OLEH:
ACCONG SINAGA (204110167)
ARYO ASTIN TRIPUTRA (204110252)
DANIL FERNANDO L (204110121)
GALIH RAHMANA (204110190)
MHD. FIKRI HAIKAL ZS (204110197)
KELOMPOK IV
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Paper Kultur Jaringan dengan judul
Paper ini guna memenuhi tugas dosen pada mata Kultur Jaringan. Selain itu,
penulis juga berharap agar paper ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
SP. M. Sc. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan paper ini.
Demikian lah, semoga paper ini dapat membantu para pembaca dalam
kultur jaringan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan tugas paper ini, Akhir kata penulis
Penulis
iii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ............................................................................................... 19
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penampilan yang disebabkan oleh faktor genetik, jika variabilitas karakter tanaman
merupakan salah satu langkah awal untuk melakukan perakitan varietas baru.
Tanaman yang variabilitas genetiknya sempit kurang baik untuk dijadikan sebagai
genetiknya luas berpeluang untuk dikembangkan menjadi varietas baru sesuai yang
diinginkan. Variabilitas yang tinggi juga dapat meningkatkan respon seleksi karena
respon seleksi berbanding lurus dengan variabilitas genetik, tetapi dengan melihat
variabilitas genetik saja sangat sulit untuk mempelajari suatu karakter. Parameter
genetik lain yang diperlukan untuk mempelajari karakter dari suatu tanaman seperti
heritabilitas.
dan heritabilitas pertumbuhan dan hasil suatu tanaman sangat penting bagi
Variasi genetik adalah variasi yang terjadi pada genom suatu organisme baik
pada basa nukleotida, gen ataupun kromosom. Variasi genetik pada tingkat dasar
ditunjukkan oleh perbedaan pada urutan basa nukleotida (adenin, timin, guanin dan
sitosin) yang membentuk DNA di dalam sel (Harrison, Laverty, dan Sterling, 2004).
Sumber terjadinya variasi genetik antara lain, mutasi, migrasi dan rekombinasi
genetik adalah dengan diversitas haplotip, diversitas nukleotida dan jarak genetik
(Nei, 1973; Nei dan Li, 1979; Nei dan Tajima, 1980). Analisis variasi genetik dapat
marker) yang dapat digunakan untuk melihat variasi genetik adalah sitokrom
Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk
dengan memanfaatkan plasma nutfah yang tersedia di alam dan dapat pula dengan
melakukan persilangan. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber gen
keragaman genetik tanaman adalah melalui teknologi kultur in vitro. Kultur in vitro
tanaman baru tersebut. Misalnya tanaman yang berasal dari kalus disebut
calliclones (Skirvin dan Janik 1976), sedang tanaman yang berasal dari protoplas
7
menghasilkan berbagai variasi somaklonal yang tersebar secara luas dan disebutkan
bahwa tanaman yang berasal dari berbagai bentuk kultur sel disebut somaclones
kultur jaringan (Larkin dan Scowcroft 1981; Scowcroft et al. 1985). Menurut
dan keragaman genetik yang terjadi di dalam kultur jaringan. Keragaman pada
struktur kromosom (pindah silang), perubahan gen dan sitoplasma (Evans dan
Sharp 1986; Ahlowalia 1986). Dengan demikian, dari kultur jaringan dapat
diseleksi genotipe yang berguna bagi pemuliaan tanaman. Keragaman genetik dapat
dicapai antara lain melalui fase tak berdiferensiasi yang relatif panjang (Wattimena
1992). Daud (1996) menyatakan bahwa mutasi spontan yang terjadi pada sel
Muller et al. (1990) juga mengatakan bahwa variasi somaklonal pada tanaman
kultivar baru. Dua tipe umum pada variasi ploidi, yaitu poliploidi dan aneuploidi
sering ditemukan pada kultur jaringan sel (Roy 1990). Di antara faktor-faktor yang
kromosom (Nair dan Seo 1995 dalam Do et al. 1999). Dengan terbuktinya bahwa
Keragaman genetik melalui kultur in-vitro dapat dilakukan antara lain melalui
keragaman somaklonal, dan telah banyak diterapkan pada berbagai tanaman bias.
