Anda di halaman 1dari 31

BAB I

Laporan Praktek Kerja Lapang

“Insiasi Dan Penanaman Eksplan Krisan (Chrysanthemum Indicum L )


Varietas Puspita Nusantara dan Kineta dengan Teknik Kultur
Jaringan”

Oleh

Nur Faiqah Nasir

08220140045

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESI
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PKL YANG BERJUDUL “INSIASI DAN PENANAMAN


EKSPLAN KRISAN (CHRYSANTHEMUM INDICUM L ) VARIETAS
PUSPITA NUSANTARA DAN KINETA DENGAN TEKNIK KULTUR
JARINGAN” PADA INSTANSI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN DI
UPTD BALAI BENIH HORTIKULTURA PROVENSI SULAWESI SELATAN

Disusun Oleh :
NUR FAIQAH NASIR

Telah Diperiksa dan Disahkan


Pada Tanggal 11 September 2017

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Muliaty Galib, MP Dr. Ir. A. Hasanuddin, M.Si

Mengetahui :

Ketua Jurusan

Dr. Ir. Saida, M.Si


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu‘alaikum wr. Wb.


Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Lapangan yang berjudul “Insiasi Dan Penanaman Eksplan Krisan
(Chrysanthemum Indicum L ) Dengan Teknik Kultur Jaringan”

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat saran,


dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang
merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat
membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan
tersebut adalah guru yang terbaik bagi saya. Oleh karena itu dengan segala hormat
dan kerendahan hati perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Muliaty Galib, MP. Selaku Pembimbing yang telah banyak membantu dan
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta masukan yang
berguna bagi penulis dalam meyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
2. Idarni Tenri Pada Badwi SP.selaku pembimbing Lapangan yang tak
bosan – bosannya membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam
menjalankan praktek kerja lapangan ini.
3. Ir.Annas Boceng M.Si.selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muslim
Indonesia.
4. Dr.Ir.Saidah M.si Selaku ketua program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Muslim Indonesia.
5. Seluruh staf di instalasi Laboraturium UPTD Balai Benih Tanaman
Hortikultura Provensi Sulawesi Selatan yang selalu memberikan informasi dan
data – data yang di butuhkan oleh penulis.
6. Seluruh teman–teman Fakultas pertanian Universitas Muslim Indonesia yang
telah memberikan motivasi.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
8. Dambaan Hati yang tidak bisa saya miliki. Yang selalu membangkitkan
semangat jiwa dan ragaku untuk lebih maju dengan jalan positive.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, saya menyadari masih terdapat banyak
kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang saya miliki.
Untuk itu saya mohon maaf atas segala kekurangan tersebut tidak menutup diri
terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi diri
penulis.
Akhir kata semoga dapat bermanfaat bagi saya sendiri, institusi pendidikan
dan masyarakat luas. Amin!

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i


HALAMAN PENGESAHAAN …………………………………………… ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. vi
URAIAN SINGKAT UPTD BBH PROV SUL-SEL ……………………... vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
.........................................................................................................1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan ...................................................
.........................................................................................................2
C. Kegunaan Praktek Kerja Lapangan ...............................................
...............................................................................................................2

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tanaman Krisan ...............................................................................
..........................................................................................................3
B. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman induk Sumber Eksplan ............
..........................................................................................................4
C. Insiasi ...............................................................................................
..........................................................................................................4
III. METODELOGI
A. Waktu dan Tempat............................................................................
...........................................................................................................7
B. Alat dam Bahan.................................................................................
...........................................................................................................7
C. Prosedur Kerja...................................................................................
...........................................................................................................8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................................
...........................................................................................................10
B. Pembahasan.......................................................................................
...........................................................................................................10
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................
...........................................................................................................12
B, Saran ..................................................................................................
.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN GAMBAR
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk


mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ
yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur
yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi suatu tanaman yang lengkap
(Indrianto, 2002).          
 Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi
tanaman utuh (sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro
dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi
atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Secara teoritis
teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan,
hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel (Total
Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu
mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel
dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan
sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut, setiap sel berasal dari satu sel
(Harianto, 2009).           
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat seperti induknya (Pramono, 2007) Metode kultur jaringan
dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk
tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang
pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak.
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar
eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari
sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro (Andini, 2001).            
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan yaitu sebagai berikut yang dimulai dari Pembuatan media, Inisiasi,
Sterilisasi, Multiplikasi, Pengakaran, Aklimatisasi (Harianto, 2009).            
Kelebihan teknik kultur jaringan adalah dapat memperbanyak tanaman tertentu
yang sangat sulit dan lambat diperbanyak secara konvensional, dalam waktu
singkat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih besar, perbanyakannya tidak
membutuhkan tempat yang luas, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal
musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan dapat memanipulasi genetik dan
biaya pengangkutan bibit lebih murah. Sedangkan kelemahannya adalah
dibutuhkannya biaya yang relatif lebih besar untuk pengadaan laboratorium,
dibutuhkan keahlian khusus untuk mengerjakannya dan tanaman yang dihasilkan
berukuran kecil dengan kondisi aseptik, terbiasa dilingkungan hidup dengan
kelembaban tinggi dan relatif stabil sehingga perlu perlakuaan khusus setelah
aklimatisasi dan perlu penyesuaian lagi untuk kelingkungan eksternal (Pramono,
2007).
Teknik Inisiasi merupakan kegiatan yang tidak mudah untuk dilakukan
dalam mengembangbiakkan tanaman secara kultur jaringan. Diperlukannya
ketelitian untuk keberhasilan tahap ini. Eksplan yang telah melewati tahap inisiasi
disterilkan terlebih dahulu, untuk menghilangkan mikroorganisme yang dapat
menggagalkan tumbuhnya eksplan dalam lingkungan yang aseptik. Berdasarkan
hal yang telah dipaparkan diatas, maka dipandang perlu untuk melakukan tahap
ini upaya meningkatkan produksi krisan dimasa yang akan datang dan diharapkan
mampu menjadi tanaman komoditas andalan nasional sebagai penghasil devisa
negara.
Tujuan
Tujuan praktek kerja lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui cara
insiasi dan penanaman eksplan tanaman krisan dengan teknik kultur jaringan.
Kegunaan
Kegunaaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah Menambah wawasan
pengetahuan serta keterampilan, Sehingga nantinya di harapkan dapat
memahami Teknik insiasi dan penanaman ekplan krisan dan Sebagai bekal
pengalaman kerja lapangan yang Insya allah dapat di terapkan ke masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Krisan
Tanaman krisan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Tanaman
merupakan tanaman semusim yang berkisar 9-12 hari tergantun varietas dan
lingkungan tempat menanamnya. Tanaman krisan dapat dipertahankan hingga
beberapa tahun bila dikehendaki, tetapi bunga yang dihasilkan biasanya jauh
menurun kualitasnya (Hasyim dan rexa, 1995). Menurut Rukmana (1997),
tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya
serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah pada radius
dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak
dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau
tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan
berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai
berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan
merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada
bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas
bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Klasifikasi Tanaman Krisan

