Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH REKAYASA GENETIKA

(Transgenik Hewan dan Transgenik Tumbuhan)

Dosen Pengampuh : Dra. Diah Karunuah B, S.si., M.si

Disusun Oleh :

Nur Laela Abidah (162500028)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA

SURABAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan agar dapat
menyelesaikan tugas makalah Rekayasa Genetika dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulisan laporan yang berjudul (Transgenik Hewan dan Transgenik Tumbuhan) ditulis
untuk melihat, mengkaji dan meneliti tentang hasil transgenik hewan dan hasil transgeik
tumbuhan. Selain itu juga bertujuan untuk menyelesaikan tugas makalah Rekayasa Genetika oleh
dosen Pembimbing Rekayasa Genetika, Ibu Dra. Diah Karunuah B, S.si., M.si. Selain itu dengan
penulisan makalah ini dapat memperoleh banyak pelajaran.
Penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan. Mohon maaf apabila dalam
penulisan materi atau penyajian ini ada yang kurang baik dan tidak sesuai, penjelasan yang
mungkin kurang berkenan dihati para pembaca. Penulis berharap dengan terselesaikannya
penulisan makalah ini, para pembaca dapat mengetahui (Transgenik Hewan dan Transgenik
Tumbuhan).

Surabaya,13 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Tanaman Transgenik .................................................................................................. 3
2.2. Tanaman Hasil Rekayasa Genetik ............................................................................. 6
KEUNTUNGAN TANAMAN TRANSGENIK......................................................... 9
KELEMAHAN TANAMAN TRANSGENIK ........................................................... 9
2.3. Pembuatan Tanaman Transgenik ............................................................................... 10
2.3.1. Metode Transformasi plasmid melalui perantara Agrobacterium sp .............. 10
2.3.2. Biolistic Technology ....................................................................................... 11
2.3.3. Kendala Penelitian Tanaman Transgenik ........................................................ 16
2.4. Dampak Tanaman Transgenik Bagi Kehidupan Manusia ......................................... 17
2.5. TRANSGENIK HEWAN .......................................................................................... 23
2.6. Hewan Transgenik ..................................................................................................... 23
2.7. Contoh Hewan Transgenik ........................................................................................ 26
2.8. Dampak Negatif Bioteknologi Hewan ....................................................................... 29
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 33

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tanaman transgenik merupakan tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya
pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resistansi terhadap
organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman
alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi
kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan
kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenic juga menjadi bagian dari
pemuliaan tanaman. Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat
dunia karena sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu
keseimbangan lingkungan (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan mempengaruhi
perekonomian global.
Tanaman transgenic telah dikembangkan sejak tahun 8000 SM ketika praktik pertanian
dimulai di Mesopotamia. Tanaman transgenic pada masa itu disemaikan dengan
memanfaatkan proses seleksi dan persilangan tanaman. Kedua proses tersebut memakan
waktu yang cukup lama dan hasil yang diperoleh tidak menentu karena bergantung pada
mutasi alamiah secara acak. Contoh hasil pengembangan tanaman konvensional adalah durian
montong yang memiliki perbedaan sifat dengan induknya yang berupa durian liar. Hal ini
merupakan hasil dari persilangan atau perkawinan dari durian liar dengan varietas lain untuk
mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong. Selanjutnya pengembangan
tanaman transgenic dilakukan pada tahun 1977 ketika bakteri Agrobacterium tumefacienc
diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimiliki ke dalam tanaman. Pada tahun 1983,
tanaman transgenic pertama, yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus
vulgaris) telah berhasil dikembangkan untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman
transgenic terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik yang berhasil diproduksi dan
dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya dipasarkan pada tahun 1996.

1
Pembuatan tanaman transgenic diawali dengan mengidentifikasi gen yang akan
menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari
tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Selanjutnya dilakukan perbanyakan gen yang
disebut dengan istilah cloning gen. pada tahap loning gen, DNA asing akan dimasukkan ke
dalam vector cloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid yaitu DNA yang digunakan
untuk transfer gen, kemudian vector cloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga
DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangan bakteri tersebut. Apabila gen yang
diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen
asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah
bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata
gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan
elektroporasi yang merupakan metode transfer DNA dengan bantuan listrik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari transgenik tanaman?
2. Bagaimana asal mula tanaman transgenik?
3. Apa saja yang termasuk tanaman hasil rekayasa genetic?
4. Bagaimana cara Metode Transformasi plasmid melalui perantara Agrobacterium sp.?
5. Bagaimana dampak tanaman trangenik pada manusia?
6. Apa yang dimaksud transgenik hewan?
7. Apa saja dampak negatif bioteknologi hewan
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari transgenik tanaman
2. Untuk mengetahui asal mula tanaman transgenik
3. Untuk mengetahui tanaman hasil rekayasa genetic
4. Untuk mengetahui Metode Transformasi plasmid melalui perantara Agrobacterium sp.
5. Untuk mengetahui dampak tanaman trangenik pada manusia
6. Untuk mengetahui transgenik hewan
7. Untuk mengetahui Dampak Negatif Bioteknologi Hewan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. TRANSGENIK TANAMAN


Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui
penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme
transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang
ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.
Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi
gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru
yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman sebelumnya. Secara epistemologi, proses
pembuatantanaman transgenik sebelum dilepas ke masyarakat telah melalui hasil penelitian yang
panjang, studi kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan yang ketat, termasuk melalui
analisis dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Secara aksiologi,
berdasarkan pendapat kelompok masyarakat yang pro dan kontra tanaman transgenik memiliki
manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk, tetapi manfaat tersebut belum teruji,
apakah lebih besar manfaatnya atau kerugiannya.
Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam
berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Produk teknologi tersebut
berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG), yang dalam
bahasa Inggris disebut dengan genetically modified organism (GMO). Namun, sering kali pula
aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme
transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik.
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh
kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan
organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Pada bidang pertanian, plikasi teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat
dengan dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteri
Agrobacterium tumefaciens (lihat Bab XI). Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah
tanaman transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya
perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu.

3
Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah mencapai 1,7
ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta ha. Negara- negara yang
melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta ha),
Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta ha), Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta ha).
Indonesia sendiri pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan transgenik
berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung 687.000 ton.
Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa Tengah), kapas (Jawa
Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi (Jawa Tengah). Sementara itu, tanaman
transgenik lainnya yang masih dalam tahap penelitian di Indonesia adalah kacang tanah, kakao,
tebu, tembakau, dan ubi jalar.
Bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi DNA
rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas pakan dan
bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing, blue tongue
pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan
teknologi DNA rekombinan. Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk
sapi (recombinant bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine
atau rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling
menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal
23 Februari 1997.
Rekayasa genetika di bidang pertanian pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan
ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya
penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan melalui
revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai
dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga
dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun
dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil
rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih
tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan perkebunan karet
transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang
mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat. Di bidang kehutanan telah

4
dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur kayu lebih baik. Sementara itu, di
bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran
bunga yang lama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik
lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.
Bidang kesehatan, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat
dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan
sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam
penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan. Teknik rekayasa genetika
memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti insulin, interferon,
dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang
bertanggung jawab atas sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu
yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa.
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah
terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk membersihkan
lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam skala
industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan telah tercemari
oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam
konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan
menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang
dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
Bidang industri, khususnya pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim
renet yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard
cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari organisme
transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa makanan,
pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak
menggunakan produk organisme transgenik.

5
2.2.Tanaman Hasil Rekayasa Genetik
Adapun contoh-contoh tanaman transgenik adalah sebagai berikut:

Jenis
Sifat yang telah dimodifikasi Modifikasi Foto
tanaman

Mengandung provitamin Gen dari tumbuhan narsis, jagung,


Padi A (beta-karotena) dalam jumlah dan bakteri Erwinia disisipkan pada
tinggi.[15] kromosom padi.[15]

Jagung, Gen toksin Bt dari bakteri Bacillus


Tahan (resisten) terhadap
kapas, thuringiensis ditransfer ke dalam
hama.[16]
kentang tanaman.[15][16]

Gen untuk mengatur pertahanan pada


cuaca dingin dari
Tembak tanaman Arabidopsis thaliana atau
Tahan terhadap cuaca dingin.[15]
au dari sianobakteri (Anacyctis
nidulans) dimasukkan ke
tembakau.[15]

Gen khusus yang


disebut antisenescens ditransfer ke
dalam tomat untuk
menghambat enzim poligalakturonas
Proses pelunakan tomat
e (enzim yang mempercepat
diperlambat sehingga tomat
Tomat kerusakan dinding sel
dapat disimpan lebih lama dan
[17]
tomat).[16] Selain menggunakan gen
tidak cepat busuk.
dari bakteri E. coli, tomat transgenik
juga dibuat dengan memodifikasi
gen yang telah dimiliknya secara
alami.[17]

6
Mengandung asam oleat tinggi
dan tahan Gen resisten herbisida dari
terhadap herbisidaglifosat.[15][18] bakteri Agrobacterium galur CP4
Dengan demikian, ketika dimasukkan ke kedelai dan juga
Kedelai
disemprot digunakan teknologi molekular untuk
denganherbisida tersebut, meningkatkan pembentukanasam
hanya gulma di sekitar kedelai oleat.[15][18]
yang akan mati.

Gen dari selubung virus tertentu


Tahan terhadap penyakit
Ubi ditransfer ke dalam ubi jalar dan
tanaman yang
jalar dibantu dengan teknologi peredaman
disebabkan virus.[19]
gen.[19]

Menghasilkan minyak kanola ya


ng mengandung asam
laurattinggi sehingga lebih Gen FatB dari Umbellularia
menguntungkan untuk kesehatan californica ditransfer ke dalam
Kanola
dan secara ekonomi.[20] Selain tanaman kanola untuk meningkatkan
itu, kanola transgenik yang kandungan asam laurat.[20]
disisipi gen penyandi vitamin
E juga telah ditemukan.[16]

Resisten terhadap virus tertentu, Gen yang menyandikan selubung


Pepaya contohnya Papaya ringspot virus PRSV ditransfer ke dalam
virus (PRSV).[21] tanamanpepaya.[21]

Gen baru dari bakteriofag T3 diambil


untuk mengurangi pembentukan
Melon Buah tidak cepat busuk.[22] hormonetilen (hormon yang berperan
dalam pematangan buah)
di melon.[22]

7
Gen dari
Tahan terhadap bakteri Agrobacterium galur CP4
Bit gula herbisida glifosat dan glufosinat.[ dan cendawan Streptomyces
23]
viridochromogenes ditransfer ke
dalam tanaman bit gula.[23]

Prem Resisten terhadap infeksi virus Gen selubung virus cacar prem
(plum) cacar prem (plum pox virus).[24] ditransfer ke tanaman prem.[24]

Resisten terhadap Gen penyandi enzim kitinase


penyakit hawar yang (pemecah dinding sel cendawan)
Gandum
disebabkancendawan Fusarium.[ dari jelai (barley) ditransfer ke
25]
tanaman gandum.[25]

Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh Amerika Serikat,
Argentina, Cina, dan Kanada. Namun, banyak negara Eropa yang menolak tanaman transgenik
karena kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan lingkungan.
Pengaruh pada kesehatan manusia Dari segi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat
menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru bagi manusia. Untuk menanggapi hal
tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik diproduksi secara
massal, akan melakukan berbagai pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin agar
produk tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi. Apabila berpotensi menyebabkan alergi, maka
tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan lebih lanjut. Kekhawatiran lain yang timbul
di masyarakat adalah kemungkinan gen asing pada tanaman transgenik dapat berpindah ke tubuh
manusia apabila dikonsumsi. Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh para ilmuwan karena
makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat
diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif.
Pengaruh terhadap lingkungan (ekologis) Penolakan terhadap budidaya tanaman
transgenik muncul karena dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah
satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang lebih kuat atau resisten) di lingkungan.

8
Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk
membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu. Ada kemungkinan hama
yang ingin dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang lebih tahan
atau resisten terhadap racun Bt. Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan merupakan hama
jagung, ikut terkena dampak berupa peningkatan kematian akibat memakan daun tumbuhan perdu
(Asclepias) yang terkena serbuk sari dari jagung Bt.
Tanaman Transgenik di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun 1999, Indonesia
pernah melakukan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan. Uji coba itu
dilakukan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari
Monsanto. Hal itu mendatangkan banyak protes dari berbagai LSM sehingga pada bulan
September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka. Pada tahun 2007,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia
untuk memiliki padi dan jagung transgenik di tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melakukan
impor beras dan jagung. Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melakukan penelitian di bidang
rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya.
KEUNTUNGAN TANAMAN TRANSGENIK

1. Peningkatan kualitas biji-bijian


2. Peningkatan kadar protein
3. Pembentukan tanaman resisten hama, penyakit, dan herbisida
4. Pembentukan tanaman toleran kekeringan, tanah masam, suhu ektrem
5. Pembentukan tanaman yang lebih bernilai nutrisi tinggi, seperti vit C, E dan β-karoten

KELEMAHAN TANAMAN TRANSGENIK

1. Bioetik
2. Keamanan dan kekhawatiran
3. Paten dari organisme hasil rekayasa genetik
4. Penggunaan untuk terapi gen dan jaringan pada manusia
5. Tanggung jawab sosial dari sain dalam bisnis

9
2.3.Pembuatan Tanaman Transgenik

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau


pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan
dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan
didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan
kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA),
contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan
dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan
bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka
akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian
tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode, salah satunya yaitu dengan metode Biolistic Technology, dan metode transformasi DNA
yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens.

