Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Usaha

Roti merupakan salah satu makanan yang disukai oleh masyarakat Indonesia
maupun Internasional. Roti biasanya dimakan untuk sarapan, namun tidak jarang
roti disantap sebagai hidangan utama dalam setiap kesempatan. Sudah ada
berbagai macam jenis roti yang ada di pasar, seperti roti tawar, roti pandan, roti
panggang, roti goreng, dll. Oleh karena itu, kami membuat hidangan variasi dari
roti agar masyarakat memiliki pilihan dalam menyantapnya.

Sosis merupakan olahan daging yang digulung atau dibungkus dengan plastik
dengan bentuk melengkung panjang atau lonjong. Bahan utama dari sosis-pun
bermacam-macam ada yang dari daging sapi, daging ayam, bahkan daging ikan
pun ada. Jenis makanan yang menggunakan sosis-pun bervariasi ada yang
dibakar, digoreng dan digunakan untuk bahan tambahan makanan. Oleh karena
itu, kami menggunakan sosis untuk bahan isi roti kami karena mudah diolah dan
ditemukan juga.

Kami disini ingin membuat variasi olahan dari roti dan sosis, yang bisa disantap
sebagai sarapan, cemilan ataupun makanan utama oleh konsumen.
BAB II

PROFIL USAHA

A. Kajian Teori
a. Roti

Roti adalah makanan berbahan dasar utama tepung terigu dan air, yang
difermentasikan dengan ragi, tetapi ada juga yang tidak menggunakan ragi.
Namun kemajuan teknologi manusia membuat roti diolah dengan berbagai bahan
seperti garam, minyak, mentega, ataupun telur untuk menambahkan
kadar protein di dalamnya sehingga didapat tekstur dan rasa tertentu. Roti
termasuk makanan pokok di banyak negara Barat. Roti adalah bahan
dasar pizza dan lapisan luar roti lapis. Roti biasanya dijual dalam bentuk sudah
diiris, dan dalam kondisi "fresh" yang dikemas rapi dalam plastik.

Dalam beberapa budaya, roti dipandang sangat penting sehingga menjadi bagian
ritual keagamaan.

Ada banyak jenis roti:

 biskuit
 scone

 baguette

 bagel
 tortilla

 pita

 lavash

 pretzel

 donat

b. Sosis

Sosis adalah suatu makanan yang terbuat


dari daging cincang, lemak hewan, terna dan rempah, serta bahan-bahan lain.
Sosis umumnya dibungkus dalam suatu pembungkus yang
secara tradisional menggunakan usus hewan, tapi sekarang sering kali
menggunakan bahan sintetis, serta diawetkan dengan suatu cara, misalnya
dengan pengasapan. Pembuatan sosis merupakan suatu teknik produksi
dan pengawetan makanan yang telah dilakukan sejak sangat lama. Di
banyak negara, sosis merupakan topping populer untuk pizza. Sosis terdiri dari
bermacam-macam tipe, ada sosis mentah dan juga sosis matang. Di Indonesia
terdapat berpuluh-puluh merek sosis, ada yang tipe premium dan ada tipe biasa,
tergantung bahan sosisnya. Secara umum dapat dilihat dari harganya.

c. Keju
Keju adalah sebuah makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat
dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Proses pengentalan ini
dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang disebut rennet. Hasil
dari proses tersebut nantinya akan dikeringkan, diproses, dan diawetkan dengan
berbagai macam cara. Dari sebuah susu dapat diproduksi berbagai variasi produk
keju. Produk-produk keju bervariasi ditentukan dari tipe susu, metode
pengentalan, temperatur, metode pemotongan, pengeringan, pemanasan, juga
proses pematangan keju dan pengawetan. Umumnya, hewan yang dijadikan
sumber air susu adalah sapi. Air susu unta, kambing,domba, kuda,
atau kerbau digunakan pada beberapa tipe keju lokal.

Makanan ini dikenal di seluruh dunia, namun diduga pertama kali dikenal di
daerah sekitar Timur Tengah. Meskipun tidak dapat dipastikan kapan keju pertama
kali ditemukan, menurut legenda keju pertama kali ditemukan secara tidak sengaja
oleh seorang pengembara dari Arab.

