Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Antigonon leptopus merupakan salah satu tanaman hias yang banyak di

temukan di daerah perkebunan kelapa sawit dan karet. Tanaman ini memiliki

nama lain yaitu coral vine yang juga disebut chain of love dan Mexican

creeper (Antigonon). Tanaman Antigonon leptopus berasal dari Meksiko dan

umumnya ditemukan di Asia, Afrika, Karibia dan Amerika dibudidayakan sebagai

tanaman hias karena bunganya yang mencolok dan sebagai sumber nektar untuk

produksi madu(Raju et al., 2011).Tanaman berbunga menyediakan sumber

makanan untuk tumbuh kembang serangga, termasuk parasit dan predator.

Serbuk sari yang diberikan oleh tumbuhan berbunga mengandung banyak

unsur hara seperti protein, nitrogen, asam amino, pati, lemak dan senyawa lipid

(Suci dan Sulistyowati, 2014).Antigonon leptopus dapat tumbuh disegala jenis

tanah dan toleran terhadap kekeringan dan kondisi tanah yang buruk (Gilman

2007). Pertumbuhan antigonon akan maksimal dengan bantuan sinar matahari

penuh dan pH tanah 5,0 sampai 5,5. Antigonon memiliki warna bunga merah

muda dan putih. Perbanyakan antigonon dapat dilakukan melalui biji dan stek

batang ( Ernest etal., 2007).

Perluasan keanekaragaman genetik tanaman dapat dilakukan dengan

menggunakan mutagen fisik atau mutagen kimiawi untuk menginduksi mutasi.

Mutagen kimia yang biasanya dilakukan untuk menginduksi mutasi

diantaranya …kolkisin, EMS……(Fithriyyah, 2017), sedangkan mutagen fisik

1
biasanya menggunakan radiasi sinar X, radiasi sinar gamma, dan radiasi sinar

ultra violet. Salah satu contoh paling umum dari induksi mutasi fisik adalah

radiasi gamma.

“Radiasi dapat menyebabkan mutasi, karena sel yang diradiasi akan

menanggung beban energi kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau

mengubah reaksi kimiawi sel tumbuhan, yang pada akhirnya menyebabkan

perubahan susunan kromosom tumbuhan (BATAN, 2008).Terjadinya mutasi

dapat dilihat dari munculnya keanekaragaman genetik tanaman, meliputi

morfologi tanaman, kematangan, karakteristik benih (perubahan ukuran, warna,

dan komposisi hara), ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik, tingkat

produktivitas, dan berbagai macam perubahan.Ciri-ciri lain seperti kemampuan

beradaptasi dan kepekaan terhadap durasi,diradiasi melalui proses seleksi dan

pengujian lebih lanjut, dan dimungkinkan untuk memperoleh varietas unggul

(Borojevic 1990; Agusrial 2008).

Dosis iradiasi yang diberikan terhadap suatu tanaman bergantung pada

jenis, fase tumbuh, ukuran, kekerasan, dan bahan.Untuk tunas, seperti pada

tanaman manggis, dosis iradiasi yang diberikan berkisar antara 0-40 Gy (Qosim

etal.,2007), sedangkan untuk biji kecombrang dosis iradiasi yang diberikan

berkisar antara 20-40 Gy (Dwiatmini et al., 2009).

2
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap keragaan tunas Antigonon

leptopus

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh iradiasi sinar gamma

terhadap keragaan Antigonon leptopus

1.4 Hipotesis

Diduga diperoleh Antigonon leptopus yang beraneka ragam secara genetik

1.5 Tujuan Penelitian

Sebagai informasi mengenai induksi mutasi pada Antigonon leptopus

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antigonon Leptopus

Klasifikasi ilmiah tanaman antigonon leptopus yaitu kerajaan plantae,

divisi, magnoliophyta, kelas magnoliopsida, ordo caryopyllales, family

polygonaceae, genus antigonon (Pahan I, 2011). Polygonaceae memiliki klade

yang beranekaragam baik secara morfologis. Family ini memiliki hampir 1.200

spesies dalam 48 genera (Freeman dan Reveal 2005). Dominasi tumbuhan

merambat diproyeksikan semakin tinggi karena meningkatnya suhu global akibat

perubahan iklim (Phillips et al. 2002).

“Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini memiliki banyak nama, antara lain

coral vine, Coralina dan Bellisima grande.Di Indonesia disebut Antigonon

leptopus (Air mata pengantin). Batangnya juga memiliki alat pembelit yang

digunakan untuk membungkus, tanaman merambat untuk menopang tegaknya

tanaman. Daun berbentuk hati, berwarna hijau, dan permukaan daun

bergelombang (tidak rata).

Menurut modifikasinya, Antigonon Leptopus memiliki alat pembelit dari

cabang atau kuncup daun, dimana pangkal tumbuhnya dapat dilihat pada ketiak

daun atau pada sisi berlawanan dari daun. Sulur tanaman ini dapat tumbuh

dengan cepat dan bersifat invasif, setelah sulur tersebut terbentuk akan cepat

menyebar dari umbi bawah tanah kemudian bergabung dengan tanaman lain..

Tanaman memiliki alat pembelit yang bisa digunakan sebagai penyangga

tanaman tegak atau nantinya untuk bunganya. Akar membengkak, memanjang dan

4
menggumpal, batang berusuk dengan panjang 3-6 cm, rambut halus, dan ruas

tulang rusuk membesar. Daun mirip batang tanpa selaput batang, daun segitiga

atau lonjong, pangkal daun lebar dan berbentuk hati, cabang runcing, panjang

daun 5-10 cm, permukaan daun bergelombang Bunga (tidak rata) tersusun atas

malai majemuk, dari ketiak dan tumbuh hermafrodit. 5 corolla, merah muda atau

putih, panjang sekitar 7 mm

Tiga kelopak luar berbentuk lonjong, seperti hati, sedangkan dua kelopak

bagian dalam lebih runcing. Setelah semuanya mekar sempurna, mahkota akan

mengembang dan menutupi buah seperti selaput hijau. Ada 7-9 garis, pangkal

batang seragam, putik berbentuk kancing, buah lonjong sampai kerucut, panjang

sekitar 1 cm, dan ujung segitiga. Posisi biji berada pada alur membujur buah.

Kingdom :Plantae

Subkingdom :Tracheobionta

Super devisi : spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Hamamelidae

Ordo : Polygonales

Famili : Polygonaceae

Genus : Antigonon

Spesies :Antigonon Leptopus

5
2.2MUTASI

“Mutasi adalah perubahan tiba-tiba pada materi genetik suatu organisme

yang bersifat acak dan merupakan sumber dasar dari berbagai organisme hidup

yang dapat diwariskan. Terjadinya mutasi disebut mutagenesis, dan organisme

yang mengalami mutasi disebut mutan, dan faktor yang menyebabkan mutasi

disebut mutagen (mutagenes). Perubahan urutan nukleotida protein yang

dihasilkan tidak dapat berfungsi secara normal di dalam sel, dan sel tidak dapat

mentolerir inaktivasi protein tersebut yang akan mengakibatkan kematian (mutasi

fatal) ( Warianto, 2011).

Induksi mutasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk

meningkatkan keanekaragaman tanaman (Wulan, 2007) Mutasi gen terjadi karena

perubahan genetik dan bersifat spontan, Gen yang berubah karena mutasi disebut

mutan. Induksi mutasi telah dilakukan pada tanaman hias sejak tahun 1930

(Karniasan, 2005), dan baru diperkenalkan di Indonesia setelah didirikannya alat

penerangan Co60 di Pusat Penerapan Isotop dan Radiasi dan dilakukan penelitian

pada hari Jum'at tahun 1967 dan Prosedur dengan induksi mutasi yang kuat baru

dimulai pada tahun 1972. (Soedjono, 2003).

