PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Ummi Habibah
1401061
menggunakan ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan baik berupa akar, kulit
batang, daun, bunga, atau bijinya. Agar pengobatan secara gtradisional dapat
(Lenny, 2006).
berangan dengan nama ilmiah Castanopsis argentea (BL) DC. Merupakan salah
satu famili fagaceae yang banyak tersebar Distribusinya meliputi Timur laut India
(Indochina dan Malesia). di Kawasan Malesia tercatat 34 jenis dan yang paling
2016)
yang dapat ditemukan pada bagian kulit batang, buah, dan daunnya. Beberapa
fenolik dan flavonoid, dimana dari hasil penelitian dari Tuyen et al (2016) bahwa
sebesar 35,47 mg GAE/g berat kering dan ekstrak etanol daun C. phuthoensis
2,23 mg RE/g berat kering, dan ekstrak etanol daun C. phuthoensis ialah sebesar
kandungan fenolik total dan flavonoid total dari ekstrak etanol kulit batang dan
daun C. grandicicatrica dengan hasil fenolik total ekstrak etanol kulit batang
sebesar 34,13 mg GAE/g berat kering dan fenolik total ekstrak etanol daun
sebesar 11,20 mg GAE/g berat kering. Sedangkan kadar flavonoid total ekstrak
etanol kulit batang C. grandicicatrica ialah sebesar 3,04 mg RE/g berat kering dan
kadar flavonoid total ekstrak etanol daun C. grandicicatrica ialah sebesar 7,91 mg
Dari kandungan kimia yang dimiliki oleh beberapa tanaman dari genus
Dari beberapa hasil penelitian dan uraian diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan isolasi metabolit sekunder dan uji aktivitas antioksidan dari
metode DPPH. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait
(BL.) DC).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Tinjauan Umum Tumbuhan Castanopsis argantea (BL.) DC
2.1.1. Family Fagaceae
Fagaceae merupakan salah satu suku tanaman yang besar dengan jumlah
jenisnya lebih dari 700 jenis di seluruh dunia. Suku Fagaceae tergolong dalam 7
marga, yang sebagian besar jenisnya tumbuh di belahan bumi bagian utara . Hutan
Asia Tenggara memiliki pegunungan yang luas dengan keragaman hayati yang
ketinggian dibawah 1300 m dpl., dan curah hujan >1000mm per tahun.
Jenis), Castanopsis (24 Jenis), Quercus (16 Jenis), Nothofagus (11 jenis), dan
jenis), Sumatera 44,64% (50 jenis), Jawa 18,75% (21 jenis), dan di daerah timur
berakar banir atau akar gantung, jenis kayunya mempunyai guratan yang indah
Fagaceae dipakai juga untuk bahan bangunan. Selain kayunya juga terdapat
beberapa produk minor non kayu dari Fagaceae seperti tanin dan chestnut (biji).
Karakteristik tandan bunga yang terkulai disebut “caltkin” dan nut (polong)
dibungkus dengan kulit keras yang disebut “cupule” atau cangkir kecil
jenis ±120 jenis. Distribusinya meliputi Timur laut India (Nepal, Bhutan, Assam),
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Fagales
Keluarga : Fagaceae
dengan berangan. Tumbuhan ini tersebar di daerah Sumatera Barat dan diseluruh
dengan diameter 0,5-1 m, kulit batang berwarna abu-abu gelap (Soepadmo, 1972),
tidak beralur dan tidak mengelupas. Panjang batang bebas cabang 25 m, tidak
gubal berwarna putih, kuning muda atau coklat muda, kadang-kadang kemerah-
merahan, tebal 2-12 cm, umumnya 5-6 cm. Tekstur kayu agak kasar sampai kasar
dan tidak merata, permukaannya licin dan agak mengkilap. Arah serat
Desember dan Februari. Jumlah buah 250 butir per kg atau 158 butir per liter.
