Oleh
Belia Zalista
1854231007
Kelompok 4
Suatu produk pangan membutuhkan pengemas dalam menjaga kualitasnya, baik bentuk,
rasa, dan daya simpan. Pengemasan merupakan upaya dalam menjaga, mempertahankan,
atau memperpanjang daya simpan suatu produk dengan cara memberi wadah atau
pembungkus sehingga terhindar dari kerusakan produk tersebut. Sebelum adanya
perkembangan pengemas yang semakin pesat seperti saat ini, dahulu para pembuat
produk pangan menggunakan bahan alam sebagai pengemas produk pangan tersebut.
Bahan alam yang digunakan yaitu seperti kelobot jagung, daun pisang, tempurung kelapa,
dan daun lontar ( Julianti dan Mimi, 2006).
Seiring berkembangnya zaman, kemasan suatu produk juga akan semakin berkembang,
tidak lagi menggunakan bahan alam namun menggunakan bahan-bahan yang dapat
mengemasi produk dengan aman. Suatu produsen produk terutama produk pangan
haruslah memikirkan bagaimana produk pangan tetap aman hingga sampai ketangan
konsumen. Adapun kriteria yang harus diperhatikan oleh produsen produk pangan dalam
memilih bahan pengemas. Kriteria tersebut yaitu, stabilitas dari bahan pangan maupun
dari bahan pengemasnya (Sucipta el al, 2017)
Bahan-bahan yang digunakan untuk pengemas saat ini telah banyak variasi jenisnya.
Menurut Julianti dan Mimi (2006), jenis-jenis kemasan yaitu kemasan plastic, kemasan
edible, kemasan kertas, kemasan kayu, kemasan gelas, kemasan aseptic, dan kemasan
logam. Saat ini, pengemasan produk sudah banyak variasinya contohnya yaitu kemasan
kombinasi. Namun, masih banyak produk yang masih menggunakan kemasan kertas.
Oleh karena itu, perlunya laporan ini agar mengetahui apa itu kertas, cara pembuatan
kertas, serta jenis-jenis kertas yang aman sebagai pengemas produk terutama produk
pangan.
1.2 Tujuan
2.1 Kemasan
Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat mencegah atau mengurangi
terjadinya kerusakan-kerusakan pada produk yang dikemas. Dapat diartikan juga sebagai
perlindung produk dari segala kerusakan dengan menggunakan wadah. Wadah atau
pembungkus sebelum adanya kemasan modern masih menggunakan bahan alami untuk
membungkus suatu produk, seperti kelobot jagung, buah-buahan dengan kulitnya, buah
kelapa dengan sabut dan tempurung, dan polong-polongan dengan kulit polong. Seiring
berkembangnya zaman dan teknologi kemasan saat ini sudah banyak variasinya baik dari
bahannya maupun dari bentuknya. Bentuk dan teknologi kemasan menghasilkan produk
dalam kemasan botol, kaleng, tetrapak, corrugated box, kemasan vakum, kemasan
aseptik, kaleng bertekanan, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pintar (active and
intelligent packaging) yang dapat menyesuaikan kondisi lingkungan di dalam kemasan
dengan kebutuhan produk yang dikemas (Langi, 2018)
Kertas merupakan hasil pengolahan selulosa dan merupakan bahan yang dapat menyerap
tinta. Kertas dapat digunakan sebagai media menulis, membungkus dan mengemas suatu
produk. Kertas dapat dibagi menjadi dua yaitu kertas kultural (halus) dan kertas industry
(kasar). Kertas kultural adalah kertas yang digunakan sebagai kertas tulis dan kertas cetak.
Kertas cetak digunakan untuk kertas putih, kertas cetak warna, kertas gambar, dan kertas
offset. Sedangkan kertas tulis banyak digunakan untuk keertas cek, kertas buku tulis, dan
kertas cetak ketikan (Rahmawati, 2013).
Kertas di industry pangan pada umumya digunakan sebagai pembungkus dan pengemas.
