Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

PESTISIDA NABATI BAWANG MERAH

Ir.SULHASWARDI,MP

Oleh:

MARTIN JEKSON SIREGAR

204110274

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Nikmat-Nya

terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan tugas ini de

ngan judul pestisida nabati bawang putih. Dalam penyusunan tugas ini, berbagai kesulitan Penyu

sun hadapi, namun kesulitan tersebut dapat teratasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pi

hak. Untuk itu pada kesempatan ini Saya selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih ke

pada bapak ir.Sulhaswardi,MP sebagai dosen pemangku dalam mata kuliah Pestisida dan Teknik

aplikasinya dan juga meluangkan waktunya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas ini.

Dalam menyusun tugas ini, Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekur

angan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan dan keterbatasan Penyusun sebagai manusia biasa.

Maka dari itu, kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat Penyus

un butuhkan demi menyempurnakan tugas ini. Akhir kata Penyusun mengharapkan agar tugas in

i dapat bermanfaat bagi kita semua terutama generasi akademik mata kuliah Pestisida dan Tekni

k aplikasinya.

Pekanbaru, april 2023

Penulis

DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
D. Manfaat..........................................................................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................7
A. Bawang Merah...............................................................................................................................7
B. Klasifikasi Bawang merah............................................................................................................7
C. Deskripsi Bawang Merah (Allum ascalonicum)..........................................................................8
D. Morfologi Bawang Merah (Allum ascalonicum).........................................................................9
E. Syarat Tumbuh Pertumbuhan Bawang Merah.........................................................................11
III. PEMBUATAN PESTISIDA........................................................................................................12
A. Teknik Pembuatan Pestisida Bawang merah............................................................................12
B. Manfaat Pestisida Nabati Bawang merah,.................................................................................12
C. Keunggulan dan Kelemahan pestisida nabati bawang merah.................................................13
IV. BAHAN DAN ALAT...................................................................................................................15
V. PENUTUP........................................................................................................................................16
1. Kesimpulan..................................................................................................................................16
2. Saran.............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................17
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pestisida nabati yang mempunyai keunggulan dalam menurunkan jumlah hama

pada tanaman yaitu salah satu contohnya pestisida nabati yang terbuat dari ekstrak

bawang Merah. Pestisida ini terbukti dapat menurunkan jumlah hama Triphs pada

tanaman. Hasil penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa dengan penyemprotan

pestisida ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 100% dengan frekuensi penyemprotan 7

hari sekali adalah yang paling efektif dengan tingkat kematian hama Thrips sebesar

82,15%, karena dapat menghemat tenaga dan biaya produksi (Arikarini, 2008).

Pengunaan pestisida nabati mulai banyak diminati oleh para petani, hal tersebut

disebabkan oleh mahalnya harga pestisida kimia. Keuntungan yang diberikan dengan

penggunaan pestisida nabati yaitu biaya yang murah, mudah didapat, aman karena bahan

alamiah ocalh tidak menggunakan residu yang membahayakan lingkungan sekitar

maupun konsumen. Kelebihan tersebut sejalan dengan konsep pengendalian hama

terpadu (PHT) yang mensyaratkan penggunaan pestisida yang tidak atau sekecil-kecil nya

menimbulkan dampak ocalh bagi organisme bukan sasaran dan lingkungan (Syahputra,

2001).

Indonesia kaya akan tanaman obat ya ng dapat juga dimanfaatkan

sebagaipestidsida nabati, salah satunya adalah bawang Merah. Tanaman bawang Merah

(Allium Ascalonicum L..) merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan

Indonesia. Manfaat bawang putih tidak hanya sebagai bumbu masak saja, melainkan juga

dapat dijadikan sebagai pestisida nabati. Bawang Merah m udah ditanam asalkan
tanahnya gembur, banyak bahan ocalh, dan cukup air. Bawang Merah mengandung zat

allicin yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman yang

banyak terkandung pada umbinya (Pracaya, 2008).

