Anda di halaman 1dari 19

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniannya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas E-BOOK ini dapat selesai . Kami mengucapkan terimakasih
juga kepada Dr. Syahmi Edi,M.Si. serta seluruh dukungan serta kesempatan yang diberikan sehingga e-
book ini dapat terselesaikan. Adapun yang menjadi judul E-Book ini adalah “Variasi Somaklonal”.
Tujuan kami menyelesaikan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Kultur Jaringan”.
Kami menyadari bahwa tugas yang kami selesaikan ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun dari segi materi yang dituangkan

Sebagai penyusun kami menyadari sepenuhnya bahwa mungkin terdapat kesalahan dalam
penulisannya. Oleh karena itu kami siap menerima segala saran dan kritik membangun dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki tulisan ini sebagaimana mestinya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan respon positif pada e-book yang kami
susun ini.

MEDAN,22 November,2022

Kelompok 3

Program Studi Biologi

Universitas Negeri Medan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….1

1.1 Pengertian Somaklonal ………………………………………………………………………….1.1


1.2 Tujuan…………………………………………………………………………………………….1.2
1.3 Manfaat…………………………………………………………………………………………...1.3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………2

Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi Keragaman somaklonal…………………………...2.1

A. Pengertian Somaklonal

B. Faktor Yang Mempengaruhi Keragaman Somaklonal

2.2 Pembagian Kelompok Variasi Genetik Tanaman (Variasi Somaklonal)……………………3

2.3 Teknik Mendapatkan Somaklonal……………………………………………………………..6

2.4 Kendala Dan Prospek Somaklonal……………………………………………………………..11

2.5 Pemanfaatan dan Penerapan Keanekaragaman Somaklonal………………………………..12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………….15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN SOMAKLONAL

Variasi somaklonal adalah variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan atau
kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang terjadi pada tanaman yang diregenerasikan dari sel
yang tidak berdifferensiasi protoplas, kalus ataupun jaringan. Variasi genetik ini akan diekspresikan
pada tanaman regeneran dalam bentuk karakter – karakter varian. Variasi ini merupakan manifestasi
mutasi dan akan diturunkan kepada keturunannya melalui perbanyakan vegetatif ataupun generatif.

Keragaman somaklonal dapat ditimbulkan dengan pemberian mutagen baik fisik maupun kimia,
mutagen yang diberikan pada kalus akan membentuk mutasi parsial atau mutan chimeric sedangkan
mutagen yang diberikan pada eksplan akan membentuk mutasi utuh atau solid mutan. Ada tiga cara
untuk mendapatkan tanaman somaklonal, yaitu:

1. Regenerasi langsung

2. Kultur sel tunggal

3. Kultur protoplasma

1.2 TUJUAN

 Untuk mengetahui pemanfaatan dan penerapan keragaman somaklonal


 Untuk mengetahui beberapa contoh hasil pemanfaatan variasi somaklonal sebagai tanaman
unggul baru

1.3 MANFAAT

 Mahasiswa dapat Mengetahui Bagaimana Teknik dari Variasi Somaklonal


 Mahasiswa dapat Memahami lagi bagaimana Variasi dari Somaklonal
 Mahasiswa dapat Mengerti apa saja kendala dan prospek variasi somaklonal
 Mahasiswa dapat membagi kelompok variasi somaklonal

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERAGAMAN SOMAKLONAL

A. Pengertian Somaklonal

Variasi somaklonal adalah variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan atau
kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang terjadi pada tanaman yang diregenerasikan dari sel
yang tidak berdiffrensiasi protoplas, kalus ataupun jaringan.

Variasi somaklonal juga merupakan sarana alternatif dalam pemuliaan tanaman untuk
menciptakan varietas baru yang resisten terhadap penyakit, herbisida, toleran terhadap kondisi
lingkungan ekstrim seperti kekeringan, pH rendah dan memperbaiki kualitas hasil.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Keragaman Somaklonal

1. Komposisi zat kimia yang digunakan dalam media, zat kimia tertentu digunakan untuk
menginduksi variasi somaklonal, misalnya : Kolkhisin, Asenapthen, dan lain lain.
2. Lamanya fase pertumbuhan kalus. Sub kultur yang berulang - ulang dapat menyebabkan
terjadinya mutasi.
3. Zat pengatur tumbuh yang dipakai. ZPT tertentu dapat menginduksi terjadinya variasi
somaklonal.
4. Tipe kultur yang digunakan atau sistem kultur (kultur kalus, suspensi sel, kultur protoplas)
5. Genotif induk (homozigot atau heterozigot) dapat memungkinkan terjadinya benang -
benang kromosom yang abnormal.
6. Sumber eksplan.: Eksplan merupakan potongan tanaman yang diisolasi untuk inisiasi kultur
jaringan.

C. Faktor yang Mempengaruhi Keragaman Somaklonal

Faktor – faktor yang mempengaruhi munculnya keragaman somaklonal adalah (Jacobsen, 1987 ;
Peloquin 1981) yaitu :

1. Komposisi zat kimia yang digunakan dalam media, zat kimia tertentu digunakan untuk menginduksi
variasi somaklonal, misalnya : Kolkhisin, Asenapthen, dan lain – lain.