Kertas yang banyak digunakan yaitu kertas kraft, kertas manila, kertas glassin, kertas
tahan lemak, kertas anti tonish, kertas permanen, keras pouch, kertas tissue, kertas krep,
kertas lilin, dan kertas tahan basah. Kertas dapat digunakan sebagai kantong, amplop,
pengemas produk yang akan didistribusikan, dan mengemas produk farmasi. Kemasan
kertas digunakan karena dapat menjaga flaavour pada produk pangan dan dapat
didekorasi (Rahmawati, 2013).
III. METODOLOGI
Selulosa Kayu
Bahan perekat
( resin, pati, Diaduk
tawas), pewarna
Dijernihkan pada refiner jordan
Kemasan
kertas/karton
6. Sifat edible
Sifat edible suatu kemasan pada saat ini menjadi masalah bagi bumi, maka hal tersebut
kemasan edible dapat dibedakan menjadi non-edible dan edible. Kemasan non-dible
adalah kemasan yang tidak dapat dimakan. Contoh kemasan non-edible adalah
kemasan yang terbuat daria bahan gelas, logam, plastic, dan kayu. Sedangkan kemasan
edible adalah kemasan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan masalah kesehatan
biasanya terbuat dari bahan alam seperti rumput laut, pati umbi, dan gelatin. Contoh
kemasan edible adalah kemasan yang digunakan sebagai pembungkus kapsul obat-
obatan.
Kemasan kertas merupakan kemasan yang ditemukan sebelum adanya kemasan plastic
dan alumunium foil yang bersifat fleksibel. Kemasan kertas banyak digunakan
dibandingkan dengan kemasan logam maupun plastic karena kemasan kertas relative
murah. Kemasan kertas juga banyak digunakan karena dapat menjadi media komunikator
dan media pencetakan baik desain grafis maupun tulisan-tulisan. Namun, dibalik
kelebihannya, kemasan kertas memiliki kelemahan yaitu tidak tahan terhadap air dan
mudah terpengaruh oleh kelembaban udara lingkungan sekitar kemasan kertas berada.
Oleh karena itu, kemasan kertas mudah rusak (Muchtar dan Muchammad, 2015).
Fungsi kemasan kertas pada dasarnya tetap sama dengan fungsi kemasan secara umum.
Menurut Said (2016), fungsi kemasan antara lain yaitu funsi praktis kemasan, fungsi
dalam menarik minat konsumen, serta fungsi dalam kehidupan. Fungsi praktis kemasan
merupakan fungsi yang diterapkan oleh produsen agar konsumen nyaman atau
kemudahan membawa akan suatu produk. Fungsi prakris kemasan dibagi lagi menjadi
tiga fungsi yaitu mewadahi produk selama pendistribusian, melindungi dan menjaga
kualitas (mengawetkan) produk, serta meningkatkan efisiensi. Maksud dari fungsi
mewadahi produk selama pendistribusian yaitu agar produk tetap aman dan tidak terjadi
kerusakan saat proses pendistribusian dari produsen hingga sampai ke konsumen. Fungsi
melindungi dan menjaga kualitas produk maksudnya adalah menjaga produk yang
dikemas dari hal-hal yang dapat merusak maupun menurunkan mutu produk yang
dikemas tersebut. Hal-hal yang dapat merusak produk antara lain sinar ultraviolet,
kelembaban udara, benturan, gesekan, kontaminasi mikroba, dan kotoran, serta hal-hal
lain. Fungsi efiseinsi merupakan fungsi yang mempertimbangkan sisi efiseinsi kemasan
dalam proses pengontrolan, pendistribusian, serta efisiensi untuk konsumen suatu produk
baik dari segi kenyamanan saat membawa maupun dari segi ekonomisnya.
Fungsi dalam menarik minat konsumen antara lain yaitu dari segi fungsi promosi
(marketing), simbolik, dan fungsi estetika. Fungsi promosi merupakan fungsi yang
digunakan produsen dalam menarik minat konsume. Kemasan suatu produk harus
direncanakan dengan sebaik mungkin sehingga dapat bersaing di pasaran baik dari
poduknya maupun cara pengemasan dan pelebelan suatu produk. Fungsi simbolik
merupakan funsi yang digunakan produsen dalam mengemas produk dengan cara
membedakan kemasan suatu produk dengan produk lain, dengan kata lain ssetiap produk
memiliki ciri khas tersendiri dari kemasan agar konsumen dapat mengenali hanya dari
kemasannya saja. Fungsi estetika merupakan funsi yang menonjolkan nilai seni dari
kemasan produk yang dapat menarik minat konsumen (Said, 2016).