Kingdom      : Plantae (Tumbuhan)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi           : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas            : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas     : Asteridae
Ordo             : Asterales
Famili           : Asteraceae
Genus           : Chrysanthemum
Spesies         : Chrysanthemum sp.
  ( Plantamor, 2009)
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal
dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia
terdiri atas:
a) Krisan lokal (krisan kuno) Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan
beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal.
Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12
bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning
banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) Hidupnya berhari pendek
dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr.
Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning)
Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah)
dan Pink Pingpong (berbunga pink).
c) Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah
melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108,
13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat
lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga.
Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
a) Bunga pot Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga
lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan
mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping
keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih
dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow
Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak
ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang
terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time
(kuning).
b) Bunga potong Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi,
mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan
besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai
bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved
funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah,
Klondike dll. Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua,
Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi
(Sumatera Utara).
Langkah-langkah Kultur Jaringan Pada Krisan
1. Pengambilan eksplan atau sumber eksplan krisan berupa pucuk dan nodus
berasal dari tanaman induk krisan dan planlet. Pembuatan Media MS Media yang
digunakan untuk tanaman krisan adalah media induksi tunas dan media
perbanyakan. Komposisi media yang digunakan untuk induksi tunas adalah½ MS
+ 0.5 IAA komposisi media yang digunakan untuk perbanyakan adalah½ MS +
0.1 IAA
2. Menyiapkan Eksplan
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sebagai bahan kultur
adalahjenis tanaman, bagian tanaman yang digunakan, morfologi permukaan,
lingkungantumbuhnya, kondisi tanaman, dan musim waktu mengambilnya.
Umumnya bagiantanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda
yang sedang aktifkarena mempunyai regenerasi yang tinggi. Eksplan yang
digunakan pada tanaman krisan adalah nodus karena untuk menginduksi tunas
aksilar.
3. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi
Tujuan   utama   tahap   ini   adalah   mengusahakan   kultur   yang   aseptik   dan
aksenik.Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan,sedangkan asepticberarti bebas dari mikroorganisme.
4. Pemilihan dan Penyipan Tanaman Induk
Sebelum melakukan kultur jaringan  untuk  suatu tanaman kegiatan pertama
harus dilakukan   adalah   memilih   tanaman   induk   yang   hendak
diperbanyak. Klon   yang mempunyai sifat beda, unik, stabil dan seragam
kemudian dijadikan tanaman induk tunggal dan sebagai tanaman donor (bahan
eksplan) untuk perbanyakan secara in vitro.
Pengerjaannya   dilakukan   dalam   ruang   laminar   agar   terhindar   dari
kontaminan. Penanamannya dikelompokkan berdasarkan nomor ruas. Setiap botol
diisi 5 eksplan dan diulang empat kali. Botol kultur selanjutnya diinkubasi dalam
ruang pertumbuhan dengan pencahayaan 16 jam di bawah lampu fluoresen 40
watt, suhu 24-26 oC, dan kelembapan 60- 80% hingga eksplan tumbuh menjadi
planlet.
Cara Sterilisasi Untuk Tanaman Krisan

1. Mengambil eksplan yang telah diseleksi berdasarkan ketahanan vigor,


hama penyakit, dan jumlah daun 4 - 5 helai atau 3 - 4 nodus.
2. Memotong eksplan per nodus dengan mengurangi atau memotong
sebagian helai daun.
3. Eksplan direndam dalam larutan Benlatte dan Bactomicyn (fungisida dan
bakterisida) , masing-masing sebanyak 1 g/300 ml aquades sambil
dikocok-jocok sela ma 30 menit.
4. Membilas eksplan dengan air aquadest sebanyak 4 - 5 kali.
5. Selanjutnya eksplan dibawa ke laminar.
6. Eksplan dimasukkan ke dalam larutan tween 2 tetes/100 ml aquades
sambil dikocok-kocok selama 5 menit.
7. Eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 0.5 % selama 5 menit
sambil dikocok-kocok.
8. Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 1 % selama 3
menit sambil dikocok-kocok.
9. Eksplan dibilas dengan air destilasi sebanyak 5 - 6 kali.

Penanaman Eksplan Kegiatan dan Media Tanam

Penanaman eksplan ke dalam botol kultur disebut dengan inokulasi.


Kegiatan ini dilakukan setelah eksplan disterilisasi, diawali dengan memotong
bagian permukaan eksplan. Selanjutnya eksplan berupa nodus ditanam sebanyak
dua buah dalam media ½ MS + IAA 0.5 mg/l, sedangkan eksplan berupa pucuk
tidak perlu ditanam, cukup diletakkan saja pada media yang sama sebanyak 3
buah. Sebelum ditutup dengan plastik wrap, plastik transparan, dan karet, botol
media yang telah ditanami terlebih dahulu dipanaskan di atas api bunsen.
Selanjutnya botol diberi label jenis tanaman dan tanggal penanaman. Eksplan
yang telah dikulturkan dibawa ke ruang inkubasi dan dibiarkan sampai tumbuh.

