Disusun oleh :
2018
DAFTAR ISI
ii
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah . Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah banyak
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi makalah yang lebih baik lagi.
iii
1
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar belakang
Down Syndrome atau yang umum disebut sebagai keterbelakangan mental
jelas bukan kutukan. Penyakit atau cacat itu terbukti bisa menimpa siapapun,
mungkin juga salah satu anggota keluarga kita. Down Syndrome disebabkan
kelainan pada kromosom. Kromosom adalah merupakan serat-serat khusus yang
terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia dimana terdapat bahan-bagan
genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Selain itu Down Syndrome
disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi. Di
Indonesia, Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar kementerian kesehatan, pada
2010 prevalensi Down Syndrome sebesar 0,12 persen. Masyarakat awam
seringkali hanya tahu bahwa penderita Down Syndrome adalah mereka yang
memiliki tingkat kecerdasan yang amat rendah. Tapi pengertian itu tidak
sepenuhnya tepat. Kenyataannya bisa jauh lebih rumit dari itu. Penderita tidak
jarang mengalami beragam jenis kelainan yang bermuara pada cacat itu.
2. Rumusan masalah
a. Megetahui Apa itu Down Syndrome ?
b. Megetahui etiologi Down Syndrome ?
c. Megetahui patofisiologi Down Syndrome ?
d. Megetahui Jenis-Jenis Terapi yang Di butuhkan Penderita Down
Syndrome ?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Down Syndrom
b. Untuk mengetahui etiologi Down Syndrom
c. Untuk mengetahui patofisiologi Down Syndrom
d. Untuk mengatahui jenis terapi apa yang dibutuhkan penderita Down
Syndrome
2
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2. Etiologi
Down Syndrome disebabkan oleh adanya kelebihan materi genetik pada
kromosom 21 atau trisomi 21. Manusia normal mempunyai 23 pasang kromosom
XX atau 23 pasang kromosom XY dengan jumlah total 46 tetapi penyandang
Down Syndrome memilki 3 kromosom ke 21. Ini bermakna penyandang Down
Syndrome mempunyai 47 kromosom lebih banyak 1 kromosom dibandingkan
manusia normal yang hanya mempunyai 46. Kejadian ini disebabkan oleh salah
satu dari 3 keadaan berikut :
a. Non disjunction (95%) Kegagalan Meiosis berakibat pembelahan sel
tidak merata, gamet kelebihan satu kromosom (Trisomi 21)
b. Mozaikisme (1-2%) Setelah pembuahan normal, tapi pembelahan sel
tidak merata dan gamet kelebihan/kekurangan satu kromosom (Trisomi
21/Monosomi 21)
c. Translokasi Robertsonian (2-3%) Kelainan keturunan (orang tua
sebagai pembawa sifat translokasi), pembelahan sel tidak sama
mengakibatkan trisomi 21
3
3. Patofsiologi
Ekstra kromosom 21 mempengaruhi hampir setiap sistem organ dan
menghasilkan spektrum konsekuensi fenotipik yang luas. Ini termasuk komplikasi
yang mengancam jiwa, perubahan yang signifikan secara klinis dari perjalanan
hidup (misalnya, cacat intelektual), dan fitur fisik dismorfik. Down Syndrome
menurunkan viabilitas pranatal dan meningkatkan morbiditas prenatal dan
postnatal. Anak-anak yang terkena dampak mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan fisik, pematangan, perkembangan tulang, dan erupsi gigi. Dua
hipotesis yang berbeda telah diajukan untuk menjelaskan mekanisme aksi gen
pada Down Syndrome: ketidakstabilan perkembangan (yaitu kehilangan
keseimbangan kromosom) dan apa yang disebut efek dosis-gen. Menurut hipotesis
efek dosis-gen, gen yang terletak pada kromosom 21 telah diekspresikan
berlebihan dalam sel dan jaringan pasien Down Syndrome, dan ini berkontribusi
pada kelainan fenotipik.