Buah tidak dapat disimpan lama, karena daya kecambahnya cepat hilang. Buah
yang dapat ditemukan pada bagian kulit batang, buah, dan daunnya. Beberapa
kandungan fenolik total sebesar 35,47 mg GAE/g berat kering dan ekstrak etanol
phuthoensis ialah sebesar 2,23 mg RE/g berat kering, dan ekstrak etanol daun C.
phuthoensis ialah sebesar 12,55 mg RE/g berat kering. Tuyen et al (2016) juga
melakukan analisis kandungan fenolik total dan flavonoid total dari ekstrak etanol
kulit batang dan daun C. grandicicatrica dengan hasil fenolik total ekstrak etanol
kulit batang sebesar 34,13 mg GAE/g berat kering dan fenolik total ekstrak etanol
daun sebesar 11,20 mg GAE/g berat kering. Sedangkan kadar flavonoid total
ekstrak etanol kulit batang C. grandicicatrica ialah sebesar 3,04 mg RE/g berat
kering dan kadar flavonoid total ekstrak etanol daun C. grandicicatrica ialah
HPLC, ekstrak etanol daun dan kulit dari Castanopsis phuthoensis dan
Dari kandungan kimia yang dimiliki oleh beberapa tanaman dari genus
aktivitas antioksidan yang disebabkan oleh senyawa fenolik yang terdapat pada
bersumber dari asam sikimat (melalui fenilalanin) dan unit C6 yang diturunkan
dari jalur poliketida. Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil Co-
A, yang bergabung dengan unit C6-C3 (sebagai Co-A tioester) untuk membentuk
unit awal triketida. Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis
gabungan terdiri atas unit-unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur
hidroksil, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti, etanol, metanol,
butanol, aseton, air dan lain-lain. Adanya gula yang terkait pada flavonoid (bentuk
dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan
pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar
lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988).
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, buah, bunga dan biji. Kebanyakan flavonoid
menit, lalu disaring. Filtrat diuapkan hingga kering. Residu dilarutkan dalam 1-2
ml metanol 50%, jika perlu dengan pemanasan di atas penangas air, kemudian
ditambah sedikit logam magnesium dan 5-6 tetes asam klorida pekat, lalu
dipanaskan sebentar di atas penangas air dan warna yang timbul diamati (Hanani,
2015).
2.2.2. Alkaloid
(N) biasanya pada cincin heterosiklik dan bersifat basa. Senyawa alkaloid
kebanyakan berbentuk padatan dan berwarna putih, tetapi ada yang berupa cairan
yaitu nikotin, ada juga yang berwarna kuning seperti berberin dan serpentin.
Senyawa yang memiliki atom N, tetapi tidak termasuk dalam golongan alkaloid
antara lain asam amino, amina, dan asam nukleat (Hanani, 2015).
dipanaskan pada suhu 60oC sambil dikocok 15 menit. Larutan disaring, lalu
hingga jingga. Jika ditambahkan pereaksi Mayer akan terbentuk endapan putih
campuran polifenol yang sangat sulit dikristalkan. Tanin dengan air membentuk
larutan koloidal yang mempunyai reaksi asam dan rasanya sangat sepat. Makin
murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh
Tanin larut pula dalam pelarut organik yang polar, setidaknya sampai
batas tertentu, tetapi tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti benzen
dan kloroform. Larutan tanin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan
Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu: tanin terkondensasi atau
menghasilkan warna merah yang dapat diekstraksi dengan amil atau butil alkohol.
Tanin ini terdapat pada tumbuhan yang berkeping dua. Terutama terdiri
atas dua kelas, yang paling sederhana adalah depsida dan galoiglukosa. Pada
senyawa ini glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Cara
deteksi tanin terhidrolisi adalah dengan mengidentifikasi asam galat atau asam
elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat yang dipekatkan (Harborne, 1987).
