Anda di halaman 1dari 18

PRAKATA

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pembuatan “Proyek
Biologi Alat Peraga Sintesis Protein ”.
Dalam penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh
karena itu, terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja bukan karena
kemampuan kami semata-mata. Namunkarena adanya dukungan dan bantuan dari
pihak-pihak yang terkait.Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya kami
dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pengajar Mata
Pelajaran Biologi kelas XII IPA 1 yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan laporan percobaan ini.
Dalam penyusunan laporan percobaan ini, kami menyadari pengetahuan
dan pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan percobaan
ini lebih baik dan bermanfaaat.Serta akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Cirebon, Oktober 2018

Kelompok IV

1
DAFTAR ISI

PRAKATA1
DAFTAR ISI2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang3
1.2 Rumusan Masalah3
1.3 Tujuan Penelitian3
1.4 Manfaat Penelitian4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori5
2.2 Hipotesis6
2.3 Objek Penelitian6
2.4 Variabel6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan7
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian7
3.3 Cara Kerja Penelitian7
3.4 Metode Perolehan Data8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan dan Tabel9
4.2 Pengolahan Data dan Analisis Penelitian9
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan12
5.2 Saran12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tingkat biokimia, protein sangatlah penting. Protein


merupakan pembentuk sel, bagian dari molekul-molekul
dan enzim. Enzim yang sebagian besar terbuat dari protein
bertanggung jawab bagi pembentukan hampir semua
makromolekul (molekul besar) pada sel. Protein
mempunyai peranan penting dalam organisasi struktural
dan fungsional dari sel. Protein struktural menghasilkan
beberapa komponen sel dan beberapa bagian diluar sel
seperti kutikula,serabut dan sebagainya. Protein fungsional
(enzim dan hormon) mengawasi hamper semua kegiatan
metabolisme , biosintesis, pertumbuhan, pernapasan dan
perkembangbiakan dari sel. Namun demikian sebuah sel
tidak mungkin membuat protein yang dibutuhkan oleh
individu yang bersel banyak.

Sintesis protein adalah proses dimana sel dapat mengubah


asam amino menjadi polimer rantai panjang yang disebut
protein. Protein merupakan molekul yang mempunyai
berbagai fungsi di dalam sel seperti sebagai struktur
sel/jaringan, cadangan energi, pergerakan, transportasi
beberapa substansi, mengkatalisa reaksi biokimia, dan
melindungi terhadap terjangkitnya penyakit. Protein
tersusun dari lebih 50% dari berat kering sel. Sintesis
protein diprogram oleh DNA. Selama proses ini DNA akan
diubah menjadi RNA yang kemudian ditranslasikan
menjadi protein di ribosom.

1.2 Tujuan
1. Untuk membantu memahami proses sintesis protein
melalui alat peraga tiga dimensi
2. Menghasilkan karya alat peraga proses sintesis protein

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai referensi dan dasar pembelajaran tentang proses
sintesis protein.
2. Menghasilkan karya berupa alat peraga proses sintesis
protein
3. Sebagai pengalaman khusus bagi penyusun
4. Mengetahui struktur dan fungsi protein

3
5. Mengetahui jenis-jenis asam amino
6. Mengetahui materi genetik dalam proses sintesis protein

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


A.Pengertian Mutasi
Mutasi adalah suatu perubahan yang terjadi pada bahan genetika
sehingga ekspresinya berubah. Mutasi dapat terjadi pada pasangan
basa, satu ruas DNA, atau bahkan pada kromosom. Perubahan
DNA dapat menyebabkan perubahan kodon-kodon RNAd dan
akhirnya menyebabkan perubahan jenis asm nukleat yang
disentesisnya. Perubahan protein atau enzim dapat menyebabkan
perubahan metbolisme dan fenotife makhluk hidup. Gen,
kromosom, sel, protein, atau makhluk hidup yang mengalami
mutasi disebut mutan.
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA
maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik)
maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat kromosomal
biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada
munculnya alel baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung
evolusi mengenai munculnya variasi-variasi baru pada spesies.
Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih
rendah daripada 1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi
akibat zat pembangkit mutasi (mutagen, termasuk karsinogen),
radiasi surya maupun radioaktif, serta loncatan energi listrik
seperti petir.
Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat
mutasi disebut mutan. Dalam kajian genetik, mutan biasa
dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami perubahan
sifat (individu tipe liar atau "wild type").
Mutasi dalam istilah biologi merujuk kepada pertukaran kepada
jujukan pasangan asas bahan genetik (samaada DNA atau RNA).
Mutasi boleh disebabkan kesilapan penyalinan dalam bahan genetik
semasa pembahagian seldan oleh dedahan kepada ultra ungu atau
radiasi mengion, mutagen kimia, atau virus biologi, atau boleh
berlaku secara sengaja dibawah kawalan selular semasa proses
meiosis atau hiperpermutasi. Dalam organisma multiselular, mutasi
boleh dibahagikan kepada mutasi garis kuman (germline mutation),
yang boleh diwarisi, dan mutasi somatik. Mutasi somatik tidak
boleh dialih kepada anak dalam haiwan. Tumbuhan kadang-kala
boleh mewariskan mutasi somatik kepada keturunan mereka secara
aseksual atau seksual (dalam kes di mana kudup berkembang
dalam bahagian mutasi somatik tumbuhan).
Mutasi menghasilkan kelainan dalam kolam gen, dan mutasi yang
tidak diingini (atau melemahkan) akan disingkirkan dari kolam gen
melalui pilihan semulajadi, sementara yang lebih baik (membawa
kebaikan atau kelebihan) cenderung untuk terhimpun,
5
menghasilkan pertukaran evolusi. Sebagai contoh, rama-rama
mungkin menghasilkan keturunan dengan mutasi baru yang
disebabkan ultra ungu dari matahari. Dalam kebanyakan kes,
mutasi ini tidak bagus kerana tiada tujuan bagi pertukaran
sedemikian pada tahap selular. Bagaimanapun, kadang-kala mutasi
mungkin menukarkan , katakan, warna rama-rama, menyebabkan
ia sukar bagi pemangsa melihat akan dia; ini merupakan kelebihan
dan peluang bagi rama-rama terus hidup dan menghasilkan
keturunannya adalah lebih baik, dan menurut peredaran masa
jumlah rama-rama dengan mutasi sebegini mungkin membentuk
sebahagian besar spesies ini.

B.Jenis Mutasi
Mutasi dapat dibedakan atas beberapa macam berdasarkan tingkat
mutasi, faktor penyebab, dan fenotife muatan.

Mutasi berdasarkan Tingkatannya


Berdasarkan tingkatannya, mutasi dapat dibedakan ats mutasi gen
dan mutasi kromosom
1. Mutasi Gen ( Mutasi Titik )
Mutasi gen adalah mutasi yang terjadi akibat perubahan pada satu
pasang basa DNA suatu gen. Perubahan pasangan basa tersebut
dapat terjadinya perubahan kodon pada RNAd yang dibentuk oleh
gen tersebut.
2. Mutasi Kromosom ( Aberasi Kromosom )
Berdasarkan hasil penelitian, mutasi kromosom lebih sering terjadi
di bandingkan mutasi gen. Mutasi kromoso atau aberasi kromosom
adalah mutasi yang menyebabkan terjadinya perubahan pada
jumlah dan struktur kromosom.

1. Euploidi
Euploidi merupakan peristiwa perubahan jumlah kromosom
pada seluruh pasangan kromosomnya. Jumlah kromosom makhluk
hidup euploid adalah kelipatan dari kromosom haploidnya.
Berdasarkan jumlah kromosomnya, makhluk hidup euploidi dapat
dibedakan atas monoploid (n/haploid), diploid(2n), dan poliploid
(lebih dari 2n). Contoh dari makhluk hidup monoploid adalah lebah
madu jantan yang merupakan hasil dari telur yang tidak dibuahi,
diploid contohnya adalah manusia dan kebanyakan makhluk
eukariotik lainnya.
Poliploid terjadi akibat peleburan sel kelamin yang masing-
masing atau salah satunya memiliki jumlah kromosom yang tidak
normal. hal ini dinamakan dengan alopoliploid. Kasus ini bisa
terjadi pada manusia yang dinamakan dengan kasus digini, dimana
terjadi peleburan antara sel sperma dengan sel telur/ovum yang