2.3.1. Metode Transformasi plasmid melalui perantara Agrobacterium sp.

Transformasi genetik merupakan perpindahan gen asing yang diisolasi dari


tanaman, virus, bakteri atupun hewan kedalam sel target baru (genom baru). Keberhasilan
transformasi genetik terletak pada kemampuan sel target untuk berkembang menjadi
tanaman yang utuh, fertil, dan dapat mengekspresikan gen baru hasil insersi. Proses
transformasi genetik terdiri dari beberpa tahap yaitu insersi, integrasi, ekspresi dan
pewarisan sifat DNA baru. Tahapan insersi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
bakteri (species Agrobacterium). Teknik ini memanfaatkan kontruksi gen yang terdiri dari
promoter bakteri atau virus. Metode TI plasmid ini dapat dilakukan pada tumbuhan
monokotil, seperti tumbuhan padi. Metode TI plasmid dengan perantara Agrobacterium sp
mulai berkembang sejak tahun 1987 pada tumbuhan tembakau. Pada prinsipnya metode TI
lasmid melalui perantara Agrobacterium sp, peranan dari Agrobacterium sp yang
merupakan fitopatoge tanah dan dapat menyebabkan penyakit crown gall. Crown gall
merupakan semacam penyakit tumor yang disebabkan oleh infeksi Agrobacterium sp.
Crown gall mampu memindahkkan DNA ke dalam sel tanaman.

Mekanisme infeksi Agrob acterium ke dalam sel tanaman meliputi tiga tahap,
sebagai berikut (Day dan Lichtenstien, 1992 dalam Manuhara, S.W; 2006 ): 1.Pengenalan

10
Agrobacterium dengan molekul sinyal yang dihasilkan oleh sel tanaman yang terluka,
kemudian secara kemotaksis Agrobacterium bergerak dan menempel pada sel
tanaman.2.Gen-gen Vir pada plasmid Ti merespon molekul sinyal yang dihasilkan oleh sel
tanaman dan selanjutnya menginduksi ekspresi gen-gen vir untuk memotong rantai tunggal
T-DNA dan memindahkannya ke dalam inti sel tanaman.3.T-DNA terintegrasi ke dalam
genom tanaman dan gen-gen pada T-DNA diekspresikan dalam sel tanaman. Ekspresi gen-
gen onc (oncogen) menyebabkan sel berpoliferasi, sedangkan ekspresi gen-gen opin
bertanggungjawab untuk sintesis derivat asam amino opin. Berdasarkan jenis opin, ada 6
starin Agrobacterium yang dihasilkan oleh plasmid Ti, yaitu: oktopin, nopalin, leusinopin,
manopin, suksinamopin, dan agropin.

Sebagai indikator untuk mengetahui tanaman transgenik yang dihasilkan


merupakan tanaman transgenik dengan bantuan bahan kimia yang berfungsi sebagai
penyeleksi antara tanaman transgenik dan non transgenik. Sifat dari bahan kimia tersebut
bersifat sebagai toksin, dimana tumbuhan non transgenik dalam arti tidak mengalami
transformasi atau non transforman akan terhambat pertumbuhannya dan akan mati.
Sedangkan tanaman transgenik akan resisten terhadap bahan kimia tersebut. Pemilihan
bahan kimia tersebut disesuaikan dengan tujuan kita untuk menghsilkan tanaman
transgenik yang resisten terhadap herbisida atau apapun. Perkembangan teknologi dan
pengetahuan dapat mengatasi hal ini, untuk menghasilkan tanaman transgenik yang
resisten yakni dengan jalanmenyisipkan gen-gen yang resisten terhadap senyawa toksik
misalnya methrotrexate, antibiotik, dan herbisida pada promoter yang sesuai dan
digunakan untuk menyeleksi dan mengidentifikasi sel-sel transforman. Tanaman yang
dihasilkan hidup maka tanaman tersebut adalah tanaman transgenik yang diinginkan.

2.3.2. Biolistic Technology

Perkembangan teknologi untuk menghasilkan tanaman transgenik salah satunya


adalah metode trasformasi. Biolistic Technology atau dikenal juga dengan nama partcle
bombardment adalah salah satu metode transformasi yang digunakan untuk menghasilkan
tanaman transgenik. Metode particle bombradment adalah teknik yang digunakan untuk
memasukkan gen asing ke dalam kultur sel. Metode particle bombardent merupakan

11
metode fisika transfer gen secara langsung ke dalam sel. Gen atau asam nukleat ataupun
molekul biologi lain dilapiskan pada emas atupun mikropartikel tungsten (microcarrier)
yang memiliki densitas yang tinggi yang ditmbakkan dengan kecepata tinggi dengan
helium pulse, sehingga partikel tersebut mampu menembus pada targe yang akan ditembak,
seperti pada dinding membran, sel. Teknologi biolistik ini mudah digunakan dan memiliki
efisiensi yang cukup besar, dapat digunakan untuk transfer gen pada sel, jaringan, organ,
tanaman, ataupun hewan dan bakteri.

Akhir-akhir ini particle bombardment dikembangkan untuk menghasilkan tanaman


transgenik pada variasi tanaman pangan (variaous crops). Particle bombardment dipandang
sebagai metode transfer gen yang cukup efektif dan efisien, serta konsisten pada genotip
padi transgenik yakni varietas indica rice (Rahman, Abdul, et all., 2010), teknik
bombardment digunakan untuk transfomasi gen pada tempe (soybean) (McCabe et all.,
1999), kapas transgenik (Finner and McMullen, 1990), gandum transgenik (Gless, C., et
all, 1998). Metode transformasi particle bombrdment juga dikembangkan dalam bidang
energi yakni untuk memproduksi tanaman jarak transgenik (Jatropa curcas) (Joshi, M,
2011).

Berdasarkan katalog dari Bio-Rad ada beberapa jenis dari particle bombardment,
diantaranya adalah particle bombardment helios gene gun dan pds 1000 He. Pada particle
bombardment helios gene dilakukan pada target yang lebih kecil dibandingkan dengan
jenis particle bombadment pds 1000 He.

Aplikasi dari helios gene gun. (sumber: katalog Bio-Rad Laboratories). Faktor
Transformasi:
Kondisi eksperimen : In situ, in vitro, in vivo, ex vivo (tanaman).
Lokasi sampel : External dan internal yang terekspose dari target organisme.
Area target : kecil (2 cm2)
Tekanan : 100-600 psi
Target : Hewan : kultur sel dan organ
Tanaman : kultur, explants
Bakteri : jamur, bakteri dan lain-lain

12
 Prinsip kerja Particle bombardmet dengan menggunakan jenis helios gene gun:
1. Pertama DNA dan RNA di endapkan terlebih dahulu pada mikropartikel emas, setiap
perbandingan plasmid yang berbeda dapat di endapkan ke satu partikel
2. Mikrokarrier tersebut dilapisi dengan DNA dan RNA yang sudah dipersiapkan
sebelumnya.
3. Gen Gun kemudian dilepaskan, sehingga pulsa Helium kemudian bergerak turun
memasuki silinder catrige
4. Partikel dengan kecepatan tinggi terus melaju hingga menembus target, yakni berupa
sel ataupun jaringan.

Aplikasi dari PDS 1000 He. (sumber: katalog Bio-Rad Laboratories). Faktor Transformasi:

Kondisi eksperimen : In vitro, in vivo, ex vivo (tanaman)).


