2018
Napitupulu, Veronika
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11242
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
IMPLEMENTASI MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)
PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V
TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR RIAU
TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
VERONIKA NAPITUPULU
NIM: 141000650
SKRIPSI
Oleh
VERONIKA NAPITUPULU
NIM: 141000650
adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
Veronika Napitupulu
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
TAHUN 2018”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
mendapat bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak, maka dalam
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
4. Dra. Lina Tarigan, Apt., M.S, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
5. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu
6. Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan
7. Ir. Etti Sudaryati M.K.M., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
Sumatera Utara.
10. Bapak Sinaga, selaku Masinis Kepala PKS PT. Perkebunan Nusantara V
Tanah Putih.
11. Bapak Sialagan, selaku Asisten Umum (Asum) PT. Perkebunan Nusantara V
Tanah Putih.
12. Ibu Lena Rosa Hutapea, selaku Sekertaris Asum PT. Perkebunan Nusantara V
Tanah Putih.
Tanah Putih.
16. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak dapat
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih dan penulis berharap skripsi ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan Umum 7
Tujuan Khusus 7
Manfaat Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 9
Bahan Berbahaya 9
Definisi Bahan Berbahaya 10
Klasifikasi Bahan Berbahaya 11
Implementasi MSDS 11
Definisi Implementasi MSDS 11
Bagian-bagian dalam MSDS 12
Kerangka Pikir 33
METODE PENELITIAN 33
Jenis Penelitian 33
Lokasi dan Waktu Penelitian 33
Objek Penelitian 33
Metode Pengumpulan Data 33
Metode Analisis Data 34
HASIL PENELITIAN 35
Gambaran Umum Perusahaan 35
Profil Perusahaan 35
Letak Geografis 35
Visi dan Misi Perusahaan 36
Struktur Organisasi Perusahaan 37
Bidang Usaha 38
Bahan Kimia di Laboratorium PKS PT. Perkebunan Nusantara V
Kebun Tanah Putih 39
Alkalinity P 39
Alkohol 39
Ammonium Heptamolybdate Tetrahidrate 39
Hardness LR 40
Hexana 40
Natrium Citrat 40
Sodium Hydroxide 41
Sulfuric Acid 41
Thymol Blue 41
Potassium Hydroxide 42
MSDS Bahan Kimia di Laboratorium 42
Ammonium Hreptamolybdate 42
Coustic Soda 43
Ethanol 45
Iso Hexan 45
Kalium Hidroxide 47
P1 Alkalinity Tab 47
Sulfuric Acid 48
Tablet Hardness 49
Thimol Blue Indikator 50
Trinatrium Citrate 51
PEMBAHASAN 52
Implementasi MSDS Bahan Kimia di Laboratorium 52
Ammonium Hreptamolybdate 55
Coustic Soda 55
Ethanol 59
Iso Hexan 62
Kalium Hidroxide 66
P1 Alkalinity Tab 69
Sulfuric Acid 73
Tablet Hardness 77
Thimol Blue Indikator 81
Trinatrium Citrate 84
DAFTAR PUSTAKA 93
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lembar Observasi 94
RIWAYAT HIDUP
September 1995. Penulis merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara, anak
Katolik. Bertempat tinggal di Balai Jaya Km 37, Kecamatan Balai Jaya Kota,
Bagan Batu yang tamat pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan ke SMP Yosef
Arnoldi Bagan Batu yang tamat pada tahun 2010 dan melanjutkan ke SMA Santo
Thomas 1 Medan yang tamat pada tahun 2013. Lalu penulis melanjutkan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada bulan Oktober tahun
2018.
Veronika Napitupulu
Pendahuluan
Latar Belakang
pesawat-pesawat dan sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang
bahwa perlu adanya pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja yang maju dan
tepat. Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang baik
dan realistis yang merupakan faktor sangat penting dalam memberikan rasa
tentram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga kerja yang bersangkutan
dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan
produktivitas kerja.
barang, produk teknik dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
pemberian tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi
selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan terjadinya
penyebab dan seakan-akan kejadian tersebut tidak dapat dicegah namun, dalam
dan dampak yang lebih besar daripada di tempat umum lain dengan adanya
bahan dan orang dalam jumlah dan frekuensi yang tinggi. Menurut teori Domino
Effect H.W Heinrich, kecelakaan terjadi melalui hubungan mata rantai sebab
akibat dari beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan
tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan kerja. Faktor
penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak aman dan tindakan tidak
aman (Buntarto,2015).
(safeguard) pada bagian mesin yang berputar, tajam atupun panas, terdapat
instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas, tidak rapi), alat
kerja/mesin kendaraan yang kurang layak pakai, tidak terdapat label pada
diri (APD), bekerja tanpa perintah, mengabaikan instruksi kerja, tidak mematuhi
ataupun APD, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan
yang tergolong berbahaya, seperti material yang mudah terbakar, berdaya ledak,
sering dikelompokkan sebagai bahan berbahaya dan beracun (Indah, dkk, 2015).
bahaya besar bagi industri, tenaga kerja, lingkungan maupun sumber daya lainnya.
Bencana utama yang pernah terjadi termasuk tahun 1984 di Bhopal, India, yang
menyebabkan lebih dari 2.000 orang tewas, tahun 1989 di Philips Petrolum
Company, Pasadena, Texas terjadi insiden yang menyebabkan 23 orang tewas dan
dan 132 orang mengalami cedera, tahun 1990 di BASF, Cincinnati, Ohio, terjadi
insiden yang menyebabkan 2 orang tewas, dan tahun 1991 di IMC, Sterlington,
Los Angeles, terjadi insiden yang menyebabkan 8 orang tewas dan 128 orang
bahwa untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat penggunaan
Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya dan atau kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan
kimia berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan
meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan,
tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi lain yang
diperlukan. Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS, hal ini
Indonesia Nomor 472 Tahun 1996 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi
Material Safety Data Sheet (MSDS) yang telah tersedia sebaiknya mudah
dijangkau oleh pekerja sebagai acuan pada saat terjadi keadaan darurat bahan
kimia. MSDS sebaiknya disertakan pada setiap tempat penyimpanan bahan yang
mudah dijangkau oleh siapa saja yang berhubungan langsung dengan bahan kimia
tersebut. MSDS dapat dijadikan sebagai instruksi lisan maupun tulisan pada
pekerja agar aman dalam dalam menggunakan bahan. Dengan memahami isi
MSDS, perusahaan akan mendapatkan manfaat tentang bagaimana cara yang aman
untuk penanganan bahan, dan dapat melakukan tindakan yang dapat mencegah
kecelakan di tempat kerja akibat penggunaan bahan kimia tersebut (Cecep Dani
Sucipto, 2014).
perkebunan milik negara yang bergerak di bidang agroindustri kelapa sawit yang
kemudian mengolah hasilnya menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit
(kernel). Semua hasil produksi dijual baik ke pasar lokal maupun ekspor. CPO
dan inti sawit harus memiliki spesifikasi mutu sesuai dengan yang telah
ditetapkan agar dapat dipasarkan. Pengolahan kelapa sawit ini dilakukan di Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) yang berada di lokasi PT. Perkebunan Nusantara V Tanah
Putih.Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tersebut terdiri dari beberapa area, yaitu area
kerja produksi, area gudang, area bengkel, area kantor, dan area laboratorium.
menganalisa hasil produksi agar tercipta mutu CPO dan kernel agar sesuai
hexane, natrium citrat, potassium hydroxide, sulfuric acid, thymol blue, trisodium
bahan kimia mudah terbakar, bahan kimia mudah meledak, bahan kimia reaktif,
bahan kimia korosif, bahan kimia iritan, bahan kimia beracun, bahan kimia
yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya yang dapat merugikan pekerja
maupun perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan pedoman agar dapat membantu
tersebut. Material Safety Data Sheet (MSDS) dapat dijadikan sebagai instruksi
maupun pedoman dalam melakukan tindakan untuk pekerja agar aman dalam
penyimpanan, dan penanganan bahan kimia pada pekerja yang terlibat langsung
setiap bahan kimia yang digunakan telah memiliki MSDS dan MSDS tersebut telah
Safety Data Sheet (MSDS) pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara V Tanah
Perumusan Masalah
yaitu bagaimana implementasi Material Safety data Sheet (MSDS) pada pekerja di
PT. Perkebunan Nusantara V Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Riau Tahun
2018.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menilai
implementasi Material Safety Data Sheet (MSDS) pada Pekerja di PT. Perkebunan
laboratorium.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai bahan masukan dan menambah
informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu atau penelitian
lebih lanjut dan memberi pengalaman langsung bagi peneliti dalam melaksanakan
Tinjauan Pustaka
Bahan Berbahaya
uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang mungkin menimbulkan iritasi,
kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan dan bahaya-bahaya lain dalam
menyatakan bahwa Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
Bahan Kimia menyatakan bahwa bahan kimia adalah semua materi dalam bentuk
cairan, padat atau gas, berupa unsur atau senyawa dalam bentuk tunggal atau
jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnnya.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan dan kemudian beredar
keseluruh tubuh atau menuju organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-
lain, tetapi zat tersebut dapat juga berakumulasi dalam tulang, darah, hati, ginjal,
atau cairan limfa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang.
Pengeluaran zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran
Bahan kimia yang dimaksud adalah bahan kimia yang mudah terbakar,
bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif dan gas yang berbahaya.
baik karena sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam
Indonesia Nomor 187 Tahun 1999 tentang pengendalian bahan kimia menyatakan
(flammable), amat sangat beracun (extremely toxic), sangat beracun (highly toxic),
dipergunakan.
Implementasi MSDS
87 Tahun 2009 menyatakan bahwa Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah
lembar petunjuk yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia,
jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus dalam keadaan
darurat dan informasi lain yang diperlukan. Implementasi MSDS adalah penerapan
suatu dokumen petunjuk yang berisi informasi lengkap mengenai bahan kimia.