6
masih bersatu dengan polositnya. Ada juga kasus yang dinamakan
dengan diandri yaitu dibuahinya sel ovum oleh dua sel sperma.
Pada saat sel melakukan meiosis I terjadi kegagalan berpisah
pada salah kromosom homolog, akibatnya pada saat memasuki
meiosis II, sel memiliki 3 set kromosom, dan satu set kromosom,
memasuki fase anafase II maka yang terjadi akan terdapat 4
kromatid disebelah kiri, dan 2 kromatid disebalah kanan, hal ini
akan berakibat jumlah kromosom pada gamet yang terbentuk.
Pada tahap meiosis I, sel membelah secara normal, tapi pada
saat memasuki meiosis II sel mengalami gagal berpisah pada sel
sebelah kiri pada salah satu kromosom, ini berakibat pada
pembentukan gamet yang paling kiri terdapat 3 kromosom(n+1)

2. Aneuploidi
Aneuploidi adalah perubahan jumlah kromosom yang hanya terjadi
pada pasangan kromosom tertentu. Berdasarkan jumlah kromosom
yang berubah, aneuploidi dibedakan menjadi:
 Monosomi(2n-1): jika individu kehilangan satu kromosom pada
salahsatu pasangan kromosom nomor tertentu. Gamet yang
dihasilkan ada dua macam yaitu (n) dan gamet (n-1)
 Nulisomi(2n-2): jika individu kehilangan dua kromosom pada
salah satu pasangan kromosom yang kehilangan masing-masin
satu kromosom. Gamet yang dihasilkan adalah (n-1) atau (n)
dan (n-1)
 Trisomi(2n+1): jika individu memperoleh tambahan satu
kromosom pada salah satu pasangan kromosom nomor tertentu.
Gamet yang dihasilkan adalah (n) dan (n+1). Trisomi
ganda(2n+1+1): jika individu mempunyai du pasangan
kromosom yang masing-masing memperoleh tambahan satu
kromosom. Gamet yang dihasilkan adalah (n) dan (n+2)
 Tetrasomi(2n+2): jika suatu individu memperoleh tambahan
dua kromosom pada salah satu pasangan kromosom nomor
tertentu. Gamet yang dihasilkan adalah (n) dan (n+2)

Peristiwa aneuploidi bisa terjadi biasanya pada saat masuk ke tahapan


anafase dan gagal berpisah. Apabila pada saat anafase, kromosom
mengalami gagal melekat pada benang spindle sehingga kromosom hancur.
Sedangkan apabila terjadi gagal berpisah biasanya terjadi pada saat anafase
I maupun anafase II pada pembelahan meiosis.
Umumnya kasus yang terjadi pada manusia adalah kasus monosomi dan
trisomi. Aneuploidi pada kasus manusia yang bisa berakibat terjadinya
sindrom.

7
1. Sindrom turner(45,XO)
Sindrom turner dapat terjadi jika sel telur/ovum dibuahi oleh sel sperma
yang tidak memiliki kromosom seks, hal ini juga bisa terjadi jika sel telur
tidak memiliki kromosom seks dibuahi oleh sel sperma yang normal. dengan
hilangnya kromosom seks pada salah satu sel, maka akan terjadi gagal
berpisah pada saat pembelahan sel.
Penderita sindrom turner adalah wanita yang memiliki kromosom tubuh
sebanyak 44 kromosom dan satu kromosom seks X. penderita sindrom
turner bersifat steril/mandul dengan ciri ciri sebagai berikut :
 Tidak memiliki ovarium sehingga tidak bisa menghasilkan ovum.
 Payudara tidak berkembang
 Tubuh pendek( dwarfisme )
 Tingkat kecerdasan dibawah normal
 Letak telinga agak ke bawah

