Anda di halaman 1dari 20

1

PAPER KULTUR JARINGAN


VARIABILITAS GENETIK

DOSEN PENGAMPU: Dr. Mardaleni., SP. M. Sc

OLEH:
ACCONG SINAGA (204110167)
ARYO ASTIN TRIPUTRA (204110252)
DANIL FERNANDO L (204110121)
GALIH RAHMANA (204110190)
MHD. FIKRI HAIKAL ZS (204110197)

KELOMPOK IV

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan

kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan

hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Paper Kultur Jaringan dengan judul

“Varibialitas Genetik” tepat waktu.

Paper ini guna memenuhi tugas dosen pada mata Kultur Jaringan. Selain itu,

penulis juga berharap agar paper ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Mardaleni.,

SP. M. Sc. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima

kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan paper ini.

Demikian lah, semoga paper ini dapat membantu para pembaca dalam

kultur jaringan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi penyempurnaan tugas paper ini, Akhir kata penulis

berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pertanian

khususnya bidang Agroteknologi.

Pekanbaru, November 2023

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 5

A. Latar Belakang ............................................................................................ 5

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8

C. Tujuan ......................................................................................................... 8

II. PEMBAHASAN ............................................................................................ 9

A. Variabilitas Genetik ..................................................................................... 9

B. Penyebab Terjadinya Variabilitas Genetik ................................................. 10

C. Kondisi Tanaman Yang Mengalami Variabilitas ........................................ 12

D. Cara Mengatasi Variabilitas Genetik ......................................................... 16

III. PENUTUP .................................................................................................. 19

A. Kesimpulan ............................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20


iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Variabilitas Genetik ............................................................................. 9

Gambar 2 Lingkungan In Vitro .......................................................................... 11


5

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Variabilitas genetik adalah suatu besaran yang mengukur variasi

penampilan yang disebabkan oleh faktor genetik, jika variabilitas karakter tanaman

disebabkan peranan genetik maka variabilitas tersebut akan dapat diwariskan

pada generasi berikutnya (Nur et al.,2013).

Variabilitas atau keragaman sebagai parameter genetik dalam proses seleksi

merupakan salah satu langkah awal untuk melakukan perakitan varietas baru.

Tanaman yang variabilitas genetiknya sempit kurang baik untuk dijadikan sebagai

tetua dalam pengembangan varietas, sedangkan tanaman yang variabilitas

genetiknya luas berpeluang untuk dikembangkan menjadi varietas baru sesuai yang

diinginkan. Variabilitas yang tinggi juga dapat meningkatkan respon seleksi karena

respon seleksi berbanding lurus dengan variabilitas genetik, tetapi dengan melihat

variabilitas genetik saja sangat sulit untuk mempelajari suatu karakter. Parameter

genetik lain yang diperlukan untuk mempelajari karakter dari suatu tanaman seperti

heritabilitas.

Keberhasilan suatu program pemuliaan sangat ditentukan oleh seberapa

besar variabilitas genetik yang terdapat dalam sumberdaya genetik yang

digunakan, karena variabilitas genetik ini mengukur variasi penampilan yang

disebabkan oleh faktor genetik. Penentuan heritabilitas juga penting dalam

menduga besarnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Oleh sebab itu pendugaan nilai variabilitas genetik


6

dan heritabilitas pertumbuhan dan hasil suatu tanaman sangat penting bagi

pemulia tanaman dalam perakitan varietas baru.

Variasi genetik adalah variasi yang terjadi pada genom suatu organisme baik

pada basa nukleotida, gen ataupun kromosom. Variasi genetik pada tingkat dasar

ditunjukkan oleh perbedaan pada urutan basa nukleotida (adenin, timin, guanin dan

sitosin) yang membentuk DNA di dalam sel (Harrison, Laverty, dan Sterling, 2004).