Keju memiliki hampir semua kandungan nutrisi pada susu,


seperti protein, vitamin, mineral, kalsium, dan fosfor namun
juga lemak dankolesterol yang dapat menyebabkan masalah kesehatan apabila
dikonsumsi secara berlebihan. Besaran kandungan lemak dalam keju tergantung
pada jenis susu yang digunakan. Keju yang dibuat dengan susu murni atau yang
sudah ditambah dengan krim memiliki kandungan lemak, kolesterol
dan kalori yang tinggi. Keju sangat bermanfaat karena kaya akan protein,
terutama bagi anak kecil karena mereka membutuhkan protein yang lebih banyak
dibandingkan orang dewasa.

Asal usul

Keju sudah diproduksi sejak zaman prasejarah walaupun tidak ada bukti pasti
kapan pembuatan keju pertama kali dilakukan. Masyarakat prasejarah mulai
meninggalkan gaya hidup nomadendan beralih menjadi beternak kambing, domba
maupun sapi. Karena kebersihan yang kurang, terkena sinar matahari secara
langsung atau terkena panas dari api maka susu dalam bejana tersebut menjadi
asam dan kental. Setelah dicoba ternyata susu tersebut masih dapat dimakan, dan
itulah pertama kalinya manusia menemukan keju krim asam (sour cream cheese).
Keju krim manis (sweet cream cheese) juga ditemukan secara
kebetulan. Sebuah legenda yang menceritakan bahwa beberapa pemburu yang
membunuh seekor anak sapi, kemudian membuka perutnya dan menemukan
sesuatu berwarna putih yang memiliki rasa yang enak. Adanya enzim rennet di
dalam perut sapi menyebabkan susunya menjadi kental, sehingga menjadi apa
yang kita sebut keju saat ini. Cerita lainnya mengatakan bahwa keju ditemukan
pertama kali di Timur Tengah oleh seorang pengembara dari Arab. Pengembara
tersebut melakukan perjalanan di padang gurun mengendarai kuda dengan
membawa susu di pelananya. Setelah beberapa lama, susu tersebut telah berubah
menjadi air yang pucat dan gumpalan-gumpalan putih. Karena pelana penyimpan
susu terbuat dari perut binatang (sapi, kambing ataupun domba) yang
mengandung rennet, maka kombinasi dari rennet, cuaca yang panas dan
guncangan-guncangan ketika mengendarai kuda telah mengubah susu menjadi
keju, dan setelah itu orang-orang mulai menggunakan enzim dari perut binatang
untuk membuat keju.

Yunani dan Romawi kuno

Mitologi Yunani Kuno menyebutkan Aristaeus sebagai penemu


keju. Odyssey tulisan Homer (800 SM) mengatakan bahwa Cyclops membuat keju
dengan menggunakan dan menyimpan susu domba dan kambing. Keju dari susu
kambing merupakan komoditas yang penting di Yunani, dan mereka percaya
bahwa keju dapat membuat perwira lebih kuat dan sebagai perangsang nafsu
birahi. Hippocrates menggunakan keju untuk mengatasi peradangan, dan keju
juga merupakan persembahan bagi dewa-dewa.

Kebudayaan Romawi adalah yang kemudian mengembangkan berbagai jenis keju


yang kita ketahui sekarang. Bangsa Romawi dikenal sebagai bangsa pertama yang
melakukan proses pematangan dan penyimpanan keju. Mereka mengerti dampak
teknik pematangan yang berbeda terhadap rasa dan karakter keju tertentu. Bangsa
Romawi membawa keju dan seni pembuatannya ketika mereka
menaklukkan Gaul, yang kita ketahui sekarang sebagai Perancis dan Inggris, yang
disambut dengan sangat baik. Rumah-rumah besar pada zaman Romawi memiliki
dapur keju yang terpisah yang disebut caseale dan suatu area khusus dimana keju
bisa dimatangkan. Pliny pada tahun 77 M menulis buku Historia Naturalis yang
menyebutkan tentang Cantal yaitu keju dari susu sapi yang dinamakan
berdasarkan Pegunungan Cantal di Auvergne. Keju ini dibuat dengan cara
memasukkan dadih ke dalam formage yaitu sebuah silinder kayu. Ini
kemungkinan merupakan asal mula dari kata keju dalam bahasa
Perancis dan bahasa Italia, fromage dan formaggio.