Setiap tempat kerja harus memiliki MSDS untuk setiap bahan kimia
berbahaya yang digunakan dalam pekerjaan dan MSDS yang ada harus bisa dibaca
dengan mudah oleh setiap tenaga kerja, jika tenaga kerja tidak memahami bahasa
dalam bahasa Indonesia. Jika tenaga kerja meminta MSDS pada perusahaan
sementara perusahaan tersebut tidak mempunyai MSDS maka dalam waktu 1 hari
perusahaan juga harus menjamin MSDS tersebut sesuai dengan bahan yang
berikut:
a. Nama bahan.
b. Rumus kimia.
c. Kode produksi.
d. Sinonim.
Identitas dalam harus sama dengan identitas yang ada dalam label pada
kemasan bahan.
2. Komposisi bahan;
Bagian ini berisi tentang persentase berat, nomor CAS dan batas pemajanan.
3. Identifikasi bahaya;
Bagian ini berisi tentang ringkasan bahaya yang penting dan akibatnya
reproduksi.
Bagian ini menjelaskan tindakan P3K yang harus dilakukan pada saat bahan
c. Daerah mudah terbakar, meliputi batas terendah mudah terbakar dan batas
a. Penanganan bahan.
d. Penyimpanan.
a. Pengendalian teknis.
b. Alat pelindung diri, seperti pelindung pemajanan mata, kulit, tangan, dan
lain sebagainya.
Bagian ini berisi tentang gambaran bentuk, bau, warna, massa jenis, titik didih,
titik lebur, tekanan uap, kelarutan dalam air, dan pH suatu bahan.
a. Sifat reaktifitas.
b. Sifat stabilitas.
f. Bahaya polimerisasi.
11.Informasi toksikologi;
c. Tertelan LD 50 (mulut).
d. Terkena kulit.
e. Terhirup LC 50 (pernafasan).
f. Efek lokal.
i. Karsinogen.
j. Teratogen.
k. Reproduksi.
l. Mutagen.
12.Informasi ekologi;
b. Degradasi lingkungan.
c. Bio akumulasi.
13.Pembuangan limbah;
14.Pengangkutan bahan;
a. Peraturan international.
b. Pengangkutan darat.
c. Pengangkutan laut.
d. Pengangkutan udara.
identitas bahan kimia (lebel nama), potensi bahaya fisik, cara pengukuran dan
dan tanggal kadaluarsa, nama, alamat, dan nomor telephone perusahaan pembuat
bahan atau importer, data bahaya api dan ledakan, reaktivitas, dan petunjuk
b. Identitas dalam harus sama dengan identitas yang ada dalam label pada
kemasan bahan.
a. Untuk bahan berbahaya campuran yang telah dites sebagai satu campuran
b. Jika bahan campuran belum dites secara keseluruhan maka nama bahan
bahan yang karsinogen dan kadarnya yang lebih dari 0,1% harus tercantum.
Limit (PEL) atau Threshold Limit Value (TLV) atau standar lain.
3. Bagian III: Karakteristik Fisik dan Kimia (Physical and Chemical Char)
Karakteristik fisik dan kimia yang terkandung dalam bahasa tersebut harus
density, vapor pressure, specific gravity, solubility, volatility, warna dan bau.
Karakteristik ini sangat penting untuk desain alat yang aman pada tempat kerja.
4. Bagian IV: Data Bahaya Api dan Ledakan (Fire and Explosion Hazard Data)
Bagian ini menunjukkan informasi tentang bahan kimia lain yang bereaksi
dengan bahan ini yang dapat menimbulkan bahaya. Begitu juga jika terjadi
reaksi dekomposisi.
Bahaya akut yang dapat ditimbulkan, batasan serta akibat yang dapat diderita
terhadap organ (seperti hati, system saraf, darah, reproduksi, kulit, mata, paru-
paru, dll).
a. Ada tiga jalur bahan kimia masuk ke tubuh yaitu melalui pernafasan, kulit,
dan mulut.
perbaikan alat serta saat pembersihan jika terjadi tumpahan. Dapat pula
Pada section ini terdiri dari engineering control, prosedur penanganan secara
(Iwan, 2013).
Menurut Indah, dkk (2015), MSDS harus diisi dengan lengkap sehingga
kecelakaan dan tindakan pengendalian yang harus diambil. Pengenalan bahan dan
proses berbahaya ini akan digunakan untuk melakukan analisis risiko dan tahap
1. Identitas bahan dan perusahaan. Identitas bahan dan perusahaan dalam MSDS
dibuat dalam bentuk label dengan ukuran tergantung pada besarnya wadah.
Untuk drum 200 Liter (55 galon) besar label sekurang-kurangnya setengah
halaman folio.
Berbahaya di Tempat Kerja bahwa bagian komposisi dari bahan kimia pada
MSDS harus menyertakan nama, CAS number, dan batasan pemajanan bahan.
bentuk gambaran sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu menurut PBB
mempunyai ranking (0-4) ditinjau dari aspek bahaya kesehatan (biru), bahaya
Tabel 1
Tanda Bahaya Menurut NFPA
NFPA, hanya saja klasifikasi HMIS mencantumkan kode alat pelindung diri
secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana pertolongan
dilakukan dengan memutus udara luar dengan benda yang terbakar. Proses
pendinginan dilakukan agar bahya api tidak merambat pada bahan-bahan yang
dapat menyerap panas. Proses ini dilakukan dengan cara menyerap panas api
oleh bahan lain seperti karung goni berair, air dan bahan-bahan lainnya yang
(Buntarto,2015).
dan tumpahan adalah tindakan dilakukan terhadap tumpahan bahan kimia sisa
a. Penyimpanan Bahan
1. Bahan Beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Bahan yang paling keras dan
persenyawaan sianida, arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas.
d. Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika
tangan.
2. Bahan Korosif
alkali.Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Banyak bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena
udara, kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia
lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan
terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan
(CH3COCH3).
2) Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat
5. Bahan Oksidator
b. Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrikdan
bara rokok;
Contoh bahan reaktif dengan air yaitu natrium, hidrida, karbit, nitrida.
kerja.
8. Gas Bertekanan
Contoh gas bertekanan yaitu gas N2, asetilen, H2, dan CL2 dalam tabung
silinder.
d. Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub.
lamanya waktu peyimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan
Semakin lama disimpan akan semakin besar peroksida. Isopropil eter, etil
b. Penanganan Bahan
Penanganan secara manual yang aman adalah cara melakukan suatu proses
tangan, kaki, dan badan serta cara mengambil posisi yang benar harus
Tempat Kerja bahwa bagian pengendalian pemajanan dan alat peindung diri
dalam MSDS mencakup perlindungan secara teknis dan alat pelindung diri.
tekanan udara dan kualitas udra di tempat kerja. Jenis ventilasi yang sering
digantikan dengan mengisap udara yang lebih bersih dari sumber lain.
ventilation.
System ventilasi ini bias digabung dengan local exhaust ventilation, dengan
kata lain udara yang kotor dibuang dan udara yang bersih dipompakan
masuk.
pemberian udara bersih yang cukup, local exhaust sistem tidak akan efektif.
dan mengeluarkan udara yang kotor dari area kerja yang lebih besar. Secara
umum ventilasi dilusi tidak dapat diaplikasikan pada temapat kerja dengan
poensi bahaya yang paling besar dan tidak efektif dari sisi hasil dan biaya.
ruangan kerja tanpa bantuan alat medis. Penggunaan alat pelindung diri
pengetesan untuk memastikan alat pelindung diri tersebut kuat dan tidak
pelindung kulit seperti sarung tangan, pakaian kerja, dan apron. Pelindung
mata seperti safety glasses, goggles, face shields dan hood. Pelindung
telinga seperti ear plugs dan ear muffs. Pelindung pernafasan seperti air
unit. Pelindung lain seperti sepatu safety, diving suits dan environmental
Tempat Kerja bahwa sifat fisika dan kimia ditetapkan sebagai berikut:
a. Cairan mudah terbakar dalam hal titik nyala > 21 OC dan<55 OC pada
b. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21 OC dan titik didih >
c. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20 OC pada tekanan 1 (satu)
atmosfir.
terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi yang bersifat eksotermik
11.Informasi toksikologi
bahan kimia. Toksisitas adalah ukuran relative derajat racun antara satu bahan
kimia terhadap bahan kimia lain pada organisme yang sama. Kadar racun suatu
zat kimia dinyatakan sebagai Lethal Dose-50 (LD-50). LD-50 adalah dosis
suatu zat, yang dinyatakan dalam milligram bahan per kilogram berat badan,
hewan percobaan pada penelitian LD-50 paling sedikit 10 ekor untuk tiap dosis
dengan rentang dosis yang masuk paling sedikit 10 ekor untuk tiap dosis
dengan rentang dosis yang masuk paling sedikit 3 (dari 0-100 satuan). Selain
LD-50 dikenal pula LC-50 (Lethal Concentration-50). LC-50 adalah kadar atau
konsentrasi suatu zat, yang dinyatakan dalam milligram bahan kimia per meter
kubik udara (atau part per million/ppm), yang menyebabkan 50% kematiana
a. Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut: LD 50 > 25 atau 200
mg/kg berat badan atau Kulit: LD 50 > 25 atau 400 mg/kg berat badan atau
mg/kg berat badan atau Kulit: LD 50 < 50 mg/kg berat badan atau kulit: LD
12.Informasi ekologi
menangani limbah atau bunagan bahan kimia baik berupa padat, cair maupun
kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh bahan tersebut tanpa disadari akan
13.Pembuangan limbah
Pembuangan limbah kimia secara umum dan upaya pembuangan limbah bahan
bahan kimia yang larut dalam air. Bahan kimia yang dapat larut dalam air
bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dinetralkan,
selanjutnya baru bias dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung
logam-logam berat dan beracun seperti Pb. Hg, Cd, dan sebagainya,
b. Pembakaran terbuka. Metode ini dapat diterapkan untuk bahan organic yang
kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan organic tersebut
diterapkan untuk bahan toksik yang jika dibakar di tempat terbuka akan
Metode ini dapat diterapkan untuk zat padat yang reaktif dan beracun
(Buntarto, 2015).
14.Pengangkutan bahan
Bagian ini berisikan peraturan perundangan yang terkait yang tidak disediakan
dipertanyakan.