Induksi mutasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk

meningkatkan keanekaragaman tanaman (Wulan, 2007) Mutasi gen terjadi karena

perubahan genetik dan bersifat spontan, Gen yang berubah karena mutasi disebut

mutan. Induksi mutasi telah dilakukan pada tanaman hias sejak tahun 1930

6
“Indukasi mutasi fisik dengan iradiasi sinar gamma memberikan pengaruh

yang berbeda antara tanaman hias. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat

radiosensivitas masing-masing tanaman. Semakin tinggi tingkat radiosensivitas A.

Costatum dab A. Dona Carmen tergolong tinngi, sehingga tidak terdapat LD50

pada dosis penembakan 10 Gy-50 Gy (Misniar,2008).

Mutasi adalah sumber dasar dari semua mutasi genetik. Mutasi genetik ini

menyediakan bahan mentah untuk evolusi. Tanpa mutasi, evolusi biologis tidak

dapat terjadi. Mutasi dapat menambah atau mengurangi satu atau lebih sifat baru

yang spesifik tanpa mengubah keseluruhan sifat baik yang dimiliki sebelumnya

(Predieri, 2001).

Mutagen fisik adalah radiasi ion yang meliputi sinar X, sinar gamma,

partikel beta ,partikel alfa, da pemuliaan tanaman (Lestari, 2012).Mutasi dapat

menghasilkan variasi genetik yang dapat digunakan dalam pemuliaan tanaman,

tetapi perubahan genetik tersebut tidak disebabkan oleh rekombinasi. Pemuliaan

variasi dapat digunakan untuk mendapatkan varietas unggul dengan sifat yang

lebih baik tanpa mengubah sifat unggulannya (Soeranto, 2003)”.

Tujuan mutasi adalah untuk memperbanyak variasi tanaman mutan. Hal

ini ditunjukkan misalnya dengan adanya perubahan kandungan unsur hara atau

morfologi dan kenampakan tanaman. Semakin banyak varietas, semakin besar

peluang pemulia atau staf yang merakit varietas unggul untuk memilih tanaman

yang mereka butuhkan. Melalui teknologi penyiaran (radiasi), setelah melalui

serangkaian pengujian, seleksi dan sertifikasi bibit tanaman, tanaman mutan atau

7
tanaman mutan dengan karakteristik yang diharapkan dapat dihasilkan (Amien

dan Carsono, 2008).

“BATAN (2006) menyatakan bahwa radiasi sinar gamma pada tingkat

atau dosis rendah (mutasi mikro) lebih sedikit mempengaruhi karakter kuantatif

tanaman dan kromosom dibandingkan dengan mutasi makro yang menggunakan

iradiasi sinar gamma pada dosis yang tinggi.Dalam bidang pemuliaan tanaman,

teknologi mutasi dapat meningkatkan keanekaragaman genetik tanaman untuk

mencapai pemuliaan yang dibutuhkan. Dengan mengolah zat mutagenik tertentu

pada organ reproduksi tanaman, seperti biji, batang, serbuk sari, rimpang, kultur

jaringan, dan lain-lain, dapat dilakukan induksi mutasi pada tanaman. Jika proses

mutasi alami berlangsung sangat lambat, beberapa perlakuan mutagen dapat

digunakan untuk menginduksi percepatan, frekuensi dan spektrum mutasi

tanaman. Umumnya, bahan mutageb bersifat radioaktif dan memiliki energi tinggi

dari produk nuklir (www.indonesiatelenceter.net., 2008).Perkembangbiakan

dengan mutasi memiliki beberapa kelemahan yaitu sifat yang diperoleh tidak

dapat diprediksi, dan pada generasi selanjutnya akan terdapat ketidakstabilan sifat

yang diturunkan (Syukur, 2000) .