Hasil penelitian serupa dengan menggunakan ekstrak bawang putih sebagai

insektisida nabati untuk mengatasi hama Thrips pada tanaman tomat menunjukkan hasil

bahwa dengan konsentrasi ekstra k 100% dapat menurunkan jumlah hama dengan

presentase 88%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih mampu jumlah

populasi Thrips pada tanaman tomat (Sarmanto, 2002).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah

dalam tugas ini adalah sebagai berikut;

 Mengenal pestisida nabati bawang Merah untuk pengendalian hama dan

penyakit.

 Bagaimana cara penggunaaan pestisida nabati bawang Merahyang tepat susai

Standard Operating Procedure (SOP).

 Dosis pestisida nabati bawang Merahyang tepat.

C. Tujuan Penulisan

 Mengetahui kinerja pestisida nabati bawang Merahberpengaruh penting atau

tidak dalam mengatasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman.

 Sebagai Bahan Pembelajaran Mahasiswa agroteknologi tentang penggunaaan

pestisida nabati bawang Merah.


D. Manfaat

 Tugas ini dapat memberikan informasi terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan, tentang dampak pengaplikasian pestisida nabati bawang Merah

kepada petani.

 Menambah wawasan mahasiswa untuk penerapan pestisida nabati bawang Merah.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu tanaman sayuran yang menjadi bahan baku

dari berbagai jenis masakan sebagai fungsi penyedap masakan. Fungsi yang esensial pada

bawang merah menunjukan jumlah penggunaan pada tiap masakan tiap masakan yang

memerlukan penyedap sayuran ini, namun apabila mayoritas masyarakat Indonesia ini

menggunakannya, maka dapat dipastikan bahwa secara keseluruhan jumlah penggunaan

bawang merah sangatlah besar. Pada kondisi seperti sekarang ini, Indonesia yang sedang

dalam keadaan krisis ekonomi harus dapat mengoptimasikan penggunaan sumber daya

alamnya sebagai salah satu jalan untuk dapat memulihkan kondisi perekonomiannya.

Sebagai negara agraris sejak dahulu dan dengan dengan potensi alam yang memadai,

sebenarnya kita tidak perlu menjadi negara pengimpor bawang merah seperti sekarang

(Gayatri, 2014). Menurut Suryaman (2015) Tanaman bawang merah diduga berasal dari

Asia, sebagian literature menyebutkan bahwa tanaman ini dari Asia Tengah, terutaman

Palestina dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

Mediterranean. Narasumber lain menduga asal-usul bawang merah dari Iran dan

pegunungan sebelah utara Pakistan, namun ada uga asal tanaman ini dari Asia Barat dan

Mediterranean yang kemudian berkembang ke Mesir dan Turki.

B. Klasifikasi Bawang merah

Menurut Tjitrosoepomo (1993) klasifikasi dari tanaman bawang merah (Allum

ascalonicum) adalah sebagai berikut :

Kingdom: Plantae
Divisio : Spermatophyte

Class : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Species : Allium ascalonicum L.

C. Deskripsi Bawang Merah (Allum ascalonicum)

Bawang merah merupakan salah satu tanaman sayuran yang menjadi bahan baku

dari berbagai jenis masakan sebagai fungsi penyedap masakan. Fungsi yang esensial pada

bawang merah menunjukan jumlah penggunaan pada tiap masakan tiap masakan yang

memerlukan penyedap sayuran ini, namun apabila mayoritas masyarakat Indonesia ini

menggunakannya, maka dapat dipastikan bahwa secara keseluruhan jumlah penggunaan

bawang merah sangatlah besar. Pada kondisi seperti sekarang ini, Indonesia yang sedang

dalam keadaan krisis ekonomi harus dapat mengoptimasikan penggunaan sumber daya

alamnya sebagai salah satu jalan untuk dapat memulihkan kondisi perekonomiannya.

