Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

GENETIKA
“ RANGKAI KELAMIN “

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : SEPITA FERAZONA, M. Pd

OLEH:

ERFINA ( 216510719 )
HENY NURDIANA ( 216510327 )
YESI ANGGRAINI ( 216510078 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayat- NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini yaitu “ RANGKAI KELAMIN ”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata


kuliah Botani Phanerogamae yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Pekanbaru, 24 Februari 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Sirkulasi.........................................................................................3
2.2 Alat-alat Sistem Sirkulasi............................................................................................4
2.2.1 Jantung........................................................................................................................4
2.2.2 Pembuluh Darah.........................................................................................................9
2.2.3 Darah........................................................................................................................11
2.3 Fungsi Sistem Sirkulasi.............................................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................14
3.2 Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB II
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Apabila kita berbicara tentang jenis kelamin / seks dari suatu makhluk hidup,
tentu perhatian kita akan tertuju pada adanya makhluk berjenis kelamin jantan dan
betina. Perbedaan jenis kelamin pada umunya dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Faktor Lingkungan. Biasanya yang mengambil peranan disini adalah keadaan
fisiologis. Jika kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak seimbang penghasilan atau
peredaranya, maka pernyataan fenotip pada suatu makhluk mengenai kelaminya
dapat berubah. Akibatnya watak kelaminnya mengalami perubahan.
b. Faktor Genetik. Pada umunya dapat dikatakan bahwa faktor genetiklah yang
menentukan jenis kelamin suatu makhluk hidup. Oleh karena bahan genetik terdapat
di dalam kromosom, maka perbedaan jenis kelamin terdapat dalam komposisi
kromosom.
Gen-gen yang terletak pada kromosom kelamin dinamakan gen rangkai kelamin
(sex-linked genes) sementara fenomena yang melibatkan pewarisan gen- ini disebut
peristiwa rangkai kelamin (linkage). gen ini Adapun gen berangkai yang dibicarakan
adalah gen-gen yang terletak pada kromosom selain kromosom kelamin, yaitu
kromosom yang pada individu jantan dan betina sama strukturnya sehingga tidak dapat
digunakan untuk membedakan jenis kelamin. Kromosom semacam ini dinamakan
autosom.
Seperti halnya gen berangkai (autosomal), gen-gen rangkai kelamin tidak
mengalami segregasi dan penggabungan secara acak di dalam gamet-gamet yang
terbentuk. Akibatnya, individu-individu yang dihasilkan melalui kombinasi gamet
tersebut memperlihatkan nisbah fenotipe dan genotipe yang menyimpang dari hukum
Mendel. Selain itu, jika pada percobaan Mendel perkawinan resiprok (genotipe tetua
jantan dan betina dipertukarkan) menghasilkan keturunan yang sama, tidak demikian
halnya untuk sifat-sifat yang diatur oleh gen rangkai kelamin.
Gen rangkai kelamin dapat dikelompok- kelompokkan berdasarkan atas macam
kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada umumnya
dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat menjadi
gen rangkai X (X- linked genes)dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada
pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi memiliki pasangan pada

1
kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tak sempurna
(incompletely sex-linked genes). Gen-gen yang terdapat pada kromosom kelamin,
disebut gen-gen terangkai kelamin. Peristiwanya disebut nangkai kelamin (sex linkage).
Penyelidikan pertama tentang adanya hubungan antara kromosom dengan
perbedaan jenis kelamin telah dilakukan oleh seorang Biologiwan berkebangsaan
Jerman bernama H. Henking pada tahun 1891. Ia dapat menemukan adanya struktur
tertentu dalam nucleus beberapa serangga melalui spermatogenesis. Dikatakan bahwa
separuh dari jumah spermatozoa pada serangga itu memiliki struktur tersebut,
sedangkan yang separuh lainya tidak.
Henking tidak mengatakan tentang pentingnya struktur tersebut, melainkan
hanya menamakanya “badan X”. Ia membedakan spermatozoa atas yang memiliki dan
tidak memiliki badan X. Pada tahun 1902, C. E. Mc Clung membenarkan penemuan
Henking dan melanjutkan penyelidikanya tentang kromosom pada berbagai jenis
belalang. Ia tidak dapat menemukan badan X dalam sel telur belalang betina.
Berhubungan dengan itu ia menegaskan bahwa badan X ada hubunganya dengan
penentuan jenis kelamin.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa saja gen-gen yang terdapat pada kromosom X?
1.2.2. Apa saja gen-gen yang terdapat pada kromosom Y?
1.2.3. Apa saja gen-gen yang pengaruhnya terbatas pada jenis kelamin tertentu?
1.2.4. Apa saja gen-gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui gen-gen yang terdapat pada kromosom X
1.3.2. Untuk mengetahui gen-gen yang terdapat pada kromosom Y
1.3.3. Untuk mengetahui gen-gen yang pengaruhnya terbatas pada jenis kelamin
tertentu
1.3.4. Untuk mengetahui gen-gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gen-gen yang Terdapat pada Kromosom X


