Pengaruh Penambahan Karagenan Terhadap Nilai Stabilitas Emulsi dan Daya Ikat
Air Pada Sosis Ikan Patin
Abstrak
Sosis ikan patin merupakan salah satu produk makanan sistem emulsi yang membutuhkan
emulsifier yang baik untuk menjaga kestabilan emulsi dalam adonannya agar tidak mudah pecah saat
proses pengolahan atau penyimpananya. Karagenan termasuk emulsifier alami karena memiliki peran
sebagai pembentuk gel yang baik dalam makanan sistem emulsi. Keterlaksaan penelitian ini dilakukan
sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh konsentrasi karagenan pada nilai stabilitas emulsi, daya ikat
air (DIA) dan hasil uji organoleptik dari sosis ikan patin yang telah diolah. Penelitian ini bersifat
eksperimen dengan percobaan di rancang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) sebanyak 3 buah
perlakuan yang berbeda dari pemberian karagenan pada adonan sosis ikan patin yaitu 0%; 1,5% dan
2,5% dengan data dianalisis menggunakan aplikasi SPSS menggunakan uji One-Way ANOVA untuk hasil
uji stabilitas emulsi dan uji daya ikat air (DIA) serta menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk hasil data uji
organoleptik. Berdasarkan hasil dan analisis penelitian menyatakan terdapat pengaruh nyata dari
penambahan konsentrasi karagenan terhadap nilai stabilitas emulsi (0,00<0,05) dan sifat organoleptik
seperti kenampakan, rasa dan tekstur sosis ikan patin. Sedangkan penambahan karagenan pada sosis ikan
patin tidak berpengaruh nyata terhadap hasil daya ikat air (0,522>0,05) dan sifat organoleptik bau
(0.772>0,05).
makanan sistem emulsi dengan bahan Pemilihan ikan patin sebagai bahan
utamanya berupa daging giling yang utama dalam pengolahan sosis ikan dirasa
ditambahkan bumbu-bumbu, bahan pengisi tepat karena ikan patin mengandung protein
dan bahan pengikat yang dimasukkan ke miofbril yang memiliki peran yang penting
dalam casing sosis atau selongsong sosis dalam penggumpalan dan pembentukan gel
(Ismanto, et al, 2020). Sosis umumnya terbuat (Natsir & Latifa, 2018). Adanya
dari bahan utama yang berasal dari hewan penggumpalan dan pembentukan gel yang baik
ternak seperti ayam dan sapi, selain itu sosis dalam adonan sosis akan membuat tekstur
saat ini juga dapat berasal dari bahan utama sosis menjadi kenyal dan sarat. Selain hal
yang berasal dari daging ikan (Zamriyetti, tersebut, pengolahan ikan patin menjadi sosis
Havena, & Sulardi, 2020). Ikan patin merupakan bentuk diversifikasi pangan dan
(Pangasius hypopthalmus) termasuk jenis ikan sebagai bentuk memperdayakan budidaya ikan
yang dapat digunakan sebagai bahan utama patin di Kalimantan Selatan (Rifa'i,
Muzdalifah, & Kudsiah, 2020).
11 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 11 Nomor 2 November 2022
Pengaruh Penambahan Karagenan Terhadap Nilai Stabilitas Emulsi dan Daya ISSN:2599-1337 (online)
Ikat Air Pada Sosis Ikan Patin ISSN:2089-3205 (cetak)
Sistem emulsi dalam adonan sosis ikan penurunan kualitas fisik sosis. Sistem emulsi
dapat stabil dengan baik apabila globula lemak yang tidak stabil pada sosis, dapat terjadi
dapat terdispersi dengan baik pada protein karena sistem emulsi pada adonan sosis yang
dalam daging yang dimantapkan oleh binder pecah saat proses pengolahan ataupun
dan filler. Tepung pati singkong atau tapioka penyimpanannya (Rifani, Ma'ruf, &
merupakan salah satu bahan yang dapat di Romadhon, 2016). Adiaprana, Ma'ruf, &
tambahkan pada adonan sosis yang berfungsi Anggo, (2016) menyatakan untuk memenuhi
sebagai bahan pengikat (binder). Tepung persyaratan suatu kualitas mutu fisik, sosis
tapioka mengandung kadar pati yang tinggi membutuhkan sebuah stabilitas emulsi yang
yaitu sekitar 90% (Apriantini, et al, 2021), baik, oleh sebab itu, diperlukan penambahan
Tepung tapioka selain mengandug pati dalam emusifier untuk meningkatkan kualitas fisik
100 gram nya juga mengandung karbohidrat sosis menjadi lebih baik. Karagenan adalah
sebesar 84,20% (Sembong, et al, 2019). hidrokoloid yang dapat berperan sebagai
Kandungan karbohidrat yang terdapat dalam emulsifier alami yang berasal dari ektraksi
tepung tapioka tersebut merupakan campuran rumput laut merah (Kappaphycus alvarezii)
dari dua polisakarida diantaranya yaitu, yang memiliki sifat hidrofilik (Kumayanjati &
amilopektin sebesar 79,59-79,99% dan Dwimayasanti, 2018). Karagenan mampu
amilosa sebesar 20,01-20,47%. Besarnya menstabilkan emusi dan mampu membentuk
fraksi amilosa-amilopektin dalam tepung gel pada suatu produk bentuk emulsi
tapioka tersebutlah yang sangat mempengaruhi (Herawati, 2018).