2.3 Radiasi sinar gamma

Radiasi adalah energi yang dipancarkan melalui material atau ruang dalam

bentuk energi, panas, partikel atau gelombang elektromagnetik (foton) (Batan,

2008). Radiasi berenergi tinggi adalah suatu bentuk energi yang melepaskan

energi dalam jumlah besar, kadang disebut radiasi pengion (BATAN, 2008).

8
Radiasi sinar gamma dipancarkan oleh isotop radioaktif. Panjang gelombangnya

lebih pendek dari sinar X, dan penetrasi kekuatan yang paling berpengaruh.

Hidayat (2004) menunjukkan bahwa sinar gamma adalah bentuk radiasi

terkuat yang diketahui, dan intensitasnya satu miliar kali lebih tinggi daripada

radiasi sinar-X.Sinar gamma merupakan jenis radiasi gelombang

elektromagnetik.Sinar gamma tidak bermassa dan tidak memiliki muatan

sehingga daya tembusnya tinggi. Atom yang memancarkan sinar gamma tgidak

akan mengalami pengurangan nomor atgom maupun nomor massa, hanya

atomnya saja yang berada dalam keadaan tereksitasi kembali ke keadaan dasar

(Akhadi,2000).

Semakin besar dosiss radiasi maka semakin pengaruh perubahan genetic

dan fisiologis yang akan terjadi (Ratna, 1998).Dosis radiasi untuk mendapatkan

mutan tergantung pada jenis tanaman, masa pertumbuhan, ukuran, kekerasan dan

bahan yang akan dimutasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi sinar

gamma pada dosis 100 Gy dapat mengubah warna bunga, sedangkan dosis

maksimum bulir adalah 5 kGy (Herison etal., 2008).

Dosis yang terlalu tinggi akan menghambat pembelahan sel dan

menyebabkan kematian sel, sehingga mempengaruhi proses pertumbuhan

tanaman, menurunkan kemampuan tumbuh tanaman dan morfologi tanaman.

Namun radiasi dosis rendah tidak cukup untuk menyebabkan mutasi pada

tumbuhan, karena frekuensi mutasi yang terlalu rendah untuk menghasilkan

beberapa fragmen mutan (Hammed et al., 2008).

9
Untuk menentukan besarnya radiasi suatu sinar gamma radioaktif terhadap

suatu varietas, terlebih dahulu dilakukan orientasi dosis, karena masing-masing

bahan atau organisme mempunyai kepekaan yang berbeda

(BATANG,2012).Pemberian dosis iradiasi yang telatif rendah dapat

meningkatkan aktivitas hormon pada sel somatik atau terbentuknya anti oksidan

pada sel tanaman (Wi et al.,2007). Dosis radiasi yang dibutuhkan untuk

membentuk varietas yang lebih tinggi tergantung pada jenis tanaman, masa

pertumbuhan, ukuran, kekerasan dan bahan yang diiradiasi.

Menurut Devy dan Sastra (2006) terjadinya penghambatan pertumbuhan

akar pada tanaman jahe hasil iradiasi gamma disebabkan adanya gangguan

aktivitas auksin endogen yang terjadi setelah proses iradiasi sehingga konsentrasi

endogen berkurang dan akar pun tidak terbentuk.Ciri-ciri tinggi tanaman atau

penurunan tinggi tanaman merupakan indikator yang paling umum digunakan

untuk mengamati pengaruh fisik dan kimia mutagen (Aisyah, 2006).

Mutasi dapat menambah atau mengurangi satu atau lebih karakteristik

baru, dan karakteristik tersebut tidak akan mengubah keseluruhan karakteristik

baik yang dimiliki sebelumnya (Predieri, 2001). Bahan iradiasi (mutan) yang

sering digunakan dalam penelitian dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu

mutagen kimia (chemical mutagen) dan mutagen fisik (mutagen fisik) (Aisyah,

2009).

