Oleh
08220140045
Disusun Oleh :
NUR FAIQAH NASIR
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, saya menyadari masih terdapat banyak
kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang saya miliki.
Untuk itu saya mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak menutup diri
terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi diri
penulis.
Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi saya sendiri, institusi pendidikan
dan masyarakat luas. Amin!
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman Krisan
Tanaman krisan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Tanaman
merupakan tanaman semusim yang berkisar 9-12 hari tergantun varietas dan
lingkungan tempat menanamnya. Tanaman krisan dapat dipertahankan hingga
beberapa tahun bila dikehendaki, tetapi bunga yang dihasilkan biasanya jauh
menurun kualitasnya (Hasyim dan rexa, 1995). Menurut Rukmana (1997),
tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya
serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah pada radius
dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak
dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau
tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan
berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai
berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan
merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada
bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas
bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Klasifikasi Tanaman Krisan
1. Pembuatan Media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang
akan diperbanyak. Media yang di gunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon. Selain itu di perlukan juga bahan tambahan seperti agar,
gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur
jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi
atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf.
Ada dua penggolongan media tumbuh : media padat dan media cair. Media
padat umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan
pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat
bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.
Menurut Hendaryono dan Wijayati (1994) menyatakan bahwa dalam kultur
jaringan ada beberapa jenis media yang umum digunakan yaitu:
1. Medium dasar B5 atau Gamborg biasanya digunakan unttuk kultur suspensi sel
kedelai, legume dll
2. Medium dasar White biasanya digunakan untuk kultur akar. Medium ini
merupakan medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang
sangat rendah
4. Media WPM biasanya digunakan untuk tanaman berkayu
5. Media MS adalah media yang paling banyak digunakan. Media ini merupakan
media yang sangat lengkap kandungan unsur hara nya dan biasanya diperkaya
juga oleh adanya vitamin dan hormon. Namun untuk berbagai jenis tanaman
biasanya media ini masih tetap digunakan sebagai media dasar yang berbeda
adalah kombinasi maupun konsentrasi dari media tersebut.
Keberhasilan suatu Media Tanam dalam kultur jaringan di tentukan oleh
tingkat sterilisasinya yang baik. Sterilisasi berarti proses pemusnahan bakteri
dengan cara membunuh mikroorganisme. Dalam kegiatan penelitian mikroba,
digunakan alat dan medium yang steril, maka sterilisasi ini adalah usaha untuk
membebaskan alat atau bahan-bahan dari segala macam kehidupan atau
kontaminasi oleh mikroba (Fardiaz, 1992).
Sterilisasi media tanam dapat dilakukan dengan sterilisasi fisik, yakni
dengan pemanasan menggunakan autoklaf. Media tanam yang telah dimasukkan
dalam botol kultur selanjutnya ditata pada rak autoklaf dan dimasukkan ke dalam
tabung autoklaf. Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf menggunakan panas dan
tekanan dari uap air. Temperature sterilasi biasanya 121o C, tekanan yang biasa
digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm selama 45 menit.
selanjutnya setelah 45 menit media dikeluarkan dan ditata dalam rak kultur
diruang steril(Anonim,2015).
2. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas.
Ada beberapa tipe jaringan yang di gunakan sebagai eksplan dalam
pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami
diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik), sehingga memiliki
kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini bisa ditemukan pada
tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium
batang. Tipe jaringan kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun
tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.
Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosistesis dan
jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan menggunakan alat-alat
yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan
etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi
yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
4. Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5. Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan
mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi
oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukan gejala
seperti berwarna putih atau biru (disebabkan oleh jamur) atau busuk (disebabkan
bakteri).
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan
aseptik ke bedengan. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu
dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari
udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat
rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu
beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan
dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan
bibit generatif.
Menurut Santoso dan Nursandi (2004) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan yaitu:
1. Genotipe
Pada beberapa jenis tumbuhan embrio mudah tumbuh akan tetapi pada
beberapa jenis tumbuhan lain sukar untuk tumbuh. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan kultivar dari jaringan yang sama
2. Komposisi media makanan.
Media untuk pertumbuhan embrio harus mengandung unsur hara makro,
unsur hara mikro dan gula. Faktor penting lainnya yang tidak boleh diabaikan
adalah adanya ion ammonium dan potassium.
3. Oksigen
Suplai oksigen yang cukup sangat menentukan laju multiplikasi tunas dalam
usaha perbanyakan secara In vitro.
4. Cahaya
Kadang-kadang untuk perkembangan embrio membutuhkan tempat gelap
kira-kira selama 7-14 hari. Baru dipindah ke tempat terang untuk pembentukan
klorofil.