Informasi lain yang diperlukan yang terdapat dalam bagian ini adalah:
Kerangka Pikir
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
September 2018.
Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan
kimia yang digunakan di laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Tanah
Putih.
Data primer. Data Primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi
terhadap objek penelitian yaitu tentang implementasi Material Safety Data Sheet
(MSDS) di laboratorium.
Data sekunder. Data sekunder adalah Material Safety Data Sheet (MSDS)
Hasil Penelitian
Perseroan perkebunan milik negara yang berasal dari proyek pengembangan eks
Nomor: 38/1996. Direvisi oleh Akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo SH Jakarta
dibangun selama 18 bulan di tahun 1988 pada areal seluas 9 Ha sebagai salah satu
pabrik pengolah TBS kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit
(kernel). PKS mulai berproduksi tahun 1989 dengan kapasitas awal 30 ton
TBS/jam. Sejak bulan Oktober 1991 kapasitas sudah mulai ditingkatkan menjadi
Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Akses lokasi
cukup baik, sarana jalan penghubung dari kebun dan PKS Tanah Putih ke jalan
Misi. Adapun yang menjadi misi Pengelolaan agro industry kelapa sawit
dan karet secara efisien bersama mitra untuk kepentingan stakeholder, penerapa
terbaik dan sistem managemen SDM terkini guna meningkatkan kompetensi inti
perusahaan.
Manager
agroindustri kelapa sawit yang kemudian mengolah hasilnya menjadi CPO (Crude
Palm Oil) dan inti sawit. Semua hasil produksi dijual baik ke pasar lokal maupun
Adapun jenis produk yang dihasilkan oleh PTPN V unit Lubuk Dalam
adalah :
CPO harus memiliki spesifikasi mutu sebagai yang telah ditetapkan agar
2. Inti Sawit
Inti sawit dihasilkan dari pemisahan daging buah selama proses pengolahan
harus memenuhi kriteria kadar air, kotoran, inti pecah dan inti berubah warna
produk inti sawit. Hingga kini produksi Palm Kernel Oil (PKO) masih
dan basa lemah juga dapat sebagai penyebabnya. Pada kemasan terdapat identitas
bahan dimana bahan kimia dengan nama produk alkalinity p, tidak tersedia nama
kimia, nama lain produk atau sinonim, rumus kimia dan kode produksi. Pada
kemasan tersedia piktogram yang menandakan bahan bersifat korosif, bahan ini
bentuknya padat dan dikemas dalam botol kaca. Bahan ini diproduksi di Inggris.
pelarut, dan bahan bakar. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Alkohol pada
laboratorium digunakan sebagai salah satu bahan untuk analisa kadar Asam
Lemak Bebas (ALB) pada minyak sawit. Pada kemasan terdapat identitas bahan
dimana bahan kimia dengan nama produk alkohol belum disediakan nama kimia,
nama lain produk atau sinonim, rumus kimia, kadar dan kode produksi. Bahan ini
laboratorium ini adalah Pasa Djatroto yang terletak di Djatroto, Lumajang Jawa
Timur. Alkohol yang digunakan di laboratorium dengan kadar 95 %. Hal ini dapat
tetrahidrate adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pereaksi analitik untuk
kemasan bahan ini terdapat identitas bahan dimana bahan kimia dengan nama
adalah 1.01182.0250, rumus kimia (NH4)6 Mo7O24 4H2O, dengan nama lain
heptamollbdato tetrahidrato, bahan ini bentuknya padat dan dikemas dalam botol
analisa hardness. Pada kemasan bahan terdapat identitas dimana bahan kimia
dengan nama produk hardness LR dengan rumus kimia CaCO3, tidak diketahui
kode produksi dan nama lain produk atau sinonim, bahan ini berbentuk padat dan
dikemas dalam botol kaca. Bahan ini diproduksi di Inggris. Pada kemasan bahan
Pada kemasan bahan terdapat informasi diamna bahan kimia dengan nama produk
hexane belum dilengkapi rumus kimia, kadar, kode produksi, nama lain produk
atau sinonim. Bahan ini berbentuk cair dan dikemas dalam jerigen 5 liter.
Natrium citrat. Natrium citrate adalah bahan kimia yang digunakan untuk
analisa silika pada air boiler di laboratorium. Pada kemasan terdapat informasi
bahan dimana bahan kimia dengan nama produk natrium citrate dilengkapi
dengan kadar 30%, belum disediakan rumus kimia, kode produksi, nama lain
500 ml.
soda api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik yang
digunakan untuk membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam
air. Pada kemasan terdapat informasi bahan dimana bahan kimia dengan nama
1.06462.1000, nama lain produk atau sinonim adalah natrium hydroxide, sodio
Sulfuric acid. Sulfuric acid adalah bahan kimia yang dapat digunakan
untuk menghilangkan zat pengotor pada suatu bahan tertentu. Pada kemasan
terdapat informasi bahan dimana bahan kimia dengan nama produk sulfuric acid
belum dilengkapi rumus kimia, kode produksi bahan adalah 1.00731.2500, nama
bahan ini bersifat korosif, bahan dikemas dalam botol kaca 2,5 liter.
Thymol blue. Thymol blue adalah suatu indikator pH. Senyawa ini banyak
relatif netral (dekat 7). Senyawa ini umum digunakan untuk mengukur kehadiran
asam karbonat dalam cairan. Pada kemasan terdapat informasi bahan dimana
bahan kimia dengan nama produk thymol blue dilengkapi rumus kimia
sinonimnya adalah tymolblau. Kadar thymol blue yang digunakan 1%. Bahan ini
untuk sejumlah aplikasi, sebagian besar yang memanfaatkan sifat korosif dan
lemak dan minyak dalam pembersih industri dan dalam reaksi hidrolisis. Pada
kemasan terdapat informasi bahan dimana bahan kimia dengan nama produk
potassium hydroxide belum dilengkapi rumus kimia, kode produksi bahan adalah
1.05033.1000, nama lain bahan atau sinonim adalah kalium hydroxid, potasio
bahan ini bersifat korosif, bahan ini berbentuk padat yang dikemas dalam botol
plastik 1 kg.
Putih. MSDS yang disediakan di laboratorium Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT.
kimia.
bahan ammonium heptamolybdate, rumus kimia (NH4) 6 Mo7 O24 4H2O belum
dilengkapi dengan nama kimia dan kadarnya. Identifikasi bahaya bahan dapat
menyebabkan iritasi pada mata, asap yang keluar dari larutan ini dapat
kumpulkan tumpahan dengan kertas atau tissue, bersihkan bagian badan yang
terkena bahan ini dengan air. Penyimpanan dan penanganan bahan yaitu dengan
wadah harus tertutp rapat. Pengendalian pemajanan dengan cara tidak makan dan
setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan minum. Alat
pelindung diri yang sebaiknya digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan
karet dan pakaian kerja analis. Hal ini dapat dilihat pada MSDS ammonium hepta
Caustic soda. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan caustic
soda, dengan nama kimia sodium hydroksida atau natrium hydroksida dan rumus
kimia NaOH, kadar 48%, dan termasuk dalam kelompok basa kuat. Identifikasi
bahaya yang disediakan jika terkena kulit, mata, jika tertelan, jika terhisap. Bahan
ini jika terkena kulit akan menyebabkan luka bakar dan dapat menimbulkan
bekas, jika terkena pada mata akan menyebabkan luka bakar yang parah dan
parah pada mulut, saluran tenggorokan, lambung, dan jaringan lain yang dapat
berakibat fatal, jika terhisap dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan
dan jaringan paru-paru. Bahaya ledakan timbul akibat adanya gas hydrogen yang
segera siram dengan air terus menerus paling sedikit selama 15 menit jika kulit
yang terkena masih terasa licin, lanjutkan penyiraman sampai kulit tidak terasa
licin lagi. Mata yang terkena caustic segera buka lebar kelopak mata dan siram
dengan air terus menerus paling sedikit 15 menit, segera korban dibawa ke dokter.
Jika caustic tertelan dan korban masih sadar segera berikan minuman. Tindakan
CO2, dan kebakaran besar dapat dipadamkan dengan air tetapi harus hati-hati
sebab dapat menimbulkan panas (pemadaman api jarak jauh). Tindakan terhadap
dalam air dingin sambil dilakukan pengadukan dan bukan sebaliknya. Segera
melokalisir bahan yang tumpah bila mungkin ambil kembali ceceran caustic yang
tumpah dengan air, netralisir sisa bahan dengan asam lemak sampai pH 6-7 dan
makan, dan minum di lokasi penanganan caustic dan cuci bersih setelah kontak
dengan bahan dan dalam penanganannya harus tersedia air shower dan obat-
obatan. APD yang sebaiknya disediakan adalah baju analis, kacamata, pelindung
Ethanol. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan alcohol, dengan
nama kimia ethanol dan rumus kimia C2H5OH belum dilengkapi dengan
Tindakan P3K yang harus dilakukan akibat menghirup bahan adalah dengan cara
membawa korban ke tempar segar, jika terjadi kontak kulit dan mata segera cuci
dengan air bersih, dan jika terlelan segera beri minum banyak air untuk
kebocoran yaitu dengan cara membatasi daerah bahayanya, hindari sumber dari
api, jika terkena mata lakukan pencucian dengan air, dan bersihkan bahan dengan
tissue atau kain yang mudah menyerap. Penyimpanan dan penanganan bahan
yaitu tempat atau wadah harus tertutup rapat, ruangan berventilasi serta bebas dari
api terbuka, percikan api atau panas dan hindari reaksi eksplosif dengan oksidator,
asam sulfat, asam nitrat, perak nitrat, magnesium perklorat, perak oksida, amonia
atau hidrasin. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri dengan cara tidak
bahan ini. Gunakan APD seperti kacamata dan masker bila menggunakan bahan
ini. Hal ini dapat dilihat dari MSDS ethanol yang terlampir pada halaman 135.