Sumber terjadinya variasi genetik antara lain, mutasi, migrasi dan rekombinasi

(Griffiths et al., 2000). Parameter yang digunakan untuk menganalisis variasi

genetik adalah dengan diversitas haplotip, diversitas nukleotida dan jarak genetik

(Nei, 1973; Nei dan Li, 1979; Nei dan Tajima, 1980). Analisis variasi genetik dapat

dilakukan dengan penanda molekuler. Salah satu penanda molekuler (molecular

marker) yang dapat digunakan untuk melihat variasi genetik adalah sitokrom

oksidase subunit 1 atau yang biasa disebut dengan gen CO1.

Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk

merakit varietas unggul baru. Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan

dengan memanfaatkan plasma nutfah yang tersedia di alam dan dapat pula dengan

melakukan persilangan. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber gen

yang ada sehingga teknologi lainnya perlu diterapkan.

Salah satu teknologi pilihan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

keragaman genetik tanaman adalah melalui teknologi kultur in vitro. Kultur in vitro

biasanya merupakan sumber terkaya dalam memproduksi variasi genetik. Dalam

beberapa publikasi penggunaan regeneran dinamakan sesuai dengan asal regenerasi

tanaman baru tersebut. Misalnya tanaman yang berasal dari kalus disebut

calliclones (Skirvin dan Janik 1976), sedang tanaman yang berasal dari protoplas
7

disebut protoclones (Shepard et al. 1980). Larkin dan Scowcroft (1981)

menghasilkan berbagai variasi somaklonal yang tersebar secara luas dan disebutkan

bahwa tanaman yang berasal dari berbagai bentuk kultur sel disebut somaclones

dan variasi genetik yang terjadi termasuk variasi/keragaman somaklonal.

Keragaman somaklonal adalah keragaman genetik yang dihasilkan melalui

kultur jaringan (Larkin dan Scowcroft 1981; Scowcroft et al. 1985). Menurut

Wattimena (1992) keragaman somaklonal berasal dari keragaman genetik eksplan

dan keragaman genetik yang terjadi di dalam kultur jaringan. Keragaman pada

eksplan disebabkan adanya sel-sel bermutasi maupun adanya polisomik dari

jaringan tertentu. Keragaman genetik yang terjadi di dalam kultur jaringan

disebabkan oleh penggandaan jumlah kromosom (fusi endomitosis), perubahan

struktur kromosom (pindah silang), perubahan gen dan sitoplasma (Evans dan

Sharp 1986; Ahlowalia 1986). Dengan demikian, dari kultur jaringan dapat

diseleksi genotipe yang berguna bagi pemuliaan tanaman. Keragaman genetik dapat

dicapai antara lain melalui fase tak berdiferensiasi yang relatif panjang (Wattimena

1992). Daud (1996) menyatakan bahwa mutasi spontan yang terjadi pada sel

somatik berkisar antara 0,2-3%. Keragaman tersebut dapat ditingkatkan dengan

pemberian mutagen baik fisik maupun kimiawi.

Muller et al. (1990) juga mengatakan bahwa variasi somaklonal pada tanaman

yang dihasilkan dari kultur jaringan dapat digunakan untuk meregenerasikan

kultivar baru. Dua tipe umum pada variasi ploidi, yaitu poliploidi dan aneuploidi

sering ditemukan pada kultur jaringan sel (Roy 1990). Di antara faktor-faktor yang

mempengaruhi frekuensi dan spektrum variasi somaklonal, zat pengatur tumbuh

memegang peranan penting dalam induksi beberapa perubahan di dalam


8

kromosom (Nair dan Seo 1995 dalam Do et al. 1999). Dengan terbuktinya bahwa

keragaman somaklonal dapat membentuk variasi baru maka metode tersebut

diaplikasikan pada tanaman hortikultura, pangan, dan industri.

Keragaman genetik melalui kultur in-vitro dapat dilakukan antara lain melalui

keragaman somaklonal, dan telah banyak diterapkan pada berbagai tanaman bias.