Lokasi sampel : Evacuated chamber
Area target : Luas (40 cm2)
Tekanan : 450-2200 psi
Target : Hewan : kultur sel dan organ
Tanaman : kultur, explants
Organela :kloroplas,mitokondria
 Mekanisme kerja dari biolistic particle gun jenis PDS 1000 He :
1. Sampel yang berupa sel ataupun jaringan yang akan diinsersi oleh gen tertentu
diletakkan dalam ruang pemboman (bombardment chamber) yang akan dievakuasi
pada tekanan subatmospheric.
2. Instrumen itu kemudian dinyalakan sehingga arus helium dipercepat pada tabung gas
hingga mencapai tekanan tertentu.
3. Tekanan yang ditimbulkan oleh helium membuat macrocarrier yang sudah dilapisi
oleh gen tertentu yang akan diinsersikan pada jarak dekat akan menuju pada stopping
screen.
4. Macrocarrier ini tetap berada pada stopping screen, sedangkan mikropartikelnya
melalui screen kemudian menuju ke bombardment chamber dan masuk dan menembus
sel target yang sudah diletakkan sebelumnya pada ruang pemboman (bombardment
chamber).

13
Teknik partikel bombardment sebagai metode transformasi gen banyak digunakan karena
sifatnya yang efektif dan efesien serta tida memerlukan waktu yang lama untuk gen atau DNA
sampai pada se target. Beberapa riset menggunakan metode partik bombardment atau metode
biolistic sebagai metode transformasi yang memberikan efesiensi yang cukup tinggi.Semakin
meningkatnya jumlah populasi manusia didunia menjadikan salah satu tantangannya dalam bidan
pangan. Dengan perkembangan bioteknologi dalam bidang makanan hal ini bisa di atasi, yakni
dengan menmproduksi tanaman pangan transgenik, yakni tanaman pangan yang unggul dalam arti
tanaman pangan yang dapat menghasilkan jumlah kuantitas yang banyak dan dari segi kulalitas
juga memiliki nilai yang unggul. Salah satu yang berperan dalam produksi tanaman ransgenik
adalah pada saat proses transformasi genetik. Penggunaan metode biolistic dengan prinsip kerja
seperti yang terurai di atas menjadikan metode ini cukup efektif dan efisien untuk menghasilkan
tanaman pangan yang berkualitas dan berkuantitas tanaman yang tahan terhadap antibiotika, dan
tahan hama.

Rahman, A.Z., et all (2010) mampu memproduksi padi varietas Indica rice Cv. MR 81
dengan memanfaatkan metode transformasi dengan particle bombardment system, kalus dari
embrio padi (Oriza sativa L. Cv MR 81 dan Taipei 309) ditembak dengan menggunakan
recombinan pRQ6 yang mengandung gen hygromycin phosphotransferase (hph) dan β-
glucoronidase (gus A).

Chen, et all. (1998) berhasil memproduksi padi transgenik varietas japonica rice, dengan
menggunakan teknik bombardment particle. Salah satu faktor yang menentukan berhasil ataukah
tidaknya transfer gen adalah pemilihan target jaringan yang akan ditembak. Jaringan yang akan
dijadikan target kemampua jaringan target tersebut untuk bisa menghasilkan tanaman fertile yang
dikultur secara in vitro.

Prosedur yang dilakukan untuk memproduksi tanaman transgenik dengan metode particle
bombardment system (Rahman, A.Z., et all (2010)) :

1. Dengan mempersiapkan kultur jaringan tanaman yakni benih yang sudah matang,
untuk memproduksi padi transgenik varietas Indica rice Cv. MR 81.
2. Tahap Induksi kallus dan pertumbuhannya. Benih yang sudah matang yang sudah
dipersiapkan tersebut disterilkan dengan menggunakan ethanol 70% selama 5 min
dan 20% natrium hipoklorida kemudian dicuci selama tiga kali dengan

14
mengunakan air yang sudah steril. Benih tersebut dimasukkan dalam plate yang
mengandung medium induksi kallus dan diinkubasi dalam keadaan gelap pada suhu
ruang 24 C.
3. Pembuatan plasmid, Plasmid pRQ6 merupakan vektor yang digunakan untuk
transformasi. Plasmid tersebut mengandung selectable marker yakni β-
glucoronidase (GUS) dan hygromycynphosphotransferase (hph). GUS merupakan
gen yang mengontrol cauliflower mosaic virus (CaMV) 35S promoter, sedangkan
hph merupakan gen yang resisten terhadap hygromycyn B. Peta enzim restriksi dari
pRQ6 yang mengandung gen hph dan gusA :
4. Preprasi dari DNA yang akan ditembakkan dan partikel yang digunakan untuk
menembak.
Metode yang digunakan adalah teknologi biolistik dengan jenis PDS-1000/He,
preparasi DNA yang digunakan untuk particle bombardment, dengan DNA yang
ditambah dengan suspensi emas, 10 μl spermidine, 50 μl CaCl2 pada temperatur
ruang selama 10 menit. 7,5 μl Campuran DNA yang sudah diperoleh kemudian
didistribusikan pada microcarrier. Transfer DNA dilakukan sesuai dengan instruksi
pada PDS-1000/He. Jaringan target ditempatkan pada jarak 5 cm dari stopping plate
dari gen gun chamber dengan menggunakan tekanan helium 1100 psi dan
ditembakkan dengan singgle shots.
5. Seleksi Transformant dan recovery tanaman padi yang resisten terhadap
hygromycyn phosphotransferse (hpt). Seleksi transformant ini dilakukan dengan
ditumbuhkan pada media yang mengandung hygromycyn, dimana, tanaman
transgenik yang berhasil adalah tanaman yang tetap hidup pada media yang
mengandung hygromycyn.
6. Analisis histochemichal gen GUS.Dianalisis setelah 48 jam (2 hari), untuk
mendeteksi adanya ekspresi GUS, terdeteksi adanya warna biru dengan
ditambahkannya enzim tertentu pada media yang mengandung hygromycyn B.
Analisa yang digunakan untuk mendeteksi berhasil ataukah tidaknya gen yang kita
insersikan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen, beberapa instrumen yang dapat
digunakan adalah soutern blot, PCR, dan agarose gel. Analisis shoutern blot digunakan untuk
mendeteksi sekuen DNA secara spesifik, disamping itu juga teknik analisis ini bisa digunakan

15
untuk menentukan bobot molekular restriksi fragmen. Terbentuknya genom baru dianalisis dengan
menggunakan analisis soutern blot, untuk tanaman tansgenik oat (Gless, C., et all., 1998),
transformasi gen dengan particle bombardment dari tanaman jaark (jatropa curcas).
Seleksi tanaman transgenik, yakni setelah diseleksi resisten terhadap hygromycyn ataupun
positif GUS, tanaman dipindahkan dalam media pertumbuhan selama 3 minggu hingga terbentuk
struktur morphologi tumbuhnya tunas. Kemudian dipindahkan untuk ditumbuhkan pada tanah dan
tumbuh pada green house. Sehingga kita memperoleh tanaman transgenik dengan menggunakan
metode transformasi dengan memanfaatkan biolistic technology. Berdasarkan riset yang telah
dilakukan penggunaan metode biolistic technology cukup efektif dan efisien, dimana tanaman padi
transgenik varietas Indica ice Cv.MR 81 yang dihasilkan adalah tingkat kesuburannya cukup tinggi
lebih dari 85% dan secara fenotip normal, dengan menggunakan marker hph (Rahman, Z.A., et
all; 2010).
Dari segala metode transformasi yang ada transformasi dengan biolistic technology dapat
diterapkan pada jangkuan yang lebih luas dan berbagai jenis jaringan. Dengan pemilihan ukuran
microcarier dan tekanan helium dapat dipilih secara optimal untuk bisa menembus sel target yang
diinginkan dengan meminimalkan kerusakan pada sel. Dengan menggunakan biolistic technology
organel intraselulerpun berhasil diinsersikan dengan gen asing. Dengan menggunakan metode
biolistic technology dapat memasukkan gen ataupun asam nukleat (DNA) ke dalam tanaman
karena tekanan helium dapat mendorong microcarrier melalui dinding sel
2.3.3. Kendala Penelitian Tanaman Transgenik
Penelitian rekayasa genetik untuk merakit tanaman transgenik tidak semudah
yang dibayangkan oleh sementara orang, karena disamping memerlukan biaya besar,
peralatan laboratorium yang modern, juga sumber daya manusia yang tangguh dan
handal. Di sam-ping itu, ada keterbatasan lain, yaitu jumlah gen yang diisolasi dan yang
sifat agronominya menarik masih sangat terbatas dan pengetahuan kita tentang regulasi
dari ekspresi gen masih terbatas, serta metode kultur jaringan untuk regenerasi tanaman
masih belum mencukupi.
Masalah lain yang kita hadapi adalah Hak Kekayaan Intelektual. Sebagai contoh
adalah gen interes seperti gen Bt dan metode transformasi seperti Agrobacterium tumefa-
ciens dan particle bombardment masih dimiliki dan dipatenkan oleh penemunya yang
rata-rata dari negara maju. Keterbatasan ini sementara bisa ditanggulangi dengan

16
memanfaatkan pihak fasilitator seperti Agricultural Biotechnology for Support Project
(ABSP) atau International Service of the Acquisition for Agribiotech Application
(ISAAA) untuk bisa memanfatkan gen-gen interes. Contoh program kerja sama yang
sudah berjalan baik dan suk-ses adalah program rekayasa genetik tanaman transgenik
tahan OPT seperti kentang Bt tahan PTM (potato tuber moth) oleh ABSP dan papaya
transgenik tahan penyakit virus ring-spot oleh ISAAA. Di samping itu, ada kendala lain,
yaitu peneliti kita masih belum memiliki kemampuan dalam mengisolasi gen dan
mensintesisnya secara kimia. Oleh karena itu, perlu adanyapeningkatan sumber daya
manusia, khususnya pembinaan tenaga usia muda dalam bidang kultur jaringan dengan
penekanan pada efisiensi regenerasi tanaman dan biologi molekuler khususnya teknik
isolasi, kloning, dan karakterisasi gen.

2.4.Dampak Tanaman Transgenik Bagi Kehidupan Manusia

Permasalahan dalam Pemanfaatan Tanaman Transgenik

Meskipun terlihat begitu besar memberikan manfaat dalam berbagai bidang kehidupan
manusia, produk teknologi DNA rekombinan (organisme transgenik beserta produk yang
dihasilkannya) telah memicu sejumlah perdebatan yang menarik sekaligus kontroversial
apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Kontroversi pemanfaatan produk rekayasa
genetika antara lain dapat dilihat dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.
1. Aspek social
a. Aspek agama, Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan
makanan dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk
agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka
meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum
vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani.
Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun
seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan mengundang kontroversi,
baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian
juga, xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning

17
stem cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai
bentuk pelanggaran terhadap norma agama
b. Aspek etika dan estetika, Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen
tertentu yang akan diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri
pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak
mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara
alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.
2. Aspek ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman
persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional.
Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh
lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan
kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami.
Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat
berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit
sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional. Di bidang
peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan
kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam
keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.
3. Aspek kesehatan
a. Potensi toksisitas bahan pangan
Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan
muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada
bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang
tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas
yang membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan
dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai
pada bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah
dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah ditemukan
kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan
pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko

18
yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil
metabolisme tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan
kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya
peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan
kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang
tinggi di dalam umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika
Serikat) yang resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu
karsinogen, yang tinggi.
b. Potensi menimbulkan gangguan kesehatan
WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia
baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya,
berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit
lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat
berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae.
Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan
spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat
mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat
diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO
untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks
dengan kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung
tangan dan kondom, dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika
Serikat pada tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat
pemakaian sarung tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan
penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus
percobaan yang diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan
dan imunodepresi. Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia,
yang diberi pakan jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil
kedelai tersebut diimpor dari negara-negara yang telah mengembangkan berbagai

19
tanaman transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut merupakan
tanaman transgenik.
4. Aspek lingkungan
a. Potensi erosi Plasma Nuftah, Penggunaan tembakau transgenik telah memupus
kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864.
Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman
erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang
mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat
menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga
dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat
musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten
pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat dipindahkan kepada gulma
milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada jarak hingga 60 m darinya. Daun
gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu raja
yang memakan daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten pestisida
tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian
organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi
eksistensi plasma nutfahnya.
b. Potensi pergeseran gen, Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap
serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat
mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman
tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena semula hanya
mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya.
Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan
perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.
c. Potensi pergeseran ekologi, Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran
ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau
garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah
menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi
organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal
sebagai gangguan adaptasi.

20
Tanaman transgenik dapat menghasilkan protease inhibitor di dalam sari bunga
sehingga lebah madu tidak dapat membedakan bau berbagai sari bunga. Hal ini akan
mengakibatkan gangguan ekosistem lebah madu di samping juga terjadi gangguan
terhadap madu yang diproduksi.
d. Potensi terbentuknya barrier spesies. Adanya mutasi pada mikroorganisme
transgenik menyebabkan terbentuknya barrier species yang memiliki kekhususan
tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah terbentuknya
superpatogenitas pada mikroorganisme.
e. Potensi mudah diserang penyakit. Tanaman transgenik di alam pada umumnya
mengalami kekalahan kompetisi dengan gulma liar yang memang telah lama
beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini
mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih
disukai oleh serangga.
Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap
herbisida akan mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya,
akan makin banyak cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman
tersebut. Dengan perkataan lain, terjadi peningkatan jumlah dan jenis
mikroorganisme yang menyerang tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman
transgenik tahan herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang lebih
banyak, yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi
lingkungan.
Beberapa kekhawatiran tersebut diantaranya:
1. Kekhawatiran bahwa tanaman transgenik menimbulkan keracunan
Masyarakat mengkhawatirkan bahwa produk transgenik berupa tanaman tahan serangga
yang mengandung gen Bt (Bacillus thuringiensis) yang berfungsi sebagai racun terhadap
serangga, juga akan berakibat racun pada manusia. Dalam artikel ini, kehawatiran ini
disanggah dengan pendapat bahwa gen Bt hanya dapat bekerja aktif dan bersifat racun jika
bertemu dengan reseptor dalam usus serangga dari golongan yang sesuai virulensinya.
2. Kekhawatiran terhadap kemungkinan alergi
Sekitar 1-2% orang dewasa dan 4-6% anak-anak mengalami alergi terhadap makanan.
Penyebab alergi (allergen) tersebut diantaranya brazil nut, crustacean, gandum, ikan,

