Anda di halaman 1dari 3

Nama : Robby Arya P.

Manik
NIM : 165040200111032
Kelas : B

Teknik Khusus Pemuliaan Tanaman

Variasi Somaklonal
Variasi somaklonal pertama kali dikemukakan oleh Larkin dan Scowcroft (1981) dalam
Kadir (2007), yang didefinisikan sebagai keragaman genetik dari tanaman yang dihasilkan
melalui kultur sel, baik sel somatik seperti sel daun, akar, dan batang, maupun sel gamet.
Skirvin et al. (1993) mendefinisikan variasi somaklonal sebagai keragaman genetik tanaman
yang dihasilkan melalui kultur jaringan. Variasi tersebut dapat berasal dari keragaman genetik
eksplan yang digunakan atau yang terjadi dalam kultur jaringan. Variasi somaklonal yang
terjadi dalam kultur jaringan merupakan hasil kumulatif dari mutasi genetik pada eksplan dan
yang diinduksi pada kondisi in vitro.
Variasi somaklonal merupakan perubahan genetik yang bukan disebabkan oleh segregasi
atau rekombinasi gen, seperti yang biasa terjadi akibat proses persilangan. Thrope (1990)
menggunakan istilah pre-existing cellular genetic, yaitu keragaman yang diinduksi oleh kultur
jaringan. Keragaman ini dapat muncul akibat penggandaan dalam kromosom (fusi,
endomitosis), perubahan jumlah kromosom (tagging dan nondisjunction), perubahan struktur
kromosom, perubahan gen, dan perubahan sitoplasma (Kumar dan Mathur 2004).
Variasi somaklonal dapat dikelompokkan menjadi keragaman yang diwariskan
(heritable), yaitu yang dikendalikan secara genetik, dan keragaman yang tidak diwariskan,
yakni yang dikendalikan secara epigenetik. Keragaman somaklonal yang dikendalikan secara
genetik biasanya bersifat stabil dan dapat diturunkan secara seksual ke generasi selanjutnya.
Keragaman epigenetik biasanya akan hilang bila diturunkan secara seksual (Skirvin et al.
1993). Pemuliaan tanaman melalui kultur jaringan bermanfaat dalam merangsang keragaman
genetik dan mempertahankan kestabilan genetik. Wattimena dan Mattjik (1992) menyatakan,
keragaman genetik pada kultur jaringan dapat dicapai melalui fase tak berdiferensiasi (fase
kalus dan sel bebas) yang relatif lebih panjang. Untuk mendapatkan kestabilan genetik pada
teknik kultur jaringan, dapat dilakukan dengan cara menginduksi sesingkat mungkin fase
pertumbuhan tak berdiferensiasi.
Variasi somaklonal dalam kultur jaringan terjadi akibat penggunaan zat pengatur tumbuh
dan tingkat konsentrasinya, lama fase pertumbuhan kalus, tipe kultur yang digunakan (sel,
protoplasma, kalus jaringan), serta digunakan atau tidaknya media seleksi dalam kultur in vitro
(Skirvin et al. 1993; Jain 2001). Zat pengatur tumbuh kelompok auksin 2,4-D dan 2,4,5-T
biasanya dapat menyebabkan terjadinya variasi somaklonal. Pada tanaman kelapa sawit,
perlakuan 2,4-D pada kultur kalus yang mampu beregenerasi membentuk tunas menyebabkan
variasi somaklonal saat aklimatisasi di lapangan (Linacero dan Vazquez 1992; Jayasankar
2005). Beberapa sifat tanaman dapat berubah akibat variasi somaklonal, namun sifat lainnya
tetap menyerupai induknya. Dengan demikian, variasi somaklonal sangat memungkinkan
untuk mengubah satu atau beberapa sifat yang diinginkan dengan tetap mempertahankan
karakter unggul lainnya yang sudah dimiliki oleh tanaman induk. Mattjik (2005) menyatakan,
dalam perbanyakan secara in vitro, yang terjadi adalah mutasi somatik. Sel yang bermutasi saat
membelah akan membentuk sekumpulan sel yang berbeda dengan sel asalnya. Tanaman yang