Percobaan yang pertama kali mengungkapkan adanya peristiwa rangkai
kelamin dilakukan oleh T.H. Morgan pada tahun 1910. Dia menyilangkan lalat Drosophila
melanogaster jantan bermata putih dengan betina bermata merah. Lalat bermata merah
lazim dianggap sebagai lalat normal atau tipe alami (wild type), sedang gen pengatur tipe
alami, misalnya pengatur warna mata merah ini, dapat dilambangkan dengan tanda +.
Biasanya, meskipun tidak selalu, gen tipe alami bersifat dominan terhadap alel
mutannya.
Hasil persilangan Morgan tersebut, khususnya pada generasi Fi, ternyata
berbeda jika tetua jantan yang digunakan adalah tipe alami (bermata merah) dan tetua
betinanya bermata putih. Dengan perkataan lain, perkawinan resiprok menghasilkan
keturunan yang berbeda. Persilangan resiprok dengan hasil yang berbeda ini
memberikan petunjuk bahwa pewarisan warna padaDrosophila ada hubungannya
dengan jenis kelamin, dan ternyata kemudian memang diketahui bahwa gen yang
mengatur warna mata pada Drosophila terletak pada kromosom kelamin, dalam hal ini
kromosom X. Oleh karena itu, gen pengatur warna mata ini dikatakan sebagai gen
rangkai X.
a. Disebabkan oleh dominan
Contoh pada manusia:
Gigi yang berwarna coklat dan muda rusak karena kekurangan email, disebabkan oleh
dominan b yang terdapat pada kromosom X. alelnya gen b, menentukan gigi normal.

b. Disebabkan oleh gen resesif


Contoh pada manusia :
- Buta warna terhadap warna merah dan hijau, disebabkan oleh gen resesif c. Alel
dominannya C, menentukan tidak buta warna (normal). Seorang perempuan normal
homozigot bila kawin dengan laki-laki yang buta warna, akan mempunyai keturunan
yang semuanya normal, tetapi yang perempuan membawa gen buta warna. Seorang
wanita normal heterozigot (membawa gen buta warna), bila kawin dengan laki-laki
normal akan mempunyai anak dengan kemungkinan, anak perempuan normal
homozigot (normal), anak perempuan heterozigot (normal, tetapi membawa gen
buta warna), anak laki-laki normal dan laki- laki buta warna. Bagaimana mekanisme

3
pewarisannya dapat dilihat seperti berikut:
- Anodontia, Penderita kekurangan jumlah gigi (antara 1 sd 6 atau lebih dari 6) dari
jumlah gigi normal. Ditentukan oleh gen resesif a yang terdapat pada kromosom-X.
Alelnya dominan A menentukan gigi normal. Pada umumnya, penderita anodontia
memiliki ciri-ciri mempunyai rambut yang tipis, bahkan hampir tidak mempunyai
rambut dan rahang tidak berkembang selayaknya orang normal, tidak memiliki
benih gigi pada rahangnya.
- Hemofilia, Hemofilia merupakan kelainan perdarahan yang diturunkan yang
disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah Dikenal 2 macam penyakit
hemofilia, yaitu hemofilia A dan B (penyakit 'christmas') Hemofilia A timbul jika ada
efek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (Faktor anti
hemofilia) sedangkan hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX
(Plasma tromboplastin komponen). Hemofilia A dan B tidak dibedakan karena
mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola pewarisan gen yang serupa.
Hemofilia tipe A lebih banyak dijumpai daripada hemophilia B. Hemofilia
Ditentukan oleh gen resesif h yang terdapat pada kromosom-X Alelnya dominan H
menentukan seseorang memiliki faktor anti hemofilia sehingga darah dapat
membeku secara normal. Anak perempuan hemofila boleh dikatakan tidak pernah
dijumpai karena genotip hh biasanya letal.

Contoh pada kucing:


Warna bulu pada kucing ditentukan oleh suatu gen rangkai X. Dalam keadaan
heterozigot gen ini menyebabkan warna bulu yang dikenal dengan istilah tortoise
shell. Oleh karena genotipe heterozigot untuk gen rangkai X hanya dapat dijumpai
pada individu betina, maka kucing berbulu tortoise shell hanya terdapat pada jenis
kelamin betina. Sementara itu, individu homozigot dominan (betina) dan homozigot
dominan (jantan) mempunyai bulu berwarna hitam. Individu homozigot resesif
(betina) dan hemizigot resesif (jantan) akan berbulu kuning.
Istilah homozigot digunakan untuk menyebutkan genotipe individu dengan sebuah
kromosom X. Individu. dengan gen dominan yang terdapat pada satu-satunya
kromosom X dikatakan homozigot dominan. Sebaliknya, jika gen tersebut resesif,
individu yang memilikinya disebut homozigot resesif.
B = gen untuk warna bulu hitam
b = gen untuk warna bulu coklat muda (kuning)
Bb = genotip kucing belang tiga (hitam, kuning, putih, yang disebut dengan kucing