Adapun tahapan-tahapan untuk mendapatkan bibit bunga krisan dengan


menggunakan kultur jaringan, antara lain:

a). Menyeleksi induk krisan


Pertama menyeleksi induk krisan agar mendapatkan induk yang berkualitas,
sehingga bibit yang dihasilkan berkualitas pula. Ciri  induk krisan yang
berkualitas adalah pertumbuhan bunganya cepat, memiliki produktivitas bunga
yang cukup tinggi, tidak terserang hama dan penyakit (dalam kondisi sehat), serta
memiliki banyak mata tunas.
b). Pengambilan mata tunas
Proses selanjutnya potong mata tunas dengan suet yang steril, kemudian mata
tunas tersebut direndam selama 10 menit dalam Sublimat 0,04 % HgCL. Jika telah
selesai, bilas mata tunas tersebut dengan air suling yang steril.
c). Eksplan (penempatan mata tunas) pada medium padat
Sebelum mata tunas ditempatkan pada medium, perlu adanya persiapan untuk
membuat medium tersebut. Medium yang diperlukan adalah medium MS padat
yang dicampurkan dengan 150 ml air kelapa per liter, 1,5 mg kinetin per liter, dan
0,5 mg NAA per liter di dalam sebuah wadah yang steril, biasanya wadah yang
digunakan adalah botol. Setelah medium dibuat, kemudian masukan mata tunas
tadi ke dalam medium tersebut (botol). Mata tunas mulai berakar setelah 26 hari
ditempatkan di medium dan mulai tumbuh tunas setelah 3 hari tumbuh akar.
d). Penyemaian bibit
Proses selanjutnya bibit dipindahkan di medium penyemaian yang berupa pasir
yang sudah steril (setelah mata tunas sudah berakar dan bertunas di dalam
medium), dengan kedalaman tanam disesuaikan dengan ukuran bibit. Setelah
ditanam, kemudian ditutup dengan plastik bening agar mendapatkan cahaya
lampu dan tempatkan di tempat yang terbebas dari mikroorganisme (aseptik).
Buka penutup plastik bening pada sore dan malam hari sekitar 1-2 hari sebelum
bibit dipindahkan ke kebun.
e). Penanaman bibit di kebun
Bibit krisan dapat dipindahkan di kebun ketika sudah tumbuh dengan
ketinggian kurang lebih 9cm dan memiliki daun bebrapa helai

Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994) terdapat beberapa teknik kultur


jaringan tanaman yaitu:

1. Kultur meristem yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari


jaringan tanaman yang masih muda
2. Kultur antera yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan serbuk sari dari
tanaman tersebut
3. Kultur embrio yaitu memisahkan embrio tanaman yang belum dewasa dan
menumbuhkannya secara kultur jaringan untuk mendapatkan tanaman yang
viabel
4. Kultur protoplasma yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari
protoplasma. Dimana protoplasma adalah sel hidup yang telah dihilangkan
selnya.

Tahap – Tahap Teknik Kultur Jaringan.


Tanaman yang dibudidayakan menggunakan teknik kultur jaringan
umumnya merupakan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi atau tanaman yang
sulit dikembangkan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam teknik kultur
jaringan sebagai berikut.