berasal dari sel-sel yang bermutasi akan membentuk tanaman yang mungkin merupakan klon
baru yang berbeda dengan induknya.
Variasi Somaklonal telah banyak dilakukan pada tanaman budidaya, misalnya ; tebu
yang resisten terhadap virus penyebab penyakit Fiji, tomat resisten terhadap Fusarium
oxysporum dengan memperoleh variasi jumlah kromososm, pigmen daun dan buah, kentang
dengan penggandaan kromosom, dan kedelai yang tahan lahan asam, kacang polong (Griga et
al, 1995), anggur (Kuskova et al, 1997), jagung (Moon et al, 1997), asparagus (Gavidia et al,
1999) dan sorgum (Maralappanavar et al, 2000). Perkembangan tehnik invitro yang pesat
memberi harapan untuk mencari sumber keragaman genetik baru melalui evaluasi dan seleksi
variasi somaklonal. Untuk memperoleh regeneran mutan yang akan diseleksi baik di tingkat
sel ataujaringan (in vitro) maupun di tingkat plantlet, maka sel-sel atau jaringan mutan harus
bisa diregenerasikan menjadi planlet yang akan di transfer ke lapangan.
Melalui tehnik kultur jaringan terdapat dua hal yang berbeda kepentingan bagi pemulia
tanaman yaitu: mempertahankan kestabilan genetik dan merangsang keragaman genetik.
Pembagian kelompok variasi genetik tanaman (variasi somaklonal) berdasarkan asal
keragaman yaitu :
1. Perubahan jumlah krornosom (Gross caryoptic changes), contoh: aneuploid dan euploid
(poliploid). Telah banyak dipelajari pada tanaman kentang, tebu, sorgum, pelargonium,
tembakau. Menurut Harahap (1995), mendapatkan peningkatan kelipatan jumlah
kromosom akar, kadar protein biji dan perubahan morfologi tanaman kacang hijau
dengan perlakuan kolkhisin. Juga ditemukan kelainan-kelainan seperti sel yang
mempunyai 2 inti, inti yang sangat membesar; daun yangjumlahnya mengalami
penambahan. Penelitian juga dilakukan pada akar tanaman bawang merah yang
mengalami kelipatan jumlah akibat perlakuan kolkhisin (Harahap, 1998), perubahan
struktur anatomi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) hasil perlakuan kolkhisin
(Harahap, 2000)
2. Perubahan struktur dan susunan kromosom (Caryoptic changes asso-ciated with
cromosome rearrangemen t). Pada umumnya terjadi pada kultur sel, seperti delesi,
inverse dan translokasi.
3. Pindah silang somatik. Radio isotop disinyalir meningkatkan terjadinya proses pindah
silang di dalam sel
4. Transposon (transposable element). Karena adanya e lemen loncat ini, maka utas DNA
dapat pindah dari satu lokus ke lokus gen lainnya, sehingga dapat menyebabkan delesi,
inversi.
5. Penambahan dan pengurangan produk gen. Telah ban yak diungkapkan bahwa gen yang
spesiflk dapat bertambah selama proses diffrensiasi sebagai respon terhadap lingkungan
yang tidak menguntungkan.
6. Pembebasan terhadap virus. Dengan tehnik kultur meristem dan dipadu dengan
menginduksi variasi somaklonalnya, maka beberapa tanaman bebas virus telah didapat.
DAFTAR PUSTAKA

Kuskova, V.B., N.M. Piven, and Y.Y. Gleba. 1997. Somaclonal variation and in vitro induced
mutagenesis in grapevine. Plant Cell Tiss. Org. Cult. 49:17-27.
Scowcroft, W.R., S.A. Ryan, R.L.S. Brettle, and P.J. Larkin. 1985. Somaclonal variation in
crop improvement. Proc. Inter-Centre Seminar on International Agricultural Research
Centre (IARCs) and Biotechnology. Biotechnology in International Agricultural
Research. Los Banos Manila. April 23-27, 1984. p. 99-109.
Skirvin, R.M. and J. Janick. 1976. A new Pelargonium variety from calliclones. Hort. Sci.
11:61-62.

Anda mungkin juga menyukai