4
Calico.
2.1.1. Rangkai kelamin pada Drosophila
2.2.2. Rangkai kelamin pada manusia
2.2.3. Rangkai kelamin pada ayam

2.2. Gen-gen yang terdapat dalam Kromosom Y


Pada umumnya kromosom Y hanya sedikit sekali mengandung gen yang aktif.
Jumlah yang sangat sedikit ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menemukan alel mutan
bagi gen rangkai Y yang dapat menghasilkan fenotipe abnormal. Biasanya suatu gen/alel
dapat dideteksi Gen dalam Kromosom Y keberadaannya apabila fenotipe yang
dihasilkannya adalah abnormal. Oleh karena fenotipe abnormal yang disebabkan oleh
gen rangkai Y jumlahnya sangat sedikit, maka gen rangkai Y diduga merupakan gen yang
sangat stabil.
Gen rangkai Y jelas tidak mungkin diekspresikan pada individu betina/wanita
sehingga gen ini disebut juga gen holandrik. Contoh gen holandrik pada manusia adalah
Hg dengan alelnya hg yang menyebabkan bulu kasar dan panjang, Ht dengan alelnya ht
yang menyebabkan pertumbuhan bulu panjang di sekitar telinga, dan Wt dengan alelnya
wt yang menyebabkan abnormalitas kulit pada jari.
Karena kromosom Y hanya terdapat pada pria, maka sifat keturunannya juga
diwariskan hanya pada keturunan pria saja.
Contoh: bulu-bulu pada tepi daun telinga, disebabkan oleh gen resesif h

2.3. Gen-gen yang pengaruhnya terbatas pada jenis kelamin tertentu


Selain mempengaruhi perbedaan ekspresi gen di antara jenis kelamin, hormon
kelamin juga dapat membatasi ekspresi gen pada salah satu jenis kelamin. Gen yang
hanya dapat diekspresikan pada salah satu jenis kelamin dinamakan gen terbatasi
kelamin (sex limited genes). Contoh gen semacam ini adalah gen yang mengatur
produksi susu pada sapi perah, yang dengan sendirinya hanya dapat diekspresikan pada
individu betina. Namun, individu jantan dengan genotipe tertentu sebenarnya juga
mempunyai potensi untuk menghasilkan keturunan dengan produksi susu yang tinggi
sehingga keberadaannya sangat diperlukan dalam upaya pemuliaan ternak tersebut.

2.4. Gen-gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin tertentu


Gen terpengaruh kelamin (sex influenced genes) ialah gen yang
memperlihatkan perbedaan ekspresi antara individu jantan dan betina akibat pengaruh

5
hormon kelamin. Sebagai contoh, gen autosomal H yang mengatur pembentukan tanduk
pada domba akan bersifat dominan pada individu jantan tetapi resesif pada individu
betina. Sebaliknya, alelnya h, bersifat dominan pada domba betina tetapi resesif pada
domba jantan. Oleh karena itu, untuk dapat bertanduk domba betina harus mempunyai
dua gen H (homozigot) sementara domba jantan cukup dengan satu gen H (heterozigot).
Contoh lain gen terpengaruh kelamin adalah gen autosomal B yang mengatur
kebotakan pada manusia. Gen B dominan pada pria tetapi resesif pada wanita.
Sebaliknya, gen b dominan pada wanita tetapi resesif pada pria. Akibatnya, pria
heterozigot akan mengalami kebotakan, sedang wanita heterozigot akan normal. Untuk
dapat mengalami kebotakan seorang wanita harus mempunyai gen B dalam keadaan
homozigot.

6
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Syamsuddin, 2005. Al Qur’an Orientalisme dan luxenberg. Yogyakarta: Lembaga


Pendidikan Insani.

Anggara, Febby H. D. 2013. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di
Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol.5
No.1.

Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Penerbit Alfabeta : Bandung

Khasan, Nafis Ali. 2012. Korelasi Denyut Nadi Istirahat Dan kapasitas Vital Paru Terhadap
Kapasitas Aerobik. Journal Of Physical Education, Sports, Health and Recreations
Vol.1 No.4

Kimball, J.W. 1987. Biologi Umum Edisi 5 Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Syaifuddin. 2008. Anatomi Fisiologi Edisi 4. EGC : Jakarta.

Wylie, Linda. 2010. Esensial Anatomi & Fisiologi. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai