Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH
TEKNOLOGI SEL, JARINGAN DAN ORGAN TANAMAN
“PROTOPLAS SEBAGAI FUNGSI GENETIKA, KHUSUSNYA FUSI
PROTOPLAS ”

DITA DINDASARI
G012191005

PROGRAM PASCASARJANA
AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang................................................................................. 3
1.2. Tujuan Penulisan ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 5


2.1. Protoplas sebagai fungsi genetika.................................................... 5
2.2. Isolasi Protoplas............................................................................... 6
2.3. Sejarah Perkembangan Fusi protoplas............................................. 7
2.4. Fusi Protoplas................................................................................... 7
2.5. Aplikasi Fusi Protoplas dan Pemanfaatannya dalam Pemuliaan
Tanaman........................................................................................... 8
2.6. Potensi Fusi protoplas secara umum................................................ 10

BAB III PENUTUP........................................................................................... 11


3.1. Kesimpulan..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu cara untuk mengatasi masalah dalam pengembangan tanaman
unggul adalah dengan menciptakan varietas baru yang berproduksi tinggi dan
tahan terhadap hama, penyakit serta cekaman abiotik. Beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk mendapatkan varietas baru antara lain melakukan persilangan
dengan spesies tertentu, melakukan mutasi buatan, penerapan metode transformasi
atau melakukan fusi protoplas (Sukmadjaja, 2007)
Protoplas pada dasarnya adalah sel hidup dikurangi dinding selnya atau
sering disebut sebagai sel telanjang dan sebagai satu-satunya pembatas adalah
membran plasma yang membatasi lingkungan luar dengan bagian dalam sel.
Protoplas adalah jenis sel yang dapat berupa sel tumbuhan, sel bakteri atau sel
jamur di mana dinding sel telah terdegradasi secara total atau sebagian.
Protoplas dapat digunakan untuk mengamati biologi membran dan variasi
somaklonal. Variasi somaklonal digunakan untuk mengamati variasi pada
tanaman yang diproduksi melalui kultur jaringan tanaman. Dalam membran,
protoplas biologi digunakan untuk mengidentifikasi jalur berbeda yang digunakan
dalam pengambilan makromolekul dan juga untuk mendeteksi berbagai jenis
virus. Teknologi transformasi DNA memanfaatkan protoplas secara luas. Ini
karena sel-sel ini tidak memiliki dinding sel dan karenanya, membantu pergerakan
DNA ke dalam sel tanpa penyumbatan. Regenerasi tanaman juga menggunakan
protoplas secara luas. Awalnya tumbuh menjadi sekelompok sel tanaman yang
kemudian berkembang menjadi kalus. Dalam konteks pemuliaan tanaman,
protoplas terlibat dalam teknik yang disebut Fusi protoplas.
Fusi protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom
dari spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama
(inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter-genus). Penggunaan fusi
protoplas memungkinkan diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat
heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat keberhasilannya sangat ditentukan
oleh genotipenya (Mollers et al. 1992).
4

Teknologi fusi protoplas juga dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat


tertentu seperti sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit serta cekaman abiotik
(Purwito 1999). Dengan demikian, tanaman hasil fusi dapat berupa tanaman
dengan sifat-sifat gabungan dari kedua tetuanya termasuk sifat-sifat yang tidak
diharapkan terutama berasal dari spesies liar. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan sifat-sifat yang tidak diinginkan tersebut maka perlu dilakukan
silang balik (back cross) dengan tetua budi daya.

1.2. Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui protoplas sebagai fungsi genetika
b. Cara untuk mengisolasi protoplas
c. Bagaimana sejarah perkembangan Fusi Protoplas
d. Untuk mengetahui pengertian Fusi Protoplas
e. Untuk mengetahui aplikasi fusi protoplas dan pemanfaatannya dalam
pemuliaan tanaman
f. Untuk mengetahui potensi fusi protoplas secara umum
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Protoplas sebagai fungsi genetika


Protoplas adalah sel tanaman yang telah direduksi dinding selnya dengan
baik secara mekanis maupun biokimia sehingga yang tersisa adalah sel telanjang
yang hanya dilapisi oleh membran plasma.

Gambar 1. Protoplas Arabidopsis (yang sudah dihilangkan


dinding selnya)

Istilah protoplas pertama kali diperkenalkan oleh Hanstein pada tahun 1880.
Protoplas sangat rentan terhadap pengaruh tekanan osmotik, sehingga diperlukan
tekanan osmotik yang cocok (isotonik) dan harus stabil. Apabila tekanan osmotik
tidak cocok maka protoplas akan lisis atau malah terjadi plasmolisis. Tekanan
osmotik sangat penting diperhatikan pada proses pembuatan larutan enzim,
medium pencuci/pembilas saat isolasi dan medium kultur kloroplas.
Protoplas tidak hanya bisa diisolasi dari sel tanaman saja tetapi juga dari sel
bakteri atau jamur (fungi) yang seluruh dinding selnya telah dihilangkan.
Protoplas dapat diisolasi dari hampir semua bagian tanaman seperti akar, batang,
daun, umbi, nodul akar, buah, endosperm, maupun sel polen atau serbuk sari serta
suspensi sel Adapun pemuliaan tanaman yang dapat dilakukan dengan Teknik
kultur protoplas untuk memanipulasi genetik tanaman seperti fusi protoplas,
transformasi protoplas, dan fariasi somaklonal/protoklonal pada tingkat protoplas
(Husni, 2010)
6

2.2. Isolasi Protoplas


Ada dua cara mengisolasi protoplas yaitu secara mekanik dan enzimatik.
Cara mekanik digunakan saat pertama kali berkembangnya isolasi protoplas.
Jaringan tanaman dikondisikan dalam larutan hipertonik agar terjadi plasmolisis
sel kemudian diamati di bawah mikroskop dan pemotongan dinding sel dilakukan
dengan menggunakan skarpel sampai protoplas keluar dari dinding sel (Anonim,
2013)
 Metode mekanis ini hanya untuk sel dengan vakuola besar misalnya union
bulb scale, radish and beet root tissues, protoplas yang dihasilkan sedikit
karena membutuhkan keterampilan yang cukup tinggi, prosesnya sangat
menyita tenaga dan perlu keahlian khusus serta viabilitas protoplasnya
rendah.
 Metode enzimatik biasanya menggunakan enzim pektinase dan selulase yang
berfungsi sebagai pendegradasi lamela tengah dan menguraikan selulosa pada
dinding sel tanaman. Sebaiknya dilakukan pre enzyme treatments agar
penetrasi larutan enzim ke dalam ruang antar sel sel-sel daun.
Pada dasarnya protoplas dapat diisolasi dari berbagai jaringan tanaman yang
ditumbuhkan secara invivo atau invitro. Jaringan tanaman yang digunakan untuk
isolasi protoplasma umumnya berupa jaringan yang muda, yaitu berasal dari
tanaman yang mempunyai umur fisiologis muda, seperti pucuk muda (seperti dari
kecambah, bibit, plantlet), pucuk adventif hasil pangkasan. Isolasi protoplasma
dari sel jaringan muda tersebut lebih mudah dikarena dinding selnya masih
sederhana dan hanya terdiri dari dinding sel primer saja dan jaringannya masih
memiliki sel-sel parenchyma, dinding selnya belum berlignin, sehingga belum
terlalu kompleks. Walaupun demikian, pada keadaan tertentu sumber protoplas
juga bisa didapatkan dari jaringan yang telah dewasa, namun media yang
digunakan untuk isolasi protoplasma akan lebih kompleks lagi karena dinding
selnya telah berlignin, telah memiliki dinding sel primer dan dinding sel sekunder
(Abo El-Nil dan Hilderbrandt, 1971); kalus dari tanaman Gossypium hirsutum
(Bhojwani et al. 1977)
7