Sebagai negara agraris sejak dahulu dan dengan dengan potensi alam yang memadai,

sebenarnya kita tidak perlu menjadi negara pengimpor bawang merah seperti sekarang

(Gayatri, 2014). Menurut Suryaman (2015) Tanaman bawang merah diduga berasal dari

Asia, sebagian literature menyebutkan bahwa tanaman ini dari Asia Tengah, terutaman

Palestina dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

Mediterranean. Narasumber lain menduga asal-usul bawang merah dari Iran dan
pegunungan sebelah utara Pakistan, namun ada uga asal tanaman ini dari Asia Barat dan

Mediterranean yang kemudian berkembang ke Mesir dan Turki.

D. Morfologi Bawang Merah (Allum ascalonicum)

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah komoditas hortikultura yang

memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi (Wati, Nurlaelih, & Santosa,

2014). Meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok namun tidak dapat dihindari oleh

konsumen bahwa keberadaaannya sebagai bumbu pelengkap sangat diperlukan karena

banyak mengandung vitamin B dan C (Setiyowati, Haryanti, & Hastuti, 2010). Organ-

organ penting dan spesifikasi tiap-tiap organ tanaman bawang merah (Allum ascalonicum

L.) yang perlu kita ketahui adalah sebagai berikut :

1. Akar

Akar tanaman bawang merah terdiri atas akar pokok (primary root) yang

berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif (adcentitious root) dan bulu akar yang

berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zatzat hara dari

dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih, dan jika

diremas berbau seperti bau bawang merah (Pitojo, 2007). Akar bawang merah termasuk

dalam jenis akar serabut. Ukuran akar bawang relatif pendek. Akar ini hanya memiliki

panjang sekitar 15-30 cm. Selain dangkal, akar bawang merah ini terus mengalami

pembentukan akar baru setiap hari. Pembentukan tersebut terjadi untuk menggantikan

akar yang telah mengalami penuaan. Bawang merah juga memiliki akar adventif. Akar

adventif adalah akar yang tumbuh tidak pada tempatnya. Akar adventif yang dimiliki

bawang merah tumbuh dibagian batangnya. Akar ini berjumlah banyak pada awal masa
pertumbuhan. Namun, ketika tanaman bawang merah telah dewasa, akar ini perlahan

mulai mati satu persatu (Fajjriyah, 2017).

2. Batang

Bawang merah memiliki batang sejati atau diskus yang berbentuk pendek. Bagian

batang ini biasa pula disebut cakram. Bagian atas diskus merupakan batang semu yang

tersusun dari pelepah-pelepah daun. Diameter batang akan semakin lebar seiring dengan

bertambahnya umur tanaman bawang merah tersebut. Batang ini juga merupakan tempat

daun yang tumbuh keluar. Bagian batang yang berbeda di dalam tanah akan berubah

menjadi umbi lapis (Fajjriyah, 2017).

3. Daun

Daun bawang merah berwarna hijau, baik dari yang berwarna hijau muda hingga

hijau tua. Daun tenaman ini berbentuk silinder kecil yang memanjang dan berongga atau

berlubang. Pada bagian ujung daun berbentuk runcing (Fajjriyah, 2017).

4. Bunga

Tanaman bawang merah memiliki bunga. Pada bagian batangnya, bunga muncul

seperti paying. Bunga ini memiliki kurang lebih 5-6 kelopak. Benang sari bunga bawang

merah berwarna hijau, da nada pula yang berwarna hijau kekuningkuningan. Bunga

bawang merah berwana putih. Penyerbukan bunga bawang merah dapat dilakukan sendiri

maupun dengan bantuan serangga. Selain itu, penyerbukan dapat pula dilakukan oleh

bantuan manusia (Fajjriyah, 2017).


5. Umbi

Bawang merah merupakan umbi lapis dengan biji keping satu atau monokotil.

Umbi bawang merah berbentuk bulat dan ada pula yang berbentuk lonjong hingga pipih.

Warna umbi bawang merah beragam, dari warna merah muda, merah pucat, merah cerah,

merah keunguan, hingga merah kekuningan. Umbi bawang merah terdiri atas calon-calon

tunas. Jika umbi tersebut ditanam, maka calon-calon tunas tersebut akan tumbuh.