21
kacang-kacangan, dan padi. Konsumsi produk makanan dari kedelai yang diintroduksi
dengan gen penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut, diduga menimbulkan alergi
terhadap manusia. Hal ini diketahui lewat pengujian skin prick test yang menunjukkan
bahwa kedelai transgenik tersebut memberikan hasil positif sebagai allergen. Dalam artikel
ini, penulis berpendapat bahwa alergi tersebut belum tentu disebabkan karena konsumsi
tanaman transgenik. Hal ini dikarenakan semua allergen merupakan protein sedangkan
semua protein belum tentu allergen. Allergenmemiliki sifat stabil dan membutuhkan waktu
yang lama untuk terurai dalam sistem pencernaan, sedangkan protein bersifat tidak stabil
dan mudah terurai oleh panas pada suhu >65 C sehingga jika dipanaskan tidak berfungsi
lagi.
Masyarakat tidak perlu bersikap anti terhadap teknologi, namun sebaiknya dapat menerima dengan
sikap kehati-hatian untuk menghindari resiko jangka panjang

a. Berubahnya urutan informasi genetik yang dimiliki, maka sifat organisme yang
bersangkutan juga berubah.
b. Bakteri hasil rekayasa yang lolos laboratorium atau pabrik yang dampaknya tidak dapat
diperkirakan.
c. Kemungkinan menimbulkan keracunan.
d. Kemungkinan menimbulkan alergi
e. Kemungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia dan tahan antibiotik.

22
2.5.TRANSGENIK HEWAN
Pengertian Bioteknologi Hewan

Bioteknologi hewan adalah bioteknologi yang mengunakan agen hayatinya berupa


hewan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi reproduksi
terus berkembang untuk meningkatkan konsistensi dan keamanan produk dari ternak yang
berharga secara genetik dan menyelamatkan spesies langka. Bioteknologi reproduksi juga
memudahkan antisipasi kemungkinan industri yang mengarah pada produk dengan sifat-sifat
genetik bernilai ekonomis seperti pertumbuhan jaringan otot, produk rendah lemak, dan
ketahanan terhadap penyakit.

Metode-metode bioteknologi pda hewan antara lain :

1. Transfer Embrio

2. Bayi Tabung

3. Kultur Sel Hewan

4. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)

5. Hewan transgenic

6. Kriopreservasi Embrio

7. Inseminasi Buatan dan Seksing Sperma

2.6. Hewan Transgenik

Hewan transgenik merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan sangat menarik
karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena biologi yang spesifik.
Sedangkan hewan transgenik menurut Federation of European Laboratory Animal Associations
adalah hewan dimana dengan sengaja telah dimodifikasi genome-nya, gen disusun dari suatu
organisme yang dapat mewarisi karakteristik tertentu. Dua alasan umum mengapa hewan
transgenic tetap diproduksi :

 Beberapa hewan transgenik diproduksi untuk mempunyai sifat ekonomis spesifik. Contoh,
ternak transgenic diciptakan untuk memproduksi susu yang mengandung protein khusus

23
manusia, dimana mungkin dapat membantu dalam perawatan penyakit emphysema pada
manusia (penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darah).
 Hewan transgenik lainnya diproduksi sebagai model penyakit (secara genetic hewan
dimanipulasi untuk menunjukkan gejala penyakit sehingga perawatan efektif dapat
dipelajari). Contoh, ilmuwan Harvard membuat terobosan besar secar ilmiah ketika mereka
diterima sebuah paten U.S. untuk keahlian tikus secara genetic, dimana tikus membawa
gen yang mengembangkan variasi kanker manusia.

Kemampuan untuk mengintroduksi gen-gen fungsional ke dalam hewan menjadi alat berharga
untuk memecah proses dan sistem biologi yang kompleks. Transgenik mengatasi kekurangan
praktek pembiakan satwa secara klasik yang membutuhkan waktu lama untuk modifikasi
genetik. Aplikasi hewan transgenik melingkupi berbagai disiplin ilmu dan area riset
diantaranya:

1. Basis genetik penyakit hewan dan manusia, disain dan pengetesan terapinya;
2. Resistensi penyakit pada hewan dan manusia;
3. Terapi gen Hewan transgenik merupakan model untuk pertumbuhan,
immunologis, neurologis, reproduksi dan kelainan darah);
4. Obat-obatan dan pengetesan produk;
5. Pengembangan produk baru melalui “molecular farming”

Introduksi gen ke dalam hewan atau mikroorganisme dapat merubah sifat dari hewan atau
organisme tersebut agar dapat menghasilkan produk tertentu yang diperlukan oleh manusia
seperti factor IX dan hemoglobin manusia.

a. Produksi peternakan
1) Ternak
Pemanfaatan teknologi transgenik memungkinkan diperolehnya ternak dengan
karakteristik unggul. Petani selalu menggunakan peternakannya yang selektif untuk
menghasilkan hewan yang sesuai dengan keinginan. Misalnya meningkatkan produksi
susu, meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Peternakan tradisional memakan waktu dan
sulit memenuhi permintaan. Ketika teknologi menggunakan biologi molekuler untuk
mengembangkan karakteristik hewan dengan waktu yang singkat dan tepat. Disamping
itu, transenik hewan menyediakan cara yang mudah untuk meningkatkan hasil.

24
2) Kualitas produksi
Sapi transgenik bisa memproduksi susu yang banyak dan rendah laktosa dan kolesterol,
babi dan unggas menghasilkan daging yang lebih banyak, dan domba yang memiliki wool
yang tebal. Di masa lampau, petani menggunakan hormone pertumbuhan untuk memacu
perkembangan hewan tetapi teknik ini bermasalah, khususnya sejak residu hormone
masih terkandung dalm produk.
3) Resistensi penyakit
Ilmuwan mencoba menghasilkan hewan yang resisten terhadap penyakit, seperti babi
yang resisten terhadap influenza, tetapi jumlah gen yang berperan masih terbatas
jumlahnya.

b. Aplikasi Kesehatan

1) Pasien yang meninggal tiap tahun


Karena butuh pengganti jantung, hati, atau ginjal. Contoh, sekitar 5000 organ
dibutuhkan tiap tahun di Inggris. Babi transgenic menyediakan transpalantasi organ
yang dibutuhkan untuk meredakan. Xenotransplantation adalah wadah yang
diproduksi oleh protein babi yang dapat menyebabkan alergi pada penerima donor,
tetapi bisa dihindarkan dengan mengganti protein babi dengan protein manusia.
2) Suplement nutrisi dan Obat-obatan
Produk seperti insulin, hormone pertumbuhan, factor anti penggumpalan darah
mungkin terkandung dalam susu sapi, kambing, dan domba transgenic. Penelitian
merupakan cara untuk menghasilkan susu melalui transgenesis untuk penyembuhan
penyakit seperti phenylketonuria (PKU), penyakit pembengkakan paru-paru yang
menurun, dan penyakit kista.