2.3. Sejarah Perkembangan Fusi Protoplas


Terdapat beberapa catatan sejarah tentang mengenai keberhasilan isolasi
protoplas dari sel tanaman. Protoplas pertama kali diisolasi secara mekanik oleh J.
Klercker (1892), dari sel yang mengalami plasmolisis (suatu proses dimana
lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakbibatkan keluarnya sebagian air
dari vakuola). Pada tahun 1927 E. Kiister, berhasil mengisolasi protoplas dari
beberapa tanaman seperti Solatium nigram, Lycopersicon esculenium dll. Dinding
sel dihidrolisis selama proses pematangan buah sehingga protoplas dapat
dikeluarkan dari sel. Selanjutnya R. Chambers and K. Hofler (1931), berhasil
mengisolasi beberapa protoplas dari potongan tipis jaringan epidermis umbi dari
bawang merah dalam larutan 1M sukrosa, sehingga protoplas mengerut dari
dinding sel dan dapat dikeluarkan dengan pisau.
Pada tanaman buah-buahan, teknik fusi protoplas ini menuai sukses yang
besar pada tanaman jeruk, yaitu melalui fusi protoplas yang berasal dari suspensi
sel-sel embriogenik dengan protoplas yang berasal dari sel-sel daun. Teknik ini
berhasil meregenerasikan tanaman jeruk hibrida dari sekitar 500 kombinasi tetua
yang berbeda.

2.4. Fusi Protoplas


Fusi protoplas (hibridisasi somatik) merupakan salah satu metode yang
cukup penting dalam program pemuliaan tanaman, yaitu berperan dalam
meningkatkan keragaman genetik tanaman. Hal ini dikarenakan melalui metode
ini hibridisasi dapat dilakukan tidak saja antar spesies tetapi juga antar genus,
yang tidak mungkin atau sangat sulit dilakukan dengan persilangan konvensional.
Selain itu, teknik ini menguntungkan untuk diterapkan dalam persilangan tanaman
steril ataupun tanaman dengan siklus hidup yang panjang. Untuk menginduksi
atau mendukung terjadinya fusi protoplas dapat dilakukan dengan pemakaian
senyawa kimia seperti polietilen glikol (PEG) ataupun penggunaan arus listrik
untuk membantu fusi (elektrofusi). Ketika dua protoplas bersatu, dapat terjadi
pemisahana atau penggabungan dua inti sel (nukleus) sehingga menghasilkan
8

tanaman dengan sifat baru hasil pencampuran kedua tetua. Apabila salah satu inti
sel hilang selama terjadinya fusi maka akan dihasilkan sel baru yang disebut
sitoplasmik hibrid (cybrid) (Anonim, 2013)
Fusi protoplas dapat dilakukan untuk mentransfer beberapa gen yang
berguna seperti gen ketahanan terhadap penyakit, fiksasi nitrogen, tingkat
pertumbuhan yang cepat, pembentukan produk tertentu yang lebih banyak,
kualitas protein, toleran terhadap suhu dingin, toleran terhadap kekeringan,
resistensi terhadap herbisida dari satu spesies ke spesies lainnya. Teknik ini dapat
dilakukan untuk perbaikan suatu spesies karena dapat menghasilkan rekombinasi
genetik dengan sifat yang diinginkan.
Menurut Dodds dan Robert (1983) untuk melaksanakan fusi protoplas
dikerjakan dengan langkah-langkah yang secara garis besarnya adalah :
1. Pemilihan protoplas sebagai pasangan fusi
2. Induksi Fusi
3. Identifikasi Protoplas hasil fusi dan budidaya protoplas hasil fusi

2.5. Aplikasi Fusi Protoplas dan Pemanfaatannya dalam Pemuliaan


Tanaman
1. Mengatasi hambatan/ inkompatibilitas genetik dalam persilangan
konvensional
Hibridisasi somatik dapat dilakukan pada tanaman yang berbeda spesies
seperti antara tanaman terong dan kentang (Yu et al. 2013). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kao dan Chatterjee (1988) juga menunjukkan keberhasilan fusi
intergenera antara tanaman Brassica juncea dan Diplotaxis muralis, yang tidak
mungkin dilakukan melalui persilangan konvensional.
2. Peningkatan Keragaman Genetik
Sumbangan yang nyata dari penelitian-penelitian hibridisasi somatik
menggunakan teknik fusi protoplas adalah dalam produksi hibridisasi intergenera
yang secara genetik kekerabatannya cukup jauh dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan persilangan secara konvensional, sehingga dapat meningkatkan
keragaman genetik tanaman (Wang et al. 2006).
9