2. Lamanya fase pertumbuhan kalus. Sub kultur yang berulang – ulang dapat menyebabkan terjadinya
mutasi.

2
3. Zat pengatur tumbuh yang dipakai. Zat Pengatur Tumbuh tertentu dapat menginduksi terjadinya
variasi somaklonal.

4. Tipe kultur yang digunakan atau sistem kultur (kultur kalus, suspensi sel, kultur protplas). Atau
jumlah perlakuan sub kultur yang berulang – ulang. Nursandi (2006), mendapatkan variasi somaklonal
pada tanaman nenas dengan perlakuan sub kultur yang berulang pada kultur in vitro dan pengatur ZPT
BAP dan TDZ, setelah ditanam dilapang, perubahan tersebut menetap.

5. Genotif induk (homozigot atau heterozigot) dapat memungkinkan terjadinya benang – benang
kromosom yang abnormal.

6. Perlakuan fisik lainnya (dengan cara buatan) seperti radiasi sinar gamma, beta, alpa, melukai, tumor,
dan lainnya. Penelitian telah dilakukan yaitu: Peningkatan variasi genetik tanaman manggis dengan
induksi radiasi sian gamma (Harahap, 2003; Harahap 2005a; Harahap 2005b), Induksi Variasi Genetik
Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Radiasi Sinar Gamma, yang meliputi respon
pertumbuhan, perubahan morfologi, perubahan histologi, analisis perubahan genetik dengan marka
isoenzim (Harahap, 2005a; Harahap, 2006b; Harahap, 2006c; Harahap 2006)

7. Sumber eksplan : Keragaman pada eksplan dapat disebabkan adanya sel – sel yang bermuatan atau
adanya polisomik dari jaringan tertentu. Contohnya: jika sumber eksplan yang digunakan adalah daun,
dimana daun telah tersusun dari berbagai jaringan, jadi sumber selnya juga sudah heterogen, dan jika
proses endomitosis terjadi, maka kemungkinan terjadi kelipatan ploidi sangat besar. Keragaman genetik
yang terjadi di dalam kultur jaringan disebabkan oleh penggandaan jumlah kromosom (fusi,
endomitosis), perubahan stuktur kromosom (pindah silang), perubahan gen dan perubahan pada
sitoplasma.

2.2 PEMBAGIAN KELOMPOK GENETIK TANAMAN (VARIASI SOMAKLONAL

Pembagian kelompok variasi genetik tanaman (variasi somaklonal) berdasarkan asal keragaman yaitu :

1. Perubahan jumlah kromosom (Gross carypotic changes), contoh : aneuploid dan euploid (poliploid).
Telah banyak dipelajari pada tanaman kentang, tebu, sorgum, pelargonium, tembakau. Harahap (1995),
mendapatkan peningkatan kelipatan jumlah kromosom akar, kadar protein biji, dan perubahan
morfologi tanaman kacang hijau dengan perlakuan kolkhisin. Juga ditemukan kelainan – kelainan seperti
sel yang mempunyai

2. 2 inti, inti yang sangat membesar, daun yang jumlahnya mengalami penambahan. Penelitian juga
dilakukan pada akar tanaman bawang merah yang mengalami kelipatan jumlah akibat perlakuan
3
kolkhisin (Harahap, 1998), perubahan struktur anatomi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) hasil
perlakuan kolkhisin (Harahap, 2000). 2. Perubahan struktur dan susunan kromosom (Caryoptic changes
associated with chromosome rearrangement). Pada umumnya terjadi pada kultur sel, seperti delesi,
inverse dan translokasi.

3. Pindah silang somatik. Radio isotop disinyalir meningkatkan terjadinya proses pindah silang di dalam sel.

4. Trasnsposon (Transport element). Karena adanya elemen loncat ini, maka utas DNA dapat pindah dari
satu lokus ke lokus gen lainnya, sehingga dapat menyebabkan delesi, inversi.

5. Penambahan dan pengurangan produk gen. Telah banyak diungkapkan bahwa gen yang spesifik dapat
bertambah selama proses differensiasi sebagai respon terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan.

6. Pembebasan terhadap virus. Dengan teknik kultur meristem dan dipadu dengan menginduksi variasi
somaklonalnya, maka beberapa tanaman bebas virus telah didapat

a. Regenerasi Langsung

Regenerasi langsung adalah menumbuhkan potongan bagian tanaman , regenerasi langsung


terdiri dari 2 bagian yaitu organogenesis dan somatic embryogenesis

b. Organogenesis

Organogenesis bersifat unipolar di mana ada hubungan jaringan antara eksplan pohon induk
dengan organ yang terdiferensiasi. Ada tiga proses dasar pada tipe regenerasi organogenesis, yaitu:
pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi. Sementara itu terdapat tiga tahap utama dalam
organogenesis yaitu:

1. Pengkulturan. Pada tahap pengkulturan dikenal 5 macam tipe kultur yaitu kultur mesistem apeks,
mata tunas, dan kultur tunas terminal (untuk multiplikasi tunas), kultur batang satu buku (untuk
multiplikasi tunas dan tunas adventif tidak langsung melalui kalus) dan kultur jaringan vegetatif
baik dari daun maupun batang (untuk tunas adventif langsung maupun tidak langsung).
2. Perakaran.
3. Pembentukan plantlet.

c. Somatik Embriogenesis

Tipe regenerasi somatik embriogenesis (SE) merupakan proses sel somatik (haploid & diploid
berkembang membentuk tumbuhan baru melalui rangkaian tahapan perkembangan embrio yang spesifik
(menyerupai embrio zigotik) tanpa fusi gamet. Keuntungan regenerasi melalui SE adalah jumlah bibit
banyak, mendukung program perbaikan, tanaman lebih cepat, kepastian hasil tinggi. Faktor-faktor yang

4
berpengaruh pada regenerasi melalui SE adalah tipe eksplan, formulasi media, faktor lingkungan,
genotip dan kondisi fisiologis pohon induk.