Contoh : Pada tahun 1997, sapi transgenic pertama kali, memproduksi yang kaya
akan protein 2,4 gr per liter. Susu sapi transgenic ini lebih bernutrisi daripada susu
sapi biasa. Susu ini dapat diberikan pada bayi atau dan orang dewasa dengan gizi
yang dibutuhkan dan mudah dicerna. Karena mengandung gen alpha-lactalbumin.

3) Terapi Gen Manusia


Terapi gen manusia meliputi penambahan copyan gen normal pada genome orang
yang memiliki gen yang tidak normal. Perlakuan tersebut berpotensi pada 5000

25
penyakit genetic yang besar dan hewan transgenic. Contoh, salah satu institute di
finladia memproduksi gen anak sapi mampu memacu pertumbuhan sel darah merah
di manusia (Margawati,2009).
c. Aplikasi industry
Pada tahun 2001, 2 ilmuwan di Canada menyambung gen laba-laba ke dalam sel
penghasil susu kambing. Kambing mulai menghasilkan strand seperti serabut sutra saat
pemerahan susu. Dengan mengekstrak polimer strand dari susu dan menenunnya menjadi
benang, kemudian ilmuwan membuatnya menjadi mengkilat, keras, dan fleksibel dan
diaplikasikan pada pembuatan kain, kasa steril, dan string raket tenis.
Hewan transgenic yang sensitive terhadap racun telah diproduksi untuk uji
keamanan kimia. Mikroorganisme telah dirancang untuk meproduksi varietas protein yang
dapat memproduksi enzim untuk mempercepat reaksi kimia pada industri.
d. Kualitas produk transgenic
Di masa yang akan datang hewan transgenik akan diproduksi dengan penyisipan gen pada
lokasi yang spesifik dalam genom. Teknik ini telah terbukti berhasil pada mencit tetapi masih
Iintensif diteliti pada hewan-hewan besar.

2.7.Contoh Hewan Transgenik


 BABI TRANSGENIK

Babi biasanya mengeluarkan kotoran yang


mengandung polusi, sehingga limbah air
yang dihasilkan membawa banyak
penyakit. Transgenik babi dilakukan agar
babi dapat menyerap fosfor sehingga
limbah air yang dihasilkan seperti air yang
lain.

26
 IKAN TRANSGENIK

Ikan transgenik memiliki sifat tumbuh


yang cepat. Hal tersebut diperoleh dari
gen yang baik yang diinsersikan pada
ikan lain.

 KAMBING TRANSGENIK

Kambing jantan dimasukkan gen laba-laba


(silk gene) kedalam tubuhnya. Apabila
kambing jantan tersebut dikawinkan, dan
menghasilkan kambing betina, maka anak
betina nya dapat menghasilkan silk gene. Susu
yang dihasilkan oleh kambing dengan silk gene
dapat dibuat pakaian anti peluru.

 DOMBA TRANSGENIK

Domba Tracy yang dihasilkan pada tahun 1997 dimasuki


alpha-1-antitrypsin (AAT) dapat digunakan untuk terapi
penyakit emphysema dan cystic fibrosis. AAT tersebut
terdapat pada susu, sehingga bagi penderita penyakit
tersebut hanya perlu meminum susu yang dihasilkan.

27
 SAPI PERAH TRANGENIK

Sapi perah transgenik dapat menghasilkan gen


dengan produksi casein lebih dari 13%. Produksi
susu dengan casein yang tinggi diharapkan dapat
digunakan untuk pembuatan keju dengan kualitas
yang lebih baik.

 PRIMATA TRANSGENIK

Primata transgenik pertama bernama Andi lahir


pada tahun 2000. Andi dapat bersinar (berpendar)
pada tempat gelap karena memiliki Gen Foregn
Phosphor (GFP).

 KELINCI TRANSGENIK

Kelinci hasil transgenik tahun 2000 yang bernama


Alba juga dapat berpendar karena memiliki
enhanced GFP (EGFP).

28
 Babi dan ikan juga dapat berpendar karena memiliki GFP.

2.8. Dampak Negatif Bioteknologi Hewan

Ada dua konsep yang berbeda tentang keselamatan hewan yang ada saat ini. Konsep yang
terbatas berfokus pada kesehatan biologis dari organisme yang diklon dan pada kualitas kejiwaan
dari hewan yang ditunjukkan akibat intervensi manusia dalam hidupnya. Konsep yang luas juga
mempertimbangkan mengenai kesempatan hewan untuk menunjukkan spesifikasi jenis spesies
yang alami. Kedua perspektif ini menjadi dasar dari perdebatan tentang keselamatan hewan, resiko
yang dapat ditimbulkan dan juga segi etikanya.

a) Konsep terbatas
Konsep terbatas terbagi menjadi dua yaitu tentang sisi etika dan kejiwaan dari hewan dan
tentang kesehatan fisiologis dan biologis dari hewan. Sisi etika dan kejiwaan hingga saat
ini masih menjadi perdebatan karena tidak terdapat metode untuk mengukur kejiwaan
dari hewan. Sehingga umumnya banya dibahas mengenai efek kesehatan fisik dan
biologis hewan.
Hal ini seringkali menyebabkan berbagai masalah yang berkaitan dengan keselamatan
hewan. Masalah yang umunya terjadi adalah kehamilan yang terlambat atau terlalu dini,
kematian saat kelahiran, jarak kematian setelah kelahiran yang singkat, masa hidup yang
singkat, obesitas dan berbagai macam cacat tubuh.

29
b) Konsep luas
Konsep luas juga mencakup permasalahan pada kesehatan hewan tetapi juga
mempertimbangkan kealamian dari hewan dan sisi etika terhadap hewan. Bioteknologi
pada hewan dapat menimbulkan efek negatif terutama pada kehidupan alamiah hewan.
Proses kloning dan rekayasa ataupun in vitro menyebabkan hewan tidak dapat hidup
secara alami pada habitatnya. Fokus masalah umunya terdapat pada proses perkawinan
hewan yang tidak lagi terjadi secara alami. Hal ini melanggar kode etik terhadap hewan.
Selain itu, proses perkawinan yang direkayasa oleh manusia dapat menghilangkan
spesies-spesies alami. Efek tersebut dapat menyebabkan kepunahan terhadap spesies-
spesies hewan tertentu.
Bioteknologi pada hewan juga dapat menggangu keseimbangan ekosistem lingkungan
dan juga sistem rantai makanan. Selain itu, hewan hasil rekayasa atau kloning kehilangan
integritasnya sebagai hewan. Integritas yang dimaksud yaitu hak untuk hidup secara
alami yang tidak diperoleh hewan hasil klon atau rekayasa. Hal ini dikarenakan hewan
hasil bioteknologi tidak memiliki kesempatan untuk hidup seperti hewan lainnya,
contohnya: hidup di laboratorium, makanan diatur ilmuan, proses perkawinan yang
direkayasa, dsb.
c) Resiko pada kesehatan manusia
Produk pangan hewani hasil bioteknologi menjadi perdebatan dalam kalangan
masyarakat. Konsumsi produk hewani hasil bioteknologi dapat menyebabkan alergi pada
manusia. Selain itu juga diperkirakan dapat mengubah susunan genetik manusia apabila
gen yang direkayasa tersebut menyisip pada gen manusia. Penyisipan gen ini dapat
menyebabkan berbagai macam efek mutasi pada fisik manusia, salah satu contohnya
adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang dikenal dengan kanker. Dampak lain dari
mutasi adalah cacat lahir pada keturunan berikutnya yang disebabkan karena gen yang
menyisip juga diturunkan ke bayi dan diekspresikan
d) Resiko pada lingkungan dan sosio ekonomi
Resiko bioteknologi hewan terhadap lingkungan yaitu menggangu keseimbangan alam.
Resiko utama adalah kepunahan dari jenis hewan alami, hal ini dikarenakan manusia
terus mengembangbiakkan hewan hasil rekayasa sehingga hewan alaminya mulai
tersisihkan kemudian punah. Keseimbangan alam lain yang terganggu adalah rantai