profil gelatinisasi pati. Proses gelatinisasi pada Karagenan dalam suatu sistem emulsi
tepung tapioka terjadi ketika proses mampu berikatan dengan makromulekul
pemanasan, yaitu seiring dengan pemanasan bermuatan contohnya seperti protein (Safitri,
yang berlangsung maka pergerakkan air Sudarno, & Kusdarwati, 2017). Nurwin, et al,
semakin lebih kuat dari pada pergerakkan pati (2019) dan Kharisma, et al, (2016)
pada granula, yang mengakibatkan molekul air menyatakan kenaikan pemberian karagenan
masuk ke struktur pati dan menyebabkan berpotensi menstabilkan emulsi daging melalui
kekentalan pati meningkat (Sembong, et al, pengikatan air pada jaringan protein dan
2019). membentuk ikatan gel. Suatu gel terbentuk
Permasalahan dalam pengolahan sosis akibat adanya ikatan rantai-rantai polimer pada
yang sering dijumpai adalah tidak stabilnya karagenan dan protein yang membentuk
sistem yang dapat berpengaruh terhadap struktur 3 dimensi (3D) yang bersambung.
berbeda dari pengolahan sosis ikan patin 8. Pengukusan adonan sosis ikan patin
tersebut. selama 30 menit
Tabel 1. Komposisi formulasi bahan sosis ikan 9. Pendinginan sosis ikan patin dan
patin yang diolah pemotongan ikatan tali sosis
Komposisi formulasi bahan
(% karagenan: % tepung tapioca) 10. Penyimpanan sosis ikan patin.
Bahan F1(g) F2(g) F3(g)
(0:10) (1,5:8,5) (2,5:7,5)
% (gram) % (gram) % (gram) Tahap selanjutnya adalah dengan
Ikan patin 100 100 (500) 100 (500) melakukan pengujian nilai stabilitas emulsi
(500)
Tepung 10 (50) 8,5 (42, 5) 7,5 (37,5) dan daya ikat air pada sosis ikan patin, dimana
tapioka
Karagenan 0 (0) 1,5 (7,7) 2,5 (12,5) proses pengulangan pengambilan data dalam 2
Bawang 2 (10) 2 (10) 2 (10)
putih pengujian tersebut pada penelitian ini
Merica 0,4 (2) 0,4 (2) 0,4 (2)
bubuk
menggunakan rumus Federer yang dikutip
Gula pasir 2 (10) 2 (10) 2 (10) dalam Wikanda, Hendrayana & Pinatih (2019)
Garam 2 (10) 2 (10) 2 (10)
Kaldu jamur 1 (5) 1 (5) 1 (5) sebagai berikut: (p-1) (u-1) ≥ 15.
Minyak 5 (25) 5 (25) 5 (25)
kelapa sawit Simbol p dalam rumus tersebut
Air es 20 (100) 20 (100) 20 (100)
Keterangan: Presentase bahan dihitung berdasarkan 500 mengartikan perlakuan dan simbol u
gram daging ikan patin
mengartikan ulangan. Hasil perhitungan
Pengolahan sosis ikan patin pengulangan sampel uji nilai stabilitas emulsi
berdasarkan tabel komposisi 3 formulasi bahan dan daya ikat air pada penelitian tersebut
sosis ikan patin pada tabel 2.1 diatas adalah adalah lebih dari sama dengan 8,5 kali
sebagai berikut: pengulangan dengan keputusan akhir
1. Pemisahan daging ikan patin dengan dilakukan pengulangan pengujian sebanyak 9
tulang dan kulitnya kali pengulangan. Pengujian nilai stabilitas
2. Pencucian daging ikan patin emulsi pada sosis ikan patin dilakukan
3. Pelumatan atau penggilingan daging ikan berdasarkan prosedur menurut AOAC (2007)
patin hingga halus yang termuat dalam Rifani, Ma'ruf, &
4. Penimbangan seluruh bahan Romadhon, (2016), sedangkan pada uji daya
5. Pencampuran seluruh bahan ikat air menggunakan metode sentrifugasi atau
6. Pemasukkan adonan sosis ikan patin pada pemusingan (Suardana & Swacita, 2015) dan
selongsong sosis uji organoleptik pada sosis ikan patin ini
7. Pengikatan selongsong sosis yang berisi dilakukan oleh panelis tidak terlatih sebanyak
adonan sosis dengan panjang sosis
35 orang baik pria dan wanita dari berbagai
persatuannya ± 5 cm
usia dan pekerjaan. Proses pengujian
organoleptik ini, panelis diharuskan untuk Tabel 2. Data uji stabilitas emulsi pada
masing-masing sampel formulasi
menyatakan penilaian pada sampel sesuai
sosis ikan patin
dengan ketentuan angket yang telah dibuat Ulangan Nilai stabilitas emulsi (%)
ke- F0 F1 F2
dengan menggunakan standar penilaian oleh 1 68,4 86,6 80
Badan Standarisasi Nasional, (2013) yang 2 63,2 80 80
3 68 80 84,2
telah diadaptasi sesuai kebutuhan data yang 4 74,2 83,2 80
5 68,6 82,6 83
dibutuhkan.
