GENETIKA
“ RANGKAI KELAMIN “
OLEH:
ERFINA ( 216510719 )
HENY NURDIANA ( 216510327 )
YESI ANGGRAINI ( 216510078 )
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayat- NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini yaitu “ RANGKAI KELAMIN ”.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Sirkulasi.........................................................................................3
2.2 Alat-alat Sistem Sirkulasi............................................................................................4
2.2.1 Jantung........................................................................................................................4
2.2.2 Pembuluh Darah.........................................................................................................9
2.2.3 Darah........................................................................................................................11
2.3 Fungsi Sistem Sirkulasi.............................................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
ii
BAB II
PENDAHULUAN
Apabila kita berbicara tentang jenis kelamin / seks dari suatu makhluk hidup,
tentu perhatian kita akan tertuju pada adanya makhluk berjenis kelamin jantan dan
betina. Perbedaan jenis kelamin pada umunya dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Faktor Lingkungan. Biasanya yang mengambil peranan disini adalah keadaan
fisiologis. Jika kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak seimbang penghasilan atau
peredaranya, maka pernyataan fenotip pada suatu makhluk mengenai kelaminya
dapat berubah. Akibatnya watak kelaminnya mengalami perubahan.
b. Faktor Genetik. Pada umunya dapat dikatakan bahwa faktor genetiklah yang
menentukan jenis kelamin suatu makhluk hidup. Oleh karena bahan genetik terdapat
di dalam kromosom, maka perbedaan jenis kelamin terdapat dalam komposisi
kromosom.
Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin dinamakan gen rangkai kelamin
(sex-linked genes) sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen- ini disebut
peristiwa rangkai kelamin (linkage). gen ini Adapun gen berangkai yang dibicarakan
adalah gen-gen yang terletak pada kromosom selain kromosom kelamin, yaitu
kromosom yang pada individu jantan dan betina sama strukturnya sehingga tidak dapat
digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Kromosom semacam ini dinamakan
autosom.
Seperti halnya gen berangkai (autosomal), gen-gen rangkai kelamin tidak
mengalami segregasi dan penggabungan secara acak di dalam gamet-gamet yang
terbentuk. Akibatnya, individu-individu yang dihasilkan melalui kombinasi gamet
tersebut memperlihatkan nisbah fenotipe dan genotipe yang menyimpang dari hukum
Mendel. Selain itu, jika pada percobaan Mendel perkawinan resiprok (genotipe tetua
jantan dan betina dipertukarkan) menghasilkan keturunan yang sama, tidak demikian
halnya untuk sifat-sifat yang diatur oleh gen rangkai kelamin.
Gen rangkai kelamin dapat dikelompok- kelompokkan berdasarkan atas macam
kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada umumnya
dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat menjadi
gen rangkai X (X- linked genes)dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada
pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi memiliki pasangan pada
1
kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tak sempurna
(incompletely sex-linked genes). Gen-gen yang terdapat pada kromosom kelamin,
disebut gen-gen terangkai kelamin. Peristiwanya disebut nangkai kelamin (sex linkage).
Penyelidikan pertama tentang adanya hubungan antara kromosom dengan
perbedaan jenis kelamin telah dilakukan oleh seorang Biologiwan berkebangsaan
Jerman bernama H. Henking pada tahun 1891. Ia dapat menemukan adanya struktur
tertentu dalam nucleus beberapa serangga melalui spermatogenesis. Dikatakan bahwa
separuh dari jumah spermatozoa pada serangga itu memiliki struktur tersebut,
sedangkan yang separuh lainya tidak.
Henking tidak mengatakan tentang pentingnya struktur tersebut, melainkan
hanya menamakanya “badan X”. Ia membedakan spermatozoa atas yang memiliki dan
tidak memiliki badan X. Pada tahun 1902, C. E. Mc Clung membenarkan penemuan
Henking dan melanjutkan penyelidikanya tentang kromosom pada berbagai jenis
belalang. Ia tidak dapat menemukan badan X dalam sel telur belalang betina.
Berhubungan dengan itu ia menegaskan bahwa badan X ada hubunganya dengan
penentuan jenis kelamin.
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui gen-gen yang terdapat pada kromosom X
1.3.2. Untuk mengetahui gen-gen yang terdapat pada kromosom Y
1.3.3. Untuk mengetahui gen-gen yang pengaruhnya terbatas pada jenis kelamin
tertentu
1.3.4. Untuk mengetahui gen-gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pewarisannya dapat dilihat seperti berikut:
- Anodontia, Penderita kekurangan jumlah gigi (antara 1 sd 6 atau lebih dari 6) dari
jumlah gigi normal. Ditentukan oleh gen resesif a yang terdapat pada kromosom-X.
Alelnya dominan A menentukan gigi normal. Pada umumnya, penderita anodontia
memiliki ciri-ciri mempunyai rambut yang tipis, bahkan hampir tidak mempunyai
rambut dan rahang tidak berkembang selayaknya orang normal, tidak memiliki
benih gigi pada rahangnya.
- Hemofilia, Hemofilia merupakan kelainan perdarahan yang diturunkan yang
disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah Dikenal 2 macam penyakit
hemofilia, yaitu hemofilia A dan B (penyakit 'christmas') Hemofilia A timbul jika ada
efek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (Faktor anti
hemofilia) sedangkan hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX
(Plasma tromboplastin komponen). Hemofilia A dan B tidak dibedakan karena
mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola pewarisan gen yang serupa.
Hemofilia tipe A lebih banyak dijumpai daripada hemophilia B. Hemofilia
Ditentukan oleh gen resesif h yang terdapat pada kromosom-X Alelnya dominan H
menentukan seseorang memiliki faktor anti hemofilia sehingga darah dapat
membeku secara normal. Anak perempuan hemofila boleh dikatakan tidak pernah
dijumpai karena genotip hh biasanya letal.
4
Calico.
2.1.1. Rangkai kelamin pada Drosophila
2.2.2. Rangkai kelamin pada manusia
2.2.3. Rangkai kelamin pada ayam
5
hormon kelamin. Sebagai contoh, gen autosomal H yang mengatur pembentukan tanduk
pada domba akan bersifat dominan pada individu jantan tetapi resesif pada individu
betina. Sebaliknya, alelnya h, bersifat dominan pada domba betina tetapi resesif pada
domba jantan. Oleh karena itu, untuk dapat bertanduk domba betina harus mempunyai
dua gen H (homozigot) sementara domba jantan cukup dengan satu gen H (heterozigot).
Contoh lain gen terpengaruh kelamin adalah gen autosomal B yang mengatur
kebotakan pada manusia. Gen B dominan pada pria tetapi resesif pada wanita.
Sebaliknya, gen b dominan pada wanita tetapi resesif pada pria. Akibatnya, pria
heterozigot akan mengalami kebotakan, sedang wanita heterozigot akan normal. Untuk
dapat mengalami kebotakan seorang wanita harus mempunyai gen B dalam keadaan
homozigot.
6
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Febby H. D. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di
Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol.5
No.1.
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Penerbit Alfabeta : Bandung
Khasan, Nafis Ali. 2012. Korelasi Denyut Nadi Istirahat Dan kapasitas Vital Paru Terhadap
Kapasitas Aerobik. Journal Of Physical Education, Sports, Health and Recreations
Vol.1 No.4