30
makanan dan seleksi alam, di mana yang dapat bertahan hidup hanya hewan hasil
rekayasa. Hewan hasil rekayasa bioteknologi yang dilepaskan ke alam bebas juga
diperkirakan dapat menyebabkan mutasi alam, terutama apabila gen yang disisipkan
dapat berpindah kepada organisme lainnya. Mutasi alam berdampak dengan:
menurunkan gen pada keturunan berikutnya, menyebabkan ukuran hewan abnormal, dan
menyebabkan jumlah hewan kuat yang berlebihan sehingga timbul dominasi di alam.
Rekayasa yang terus berkembang juga dapat menyebabkan keseragaman genetik pada
ekosistem yang menyebabkan alam kehilangan keberagamannya.

Resiko bioteknologi hewan pada sosio ekonomi berupa adanya keseragaman genetik.
Umumnya variasi akan hewan pangan dalam hal jenis dan ukuran akan menyebabkan variasi
harga yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Apabila ada keseragaman genetik, maka harga
hewan pangan akan menjadi sama sehingga terjadi penurunan ekonomi. Perusahaan pangan
yang menggunakan produk bioteknologi akan makin berkembang sedangkan yang tidak akan
merugi.

Dampak lain juga terdapat pada bidang sosial dan politik. Akan terjadi kesenjangan sosial
antara negara yang maju dan menggunakan pangan transgenik dan negara berkembang. Hal ini
juga akan memicu ketergantungan pangan oleh negara berkembang terhadap negara maju.
Secara politik, ketergantungan ini dapat merugikan negara-negara berkembang. Masalah sosial-
politik ini dapat memicu kembali masalah negara barat dan negara timur.

31
BAB III
PENUTUP
3.1..KESIMPULAN
1. Transformasi genetik merupakan perpindahan gen asing yang diisolasi dari tanaman, virus,
bakteri atupun hewan kedalam sel target baru (genom baru). Keberhasilan transformasi
genetik terletak pada kemampuan sel target untuk berkembang menjadi tanaman yang utuh,
fertil, dan dapat mengekspresikan gen baru hasil insersi. Sebagai indikator untuk
mengetahu
2. Rahman, A.Z., et all (2010) mampu memproduksi padi varietas Indica rice Cv. MR 81
dengan memanfaatkan metode transformasi dengan particle bombardment system. Setelah
diseleksi resisten terhadap hygromycyn ataupun positif GUS. GUS merupakan gen yang
mengontrol cauliflower mosaic virus (CaMV) 35S promoter, sedangkan hph merupakan
gen yang resisten terhadap hygromycyn B.
3. Penelitian rekayasa genetik untuk merakit tanaman transgenik tidak semudah yang
dibayangkan oleh sementara orang, karena disamping memerlukan biaya besar, peralatan
laboratorium yang modern, juga sumber daya manusia yang tangguh dan handal.i tanaman
transgenik yang dihasilkan merupakan tanaman transgenik dengan bantuan bahan kimia
yang berfungsi sebagai penyeleksi antara tanaman transgenik dan non transgenik. Sifat dari
bahan kimia tersebut bersifat sebagai toksin, dimana tumbuhan non transgenik dalam arti
tidak mengalami transformasi atau non transforman akan terhambat pertumbuhannya dan
akan mati. Pemilihan bahan kimia tersebut disesuaikan dengan tujuan kita untuk
menghsilkan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida atau apapun.
4. Bioteknologi hewan adalah bioteknologi yang mengunakan agen hayatinya berupa hewan.
TE (transfer embrio) merupakan teknologi yang memungkinkan induk betina unggul
memproduksi anak dalam jumlah banyak tanpa harus bunting dan melahirkan. Bayi tabung,
sel telur yang berada di dalam ovarium betina berkualitas unggul sesaat setelah mati dapat
diproses in vitro di luar tubuh sampai tahap embrional. Kultur sel hewan adalah sisitem
menumbuhkan sel manusia maupun hewan untuk tujuan memproduksi metabolit tertentu.
Pada saat sekarang aplikasi dari system ini banyak digunakan untuk menghasilkan untuk
menghasilkan produk-produk farmasi dan kit diagnostik dengan kebanyakan jenis produk
berupa molekul protein kompleks. Hewan transgenik merupakan satu alat riset biologi

32
yang potensial dan sangat menarik karena menjadi model yang unik untuk mengungkap
fenomena biologi yang spesifik. Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon
pertumbuhan hewan yaitu BST (Bovine Somatotrophin). Kriopreservasi merupakan suatu
proses penghentian sementara kegiatan metabolism sel tanpa mematikan sel dimana proses
hidup dapat berlanjut setelah kriopreservasi dihentikan. Dampak bioteknologi hewan
adalah Konsep yang terbatas berfokus pada kesehatan biologis dan Konsep yang luas juga
mempertimbangkan mengenai kesempatan hewan untuk menunjukkan spesifikasi jenis
spesies yang alami.

33
DAFTAR PUSTAKA

Alexander N. Glazer, Hiroshi Nikaidō (2007). Microbial biotechnology: fundamentals of applied


microbiology. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-84210-5.Page.210-211

Jay D. Gralla, Preston Gralla (2004). Complete idiot's guide to understanding cloning.
Alpha. ISBN 978-1-59257-148-2.Page.274-276
Karmana, Waya. 2009. Adopsi Tanaman Transgenik dan Beberapa Aspek Pertimbangannya.
GaneÇ Swara. 3 (2): 12-20. [Online]. Tersedia :http://unmasmataram.ac.id/wp/wp-
content/uploads/3.-I-Wayan-Karmana2.pdf (Diakses pada 24 April 2014).

Michael R. Cummings (2008). Human heredity: principles & issues. Brooks Cole.ISBN 978-0-
495-55445-5.Page.333-336

Neal Stewart, Jr, Harold A. Richards, Matthew D. Halfhill (2005). Transgenic Plants and
Biosafety: Science, Misconceptions and Public Perceptions.

Rajiv Tyagi, P.R. Yadav (2008). Biotechnology of Plant Tissue. Educa Books. ISBN 978-81-
8356-073-3.Page.202-204

34

Anda mungkin juga menyukai