Eropa zaman pertengahan

Kekaisaran Romawi menyebarkan teknik pembuatan keju yang seragam di Eropa,


serta memperkenalkan pembuatan keju ke daerah yang belum
mengetahuinya. Kejatuhan Kekaisaran Romawi menjadikan variasi pembuatan
keju di Eropa semakin banyak, dengan daerah-daerah tertentu mengembangkan
teknik pembuatan keju yang berbeda-beda. Namun, kemajuan seni pembuatan
keju mulai menurun beberapa abad setelah kejatuhan Roma. Banyak keju yang
dikenal pada masa kini pertama kali didokumentasikan pada zaman
Pertengahan atau setelahnya, misalnya keju Cheddar pada 1500 M, keju
Parmesan pada 1597, keju Gouda pada 1697, dan keju Camembert pada 1791.

Pada masa pemerintahan Charles Agung, para biarawan dan biarawati memegang
peranan penting dalam produksi keju dan variasinya. Banyak resep yang ditulis
oleh para biarawan walaupun tidak dapat dipastikan apakah resep tersebut ditulis
sendiri atau disalin dari penduduk lokal. [4] Karena pekerjaan para biarawan dan
biarawati, maka orang-orang tidak perlu kelaparan di musim dingin ketika susu
sulit didapat.

Keju di zaman modern

Di abad ke 19, Ferdinand Cohn menjadi orang pertama yang menemukan bahwa
proses pematangan keju diarahkan oleh mikroorganisme. Setelah itu, semakin
banyak pula riset yang dilakukan berhubungan dengan keju dan proses
pembuatannya. Dengan berkembangnya pengetahuan tentang keju baik dari segi
biologis maupun kimiawi, proses pembuatan keju pun menjadi umum di
masyarakat. Hasilnya, perusahaan-perusahaan kecil maupun peternakan-
peternakan berlomba-lomba memproduksi keju mereka sendiri.
Pabrik pertama yang memproduksi keju dibuka pada tahun 1815 di Swiss, tetapi
di Amerika Serikatlah produksi keju skala besar pertama kali sukses. Saat ini,
diperkirakan ada lebih dari 400 jenis keju di dunia. Pada masa Perang Dunia II,
keju buatan pabrik semakin populer, mengalahkan keju yang dibuat secara
tradisional. Sejak saat itu, pabrik-pabrik telah menjadi sumber penghasil keju
terbesar di Amerika dan Eropa.

Pembuatan Keju

Keju memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang
digunakan, jenis bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses
fermentasi maupun penyimpanan ("pematangan"). Faktor lain misalnya jenis
makanan yang dikonsumsi oleh mamalia penghasil susu dan proses pemanasan
susu. Walaupun ada ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh dunia, namun
keju secara mendasar dibuat dengan cara yang sama.

Ada lima tahapan utama dalam pembuatan keju. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

Pengasaman

Susu dipanaskan agar bakteri asam laktat,


yaitu Streptococcus and Lactobacillus dapat tumbuh. Bakteri-bakteri ini
memakan laktosa pada susu dan merubahnya menjadi asam laktat. Saat tingkat
keasaman meningkat, zat-zat padat dalam susu (protein kasein, lemak,
beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan membentuk dadih.

Pengentalan

Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian


membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih)
dan padat (dadih). Setelah dipisahkan, air dadih kadang-kadang dipakai untuk
membuat keju seperti Ricotta dan Cypriot hallumi namun biasanya air dadih
tersebut dibuang. Dadih keju dihancurkan menjadi butiran-butiran dengan bantuan
sebuah alat yang berbentuk seperti kecapi, dan semakin halus dadih tersebut maka
semakin banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan menghasilkan keju
yang lebih keras.
Rennet mengubah gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada menjadi
dadih. Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi
tingkat kepadatan keju. Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam,
tergantung kepada banyaknya susu dan juga suhu dari susu tersebut. Sebagian
besar keju menggunakan rennet dalam proses pembuatannya, namun zaman
dahulu ketika keju masih dibuat secara tradisional, getah daun dan ranting
pohon ara digunakan sebagai pengganti rennet.