3. Menghasilkan spesies tanaman baru


Melalui teknik fusi protoplas atau hibrida somatik tanaman B. carinata, B.
juncea dan B. napus dapat diproduksi dengan manggabungkan protoplas dari
kedua tanaman tetua yang berbeda spesies (Uddin, 2014)
4. Ketahanan terhadap hama dan penyakit
Masih dalam famili solanaceae, hibrida somatik yang dilakukan antara
tanaman terong Solanum melongena, dan kerabat liarnya S.
sisymbrifolium ditinjau sebagai suatu cara yang cukup efektif dalam mentransfer
ketahanan terhadap nematoda dan mite kedalam tanaman terong (Handley and
Kumashiro 1986). Hibrida antara kedua spesies tersebut sangat sulit untuk
didapatkan melalui persilangan secara seksual biasa.
5. Ketahanan terhadap lingkungan abiotik
Fusi protoplas antara tanaman tomat Lycopersicon esculentum  dan tanaman
kentang  Solanum lycopersicodes dilakukan untuk mendapatkan tanaman tomat
yang toleran terhadap suhu dingin (Handley dan Kumashiro 1986).
6. Mendapatkan tanaman steril jantan/male steril
Tanaman mandul jantan atau steril jantan sering didapatkan dari hasil fusi
asimetris. Sifat sterilitas jantan, yang terdapat dalam sitoplasma dari tanaman N.
debneyi, ditransfer kedalam tanaman tembakau (Nicotiana tabacum). Fusi
protoplas antara tanaman tembakau dan N. Debneyi dilakukan dengan
sebelumnya meradiasi protoplas dari N. Debneyi dengan sinar X untuk
menghilangkan atau memfragmentasi kromosom inti dari N. Debneyi (Handley
and Kumashiro 1986).
7. Manipulasi ploidi
Pada tanaman jeruk, hibridisasi somatik melalui fusi protoplas ini digunakan
untuk memproduksi tanaman allotetraploid, yang selanjutnya digunakan sebagai
tetua didalam persilangan interploid untuk menghasilkan tanaman jeruk triploid
yang tidak memiliki biji (Grosser and Gmitter 2005)
8. Perbaikan sifat/karakter tanaman
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, fusi
protoplas berhasil dilakukan untuk memperbaiki karakter tanaman. Pada tanaman
10

jeruk, fusi protoplas berhasil meningkatkan potensi hasil dari tanaman,


meningkatkan diameter batang, menurunkan jumlah biji dari buah jeruk yang
dihasilkan, dan meningkatkan kadar kemanisan dari buah (Grosser and Gmittter,
2011).

2.6. Potensi Fusi Protoplas secara umum


Teknologi fusi protoplas berpotensi memperbaiki sifat-sifat genetik dari
tanaman-tanaman yang memiliki arti penting secara ekonomi. Akan tetapi hal ini
tidaklah berarti bahwa fusi protoplas akan menggantikan teknik pemuliaan secara
konvensional, namun lebih tepat bila dikatakan sebagai pelengkap program
pemuliaan tanaman. Hambatan yang utama adalah sulitnya meregenerasikan
produk fusi dan seringkali tanaman yang dihasilkan memiliki tingkat fertilitas
yang rendah. Fusi protoplas memiliki potensi penerapan yang besar dalam
pemuliaan tanaman. Akan tetapi hibridisasi somatik sangat bermanfaat bila
diterapkan untuk mengatasi inkompatibilitas seksual. Beberapa tipe
inkompatibilitas tertentu dapat diatasi dengan cara lain secara lebih cepat.
Misalnya beberapa hasil persilangan secara seksual mengalami gugur embrio
(embryo abortion) sebelum menghasilkan biji fertil yang matang. Masalah ini
dapat diatasi dengan teknik penyelamatan embrio (embryo rescue) (Zulkarnain,
2004)
11