10
2.4 Top Soil

Umumnya pembibitan tumbuhan hutan menggunakan tanah lapisan atas

dalam jumlah besar sebagai media pertumbuhan benih (Indrayanto, 2013). Namun

di beberapa lokasi pembibitan, ketersediaan lapisan tanah pucuk semakin

berkurang karena lapisan tanah pucuk telah dimanfaatkan atau lahan tersebut

terdegradasi akibat erosi atau penambangan (Sanuabari, 2014). Tanah lapisan atas

adalah tanah yang diperoleh dari tanah yang masih bagus yang mengandung

bahan organik, berwarna lebih gelap dan relatif subur (Sani et al., 2017).

Kekurangan satu atau lebih unsur hara dapat menyebabkan pertumbuhan

tanaman tidak normal. Jika nutrisi kurang dari kebutuhan optimal maka

pertumbuhan tidak akan optimal.Selain itu, pada daerah yang kekurangan unsur

hara, laju pertumbuhan tanaman akan sangat lambat (Lakit, 2000).

Tanah top soil memiliki kandungan unsur hara lengkap yang dibutuhkan

oleh tanaman. Hasil penelitian (Gusta et al., 2014) menunjukkan bahwa top soil

memiliki pengaruh yang besar dalam optimalisasi pertumbuhan benih, dan

kesuburan lapisan ini sulit tergantikan.Klasifikasi tanah Hardjowigono (2010)

merupakan upaya untuk membedakan tanah berdasarkan sifat-sifatnya.Hal ini

tidak hanya terkait dengan ketersdiaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi

juga terkait dengan factor lingkungan tumbuh yang lain (Septiani, 2008).

11
2.5 Pupuk Kandang

Pupuk memiliki sifat alami, tidak akan merusak tanah, dan dapat

memberikan nutrisi dalam jumlah besar seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,

dan sulfur. Elemen jejak seperti besi, boron, seng, kobalt, dan molibdenum. Selain

itu, fungsi pupuk adalah untuk meningkatkan nilai daya tampung air, aktivitas

mikroba tanah, daya tukar kation, dan memperbaiki struktur tanah.Menurut

(Setiawan, 2002), pengaruh pemupukan tidak langsung membuat tanah lebih

mudah menyerap air.

Pupuk kandang adalah pupuk yang diambil dari kotoran ternak seperti

sapi, kuda, kambing, ayam dan babi yang mempunyai fungsi ganda yaitu

menambah unsur hara tanaman, meningkatkan kandungan humus dan bahan

organik tanah, memperbaiki struktur tanah dan memperbaiki mikroba tanah

(Sutejo, 2002).

Pupuk merupakan salah satu sumber bahan organik dan dapat digunakan

untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah, menyediakan mikronutrien

dan memperbaiki struktur tanah (Saputra, 2008).Penggunaan bahan organik

meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan siklus hara di dalam tanah

(Bawoyle, 2006).

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakanmulai bulan Maret sampai dengan April 2021 di

desa Bakara Batu, Kabupaten Labuhan Batu.

3.2Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan ialah biji bunga Antigonon leptopus berwarna

pink.Bahan tambahan yaitu tanah, polybag, dan pupuk kandang.Alat yang

digunakan diantaranyakayu penyangga, gembor, cangkul, dan alat tulis.

3.3 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Kelompok(RAK) yang terdiri dari 1 perlakuan yaitu perlakuan iradiasi sinar

gamma dengan berbagai taraf dosis iradiasi diantaranya 0, 100, 200, 300 dan 500

Gray. Setiap taraf dosis iradiasi terdiri dari 8 tanaman dan diulang sebanyak tiga

kali.