6 72 77,8 80
Teknis analisis data untuk hasil uji nilai 7 67,6 80 83,8
8 73 80 86
stabilitas emulsi dan uji daya ikat air adalah uji 9 74 80 82,8
One-Way ANOVA dan apabila menghasilkan Jumlah 629 730,2 739,8
Rata- rata 69,89 81,133 82,2
nilai signifikan (P<0,05) yang mengartikan
berbeda secara nyata maka dilakukanlah uji Berdasarkan data hasil perhitungan uji
lanjutan berupa dengan uji Tukey, Adapun nilai stabilitas emulsi maka di analisislah data
hasil uji organoleptik di anlisis melalui uji tersebut menggunakan One-Way ANOVA dan
Kruskal-Wallis dan nilai signifikan (P<0,05) didapatkanlah data nilai signifikan rata-rata
yang mengartikan terdapat perbedaan nyata nilai stabilitas emulsi dari masing-masing
maka dilakukanlah uji lanjutan dengan formulasi sosis ikan patin. Berikut data hasil
hypothesis test summary dan melihat analisis analisis tersebut tersaji pada tabel 3 berikut ini.
konsentrasi pemberian karagenan pada produk Tabel 4. Hasil analisis pengujian stabilitas
emulsi pada uji Tukey
emulsi seperti sosis akan meningkatkan
Perbandingan Formulasi Sosis
kekentalan fase kontinu karena sifat Ikan Patin Sig.
molekulnya yang hidrofilik sehingga membuat Pembanding 1 Pembanding 2
F1 0,00*
sistem emulsi pada adonan sosis menjadi lebih F0
F2 0,00*
stabil. Menurut Nurwin, et al., (2019) dalam F0 0,00*
F1
F2 0,719
penelitiannya penambahan karagenan mampu F0 0,00*
F2
meningkatkan emulsi daging dengan cara F1 0,719
Keterangan: Data nilai yang diikuti tanda (*) menunjukkan
berikatan dengan protein dan mengikat air perbedaan yang signifikan.Data nilai yang tidak
diikuti tanda (*) menunjukkan tidak perbedaan
yang terdapat dalam jaringan protein. yang signifikan.
Tabel 5. Perolehan perhitungan nilai DIA pada karagenan dapat berikatan dengan protein
masing-masing formulasi sosis ikan
dalam daging untuk mengikat air. Namun
patin
Daya ikat air (%) berdasarkan nilai signifikan di dapat 0,522
Ulangan ke-
F0 F1 F2
1 101,6 103,4 104 yang mengartikan bahwa 0,522 > 0,00
2 101,8 101,3 104,8 sehingga tidak terdapat berbedaan rata-rata
3 98,8 99,9 100,1
4 98,8 99,7 99,9 yang signifikan antar kelompok data daya ikat
5 91 96 95,6
air. Pernyataan dari hasil pengambilan
6 90,1 93,5 94,2
7 88 86,4 90,1 keputusan hipotesis tersebut juga mengartikan
8 87,1 89,6 89,7
9 82,5 89,9 91,7 bahwa analisis data daya ikat air sosis ikan
Jumlah 839,7 859,7 870,1 patin tidak dilanjutkan pada tahap analisis uji
Rata- rata 93,3 95,52 96,67
lanjutan sebab pada pengujian One-Way
Berdasarkan data hasil perhitungan uji ANOVA rata-rata data tidak menunjukkan
nilai DIA maka di analisislah data tersebut adanya perbedaan secara signifikan.
menggunakan One-Way ANOVA guna Berdasarkan hasil analisis data daya
mendapatkan informasi keterbedaan nilai ikat air yang menyatakan tidak adanya
signifikan. Data hasil analisis tersebut tertera perbedaan nyata secara signifikan, hal tersebut
tabel 6 berikut ini. dikarenakan tapioka memiliki kemampuan
Tabel 6. Perolehan hasil analisis One-Way yang baik juga dalam mengikat air dalam
ANOVA pada hasil pengujian DIA
Pengujian Rata-rata±Standar deviasi adonan sosis ikan patin. Putra, Agustini, et al.,
Sig.