Pengolahan dadih

Setelah pemberian rennet, proses selanjutnya berbeda-beda. Beberapa keju lunak


dipindahkan dengan hati-hati ke dalam cetakan. Sebaliknya pada keju-keju
lainnya, dadih diiris dan dicincang menggunakan tangan atau dengan bantuan
mesin supaya mengeluarkan lebih banyak air dadih. Semakin kecil potongan
dadih maka keju yang dihasilkan semakin padat.

Persiapan sebelum pematangan

Sebelum pematangan, dadih akan melalui proses pencetakan, penekanan, dan


pengasinan. Saat dadih mencapai ukuran optimal maka ia harus dipisahkan dan
dicetak. Untuk keju-keju kecil, dadihnya dipisahkan dengan sendok dan dituang
ke dalam cetakan, sedangkan untuk keju yang lebih besar, pengangkatan dari
tangki menggunakan bantuan sehelai kain. Sebelum dituang ke dalam cetakan,
dadih tersebut dikeringkan terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibentuk
atau diiris.

Selanjutnya, keju haruslah ditekan sesuai dengan tingkat kekerasan yang


diinginkan. Penekanan biasanya tidak dilakukan untuk keju lunak karena berat
dari keju tersebut sudah cukup berat untuk melepaskan air dadih, demikian pula
halnya dengan keju iris karena berat dari keju tersebut juga menentukan tingkat
kepadatan yang diinginkan. Meskipun demikian, sebagian besar keju melewati
proses penekanan. Waktu dan intensitas penekanan berbeda-beda bagi setiap keju.

Penambahan garam dilakukan setelah keju dibentuk agar keju tidak terasa tawar,
dan terdapat empat cara yang berbeda untuk mengasinkan keju. Bagi beberapa
keju, garam ditambahkan langsung ke dalam dadih. Cara yang kedua adalah
dengan menggosokkan atau menaburkan garam pada bagian kulit keju, yang akan
menyebabkan kulit keju terbentuk dan melindungi bagian dalam keju agar tidak
matang terlalu cepat. Beberapa keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan
cara direndam dalam air garam, yang menghabiskan waktu berjam-jam sehingga
berhari-hari. Cara yang terakhir adalah dengan mencuci bagian permukaan keju
dengan larutan garam; selain memberikan rasa, garam juga membantu
menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak
mengering serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki
proses maturasi.

Pematangan

Pematangan (ripening) adalah proses yang mengubah dadih-dadih segar menjadi


keju yang penuh dengan rasa. Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur
tertentu yang digunakan pada proses produksi, dan karakter akhir dari suatu keju
banyak ditentukan dari jenis pematangannya. Selama proses pematangan, keju
dijaga agar berada pada temperatur dan tingkat kelembaban tertentu hingga keju
siap dimakan. Waktu pematangan ini bervariasi mulai dari beberapa minggu untuk
keju lunak hingga beberapa hari untuk keju keras seperti Parmigiano-Reggiano.
Beberapa teknik sebelum proses pematangan yang dapat dilakukan untuk
memengaruhi tekstur dan rasa akhir keju:

 Stretching: Dadih diusung dan lalu diadoni dalam air panas untuk
menghasilkan tekstur yang berserabut. Contoh keju yang melewati proses ini
adalah keju Mozzarella dan Provolone.
 Cheddaring: Dadih yang sudah dipotong kemudian ditumpuk untuk
menghilangkan kelembaban. Dadih tersebut lalu digiling untuk waktu yang
cukup lama. Contoh keju yang mengalami proses ini
adalahkeju Cheddar dan Keju Inggris lainnya.

 Pencucian: Dadih dicuci dalam air hangat untuk menurunkan tingkat


keasamannya dan menjadikannya keju yang rasanya lembut. Contoh keju
melewati proses pencucian adalah keju Edam, Gouda, dan Colby.