Keberhasilan pengunaan teknik SE sangat ditentukan dengan jenis tanaman yang digunakan
apakah merupakan tanaman semusim berdinding lunak atau tanaman tahunan berkayu; tanaman dikotil
atau monokotil; tanaman Leguminosae atau Gymnospermae; dan rekalsitran atau tidak. Diantara

berbagai jenis tanaman tersebut tanaman tahunan berkayu, monokotil dan rekalsitran merupakan jenis
tanaman yang paling sulit regenerasinya.

d. Kultur Sel Tunggal

Kultur sel tunggal adalah metode menumbuhkan sel tunggal yang terisolasi secara aseptik pada
media nutrisi dalam kondisi terkendali. Kultur sel merupakan metode memperbanyak spesies dengan
memanfaatkan sel. Prinsip dasar kultur sel tunggal adalah dengan mengisolasi sejumlah besar sel hidup
yang utuh dan melakukan kultur pada media nutrisi yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang diperlukan.Sel tunggal dapat diisolasi dari berbagai jaringan dan organ tanaman hijau serta dari
jaringan kalus dan suspensi sel. Sel tunggal dari jaringan tanaman yang utuh bisa didapatkan dari bagian
daun, batang, cladode akar, dll. Proses isolasi dilakukan baik secara mekanis maupun secara enzimatik.

e. Isolasi Secara Mekanis


Isolasi mekanis adalah pemisahan sel yang dilakukan dengan cara merobek atau memotong
permukaan eksplan yang disterilkan untuk mengekspos sel diikuti dengan pengikisan sel dengan pisau
bedah halus untuk membebaskan sel tunggal dengan harapan bahwa sel tersebut tidak rusak dan layak
untuk kultur sel.Tetapi sangat sedikit sel hidup yang dapat diperoleh dibanding banyak waktu dan usaha
yang dilakukan. Penggilingan halus dari permukaan yang disterilkan, eksplan dalam alu-mortar yang
disterilkan diikuti dengan membersihkan sel dengan penyaringan. Sentrifugasi sekarang banyak
digunakan untuk isolasi mekanis skala besar dari sel-sel yang layak untuk kultur sel.

f. Isolasi Secara Enzimatik

Cara yang jauh lebih efisien untuk mengisolasi sel dalam skala besar adalah dengan melarutkan
bahan semen antar sel, yaitu pektin. Dengan perlakuan pektinase atau makerozim.Enzim ini memaserasi
jaringan tempat sejumlah besar sel variabel dapat diperoleh untuk kultur sel. Ciri khusus isolasi sel
secara enzimatik adalah memungkinkan untuk mendapatkan preparasi murni sel-sel yang hidup dengan

5
lebih sedikit usaha dan waktu.Sel tunggal secara tradisional diisolasi dari jaringan kalus yang rapuh dan
kultur suspensi sel. Secara mekanis, sel-sel tunggal secara hati-hati diisolasi dari suspensi sel atau kalus
yang rapuh dengan jarum atau kapiler kaca halus. Atau, jaringan gembur dipindahkan ke media cair dan
media terus diaduk oleh pengocok.Agitasi media cair memecah dan mengeluarkan sel tunggal dan
gumpalan sel dalam medium tersebut. Akibatnya, akan terjadi suspensi sel. Suspensi sel pertama-tama
disaring untuk menghilangkan gumpalan sel dan filtrat kemudian disentrifugasi untuk mengumpulkan
sel-sel tunggal dari pellet

g. Kultur Protoplas

Fusi protoplas adalah salah satu metode persilangan atau hibridisasi tanaman dengan
memanfaatkan rekayasa genetika konvensional. Protoplas adalah sel tanaman tanpa bagian dinding sel
Teknik fusi protoplas dapat digunakan untuk mencampur sifat genetik dari spesies tanaman yang sama
ataupun dari spesies yang berbeda.Selain itu, teknik ini menguntungkan untuk diterapkan dalam
persilangan tanaman steril ataupun tanaman dengan siklus hidup yang panjang.Untuk menginduksi atau
mendukung terjadinya fusi protoplas dapat dilakukan dengan pemakaian senyawa kimia seperti
polietilen glikol (PEG) ataupun penggunaan arus listrik untuk membantu fusi (elektrofusi). Ketika dua
protoplas bersatu, dapat terjadi pemisahana atau penggabungan dua inti sel (nukleus) sehingga
menghasilkan tanaman dengan sifat baru hasil pencampuran kedua tetua. Apabila salah satu inti sel
hilang selama terjadinya fusi maka akan dihasilkan sel baru yang disebut sitoplasmik hibrid (cybrid).