Menurut Hariyadi (2018), kemasan kertas memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:
1. Kertas merupakan bahan yang ringan karena kerapatannya relative rendah
2. Kertas tidak tahan terhadap cairan, uap air, dan gas.
3. Kekakuan kertas yaitu semi karena dapat dibentuk namun tidak mudah pecah.
4. Pelapisan pada kemasan kertas dapat mengakibatkan kertas tahan terhadap cairan, uap
air, dan gas.
5. Mudah menyerap uap air dan cairan (minyak, air)
6. Mudah robek jika terkena cairan
7. Mudah dilakukan pencetakan dan desain pada permukaan kemasan.
Bentuk kemasan kertas dapat dibedakan berdasarkan jenis, karton lipat, kertas komposit,
karton bergelombang, amplop serta kantung, dan karton tipis.
1. Berdasarkan jenis
Kemasan kertas berdasarkan jenisnya dibagi menjadi kertas kraft, kertas krep, kertas
glasin (perkamen), kertas lilin, kertas daluang, chipboard, soluble paper, kertas
plastic. Kertas kraft merupakan kertas yang terbuat dari kayu lunak yang bersifat kuat
dan cocok sebagai bahan pengemas. Kertas krep merupakan kertas yang dibuat
dengan cara melewatkan kertas pada mesin press secara pelan-pelan sehingga hasil
yang diperoleh mengkerisut. Kertas glasin (perkamen) dan kertas tahan minyak
merupakan jens kerrtas yang memiliki permukaan licin, tahan terhadap lemak dan
minyak serta dapat menghambar pertumbuhan kapang (Anonim, 2007).
Kertas lilin merupakan ketas yang dicampurkan lilin saat pembuatannya yang
memiliki sifat tahan miyak dan tahan panas serta biaya produksi rendah. Kertas lilin
ada dua jenis yaitu kertas lilin basah dan kertas lilin kering. Kertas daluang merupakan
kertas yang terbuat dari kayu lunak dan digunakan sebagai kemasan primer, sekunder
maupun tersier. Chipboard merupakan kertas yang terbuat dari bahan kertas koran
atau kertas bekas yang didaur ulang. Soluble paper merupakan kertas yang larut dalam
air. Kertas plastic merupakan kertas yang dilapisi oleh plastic dan tahan terhadap air,
minyak serta tidak mudah ditumbuhi kapang (Anonim, 2007).
2. Karton lipat
Karton lipat merupakan kemasan kertas yang banyak digunakan karena memiliki
permukaan yang luas, ekonomis, efisien dalam mengemas produk,relative kuat, dan
mudah dibentuk. Karton lipat memiliki ketebalan 0,014-0,032 in. Karton lipat ini
dapat dilapisi dengan menggunakan plastic. Karton lipat pada bagian luar dapat
digunakan sebagai media promosi sedangkan bagian dalam dapat sebagai media
dalam melindungi produk karena tahan terhadap minyak (Anonim,2007).
Menurut Julianti dan Mimi (2006), karton lipat terbuat dari cylinder board. Karton
lipat dapat digunakan dalam pendistribusian dan dapat didesain semenarik mungkin
agar memikat daya tarik konsumen. Sedangkan kelemahan dari karton lipat yaitu
mudah robek pada bagian tertentu. Karton lipat dapat dibentuk dengan model lipatan
terbalik, sar menutup senidiri, model pesawat terbang, model lipatan lurus, model
perekat ujung, model perkakas dasar, model mailinglocks, model cracker, model
perekat ujung dengan teliga van Buren, model perekat ujung yang dapat menutup,
breakaway fliptop, dan model kemasan es krim.
3. Kartas komposit
Meurut Julianti dan Mimi (2006), kertas komposit merupakan kertas yang diolah
dengan mencampurkan bahan plastic dan logam. Kertas komposit memiliki daya
rapuh rendah, kaku, dan kuat serta tahan terhadap suhu sampai 49˚C. Kertas komposit
dapat dibentuk spiral, cuping dijahit, dan komposit gulung. Kertas komposit spiral
dibuat dengan cara tumpeng tindih antara lapisannya. Komposit cuping dijahit dibuat
dengan cara laminasi. Komposit gulung dibuat dengan melapisi menggunakan
beberapa kumparan. Selain itu, kertas komposit dapat dibentuk tube karton atau drum
katon. Kertas komposit banyak digunakan dalam pengemasan jus buah, bumbu,
coklat, bahan kimia, obat-obatan, margarin dan es krim. Kertas komposit memiliki
keuntungan ringan, mudah dibuka dan ditutup, dan kedap air.
Menurut Anonim (2007), kontruksi karton bergelombang terdiri dai kraft liner dan
medium kraft. Kraft liner merupakan kerrtas kasar berwarna coklat yang digunakan
sebagai lapisan luar bagian luar mupun dalam. Kraft liner terbuat dari batang kayu
berdaun jarum karena memiliki serat yang panjang. Medium kraft memiliki bahan
pembuat yang sama dengan kraft liner namunn yang membedakan adalah
kekuatannya. Medium kraft diutamakan dalam menahan kekuatan dari luar serta tidka
mudah patah saat adanya tekanan.
Kemasaan kertas dapat digunakan dalam mengemas berbagai produk pangan baik sebagai
kemasan primer, kemasan skunder, maupun tersier. Kertas glasin (perkamen) yang
digunakan untuk melindungi produk yang mudah ditumbuhi jamur atau khamir seperti
mentega, margarin ikan, keju teh, kopi, dan daging. Kertas lilin yang digunakan untuk
mengemas tembakau. Karton tipis digunakan untuk engemas ikan, udang, daging dan es
krim. Karton bergelombang digunakan untuk mengemas buah, sayuran segar, dan ikan
beku serta produk yang akan didistribusikan. Kertas komposit dapat digunakan untuk
mengemas es krim, coklat, sop kering, bumbu, jus, bahan kimia, obat-obatan kripik dan
margarin (Julianti dan Mimi, 2006).
Kemasan primer digunakan untuk mengemas produk tanpa ada kemasan lagi. Kemasan
primer banyak digunakan dalam mengemas produk kaleng seperti ikan kaleng, kornet,
dan minuman karbonasi, mie, air mineral dan lain-lain. Kemasan skunder digunakan
untuk melindungi produk yang sudah dikemas seperti kecap botol, air mineral, mie, keju,
snack, dan makanan instan lainnya. Kemasan tersier merupakan kemasan yang digunakan
untuk mempermudah dalam proses pendistribusian produk pangan contoh
pendistribusian cochopie, biscuit, produk olahan susu dan lain-lain.
Menurut Julianti dan Mimi (2007), kertas dibuat dari selulosa kayu dengan cara kayu
gelondongan pada awalnya direndam dengan menggunakan sodium sulfit netral untuk
melunakkan lignin dan selulosa kayu. Kayu yang telah direndam kemudian digiling.
Kayu yang sudah digiling dan dijadikan pulp dengan cara dimasak pada suhu 150˚C dan
tekanan 100 Psi untuk membentuk blow pit. Pulp yang telah jadi kemudian di putihkan
menggunakan kalsium hopoklorit. Pulp yang sudah terbentuk kemudian dilakukan
pengadukan untuk memisahkan antara serat dengan fibril. Selama proses pengadukan,
pulp ditambahkan bahan perekat untuk meningkatkan ketahanan terhadap air dan
pewarna untuk mencerahkan kertas. Pulp dijernihkan pada refiner Jordan kemudian
dilakukan pemecahan serat di mesin silinder penyadap. Selanjutnya pulp dimasukkan ke
dalam mesin pembuat kertas untuk proses pencetakan kertas
V. KESIMPULAN
Sucipta, I.N., Ketut S., dan Pande K.D.K. 2017. Pengemasan Pangan. Universitas
Udayana Press. Bali
Syarief, R. 2007. Modul 1 Pengemasan Dan Perlindungan Mutu Bahan Pangan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
LAMPIRAN