 Pembakaran: Bagi beberapa keju keras, dadih dipanaskan hingga suhu


35 °C(95 °F)-56 °C(133 °F) yang kemudian mengakibatkan butiran dadih
kehilangan air dan membuat keju menjadi lebih keras teksturnya. Proses ini
sering disebut dengan istilah pembakaran (burning). Contoh keju yang
dipanaskan ulang adalah keju Emmental, keju Appenzeller dan Gruyère.

Macam-macam Keju

Saat ini diperkirakan ada lebih dari 400 macam keju di berbagai negara di
dunia. Variasi jenis keju ini didapatkan dari penggunaan susu dan bakteri yang
berbeda juga lamanya proses pematangan. Selain itu, makanan yang dimakan
oleh binatang yang akan diambil susunya pun berpengaruh terhadap keju yang
akan dihasilkan.
Berdasarkan tekstur

 Keju keras: Maksimum kadar air pada keju tipe ini adalah 56%, semakin
sedikit kadar air dalam keju maka keju akan semakin keras. Walaupun begitu,
tidak semua keju tipe ini memiliki tekstur yang keras, sebagai contoh keju
Edam lebih lunak dari keju Parmesan dan bisa dengan mudah diiris sedangkan
Parmesan harus diparut. Keju keras umumnya menjadi matang dalam tiga
bulan, namun proses pematangan dapat berlangsung hingga satu tahun dan
membuat keju kehilangan lebih banyak air dan menjadi lebih keras.
 Keju iris: Maksimum kadar air pada keju iris berkisar antara 54-63% dan
karenanya menjadi matang lebih cepat dan lebih mudah diiris dibandingkan
keju keras.

 Keju iris semi keras: Kadar air pada keju jenis ini berkisar antara 61-69%,
dan sebagian besar keju ini diproduksi dengan krim rendah kalori. Lama
pematangan pada keju-keju tipe ini berbeda-beda, sebagai contoh keju iris
semi keras adalah Roquefort, Tetilla, dan Weisslacker.
 Keju lunak: Keju lunak memiliki kadar air lebih dari 67%. Karena
banyaknya air pada keju ini, maka kadar lemak yang terdapat pada keju ini
pun lebih rendah dibandingkan dengan keju yang lebih keras.

Berdasarkan proses pematangan

Keju dapat dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan proses pematangannya.


Kelima kelompok tersebut adalah:

 Bakteri yang dimatangkan dari dalam: Contoh keju dari kelompok ini
adalah Cheddar, keju Gouda, dan Parmesan. Keju-keju dalam kategori ini
menjadi lebih keras ketika matang. Kematangannya akan terjadi seragam di
seluruh bagian luar keju.
 Keju yang dicuci kulitnya: Contoh keju dari kelompok ini
adalah Limburger dan Liederkranz. Keju-keju ini secara periodik dicuci
bagian permukaannya dengan air asin pada tahap pertama pematangan. Keju
tipe ini memiliki kulit yang berwarna oranye atau kemerah-merahan.
Biasanya, keju ini akan menjadi lebih lunak ketika matang dan memiliki
aroma yang tajam.

 Keju bercoreng biru: Contoh keju dari kelompok ini


adalah Roquefort dan Stilton. Keju-keju ini mengandung
biakan kapang atau jamur yang menyebar ke seluruh bagian dalam keju.

 Keju berlapis kapang: Contoh keju dari kelompok ini


adalah Brie, Camembert, dan St. Andre. Keju-keju jenis ini memiliki lapisan
kulit yang berbulu akibat kapang. Lapisan tersebut berwarna putih ketika keju
masih muda tetapi dapat menjadi lebih gelap atau coreng-coreng ketika keju
mengalami proses pematangan.