2.3 TEKNIK MENDAPATKAN SOMAKLONAL

Perbanyakan tanaman secara in vitro secara teoritis akan menghasilkan tanaman-tanaman yang
secara genetis seragam karena tanaman in vitro berkembang hanya melalui pembelahan sel secara
mitotik. Meskipun demikian banyak bukti menunjukkan bahwa dalam populasi tanaman yang dihasilkan
secara in vitro, yaitu melalui kultur kalus, kultur sel, embriogenesis dari kultur dan embriogenesis
somatik tidak langsung, terjadi variasi fenotipik dan ketidakstabilan kromo- som. Larkın dan Scowcroft
pada tahun 1981 menamakan variasi yang muncul dalam populasi tanaman hasil regenerasi in vitro
tersbut sebagai variasi somaklonal. Sebaliknya, pada tanaman yang berasal darı kultur meristem tidak
terjadi variasi semacam itu sehingga sistem kultur meristem banyak digunakan untuk propagasi klonal.

Variasi somaklonal disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

(1) organisasi sel yang digunakan sebagai sumber eksplan,


6
(2) variasi pada jaringan sebagai sumber eksplan,

(3) abnormalitas pembelahan sel secara in vitro.

Organisasi sel mempunyai peranan penting dalam hal pemunculan variasi somaklonal. Telah
diketahui bahwa hanya meristem yang dapat menghasilkan plantlet yang stabil secara genetis,
sedangkan perbanyakan melalui kalus meningkatkan kemungkinan terjadinya variasi somaklonal.
Variasi yang terdapat pada sumber eksplan juga mempengaruhi pemunculan variasi somaklonal.
Eksplan yang berasal dari sumber yang berbeda mempunyai variasi inheren sehingga dapat muncul
sebagai variasi somaklonal. Dalam kultur in vitro terjadi pembelahan sel berulang-ulang yang
dipengaruhi oleh zat pengatur pertumbuhan. Kombinasi yang tidak tepat dalam penggunaan zat pengatur

pertumbuhan dapat menyebabkan terjadinya abnormalitas dalam pembelahan sel yang dapat muncul
dalam bentuk perubahan jumlah dan struktur kromosom. Selain faktor tumbuh, suhu, cahaya,
osmolaritas juga mempengaruhi siklus sel in vitro. Pengendahan yang tidak tepat terhadap siklus sel ini
dapat menyebabkan munculnya variasi somaklona

A. Teknik Kultur In vitro Tanaman


Teknik budidaya tanaman dengan menggunakan metode kon- vensional dalam medium
tanah atau pasir seringkali menghadapi kendala teknis, lingkungan maupun waktu. Sebagai
contoh, perba- nyakan tanaman dengan menggunakan biji memerlukan waktu yang relatif lama
dan seringkali hasilnya tidak seperti tanaman induknya. Kendala lain yang juga sering muncul
adalah gangguan alam, baik yang disebabkan oleh jasad hidup, misalnya hama dan penyakit,
maupun cekaman lingkungan yang dapat mengganggu keberhasilan perbanyakan tanaman di
lapangan. Kebutuhan akan bibit tanaman dalam jumlah besar, berkualitas, bebas hama dan
penyakit serta harus tersedia dalam waktu singkat seringkali tidak dapat dipenuhi dengan
menggunakan metode konvensional baik secara generatif maupun vegetatif.

B. Beberapa Aplikasi Teknil Kultur In vitro Tanaman


Kultur in vitro tanaman mempunyai potensi sangat besar dalam program pemuliaan tanaman
serta penyediaan benih dan bibit ber- kualitas. Dalam aplikasi yang lebih mutakhir, teknik kultur in vitro
merupakan dasar yang sangat penting dalam pengembangan tanaman transgenik. Selain itu, teknikkultur
sel tanaman dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai metabolit sekunder. Beberapa aplikasi
lain yang dapat dikembangkan dari teknik kultur in vitro tanaman antara lain adalah (1) biji/benih
sintetik, (2) embryo rescue.Teknik induksi embriogenesis somatik dapat dikembangkan lebih lanjut

7
untuk menghasilkan biji sintetik atau biji artifisial. Biji sintetik atau artifisial (synthetic seed) adalah biji
yang dihasilkan danı embrio somatik yang kemudian dibungkus (encapsulated) dengan bahan tertentu,

misalnya agarose, sodium alginat, polioksietilen. Ada empat tipe biji sintetik berdasarkan atas
embrio dan proses pembungkusannya, yaitu:

1. Tidak dibungkus, embrio somatik yang dikeringkan, misalnya untuk orchard grass.
2. Dibungkus, embrio somatik dikeringkan, misalnya wortel.
3. Dibungkus, somatik embrio dihidrasi, misalnya alfalfa.
4. Tidak dibungkus, embrio dihidrasi, misalnya wortel.