F0 F1 F2
(2015) dan Bulkaini, et al., (2020) menyatakan
Daya ikat 93,30 95,52 96,68 ± 0,522
air (%) ± ± 5,763 pati pada tepung tapioka dapat mengikat air
7,074 5,982
Keterangan: Nilai signifikan yang tidak diikuti tanda (*) dengan baik pada produk olahan makanan
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata- rata
yang signifikan.
emulsi, namun hanya saja pati memiliki
kemampuan emulsi yang rendah, sehingga dari
Data analisis One-Way ANOVA pada
hal tersebut penambahan karagenan pada sosis
hasil pengujian DIA mengartikan bahwa
ikan patin tidak memiliki pengaruh yang
seiring banyaknya penambahan karagenan
signifikan terhadap daya ikat air pada sosis
pada adonan sosis ikan patin maka semakin
ikan patin yang telah diolah.
besar nilai DIA secara berturut-turut F0, F1 dan
Uji Organoleptik
F2 adalah 93,30%, 95,52% dan 96,68%. Hal
Perolehan nilai uji organoleptic sosis
tersebut sesuai penelitian Safitri, et al. (2017)
ikan patin dilakukan oleh panelis sebanyak 35
dan Kharisma, et al, (2016) yang menyatakan
orang dengan berbagai usia, dan pekerjaan
yang terdiri dari pria dan Wanita. Data Tabel 8. Data analisis perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons) dari data nilai
organoleptik (kenampakan, bau, rasa dan kenampakan, rasa dan tekstur pada
tekstur) dari analisis uji Kruskal-Wallis tertera masing-masing formulasi sosis ikan patin.
Perbandingan
di tabel 7 berikut ini. Parameter formulasi sosis ikan patin Sig.
Pembanding 1 Perbanding 2
Tabel 7. Data organoleptik dari analisis uji F0 F1 1.000
Kruskal-Wallis Kenampakan F0 F2 0,00*
Rata-rata ± Standar Syarat F1 F2 0,002*
Parameter deviasi Sig. mutu F0 F1 0,00*
F0 F1 F2 SNI Rasa F0 F2 0,00*
Kenampakan 7,74 8,03 8,89 0,000* Min 7 F1 F2 1.000
± ± ± F0 F1 0,04*
Testur F0 F2 0,03*
1,462 1,124 0,471
Bau 7,34 7,80 7,51 0,772 Min 7 F1 F2 1.000
± ± ± Keterangan: Nilai signifikan yang diikuti tanda (*)
1,909 1,302 1,837 menunjukkan perbedaan yang
Rasa 7,57 8,60 8,66 0,000* Min 7 signifikan. Nilai signifikan yang tidak
± ± ± diikuti tanda (*) yang sama
1,243 0,812 0,765 menunjukkan perbedaan yang tidak
Tekstur 7,80 8,37 8,54 0,003* Min 7 signifikan.
± ± ±
0,994 0,942 0,980 a. Penampilan/Kenampakan
Keterangan: Nilai signifikan yang diikuti tanda (*)
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Penampilan termasuk unsur penting
Nilai signifikan yang tidak diikuti tanda
(*) yang sama menunjukkan perbedaan dalam penilaian produk makanan (Sipahutar,
yang tidak signifikan. et al, 2021). Umumnya konsumen akan
Hasil analisis uji Kruskal-Wallis terkesan pada suatu produk yang memiliki
tersebut menyatakan nilai rata-rata parameter bentuk rupa yang menarik (Larasati, Patang, &
bau antar formulasi sosis ikan patin (F0, F1 dan Lahming, 2017). Kriteria penilaian pada
F2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan parameter kenampakan masing-masing
(0,772>0,05) sehingga pada hasil nilai rata- formulasi sosis ikan patin tersebut adalah rapi,
rata parameter bau tidak dilakukan uji lanjut, permukaan rata dan tidak berlendir dengan
sedangkan pada nilai rata-rata parameter poin penilaian 9, rapi, permukaan tidak rata
kenampakan, rasa dan tekstur dilakukan uji dan tidak berlendir dengan poin penilaian 7,
lanjut hypothesis test summary dengan melihat rapi, permukaan tidak rata, dan sedikit
perbandingan formulasi berpasangan (pairwise berlendir dengan poin penilaian 5 dan tidak
comparisons). Tabel 8 di bawah merupakan rapi, permukaan tidak rata serta berlendir
hasil perbandingan berpasangan (pairwise dengan poin penilaian 3.
comparisons) dari data nilai kenampakan, rasa Berdasarkan analisis Kruskal-Wallis,
dan tekstur per formulasi sosis ikan patin. nilai rata-rata kenampakan semakin meningkat
seiring penambahan karagenan, secara
Kriteria penilaian bau pada penelitian yaitu penambahan karagenan pada suatu
ini diantaranya yaitu bau atau aroma ikan patin produk makanan tidak berpengaruh nyata
dan bumbu seimbang dengan poin penilaian 9, secara signifikan terhadap bau atau aroma
aroma ikan patin kurang dan dominan aroma sebab karagenan tidak memiliki bau atau
bumbu dengan poin penilaian 7, sedikit amis aroma yang tajam. Berdasarkan hal tersebut
dengan poin penilaian 5 dan amis dengan poin dapat dimaknai bahwa adanya penambahan
penilaian 3. Rata-rata penilaian bau pada karagenan tidak berpengaruh berhadap
seluruh formulasi sosis ikan patin berkisar parameter aroma atau bau pada sosis ikan
7,80-7,51. Hasil penilaian bau atau aroma pada patin.
masing-masing formulasi sosis ikan patin c. Rasa
tersebut memenuhi standar minimum penilaian Rasa termasuk tolak ukur dalam
bau atau aroma sosis ikan yang baik yaitu pengujian makanan, dimana penilaian rasa
melebihi 7 poin yang mengartikan bahwa suatu makanan sangat berkaitan erat dengan
seluruh formulasi sosis ikan patin yang telah selera seorang konsumen (Tarigan, 2020).