O0 : Kontrol

O1 : 100 Gy

O2 : 200 Gy

O3 : 300 Gy

O4 : 500 Gy

13
Lampiran Bagan Percobaan

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

Oo O4 O1
0O2o 0Oo3 0Oo3
0Oo3 0Oo1 O04o
0Oo1 0
Ooo 0Oo2
O04o O02o 0Ooo
0o
Keterangan : 0o 0o
Jumlah ulanagan : 3 Ulangan

Jumlah plot : 15 Plot

Jumlah tanaman perplot : 8 Tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 120 Tanaman

Jarak antar tanaman : 50 cm

Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar ulangan : 60 cm

Luas lahan : 500 cm x 1500 cm

14
3.4 Metode Analisis

Model linier pada penelitian ini adalah:

Yij = µ + αi + uj + εij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dengan ke-j

µ = Nilai rataan umum

αi = Pengamatan perlakuan ke i

uj = Pengaruh ulangan ke j

εij = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i =1, 2, 3 . . . .

j =1, 2, 3. . . .

Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan uji F pada tarif 5 %,

jika berbeda nyata dilakukan uji lanjut dengan uji tukey pada taraf 5%.

3.5 Pelaksannan Penelitian

3.5.1 Persiapan lahan

Diukur areal pertama yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma,

Kemudian dibentuk jarak antar tanaman 50 cm dan jarak antar ulangan 60 cm.

3.5.2 Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, tanah dibersihkan

dari akar-akar sisa tanaman, tanah diisi kedalam polybag berukuran 2 kg dengan

tanah topsoil yang dicampur dengan pupuk kandang kambing. Tanah didiamkan

selama 2 minggu

15
3.5.3 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan melubangi sedalam 1 cmsetiap lubang

ditanaman 1 biji antigonon leptopus lalu ditutup dengan tanah, kemudian letakkan

ditempat teduh.

3.5.4 Perawatan

Apabila tanaman sudah tumbuh tinggi maka sebentar lagi akan mengeluarkan

bunga. Potong atau pangkas tanaman agar membentuk pola yang diinginkan. Jika

bunga sudah muncul dilakukan penyiraman air secara rutin dan melakukan

penyiangan untuk menghilangkan gulma yang mengganggu tanaman.

3.6 Parameter pengamatan

3.6.1 Tanaman hidup ( % )

Prentase tanaman hidup dilihat setelah perlakuan radiasi pengamatan selama

3 bulan

3.6.2 Panjang sulur

Bibit diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh (apikal), dilakukan 1

minggu sekali dan pengamatan dilakukan secara terus menerus selama kurang

lebih 3 bulan

3.6.3 Bentuk daun

Bentuk daun dilihat dari bentuk daun yang telah di iradiasi pada tanaman

Antigonon Leptopus

3.6.4 Jumlah daun

Dihitung berdasarkan jumlah daun setiap tanaman yang telah membuka

sempuna.

16
3.6.5 Jumlah bunga

Jumlah bunga dihitung berdasarkan waktu munculnya pembungaan pertama

3.6.6 Bentuk bunga

Bentuk bunga dilihat saat bunga mekar sempurna

17
DAFTAR PUSTAKA

Balasubramani, G., Deepak, P., Sowmiya, R., Ramkumar, R., & Perumal, P.
(2015). Antigonon leptopus: A potent biological source for extermination
of fish bacterial pathogens Providencia and Aeromonas. Natural Product
Research, 29(10), 958–960.
https://doi.org/10.1080/14786419.2014.957696
Cahyo, F. A., & Dinarti, D. (2015). Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma terhadap
Pertumbuhan Protocorm Like Bodies Anggrek Dendrobium lasianthera
(JJ. Smith) secara In Vitro. Jurnal Hortikultura Indonesia, 6(3), 177.
https://doi.org/10.29244/jhi.6.3.177-186
Hartati, S., Saragih, Y., Rizal, K., & Sitanggang, K. D. (2020). Induksi Mutasi
Kara Benguk ( Mucuna pruriens L .) Menggunakan Iradiasi Sinar Gamma
Induction of Kara Benguk ( Mucuna pruriens L .) Mutation Using Gamma
Ray Irradiation. 22(2), 105–108.
Herison, C., Rustikawati, Sutjahjo, S., & Aisyah, S. I. (2008). Induksi Mutasi
Melalui Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Benih Untuk