 Keju yang tidak dimatangkan: Contoh keju dari kelompok ini


adalah cottage cheese, keju krim, dan baker's cheese. Keju jenis ini tidak
mengalami proses pematangan.
Berdasarkan kulit

 Keju berkulit keras: Ciri-ciri dari keju ini adalah bentuknya yang besar,
memerlukan waktu lebih lama untuk matang, dan melalui proses penekanan
untuk menghilangkan kelembaban. Contoh keju jenis ini
adalah Raclette, Gruyere, dan Gouda.
 Keju yang tertutup dengan bulu halus: Keju jenis ini kulitnya halus dan
berbulu. Contoh keju jenis ini adalah Brie.

 Keju berkulit alami: Bagian dalam dari keju ini memiliki tekstur yang
lembut dan kulitnya berwarna abu-abu atau biru yang berubah-ubah ketika
keju mulai menua. Contoh keju tipe ini antara lain Sainte Maure dan Pouligny
St. Pierre.

 Keju yang kulitnya dicuci dengan air asin: Keju-keju kategori ini
dimandikan di dalam air asin ketika matang. Contohnya adalah keju
Munster dan Feta.

 Keju biru: Keju biru memiliki coreng-coreng yang berwarna biru atau
hijau. Warna tersebut didapat dari membiakkan bakteri pada keju. Contoh keju
biru adalah Stilton, Roquefort danGorgonzola.

 Keju segar: Ciri-ciri dari keju segar adalah tidak memiliki kulit, memiliki
kandungan air yang tinggi dan tidak melalui proses pematangan. Contohnya
antara lain adalah Demi-sel, Ricottadan Mascarpone.

Berdasarkan jenis susu yang digunakan

 Keju dari susu kambing: Banyak orang yang lebih memilih untuk
menggunakan susu kambing karena kandungan lemak dan laktosa yang
rendah dan mengandung banyak nutrisi.
 Keju dari susu domba atau biri-biri: Karena pada umumnya domba
menghasilkan susu yang lebih sedikit dibandingkan sapi dan kambing maka
keju jenis ini pun sulit ditemukan dan lebih mahal harganya.
 Keju dari susu campuran: Keju tipe ini dibuat dari kombinasi dua jenis
susu atau lebih.

 Keju dari susu mentah: Banyak yang berpendapat bahwa proses pasteurasi
dapat menghilangkan rasa keju sehingga mereka menggunakan susu mentah.

Keju proses

Keju proses berbeda dengan keju-keju kategori lainnya karena keju ini tidak
diproduksi langsung dari susu segar tetapi dibuat dari keju yang sudah matang.
Sisa-sisa dari berbagai macam keju dicampur menjadi satu kemudian digiling,
diberi garam dan dipanaskan. Keju proses tersedia dalam berbagai macam bentuk.

Keju segar

Keju segar tidak melalui proses pematangan seperti keju-keju lainnya. Bagian
padat dari keju ini mencapai 20%.

Pasta filata

Pasta filata merupakan nama untuk sekelompok keju yang dadihnya dipanaskan
dengan air panas, diadoni dan dibuat menjadi untaian tali setelah diasamkan. Keju
tipe ini berasal dari Italia dan kemudian ditambahkan kepada Daftar Keju
Resmi Jerman pada tahun 1999. Kelompok keju ini bervariasi dari keju segar
hingga keju keras. Beberapa keju jenis pasta filata adalah Mozzarella, Provolone,
dan Scamorza. Kandungan air pada keju jenis ini berkisar antara 62-76%.

Keju krim asam

Kandungan air pada keju krim asam berkisar antar 60-73%. Keju tipe ini
diproduksi dari keju asam rendah lemak, karena itulah keju ini memiliki
kandungan kalori yang rendah dan protein yang tinggi.
Keju vegetarian

Sebagian besar keju diproduksi dengan menggunakan rennet yang berasal dari
binatang, yang diambil dari perut sapi atau domba. Saat ini, ada banyak alternatif
pengganti rennet yang berasal dari binatang.

Beberapa tanaman memiliki enzim yang dibutuhkan untuk mengentalkan


susu. Tanaman tersebut antara lain adalah kulit pohon ara, mallow,
dan thistle. Beberapa keju tradisional dari Portugal dan Timur Tengah dibuat
dengan rennet tumbuhan karena faktor agama dan budaya. Rennet juga bisa
didapat dari enzim yang berasal dari jamur atau bakteri. Rennet jenis ini
dikembangkan pada akhir 1980an karena adanya kelangkaan rennet yang berasal
dari binatang.