Dengan keragaman somaklonal dapat diperoleh keuntungan antara lain sifat baru

yang ditimbulkan tidak ditemukan pada "gene pool" yang ada, disamping itu

perubahan yang diperoleh dapat memperbaiki penampilan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan variabilitas genetik ?

2. Apa penyebab terjadinya variabilitas genetik ?

3. Bagaimana kondisi tanaman yang mengalami variabilitas ?

4. Jelaskan cara mengatasi variabilitas genetik !

C. Tujuan

1. Mengetahui maksud variabilitas genetik

2. Mengetahui penyebab terjadinya variabilitas genetik

3. Mengetahui kondisi tanaman yang mengalami variabilitas

4. Mengetahui cara mengatasi variabilitas genetik


9

II. PEMBAHASAN

A. Variabilitas Genetik

Gambar 1 Variabilitas Genetik

Variabilitas genetik adalah ukuran bagi kecenderungan berbagai individu

dalam suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda - beda. Variabilitas

dalam suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan bagaimana sifat itu mampu

berubah-ubah untuk menanggapi pengaruh lingkungan dan genetik.

Variasi somaklonal adalah variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui

kultur jaringan atau kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang terjadi

pada tanaman yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdiffrensiasi protoplas,

kalus ataupun jaringan (Larkin dan Scowcroft, 1981).

Keragaman genetik yang tinggi merupakan salah satu faktor penting untuk

merakit varietas unggul baru. Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan

dengan memanfaatkan plasma nutfah yang tersedia di alam dan dapat pula dengan

melakukan persilangan. Sifat-sifat tertentu sering tidak ditemukan pada sumber gen

yang ada sehingga teknologi lainnya perlu diterapkan (Hutami et al., 2016).
10

Keragaman genetik yang terjadi di dalam kultur jaringan disebabkan oleh

penggandaan jumlah kromosom (fusi endomitosis), perubahan struktur kromosom

(pindah silang), perubahan gen dan sitoplasma (Purwito et al., 2015). Dengan

demikian, dari kultur jaringan dapat diseleksi genotipe yang berguna bagi

pemuliaan tanaman. Keragaman genetik dapat dicapai antara lain melalui fase tak

berdiferensiasi yang relatif Panjang. Daud (1996) menyatakan bahwa mutasi

spontan yang terjadi pada sel somatik berkisar antara 0,2-3%. Keragaman tersebut

dapat ditingkatkan dengan pemberian mutagen baik fisik maupun kimiawi (Basri,

2016).

B. Penyebab Terjadinya Variabilitas Genetik

Variabilitas genetik pada kultur jaringan dapat disebabkan oleh beberapa

faktor. Berikut adalah beberapa penyebab utama:

1) Mutasi Somatik

Selama kultur jaringan, terutama saat regenerasi tanaman dari kultur sel atau

kallus, mutasi somatik dapat terjadi. Mutasi somatik adalah perubahan genetik yang

terjadi pada sel tubuh (non-gamet), dan ini dapat menghasilkan variasi genetik

dalam populasi tanaman yang tumbuh dalam kondisi kultur jaringan.

2) Rekombinasi Genetik

Proses regenerasi tanaman melibatkan pembentukan organisme baru dari sel

atau jaringan yang dikultur. Selama proses ini, terjadi rekombinasi genetik, di mana

materi genetik dari sel-sel yang berbeda dapat bergabung dan menciptakan variasi

genetik baru.
11

3) Seleksi Kultur

Selama kultur jaringan, tanaman atau sel yang tumbuh dengan baik dan

menunjukkan sifat-sifat yang diinginkan dapat dipilih untuk diteruskan ke generasi

berikutnya. Proses seleksi ini dapat menyebabkan akumulasi sifat-sifat tertentu

dalam populasi tanaman yang dikultur.

4) Lingkungan In Vitro

Perbedaan dalam kondisi lingkungan dalam kultur jaringan, seperti

komposisi media pertumbuhan, kelembaban, suhu, dan pencahayaan, dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi tanaman. Variabilitas genetik dapat

muncul sebagai respons terhadap perubahan kondisi lingkungan ini.