Senyawa tanin dapat dideteksi dengan cara skrining fitokimia awal yaitu
dengan terbentuk warna hitam kebiruan atau hijau (Sangi et al, 2008).
satuan isopropena dan secara biosintesis masuk jalur asam mevalonat yang
Sterol atau steroid pada umumnya berupa alkohol dengan gugus hidroksil
pada C3. Sterol adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin
fitokimia awal yaitu sampel dilarutkan dengan kloroform, setelah itu ditambahkan
dengan asam asetat anhidrat sebanyak 0,5 ml, selanjutnya ditambahkan sebanyak
dkk, 2013).
2.2.5. Fenolik
yang mempunyai cincin aromatik, mengandung satu atau lebih gugus hidroksil
yang terikat langsung (Harborne, 2006). Senyawa fenolik cenerung mudah larut
dalam air karena umumnya seringkali berkaitan dengan gula sebagai glikosida.
Kelarutan senyawa fenolik dalam air bertambah bila gugus fungsi hidroksilnya
bertambah banyak. Senyawa fenolik umumnya larut baik dalam pelarut organik
2.2.6. Saponin
kepolaran yang tinggi. Sebagai glikosida, saponin dapat dihidrolisis dengan asam
atau enzim untuk menghasilkan aglikon (sapogenin), gula, dan asam uronat.
Saponin merupakan surfaktan yang kuat yang menimbulkan busa bila dikocok
dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel
darah merah. Saponin tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi dan merupakan
obat yang pahit menusuk. Saponin larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut
yaitu sampel ditambah aquadest. Kemudian dikocok kuat dan vertikal selama 10
detik. Hasil positif apabila timbul busa stabil selama 10 menit (Sukandar dkk,
2008).
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
kimia yang terdapat dalam bahan simplisia. Cara ekstraksi yang tepat tergantung
pada susunan jaringan, kandungan air, bahan tanaman dan jenis zat yang akan
Metode ekstraksi dapat digunakan dengan cara panas atau cara dingin.
Metode yang umum digunakan adalah cara dingin, yaitu maserasi. Maserasi bisa
digunakan diantaranya :
1. Maserasi
bahan alam atau tumbuhan dalam pelarut dan waktu tertentu. Maserasi ini
bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan
zat berkhasiat yang tidak tahan pemanasan maupun simplisia dengan zat
berkhasiat yang tahan pemanasan. Alat yang digunakan juga sederhana yaitu
dapat digunakan botol besar berwarna gelap atau Erlenmeyer yang sesuai, yang
Prinsip maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk sampel ke dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
2. Perkolasi
terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan keluar sampai
ekstraksi ini adalah senyawa yang tersari lebih sempurna dibanding maserasi.
Sedangkan kerugiannya adalah memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang
3. Sokhletasi
alam padat yang senyawa kimianya tahan panas. Prinsipnya yaitu menggunakan
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan alam tersebut.
melalui metode ini penyarian dapat dilakukan berulang-ulang dan pelarut yang
digunakan relatif sedikit. Tetapi kelemahan utama pada sokhletasi adalah tidak
kendala apabila sampel yang akan diekstraksi besar jumlahnya (Djamal, 1998).
dengan cara serbuk sampel ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas
saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga
cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam sampel
dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi
sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di
KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh
4. Digestasi
pada suhu 30oC sampai 40oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia pada suhu biasa
tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu
kamar dapat digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan bisa dicegah
(Sjahid, 2008).
5. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
6. Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infusa,
90oC. Dekokta dapat dilakukan untuk simplisia yang tidak mengandung minyak
atsiri atau simplisia yang mengandung bahan yang tidak tahan terhadap
7. Refluk
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, sedemikian
merupakan reaksi pengujian warna dengan satu pereaksi warna. Metode yang
(Noerono, 1994).
kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah
dan biji), terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif seperti alkaloid,
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan suatu zat dari suatu
penyarian dari bahan alam dapat digunakan bahan-bahan tumbuhan, hewan segar
maupun yang telah dikeringkan, tergantung simplisia dan senyawa yang akan
tumbuhan dilakukan secara fisikokimia, terutama dilakukan dengan salah satu dari
tipis (KLT), kromatografi gas cair (KGC) dan kromatografi cair kinerja tinggi
fase yaitu menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile
perbedaan distribusi komponen diantara fase gerak dan fase diam (Vogel, 1978).
didasarkan atas penyerapan, partisi, atau gabungannya. KLT merupakan salah satu
kuantitatif dan isolasi skala preparatif. Teknik KLT sangat bermanfaat untuk
analisis obat dan bahan lain dalam laboratorium karena hanya memerlukan
peralatan sederhana, waktu yang cukup singkat, dan jumlah yang diperiksa cukup
a. Fase Diam
Fase diam adalah lapisan tipis penyerap yang seragam atau media terpilih
pelapis untuk mendapatkan lapisan yang stabil dengan ukuran yang sesuai.
Penyangga yang sering digunakan terbuat dari bahan gelas, plastik dan
alumunium, sedangkan penjerap yang paling sering digunakan antara lain silika
dapat dibuat dari slide mikroskop. Lapis tipis dapat mengandung indikator
fluorosensi akan berpendar jika disinari pada panjang gelombang yang tepat. Jika
tidak akan mencapai indikator fluorosensi dan tidak ada cahaya yang dipancarkan.
b. Fase Gerak
Sifat dan komposisi kimia fase gerak ditentukan oleh jenis zat yang
dipisahkan dan jenis penjerap yang digunakan untuk pemisahan. Komposisi fase
gerak dapat berupa pelarut murni maupun campuran kompleks dari beberapa
Terdapat pelarut yang merupakan donor atau aseptor pasangan elektron dan
mempunyai kemampuan untuk membentuk jembatan intermolekul (hidrofilik dan
pelarut polar) ataupun pelarut yang tidak mempunyai tersebut (lipofilik dan
pelarut non polar). Diantara perbedaan tersebut terdapat pelarut dengan polaritas
c. Metode Deteksi
Bercak yang terpisah dapat diamati dengan beberapa cara setelah lempeng
dikeringkan. Cara untuk mendeteksi bercak terdiri dari dua macam yaitu metode
kimia dan metode fisik. Dari kedua jenis tersebut, masing-masing dapat dibedakan
lagi menjadi dua macam metode destruktif dan non destruktif (tidak memberikan
adalah dengan asam sulfat, sedangkan metode non destruktif adalah dengan uap
iodine. Contoh untuk metode fisik adalah pengamatan di bawah sinar UV banyak
digunakan dan bersifat non destruktif terhadap sebagian besar zat, walaupun pada
selanjutnya dapat diperiksa dengan beberapa teknik. Jika zat berupa radioaktif
yang digunakan untuk menyatakan posisi dari zat setelah pengembangan, dapat
fase gerak cair dan fase diam padat. Penggunaan fase gerak (eluen) disesuaikan
pelarut tunggal maupun pelarut campur secara Step Gradient Polarity (SGP),
Kromatografi kolom biasanya menggunakan fase diam seperti silika gel 60 (70-
Fase diam yang akan digunakan ditempatkan dalam tabung kaca berbentuk
silinder, pada bagian bawah tertutup dengan katup atau kran dan fase gerak
dibiarkan mengalir ke bawah melaluinya dengan gaya berat atau gaya gravitasi
atau menggunakan tekanan yang didorong. Pada kondisi yang dipilih dengan baik,
eluen yang merupakan komponen campuran, komponen pada ekstrak turun berupa
mengalir keluar dari kolom dan mengumpulkannya sebagai fraksi dalam jumlah
tertentu. Jenis fase diam atau adsorben yang paling banyak digunakan dalam
kromatografi kolom dan mudah didapatkan berupa alumina dan silika gel (Gritter
et al, 1991).
alam atas perbedaan sifat kelarutannya dalam kondisi yang ditentukan. Umumnya
senyawa bahan alam dibedakan atas 3 kelompok, yaitu senyawa non polar seperti
lemak, terpen dan steroid. Senyawa semi polar seperti kumarin, fenolik tak
homogenitas sifat zat sehingga lebih mudah diisolasi menjadi senyawa tunggal
atau zat murni. Ekstrak total yang didapatkan melalui proses ekstraksi, biasanya
penambahan air suling untuk membuat konsistensi ekstrak cukup encer dan tidak
digunakan pelarut n-heksana untuk menarik zat yang bersifat non polar, etil asetat
atau kloroform untuk memisahkan senyawa yang bersifat semi polar dan senyawa
harus berurutan dari non polar sampai dengan polar dan tidak boleh dibalik
(Djamal, 2011).
Pemekatan adalah peningkatan jumlah partial solute atau senyawa terlarut
dengan proses penguapan hasil ekstraksi yang masih mengandung banyak pelarut.
Tujuan pemekatan adalah agar konsentrasi senyawa lebih besar dan memudahkan
terlalu tinggi untuk mencegah peruraian senyawa dalam ekstrak (Hanani, 2015;
Anonim, 2000).
penangas air (waterbath). Proses pemekatan ini sederhana, sangat mudah dan
cocok untuk ekstrak dengan pelarut yang memiliki titik didih tidak terlalu tinggi.
Namun proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga kemungkinan
rotary evaporator), dilakukan pada suhu rendah sekitar 40-50oC dan dibantu
dengan alat vakum udara sehingga titik didih pelarut lebih rendah. Penguapan
Prinsip kerja alat ini, berdasarkan pada titik didih pelarut dan dengan adanya
padat dengan jalan melarutkan zat padat tersebut, mengurangi volume larutannya
larutan, pelarut akan menguap hingga larutan mencapai titik lewat jenuh. Saat
larutan mendingin, kelarutan akan berkurang secara cepat dan senyawa mulai
harus dapat larut dalam pelarut untuk rekristalisasi atau mempunyai kelarutan
lebih besar dari senyawa yang diinginkan. Jika hal ini tidak terpenuhi, kotoran
titik leleh. Titik leleh dapat diukur dengan Melting Point Apparatus. Pada
penentuan titik leleh suatu senyawa, bila harga yang diperoleh memiliki selisih
angka yang lebih kecil dari 2oC, maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki
kemurnian yang lebih baik, tetapi jika selisihnya lebih besar dari 2oC maka
Uji kemurnian dapat dilakukan dengan penentuan titik leleh suatu kristal.
Mulai dari kristal itu meleleh sampai kristal itu meleleh seluruhnya. Jika harga
antara titik mulai meleleh sampai meleleh seluruhnya tidak lebih dari 2 oC maka
gelombang dan intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel. Sebagai
sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang seperti prisma atau
monokromator. Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi
elektroniknya, energi getar dan energi rotasi. Energi yang diserap dalam transisi
elektronik suatu molekul dihasilkan dari transisi elektron valensi dalam molekul-
molekul tersebut. Transisi ini terdiri dari eksitasi dari suatu elektron suatu orbital
yang ditempati ke orbital berikutnya yang berenergi lebih tinggi. Hubungan antara
ΔE = h.v = hc/λ
Keterangan :
ΔE = Energi yang diserap
v = Frekuensi (Hz)
λ = Panjang gelombang
Energi yang diserap bergantung pada perbedaan energi antara tingkat dasar
dan tingkat tereksitasi. Semakin kecil perbedaan energi semakin besar panjang
gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat ditentukan dengan
pergeseran puncak serapan yang terjadi. Dengan demikian, secara tidak langsung
cara ini berguna untuk menentukan kedudukan gula atau metal yang terikat pada
merupakan teknik analisis yang sangat popular untuk analisis berbagai jenis
elektromagnetik yang terletak diantara daerah tampak dan spektrum radio, yaitu
melalui suatu cuplikan senyawa organik maka sejumlah sinar dengan bilangan
bilangan gelombang 4000 cm-1dan 666 cm-1. Letak pita di dalam spektrum
antara kuat sinar yang ditransmisikan oleh sebuah cuplikan dan kuat sinar yang
(Silverstein, 1986).
adalah karena sifatnya sebagai spektrum sidik jari, yang mana tidak ada dua buah
suatu senyawa kimia atau melakukan konfirmasi senyawa kimia melalui gugus
selain UV dan IR. Spektrofotometri NMR tergantung dari kondisi medan magnet.
pada frekuensi yang diatur oleh karakteristik sampel (Silverstein, 2005). Dasar
dari metode spektroskopi resonansi magnetik inti (NMR) ini adalah kajian
terhadap momen magnet dari inti atom dalam molekul yang timbul akibat
perputaran inti tersebut. Momen magnet dari satu inti atom dipengaruhi oleh
atom-atom yang ada di dekatnya, sehingga atom yang sama dapat mempunyai
momen magnet yang berbeda tergantung pada lingkungannya. Bila inti atom
diletakkan diantara kutub-kutub magnet yang sangat kuat maka inti akan
mensejajarkan medan magnetiknya (paralel) atau melawan (antiparalel) dengan
mengenai atom-atom hidrogen dalam sebuah molekul organik. Tidak semua inti
1
H membalikkan spinnya tepat sama dengan frekuensi radio karena inti-inti
pergeseran kimia. Pergeseran kimia untuk beberapa jenis inti 1H ditunjukkan pada
tabel 2 berikut:
reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada
orbital telurnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas
fungsi sel, yang akhirnya menimbulkan gangguan pada sistem kerja organ secara
Senyawa radikal yang berasal dari lingkungan misalnya radiasi, asap rokok,
obat-obatan. Konsumsi lemak yang berlebihan khususnya lemak tak jenuh sangat
2.7. Antioksidan
2.7.1. Antioksidan dan Fungsinya
Antioksidan adalah molekul yang dapat menetralkan radikal bebas dengan
elektron tidak berpasangan. Hal ini berarti bahwa dalam proses menetralkan
molekul radikal bebas menjadi molekul stabil, molekul antioksidan tersebut akan
menjadi radikal. Akan tetapi biasanya molekul antioksidan radikal kurang reaktif
ekstraksi bahan alam. Ada banyak sumber pangan yang menjadi sumber
b. Antioksidan sintetis
sintesa reaksi kimia. Antioksidan ini merupakan senyawa antioksidan alami atau
senyawa turunan fenol yang telah diproduksi secara sintetis. Contohnya: Butil
Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propel galat dan Tersier
2.8. Vitamin C
rumus molekul C6H8O6. Vitamin C dalam bentuk murni merupakan kristal putih,
tidak bewarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192˚C. Senyawa ini
bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Vitamin C mudah larut dalam
air (1g dapat larut sempurna dalam 3 ml air), sedikit larut dalam alkohol (1g larut
dalam 50 ml alkohol absolut atau 100 ml gliserin) dan tidak larut dalam benzena,
eter, kloroform, minyak dan sejenisnya. Vitamin C tidak stabil dalam bentuk
larutan, terutama jika terdapat udara, logam-logam seperti Cu, Fe, dan cahaya
(Budianto, 2004).
Kebutuhan harian vitamin C bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk
wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg, namun karena banyaknya
polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan bermotor dan
asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali
lipatnya yaitu 120 mg. Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan
masuk ke dalam saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Pada
melalui air kemih. Karena itu bila seseorang mengkonsumsi vitamin C dalam
jumlah besar, sebagian besar akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut
merupakan senyawa radikal bebas yang diperdagangkan, stabil pada suhu kamar
dengan bentuk serbuk violet kehitaman, cepat teroksidasi oleh tempertaur dan
udara, mudah larut dalam metanol, BM 393,3 Gg/ml. Disimpan pada suhu
menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dan waktu pengukuran yang
maksimum DPPH berkisar antara 517-520 nm. Aktivitas antioksidan dari suatu
sangat raktif untuk menangkap elektron atau radikal hidrogen lainnya untuk
menjadi molekul yang stabil. Pada saat terjadi reaksi dengan agen reduksi,
dapat diamati dengan perubahan warna larutan dari warna ungu ke warna kuning
(Molyneux,2004).