Iso hexan. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan iso hexane
sudah disediakan nama kimia yaitu iso hexan dengan nama dagang hexan atau
shell sholl dan rumus kimia C6H14 dan belum disediakan jumlah kadar bahan.
dan dapat meledak jika bahan berada dalam drum dan terkena panas yang
dan bawa korban ke tempat udara segar dan bantu pernafasan buatan atau oksigen
jika diperlukan. P3K terhadap mata yaitu cuci mata dengan air mengalir selama
20 menit. P3K terhadap kulit yaitu cuci dengan air dan tanggalkan pakaian yang
terkontaminasi. P3K jika tertelan maka segera bawa ke dokter bila muntah.
seperti karbondioksida, bubuk kimia busa dan halon. Pemadaman api dengan air
dengan membatasi daerah tumpahan dan kebocoran dari sumber penyalaan, kutip
tumpahan bahan tersebut dengan cara mencelupkan kain dan diperas, bersihkan
bagian badan yang terkena bahan ini dengan air. Penyimpanan dan penanganan
kerja berventilasi dan jauh dari sumber panas dan nyala api, wadah dari bahan
logam harus ada grounding sehingga jika diisi atau bahan dipompa agar tidak
menimbulkan listrik statis, bahan harus disimpan dalam wadah yang tertutup,
harus ada larangan merokok di area kerja. Pengendalian pemajanan dan alat
pelindung diri, pengendalian yang dilakukan yaitu dengan tidak makan dan
setelah menggunakan bahan ini khususnya sebelum makan dan minum. APD
yang digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan karet, dan pakaian kerja
137.
kalium hydroxide dengan nama kimia KOH dan pH basa kuat. Identifikasi bahaya
bahan yaitu bahan sangat berbahaya pada kulit dan dapat menyebabkan iritasi
serta luka bakar yang serius. Bila bahan mengenai tubuh dapat menyebabkan
kertas bekas atau tissue, kemudian masukkan ke suatu wadah tambahkan sejumlah
air dan buang campuran tersebut ke air mengalir. Penyimpanan dan penanganan
tidak makan dan minum di daerah kerja dan melakukan praktik-praktik kebersihan
diri setelah mengggunakan bahan, khusunya sebelum makan dan minum. APD
yang harus digunakan adalah kacamata pelindung, sarung tangan kedap air. Hal
ini dapat dilihat pada MSDS kalium hidroxide yang terlampir pada halaman 139.
alkalinity P1 belum dilengkapi dengan rumus kimia, nama kimia, dan kadar.
Identifikasi bahaya bahan dapat menyebabkan iritasi pada mata, tidak berbau
namun dapat menyebabkan keracunan bila tertelan, bila mengenai tubuh dapat
tumpahan bahan, kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tissu masukan ke
suatu wadah, bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan air.
dan APD yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan pelindung diri,
kacamata, masker, sarung tangan karet dan pakaian kerja analis, tempat atau
wadah harus tertutup rapat, jangan makan dan minum sewaktu menangani
pekerjaan, dan lakukan praktik kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini,
khusus sebelum makan dan minum. Hal ini dapat dilihat dari MSDS p1 alkalinity
Sulfuric acid. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan sulfuric
acid dengan nama dangang asam sulfat dan rumus kimia H2SO4 dan nama kimia
peringatan agar jangan terkena mata karena dapat menyebabkan luka bakar dan
kebutaan, jangan terkena kulit karena dapat menyebabkan luka bakar dan dapat
meninggalkan bekas, jangan tertelan karena dapat menyebabaan iritasi yang parah
pada kulit, saluran tenggorokan, lambung dan jaringan lain yang dapat berakibat
fatal, jangan terhisap karena dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan
dan jaringan paru-paru, hindari menghisap uapnya dan kontak dengan asam tanpa
peralatan yang memadai, jangan makan dan minum di daerah kerja. Tindakan
P3K terhadap mata yaitu bilas segera dengan air yang banyak selama 15 menit
dengan kelopak mata terbuka, bila berlanjut hubungi dokter. P3K terhadap kulit
yaitu bilas segera dengan air yang banyak selama 15 menit dan segera diobati.
O2 jika sulit bernafas, jika nafas terhenti segera selimuti dan hubungi dokter. P3K
pada pakaian yaitu cuci segera dengan air yang banyak, lepaskan pakaian dan
disediakan informasi bahwa bahan tidak mudah terbakar, tetapi asam pekat
bersifat oksidator yang dapat menimbulkan kebakaran bila kontak dengan zat
organik seperti gula, selulosa, dan lain-lain, bahan ini sangat reaktif dengan bubuk
zat organik. Bahaya ledakan dapat timbul akibat kelebihan pengeluaran gas
penguraian bila terkena panas, mengeluarkan SO2 asam encer bereaksi dengan
logam menghasilkan gas hydrogen yang eksplosif bila kena nyala atau panas.
Bahan bereaksi hebat dengan air. Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
dengan menutup area tumpahan dengan pasir dan tanah, pindahkan asam ke
tempat yang kosong dan cuci area yang bocor dengan air. Penanganan dan
akumulasi gas H2. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri, pengendalian
pelindung, sepatu boot dan helm. Hal ini dapat dilihat dari MSDS sulfuric acid
hardness LR belum dilengkapi dengan rumus kimia, nama kimia, dan kadar.
Identifikasi bahaya bahan sangat berbahaya pada kulit dan dapat menyebabkan
pernafasan, dan bahan ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Tindakan P3K
membatasi daerah tumpahan, kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tissue
masukan ke suatu wadah, bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan
air. Penyimpanan dan penanganan bahan tempat atau wadahnya harus tertutup
rapat. Pengendalian pemajanan dan APD, tindakan yang harus dilakukaan adalah
kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan
minum. APD yang sebaiknya digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan
karet dan pakaian kerja analis. Hal ini dapat dilihat dari MSDS tablet hardness
Thimol blue indicator. Pada bagian identitas bahan dengan nama bahan
thimol blue indicator belum dilengkapi dengan rumus kimia, nama kimia, dan
kadar. Identifikasi bahaya bahan dapat meninggalkan warna yang melekat pada
kulit, tidak menyebabkan iritasi pada mata. Tindakan P3K yang dilakukan bila
terkena tangan atau anggota tubuh segera dicuci dengan air sampai warnanya
kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tissue masukan ke suatu wadah,
bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan air. Penyimpanan dan
setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan minum. APD
yang sebaiknya digunakan adalah kacamata dan sarung tangan karet. Hal ini dapat
dilihat dari MSDS thimol blue indicator yang terlampir pada halaman 147.
trinatrium citrate belum dilengkapi dengan rumus kimia, nama kimia, dan kadar.
jika terjadi kontak kulit segera cuci dengan air mengalir, jika terjadi kontak mata
segera menyeluruh selama beberapa menit, jika bahan tertelan segera hubungi
bahayanya, hindari tercecer atau tumpahan bahan, kutip tumpahan bahan ini
dengan kertas atau tissu masukan ke suatu wadah. Penyimpanan dan penanganan
bahan belum tersedia informasi. Pengendalian pemajanan dan APD yang harus
tangan karet dan pakaian kerja analis, jangan makan dan minum sewaktu
bahan ini, khususnya sebelum makan dan minum. Hal ini dapat dilihat dari MSDS
pada identitas bahan tersedia nama bahan ammonium hepta molybdate, nama
kimia ammonium heptamolybdate dan rumus kimia (NH4)6 Mo7 O24 4 H2O.
rumus kimia (NH4)6 Mo7O24 4H2O, dengan nama lain produk atau sinonim
bahan ini bentuknya padat dan dikemas dalam botol plastik 250 gram. Bahan ini
MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan
hal tersebut identitas bahan pada kemasan sesuai dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS
disebutkan bahwa bahan ini dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit yang
terkena dan asap yang keluar dari larutan ini dapat mengganggu saluran
heptamolybdate merupakan bahan kimia iritan, bahan kimia iritan pada umumnya
adalah bahan korosif. Bahan tersebut dapat bereaksi dengan jaringan tubuh seperti
kulit, mata, dan saluran pernafasan. Berdasarkan teori diatas, identifikasi yang
tertera dalam MSDS sudah sesuai. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan
sudah tersedia sabun dan air mengalir untuk membasuh mata dan mencuci kulit
yang terkena bahan kimia. Perusahaan juga menyediakan tempat untuk menghirup
udara segar dan menyediakan dokter perusahaan yang dapat dihubungi jika
Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia cucilah
bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban dibawa ke
tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis. Berdasarkan hal
tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan
menimbulkan ledakan dan percikan jika terkena udara atau uap air atau jika
laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry powder.
Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan korosif
harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder.
teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang harus
dalam wadah, dan bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan air.