Gambar 2 Lingkungan In Vitro

5) Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh

Pemberian zat pengatur tumbuh tertentu dalam media kultur dapat memicu

perubahan dalam diferensiasi sel dan pertumbuhan tanaman. Ini dapat

menyebabkan perubahan genetik dan variasi fenotipik. Variabilitas genetik yang

dihasilkan melalui kultur jaringan dapat memberikan keuntungan dalam pemuliaan


12

tanaman, karena dapat menciptakan keragaman genetik yang dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan sifat-sifat tanaman yang diinginkan, seperti resistensi terhadap

penyakit atau peningkatan hasil (Rodinah & Nisa, 2005). Mengatasi variabilitas

genetik pada kultur jaringan dapat menjadi tantangan, tetapi juga penting untuk

mempertahankan homogenitas dan konsistensi dalam produksi tanaman yang

dikultur. Berikut adalah penjelasan rinci yang mencakup berbagai strategi yang

dapat digunakan untuk mengatasi variabilitas genetik dalam kultur jaringan.

C. Kondisi Tanaman Yang Mengalami Variabilitas

Variabilitas genetik yang tidak diinginkan pada kultur jaringan dapat

muncul dalam berbagai kondisi. Berikut adalah beberapa faktor atau kondisi yang

dapat memicu variabilitas genetik yang tidak diinginkan dalam konteks kultur

jaringan:

1. Pencemaran Mikroba

 Kondisi: Pencemaran mikroba seperti bakteri atau jamur dapat terjadi jika

teknik aseptik tidak diikuti secara ketat.

 Dampak: Mikroba dapat memasukkan materi genetik eksternal ke dalam

kultur, menyebabkan mutasi atau rekombinasi yang tidak diinginkan.

Pencemaran mikroba dalam konteks pengkulturan dapat memiliki dampak

yang signifikan tergantung pada jenis mikroba yang terlibat dan kondisi

lingkungan di mana pengkulturan tersebut dilakukan. Beberapa dampak

potensial pencemaran mikroba pada pengkulturan termasuk:

 Gangguan pada Proses Kultur Mikroba: Dalam konteks produksi

mikroba seperti fermentasi, pencemaran dengan jenis mikroba yang

tidak diinginkan dapat menghambat pertumbuhan dan produksi


13

mikroba yang diinginkan. Ini dapat mengurangi hasil akhir dan

kualitas produk.

2. Paparan Radiasi atau Bahan Kimia

 Kondisi: Paparan radiasi atau bahan kimia tertentu yang digunakan dalam

laboratorium dapat menyebabkan mutasi genetik.

 Dampak: Perubahan genetik yang tidak diinginkan dapat muncul sebagai

respons terhadap stres lingkungan ini.

 Mutasi Genetik: Radiasi dapat menyebabkan mutasi genetik pada

organisme yang terkena paparan. Ini dapat memengaruhi

karakteristik fisik dan fisiologis organisme, dan dalam beberapa

kasus, dapat mengubah sifat reproduksi.

 Kematian Sel: Radiasi dengan tingkat energi tinggi dapat

menyebabkan kematian sel. Jika organisme yang dikultivasi

terpapar radiasi dalam jumlah besar, ini dapat mengurangi

produktivitas dan kesehatan populasi.

 Dampak Bahan Kimia: Toksisitas Akut dan Kronis: Bahan kimia

tertentu dapat menyebabkan efek toksik baik dalam paparan singkat

(toksisitas akut) maupun paparan jangka panjang yang berulang

(toksisitas kronis). Ini dapat merusak organisme yang dikultivasi

dan mengurangi produktivitas.

3. Kurangnya Kontrol Lingkungan

 Kondisi: Fluktuasi suhu, kelembaban, atau pencahayaan yang tidak

terkendali dapat menciptakan kondisi stres pada tanaman kultur.