DPPH•(ungu) + AH DPPHH(kuning) + A•
O2N O2N
H
N N* NO2 + AH N N NO2 + A*
O2N O2N
sebesar 50% (mampu menghambat atau meredam proses oksidasi sebesar 50%).
peredaman dan ditentukan harga IC50 (Surnani, 2005). Untuk lebih jelasnya
penentuan IC50 dapat dilihat dibawah ini. Tingkat kekuatan antioksidan dengan
metode DPPH.
Sedang 100-150µg/ml
Lemah >150µg/ml
Laboratorium Farmasi Bahan Alam Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau (STIFAR),
chamber, lampu UV penampak noda (Camag), vial, pipa kapiler, alat penentu titik
digunakan adalah pelarut n-heksana, etil asetat, metanol, aquadest, asam asetat
1. Pengambilan sampel
2. Identifikasi tanaman
3. Persiapan sampel
4. Uji fitokimia
etanol, pada ekstrak kental ini ditambahkan masing-masing 5 ml air suling dan
kloroform (1:1) lalu dikocok kuat dan dibiarkan beberapa saat sampai terbentuk
dua lapisan. Lapisan air digunakan untuk uji senyawa flavonoid, fenolik dan
saponin. Lapisan kloroform digunakan untuk uji senyawa terpenoid dan steroid.
a. Uji Alkaloid
biarkan hingga terbentuk dua lapisan dan terjadi pemisahan. Ambil lapisan asam
(atas) dan tambahkan 1–2 tetes pereaksi Mayer jika terbentuk endapan putih
b. Uji Flavonoid
Beberapa tetes lapisan air pada plat tetes ditambah 1-2 butir logam
magnesium dan beberapa tetes asam klorida pekat. Terjadinya warna jingga,
c. Uji Fenolik
Beberapa tetes lapisan air pada plat tetes ditambah 1–2 tetes larutan besi
(III) klorida 1%. Bila terbentuk warna biru/ungu, berarti terdapat senyawa fenolik.
d. Uji Saponin
Lapisan air dalam tabung reaksi dikocok. Apabila terbentuk busa yang
Lapisan kloroform disaring melalui pipet yang berisi norit. Hasil saringan
dipipet 2–3 tetes dan dibiarkan mengering pada plat tetes. Setelah kering
tetes asam sulfat pekat). Terbentuknya warna merah berarti positif adanya
sampel terlebih dahulu dimaserasi dengan n-heksana selama 5 hari sambil sesekali
diaduk. Setelah 5 hari, sampel disaring dengan kertas saring untuk memisahkan
dimaserasi kembali dengan pelarut etil asetat selama 5 hari sambil sesekali
diaduk. Setelah 5 hari, sampel disaring dengan kertas saring untuk memisahkan
ampas dimaserasi kembali dengan pelarut metanol selama 5 hari sambil sesekali
diaduk. Setelah 5 hari, sampel disaring dengan kertas saring untuk memisahkan
maserat dengan ampas sampel, dilakukan 3 kali pengulangan dan didapat maserat
metanol.
evaporator. Maserat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu maserat metanol
KLT ini dielusikan dengan eluen n-heksana : etil asetat (2:8), etil asetat 100% dan
etil asetat : metanol (8:2). Untuk melihat noda yang terdapat pada plat KLT
254 nm dan 366 nm, dan selanjutnya tentukan nilai Rf . Tujuan dari pemeriksaan
kulit batang keruing bulu ini dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom.
Kromatografi kolom diisi dengan silika gel 60 (70-230 mesh) sebanyak 106 g.
Pengisian kolom dilakukan dengan membuat bubur silika terlebih dahulu, lalu
akan dipisahkan dibuat preadsorpsi dengan silika gel dan dimasukkan ke dalam
asetat dan kemudian dengan metanol. Pemisahan dilakukan dengan bantuan gaya
gravitasi. Hasil pemisahan ditampung dalam botol vial dan diberi nomor.