Berdasarkan hasil observasi saat terjadi tumpahan pekerja tidak membatasi daerah
bahaya dengan safety sign karena tidak terdapat safety sign di laboratorium dan
tumpahan dalam jumlah kecil, pekerja menghindari kebocoran dan tumpahan dari
bahan lain, mengutip tumpahan bahan tidak menggunakan kertas atau tisu
melainkan dengan kain dan membersihkan badan yang terkena tumpahan dengan
air. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan bahan padat dibersihkan
dan kebocoran yang sesuai dengan isi MSDS, namun sudah sesuai dengan teori di
atas. Pada MSDS bagian penyimpanan dan penanganan bahan belum disediakan
ruangan yang berventilasi dan jauh dari sumber api. Menurut Buntarto,
penyimpanan bahan beracun di ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari bahaya
penyimpanan dan penanganan yang sesuai dengan teori. Pada MSDS pengendalian
tertutup rapat, jangan makan dan minum sewaktu menangani pekerjaan, lakukan
praktik kebersihan diri setelah menggunkan bahan khususnya sebelum makan dan
minum. APD yang harus digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan
karet, dan pakaian kerja analis. Berdasarkan observasi, bahan disimpan pada
tempat yang tertutup rapat, pekerja tidak makan dan minum sewaktu menangani
khususnya sebelum makan dan minum. APD yang disebutkan dalam MSDS telah
disediakan oleh perusahaan kecuali baju analis, namun semua APD yang
disarankan belum digunakan oleh pekerja. Menurut Marham Sitorus dan Ani
Sutiani pada laboratorium kimia banyak menggunakan bahan dengan sifat bahaya
standar seperti jas laboratorium, sarung tangan, pelindung mata, alat pelindung
Coustic soda. Pada MSDS coustic soda bagian identitas produk tersedia
nama bahan kaustik soda atau soda api, nama kimia sodium hydroksida dan
antrium hydroksida, rumus kimia NaOH, berat molekul 40, kadar 48%
(minimum), dan kelompok bahan adalah basa kuat. Berdasarkan observasi bahan
kimia dengan nama produk sodium hydroxide, dilengkapi rumus kimia NaOH,
meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan hal
tersebut identitas bahan pada kemasan sudah sesuai dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS
disebutkan bahwa jika bahan terkena kulit akan menyebabkan luka bakar dan
parah dan bahkan dapat menimbulkan kebutaan menyebabkan iritasi yang parah
pada mulut, saluran tenggorokan, lambung, dan jaringan lain yang dapat berakibat
fatal, jika terhisap dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan jaringan
paru-paru. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan kimia dengan
klasifikasi basa kuat seperti NaOH dapat menyebabkan luka yang serius bila
mengenai tubuh. Berdasarkan teori diatas yang tercantum dalam MSDS sudah
sesuai. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
untuk kulit dan mata yang terkena coustic soda segera siram dengan air terus
menerus paling sedikit 15 menit, jika kulit yang terkena masih terasa licin
lanjutkan penyiraman sampai kulit tidak terasa licin lagi. Mata yang terkena
coustic soda segera buka lebar kelopak mata dan siram dengan air terus menurus
paling sedikit 15 menit, segera korban dibawa ke dokter. Jika tertelan dan korban
masih sadar segera berikan minuman. Pada saat dilaksanakan penelitian tidak ada
perusahaan telah menyediakan air mengalir, air minum, dan dokter perusahaan
Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia cucilah bagian
tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun dan hubungi petugas medis.
mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian
dipadamkan dengan bubuk kimia atau CO2, kebakaran besar dapat dipadamkan
pemadaman dari jauh. Berdasarkan observasi pada saat dilakukan penelitian tidak
kimia. Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan
korosif harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry
teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang harus
dilakukan yaitu mengambil tumpahan zat padat dengan menggunakan APD untuk
digunakan lagi, larutan yang tumpah dapat dinetralkan dengan asam sulfat
mengencerkan dengan air dan dinetralkan dengan HCl, kemudian diserap dengan
tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan teori. Pada MSDS
bagian penyimpanan dan penanganan bahan yaitu selama penanganan harus hati-
hati karena akibat pengenceran akan timbul panas yang dapat mendidihkan larutan
demi sedikit dengan air dingin sambil dilakukan pengadukan. Bahan disimpan
dalam ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat dan terhindar
dari kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari asam, namun label yang
diberikan tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut Marham Sitorus
dan Ani Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi,
hindari dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan disimpan pada tempat
dengan label yang tidak sesuai. Pada MSDS bagian pengendalian pemajanan dan
APD yaitu jangan terkena pada mata, kulit, pakaian dan jangan sampai tertelan
dan menghisap sodium hydroxide. Tidak merokok, makan dan minum dilokasi
pakaian kerja analis, kacamata, pelindung muka, sarung tangan karet, sepatu karet.
APD untuk menghindari terkena mata, kulit dan tidak menggunakan masker untuk
merokok, makan, dan minum saat menangani bahan dan pekerja selalu mencuci
bagian tubuh setelah melakukan penaganan terhadap bahan. APD yang disebutkan
karena masih dalam proses pemesanan. APD seperti kacamata pelindung, sarung
tangan, pelindung muka, sepatu karet tidak digunakan oleh pekerja saat
menangani sodium hydroxide. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada
Ethanol. Pada MSDS ethanol bagian identitas produk tersedia nama bahan
ethanol, nama dagang alkohol, rumus kimia C2H5OH, namun belum tersedia
kadar yang digunakan. Berdasarkan observasi bahan kimia dengan nama produk
alkohol belum disediakan nama kimia, nama lain produk atau sinonim, rumus
kimia, kadar dan kode produksi. Alkohol yang digunakan di laboratorium dengan
kadar 95 %. Bahan ini bentuknya cair dan dikemas dalam jerigen 5 liter. Menurut
identitas bahan yang harus disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus
kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada
bahan merupakan bahan kimia yang mudah terbakar. Menurut Achadi Budi
Cahyono ethanol merupakan salah satu pelarut organik yang mudah terbakar.
terbakar oleh adanya api terbuka atau loncatan listrik. Berdasarkan teori tersebut
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yaitu jika terhirup bawa korban ke udara segar,
jika kontak kulit dan mata maka cuci dengan air bersih, dan jika tertelan segera
beri minum banyak air untuk pengenceran atau beri norit untuk penyerapan. Pada
laboratorium sudah tersedia tempat untuk menghirup udara segar, tersedia air
mengalir, dan sudah tersedia air minum untuk pekerja yang membutuhkan P3K.
Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia
cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban
dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis.
mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian
kimia yang mudah terbakar. Berdasarkan observasi pada saat dilakukan penelitian
tidak ada kejadian kebakaran akibat ethanol namun perusahaan telah menyediakan
alat pemadam kebakaran seperti semprotan air, dan CO2. Menurut Marham
Sitorus dan Ani Sutiani untuk memadamkan kebakaran akibat pelarut yang mudah
terbakar dapat digunakan alat pemadam kebakaran seperti air, busa atau tepung,
halon, CO2 maupun pasir. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah memfasilitasi
kebocoran yang harus dilakukan adalah batasi daerah bahayanya, hindari dari
sumber api, jika terkena mata lakukan pencucian dengan air, bahan cairan diserap
dengan tisu dan dibersihkan. Berdasarkan observasi pada saat terjadi tumpahan
ethanol pekerja tidak membatasi daerah tumpahannya dengan safety sign karena
tidak tersedianya safety sign di laboratorium, tumpahan terhindar dari sumber api,
dan pekerja yang kontak mata dengan bahan segera membasuh matanya dengan
tisu, tetapi dengan menggunakan kain yang bahannya menyerap cairan. Menurut
Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan pelarut yang mudah menguap hal
tumpahan dibersihkan atau dilap dengan kain. Berdasarkan hal tersebut pekerja
sesuai dengan isi MSDS, namun sudah sesuai dengan teori di atas. Pada MSDS
bagian penyimpanan dan penanganan bahan yaitu ruang yang berventilasi serta
bebas dari api terbuka, percikan api atau panas, hindari dari reaksi eksplosif.
Berdasarkan hasil observasi bahan disimpan di ruang yang berventilasi serta bebas
dari api terbuka, percikan api atau panas, dan terhindar dari reaksi eksplosif.
Menurut Buntarto, bahan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan pada ruangan
berventilasi dan temprartur yang dingin, jauhkan dari sumber api dan panas.
dan penanganan yang sesuai dengan teori. Pada MSDS pengendalian pemajanan
dan APD, pengendaliannya adalah dengan menyimpan bahan pada tempat atau
masker. Berdasarkan observasi bahan disimpan pada tempat yang tertutup rapat,
area kerja, dan pekerja yang telah selesai menangani bahan ini segera mencuci
tangannya dengan sabun di air mengalir sebagai praktik kebersihan diri. APD
yang tercantum dalam MSDS sudah disediakan oleh perusahaan, namun tidak
digunakan oleh pekerja. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada
Iso hexan. Pada MSDS iso hexan bagian identitas produk tersedia nama
bahan iso hexan, nama dagang hexan/shell sholl, dan rumus kimia C6H12.
dilengkapi rumus kimia, kadar, kode produksi, nama lain produk atau sinonim.
Bahan ini berbentuk cair dan dikemas dalam jerigen 5 liter. Menurut Keputusan
yang harus disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode
produksi, sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada kemasan belum
sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian
identifikasi bahaya dalam MSDS adalah bahwa iso hexan adalah zat cair yang
panas yang berkelanjutan. Menurut Achadi Budi Cahyono iso hexan merupakan
salah satu pelarut organik yang mudah terbakar. Pada suhu kamar menghasilkan
uap yang dalam perbandingan tertentu dapat terbakar oleh adanya api terbuka atau
loncatan listrik. Berdasarkan teori tersebut identifikasi bahan sudah sesuai. Pada
MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yaitu jika
terhirup segera singkirkan sumber kontaminan dan bawa korban ke udara segar,
bantu pernafasan buatan atau oksigen bila diperlukan, jika kontak mata maka cuci
dengan air mengalir selama 20 menit, jika terkena kulit segera cuci dan
tanggalkan pakaian yang terkontaminasi dan jika tertelan segera bawa ke dokter
menghirup udara segar, tersedia air mengalir, dan perusahanan telah menyediakan
tenaga medis (dokter) yang bisa segera dihubungi jika ada pekerja yang
P3K jika terkena bahan kimia cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut
dengan air dan sabun, korban dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan
bagian tindakan penanggulangan kebakaran yaitu padamkan api segera bila tidak
mungkin pakailah alat pemadam api ringan seperti karbondioksida, bubuk kimia
busa atau halon. Pemadaman api dengan air justru akan memebsarkan api. Air
dilakukan penelitian tidak ada kejadian kebakaran akibat iso hexan namun
perusahaan telah menyediakan alat pemadam kebakaran seperti bubuk CO2, dan
Marham Sitorus dan Ani Sutiani untuk memadamkan kebakaran akibat pelarut
yang mudah terbakar dapat digunakan alat pemadam kebakaran seperti air, busa
atau tepung, halon, CO2 maupun pasir. Berdasarkan hal tersebut perusahaan telah
kebakaran yang sesuai. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan
kebocoran yang harus dilakukan adalah batasi daerah bahayanya dari kebocoran
atau tumpahan bahan ini dari penyalaan, kutip tumpahan bahan tersebut dengan
cara mencelupkan kain dan diperas, bersihkan badan yang terkena bahan ini
dengan air. Berdasarkan observasi pada saat terjadi tumpahan iso hexan pekerja
tidak membatasi daerah tumpahannya dengan safety sign karena tidak tersedianya
safety sign di laboratorium dan bahan yang tumpah jumlahnya sedikit sehingga
pada saat terjadi tumpahan pekerja segera menjauhkan tumpahan dari sumber api
dan membersihkan dengan kain yang menyerap, setelah kontak dengan bahan
dengan air yang telah disediakan di laboratorium. Menurut Marham Sitorus dan
Ani Sutiani, tumpahan pelarut yang mudah menguap hal yang pertama
dari sumber panas dan penyalaan, wadah bahan harus tertutup, wadah dari logam
harus ada grounding, bila diisi bahan dipompa agar tidak menimbulkan listrik
dingin dan berventilasi, jauh dari sumber api dan panas, wadah penyimpanannya
pada ruangan berventilasi dan temperatur yang dingin, jauhkan dari sumber api
penyimpanan dan penanganan bahan yang sesuai dengan MSDS dan teori di atas.