14

 Dampak: Stres lingkungan dapat memicu mutasi genetik atau perubahan

dalam ekspresi gen yang tidak diinginkan.

4. Teknik Pemuliaan In Vitro yang Tidak Tepat

 Kondisi: Penggunaan teknik pemuliaan tertentu yang tidak diawasi dengan

cermat dapat menyebabkan rekombinasi genetik yang tidak diinginkan.

 Dampak: Tanpa kontrol yang baik, teknik pemuliaan in vitro dapat

menghasilkan variasi genetik yang tidak diinginkan.

 Peningkatan Risiko Mutasi Tidak Diinginkan: Pemuliaan in vitro

yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko mutasi genetik yang

tidak diinginkan. Mutasi semacam itu dapat menghasilkan sifat yang

merugikan atau bahkan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi vital

dalam organisme.

 Kontaminasi Kultur: Teknik pemuliaan in vitro yang tidak steril

dapat menyebabkan kontaminasi kultur oleh mikroorganisme

patogen atau bakteri yang dapat merugikan kesehatan organisme

yang dikembangkan.

5. Stress Oksidatif

 Kondisi: Peningkatan stress oksidatif dalam kultur jaringan dapat memicu

perubahan genetik.

 Dampak: Stress oksidatif dapat menyebabkan kerusakan DNA dan

perubahan dalam struktur genetik.

 Kerusakan Sel dan Jaringan: Stress oksidatif dapat menyebabkan

kerusakan pada sel dan jaringan karena radikal bebas dapat merusak
15

struktur seluler, termasuk protein, lipid, dan DNA. Ini dapat

mengurangi fungsi sel dan menyebabkan kematian sel.

 Pengaruh pada Pertumbuhan dan Perkembangan: Sel-sel yang

mengalami stress oksidatif mungkin mengalami gangguan dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan. Ini dapat menghambat

perkembangan organisme yang dikultivasi dan mengurangi hasil

akhir produksi.

 Penurunan Kualitas Produk: Stress oksidatif dapat mempengaruhi

kualitas produk yang dihasilkan dalam pengkulturan, terutama pada

tanaman atau hewan yang dikembangkan untuk tujuan konsumsi.

Misalnya, buah dan sayuran yang mengalami stress oksidatif

mungkin memiliki umur simpan yang lebih pendek dan nilai gizi

yang lebih rendah.

6. Kontaminasi Genetik

 Kondisi: Pemilihan dan manipulasi materi genetik yang tidak tepat dapat

menyebabkan kontaminasi genetik.

 Dampak: Tanaman yang dihasilkan mungkin memiliki variasi genetik yang

tidak diharapkan akibat campuran materi genetik.

 Kontaminasi genetik dalam pengkulturan merujuk pada masuknya

materi genetik asing atau tidak diinginkan ke dalam populasi

organisme yang dikembangkan. Kontaminasi genetik dapat

memiliki dampak yang signifikan tergantung pada jenis organisme

dan materi genetik yang terlibat. Berikut adalah beberapa dampak

potensial dari kontaminasi genetik pada pengkulturan:


16

- Kehilangan Sifat Unik atau Varietas Tertentu: Jika

kontaminasi genetik melibatkan organisme yang memiliki

sifat atau varietas unik, ini dapat menyebabkan kehilangan

ciri khas atau keberagaman genetik dalam populasi yang

dikultivasi.

- Pengurangan Produktivitas: Kontaminasi genetik dapat

mengakibatkan pengurangan produktivitas karena

percampuran dengan organisme yang mungkin memiliki

sifat yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan tujuan

pengkulturan.

- Risiko Penyebaran Organisme Invasif: Jika kontaminasi

genetik melibatkan organisme invasif, ada risiko bahwa

organisme tersebut dapat menyebar dan mengganggu

ekosistem alami, menyebabkan kerugian ekologi dan

ekonomi.

