Anda di halaman 1dari 12

TOPIK KHUSUS GIZI PANGAN

“Genetically Modified Organism (GMO)/Pangan Produk

Rekayasa Genetik (Pangan Transgenik)”

OLEH :

NAMA : CITA AULIA PRATIWI

NIM : Q1A119029

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Penulis
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga Penulis bisa selesaikan makalah ilmiah ini.
Makalah ilmiah ini sudah selesai Penulis susun secara maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka
untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
Penulis bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.
Akhir kata Penulis meminta semoga makalah ilmiah ini bisa memberi manfaat ataupun
inpirasi pada pembaca.

Kendari, Juni 2022


DAFTAR ISI

Judul Halaman
Halaman Sampul ............................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Genetically modified organism (GMO) .................................................... 3
B. Dinamika Perkembangan Produk Pangan Hasil Rekayasa Genetik .......... 4
C. Keuntungan Pangan Rekayasa Genetik ..................................................... 5
D. Rekayasa Genetika Susu Kedelai .............................................................. 5
III. PENUTUP ................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa
latin)yang artinya bersuku – suku bangsa atau asal usul. Secara “etimologi” artinya asalmula
kejadian. Namun, genetika bukan merupakan ilmu tentang asal mula kejadianmeskipun pada
batas – batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu. Genetikaadalah ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk alih informasi hayati dari generasike generasi. Oleh karena
cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebutmendasari adanya perbedaan dan
persamaan sifat diantara individu organism, makadengan singkat dapat pula dikatakan bahwa
genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini dipelajari
tentang bagaimana sifat keturunanitu diwariskan pada anak cucunya, serta kemungkinan
variasi yang timbul di dalamnya.
Perkembangan genetika ini dimulai sejak perkembangan bioteknologi
berkembang,hal ini dengan di temukannya teknologi DNA rekombinan. Oleh sebab
itu,perkembangan genetika semakin maju. Dengan adanya perkembangan DNArekombinan
ini maka optimasi biotransformasi dalam suatu proses bioteknologi dapatdiperoleh dengan
lebih terarah dan langsung. Teknologi DNA rekombinan ataurekayasa genetik
memungkinkan kita mengkonstruksi, bukan hanya mengisolasi,suatu galur yang sangat
produktif. Sel prokariot atau eukariot dapat digunakan sebagai"pabrik biologis" untuk
memproduksi insulin, interferon, hormon pertumbuhan, bahananti virus, dan berbagai macam
protein Lainnya. Teknologi DNA rekombinan jugamemungkinkan produksi senyawa-
senyawa tertentu yang jumlahnya secara alamisangat sedikit, sehingga tidak ekonomis bila
diekstrak langsung dari sumber alaminya.
Oleh karena itu sangatlah diharapkan agar berbagai disiplin ilmu yang adamembuka
pintu lebar-lebar untuk mendisain kurikulum yang dapat menampung minat mahasiswa yang
bersifat interface ini, yang merupakan aspek intrinsik dariBioteknologi Moderen atau
Bioteknologi Molekuler salah satunya mengenai rekayasagenetika ini yang
perkembangannya harus sesuai dengan bioetika yang ada di Negarakita ini agar
penggunaannya tidak di salah gunakan oleh pihak – pihak tertentusehingga pemanfaatannya
dapat digunakan dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan GMO dan keuntungan rekayasa genetika?
2. Apa yang di maksud dengan dinamika perkembangan produk pangan hasil rekayasa
genetik?
3. Apa yang di maksud dengan rekaya genetika susu kedelai?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui apa itu GMO dan keuntungan
rekayasa genetika, dinamika perkembangan produk pangan hasil rekayasa genetik, dan
rekaya genetika susu kedelai.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Genetically modified organism (GMO)