Salinan ekstra dari bagian proksimal 21q22.3 tampaknya menghasilkan
fenotip fisik khas, yang meliputi: Ketidakmampuan intelektual - Sebagian besar
pasien dengan Down Syndrome memiliki beberapa derajat gangguan kognitif,
mulai dari yang ringan (intelligence quotient [IQ] 50-75) hingga gangguan berat
(IQ 20-35); pasien menunjukkan keterlambatan motor dan bahasa selama masa
kanak-kanak Ciri khas wajah mongoloid Kelainan jantung kongenital - Hampir
setengah dari pasien yang terkena memiliki penyakit jantung bawaan, termasuk
cacat septum ventrikel dan defek saluran atrioventrikular. Analisis molekuler
mengungkapkan bahwa wilayah 21q22.1-q22.3, juga dikenal sebagai daerah kritis
Down Syndrome, tampaknya mengandung gen atau gen yang bertanggung jawab
untuk penyakit jantung bawaan yang diamati pada Down Syndrome. Gen baru,
yang diidentifikasi dalam wilayah 21q22.1-q22.2, sangat diekspresikan di otak
dan jantung dan merupakan kandidat untuk keterlibatan dalam patogenesis Down
Syndrome, terutama yang berkaitan dengan kecacatan intelektual dan cacat
jantung. Fungsi fisiologis abnormal mempengaruhi metabolisme tiroid dan
malabsorpsi usus. Pasien dengan trisomi 21 memiliki peningkatan risiko obesitas.
Infeksi yang sering terjadi mungkin karena gangguan respon imun, dan kejadian
autoimunitas, termasuk hipotiroidisme dan tiroiditis Hashimoto yang jarang,
4
4. Penanganan
a. Terapi untuk menangani masalah motorik adalah Terapi Latihan
dengan metode Bobath atau NDT. Agar lebih efektif, penanganan
harus dimulai secepatnya sebaiknya sebelum anak berusia 6 bulan. Hal
ini sesungguhnya masih efektif untuk anak pada usia yang lebih tua,
namun ketidaknormalan akan semakin tampak seiring dengan
bertambahnya usia anak dengan Down Syndrome dan biasanya
membawa terapi pada kehidupan sehari-hari sangat sulit dicapai.
Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek
abnormal yang patologis menjadi penghambat terjadinya gerakan-
gerakan normal. Anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu yang
dinamakan Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk
menghambat tonus otot yang abnormal. Handling digunakan untuk
mempengaruhi tonus postural, mengatur koordinasi, menghinbisi pola
abnormal, dan memfasilitasi respon otomatis normal. Dengan handling
yang tepat, tonus serta pola gerak yang abnormal dapat dicegah sesaat
setelah terlihat tanda-tandanya. Key Point of Control (KPoC) yaitu
titik yang digunakan terapis dalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC harus
dimulai dari proksimal ke distal/bergerak mulai dari kepala-leher-
trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat
dilakukan pada penderita Down Syndrome dengan mengarahkan pada
pola kebalikannya. Metode Bobath mempunyai beberapa teknik :
Inhibisi dari postur yang abnormal dan tonus otot yang dinamis,
Stimulasi terhadap otot-otot yang mengalami hypertonik ,
Fasilitasi pola gerak normal.
6
BAB 3
Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Down Syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik
dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan
kromosom, Kejadian ini disebabkan oleh salah satu dari 3 keadaan yaitu :
Non disjunction, Mozaikisme, Translokasi Robertsonian, penderita Down
Syndrome memilki ciri fisik yang mencolok, down syndrome dapat
mengenai kemampuan kognitif dan motorik, terapi yang diberikan
bertujuan melatih kognitfnya seperti berman puzzle, dan melatih
motoriknya seperti pemberiaan terapi bobath.
2. Saran
Pemberian terapi harusnya diberikan sedini mungkin dan harus dilalukan
secara rutin agar penderita Down Syndrome dapat melakukan aktifitas
sehari-hari secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dial Fredo. 2017. Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle
pada Anak Usia Dini. JURNAL OBSESI. Volume 1. Halaman 32 – 41
iv