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sejumlah teknologi canggih kini telah hadir untuk mendukung
perkembangan pemuliaan tanaman, yang tujuan akhirnya adalah mempercepat
proses penciptaan kultivar atau hibrid baru yang memiliki sifat-sifat unggul sesuai
keinginan, terutama pada tanaman pangan. Fusi protoplasma merupakan
penggabungan dua protoplasma atau lebih menjadi satu individu baru yang
sanggup tumbuh dan berkembangbiak. Tujuan fusi protoplas adalah untuk
mendapatkan suatu hibrida somatik atau mengatasi kelemahan dari hibrida
seksual. Teknik kultur protoplas memiliki kelebihan dan kekurangan berupa:

 Kelebihan dari teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman dengan sifat
tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies yang berbeda.

 Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal serta butuh
ketelitan yang lebih.
Mekanisme kultur protoplas dapat melalui tahap penghilangan dinding sel,
pencucian protoplas, pemurnian protoplas dan kultur protoplas.
12

DAFTAR PUSTAKA
Abo El-Nil MM, Hildebrandt AC. 1971. Differentiation of virussymptomless
geranium plants from anther callus. Plant Dis. Rep.55: 1017–102
Anonim. 2013. Isolasi Protoplas, antara Sitoplasma dan Dinding Sel.
https://theadiokecenter.wordpress.com/2013/12/09/isolasi-protoplas-
antarasitoplasma-dan-dinding-sel/. Diakses tanggal 20 April 2020.
Bhojwani SS, Powar JB, Cocking EL. 1977. Isolation, culture and division of
protoplast. Plant Science Letter 8: 85-89.
Dodds, J. H., dan L.W. Robert. 1983. Experiment in Plants Tissue
Culture.Cambridge University Press. London
Grosser JW, Gmitter FGJr. 2005. Applications of somatic hybridization and
cybridization in crop improvement, with citrus as a model. In Vitro Cell
Development Biology-Plant 41: 220–225
Grosser JW, Gmitter FG. 2011. Protoplast fusion for production of tetraploids and
triploids: applications for scion and rootstock breeding in citrus. Plant Cell
Tissue and Organ. Culture 104: 343–357.
Husni A. 2010. Fusi Protoplas Interspesies Antara Jeruk Siam Simadu (Citrus
nobilis Lour.) dengan Mandarin Satsuma (C. unshiu Marc.). Disertasi
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor
Mollers, C. S. Zhang, and G. Wenzil. 1992. The influence of silver thiosulfate on
potato protoplast culture. Plant Breed. 108 (1): 12-18.
Purwito, A. 1999. Fusi Protoplas Intra Dan Interspesies Pada Tanaman Kentang.
Disertasi Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sukmadjaja, D., Novianti S., Endang G., Ika R., Tintin S. 2007. Teknik Isolasi
dan Kultur Protoplas Tanaman Padi http://biogen.litbang-deptan.go.id
Diakses tanggal 28 Oktober 2008.
Uddin JM. 2014. Protoplast isolation and fusion between Brassica rapa &
Brassica juncea. Thesis, Department of Genetics and Plant Breeding
Bangladesh Agricultural University, Mymensingh
Wang YP, Sonntag K, Rudloff E,Gramenz J, Chu CC. 2006. Production and
characterization of somatic hybrids between Brassica napus and Raphanus
sativus. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 86(2): 279-283
13

Yu Y, Ye W, Liu T, Liu J. 2013. Introgression of bacterial wilt resistance from


eggplant to potato via protoplast fusion and genome components of the
hybrids. Plant Cell Reports 32:1687–1701
Zulkarnain. 2004. Comparison of diploid Swainsona formosa and their tetraploid
relatives obtained from oryzalin treatment. Hayati 11: 6- 10.

Anda mungkin juga menyukai