1. Pembuatan Media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang
akan diperbanyak. Media yang di gunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon. Selain itu di perlukan juga bahan tambahan seperti agar,
gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur
jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi
atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf.
Ada dua penggolongan media tumbuh : media padat dan media cair. Media
padat umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan
pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat
bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.
Menurut Hendaryono dan Wijayati (1994) menyatakan bahwa dalam kultur
jaringan ada beberapa jenis media yang umum digunakan yaitu:
1. Medium dasar B5 atau Gamborg biasanya digunakan unttuk kultur suspensi sel
kedelai, legume dll
2. Medium dasar White biasanya digunakan untuk kultur akar. Medium ini
merupakan medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang
sangat rendah
4. Media WPM biasanya digunakan untuk tanaman berkayu
5. Media MS adalah media yang paling banyak digunakan. Media ini merupakan
media yang sangat lengkap kandungan unsur hara nya dan biasanya diperkaya
juga oleh adanya vitamin dan hormon. Namun untuk berbagai jenis tanaman
biasanya media ini masih tetap digunakan sebagai media dasar yang berbeda
adalah kombinasi maupun konsentrasi dari media tersebut.
Keberhasilan suatu Media Tanam dalam kultur jaringan di tentukan oleh
tingkat sterilisasinya yang baik. Sterilisasi berarti proses pemusnahan bakteri
dengan cara membunuh mikroorganisme. Dalam kegiatan penelitian mikroba,
digunakan alat dan medium yang steril, maka sterilisasi ini adalah usaha untuk
membebaskan alat atau bahan-bahan dari segala macam kehidupan atau
kontaminasi oleh mikroba (Fardiaz, 1992).
Sterilisasi media tanam dapat dilakukan dengan sterilisasi fisik, yakni
dengan pemanasan menggunakan autoklaf. Media tanam yang telah dimasukkan
dalam botol kultur selanjutnya ditata pada rak autoklaf dan dimasukkan ke dalam
tabung autoklaf. Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf menggunakan panas dan
tekanan dari uap air. Temperature sterilasi biasanya 121o C, tekanan yang biasa
digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm selama 45 menit.
selanjutnya setelah 45 menit media dikeluarkan dan ditata dalam rak kultur
diruang steril(Anonim,2015).
2. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas.
Ada beberapa tipe jaringan yang di gunakan sebagai eksplan dalam
pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami
diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik), sehingga memiliki
kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini bisa ditemukan pada
tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium
batang. Tipe jaringan kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun
tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.
Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosistesis dan
jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan menggunakan alat-alat
yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan
etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi
yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
4. Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan
ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
5. Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan
mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi
oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukan gejala
seperti berwarna putih atau biru (disebabkan oleh jamur) atau busuk (disebabkan
bakteri).
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan
aseptik ke bedengan. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu
dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari
udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat
rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu
beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan
dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan
bibit generatif.
Menurut Santoso dan Nursandi (2004) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan yaitu:
1. Genotipe
Pada beberapa jenis tumbuhan embrio mudah tumbuh akan tetapi pada
beberapa jenis tumbuhan lain sukar untuk tumbuh. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan kultivar dari jaringan yang sama
2. Komposisi media makanan.
Media untuk pertumbuhan embrio harus mengandung unsur hara makro,
unsur hara mikro dan gula. Faktor penting lainnya yang tidak boleh diabaikan
adalah adanya ion ammonium dan potassium.
3. Oksigen
Suplai oksigen yang cukup sangat menentukan laju multiplikasi tunas dalam
usaha perbanyakan secara In vitro.
4. Cahaya
Kadang-kadang untuk perkembangan embrio membutuhkan tempat gelap
kira-kira selama 7-14 hari. Baru dipindah ke tempat terang untuk pembentukan
klorofil.
5. Temperatur
Temperatur optimum yang dibutuhkan umumnya tergantung dari jenis
tumbuhan yang digunakan.Secara normal temperatur yang digunakan adalah
antara 220-280 C.
6. Lingkungan yang aseptik.
Kondisi lingkungan sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan
pembiakan tanaman dengan kultur jaringan
Dalam kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah yang dapat terjadi
yang menyebabkan kegagalan dalam kultur jaringan. Permasalahan yang dihadapi
biasanya ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada yang sulit dipredikasi.
Masalah yang biasa timbul dalam kegiatan kultur jaringan adalah :
a.Kontaminasi
Kontaminasi merupakan permasalahan mendasar yang sering terjadi pada
kultur in vitro. Pada kondisi media yang mengandung sukrosa dan hara, serta
kelembaban dan suhu yang relatif tinggi, memungkinkan mikroorganisme serta
spora jamur tumbuh dan berkembang dengan pesat. Kontaminasi pada kultur in
vitro dapat berasal dari, Udara,  Eksplan, baik secara eksternal maupun
internal.Organisme kecil yang masuk ke dalam media, seperti semut. Botol kultur
serta alat-alat yang kurang steril. Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor.
Kecerobohan dalam bekerja.
Setiap eksplan memiliki tingkat kontaminasi permukaan yang berbedan
tergantung dari :
- Jenis tumbuhannya
- Bagian tumbuhan yang dipergunakan
- Morfologi permukaan (misalnya berbulu atau tidak)
- Lingkungan tumbuhnya (Green house atau lapang)
- Musim waktu pengambilan (musim penghujan atau musim kemarau)
- Umur tumbuhan (seedling atau tumbuhan dewasa)
- Kondisi tumbuhannya (sehat atau sakit)
Mikroorganisme penyebab kontaminasi dapat berupa bakteri, fungi,
protozoa, serangga, virus dan lain-lain. Kontaminasi oleh fungi ditandai dengan
munculnya benang-benang halus yang berwarna putih, yang merupakan miselium
fungi. fungi dapat menginfeksi jaringan secara sistemik sehingga lama kelamaan
dapat menyebabkan jaringan eksplan akan mati. Selain itu, kontaminasi oleh
bakteri ditandai munculnya bercak-bercak berlendir pada media atau eksplan.
Bercak tersebut biasanya berwarna putih yang merupakan koloni bakteri. Bakteri
lebih sulit untuk dideteksi dibandingkan dengan fungi karena dapat masuk ke
dalam ruang antar sel.
Ada dua istilah dalam permasalahan kontaminasi, yaitu kontaminasi
eksternal dan kontaminasi internal.
1.    Kontaminasi eksternal atau kontaminasi permukaan biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari luar eksplan. Respon kontaminasi eksternal
ini sangat cepat karena mikroorganismenya berada permukaan eksplan.
2.    Kontaminasi Internal
Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari eksplan
yang tumbuh dan berkembang secara bertahap dalam kondisi in vitro.
Pertumbuhan dan perkambangan mikroorganisme internal biasanya muncul
beberapa minggu / bulan setelah di kultur.
b. Browning
Browning/pencoklatan adalah suatu karakter yang muncul yang sering
menghambat pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Biasanya menyebabkan
perubahan warna pada eksplan ada yang hitam atau cokelat. Hal ini merupakan
terjadi perubahan aditif dari eksplan yang disebabkan oleh pengaruh fisik maupun
biokimia (memar, luka, atau serangan penyakit).
c. Vitrifikasi
Vitrifikasi umunya terjadi akibat kegagalan pada proses pembentukan daging sel
dan hambatan pada proses pembentukan lignin. Hal ini dapat diatasi dengan cara
menaikkan sukrosa, menambah pektin, memindahkan eksplan pada suhu 40C
selama 15 hari. dll.
BAB III

METEDOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksankan selama satu bulan mulai tangal 01

Februari 2017 sampai dengan 28 Februari 2017, di laboraturium kultur Jaringan UPTD

Balai Benih Hortikultura Bonto – Bonto, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa,

Provensi Sulawesi Selatan.

Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan dalam praktikum ini :

Erlenmeyer, botol, sprayer, tisue, gelas ukur, cawang petrindish, karet gelang,

plastik bening, plastik wrapping, gunting, pinset, label, laminar air flow, dan bunsen

Adapun bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah :

Eksplan tanaman krisan varietas kineta dan puspita nusantara, sabun cair (sunlight),

alkohol 70% dan alkohol 96%, klorin 25%, air dan aquadest.

Prosedur Kerja

1. Strilisasi ekspan

1. Pengambilan bahan eksplan yang akan digunakan sebagai bahan tanam,

jenis ekplan tanaman krisan varietas kineta dan puspita nusantara.


2. Memotong sebagian daun dan masukkan eksplan kedalam tabung
enlemenyer dan berikan label sebagai tanda.
3. Lalu bahan ekplan dicuci dengan air bersih
4. Setelah itu, bahan ekplan dicuci lagi dengan mengunakan sabun cair
(sunglight) kedalam botol yang berisi potongan ekplan lalu dikocok-kocok
selama 30 menit,setelah itu membuang larutan sabun dan dibilas dengan air
bersih sampai busanya hilang dan bilas lagi dengan aquadest sebanyak 3
kali.
5. Selanjutnya mempersiapkan dan mendekatkan bahan sterilisasi ekplan
dirak penyimpanan yang berada disamping laminar air flow, selanjutnya
menyomprot semua alat dan menyemprotkan permukaan kedua tangan dan
diratakan dengan alkohol 70%.
6. Selanjutnya di letakkan di dalam laminar air flow
7. Masukkan larutan klorin 25% lalu dikocok-kocok selama 15 menit, dan
dibilas kembali dengan aquadest sebanyak 3 kali.
8. Masukkan sedikit alkohol 96% lalu dikocok-kocok selama 10 detik dan
bilas dengan aquadest sebanyak 3 kali.
9. Lakukan inokulasi ( penanaman) ke dalam botol dengan memotong tunas
terpilih dengan gunting yang telah diusap dengan alkohol 70%.
10. Menempatkan tunas yang terpilih di atas cawan petrindish yang dilapisi
tissue kering yang sudah di strilkan.
11. Selanjutnya membuka plastik boyol yang berisi media kultur dan
membakar mulut botol dengan api bunsen
12. Mengambil ekplan dengan pinset dengan posisi yang benar
13. Selanjutnya melakukan penanaman eksplan sebanyak 10 botol media
14. Membakar ulang mulut botol dengan api bunsen
15. Menutup botol yang telah berisi ekplan dengan plastik yang telah
dikeringkan dan dilewatkan di depan api bunsen.
16. Selanjutnya menutup kembali tutup botol dengan plastik wrap sebanyak 3
kali putaran.
17. Memberikan label sesuai dengan jenis/varietas dan tanggal penanaman
beserta kode nama.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1.Hasil kegiatan peraktek lapang Pemeliharaan Tanaman Ekplan Krisan


Varietas Kineta dan Puspita Nusantara di Lab Kultur Jaringan UPTD balai benih
hortikultura provinsi Sul-sel.
NO. Pengamatan Ekplan (botol) Terkontaminasi
1. Minggu I 10 2
2. Minggu II 10 4
3. Minggu III 10 4
Total 10 10