Pada MSDS bagian pengendalian pemajanan dan APD bahan disebutkan bahwa
wadah penyimpanan harus tertutup rapat, jangan makan dan minum sewaktu
khususnya sebelum makan dan minum. APD yang harus digunakan adalah
kacamata, masker, sarung tangan karet, dan pakaian kerja analis. Berdasarkan
observasi bahan disimpan pada tempat yang tertutup rapat, pekerja tidak makan
dan minum sewaktu menangani pekerjaan, dan melakukan praktik kebersihan diri
setelah menggunakan bahan khususnya sebelum makan dan minum. APD yang
disebutkan dalam MSDS telah disediakan oleh perusahaan kecuali baju analis,
namun semua APD yang disarankan belum digunakan oleh pekerja. Menurut
Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada laboratorium kimia banyak menggunakan
pelindung mata, alat pelindung pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja belum
tersedia nama bahan kalium hidroxide, nama dagang kalium hidroxide, dan rumus
kimia KOH dan pH adalah basa kuat. Berdasarkan observasi bahan kimia dengan
nama produk potassium hydroxide belum dilengkapi rumus kimia, kode produksi
piktogram yang menandakan bahan ini bersifat korosif, bahan ini berbentuk padat
yang dikemas dalam botol plastik 1 kg. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim.
Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada kemasan belum sesuai dengan
identifikasi bahaya disebutkan bahwa bahan sangat berbahaya pada kulit dan
menyebabkan iritasi serta luka bakar yang serius dan jika mengenai tubuh dapat
menyebabkan gatal-gatal. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan kimia
dengan klasifikasi basa kuat seperti KOH dapat menyebabkan luka yang serius
bila mengenai tubuh. Berdasarkan teori diatas yang tercantum dalam MSDS sudah
sesuai. Pada MSDS kalium hidroxide bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada
(P3K), namun yang peneliti temukan di laboratorium sudah tersedia sabun dan air
mengalir untuk membasuh mata dan mencuci kulit yang terkena bahan kimia.
pekerja mengalami luka yang serius. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani
tindakan P3K jika terkena bahan yang dalam klasifikasi basa kuat jika mata
terkena percikan bahan maka harus segera dicuci dengan sabun dan air dan jika
mengenai kulit dan dalam kondisi parah segera hubungi dokter. Berdasarkan hal
tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan
menimbulkan ledakan dan percikan jika terkena udara atau uap air atau jika
laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry powder.
Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan korosif
harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder.
teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yaitu
tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah tambahkan
sejumlah air dan buang campuran tersebut ke dalam air mengalir. Berdasarkan
tidak membatasi tumpahan daerah bahayanya dengan safety sign karena tidak
terdapat safety sign pada laboratorium dan bahan yang tumpah dalam jumlah
sedikit sehinga pekerja segera menghindari tercecer dan tumpahan bahan ini
Pekerja juga membersihkan bagian badan yang terkena bahan dengan air yang
tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan isi MSDS, namun
sudah sesuai dengan teori di atas. Pada MSDS bagian penyimpanan dan
ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat dan terhindar dari
kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari yang diberikan label bahan yang
tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut Marham Sitorus dan Ani
Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi, hindari
dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan disimpan pada tempat yang
meletakkan bahan di tempat atau wadahnya harus tertutup rapat, jangan makan
diri setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan minum. APD
yang sebaiknya digunakan adalah kacamata, pengaman kedap bahan kimia, sarung
tertutup rapat, pekerja tidak makan dan minum saat menangani kalium hydroxide,
APD seperti kacamata, sarung tangan karet, dan belum menyediakan pengaman
kedap bahan kimia.APD yang telah tersedia tersebut tidak digunakan pekerja saat
menangani kalium hydroxide. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada
hanya tersedia nama produk P1 alkalinity tab, tidak tersedia nama kimia, nama
lain produk atau sinonim, rumus kimia dan kode produksi. Berdasarkan observasi
nama bahan adalah alkalinity P, tidak tersedia nama kimia, nama lain produk atau
sinonim, rumus kimia dan kode produksi. Pada kemasan tersedia piktogram yang
botol kaca. Bahan ini diproduksi di Inggris. Menurut Keputusan Menteri Tenaga
disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi,
sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada kemasan belum sesuai
berbahaya pada kulit dan dapat menyebabkan iritasi pada mata, tidak berbau
namun dapat menyebabkan keracunan saat ditelan. Menurut Marham Sitorus dan
Ani Sutiani bahan kimia dengan klasifikasi basa kuat dapat menyebabkan luka
yang serius bila mengenai tubuh. Berdasarkan teori diatas yang tercantum dalam
MSDS sudah sesuai. Pada MSDS P1 alkalinity tab bagian tindakan Pertolongan
tersedia sabun dan air mengalir untuk membasuh mata dan mencuci kulit yang
udara segar dan menyediakan dokter perusahaan yang dapat dihubungi jika
Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia adalah
mencuci bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban
dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis.
pada umumnya merupakan bahan yang tidak mudah terbakar, tetapi dapat
menimbulkan ledakan dan percikan jika terkena udara atau uap air atau jika
laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry powder.
Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan korosif
harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder.
teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yaitu
tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah, bersihkan
bagian badan yang terkena bahan dengan air. Berdasarkan observasi pada saat
tumpahan daerah bahayanya dengan safety sign karena tidak terdapat safety sign
pada laboratorium dan bahan yang tumpah jumlahnya sedikit sehingga pekerja
menghindari tercecer dan tumpahan bahan ini dengan menjauhkan barang yang
kertas atau tisu melainkan dengan kain lalu memasukkan ke dalam wadah
tumpahan. Pekerja juga membersihkan bagian badan yang terkena bahan dengan
dengan isi MSDS, namun sudah sesuai dengan teori di atas. Pada MSDS bagian
disimpan dalam ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat dan
terhindar dari kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari asam, namun
diberikan label bahan yang tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut
Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin
dan berventilasi, hindari dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan
disimpan pada tempat yang berlebel dan bahan yang bersifat alkalis disimpan
pada ruang atau lemari asam (fumehood) untuk menghindari gas yang timbul.
dilakukan oleh pekerja belum sesuai karena label pada penyimpanannya tidak
sesuai dengan sifat bahan. Pada MSDS bagian pengendalian pemajanan dan APD,
harus tertutup rapat, jangan makan dan minum sewaktu menangani pekerjan ini,
khususnya sebelum makan dan minum. APD yang sebaiknya digunakan adalah
kacamata, masker, sarung tangan karet, dan pakaian kerja analis. Berdasarkan
observasi bahan disimpan pada wadah yang tertutup rapat, pekerja tidak makan
seperti kacamata, masker, serung tangan karet, dan belum menyediakan pakaian
kerja analis karena pada saat dilakukan penelitian baju kerja analis masih dalam
proses pemesanan. APD yang telah tersedia tersebut tidak digunakan pekerja saat
menangani P1 alkalinity tab. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada
Sulfuric acid. Pada MSDS sulfuric acid bagian identitas produk tersedia
nama bahan sulfuric acid, nama dagang asam sulfat, dan rumus kimia H2SO4 dan
kadar 98% (minimum). Berdasarkan observasi bahan kimia dengan nama produk
sulfuric acid belum dilengkapi rumus kimia, kode produksi bahan adalah
Bahan ini diproduksi di Jerman. Pada kemasan bahan ini disediakan piktogram
yang menandakan bahan ini bersifat korosif, bahan dikemas dalam botol kaca 2,5
liter. Berdasarkan hal tersebut kadar bahan pada MSDS dan pada kemasan bahan
disediakan dalam MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi,
sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada kemasan sesuai dengan
bahaya disebutkan bahwa jika terkena mata karena dapat menyebabkan luka bakar
dan kebutaan, jika terkena kulit dapat menyebabkan luka bakar dan dapat
meninggalkan bekas, jika tertelan dapat menyebabkan iritasi yang parah pada
kulit, saluran tenggorokan, lambung dan jaringan lain yang dapat berakibat fatal,
jika terhisap dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan jaringan
paru-paru, hindari mengisap uapnya dan kontak dengan asam tanpa peralatan yang
memadai, jangan makan dan minum di daerah kerja. Menurut Marham Sitorus
dan Ani Sutiani sulfuric acid merupakan salah satu bahan kimia golongan asam
kuat yang dapat merusak kulit yang lama sembuh dan meninggalkan bekas parut.