C. Aplikasi Kultur In Vitro Pada Pemuliaan Tanaman


Kultur in-vitro pada tanaman merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan
tanaman di tingkat laboratorium, misalnya kultur embrio, kultur ovarium atau ovula, kultur
antera dan mikrospora, penyerbukan in-vitro, kultur organ, kultur meristem apikal pucuk,
embriogenesis somatik, organogenesis, peningkatan tunas ketiak, kultur kalus, mutagenesis in-
vitro, kultur isolasi protoplas dan fusi, mikrografting, pembungaan in-vitro, transformasi genetik
dsb. Teknologi kultur in-vitro saat ini digunakan di tiga bidang utama termasuk perbanyakan
tanaman secara klonal, produksi perbanyakan tanaman bebas penyakit, dan produksi metabolit
sekunder tanaman untuk keperluan industri dan medis. Penyerbukan in-vitro atau kultur embrio
Kultur embrio adalah isolasi dan pertumbuhan steril dari embrio yang belum matang atau matang
secara in-vitro, dengan tujuan untuk mendapatkan tanaman yang baik Dalam pemuliaan
tanaman, kultur embrio telah menjadi alat yang berharga, terutama untuk transfer gen tahan
penyakit dari kerabat liar ke tanaman. Kultur embrio telah digunakan untuk menyelamatkan
tanaman hibrida dari persilangan antara kekerabatan yang jauh, yang seringkali gagal
menghasilkan benih yang layak dan dewasa. Dalam kasus ini, jaringan embrio yang belum
matang dapat dikeluarkan dari benih yang sedang berkembang dan dibudidayakan di
laboratorium untuk menghasilkan tanaman hibrida.Kultur embrio memungkinkan pemulia
tanaman berhasil melakukan persilangan kerabat jauh dengan melibatkan lebih banyak spesies
tanaman liar terkait dan memiliki akses ke rentang gen yang lebih luas yang dapat digunakan
untuk perbaikan genetik tanaman . Kultur embrio dalam pemuliaan tanaman digunakan untuk
menciptakan tanaman yang lebih baik.

8
Teknik kultur embrio ini dapat digunakan untuk menghasilkan kultur sel tanaman, pemuliaan tanaman
secara komersial. Penambangan metode kultur embrio ini dalam pemuliaan tanaman dapat
dimanfaatkan antara lain untuk:

1. Mengatasi aborsi embrio akibat hambatan ketidakcocokan (incompatibility)


2. Mengatasi dormansi benih dan kemandulan benih
3. Penyelamatan embrio dalam hibridisasi kerabat jauh (interspesifik atau antar generasi) di mana
4. perkembangan endosperma tidak sempurna
5. Memperpendek siklus perkembangbiakan

D. Haploid ganda

Teknik kultur in-vitro juga dapat digunakan untuk menghasilkan tanaman haploid ganda, seperti
yang diperoleh pada tanaman gandum. Haploid ganda terbentuk ketika sel haploid mengalami
penggandaan kromosom. Sel haploid diproduksi dari serbuk sari atau sel telur, kemudian dengan
penggadaan kromosom yang diinduksi atau spontan, sel haploid akan mengganda dan dapat tumbuh
menjadi tanaman haploid ganda. Produksi tanaman haploid ganda (double haploid) merupakan suatu
kemajuan penting pada pemuliaan gandum, hal ini disebabkan karena dapat mempersingkat waktu yang
diperlukan oleh pemulia tanaman berkurang. Disamping itu, tanaman homozigositas lengkap dari galur
haploid ganda serta identifikasi genotipe unggul menjadi lebih mudah. Tujuan kultur haploid ganda
dalam pemuliaan tanaman antara lain adalah untuk:

1. Pelepasan Varietas Baru melalui Sistem F1 Ganda-haploid


2. Pemilihan Mutan yang Tahan Penyakit
3. Mengembangkan tanaman secara aseksual
4. Transfer gen asing yang diinginkan

E. Embriogenesis Somatik

Istilah embriogenesis somatik mengacu pada proses ketika sel tunggal atau sekelompok kecil sel
mengikuti jalur perkembangan yang mengarah ke regenerasi dan dapat direproduksi dari embrio non-
zigotik serta mampu menghasilkan tanaman lengkap. Embrio non-zigotik ini dapat berasal langsung dari
organ lain atau embrio partenogenetik (tanpa pembuahan) atau embrio androgenetik (dari ametofit
jantan). Karena embrio dikembangkan bukan dari proses pembuahan normal, mereka secara genetik
identik dengan jaringan induknya sehingga dikategorikan sebagai klon. Secara umum embriogenesis
somatik dibedakan menjadi dua: embriogenesis langsung (direct embryogenesis) dan embriogenesis
tidak langsung (indirect embryogenesis)

9
a. Embriogenesis Langsung menunjukkan bahwa embrio secara langsung terbentuk dari
eksplan tanpa pembentukan kalus dari beberapa sel yang disebut 'Pre-Embryonic
Determined Cells, PEDC. Sel-sel tersebut sebagian besar ditemukan pada jaringan
embrionik, jaringan tertentu dari tanaman muda yang in vitro, hipokotil, nuselus, kantung
embrio, dll. ditanam secara
b. Embriogenesis Tidak Langsung menunjukkan bahwa embrio berkembang melalui
proliferasi sel yaitu pembentukan kalus. Sel-sel yang memunculkan embrio ini disebut
'Induced Embryogenic Determined Cells, IEDC'. Zat pengatur tumbuh diperlukan untuk
inisiasi kalus dan kemudian mengarahkan sel-sel tersebut untuk berkembang menjadi
embrio.