Dengan keragaman somaklonal dapat diperoleh keuntungan antara lain sifat baru
yang ditimbulkan tidak ditemukan pada "gene pool" yang ada, disamping itu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
II. PEMBAHASAN
A. Variabilitas Genetik
dalam suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda - beda. Variabilitas
dalam suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan bagaimana sifat itu mampu
kultur jaringan atau kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang terjadi
pada tanaman yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdiffrensiasi protoplas,
Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk
dengan memanfaatkan plasma nutfah yang tersedia di alam dan dapat pula dengan
melakukan persilangan. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber gen
yang ada sehingga teknologi lainnya perlu diterapkan (Hutami et al., 2016).
10
(pindah silang), perubahan gen dan sitoplasma (Purwito et al., 2015). Dengan
demikian, dari kultur jaringan dapat diseleksi genotipe yang berguna bagi
pemuliaan tanaman. Keragaman genetik dapat dicapai antara lain melalui fase tak
spontan yang terjadi pada sel somatik berkisar antara 0,2-3%. Keragaman tersebut
dapat ditingkatkan dengan pemberian mutagen baik fisik maupun kimiawi (Basri,
2016).
1) Mutasi Somatik
Selama kultur jaringan, terutama saat regenerasi tanaman dari kultur sel atau
kallus, mutasi somatik dapat terjadi. Mutasi somatik adalah perubahan genetik yang
terjadi pada sel tubuh (non-gamet), dan ini dapat menghasilkan variasi genetik
2) Rekombinasi Genetik
atau jaringan yang dikultur. Selama proses ini, terjadi rekombinasi genetik, di mana
materi genetik dari sel-sel yang berbeda dapat bergabung dan menciptakan variasi
genetik baru.
11
3) Seleksi Kultur
Selama kultur jaringan, tanaman atau sel yang tumbuh dengan baik dan
4) Lingkungan In Vitro
Pemberian zat pengatur tumbuh tertentu dalam media kultur dapat memicu
penyakit atau peningkatan hasil (Rodinah & Nisa, 2005). Mengatasi variabilitas
genetik pada kultur jaringan dapat menjadi tantangan, tetapi juga penting untuk
dikultur. Berikut adalah penjelasan rinci yang mencakup berbagai strategi yang
muncul dalam berbagai kondisi. Berikut adalah beberapa faktor atau kondisi yang
dapat memicu variabilitas genetik yang tidak diinginkan dalam konteks kultur
jaringan:
1. Pencemaran Mikroba
Kondisi: Pencemaran mikroba seperti bakteri atau jamur dapat terjadi jika
yang signifikan tergantung pada jenis mikroba yang terlibat dan kondisi
kualitas produk.
Kondisi: Paparan radiasi atau bahan kimia tertentu yang digunakan dalam
dalam organisme.
yang dikembangkan.
5. Stress Oksidatif
perubahan genetik.
kerusakan pada sel dan jaringan karena radikal bebas dapat merusak
15
akhir produksi.
mungkin memiliki umur simpan yang lebih pendek dan nilai gizi
6. Kontaminasi Genetik
Kondisi: Pemilihan dan manipulasi materi genetik yang tidak tepat dapat
dikultivasi.
pengkulturan.
ekonomi.
3. Kontrol Pencemaran
kontaminasi.
memulai kultur.
kultur jaringan.
kultur.
genetik.
mutasi genetik.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
dalam suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda - beda. Variabilitas
dalam suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan bagaimana sifat itu mampu
kultur jaringan atau kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang terjadi
pada tanaman yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdiffrensiasi protoplas,
faktor, yaitu Mutasi Somatik, rekombinasi genetik, seleksi kultur, faktor lingkungan
Teknik Pemuliaan In Vitro yang Tidak Tepat, Stress Oksidatif, dan Kontaminasi
Genetik
20
DAFTAR PUSTAKA