Berdasarkan teori diatas yang tercantum dalam MSDS sudah sesuai. Pada MSDS
bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yaitu pada mata
bilas segera dengan air yang banyak selama 15 menit dengan kelopak mata
terbuka, bila berlanjut hubungi dokter, pada kulit bilas segera dengan air yang
banyak selama 15 menit dan segera diobati, pada pernafasan segera pindahkan
korban ke udara terbuka berikan gas O2 jika sulit bernafas, berikan pernafasan
buatan, jika nafas terhenti selimuti diamankan dan segera hubungi dokter, pakaian
yang terkontaminasi cuci segera dengan air yang banyak, lepaskan pakaian dan
air mengalir untuk membasuh mata, mencuci kulit, dan pakaian yang
terkontaminasi sulfuric acid, tersedia juga tempat untuk mengirup udara segar,
jauh dari laboratorium. Perusahaan juga menyediakan tenaga medis seperti dokter
pertolongan. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena
bahan kimia cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun,
korban dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas
mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan MSDS dan teori. Pada
kebakaran bila kontak dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-lain, dan
sangat reaktif dengan bubuk zat organik. Bahaya ledakan timbul akibat kelebihan
pengeluaran gas hydrogen akibat terkena panas yang berlebihan. Sulfuric acid
akan mengalami penguraian bila terkena panas, mengeluarkan gas SO2, asam
encer bereaksi dengan logam menghasilkan gas hydrogen yang eksplosif bila
terkena nyala api atau panas. Sulfuric acid bereaksi hebat dengan air. Berdasarkan
observasi saat penelitian tidak ditemukan kebakaran akibat penggunaan bahan ini
dan dalam penanganan sulfuric acid tidak ditemukan gula maupun selulosa yang
dapat menimbulkan kebakaran dan dalam mencegah keluarnya gas hydrogen yang
berlebih, bahan disimpan di ruangan berventilasi dan dingin dan tidak ada sumber
nyala api sehingga terhindar dari reaksi eksplosi. Pekerja juga menghindari kontak
dengan air saat menangani sulfuric acid untuk menghindari reaksi hebat yang
bahan korosif harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry
MSDS dan teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
disebutkan bahwa jika terjadi tumpahan dan kebocoran jauhkan dari manusia,
tutup area yang kena dengan pasir dan tanah, pindahkan asam ke tempat yang
kosong dan cuci areal bocor dengan air, netralisir dengan sodalime. Berdasarkan
hasil observasi saat terjadi tumpahan pekerja segera membersihkan tumpahan dan
menjauhkan dari pekerja lain, pekerja tidak menutup tumpahan dengan pasir
karena pasir yang disediakan perusahaan terletak jauh dari laboratorium dan
campuran NaOH dan Ca(OH)2. Selanjutnya diencerkan dengan air dan dibuang.
tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan MSDS dan teori di atas. Pada MSDS
disimpan dalam ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat dan
terhindar dari kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari yang diberikan label
bahan yang tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut Marham Sitorus
dan Ani Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi,
respirator digunakan untuk pernafasan dan terhindar dari iritasi pernafasan, sarung
tangan karet, kacamata, baju pelindung, sepatu boot dan helm. Berdasarkan
observasi APD yang tertera dalam MSDS sudah disediakan perusahaan kecuali
baju pelindung (pakaian kerja analis), namun pelindung pernafasan, sarung tangan
karet, kacamata tidak digunakan oleh pekerja, sepatu boot dan helm digunakan
pekerja tetapi di luar laboratorium. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada
Tablet hardnnes. Pada MSDS tablet hardnnes pada identitas bahan hanya
tersedia nama bahan adalah tablet hardness, tidak tersedia rumus kimia, nama
kimia, dan kadar. Berdasarkan observasi bahan kimia dengan nama produk
hardness LR dengan rumus kimia CaCO3, tidak diketahui kode produksi dan nama
lain produk atau sinonim, bahan ini berbentuk padat dan dikemas dalam botol
kaca. Bahan ini diproduksi di Inggris. Pada kemasan bahan disediakan piktogram
kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan hal tersebut identitas bahan pada
Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS disebutkan bahwa bahan
ini sangat berbahaya pada kulit, dapat menyebabkan iritasi pada mata dan debu
yang keluar dari bahan ini dapat mengganggu saluran pernafasan. Menurut
Achadi Budi Cahyono bahan kimia seperti tablet hardness merupakan bahan
kimia iritan, bahan kimia iritan pada umumnya adalah bahan korosif. Bahan
tersebut dapat bereaksi dengan jaringan tubuh seperti kulit, mata, dan saluran
pernafasan. Berdasarkan teori diatas, identifikasi yang tertera dalam MSDS sudah
sesuai. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
belum disediakan informasi. Pada saat dilaksanakan penelitian tidak ada pekerja
peneliti temukan di laboratorium sudah tersedia sabun dan air mengalir untuk
membasuh mata dan mencuci kulit yang terkena tablet hardness. Perusahaan juga
perusahaan yang dapat dihubungi jika sewaktu-waktu ada pekerja yang keracunan
akibat tertelan bahan. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika
terkena bahan kimia cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air
dan sabun, korban dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi
untuk mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan MSDS dan teori.
Bahan korosif pada umumnya merupakan bahan yang tidak mudah terbakar, tetapi
dapat menimbulkan ledakan dan percikan jika terkena udara atau uap air atau jika
laboratorium telah disediakan pemadam kebakaran tanpa air atau dry powder.
Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan korosif
harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder.
teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yaitu
tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah, bersihkan
bagian badan yang terkena bahan dengan air. Berdasarkan observasi pada saat
tumpahan daerah bahayanya dengan safety sign karena tidak terdapat safety sign
pada laboratorium dan bahan yang tumpah dalam jumlah sedikit, namun pekerja
segera menghindari tercecer dan tumpahan bahan ini dengan menjauhkan barang
yang ada disekitar tumpahan. Pekerja mengutip tumpahan bahan dengan kain lalu
badan yang terkena bahan dengan air yang tersedia di laboratorium. Menurut
Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan bahan padat dibersihkan dan langsung
yang sesuai dengan isi MSDS, namun sudah sesuai dengan teori di atas. Pada
hardness disimpan dalam ruangan yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup
rapat dan terhindar dari kontaminasi udara, dan disimpan dalam lemari yang
diberikan label bahan yang tidak sesuai dengan sifat bahan yaitu reaktif. Menurut
Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan korosif disimpan di ruangan yang dingin
dan berventilasi, hindari dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat, dan
disimpan pada tempat yang berlebel. Berdasarkan teori tersebut, pekerja belum
karena label penyimpanan belum sesuai dengan label bahan. Pada MSDS bagian
dengan meletakkan bahan di tempat atau wadahnya harus tertutup rapat, jangan
kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan
minum. APD yang sebaiknya digunakan adalah kacamata, masker, sarung tangan
karet, dan pakaian kerja analis. Berdasarkan observasi bahan telah disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat, pekerja tidak makan maupun minum saat
menangani tablet hardness dan pekerja selalu melakukan praktik kebersihan diri
karet, dan belum menyediakan pakaian kerja analis karena pada saat dilakukan
Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada laboratorium kimia banyak menggunakan
Thimol blue indicator. Pada MSDS tymol blue indicator bagian identitas
produk hanya tersedia nama bahan tymol blue indicator, belum disediakan rumus
kimia, nama kimia, dan kadar. Berdasarkan observasi Bahan kimia dengan nama
produk thymol blue dilengkapi rumus kimia C27H28Br2O5S, kode produksi bahan
adalah 1.08176. 0025, nama lain produk atau sinonimnya adalah tymolblau. Kadar
thymol blue yang digunakan 1%. Bahan ini diproduksi di Jerman. Bahan dikemas
dalam botol kaca 25 gram. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
MSDS meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan
hal tersebut identitas bahan pada kemasan sesuai dengan Keputusan Menteri
disebutkan bahwa tymol blue berbahaya pada kulit dan dapat meninggalkan warna
yang melekat pada kulit, menyebabkan iritasi pada mata. Menurut Marham
Sitorus dan Ani Sutiani bahan kimia dengan golongan asam dapat menimbulkan
iritasi pada kulit dan mata. Pada MSDS bagian tindakan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) dinyatakan bila terkena tangan atau anggota tubuh segera
sudah tersedia air mengalir untuk membasuh mata, mencuci kulit, dan pakaian
yang terkontaminasi, tersedia juga tempat untuk mengirup udara segar, dan
Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia cucilah
bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban dibawa ke
tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis. Berdasarkan hal
tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan
pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry powder. Berdasarkan hal
tindakan penanggulangan kebakaran yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian
bahan, kutip tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah,
bersihkan bagian badan yang terkena bahan ini dengan air. Berdasarkan observasi
tumpahan dengan safety sign karena di laboratorium belum disediakan safety sign
dan tumpahan bahan sangat sedikit, sehingga saat ada tumpahan tymol blue
pekerja langsung membersihkan dengan air lalu dilap dengan menggunakan kain,
pekerja membersihkan badan yang terkena bahan ini dengan air yang mengalir.
Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tumpahan larutan asam disiram dengan
tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan teori. Pada MSDS
tymol blue dijauhkan dari bahan yang bersifat basa. Berdasarkan observasi tymol
blue selalu berada jauh dari bahan yang bersifat basa seperti P1 alkalinity tab dan
dan Ani Sutiani bahan korosif seperti asam-asam disimpan di ruang yang
berventilasi dan dingin, terhindar dari kontaminasi udara, wadah tertutup rapat.
penanganan bahan yang sesuai. Pada MSDS bagian pengendalian pemajanan dan
APD disebutkan bahwa bahan harus disimpan di tempat yang tertutup rapat,
kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini khususnya sebelum makan dan
minum, gunakan APD seperti kacamata dan sarung tangan karet. Berdasarkan
observasi bahan disimpan di tempat yang tertutup rapat, pekerja tidak makan dan
minum saat menangani tymol blue. APD yang tertera dalam MSDS telah
Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada laboratorium kimia banyak
baik.
tersedia nama bahan trinatrium citrate dan rumus kimia Na3C6H5O7, tidak
disediakan nama kimia dan kadar.Bahan kimia dengan nama produk natrium citrat
dilengkapi dengan kadar 30%, belum disediakan rumus kimia, kode produksi,
nama lain produk atau sinonim. Bahan ini berbentuk cair dan dikemas dalam botol
plastik 500 ml. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
meliputi nama bahan, rumus kimia, kode produksi, sinonim. Berdasarkan hal
tersebut identitas bahan pada kemasan belum sesuai dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada bagian identifikasi bahaya dalam MSDS
belum disediakan informasi. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan
kimia dengan golongan asam dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan mata. Pada
jika terjadi kontak kulit segera cuci dengan air mengalir, jika terjadi kontak mata
segera basuh mata secara menyeluruh selama beberapa menit, jika bahan tertelan
laboratorium sudah tersedia air mengalir untuk membasuh mata, mencuci kulit,
dan pakaian yang terkontaminasi, tersedia juga tempat untuk mengirup udara
segar, dan perusahaan menyediakan kontak petugas medis seperti dokter yang
Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani tindakan P3K jika terkena bahan kimia
cucilah bagian tubuh yang kena bahan tersebut dengan air dan sabun, korban
dibawa ke tempat yang banyak oksigen (segar) dan hubungi petugas medis.