Keunggulan embriogenisasi somatik dibandingkan dengan embrio zigotik di antaranya adalah:

a. Lebih bermanfaat dibandingkan organogenesis. Produksi massal embrio adventif dalam


kultur sel masih dianggap sebagai sistem propagasi yang ideal. Embrio adventif adalah
struktur bipolar yang berkembang langsung menjadi plantlet lengkap sehingga tidak perlu
untuk ada pemisahan fase pengakaran yang terpisah seperti pada kultur tunas.
b. Propagasi dengan skala lebih besar. Induksi embriogenesis somatik dalam kultur suspensi
sel bebas mengandalkan totipotensi sel dan sehingga dapat dieksploitasi untuk propagasi
mikro. Setiap sel dari kultur suspensi dapat diinduksi untuk menghasilkan embrio
somatik yang perkembangannya dengan penyimpanan pendinginan saat atau penaburan.
Embriogenesis somatik sangat menjanjikan penggandaan cepat hanya dengan satu ujung
akar.
c. Studi mutagenik dan produksi mutan. Embrio somatik umumnya muncul dari sel tunggal,
sehingga bermanfaat untuk studi mutagenik. Selain itu, plantlet yang timbul dari embrio
somatik lebih homogen, sehingga ekspresi gen mutan dapat dipelajari dengan baik.
d. Teknik manipulasi genetik. Dalam aplikasi bioteknologi tanaman, selama transfer gen
asing jika sel yang ditransformasi menghasilkan plantlet melalui embriogenesis somatik
maka ada kemungkinan pembentukan chimera. Jadi untuk produksi tanaman transgenik.
metode ini sangat bermanfaat.
e. Produksi tanaman bebas patogen. Tumbuhan yang berasal dari embrio somatik bersifat
bebas dari virus atau patogen lain. Jadi bisa menjadi pendekatan alternatif produksi
tanaman bebas penyakit.
f. Sumber kultur protoplas yang baik. Kultur embriogenik sangat berharga dalam
menyediakan sumber protoplas yang dapat diregenerasi di dalam tanaman yang bersifat

10
berserat dan konifer. Protoplas dari kultur ini diinduksi untuk membelah untuk
membentuk massa sel, bahkan plantlet dapat diregenerasi pada media nutrisi yang sesuai.
g. Konservasi sumber daya genetik. Embrio somatik yang berasal dari sel tunggal dan
beregenerasi menjadi tanaman seragam secara genetik merupakan bahan yang baik untuk
konservasi sumber daya genetik. Kultur embriogenik serta embrio somatik mampu
bertahan dalam penyimpanan pada suhu kamar, penyimpanan dingin, atau penyimpanan
beku

2.4 KENDALA DAN PROSPEK SOMAKLONAL

Terjadi di masyarakat tanaman hasil kultur jaringan tidak memberikan hasil yang 100% seragam,
berkualitas. Seringkali terjadi, adanya penyimpangan pada beberapa individu. Misalnya adanya individu
pisang kapok kuning yang hanya menghasilkan dua sisir dan buah pisangnya kerdil. Demikian pula yang
terjadi pada tanaman anggrek kulur jaringan memperlihatkan adanya variasi pada waktu berbunga,
kualitas bunga dan juga kondisi tanaman, kenapa bisa terjadi perbedaanperbedaan seperti hal tersebut.
Padahal perbanyakannya sudah menggunakan kultur jaringan. Bahan tanaman yang digunakan untuk
perbanyakan (eksplan) berasal dari bagian vegetative dari induk unggulnya, harusnya bibit yang
dihasilkan seragam.

Salah satu masalah penting yang berkaitan dengan perbanyakan klon melaui kultur jaringan
adalah terjadinya induksi keragaman somaklonal pada tanaman yang dihasilkan. Istilah keragaman
somaklonal pertama kali diperkenalkan oleh Larkin dan Scowcroft (1981) untuk menjelaskan
keragaman yang ditimbulkan oleh proses –proses adventif. Debergh (1992) mengusulkan batasan
keragaman somaklonal sebagai pengeskspresian fenotip yang telah ada, namun belum ditampilkan oleh
tanaman yang bersangkutan atau keragaman yang diinduksi oleh teknik kultur jaringan. Larkin et al.
(1985) menyatakan fenomena keragaman somaklonal sebagai suatu akumulasi modifikasi genetik dan
sitogenetik pada sel – sel yang dikulturkan dan pada tanaman yang dihasilkan akibat kultur in vitro.
Selanjutnya, menyatakan bahwa interaksi komponen – komponen genetik, fisiologis, dan patologis
eksplan dengan lingkungan kultur selama proses subkultur yang berkelanjutan, dapat menimbulkan
keragaman pada laju perbanyakan dan sifat pertumbuhan eksplan. Hingga kini, istilah keragaman
somaklonal digunakan terhadap serangkaian fenomena, seperti keragaman numeric dan struktur
kromosm, perubahan pada genom inti ataupun genom organel, atau pemecahan struktur kimera dan
perubahan – perubahan yang timbul akibat eliminasi penyakit.