Pertumbuhan tunas ini ditandai dengan munculnya daun pada tunas-tunasnya. Tunas

daun tersebut semakin lama, dapat tumbuh menjadi batang dan pada pangkalnya

membentuk umbi baru yang tetap menempel dengan umbi utamanya (Fajjriyah, 2017).

E. Syarat Tumbuh Pertumbuhan Bawang Merah

Bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak

panas, dan mendapatkan sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh

di dataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300-2500

mm/th dan suhuya 25o C – 32o C. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah

adalah regosol, grumosol, latosaol, dan aluvial, dengan pH 5,5-7 (Suryaman, 2015).

Bawang merah selama pertumbuhannya memerlukan unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg

dan Na (Setiyowati et al., 2010).


III. PEMBUATAN PESTISIDA

A. Teknik Pembuatan Pestisida Bawang merah

Teknik pembuatan pestisida nabati bawang merah Ekstrak bawang merah: Bahan

dan Alat : 85 gram bawang merah,50 ml minyak sayur, 10 ml deterjen/sabun, 950 ml air

Alat penyaring Botol Cara Pembuatan, Campurkan bawang merah dengan minyak sayur.

Biarkan selama 24 jam. Tambahkan air dan sabun. Aduk hingga rata menggunakan

belender atau alat pengaduk lain nya. Simpan dalam botol paling lama 3 hari. Cara

Penggunaan, Campurkan larutan dengan air dengan perbandingan 1 : 19 atau 50 ml larutan

dengan 950 ml air. Aduk sebelum digunakan. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang

terserang OPT pada pagi hari OPT Sasaran : Ulat, hama pengisap, nematoda, bakteri,

antraknos, embun tepung, Cendawan contoh hama Beauveria bassiana.

B. Manfaat Pestisida Nabati Bawang merah,

Bawang merah ( Allium ascalonicum L) merupakan salah satu bahan pestisida

alami yang mengandung auxin dan anti oksidan. Ekstrak bawang merah dapat

mengendalikan berbagai macam hama dan penyakit, salah satunya antraknosa. Bawang

merah merupakan salah satu pestisida alami yang sangat praktis, ekonomis dan tidak

beracun untuk kebun. Bawang merah memiliki sifat fungisida alami dan pestisida yang

bekerja secara efektif untuk mengendalikan hama. Untuk keampuhan maksimum dalam

pengendalian hama, hindari menggunakan pupuk kimia, karena pupuk kimia dapat

mengurangi kandungan bahan penting dalam bawang merah untuk melawan hama.

Beberapa hama yang dapat dikontrol dengan baik menggunakan bawang merah adalah

kutu daun, semut, rayap, lalat putih, kumbang, penggerek, ulat bulu, siput, dan ulat daun.
C. Keunggulan dan Kelemahan pestisida nabati bawang merah

1. Keunggulan Pestisida Nabati

 Senyawa aktif mudah terurai di alam, sehingga kadar residu relatif kecil,

peluang untuk membunuh serangga bukan sasaran rendah, dan dapat di-

gunakan beberapa saat menjelang panen.

 Cara kerja spesifik, sehingga aman terhadap manusia dan ternak.

Tidak mudah menimbulkan resistensi, karena jumlah senyawa aktif lebih

dari satu.

 Tidak meracuni tanaman.

2. Kelemahan Pestisida Nabati

 Persistensi yang singkat sehingga pada populasi hama yang tinggi diperlukan

aplikasi yangberulang-ulang.

 Ketersediaan di pasaran (toko pertanian) masih sangat terbatas.

 Frekuensi pemakaian lebih tinggi, karena sifat racunnya mudah ter-

degradasi

A. Dampak dan Pengaruh Pestisida Nabati Bawang merah,

Hasil ini menunjukkan bahwa petani peserta pelatihan tertarik untuk menggunakan

pestisda alami untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Adapun dampak dan

pengaruh keberlanjutan dari pelaksanaan pestisida nabati bawang merah ini adalah

penerapan penggunaan sebagai pestisida nabati mulai digunakan pada saat proses

budidaya tanaman dilakukan. Selain itu, upaya keberlanjutan yang diperoleh dari

pelaksanaan adalah peningkatan pola tanam dengan metode pertanian organik yang baik

dan benar, penggunaan pupuk organik dengan dosis yang tepat, dan pengguanaan pestisida
nabati yang baik dan benar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman

yang dibudiayakan petani, dampak dari pestisida nabati bawang putih adalah sangat

berpengaruh dalam mengendalikan hama pengganggu tanaman yang mengerang tanaman.