2. Sindrom klinefelter( 47,XXY)


Sindrom klinefelter terjadi jika sel sperma normal dibuahi oleh sel ovum
yang memiliki dua kromosom seks (XX), atau juga bisa terjadi sel sperma
yang memiliki dua kromosom seks(XY) dibuahi oleh sel ovum normal.
sehingga penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom seks kelebihan
satu (XXY). Sindrom klinefelter termasuk kasus trisomi(2n+1 / 46+1=47)
dengan kromosom(47,XXY/ 44A + XXY/22AA + XXY).
Penderita sindrom klinefelter adalah laki laki dengan ciri ciri sebagai berikut
:
 Bersifat steril/mandul
 Testis berukuran kecil
 Saluran sperma rusak
 Payudara tumbuh membesar
 Tubuh tinggi dan panjang
 Suara seperti wanita
 Pinggul berukuran lebar
3. Sindrom jacobs(47,XXY)
Sindrom jacobs terjadi jika sel ovum dibuahi oleh sel sperma yang memiliki
kromosom YY akibat gagal berpisah pada kromosom seksnya. Sindrom
jacobs memiliki kromosom sebanyak 47 kromosom dengan kelainan pada
kromosom seksnya yang kelebehin satu kromosom(XXY). Peristiwa ini
termasuk ke dalam kasus trisomi(47, XXY / 44A + XXY / 22AA + XXY).
Penderta sindrom jacobs memiliki ciri ciri diantaranya bersifat agresif,
antisosial, tubuh tinggi, memiliki IQ dibawah normal sekitar 80-95.
4. Wanita super(47,XXX)
Wanita super terjadi apabila sel ovum yang tidak normal dengan kromosom
kelebihan satu yaitu XX dibuahi oleh sel sperma normal dengan kromosom
X, sehingga wanita super memiliki kromosom sebanyak 47 kromsom(
47,XXX/44A + XXX/22A + XXX) peristiwa ini termasuk peristiwa trisomi.
Ciri ciri yang dimiliki penderita wanita super antara lain berumur pendek
8
dan bersifat steril, ini dikarenakan banyak organ tubuh penderita yang tidak
berkembang dengan sempurna
5. Sindrom down(47, XX/XY)
Sindrom down bisa terjadi jika terjadi penambahan satu buah kromosom
pada kromosom tubuh/autosom pada kromosom nomor 21 sehingga
penderita memiliki jumlah kromosom 47,XX/XY(45A + XX/XY). Kejadian
ini termasuk kasus trisomi( 2n+1/46+1=47).
Jadi pada sindrom down yang mengalami kelainan adalah pada kromosom
tubuh, bukan pada kromosom kelamin sehingga sindrom down bisa diderita
baik laki-laki maupun perempuan.
Penderita sindrom down diantaranya memiliki ciri ciri sebagai berikut
 Terdapat lipatan diatas kelopak mata
 Tubuh pendek, muka bulat
 Kelopak mata memiliki lipatan epikantus
 Mata tampak sipit
 Bibir tebal
 Hidung lebar dan datar
 Telinga kecil
 Jari berukuran pendek dan gemuk
 IQ dibawah normal dan biasanya memiliki kelainan pada jantung

6. Sindrom edward(47,XX/XY)
Sindrom edward bisa terjadi jika terjadi penambahan satu kromosom pada
kromosom tubuh nomor 18 sehingga penderita memiliki jumlah kromosom
47, XX/XY(45A + XX/XY). Kejadian ini termasuk ke dalam kasus trisomi
dimana penderitanya bisa laki-laki maupun perempuan. Penderita sindrom
edward memiliki ciri-ciri diantaranya adalah tengkorak berbentuk lonjong,
dada pendek dan lebar.
7. Sindrom patau(47, XX/XY)
Sindrom patau terjadi jika terjadi penambahan satu kromosom pada
kromosom tubuh nomor 13, sehingga penderita memiliki jumlah kromosom
sebanyak 47, XX/XY(45A + XX/XY). Kejadian ini termasuk kasus trisomi
yang bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Ciri-cirinya
diantaranya adalah memiliki kepala dan mata berukuran kecil dan posisi
telinga agak kebawah.

BAB III
METODE PENELITIAN
9
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Gunting
2. Cutter
3. Penggaris
4. Tang
5. Tembakan lem
6. Paku

Bahan :
1. Botol plastik
2. Tutup botol
3. Kardus
4. Selang
5. Lem lilin
6. Kawat
7. Cat semprot

3.2 Waktu dan Tempat Pembuatan


Waktu : 27-28 Oktober 2018
Tempat : SMA Negeri 1 Palimanan

3.3 Cara Kerja :


1. Siapkan semua alat dan bahan
2. Gunting bagian leher botol plastik dengan tutup masih
menyatu sebanyak jumlah basa nitrogen yang diperlukan
3. Gunakan selang panjang sebagai untaian (pita) basa
nitrogen
4. Potong selang sesuai ukuran yang diingankan sebagai basa
nitrogen sesuai jumlah tutup botol kemudian satukan
5. Lubangi dua sisi berlawanan pada satu potongan selang
menggunakan paku
6. Sisipkan kawat pada lubang selang dan kaitakn pada
selang panjang yang digunakan sebagai pita basa nitogen
7. Setelah semua potongan selang sudah dikaitkan pada
selang panjang kemudian beri warna pada setiap potongan
selang sesuai jenis warna basa nitrogen
8. Buat dua perangkat tersebut sebagai DNA sense dan DNA
antisense
9. Gunakan kardus sebagai RNA polimerisasi dengan
membagi dalam dua runagan atas dan bawah
10. Buat tRNA dengan potongan selang kecil dan kaitkan bola
sebagai asam amino dengan kawat pada selang
11. Buat juga ribosom dari kardus dengan membaginya
menjadi tiga ruangan
10
3.4 Metode pengolahan Data : Deskriptif

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

11
4.1 Analisis Pembahasan
a. Jenis Mutasi yang Diperagakan
Mutasi yang diperagakan adalah Euploid dan Aneuploid. Kedua mutasi
tersebut merupakan mutasi tingkat kromosom. Macam mutasi euploidi
yang akan diperagakan adalah monoploid, diploid, triploid dan tetraploid.
Sedangkan mutasi aneuploidi yang akan diperagakan adalah monosomi,
nulisomi, trisomi dan tetrasomi.
b. Deskripsi Alat Peraga
Alat peraga yang dibuat menggunakan plastisin sebagai bahan utamanya.
Plastisin dibuat sebagai model kromosom. Model kromosom yang dibuat
sebanyak 92 kromosom untuk mempergakan aneuploidi hingga euploidi
jenis tetraploid. Setiap kromosom homolog dibuat dengan ukuran yang
berbeda dan dicirikan dengan nomor kromosom menggunakan kertas.
Seluruh kromosom membentuk kariotipe sebanyak 23 jenis kromosom.
c. Cara Mensimulasikan Alat Peraga Euploidi dan Aneuploidi
1. Euploid
Monoploid
Membuat kariotipe kromosom sebanyak 23 (n) dengan
menata plastisin sebagai model kromosom sesuai dengan tata
letak pada kariotipe.
Diploid
Palstisin yang sudah ditata sesuai kariotipe yang monoploid
mengganda menjadi 2. Setiap kromosom dengan nomor
berbeda yang sudah ditata sebelumnya ditambah dengan satu
plastisin pada masing masing nomor kromosom tentunya
dengan ukuran yang sama karena akan menjadi kromosom
yang sehomolognya. Sehingga kariotipe tersebur menjadi 2n
dengan jumlah kromoson (plastisin) sebanyak 46
Triploid
Pada mutasi triploid, setiap kromosom dengan nomor yang
berbeda tersebut masing masing mempunyai 3 perangkat
kromosom. Sehingga satu kromosom dengan nomor yang
sama akan memiliki 3 buah kromosom. Tripoid dapat terjadi
salah satunya ketika gamet hasil nondisjunction melebur
dengan gamet normal akan menghasilkan individu yang
triploid. Sehingga plastisin model diploid dapat ditambah satu
palstisin (kromosom) pada setiap nomor kromosom. Kariotipe
pada triploid ini akan menjadi 3n disetiap nomor
kromosomnya.
Tetraploid

12
Kariotipe kromosom tetraploid dapat dapat dibuat juga
dengan menambahkan satu plastisin sebagai model kromosom
pada setiap nomor kromosom di kariotipe kromosom yang
triploid. Sehingga kariotipe setelah terjadi penambahan akan
menjadi 4n di setiap nomor kromosomnya.

2. Aneuploid

Monosomi

Mutasi jenis ini adalah pengurangan satu kromosom dari total kromosom yang ada di
inti sel. Plastisin yang sudah ditata menjadi kariotipe 2n (diploid) atau 46 kromosom
dikurangi sebanyak satu , contoh pada kromosom seks X yang semula dimodelkan
dengan dua plastisin kemudian dikurangi satu menjadi satu kromosom X. Sehingga
jumlah plastisinnya menjadi 45

Nulisomi

Mutasi jenis ini adalah pengurangan sepasang kromosom dari total kromosom yang
ada di inti sel. Plastisin yang sudah ditata menjadi kariotipe 2n (diploid) atau 46
kromosom dikurangi sebanyak dua dengan nomor kromosom yang sama atau
sehomolog , sehingga jumlah plastisinnya akan menjadi 44 plastisin (kromosom)

Trisomi

Mutasi jenis ini adalah penambahan satu kromosom dari total kromosom yang ada di
inti sel. Plastisin yang sudah ditata menjadi kariotipe 2n (diploid) atau 46 kromosom
ditambah sebanyak satu di nomor tertentu, contoh pada kromosom nomor 21 yang
semula dimodelkan dengan dua plastisin kemudian ditambah satu menjadi 3
kromosom di nomor 21, kasus tersebut merupakan sindrom down. Sehingga jumlah
plastisinnya menjadi 47 plastisin(kromosom) atau 2n + 1

Tetrasomi

Mutasi jenis ini adalah penambahan dua kromosom dari total kromosom yang ada di
inti sel. Plastisin yang sudah ditata menjadi kariotipe 2n (diploid) atau 46 kromosom
ditambah sebanyak dua di nomor tertentu, contoh pada kromosom nomor 2 yang
semula dimodelkan dengan dua plastisin kemudian ditambah dua menjadi 4
kromosom di nomor 2, Sehingga pada kariotipe tersebut terdapat kromosom yang
memiliki 4 perangkat kromosom. Jumlah plastisinnya menjadi 48 plastisin
(kromosom) atau 2n + 2

13
14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa Euploidi dan


Aneuploidi adalah mutasi kromosom akibat berubahnya jumlah kromosom di
inti sel. Perbedaan Euploidi dan Aneuploidi sangan terlihat jelas. Pada
Kariotipe yang dimodelkan dengan plastisin untuk Euploidi setiap nomor
kromosomnya akan memiliki jumlah yang sama. Karena seluruh kromosom
yang mengalami perubahan. Sedangkan untuk Aneuploidi, jumlah normal
kromosomnya adalah 2 perangkat, namun di nomor tertentu dapat mengalami
penambahan atau pengurangan kromosom yang menjadikan jumlahnya
berbeda dengan nomor kromosom normal lainnya.

5.2 Saran
Setelah penulis melakukan penelitian, penulis menyarankan kepada
pembaca agar dalam pembuatan dilakukan di tempat yang aman, jauh dari
anak kecil, dan dari kondisi yang dapat mengganggu pembuatan alat
peraga tersebut. Pastikan semua alat dan bahan dapat digunakan dengan
aman. Buatlah alat peraga yang dapat memeragakan kasus mutasi efesien
dan praktis.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://rahminawati.blogspot.com/2016/05/simulasi-sintesis-protein.html

16
LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Model tRNA Model DNA

Model mRNA Pewarnaan Basa Nitrogen

Model basa nitrogen Model RNA polimerasi

17
Basa nitrogen yang sudah
diberi warna

18

Anda mungkin juga menyukai