diolah memenuhi standar dalam aspek bau. Apabila produk makanan memiliki rasa yang
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis kurang disenangi oleh banyak masyarakat,
menyatakan bahwa perbedaan rata-rata walaupun makanan tersebut memiliki
penilaian bau terhadap penambahan karagenan kandungan gizi yang baik, maka kemungkinan
pada sosis ikan patin tidak berbeda nyata target untuk mengenalkan makanan baru dan
secara signifikan ( 0,772 ˃ 0,05) hal tersebut tujuan peningkatkan gizi masyarakat melalui
terjadi karena rentang perbedaan nilai rata-rata produk makanan tersebut tidak akan tercapai
bau pada masing-masing formulasi sosis ikan serta produk tersebut akan sulit untuk laku
patin tidak berbeda jauh, hasil dari analisis (Sipahutar, 2021). Rasa dalam suatu makanan
tersebut terjadi karena karagenan tidak dapat dirasakan dengan lidah sebagai indra
memiliki bau yang khas. Handoko (2018) perasa, adapun terdapat empat jenis rasa utama
menyatakan hidrokoid seperti karagenan tidak yang dapat dirasakan oleh lidah diantaranya
mengandung bahan volatil yang dapat adalah rasa asam, asin, pahit dan manis
menimbulkan bau ataupun aroma tertentu (Nurwin, Dewi, & Romadhon, 2019). Suatu
sehingga penambahannya dalam makanan rasa dalam makanan muncul akibat adanya
tidak mempengaruhi bau atau aroma dari perubahan kimia dari berbagai bahan makanan
makanan itu sendiri. Hasil analisis tersebut yang ditambahkan, sehingga menimbulkan
juga didukung oleh Harsyam, et al., (2020) rasa tertentu pada indra perasa (Ismanto, et al,
2020). Menurut Nurwin, Dewi & Romadhon pahami bahwa nilai rasa sosis khas ikan patin
(2019) terdapat beberapa faktor lain yang menjadi lebih gurih. Rasa gurih yang semakin
dapat memunculkan rasa tertentu pada kuat pada sosis ikan patin tersebut adalah
makanan diantaranya kandungan zat kimia, karena rasa asin yang semakin meningkat.
banyaknya suatu bahan yang ditambahkan dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
perpaduan dari komponen satu bahan dengan Larasati, Patang & Lahming (2017)
komponen bahan lainnya. Ismanto, et al., menyatakan bahwa rasa yang tercipta dengan
(2020) juga menyatakan bahwa formulasi seiring ditambahkannya karagenan pada sosis
persentase pemberian bahan makanan pada memberikan rasa yang semakin asin.
suatu produk makanan juga dapat Widowati & Larasati (2018) juga menyatakan
mempengaruhi rasa dari makanan itu sendiri. bahwa karagenan dapat meningkatkan rasa
Skor parameter penilaia rasa pada sosis asin yang berasal dari NaCl.
ikan patin pada angket, yaitu terasa ikan patin Berdasarkan hasil perbandingan
dan gurih dengan poin penilaian 9, kurang berpasangan (pairwise comparisons) pada uji
terasa ikan patin dan kurang gurih dengan poin lanjut ringkasan uji hipotesis (hypothesis test
penilaian 7, agak masam dengan poin summary) didapatkanlah nilai signifikasi
penilaian 5 dan masam dengan poin penilaian perbandingan berpasangan formulasi sosis
3. Berdasarkan data nilai rata-rata rasa pada ikan patin antara F1 dan F2 ataupun sebaliknya
analisis Kruskal-Wallis memperlihatkan adalah 1.000 sehingga dari hal tersebut
terdapat peningkatan nilai seiring menyatakan tidak ada perbandingan rata-rata
ditambahkannya karagenan, secara berurutan rasa yang signifikan (1.000>0,05). Penyebab
nilai parameter rasa dari formulasi sosis ikan tidak adanya perbedaan secara signifikan pada
patin F0, F1 dan F2 yaitu 7,57 ; 8,60 dan 8,66 parameter rasa pada F1 dengan F2 tersebut
nilai signifikasi yang diperoleh pun sebesar dikarenakan perbedaan pemberian karagenan
0,00 yang mengartikan terdapat perbedaan antara F1 dengan F2 hanya berbeda 1 %
rata-rata nilai rasa yang signifikan (0,00<0,05) sehingga secara stastika hasil analisis rata-
antar masing-masing formulasi ikan patin ratanya tidak terlihat berbeda secara
akibat dari penambahan karagenan pada signifikan, yaitu memiliki rasa yang cukup
adonan sosis ikan patin tersebut. Hasil analisis kuat pada rasa asinnya, sedangkan pada F0
statistik tersebut yang menyatakan terdapat tidak ditambahkan karagenan sehingga rasa
perbedaan yang signifikan pada parameter rasa asinnya tidak terasa terlalu kuat dibandingan
ketika ditambahkan karagenan, maka dapat di dengan formulasi sosis ikan patin F1 dan F2.