Hasil kajian yang didapati dimana pada induksi varisi genetik tanaman tersebut secara in-vitro
menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada level DNA iaitu proses Iso enzim, anatomi dan sitologi

11
mahu pun morfologi tanaman dengan perlakuan sinar gamma. Hal ini dapat terjadi karena sinar gamma.
Didalam mekanisma ketjanya merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang daya tembusnya
tidak hanya pada bagian perifer saja namun gelombang elektromagnetik tersebut dapat menembusinya.
lazimnya variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan dan kultur sel yang meliputi
semua variasi genetik yang tetjadi pada tanaman yang diregenerasikan dari sel yang tidak
berdifferensiasi protoplas, kalus ataupun jaringan. Perubahan jumlah kromosom, perubahan strukrur dan
susunan kromosom, pindak silang somatik, transposon, penambahan dan pengurangan produk gen,
pembebasan Variasi somaklonal atau variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui kultur jaringan
atau kultur sel adalah meliputi semua variasi genetik yang terjadi pada tanaman yang diregenerasikan

dari sel yang tidak berdiffrensiasi protoplas, kalus araupun jaringan. Amitosis adalah proses Reproduksi
sel di mana sel membelah diri secara langsung tanpa melalui rahap-tahap pembelahan sel. Kariokinesis
pula adalah proses pembahagian inti menjadi dua bagian. Sementara itu Sitokinesis dimaksudkan
dengan proses pembahagian sitoplasma menjadi dua bagian, peristiwa pembelahan sel. Mutan pula
adalah jenis individu yang mengalami perubahan materi genetic DNA maupun RNA, baik pada taraf
urutan (disebut mutasi titik) mahu pun pada taraf kromosom. Fertiliti pula bermaksud subur, berpeluang
untuk menghasilkan keturunan. Fragmentasi: adalah proses reproduksi aseksual atau kloning di mana
suatu organisma dibagi menjadi fragmen-fragmen.. Biosintesis: adalah proses penyusunan suatu
molekul, senyawa. Eksplorasi: adalah merupakan tindakan mencari a tau melakukan petjalanan dengan
tujuan menemukan sesuaru Viabiliti: Kemampuan hidup (contohnya, benih). Kriopreservasi: adalah
suatu proses pembekuan untuk menghentikan sementara kegiatan hid up dari sel tanpa mematikan fungsi
sel, dimana proses hid up dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Aldimatisasi: merupakan satu
tahap penyesuaian diri tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan sekitar

2.5 PEMANFAATAN DAN PENERAPAN KEANEKARAGAMAN SOMAKLONAL


Pada tahap awal variasi somaklonal dapat memberikan kontribusi yang nyata pada pemuliaan
tanaman. Regenerasi selanjutnya selalu menunjukkan variasi yang luas dalam morfologi tetapi sebagian
besar akan hilang pada turunan I yang dihasilkan, walaupun variasi tidak mempengaruhi semua sifat dan
tidak selalu menguntungkan dalam pertanian, tetapi dalam pelaksanaan penelitian selalu ada dengan
nomor – nomor yang berguna dari sumber variasi tersebut, misalnya hasil penelitian pada induksi variasi
somaklonal jagung, diperoleh peningkatan ketahanan terhadap herbisida pada tanaman tersebut,
kenaikan toleransi imidazilinone pada jagung, ketahanan terhadap Helminthosporium sativum pada
gandum dan barley, toleransi terhadap garam pada rami, juga peningkatan terhadap pembekuan, kualitas

12
butir dan kandungan protein pada gandum, serta peningkatan ukuran biji dengan kandungan protein
yang tinggi pada padi.

Beberapa contoh hasil pemanfaatan variasi somaklonal sebagai tanaman unggul baru, yaitu:

1. Mawar mini (Rosa hibrida L.) Mawar yang banyak ditanam diindonesia umumnya merupakan
hasil introduksi. Untuk meningkatkan keragaman genetic tanaman tersebut maka dilakukan keragaman
somaklonal dengan cara melakukan perlakuan kombinasi radiasi sinar gamma 0-12 rad pada mata tunas
in vitro. Setelah eksplan beregenerasi, mata tunas in vitro tersebut di isolasi dari biakan dalam botol.
Hasil yang diperoleh yaitu terjadinya perubahan pada warna kelopak bunga, hal ini dapat terjadi karena
adanya mutasi pada kumpulan sel somatik dan dapat terekspresi pada sel meristem dan akan membentuk
suatu sektor yang stabil.

2. Panili (Vanilla planifolia) Panili merupakan salah satu tanaman industri yang potensial untuk
dikembangkan. Masalah utama dalam pengembangannya adalah serangga patogen Fusarium
oxysporum. Untuk mendapatkan genotip baru yang tahan penyakit telah dilakukan seleksi in vitro
dengan komponen seleksi berupa toksin murni asam fusarat dan filtrat.

3. Nilam (Pogostemo cablin) Nilam merupakan tanaman penghasil minyak astiri yang penting.
Peningkatan rendeman minyak dan varietas yang telah ada, sulit dilakukan karena nilam di Indonesia
tidak berbunga. Salah satu teknologi yang dimanfaatkan adalah melalui keragaman somaklonal.

4. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi adalah
memanfaatkan lahan asam. Namun masalah yang di hadapi dalam usaha pengembangannya adalah
terbatasnya varietas yang tahan lahan asam. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan
seleksi in vitro. Melalui seleksi in vitro, massa sel somatik dari varietas sindoro yang diinduksi dari
embriozigotik muda diseleksi dengan Al dan pH rendah.

5. Padi (Oryza sativa L.) Lestari dkk (2005) telah berhasil memperoleh somaklonal padi yang
menunjukkan keragaman genetik yang tinggi dan tahan kekeringan.