Penyimpanan dan penyajian

Penyimpanan

Semakin keras suatu keju dan semakin lama proses pematangannya maka keju
tersebut akan bertahan lebih lama. Cottage cheese dapat bertahan selama
seminggu, sedangkan keju Parmesan yang belum dipotong dapat bertahan hingga
setahun atau lebih. Keju lembut seperti Brie, Camembert dan Liederkranz tidak
dapat bertahan lama. Keju-keju tersebut adalah keju yang langka karena umurnya
hanya satu minggu setelah keju itu matang dan sebelum menjadi terlalu
matang. Keju lainnya tidak terlalu sulit dalam penyimpanannya selama ditaruh di
dalam lemari pendingin dan dibungkus plastik.

Saat penyimpanan di lemari pendingin, bungkus plastik harus melekat dengan


baik pada keju sehingga keju tidak menjadi cepat kering. Keju sebaiknya
disimpan di rak bagian bawah kulkas, jauh dari makanan dengan bau yang tajam,
untuk menghindari meresapnya bau dan rasa yang tidak
diinginkan. Keju Bocconcini dari Kanada dan keju Feta sebaiknya disimpan
dalam air garam. Berikut ini adalah waktu ketahanan keju-keju setelah dibuka dan
tidak ditaruh di lemari pendingin:

 Keju segar : beberapa hari hingga dua minggu lebih


 Keju lunak : dua minggu bila ditaruh dalam bungkus plastik
 Keju semi-lunak : dua hingga empat minggu

 Keju keras : lima minggu hingga beberapa bulan

 Keju sangat keras : lebih dari satu tahun

Penyajian

Keju harus selalu disajikan bersuhu ruangan dan bukan keju dingin langsung dari
lemari pendingin. Hanya keju yang bersuhu ruanganlah yang dapat
mengembangkan rasanya dengan baik. Hal ini tidak berlaku pada keju yang tidak
melalui proses pematangan. Keju harus dipotong sebelum penyajian agar keju
tidak menjadi kering.

Kandungan Gizi

Keju merupakan makanan yang penuh dengan nutrisi. Keju memiliki banyak
elemen yang sama dengan susu, yaitu protein, lemak, kalsium dan vitamin. Satu
pon keju memiliki protein dan lemak yang sama jumlahnya dengan satu galon
susu. Keju dengan tingkat kelembaban yang tinggi memiliki konsentrasi nutrisi
yang lebih rendah dibandingkan dengan keju yang tingkat kelembabannya rendah.

Lemak

Lemak memberikan rasa dan tekstur yang unik pada keju. Kandungan lemak pada
keju berbeda-beda pada satu jenis keju dengan yang lainnya. Keju segar memiliki
kandungan lemak hingga 12%. Sedangkan kandungan lemak pada keju yang
sudah dimatangkan berkisar antara 40-50%.
Protein

Keju memiliki kandungan protein sebesar 10-30%. Protein ini didapatkan


dari kasein yang dimodifikasi. Saat proses pematangan, protein dipecah
menjadi oligopeptide dan asam amino.Proses ini berpengaruh terhadap struktur
dan rasa dari keju. Proses degradasi protein disebut proteolisis dan karena proses
inilah maka protein menjadi mudah dicerna.

Mineral

Keju sangat kaya akan kalsium, fosfor dan seng. Satu ons keju mengandung
sekitar 200ml kalsium Kandungan kalsium pada keju akan berbeda, tergantung
pada apakah keju tersebut dikoagulasi menggunakan enzim atau asam. Keju yang
dikoagulasi menggunakan enzim mengandung kalsium dua kali lebih banyak
dibandingkan dengan yang menggunakan asam. Keju juga kaya akan sodium,
karena penambahan garam saat proses pembuatannya.