3.3.10. Pengujian Hasil Fraksi Kromatografi Kolom dengan KLT
akan diuji ini diambil secara acak setiap 5 vial, selanjutnya plat KLT diberi garis
0,4 cm di tepi atas dan 0,6 tepi bawahnya, lalu masing-masing fraksi ditotolkan
pada plat yang telah diberi nomor sesuai dengan nomor vial kemudian dielusi
dengan eluen yang sesuai sampai garis atas plat KLT, plat dikeluarkan dan
penyinaran lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Selanjutnya
tentukan Rf dari masing-masing noda. Vial yang mempunyai noda yang sama
Senyawa hasil isolasi yang didapat berupa kristal yaitu pada fraksi 10.
melarutkan yaitu etil asetat dan n-heksana. Lalu dibiarkan menguap sehingga
pemeriksaan KLT dan titik leleh. Apabila noda pada plat KLT diamati dibawah
noda yang baik tanpa adanya noda lain yang menganggu berarti senyawa sudah
murni, pemeriksaan KLT dilakukan dengan menggunakan tiga eluen yang
berbeda yaitu etil 100% nilai Rf 0,13; etil asetat : metanol (8:2) nilai Rf 0,6 dan
eluen etil asetat : metanol (7:3) nilai Rf 0,67. Pemeriksaan kemurniaan juga dapat
Apparatus. Pembacaan titik leleh dimulai saat kristal mulai meleleh sampai
meleleh sempurna. Jika selisih harga titik lelehnya kecil atau sama dengan 2 C
1. Pemeriksaan organoleptis
dapat diketahui dengan bantuan indera seperti bentuk, warna dan bau senyawa
hasil isolasi. Bentuk senyawa murni hasil isolasi dapat dilihat dengan
murni hasil isolasi. Pemeriksaan titik leleh dilakukan dengan menggunakan alat
Melting Point Apparatus. Beberapa butir kristal diletakakan diantara dua kaca
suhunya. Amati perubahan fisik zat, pencatatan suhu dilakukan saat kristal mulai
isolasi dengan pereaksi tertentu yang menunjukkan golongan senyawa kimia (uji
fitokimia).
Spektroskopi UV
Spektrokopi IR
digerus dalam mortal kecil bersamaan padatan kristal KBr kering dalam jumlah
yang lainnya yaitu interaksi antara energi dengan suatu materi. Spektofotometer
Pada metoda analisis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel
yang sedang berputar didalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai
dalam pengukuran dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5
m atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang
Utara.
dan Makanan.
Republik Indonesia
Aneri, G. 2016. Analisa Kandungan Fenolik Total, Flavonoid Total, Uji Aktivitas
Riau : Pekanbaru
Malang
Lumpur, Malaysia.
Universitas Baiturrahman.
Fessenden, R.J and Fessenden, J.S., 1986, Organic Chemistry 6th Ed, California:
Gritter, R.J., Bobbit, J.M and Schwarting, A.E., 1991, Pengantar Kromatografi,
Teknologi Bandung.
Hart, H., Craine, L.E and Hart, D.J., 2003, Kimia Organik Edisi 11, Jakarta:
Erlangga.
Herwandi, D., 1991, Telaah Fitokimia Daun Dysoxylum gaudichaudianum (Juss.)
Bandung.
1602.
Michael, H., Joanne, B., Simon, G., and Elizabeth M. Williamson, 2009,
Bandung.
Mustarichie, R., Runadi, D., Ramdhani, D. 2017. The Antioxidant Activity and
343–347.
85-92.
Padmasari, P.D., Astuti, K.W dan Warditiani, N.K., 2013, Skrining Fitokimia
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191-
Bandung.
Sangi, M., Runtuwene, M.R.J., Simbala, H.E.I dan Makang, V.M.A., 2008,
Sukandar, D., Hermanto, S dan Lestari, E., 2008, Uji Toksisitas Ekstrak Daun
Sjahid, L.R., 2008, Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru
Bandung Press.
Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Yogyakarta, Cetakan
ke-5 Kanisiu.
Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta