Disusun oleh:
1. Alia Fadzilatun N (04)
2. Rafa Galih Yunanda (28)
SMAN 1 Banjarnegara
Pendahuluan
Poliploidi adalah keadaan sel yang memiliki lebih dari dua genom dasar (3x, 4x, 5x dan
seterusnya), ditemukan banyak pada kingdom tanaman. Poliploidi dapat berisikan dua atau
lebih pasang genom dengan segmen kromosom yang homolog, keseluruhan kromosom
homolog atau keseluruhan kromosom tidak homolog. Perbedaan satu dengan yang lain pada
sejumlah gen atau segmen kromosom yang menyebabkan sterilitas sebagian atau seluruhnya
(Stebbins, 1950 dalam Sareen, Chowdhury dan Chowdhury, 1992).
Monstera merupakan genus dari famili Araceae yang memiliki kurang lebih 25 spesies jenis
Monstera. Monstera memiliki daun yang lebar dengan pola belahan pada helaian (splitleaf),
halus dan mengkilap dapat membuat visualisasi dasar (background filler) pada rangkaian
bunga (BALITHI, 2019). Kegemaran tanaman monstera yang saat ini sangat digemari
mengakibatkan peluang yang besar untuk membudidayakan dan mengembangkan tanaman
monstera. Perbanyakan tanaman monstera dapat dilakukan dengan stek batang.
Penigkatan minat masyarakat Indonesia pada tanaman hias mengakibatkan pemenuhan untuk
perminataan tanaman perlu disediakan dalam jumlah yang banyak. Keragaman tanaman dapat
ditingkatkan dengan perlakuan mutasi buatan, salah satunya adalah dengan mutasi induksi
kimia menggunakan mutagen kimia seperti Streptomycin. Induksi mutasi merupakan salah
satu alternatif untuk mendapatkan varian baru pada tanaman Monstera dalam waktu yang
relatif lebih cepat. Mutasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna, guratan, dan
bentuk daun (Purwanto, 2006).
Tanaman ini awalnya tidak mendapat perhatian dan harganya pun relatif sangat murah. Harga
satu polibag M. adansonii muda dengan 3-4 daun hanya dibandrol sekitar Rp 10 ribu. Namun
jenis yang paling banyak dicari adalah jenis variegata dengan daun berwarna campuran hijau,
putih, atau kuning. Jenis variegata ini dapat mencapai harga Rp 50 juta (Saputra, 2020).
Tanaman M. adansonii variegata yang ada terjadi karena mutasi alami. Namun tanaman
variegata sangat sulit diperoleh secara alami. Mutasi alami membutuhkan waktu yang sangat
lama dan jumlahnya terbatas oleh karena itu harganya pun menjadi mahal.
Variegata adalah bagian tanaman yang berbeda penampilan warnanya dari tampilan aslinya.
Sifat variegata terjadi karena perubahan genetik atau mutasi pada sel-sel tanaman. Umumnya
bagian yang mengalami variegata terletak berdampingan pada bagian tubuh tanaman tertentu.
Ekspresi dari variegata adalah bercak warna berbeda yang dengan warna aslinya. Umumnya
variegata menghasilkan warna putih atau kuning bahkan merah muda dengan coraknya tidak
beraturan atau beraturan.
Streptomycin adalah zat yang termasuk antibiotik. Zat ini dalam konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan mutasi variegata. Streptomycin digunakan membuat tanaman variegata dan
meningkatkan performa tanaman hias. Streptomycin berfungsi untuk varigata mutasi genetik
pada batang, daun dan performer daun pada tanaman hias secara permanen. Variegata yang
disebabkan oleh Steptomycin bersifat permanen. Pemakaian Streptomycin pada dosis yang
tinggi juga berfungsi sebagai herbisida (Environmental Protection Agencies, 2013).
Isi
Alat dan Bahan
1. Tanaman M. Adansonii
3. 1L Air murni
4. Wadah
Cara Kerja
Pengaplikasian yang dilakukan dengan cara meneteskan Streptomycin dengan dosis 400 ppm
dan 800 ppm sebanyak 8 tetes/hari secara manual pada ujung pucuk dengan harapan tetesan
butiran air mampu masuk ke dalam jaringan pucuk dan akhirnya masuk ke titik tumbuh
dengan sistem difusi dam osmosi dari dinding sel dan sebagian memalui stomata. Kelemahan
cara ini ialah lambatnya proses difusi dan osmosis, dan berpeluang terbuangnya butiran cairan
akibat penguapan karena suhu dan angin. Pemberian zat tersebut diharapkan akan merusak
DNA tanaman dan akan menghasilkan tanaman variegata.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa DNA suatu M. Adansonii yang diberi
Streptomycin bila terjadi perbaikan DNA maka organisme tersebut mampu bertahan hidup.
Sebaliknya, bila organisme tidak mampu melakukan perbaikan DNA maka akan terjadi
penurunan viabilitas dan organisme tersebut tidak mampu bertahan hidup (Shuet al.,2012). Hal
ini menyebabkan perubahan struktur selular sel dan metabolisme seperti: proses dilasi dari
membran tilakoid, perubahan fotosintesis, sistem antioksidatif, dan terjadi akumulasi fenolik
(Kim et al., 2004; Wi et al., 2005).
Daftar Pustaka
Ahloowalia, B. S., & Maluszynski, M. (2001). Induced mutations-a new paradigm in plant
breeding. Euphytica, 118, 167-173.
Duncan, D. R., & Widholm, J. M. (1990). Techniques for Selecting Mutan from Plant Tissue
Culture. In: Pollaer, J. W., & Walker, J. M. (Eds.) Plant Cell, Tissue Culture: Methods in
Molecular Biology (pp. 443-465). 6th Ed. The Human Press: New York.
Hameed, A., Shah, T. M., Atta, B. M., Haq, M. A., & Sayed, H. (2008).