Vitamin

Saat susu murni digunakan untuk membuat keju, vitamin A dan D yang larut
dalam lemak tinggal pada dadih. Namun, banyak vitamin yang larut dalam air
yang hilang terbawa air dadih.Hanya sekitar seperempat dari riboflavin (vitamin
B2) dan seperenam dari tiamina (vitamin B1) yang tinggal pada keju Cheddar,
sedangkan niasin, vitamin B6, vitamin B12, biotin, asam pantothenic,
dan folat terbawa bersama air dadih.

Laktosa

Kandungan laktosa pada keju sangatlah kecil, yaitu berkisar 4.5-4.7%. Hal ini
dikarenakan dalam prosesnya sebagian besar laktosa dalam susu keluar bersama
air dadih dan yang tersisa diubah menjadi asam laktat saat proses
pematangan. Karena itu, keju merupakan makanan yang aman dikonsumsi oleh
orang yang memiliki intoleransi laktosa dan penderita diabetes.

B. Nama Usaha

Nama usaha yang akan kami dirikan yaitu “Roti Tawar Isi Sosis”.

C. Produk
Usaha ini bergerak di bidang produksi yaitu pengolahan dan pemasaran Roti Isi
Sosis. Konsep bisnis ini menjual Roti Isi Sosis. Selain rasanya enak, Roti Isi Sosis
ini juga makanan yang disukai oleh masyarakat yang ingin mencoba variasi dari
Roti.

D. Pangsa Pasar

Pangsa pasar yang kami tujukan yaitu masyarakat sekitar. Tempat yang akan
direncanakan untuk usaha ini yaitu di kampus dan sekitarnya.

E. Lokasi Usaha

Tempat yang akan direncanakan untuk usaha ini yaitu di kampus dan
sekitarnya. Pertimbangan kami memilih lokasi tersebut yaitu:

 Lokasi ini strategis, karena merupakan pusat kegiatan mahasiswa.


 Lokasi dekat dengan perumahan penduduk dan tempat kost para mahasiswa.

F. Proses Produksi

Peralatan yang dibutuhkan :

 Kompor
 Penggorengan

Komposisi Bahan:

 1 lembar Roti Tawar tanpa kulit


 1 buah Sosis Sapi
 ½ lembar Keju slice
 1 sdm Mayonaise
 1 butir Telur
 ½ liter Minyak Goreng
 Saus Sambal (jika suka)
Cara Membuat:

 Siapkan roti di atas piring.


 Taruh sosis, keju di atas roti dan oleskan dengan mayonaise.
 Gulung rotinya dan tekan sedikit agar tidak lepas gulungannya.
 Masukkan gulungan roti ke dalam telur, lalu diputar menyeluruh.
 Masukkan gulungan roti tadi ke dalam penggorengan yang sudah berisi
minyak panas.
 Goreng hingga kecoklatan dan tiriskan.
 Roti Isi Sosis siap disajikan.

G. Strategi Pemasaran
Berikut ini adalah strategi pemasaran yang kami lakukan :

1. Kebijakan Produk

Usaha ini bergerak di bidang produksi, yaitu Roti Isi Sosis. Bisnis ini menjual
produk berupa variasi dari Roti yang sudah ada.

2. Kebijakan Harga

Harga masih merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian khusus agar
pangsa pasar yang dituju dapat dicapai karena sesuai dengan tingkat
pendapatan mereka. Oleh karena itu kami menawarkan harga yang cukup
terjangkau oleh masyarakat khususnya mahasiswa dengan harga Rp 8.000,- -
10.000,-

3. Kebijakan Promosi

Untuk meningkatkan pangsa pasar maka perlu dilakukan Promosi, bentuk


promosi yang akan kami lakukan antara lain memasarkan produk langsung ke
calon pembeli.

H. Pemakaian Dana

Untuk membuat 20 Roti , rincian dana yang dibutuhkan :

 2 Bungkus Roti Tawar Kupas Rp. 24.000,-


 1 Bungkus Keju Slice Rp. 12.200,-
 5 Bungkus Saus Mayonaise Rp. 10.000,-
 1 Bungkus Sosis Sapi 24buah Rp. 22.900,-
 1 liter Minyak Goreng Rp. 11.400,-
 1 Bungkus Saus Sambal 24sachet Rp. 5.550,-

Anda mungkin juga menyukai