Genetically Modified Organism (GMO) merupakan bagian penting dalam
perkembangan ilmu biologi terutama cabang ilmu bioteknologi GMO adalah organisme
(dalam hal ini lebih ditekankan kepada tanaman dan hewan) yang telah mengalami
modifikasi genome (rangkaian gen dalam chromosome) sebagai akibat ditransforma sikannya
satu atau lebih gen asing yang berasal dari organisme lain (dari species yang sama sampai
divisio yang berbeda). Gen yang ditransformasikan diharapkan dapat mengeluarkan atau
mengekspresikan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. Salah satu produk yang
banyak dikembangkan secara masal adalah tanaman transgenik. Gen tertentu yang
bersifatkan unggul disisipkan ke dalam tubuh tanaman, sehingga diperoleh sifat yang
diinginkan. Menurut Karma (2009:12-21) bebarapa tanaman transgenik yang telah dikenal
diantaranya tanaman tahan hama, toleran herbisida, tahan antibiotik, tanaman dengan kualitas
nutrisi lebih baik, serta tanaman dengan produktivitas yang lebih tinggi.
Pada perkembangannya produk-produk GMO menimbulkan kontroversi, terutama
dari sisi dampak negatif terhadap lingkungan. Banyak Negara Eropa yang menolak produk
GMO, bahkan pada tahun 2010 European network of non-governmental non-profit
organisations (http://genet-info.org) melakukan advokasi agar Eropa bebas GMO.
Rangkuman berita pada situs berita bumi (http://beritabumi.or.id) menunjukkan Indonesia
pernah mengujicobakan penanaman kapas transgenik pada tahun 2001 di Sulawesi Selatan,
dan menuai kontroversi, berbagai LSM lingkungan melakukan penolakan terhadap
penanaman tanaman transgenik, dan pada tahun 2003 penanaman dihentikan. Kontroversi ini
terjadi karena pada satu sisi perkembangan pemanfaatan tanaman transgenik sebagai
komoditi pangan cukup pesat dan menjanjikan, namun di sisi lain terdapat berbagai
kekhawatiran dan keresahan masyarakat terhadap penggunaan tanaman transgenik, terutama
menyangkut kesehatan masyarakat dan aspek lingkungan.
Riset rekayasa genetik untuk menghasilkan bahan pangan yang lebih banyak dan
berkualitas telah dilakukan cukup intensif di Indonesia. Sejak tahun 1985, Pemerintah
mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk mendukung riset-riset tersebut. Namun
demikian, sampai saat ini belum ada satupun varietas tanaman transgenik, baik hasil karya
peneliti dalam negeri maupun introduksi yang secara resmi diijinkan ditanam di Indonesia.
Sementara itu, Indonesia tidak secara tegas menolak masuknya produk pangan yang diduga
berbahan baku hasil rekayasa genetik. Indonesia juga mengimport bahan pangan seperti
kedelai, jagung, terigu, kentang, dll.
Salah satu produk baru yang dihasilkan dari pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah produk rekayasa genetika. Produk rekayasa genetika merupakan produk
yang dihasilkan dari teknologi memanipulasi sifat baka atau gen (DNA) suatu organisme
tanpa melalui seksual (tanpa melalui perkawinan) untuk menghasilkan organisme dengan
sifat-sifat sesuai dengan yang ditentukan. Terdapat beberapa hal yang mendorong lahirnya
teknologi ini: 1) Produk pangan tidak sebanding dengan jumlah populasi manusia yang terus
bertambah, 2) berkurangnya lahan-lahan pertanian, 3) merebaknya hama penyakit tanaman,
4) perubahan iklim yang tidak menentu yang berdampak kepada tidak maksimalnya tanaman
pangan dalam berproduksi dan 4) tingginya biaya pembudidayaan. Maka para ahli tanaman
mencoba mendapatkan tanaman yang bisa mengatasi berbagai masalah tersebut melalui
proses Rekayasa Genetik.
B. Dinamika Perkembangan Produk Pangan Hasil Rekayasa Genetik
Babak baru produksi bahan pangan GM Food sekitar tahun 1960-an, ketika kentang
Lenape dengan kandungan padatan tinggi hasil rekayasa genetik mulai dipasarkan. Belum
sempat diadopsi secara luas, produk ini ditarik dari pasaran karena ditemukan racun Solanin
pada kentang ini. Misteri munculnya racun Solanian belum diungkapkan secara gamblang
hingga saat ini. Opini yang berkembang dikarenakan timbulnya efek tak terduga dari
aktivitas gen asing di dalam tubuh tanaman.
Lama stagnan, baru sekitar tahun tahun 1990-an muncul kembali di pasaran makanan
hasil rekayasa genetik berupa daging dan susu yang diberi recombinant procine somatotropin