6. Pisang (Musa sp) Peningkatan keragaman dapat diperoleh dari sel – sel somatik, yang pada
dasarnya merupakan individu yang berkemampuan untuk bergenerasi membentuk tanaman lengkap.
Hasil penelitian Mariska dkk (2006) menunjukkan bahwa radiasi sinar gamma 100 rad dapat
menginduksi mutasi pada kalus pisang ambon kuning dengan bibit yang berasal dari kalus.

7. Bawang (Allium sp) Kultur jaringan juga dilakukan pada berbagai Allium sp. untuk produksi
massal secara in vitro, perkembangan poliploid dan konservasi secara in vitro.

8. Anggur (Vitis vinivera) Variasi somaklonal dan mutasi yang diinduksi secara in vitro juga
telah diteliti pada tanaman anggur, yang diregenerasikan dari eksplan daun melalui somatik
13
embriogenesis. Perhitungan kromosom ujung akar digunakan unuk menskrining tanaman yang
diregenerasikan. Radiasi sinar gamma 5 – 10 Gy meningkatkan frekuensi pembentukan tanaman
tetraploid, kalus embriogenik (7,6%) dan tanaman aneuploid.

14
BAB III

KESIMPULAN

1. Variasi somaklonal adalah variasi genetik tanaman yang dihasilkan melalui


kultur jaringan atau kultur sel, yang meliputi semua variasi genetik yang terjadi
pada tanaman yang diregenerasikan dari sel yang tidak berdiffrensiasi protoplas,
kalus ataupun jaringan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya keragaman somaklonal adalah:
a. Komposisi zat kimia yang digunakan dalam media, zat kimia tertentu digunakan
untuk menginduksi variasi somaklonal, misalnya : Kolkhisin, Asenapthen, dan
lain lain.
b. Lamanya fase pertumbuhan kalus. Sub kultur yang berulang - ulang
dapatmenyebabkan terjadinya mutasi.
c. Zat pengatur tumbuh yang dipakai. ZPT tertentu dapat menginduksi terjadinya
variasi somaklonal.
d. Tipe kultur yang digunakan atau sistem kultur (kultur kalus, suspensi sel, kultur
protoplas)
e. eGenotif induk (homozigot atau heterozigot) dapat memungkinkan terjadinya
benang - benang kromosom yang abnormal.
f. Sumber eksplan.: Eksplan merupakan potongan tanaman yang diisolasi untuk
inisiasi kultur jaringan.

3.Manfaat variasi somaklonal ialah melalui tehnik kultur jaringan terdapat dua hal
yang berbeda kepentingan bagi pemulia tanaman yaitu: mempertahankan kestabilan
genetik dan merangsang keragaman genetik.Keragaman Somaklonal Walaupun
hasil dari keragaman somaklonal tidak bisa diperkirakan, keragaman simaklonar
dinilai masih punya kelebihan dibanding teknik lain. Secara ekonomi, penggunaan
keragaman somaklonal lebih murah dibanding hibridisasi atau transformasi gen.

15
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Fauziah. (2011). Kultur Jaringan Tanaman. Unimed

Dwiyani, Rindang. (2011). Transformasi Genetik. Pelawa Sari

Lestari, E.G., Purnamaningsih, R., dkk. (2010). Keragaman Somaklonal Untuk Perbaikan Tanaman Artemisia
(Artemisia annua L.) melalui Kultur In Vitro. Jurnal AgroBiogen. 6(1): 26-32

Ramadanti, N.A., dkk. (2020). Karakteristik Molekuler Variasi Somaklonal Ubi Kayu Varietas Carvita 25
Menggunakan Marka SSR. Jurnal ILMU DASAR. 21(2): 87-96

Harahap, Fauziah. 2011. Kultur Jaringan Tanamn. Unimed

Maryana, Leny., Syariful Anam, dkk. 2016. Produksi Protein Sel Tunggal Dari Kultur Rhizopus oryzae Dengan
Medium Limbah Cair Tahu. Jurnal Farmasi.Vol. 2. Hal 132 – 137

Sukmadjaja, Deden., Novianti Sumarlim, dkk. 2007. Teknik Isolasi dan Kultur Protoplas Tanaman Padi. Jurnal
Agrobiogen. Vol. 2 hal 60 – 65

Watttimena,Ga.dkk.1991.Bioteknologi Tanaman.Pusdi Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.

e-jurnal 2008.Jurnal Biogen Peningkatan Keragaman Genetik Melalui Variasi Somaklonaal.

Dodds, B. V. 1987. Clonning Agriculture Plants Via Invitro Techniques. Florida: CRC Press Inc.

Farid, Muh. 2003. Perbanyakan Tebu (Saccharum officinarum L.) secara Invitro pada Berbagai Konsentrasi IBA
dan BAP. Makassar: Jurusan Sains dan Teknologi.

Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Depdikbud-Dirjendikti PAU Bioteknologi IPB. 165 Hal

Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Pelawa Sari: Bali

Hutami, dkk. 2006. Peningkatan Keragaman Genetik Tanaman melalui Keragaman Somaklonal. Jurnal
AgroBiogen. Vol. 2. No. (2). Hal:81-88.

16

Anda mungkin juga menyukai