5. Temperatur
Temperatur optimum yang dibutuhkan umumnya tergantung dari jenis
tumbuhan yang digunakan.Secara normal temperatur yang digunakan adalah
antara 220-280 C.
6. Lingkungan yang aseptik.
Kondisi lingkungan sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan
pembiakan tanaman dengan kultur jaringan
Dalam kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah yang dapat terjadi
yang menyebabkan kegagalan dalam kultur jaringan. Permasalahan yang dihadapi
biasanya ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada yang sulit dipredikasi.
Masalah yang biasa timbul dalam kegiatan kultur jaringan adalah :
a.Kontaminasi
Kontaminasi merupakan permasalahan mendasar yang sering terjadi pada
kultur in vitro. Pada kondisi media yang mengandung sukrosa dan hara, serta
kelembaban dan suhu yang relatif tinggi, memungkinkan mikroorganisme serta
spora jamur tumbuh dan berkembang dengan pesat. Kontaminasi pada kultur in
vitro dapat berasal dari, Udara, Eksplan, baik secara eksternal maupun
internal.Organisme kecil yang masuk ke dalam media, seperti semut. Botol kultur
serta alat-alat yang kurang steril. Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor.
Kecerobohan dalam bekerja.
Setiap eksplan memiliki tingkat kontaminasi permukaan yang berbedan
tergantung dari :
- Jenis tumbuhannya
- Bagian tumbuhan yang dipergunakan
- Morfologi permukaan (misalnya berbulu atau tidak)
- Lingkungan tumbuhnya (Green house atau lapang)
- Musim waktu pengambilan (musim penghujan atau musim kemarau)
- Umur tumbuhan (seedling atau tumbuhan dewasa)
- Kondisi tumbuhannya (sehat atau sakit)
Mikroorganisme penyebab kontaminasi dapat berupa bakteri, fungi,
protozoa, serangga, virus dan lain-lain. Kontaminasi oleh fungi ditandai dengan
munculnya benang-benang halus yang berwarna putih, yang merupakan miselium
fungi. fungi dapat menginfeksi jaringan secara sistemik sehingga lama kelamaan
dapat menyebabkan jaringan eksplan akan mati. Selain itu, kontaminasi oleh
bakteri ditandai munculnya bercak-bercak berlendir pada media atau eksplan.
Bercak tersebut biasanya berwarna putih yang merupakan koloni bakteri. Bakteri
lebih sulit untuk dideteksi dibandingkan dengan fungi karena dapat masuk ke
dalam ruang antar sel.
Ada dua istilah dalam permasalahan kontaminasi, yaitu kontaminasi
eksternal dan kontaminasi internal.
1. Kontaminasi eksternal atau kontaminasi permukaan biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari luar eksplan. Respon kontaminasi eksternal
ini sangat cepat karena mikroorganismenya berada permukaan eksplan.
2. Kontaminasi Internal
Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari eksplan
yang tumbuh dan berkembang secara bertahap dalam kondisi in vitro.
Pertumbuhan dan perkambangan mikroorganisme internal biasanya muncul
beberapa minggu / bulan setelah di kultur.
b. Browning
Browning/pencoklatan adalah suatu karakter yang muncul yang sering
menghambat pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Biasanya menyebabkan
perubahan warna pada eksplan ada yang hitam atau cokelat. Hal ini merupakan
terjadi perubahan aditif dari eksplan yang disebabkan oleh pengaruh fisik maupun
biokimia (memar, luka, atau serangan penyakit).
c. Vitrifikasi
Vitrifikasi umunya terjadi akibat kegagalan pada proses pembentukan daging sel
dan hambatan pada proses pembentukan lignin. Hal ini dapat diatasi dengan cara
menaikkan sukrosa, menambah pektin, memindahkan eksplan pada suhu 40C
selama 15 hari. dll.
BAB III
METEDOLOGI
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksankan selama satu bulan mulai tangal 01
Februari 2017 sampai dengan 28 Februari 2017, di laboraturium kultur Jaringan UPTD
Erlenmeyer, botol, sprayer, tisue, gelas ukur, cawang petrindish, karet gelang,
plastik bening, plastik wrapping, gunting, pinset, label, laminar air flow, dan bunsen
Eksplan tanaman krisan varietas kineta dan puspita nusantara, sabun cair (sunlight),
alkohol 70% dan alkohol 96%, klorin 25%, air dan aquadest.
Prosedur Kerja
1. Strilisasi ekspan
Hasil
Pembahasan
Dari hasil pengamatan terdapat dua jenis eksplan krisan yang ditanam
yaitu varietas kineta dan puspita nusantara yang di sub kulturkan menjadi 10
botol.