penelitian berkriteria sangat baik, namun kenampakan, rasa dan tekstur semakin
terdapat kritik dan saran yang diberikan oleh meningkat, dimana nilai tertinggi pada
observer terkait keterlaksaan penelitian yang parameter kenampakan, rasa dan tekstur
berhubungan dengan pengolahan sosis ikan adalah pada formulasi sosis ikan patin F2
patin yang berkaitan tentang pengemasan sosis dengan penamabahan karagenan sebanyak
ikan patin dan pengujian organoleptik yang 2,5 % dan tepung tapioka sebanyak 7,5 %.
berkaitan dengan rasa sosis ikan patin, dimana
saran dan kritik tersebut dapat dijadikan DAFTAR PUSTAKA
sebagai evaluasi penelitian pengolahan sosis Adiaprana, R., Ma'ruf, W. F., & Anggo, A. D.
(2016). Kajian Kualitas Stabilitas
dimasa mendatang. Emulsi Semi Refined Carrageenan
(SRC) dan Tepung Konjak pada Sosis
Ikan Nila (Oreochromis sp.). J. Peng.
KESIMPULAN & Biotek. Hasil Pi, 5 (1), 23-27.
Terkait hasil dan analisis pada Agustin, A., Saputri, A. I., & Harianing.
(2017). Optimasi Pembuatan
penelitian didapatkanlah 3 poin utama hasil Karagenan dari Rumput Laut
penelitian secara singkat yaitu: Aplikasinya Untuk Perenyah Biskuit.
Jurnal Inovasi Teknik Kimia, 2 (2), 42-
1. Penambahan karagenan pada sosis ikan 47.
patin berpengaruh nyata terhadap hasil nilai Agustini, T. W., Putra, D. A., & Wijayanti, I.
(2015). Pengaruh Penambahan
stabilitas emulsi. Semakin di tambahkannya Karagenan Sebagai Stabilizer Terhadap
persentase pemberian karagenan nilai Karakteristik Otak- Otak Ikan Kurisi
(Nemipterus nematophorus). Jurnal
stabilitas emulsi sosis ikan patin semakin Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
meningkat. Perikanan, 4 (2), 1-10.
Alhanannasir, & Sanjaya, D. B. (2018).
2. Penambahan karagenan pada sosis ikan Mempelajari Frekuensi Pencucian
patin dapat meningkatkan nilai daya ikat air Surimi Terhadap Nilai Sensoris
Pempek Ikan Tenggiri Pasir
pada sosis ikan patin, namun tidak (Scomberomorus guttatus) yang
bepengaruh nyata secara signifikan. Dihasilkan. EDIBLE, 7 (1),12-32.
Apriantini, A., Afriadi, D., Febriyani, N., &
3. Penambahan karagenan pada sosis ikan Arief, I. I. (2021). Fisikokimia,
patin memiliki pengaruh nyata secara Mikrobiologi dan Organoleptik Sosis
Daging Sapi dengan Penambahan
signifikan terhadap hasil uji organoleptik Tepung Biji Durian (Durio zibethinus
kenampakan (penampilan), rasa dan tekstur, Murr). Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan, 9 (2, )79-
dan tidak berbeda secara signifikan 88.
terhadap bau, adapun semakin Arief, R. W., Mustikawati, D. R., & Asnawi,
R. (2020). Karakteristik Mutu Lada
ditambahkannya karagenan nilai Hitam dan Lada Putih dari Beberapa
Kabupaten Sentra Lada di Lampung. Ismanto, A., Lestyanto, D. P., Haris, M. I., &
Prosiding Seminar Nasional dalam Erwanto, Y. (2020). Komposisi Kimia,
Rangka Dies Natalis ke-44 UNS Tahun Karakteristik Fisik, dan Organoleptik
2020, 4 (1), 111-116. Sosis Ayam dengan Penambahan
BSN (Badan Standarisasi Nasional). (2013). Karagenan dan Transglutaminase.
Sosis Ikan (SNI 7755-2013). Jakarta: Sains Peternakan, 18 (1), 73-80.
Badan Standarisasi Nasional. Izwardy, D. (2018). Tabel Komposisi Pangan
Bulkaini, Kisworo, D., Sukirno, Wulandani, Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian
R., & Maskur. (2020). Kualitas Sosis Kesehatan Rebuplik Indonesia.
Daging Ayam Dengan Penambahan Kadir. (2016). Statistika Terapan (Konsep,
Tepung Tapioka. Jurnal Ilmu dan Contoh dan Analisis Data dengan
Teknologi Peternakan Indonesia, 6 (1), Program SPSS/Lisrel dalam
10-15. Penelitian). Depok: PT RajaGrafindo
Direktorat Gizi. (2014). Komposisi Zat Gizi Persada.
Makanan Indonesia. Bogor: Badan Kharisma, M., Dewi, E. N., & Wijayanti, I.
Penelitian dan Pengembangan (2016). Pengaruh Penambahan Isolat
Kesehatan, Pusat Penelitian dan Protein Kedelai yang Berbeda dan
Pengembangan Gizi. Karagenan Terhadap Karakteristik
Ernasari, Patang, & adirman. (2018). Sosis Ikan Patin (Pangasius pangasius).