D. Cara Mengatasi Variabilitas Genetik

Strategi yang tepat untuk mengatasi variabilitas genetik:


1. Kontrol Lingkungan In Vitro

- Menetapkan parameter lingkungan yang konsisten, seperti suhu,

kelembaban, dan pencahayaan.

- Memantau dan mengontrol komposisi media pertumbuhan untuk

memastikan konsistensi nutrisi.

2. Standarisasi Protokol Kultur

- Mengembangkan protokol kultur jaringan yang standar dan diuji coba.


17

- Memastikan bahwa setiap langkah dalam proses kultur diulang dengan

presisi untuk mengurangi variasi.

3. Kontrol Pencemaran

- Menerapkan langkah-langkah ketat untuk mencegah kontaminasi mikroba

yang dapat menyebabkan variasi genetik.

- Menggunakan teknik aseptik dan media steril untuk mengurangi risiko

kontaminasi.

4. Pemilihan Materi Genetik yang Konsisten

- Menyediakan dan menggunakan materi genetik yang seragam untuk

memulai kultur.

- Melakukan pemilihan ketat terhadap materi genetik yang digunakan dalam

kultur jaringan.

5. Monitoring dan Analisis Genetik

- Rutin melakukan analisis genetik untuk memonitor variasi genetik selama

kultur.

- Menggunakan teknologi seperti PCR atau analisis DNA untuk

mengidentifikasi perubahan genetik.

6. Optimasi Zat Pengatur Tumbuh

- Menyesuaikan konsentrasi zat pengatur tumbuh untuk meminimalkan efek

samping pada variasi genetik.

- Mengoptimalkan waktu dan durasi paparan terhadap zat pengatur tumbuh.

7. Teknik Pemuliaan In Vitro

- Menerapkan teknik pemuliaan in vitro yang mengurangi kemungkinan

perubahan genetik yang tidak diinginkan.


18

- Menggunakan teknik kultur meristem untuk mempertahankan stabilitas

genetik.

8. Kontrol Mutasi dengan Agens Penghambat Mutasi

- Menggunakan agens penghambat mutasi untuk mengurangi kemungkinan

mutasi genetik.

- Memilih agens yang tidak membahayakan kesehatan tanaman.


19

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Variabilitas genetik adalah ukuran bagi kecenderungan berbagai individu

dalam suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda - beda. Variabilitas

dalam suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan bagaimana sifat itu mampu

berubah-ubah untuk menanggapi pengaruh lingkungan dan genetik.

Variasi somaklonal adalah variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui

kultur jaringan atau kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang terjadi

pada tanaman yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdiffrensiasi protoplas,

kalus ataupun jaringan.

Variabilitas genetik pada kultur jaringan dapat disebabkan oleh beberapa

faktor, yaitu Mutasi Somatik, rekombinasi genetik, seleksi kultur, faktor lingkungan

in vitro, penggunaan ZPT. Kondisi pemicu varibialitas genetik, yaitu Pencemaran

Mikroba, Paparan Radiasi atau Bahan Kimia, Kurangnya Kontrol Lingkungan,

Teknik Pemuliaan In Vitro yang Tidak Tepat, Stress Oksidatif, dan Kontaminasi

Genetik
20

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, B. (2011). Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. Bandung: Alfabeta.


Hutami, S., Mariska, I., & Supriati, Y. (2016). Peningkatan Keragaman Genetik
Tanaman melalui Keragaman Somaklonal. Jurnal AgroBiogen, 2(2), 81.
https://doi.org/10.21082/jbio.v2n2.2006.p81-88
Siahaan, Ferlist. "Induksi Variasi Somaklonal Tanaman Kopi Arabika (Coffea
arabica L) Varietas Khas Sumatera Utara Melalui Kultur Kalus." (2016).
Suliansyah, I. 2013. Kultur Jaringan Tanaman. Yogyakarta : Leutika Prio. 211 hal.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.
Jakarta : Agromedia Pustaka. 236 hal.

Anda mungkin juga menyukai