Meningkatkan Keragaman Populasi Dasar Jagung (Zea Mays L.). Akta Agrosia,
11(l).
Kekuda, P. T. (2018). Medicinal Uses, Phytochemistry and Pharmacological
Activities of Antigonon leptopus Hook. and Arn. (Polygonaceae): A
Review. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 10(2), 103–
110. http://www.jocpr.com/articles/medicinal-uses-phytochemistry-and-
pharmacological-activities-of-antigonon-leptopus-hook-and-arn-
polygonaceae-a-review.pdf
Mamidipalli, W. C., Nimmagadda, V. R., Bobbala, R. K., & Gottumukkala, K. M.
(2008). Preliminary studies of analgesic and anti-inflammatory properties
of Antigonon leptopus Hook. et Arn roots in experimental models.
Journal of Health Science, 54(3), 281–286.
https://doi.org/10.1248/jhs.54.281
Meliala, J. H. S., Basuki, N., & Seogianto, A. (2016). PENGARUH IRADIASI
SINAR GAMMA TERHADAP PERUBAHAN FENOTIPIK TANAMAN
PADI GOGO ( Oryza sativa L .) THE EFFECT OF GAMMA
IRRADIATION ON PHENOTYPIC CHANGING IN UPLAND RICE
PLANTS ( Oryza sativa L .). Jurnal Produksi Tanaman, 4(7), 585–594.
Pasca, S., & Ipb, S. (2009). Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap. 1–21.

18
Prashith Kekuda T.R. Raghavendra H.L. (2018). Medicinal Uses, Phytochemistry
and Pharmacological Activities of Antigonon leptopus Hook. and Arn.
(Polygonaceae): A Review. Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, 10(2), 103–110.
Sari, N. M. P., Sutapa, G. N., & Gunawan, A. A. N. (2020). Pemanfaatan Radiasi
Gamma Co-60 untuk Pemuliaan Tanaman Cabai ( Capsicum annuum L .)
dengan Metode Mutagen Fisik. Buletin Fisika, 21(2), 47–52.
Siahaan, J., Ginting, J., & Sipayung, R. (2017). Pengaruh Media Tanam Top Soil,
Debu Vulkanik Gunung Sinabung Dan Kompos Jerami Padi Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana Tabacum L.).
Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 5(1), 113–119.
https://doi.org/10.32734/jaet.v5i1.14196
UPI. (1994). Mutasi. 9.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091
994031-
KUSNADI/BUKU_SAKU_BIOLOGI_SMA,KUSNADI_dkk/Kelas_XII/
6._Mutasi/MUTASI_ZV.pdf
Vandebroek, I., Picking, D., Aiken, S., Lewis, P. A., Oberli, A., Mitchell, S., &
Boom, B. (2018). A Review of Coralilla (Antigonon leptopus): An
Invasive and Popular Urban Bush Medicine in Jamaica. Economic Botany,
72(2), 229–245. https://doi.org/10.1007/s12231-018-9415-5
Warid, Khumaida, N., Purwito, A., & Syukur, M. (2017). Pengaruh Iradiasi Sinar
Gamma pada Generasi Pertama ( M1 ) untuk Mendapatkan Genotipe
Unggul Baru Kedelai Toleran Kekeringan Influence of Gamma Rays
Irradiation on First Generation ( M1 ) to Obtain New Promising Drought-
Tolerance Soybean Genotype . Breedi. Agrotrop, 7(1), 11–21.
Warmadewi, D. A. (2017). Buku Ajar Mutasi Genetik. Mutasi Genetik, 15–
16(Mutasi), 1–53.
Yunita, R., Khumaida, N., Sopandie, D., & Mariska, I. (2016). Pengaruh Iradiasi
Sinar Gama terhadap Pertumbuhan dan Regenerasi Kalus Padi Varietas
Ciherang dan Inpari 13. Jurnal AgroBiogen, 10(3), 101.
https://doi.org/10.21082/jbio.v10n3.2014.p101-108

19

Anda mungkin juga menyukai