Pemanfaatan Sari Tebu (Spaccharum Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
oficinarum) dan Lama Fermentasi Hasil Perikanan, 5 (1), 44-48.
Kacang Tunggak Terhadap Kualitas Kumayanjati, B., & Dwimayasanti, R. (2018).
Kecap Manis Kacang Tunggak (Vigna Kualitas Karaginan dari Rumput Laut
Unguiculata). Jurnal Pendidikan Kappaphycus alvarezii pada Lokasi
Teknologi Pangan, 4, 88-100. Berbeda di Perairan Maluku Tenggara.
Farida, & Amalia, A. R. (2018). Uji JPB Kelautan dan Perikanan , 13 (1),
Organoleptik Sosis Berbahan Dasar 21-32.
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). Larasati, K., Patang, & Lahming. (2017).
SNITT- Politeknik Negeri Balikpapan, Analisis Kandungan Kadar Serat dan
ISBN: 978-602-51450-1-8, 378-384. Karakteristik Sosis Tempe dengan
Handoko, D. (2018). Pengaruh Penambahan Fortifikasi Karagenan Serta
Karagenan Terhadap Mutu Otak-Otak Penggunaan Tepung Terigu Sebagai
Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). Bahan Pengikat. Jurnal Pendidikan
Pekanbaru: Universitas Riau. Teknologi Pertanian, 3 (1), 67-77.
Harsyam, D. I., Ansharullah, & Asyik, N. Maulana, K. D., & et al. (2017). Peningkatan
(2020). Pengaruh Penambahan Kualitas Garam Bledug Kuwu Melalui
Karagenan Terhadap Kualitas Proses Rekristalisasi dengan Pengikat
Organoleptik, Sifat Kimia dan Pengotor CaO, Ba(OH)2, dan
Aktivitas Antioksidan Selai Lembaran (NH4)2CO3. Journal of Creativity
Berbahan Baku Ubi Jalar Ungu Student, 2 (1), 42-46.
(Ipomoea batatas L.). Jurnal Sains dan Moulia, M. N. (2018). Antimikroba Ekstrak
Teknologi Pangan, 5 (4), 3006-3020. Bawang Putih. PANGAN, 27 (1). 55 –
Herawati, H. (2018). Potensi Hidrokoloid 66.
Sebagai Bahan Tambahan Pada Produk Mulyani, S. (2016). Petunjuk Praktikum Mata
Pangan dan Nonpangan Bermutu. Kuliah Pengembangan Mutu.
Jurnal Litbang Pertanian, 37 (1), 17- Denpasar: Jurusan Teknologi Industri
25. Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Udayana.
Natsir, N. A., & Latifa, S. (2018). Analisis Rifa'i, M. A., Muzdalifah, & Kudsiah, H.
Kandungan Protein Total Ikan Kakap (2020). Pemberdayaan Istri Kelompok
Merah dan Ikan Kerapu Bebek. Jurnal Pembudidaya Ikan Patin dengan
Biology Science & Education, 7 (1), Pengembangan Produk Fillet. Jurnal
49-55. Panrita Abdi, 4 (3), 369-379.
Nurwin, A. F., Dewi, E. N., & Romadhon. Rifani, A. N., Ma'ruf, W. F., & Romadhon.
(2019). Pengaruh Penambahan Tepung (2016). Pengaruh Perbedaan
Karagenan Pada Karakteristik Bakso Konsentrasi Karagenan Terhadap
Kerang Darah (Anadara granosa). Karakteristik Empek- Empek Udang
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan, Windu (Penaeus monodon). J. Peng.&
1 (2), 39-46. Biotek, 5 (1), 79-87.
Oktavianawati, I., & Palupi, N. W. (2017). Roziana, Fitriani, & Marlina, Y. (2020).
Pengolahan Ikan Patin Menjadi Produk Pengaruh Pemberian Mi Basah Ikan
Makanan Patin Presto, Bakso dan Patin Terhadap Intake Energi, Protein
Nugget di SEMBORO-JEMBER. dan Berat Badan Siswa SD di
Jurnal ABDI, 2 (2), 40 – 44. Pekanbaru. Journal of Nutrition
Prasetyaningsiha, Y., Sari, M. W., & College, 9 (4), 285-289.
Ekawandani, N. (2018). Pengaruh Sá Vieira, P. H., & et al. (2019). Development
Suhu Pengeringan dan Laju Alir Udara and Characterization of Fresh Sausages
terhadap Analisis Proksimat Penyedap Made with Marine Catfish Sciades
Rasa Alami Berbahan Dasar Jamur Herzbergii (Bloch, 1794). Acta
untuk Aplikasi Makanan Sehat Scientiarum. Technology, 5 (41), 1-9.
(Batagor). Eksergi, 15 (2), 41-47. Safitri, E., Sudarno, & Kusdarwati, R. (2017).