Pada hari senin tanggal 13 februari dilakukan sterilisasi bahan tanaman
(eksplan) dan penanaman. Eksplan yang diambil harus dicuci dengan
menggunakan air yang mengalir dan menyikat bagian ekplan yang kotor. Setelah
eksplan dibersihkan dengan air yang mengalir, masukkan sabun cair kedalam
tanaman eksplan dan dikocok-kocok kurang lebih 30 menit, hal ini dilakukan
untuk mencengah tumbuhnya bakteri dan bersih dari getah eksplan, sehingga
eksplan yang ingin dikulturkan betul-betul steril dari bakteri dan jamur. setelah itu
tanaman ekplan dibawa di rak penyimpanan samping laminar air flow. Setelah itu
mulai bekerja pada laminar flow yang berfungsi untuk menyaring udara yang
masuk, sehingga udara yang masuk adalah udara steril atau telah bebas dari
bakteri-bakteri dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi pada
bahan kultur dan juga menyemprotkan alkohol 70% pada tangan agar tangan steril
dan tanaman tidak terkontaminasi oleh bakteri.
Dari tabel hasil di atas dapat kita lihat bahwa pada pengamatan minggu
pertama 2 botol tanaman yang terkontaminasi hal tersebut mungkin dikarenakan
keterampilan pad asaat pengambilan eksplan menggunakan gunting kurang baik
sebagai mana yang di ungkapkan oleh Anonim, (2003) bahwa disamping
komponen media, faktor manusia, lingkungan dan eksplan merupakan sumber
utama kontaminasi. Nutriet dan gula pada media maupun dari jaringan tanaman
dapat di gunakan kontaminasi secara cepat akan mematihkan eksplan.
Pada pengamatan minggu ke 2 terdapat 4 botol terkontaminasi
dikarenakan botol yang terkontaminasi tidak steril pada saat pencucian eksplan
atau tingkat kebersihannya kurang terjaga.
Minggu ke 3 ada 4 botol yang terkontaminasi, jadi semua botol
terkontaminasi, hal tersebut dikarenakan tingkat sterilisasi alat sampai pada saat
inisiasi di ruang laminator air flow. Sesuai yang dikatakan oleh Fardiez, (1992)
bahwa sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti
media pertumbuhan mikroba ataupun peralatan laboratorium dari semua bentuk
kehidupan. Dan anonim, (2005) menuliskan keberhasilan suatu media tanam
dalam kultur jaringan ditentukan oleh sterilisasi yang baik.
Penyebab terjadinya kontaminasi yakni dikarenakan organisme kecil seperti
semut yang masuk ke dalam media melalui Udara, botol kultur serta alat-alat yang
kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor, serta kecerobohan
dalam bekerja.
Dari semua sumber kontaminasi, yang paling sulit diatasi adalah berasal dari
eksplan. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode sterilisasi haruslah selektif.
Setiap eksplan memiliki tingkat kontaminasi permukaan yang berbeda tergantung
dari :
Jenis tumbuhannya
Bagian tumbuhan yang dipergunakan
Morfologi permukaan (misalnya berbulu atau tidak)
Lingkungan tumbuhnya (Green house atau lapang)
Musim waktu pengambilan (musim penghujan atau musim kemarau)
Umur tumbuhan (seedling atau tumbuhan dewasa)
Kondisi tumbuhannya (sehat atau sakit)
Mikroorganisme penyebab kontaminasi dapat berupa bakteri, fungi,
protozoa, serangga, virus dan lain-lain. Kontaminasi oleh fungi ditandai dengan
munculnya benang-benang halus yang berwarna putih, yang merupakan miselium
fungi. fungi dapat menginfeksi jaringan secara sistemik sehingga lama kelamaan
dapat menyebabkan jaringan eksplan akan mati. Selain itu, kontaminasi oleh
bakteri ditandai munculnya bercak-bercak berlendir pada media atau eksplan.
Bercak tersebut biasanya berwarna putih dan hitam yang merupakan koloni
bakteri. Bakteri lebih sulit untuk dideteksi dibandingkan dengan fungi karena
dapat masuk ke dalam ruang antar sel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Dari hasil Praktek proses multiplikasi tanaman krisan yang dilakukan
secara invitro, harus mengutamakan srerilisasi alat, bahan dan konsentrasi pada
saat pengambilan eksplan untuk mendapatkan hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
http://www.tanijogonegoro.com/2013/04/pisang.html
LAMPIRAN GAMBAR
Pencucian Eksplan Krisan Varietas Kineta Pencucian Ekpslan Krisan Varietas Puspita
Nusantara
Sterilisasi Eksplan Penanaman Eksplan