“Pembuatan Siomay”
Dosen Pengampu:
Hj. Shanti Pujilestari, ST, MM.,MBA
Intan Nurul Azni, SKM, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Salviasti Putri (2016340038)
Kurnia Trihandayani (2016340046)
Pramesti Ayuningtyas (2016340048)
Eriza Septiana (2016340100)
Hizkia Raja Purwandito (2017347059)
Dzati Bayani Marpaung (2017349073)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata Kuliah Praktikum
Rekayasa dan Proses Pangan mengenai “Pembuatan Siomay”. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
memberikan masukan dan kritik yang membangun yang dapat menjadikan laporan
ini lebih lengkap dan lebih layak sebagai informasi.
Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Shanti
Pujilestari, ST, MM, MBA dan Ibu Intan Nurul Azni, SKM, M.Si selaku dosen
mata kuliah Pangan Fungsional.
Kami menyadari laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami senantiasa mengharapkan masukan dan penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
BAB II
TEORI
2.1 Siomay
Siomay merupakan salah satu jenis dim sum. Siomay berasal dari bahasa
Mandarin, makanan ini disebut shaomai, lalu dalam bahasa kanton disebut Siu
maai. Siomay berasal dari Mongolia dan dalam memiliki berbagai jenis variasi.
Berdasarkan bahan pengisinya dapat digunakan berbagai jenis daging misalnya
ikan tengggiri, ayam, udang, kepiting, atau campuran daging yang dan udang.
Bahan untuk isi tersebut dicampur dengan sagu atau tapioka, selain itu, terdapat
penambahan tepung terigu dalam pembuatan kulit pangsit pada siomay.
2
2.3 Tepung Terigu
Tepung terigu ada dua macam, yaitu terigu kuar dan lemah. Istilah kuat dan
lemah menunjukkan kada protein (gluten) gandumnya. Terigu kuat mengandung
protein (gluten) yang lebih tinggi (Matz, 1978). Gluten terbentuk ketika tepung
terigu dicampurkan dengan air. Gluten terbentuk dari dua komplek yang dikenal
sebagai gliadin dan glutenin. Glutenin membantu terbentuknya kekuatan dan
kekerasan adonan. Gliadin lebih lembut dan memengaruhi perpaduan dan elastisitas
adonan. Glutenin mengandung lebih banyak lipida dalam tepung terigu dalam
bentuk lipoprotein (Widianto, 2002). Komposisi kimia tepung terigu dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 . Komposisi kimia tepung terigu per 100 g bahan
Komposisi Jumlah (g)
Air 10,42
Energi 340,00
Protein 10,69
Lemak 1,99
Karbohidrat 75,36
Serat 12,70
Ampas 1,54
Sumber : Astawan (1999)
3
merupakan salah satu prosuk pangan hewani yang kontribusinya penting sebagai
sumber protein (Anonim,2011). Kandunga gizi ikan tenggiri dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kandungan Ikan Tenggiri
Komposisi Jumlah (%)
Air 60-80
Protein 18-22
Lemak 0,2-5
Karbohidrat <5
Abu 1-3
Sumber : Standsby,1962
2.5 Telur
Telur memiliki fungsi yang cukup banayak dalam dunia pangan. Sifat utama
telur yang dimiliki yaitu emulsifier atau bahan pembuat emulsi. Emulsi adalah
campuran antara lemak dan air yang mebentuk sebuah campuran yang tidak
terpisahkan. Kemampuan membentuk busa adalah suatu sifat yang dicari pada putih
telur dimana ikut berperan yaitu ovomicine, globulin, dan ovalbumine protein putih
telur berperan didalam kenampakan busa yang maksimal pada pH alamiah (pH 8-
9) dari pada kisaran pH isoelektrik (pH 4-5).
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini ialah baskom, nampan, panci
kukus, kompor, sendok, blender, mangkok, talenan, pisau, dan timbangan.
Dua perlakuan yang digunakan pada pembuatan siomay kali ini adalah
perbedaan jenis tepung yang digunakan dan jumlah perbandingan antara tepung dan
ikan tenggiri (2:1 dan 1:1), diantaranya adalah (a) 300 gram tepung terigu, 2 butir
telur, (b) 150 gram tepung kanji, 1 butir telur. Lalu bahan yang digunakan pada
masing-masing dari adonan (a) dan (b) ialah ikan tenggiri 150 gram, 5 siung bawang
merah, 5 siung bawang putih, 1 buah wortel, 1 buah labu siam, 1.5 sdt garam, 1 sdt
merica, 1 batang daun bawang, minyak goreng secukupnya, dan kulit pangsit
secukupnya.
3.2 Prosedur Pembuatan Siomay
IKAN TENGGIRI
Pengecilan ukuran
SIOMAY
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil Uji Organoleptik Siomay
4.2 Pembahasan
6
Penggunaan tepung tapioka juga memiliki sifat lengket yang tinggi. Sifat
lengket ini berasal dari pati yaitu amilopektin. Tepung tapioka memiliki kadar
amilopektin sebesar 91.94% lebih besar dari pada tepung terigu sebesar 89.77%.
Semakin tinggi kadungan amilopektin atau semakin kecil kandungan amilosa,
semakin lekat makanan tersebut. Ini dikarenakangaya terik – menarik antarmolekul
pati pada granula lebih kuat dibandingkan energy kinetic molekul – molekul air
(Dessuara, Waluyo, & Novita, 2015).
Penambahan labu siam juga mempengaruhi kenampakan siomay. Labu
siam digunakan sebagai bahan tambahan pada siomay karena mengandung pectin
sebesar 6.7%. Pektin merupakan pangan fungsional bernilai tinggi yang berguna
secara luas dalam pembentukan gel dan bahan penstabil pada sari buah. Pektin juga
berguna sebagai bahan tekstur dan pengental dalam makanan (Nessianti & Dewi,
2015). Pada penelitian Nessianti (2015), labu siam berpengaruh terhadap aroma,
rasa dan kekenyalan tetapi tidak berpengaruh terhadap warna siomay.
7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Ashshidiq, K., & Agustin, S. (2015). Pengaruh formulasi tepung ubi dan daging
halus ikan gabus terhadap sifat kimia dan sensoris siomai. Jurnal teknologi
pertanian, 10(1), 23-28.
Dessuara, C., Waluyo, & Novita, D. (2015). Pengaruh tepung tapioka sebagai bahan
substritusi tepung terigu terhadap sifat fisik mie. Jurnal teknik pertanian
lampung, 4(2), 81-90.
Hidayati, R., Santoso, H., & Pratiwi, D. (2017). Pengaruh jenis tepung terhadap
kandungan protein produk siomay sebagai sumber belajar biologi. jurnal
seminar nasional, 265-274.
Nessianti, A., & Dewi, R. (2015). Pengaruh penambahan puree labusiam terhadap
sifat organoleptik siomay ikan tenggiri. Jurnal boga, 4(3), 79-84.
9
LAMPIRAN
10