Priyanto, A. D., & Djajati, S. (2020). Pengaruh Pengaruh Penambahan Karagenan
Jenis Bahan Pengikat dan Terhadap Kandungan Serat Kasar dan
Konsentrasinya pada Formulasi Sosis Peningkatan Nilai Gel Strength Pada
dari Kerang Hijau dan Tepung Tempe. Produk Kamaboko dari Komposit Ikan
Jurnal Ilmu Pangan dan Hasil Belanak (Mugil cephalus) dan Ikan
Pertanian, 4 (1), 28-42. Mujair (Oreochromis mossambicus).
Putra , D. A., Agustini, T. W., & Wijayanti, I. Journal of Marine and Coastal
(2015). Pengaruh Penamabahan Science, 6 (2), 101-114.
Karagenan Sebagai Stabilizer Terhadap Sembong, R. S., Peka, S. M., Kale, P. R., &
Karakteristik Otak-Otak Ikan Kurisi Malelak, G. E. (2019). Kualitas Sosis
(Nemipterus nematophorus). Jurnal Babi yang Diberi Tepung Talas
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Sebagai Pengganti Tepung Tapioka.
Perikanan, 4 (2),1-10. Jurnal Nukleus Peternakan , 6 (1), 1–
Rauf , N. H., Sulistijowati, R. S., & Harmain, 9.
R. M. (2015). Mutu Organoleptik Sosis Sipahutar, Y. H. (2021). Karakteristik Sosis
Ikan Lele yang Disubstitusi dengan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Rumput Laut. Jurnal Ilmiah Perikanan dengan Penambahan Tepung Rumput
dan Kelautan, 3 (3), 125-129. Laut (Gracilaria sp). Jurnal
Rifa’i, M. A., & dkk. (2021). Transfer Penyuluhan Perikanan dan Kelautan,
Teknologi Pengolahan Sosis Ikan Patin 15 (1), 69-84.
(Pangasius sp) bagi Kelompok Sitanggang, A. B. (2020). Peran Penting
Pembudidaya Ikan dan Keluarganya. Hidrokoloid Dalam Produk
PANRITA_ABDI Jurnal Pengabdian Konfeksioneri. FOODREVIEW
Kepada Masyarakat, 5 (4), 589-599. INDONESIA, 15 (5), 50-55.
Sitompul, R., Darmanto, Y., & Romadhon. Wikanda, I. A., Hendrayana, M. A., & Pinatih,
(2017). Aplikasi Karagenan Terhadap K. P. (2019). Efek Antibakteri Ekstrak
Kekuatan Gel pada Produk Kamboko Ethanol Kulit Batang Tanaman
dari Ikan yang Berbeda. Jurnal Cempaka Kuning (M. champaca
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil L.)Terhadap Pertumbuhan
Perikanan, 6 (1), 38-45. Staphyloccocus. E-Jurnal Medika, 8
Sofyan, I., Ikrawan , Y., & Yani, L. (2018). (5), 1-5.
Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengisi Wulandari, R., Indriana, D., & Amalia A, A.
dan Sodium Tripolyphosphate N. (2019). Kajian Penggunaan
(Na5P3O10) Terhadap Karakteristik Hidrokoloid sebagai Emulsifier pada
Sosis Jamur Tiram Putih (Pleurotus Proses Pengolahan Cokelat. Jurnal
ostreatus) . Pasundan Food Industri Hasil Perkebunan, 14 (1), 28-
Technology Journal, 5 (1). 40.
Suardana, I. W., & Swacita, I. B. (2015). Zamriyetti, Havena, M., & Sulardi. (2020). Uji
Penuntun Praktikum Food Hygiene. Jenis dan Jumlah Bahan Pengisi
Denpasar: Laboratorium Kesehatan Terhadap Hasil Jadi Sosis Ikan Gabus
Masyarat Veteriner, Fakultas (Canna striata) di Laboratorium
Kedokteran Hewan, Universitas Universitas Pembangunan Pasca Budi.
Udayana. Jurnal of Animal Science and
Suhara, A. (2019). Teknik Budidaya Agronomy Panca Budi, 5 (1), 41- 45.
Pembesaran dan Pemilihan Bibit Ikan
Patin (Studi Kasus di Lahan Luas Desa
Mekar Mulya, Kec. Teluk Jambe Barat,
Kab. Karawang). Jurnal Buana
Pengabdian, 1 (2), 1-8.
Suryono, C., Ningrum, L., & Dewi, T. R.
(2018). Uji Kesukaan dan Organoleptik
Terhadap 5 kemasan dan Produk
Kepulauan Seribu Secara Deskriptif.
Jurnal Pariwisata, 5 (2), 95-106.
Tarigan, N. (2020). Mutu Bakso Ikan Kakap
(Lutjanus bitaeniatus) dengan
Penambahan Bubur Rumput Laut
(Euchema Cottoni). Agrisaintifika
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 4 (2),128-
135.
Wahyuningrum, M. R., & Probosari, E.
(2012). Pengaruh Pemberian Buah
Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap
Kadar Trigliserida pada Tikus Sprague
Dawley dengan Hiperkolesterolemia.
Journal of Nutrition College, 1 (1),
192-198.
Widowati, E. H., & Larasati, D. (2018).
Konsentrasi Karagenan Terhadap
Fisitokimia dan Organoleptik Jelydrink
Krai. Jurnal Litbang Provinsi Jawa
Tengah, 16 (2), 153-164.