mengimplementasikan tindakan P3K yang sesuai dengan teori. Pada MSDS bagian
kering (CO2) dan semprotan air pada kebakaran besar. Berdasarkan observasi saat
kebakaran. Menurut Buntarto alat pemadam kebakaran untuk bahan kimia bahan
korosif harus disediakan pemadam kebakaran tanpa air seperti CO2 dan dry
dengan teori. Pada MSDS bagian tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
yaitu membatasi daerah bahayanya, hindari tercecer atau tumpahan bahan, kutip
tumpahan bahan ini dengan kertas atau tisu masukan ke suatu wadah. Berdasarkan
tidak membatasi tumpahan daerah bahayanya dengan safety sign karena tidak
kecil, namun pekerja segera menghindari tercecer dan tumpahan bahan ini dengan
bahan dengan kain lalu memasukkan ke dalam wadah tumpahan. Pekerja juga
membersihkan bagian badan yang terkena bahan dengan air yang tersedia di
laboratorium. Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani, tumpahan bahan padat
tumpahan dan kebocoran yang sesuai dengan isi MSDS, namun sudah sesuai
dengan teori di atas. Pada MSDS bagian penyimpanan dan penanganan bahan
wadah yang tertutup rapat, penyimpanan di ruangan yang berventilasi dan dingin.
Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani bahan korosif seperti asam-asam
disimpan di ruang yang berventilasi dan dingin, terhindar dari kontaminasi udara,
kebersihan diri setelah menggunakan bahan ini, khususnya sebelum makan dan
minum, jangan makan dan minum sewaktu menangani pekerjaan, dan gunakan
APD seperti kacamata, masker, sarung tangan karet, pakaian kerja analis.
pekerjaan, tidak makan dan minum sewaktu menangani pekerjaan, dan APD yang
Menurut Marham Sitorus dan Ani Sutiani pada laboratorium kimia banyak
tangan, pelindung mata, alat pelindung pernafasan. Berdasarkan hal diatas pekerja
1. Nama bahan.
2. Rumus kimia.
3. Kode produksi.
4. Sinonim.
meliputi:
1. Nama bahan.
2. Rumus kimia.
3. Nama Kimia.
4. Kadar.
Tahun 1999, MSDS di laboratorium yang bagian identitas sesuai formatnya sesuai
bahaya dalam MSDS berisi tentang ringkasan bahaya yang penting dan akibatnya
Nomor 187 Tahun 1999, MSDS di laboratorium bagian identifikasi bahaya belum
identifikasi bahaya hanya berisi tentang akibatnya terhadap kesehatan mata, kulit,
dalam MSDS menjelaskan tindakan P3K yang harus dilakukan pada saat bahan
kimia terkena pada mata, kulit, tertelan, dan terhirup. Berdasarkan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 187 Tahun 1999, MSDS di
laboratorium bagian tindakan P3K yang formatnya sesuai sebanyak 20% yaitu
3. Daerah mudah terbakar, meliputi batas terendah mudah terbakar dan batas
kebakaran belum ada yang sesuai dengan format Kepmenaker, MSDS yang
sebagian bahan kimia hanya berisi tentang sifat bahan mudah terbakar dan bahaya
khusus yang timbul dari bahan dan pada sebagian lainnya hanya berisi media
pemadaman api.
Tahun 1999 belum ada MSDS di laboratorium yang pada bagian tindakan
laboratorium pada bagian tindakan tidak ada perbandingan antara tumpahan kecil
dan besar dan tidak tercantum APD yang harus digunakan dalam mengatasinya.
1. Penanganan bahan.
4. Penyimpanan.
mengenai:
1. Pengendalian teknis.
2. Alat pelindung diri, seperti pelindung pemajanan mata, kulit, tangan, dan lain
sebagainya.
APD sebanyak 90% yaitu ammonium hepta molybdate.coustic soda, ethanol, iso
hexan, kalium hydroxide, p1alkalinity tab, tablet hardness, thimol blue indicator,
trinatrium citrate.
Kesimpulan
(MSDS) pada pekerja laboratorium tahun 2018 maka diperoleh kesimpulan bahwa
sulfuric acid, tablet hardness, thimol blue indicator, trinatrium citrate identifikasi
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan penanganan kebakaran sesuai MSDS. Semua
bahan kimia tindakan terhadap tumpahan sesuai MSDS, 5 bahan kimia yaitu
citrate tindakan penyimpanan dan penanganan sesuai MSDS. Bahan kimia yang
tidak sesuai dengan MSDS terdapat 7 bahan yaitu ethanol, iso hexan, kalium
hidroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric acid, tablet hardness, thimol blue indicator,
trinatrium citrate identitas bahan tidak sesuai di kemasan, 1 bahan kimia yaitu
ethanol identifikasi bahaya belum sesuai teori, semua bahan kimia di laboratorium
coustic soda, kalium hidroxide, p1 alkalinity tab, sulfuric acid, tablet hardness
tindakan penyimpanan dan penanganan tidak sesuai MSDS dan semua bahan
adalah ammonium heptamolybdate, thimol blue indicator dan yang tidak baik
Saran
MSDS untuk setiap bahan kimia yang digunakan di Laboratorium agar pekerja
mengontrol pekerja dalam penggunaan APD yang sesuai dengan isi MSDS
masing-masing bahan kimia yang digunakan dan memberikan sanksi yang tegas
bagi pekerja yang tidak menggunakan APD yang telah disediakan perusahaan.
Indah, Utari, Prams, & Juli. (2015). Kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Laboratorium
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahaya.
3. Tindakan P3K.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran.
Kebocoran:
b. Kumpulkan tumpahan
dengan air.
Bahan:
tertutup rapat.
Pelindung Diri:
sewaktu menangani
pekerjaan.
b. Melakukan praktik
dan minum.
c. Gunakan APD:
2. Masker.
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahan.
3. Tindakan P3K:
lanjutkan penyiraman
licin lagi.
berikan minuman.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran:
jauh).
Kebocoran:
padat dengan
digunakan lagi.
bersihkan dengan
maupun larutan.
Bahan:
a. Penanganan harus
hati.
b. Pengenceran dilakukan
dengan menambahkan
sambil dilakukan
pengadukan bukan
sebaliknya.
yang tumpah.
ke unit pengolahan
limbah.
Pelindung Diri:
penanganan caustic.
setelah melakukan
penanganan caustic.
c. Gunakan:
2. Pelindung muka.
4. Sepatu karet.
5. Baju analis.
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahaya.
3. Tindakan P3K:
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran.
Kebocoran:
Bahan:
tertutup rapat.
nitrat, magnesium
Pelindung Diri:
ruangan.
b. Lakukan praktik
kebersihan setelah
c. Gunakan APD:
2. Masker.
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahaya.
3. Tindakan P3K:
singkirkan sumber
diperlukan.
selama 20 menit.
pakaian yang
terkontaminasi.
muntah.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran:
karbondioksida, bubuk
mendinginkan wadah
terbakar.
Kebocoran:
a. Membatasi daerah
diperas.
dengan air.
Bahan:
di truangan uang
berventilasi.
tertutup rapat.
grounding.
e. Menyediakan larangan
Pelindung Diri:
sewaktu menangani
b. Lakukan praktik-praktik
dan minum.
c. Gunakan APD:
2. Masker.
Sesuai
Ada
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak
Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahaya.
3. Tindakan P3K.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran.
a. Membatasi daerah
tumpahan bahan.
Bahan:
a. Menyimpan bahan di
Pelindung Diri:
daerah kerja.
b. Melakukan praktik-praktik
mengggunakan bahan,
dan minum.
c. Gunakan APD:
air.
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahan.
3. Tindakan P3K.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran.
Kebocoran:
tumpahan bahan.
kemudian masukkan ke
suatu wadah.
air.
Bahan:
tertutup rapat.
Pelindung Diri:
sewaktu menangani
pekerjaan.
c. Melakukan praktik
menggunakan bahan,
dan minum.
d. Gunakan APD:
2. Masker.
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahaya.
3. Tindakan P3K:
hubungi dokter.
berpindah ke daerah
terbuka.
parah terkontasimasi.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran:
a. Disediakan informasi
dapat menimbulkan
berlebihan.
Kebocoran:
Bahan:
berventilasi.
Pelindung Diri:
a. Melakukan praktik
kebersihan diri.
b. Gunakan APD:
1. pelindung pernafasan.
4. Baju pelindung.
5. Sepatu boot.
6. Helm.
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahaya.
3. Tindakan P3K.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran.
Kebocoran:
a. Membatasi daerah
tumpahan.
Bahan:
Pelindung Diri:
sewaktu menangani
pekerjaan.
b. Lakukan praktik-praktik
dan minum.
c. Gunakan APD:
2. Masker.
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahaya.
3. Tindakan P3K:
warnanya hilang.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran.
Kebocoran:
wadah.
dengan air.
Bahan:
Pelindung Diri:
sewaktu menangani
pekerjaan.
b. Lakukan praktik-praktik
dan minum.
c. Gunakan APD:
1. Kacamata
pelindung.
2. Sarung tangan
karet.
Ada Sesuai
No. Hal yang Perlu Diamati
Ya Tidak Ya Tidak
1. Identitas Bahan.
2. Identifikasi Bahaya.
3. Tindakan P3K:
hubungi dokter.
4. Tindakan Penanggulangan
Kebakaran.
Kebocoran:
Bahan:
tertutup rapat.
7. Gunakan APD:
ini.
b. Melakukan praktik
kebersihan diri.
1. Kacamata
2. Masker
Putih.
Gambar 1. Alkalinity P
Gambar 4. Hardness LR