(rBST) sehingga tanpa lemak. Menurut American Medical Association (AMA) dan National
Institute of Health (NIH), daging dan susu sapi ini aman dikonsumsi. Selanjutnya rBST
mulai digunakan cukup meluas dibidang rekayasa daging, susu dan sayuran. Buah tomat
Flavr Savr yang lebih tahan simpan mulai dipasarkan pada tahun 1994. Selanjutnya tanaman
produk rekayasan genetik semakin banyak jenisnya dan digunakan cukup luas di beberapa
negera. Terdapat sekitar 27 jenis tanaman transgenik di dunia. Jenisjenis yang cukup dikenal
diantaranya : kedelai, kapas, jagung, padi dan kentang. Sekitar 85% kedelai yang ditanam di
Amerika Serikat dan 98% kedalai di Argentia merupakan hasil rekayasa genetik. Kedua
Negara ini memperlakukan sama antara kedelai transgenik dengan kedelai biasa. Oleh karena
itu, bisa dipastikan kedelai yang diekspor Amerika Serikat dan Argentina ke berbagai
Negara, termasuk Indonesia adalah kedelai transgenik.
Produk pangan transgenic yang dipasarkan di Indonesia cukup banyak, antara lain :
keripik kentang Mister Potato, produksi PT. Pasific Food Indonesia. No. Depkes BPOM RI
ML 255501931081; keripik Kentang Pringles, diimpor oleh PT. Procter dan Gamble Home
Products Indonesia. No. Depkes BPOM RI ML 362204007321; tepung jagung Honig
Maizena, diimpor oleh Fa. Usahana No. Depkes ML 328002001014.
C. Keuntungan Pangan Rekayasa Genetik
Keuntungan pangan hasil rekayasa genetika antara lain meningkatkan efisiensi dan
produktivitas, nilai ekonomi produk, memperbaiki nutrisi, dan meningkatkan masa simpan
produk.. Rekayasa genetik komponen makhluk hidup dibuat sedemikian rupa sehingga
menjadi lebih unggul, semisal tahan hama, tahan penyakit, lebih banyak menghasilkan
panen, dan menambah ”gemuk” hewan ternak. Sebagai contoh, tanaman jagung yang mudah
terserang hama, melalui rekayasa genetik, dapat di”silangkan” dengan jenis bakteri yang
dapat ”melawan” hama tersebut, sehingga menjadi tanaman jagung tipe baru yang tahan
hama.
Kelompok pro-GMO bersikeras berpendapat bahwa tanaman transgenik dan produk
olahannya aman dan menguntungkan serta patut untuk dimasyarakatkan. Pertengahan 1990-
an, pelaku agribisnis mulai mempromosikan benih tanaman transgenik yang diklaim
mengurangi pemakaian pestisida dan ramah lingkungan, seperti, jagung Bt, kapas Bt, dan
kedelai Bt, kanola yang tahan hama dan toleran herbisida. Tanaman transgenik tahan hama
memiliki keuntungan ganda, karena dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan
menghasilkan crystalline, protein yang bersifat toksik terhadap hama serangga tertentu.
D. Rekayasa Genetika Susu Kedelai
Susu kedelai saat ini mulai diminati masyarakat ditinjau dari proteinnya yang tidak
jauh berbeda dengan susu sapi baik untuk dewasa ataupun untuk anak-anak. Susu kedelai
yang tidak memiliki kasein dan laktosa dikonsumsi terutama oleh penderita lactose
intolerance dan autisme sebagai pengganti susu sapi (Kilamanca, 2008). Kebutuhan domestik
kedelai 70% masih impor dikarenakan rendahnya produksi dalam negeri (Satria, 2015).
Kedelai impor di Indonesia hampir setengahnya berasal dari Amerika Serikat (AS), dimana
menurut Olson (2015) kedelai di AS 94% merupakan kedelai transgenik. Dengan munculnya
kedelai transgenik di Indonesia, keterbukaan dalam dunia konsumsi menuntut adanya
pelabelan PRG. Pentingnya kajian ini berdasarkan pemberian perlindungan hak-hak universal
konsumen khususnya terhadap PRG yang beresiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
Selain itu juga bertujuan membantu terciptanya sistem pelabelan PRG di Indonesia.
Kedelai transgenik yang diproduksi oleh Monsanto secara umum tersisipi oleh gen
asing EPSPS-CP4 yang bertujuan untuk melindungi tanaman dari herbisida Roundup Ready.
Selain itu, sisipan gen CaMV (Cauliflower Mosaic Virus) 35S Promotor, dan Nos Terminator
(non-translated region dari napoline syntase gene) juga diintroduksikan pada tanaman
(Windels, 2001).
Rendahnya produksi kedelai di Indonesia mengakibatkan para produsen olahan
kedelai menggantungkan usahanya dari bahan impor. Menurut Kementerian Pertanian
(2013), produksi kedelai nasional pada tahun 2010 sebesar 907,03 ribu ton, mengalami
