamet, yaitu BK, Bk, bK, bk. Proses pembentukan gamet inilah yang
menggambarkanfenomena Hukum Mendel II.8

Kesimpulan
Jadi, Aldehida dehidrogenase merupakan enzim polimorfik ,bertanggung jawab untuk
oksidasi aldehida menjadi asam karboksilat, yang meninggalkan hati dan dimetabolisme oleh
otot tubuh dan jantung. Ada tiga kelas yang berbeda dari enzim ini pada mamalia, kelas 1
(rendah Km, sitosol), kelas 2 (Km rendah, mitokondria), dan kelas 3 (Km tinggi, seperti yang
dinyatakan dalam tumor, lambung, dan kornea). Dalam semua tiga kelas, konstitutif dan
diinduksi bentuk ada. ALDH1 dan ALDH2 adalah enzim yang paling penting untuk oksidasi
aldehid, dan keduanya enzim tetramerik terdiri dari subunit 54kDA. Enzim ini ditemukan
dalam banyak jaringan tubuh tetapi pada konsentrasi tertinggi di hati.

Daftar Pustaka
1. Johnson BA. Addiction medicine. USA: Springer Science + Bussiness Media,
2011.h.229.
2. Wall TL, Thomasson HR, Schuckit MA, Ehlers CL. Subjective feelings of alcohol
intoxication in Asians nuywith genetic variations of ALDH2 alleles. Alcohol Clin Exp
Res 1992;16(5):991-5
3. Stansfield WD, Colome JS. Biologi molekular dan sel. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2006.
4. Setiowati T, Furqonita D. Biologi interaktif. Jakarta: Penerbit Azka Press; 2007.
5. Mitchell, Kumar, Abbas. BS dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.hal 101.
6. Pujianto S. Dunia biologi 2. Solo: Penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Pustaka
Mandiri; 2008. hal 3,63.
7. Pratiwi DA, Maryati S, Srikini. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.hal 122-30.
8. Susilowarno G. Biologi SMA/MA kelas XII. Bandung: Grasindo; 2008.hal 106-8

Anda mungkin juga menyukai