Selain itu juga pestisida nabati bawang merah ini sangat hemat biaya dan ramah

lingkungan tidak membahayakan bagi pengguna.


IV. BAHAN DAN ALAT

Bahan

1. 1 kg 2 ons Bawang merah

2. Toples

3. Kertas

4. Pena

5. Plastik

6. Sabun Daya

7. Minyak goring

8. Air

Alat

1. Pisau 4 buah

2. Timbangan analitik

3. Blender
V. PENUTUP

1. Kesimpulan

Pestisida nabati bawang merah sangat baik digunakan untuk mengendalikan hama

pada tanaman.Pestisida nabati bawang merah mengandung auxin dan anti oksidan.

Bawang merah merupakan salah satu pestisida alami yang sangat praktis, ekonomis dan

tidak beracun untuk di guanakan di kebun maupun penelitian selain tidak beracun

pestisida nabati bawang putih murah dan mudah di dapat kan.

2. Saran

ekstrak bawang merah masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan

masing-masing, maka dalam penggunaannya disarankan agar insektisida ekstrak bawang

merah digunakan untuk pengendalian yang bersifat preventif, atau pada kondisi serangan

ri ngan sampai sedang dengan demikian frekuensi aplikasi insektisida sintetik dapat

dikurangi. Perlu dilakukan penelitian pada lahan pe rtanian sehingga hasil penelitian

dapat langsung diaplikasi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanj ut untuk mengetahui daya

simpan ekstrak bawang merah agar dalam pengaplikasiannya lebih mudah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Saenong, M. S. (2016). Tumbuhan Indonesia potensial sebagai insektisida nabati untuk

mengendalikan hama kumbang bubuk jagung (Sitophilus Spp.). Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 35(3), 131-142.

Utami, S. (2010). Aktivitas insektisida bintaro (Cerbera odollam Gaertn) terhadap hama

Eurema spp. pada skala laboratorium. Jurnal Penelitian Hutan

Tanaman, 7(4), 211-220.

Isnaini, Muhammad, Elfira Rosa Pane, and Suci Wiridianti. "Pengujian beberapa jenis

insektisida nabati terhadap kutu beras (Sitophilus oryzae L)." Jurnal

Biota 1.1 (2015): 1-8.

Indiati, S.W., & Marwoto, M. (2014). Potensi ekstrak biji mimba sebagai insektisida

nabati.

Saenong, M. S. (2016). Tumbuhan Indonesia potensial sebagai insektisida nabati untuk

mengendalikan hama kumbang bubuk jagung (Sitophilus Spp.). Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 35(3), 131-142.

DONO,D.,ISMAYANA, S., IDAR, I., PRIJONO, D., & MUSLIKHA, I. (2010). Status dan

mekanisme resistensi biokimia crocidolomia pavonana (F.)(Lepidoptera:

Crambidae) terhadap insektisida organofosfat serta kepekaannya terhadap

insektisida botani ekstrak biji Barringtonia asiatica. Jurnal Entomologi

Indonesia, 7(1), 9-9.


Ikawati, B., Sunaryo, S., & Widiastuti, D. (2015). Peta status kerentanan Aedes aegypti

(Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa

Tengah. ASPIRATOR-Journal of Vector-Borne Disease Studies, 7(1),

23-28.

Safirah, R. (2017). Uji Efektifitas Insektisida Nabati Buah Crescentia cujete dan bunga

Syzygium aromaticum terhadap Mortalitas spodoptera litura secara in

vitro sebagai Sumber Belajar Biologi (Doctoral dissertation, University

of Muhammadiyah Malang).

(Samadi, 2000). bahwa bawang putih memiliki potensi sebagai bahan baku obat-obatan

untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Anda mungkin juga menyukai