penurunan menjadi 843,15 ribu ton biji kering pada tahun 2012. Kebutuhan kedelai nasional
selama lima tahun (tahun 2010-2014) sebesar 2,3 juta ton biji kering, sebagian besar dipenuhi
oleh kedelai impor asal Amerika Serikat.
Poduk kedelai varietas impor dibedakan menjadi Produk Rekayasa Genetik (PRG)
atau Genetically Modified Organism (GMO) dan non-Produk Rekayasa Genetik atau yang
disebut non-GMO. Kedelai PRG merupakan varietas yang sudah dimodifikasi secara genetik
untuk menghasilkan kedelai yang memiliki berbagai keunggulan, seperti memiliki
karakteristik lebih tahan terhadap penyakit dan hama, lebih tahan terhadap herbisida, dan
memiliki ukuran biji lebih besar. Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia atau World
Health Organization (WHO), tanaman transgenik atau GMO adalah organisme yang telah
mengalami perubahan pada materi genetiknya sehingga organisme tersebut memiliki sifat-
sifat yang tidak dimiliki sebelumnya. Gen yang disisipkan ke dalam organisme tersebut dapat
berasal dari spesies yang sama ataupun berbeda.
Teknik rekayasa genetika untuk tanaman kedelai, yang banyak diadopsi oleh petani
kedelai di Amerika Serikat adalah yang memiliki keunggulan tahan terhadap herbisida
(Herbicide Tolerance Soybean). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh USDA, proporsi
penanaman kedelai tahan herbisida (HT Soybean) meningkat secara pesat dari tahun ke
tahun, dari sekitar 17 persen di tahun 1997, menjadi 68 persen pada tahun 2001 dan 94
persen di tahun 20143. Hal ini terjadi karena besarnya manfaat yang dirasakan dan tingginya
produktivitas yang dihasilkan dari teknologi tersebut. Di sisi lain, terdapat persepsi negatif
akan pangan transgenik karena khawatir akan timbul sifatsifat baru yang dimiliki tanaman
yang dapat memberikan ekspresi protein baru akibat gen dari spesies lain yang dapat
memunculkan toksisitas dan alergi baru. Hasil dari beberapa penelitian jangka panjang
menunjukkan bahwa konsumsi kedelai transgenik tidak menimbulkan bahaya terhadap
kesehatan4,5,6,7,8. Namun pengujian terhadap tempe perlu dilakukan, karena pengujian di
bidang ini masih terbatas dan tempe merupakan pangan yang sangat populer bagi masyarakat
Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Produk rekayasa genetika merupakan produk yang dihasilkan dari teknologi
memanipulasi sifat baka atau gen (DNA) suatu organisme tanpa melalui seksual (tanpa
melalui perkawinan) untuk menghasilkan organisme dengan sifat-sifat sesuai dengan yang
ditentukan. Lama stagnan, baru sekitar tahun tahun 1990-an muncul kembali di pasaran
makanan hasil rekayasa genetik berupa daging dan susu yang diberi recombinant procine
somatotropin (rBST) sehingga tanpa lemak. Rekayasa genetik komponen makhluk hidup
dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi lebih unggul, semisal tahan hama, tahan penyakit,
lebih banyak menghasilkan panen, dan menambah ”gemuk” hewan ternak. Susu kedelai yang
tidak memiliki kasein dan laktosa dikonsumsi terutama oleh penderita lactose intolerance dan
autisme sebagai pengganti susu sapi (Kilamanca, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Herlina,L.,2022. Pangan Rekayasa Genetika : Perspektif Kesehatan, Hukum Negara dan Agama.
Jurnal Pendidikan dan Sosial Budaya.,Vol 2 (2) : 206-220.

Maskar., D., H., Hardinsyah., Damayanti., E., Astawan., M., Wresdiyati., T., Hermanianto., J.,
Winandita., T. 2015. Pengaruh Kedelai Produk Rekayasa Genetik Terhadap Kadar
Malonaldehid, Aktivitas Superoksida Dismutase dan Profil Darah Pada Tikus Percobaan.
Penelitian Gizi dan Makanan. Vol 38 (1).

Prianto., Y., dan Yudhasasmita., S. 2017. Tanaman Genetically Modified Organism (GMO)
Dan Perspektif Hukumnya Di Indonesia. Journal of Biology. Vol 10 (2). ISSN : 2502-
6720.

Suwardike., P. 2019. Quo Vadis Pangan Produk Rekayasa Genetik Di Indonesia. Agro Bali
(Agricultural Journal). Vol 2 (1). Hal 58-63.

Wardani., A., K., Arlisyah., A., Fauziah., A., Fa’ida., T., N. 2017. Identifikasi Gen Transgenik
pada Produk Susu Bubuk Kedelai dan Susu Formula Soya dengan Metode PCR
(Polymerase Chain Reaction). AGRITECH. Vol 37 (3). ISSN : 2527-3825.

Anda mungkin juga menyukai