Pembahasan
Dari hasil pengamatan terdapat dua jenis eksplan krisan yang ditanam
yaitu varietas kineta dan puspita nusantara yang di sub kulturkan menjadi 10
botol.
Pada hari senin tanggal 13 februari dilakukan sterilisasi bahan tanaman
(eksplan) dan penanaman. Eksplan yang diambil harus dicuci dengan
menggunakan air yang mengalir dan menyikat bagian ekplan yang kotor. Setelah
eksplan dibersihkan dengan air yang mengalir, masukkan sabun cair kedalam
tanaman eksplan dan dikocok-kocok kurang lebih 30 menit, hal ini dilakukan
untuk mencengah tumbuhnya bakteri dan bersih dari getah eksplan, sehingga
eksplan yang ingin dikulturkan betul-betul steril dari bakteri dan jamur. setelah itu
tanaman ekplan dibawa di rak penyimpanan samping laminar air flow. Setelah itu
mulai bekerja pada laminar flow yang berfungsi  untuk menyaring udara yang
masuk, sehingga udara yang masuk adalah udara steril atau telah bebas dari
bakteri-bakteri dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi pada
bahan kultur dan juga menyemprotkan alkohol 70% pada tangan agar tangan steril
dan tanaman tidak terkontaminasi oleh bakteri.
Dari tabel hasil di atas dapat kita lihat bahwa pada pengamatan minggu
pertama 2 botol tanaman yang terkontaminasi hal tersebut mungkin dikarenakan
keterampilan pad asaat pengambilan eksplan menggunakan gunting kurang baik
sebagai mana yang di ungkapkan oleh Anonim, (2003) bahwa disamping
komponen media, faktor manusia, lingkungan dan eksplan merupakan sumber
utama kontaminasi. Nutriet dan gula pada media maupun dari jaringan tanaman
dapat di gunakan kontaminasi secara cepat akan mematihkan eksplan.
Pada pengamatan minggu ke 2 terdapat 4 botol terkontaminasi
dikarenakan botol yang terkontaminasi tidak steril pada saat pencucian eksplan
atau tingkat kebersihannya kurang terjaga.
Minggu ke 3 ada 4 botol yang terkontaminasi, jadi semua botol
terkontaminasi, hal tersebut dikarenakan tingkat sterilisasi alat sampai pada saat
inisiasi di ruang laminator air flow. Sesuai yang dikatakan oleh Fardiez, (1992)
bahwa sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti
media pertumbuhan mikroba ataupun peralatan laboratorium dari semua bentuk
kehidupan. Dan anonim, (2005) menuliskan keberhasilan suatu media tanam
dalam kultur jaringan ditentukan oleh sterilisasi yang baik.
Penyebab terjadinya kontaminasi yakni dikarenakan organisme kecil seperti
semut yang masuk ke dalam media melalui Udara, botol kultur serta alat-alat yang
kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor, serta kecerobohan
dalam bekerja.
Dari semua sumber kontaminasi, yang paling sulit diatasi adalah berasal dari
eksplan. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode sterilisasi haruslah selektif.
Setiap eksplan memiliki tingkat kontaminasi permukaan yang berbeda tergantung
dari :
 Jenis tumbuhannya
 Bagian tumbuhan yang dipergunakan
 Morfologi permukaan (misalnya berbulu atau tidak)
 Lingkungan tumbuhnya (Green house atau lapang)
 Musim waktu pengambilan (musim penghujan atau musim kemarau)
 Umur tumbuhan (seedling atau tumbuhan dewasa)
 Kondisi tumbuhannya (sehat atau sakit)
Mikroorganisme penyebab kontaminasi dapat berupa bakteri, fungi,
protozoa, serangga, virus dan lain-lain. Kontaminasi oleh fungi ditandai dengan
munculnya benang-benang halus yang berwarna putih, yang merupakan miselium
fungi. fungi dapat menginfeksi jaringan secara sistemik sehingga lama kelamaan
dapat menyebabkan jaringan eksplan akan mati. Selain itu, kontaminasi oleh
bakteri ditandai munculnya bercak-bercak berlendir pada media atau eksplan.
Bercak tersebut biasanya berwarna putih dan hitam yang merupakan koloni
bakteri. Bakteri lebih sulit untuk dideteksi dibandingkan dengan fungi karena
dapat masuk ke dalam ruang antar sel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dalam kultur jaringan,teknik insiasi dan penanaman eksplan yang paling


mudah kontaminasi
2. Tanaman krisan dapat di perbanyak secara cepat melalui teknik kultur
jaringan.
3. Perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan dapat menghasilkan bibit
dalam jumlah banyak dan memiliki sifat sama dengan induknya.
4. Kontaminasi pada kultur tanaman krisan disebabkan oleh adanya organisme
kecil seperti semut yang masuk ke dalam media melalui Udara, botol kultur
serta alat-alat yang kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur yang
kotor, serta kecerobohan dalam bekerja, sarta bakteri, fungi, protozoa,
serangga, virus dan lain-lain. Yang ditandai dengan munculnya benang-
benang halus yang berwarna putih, yang merupakan miselium fungi. fungi
dapat menginfeksi jaringan secara sistemik sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan jaringan eksplan akan mati.

Saran
Dari hasil Praktek proses multiplikasi tanaman krisan yang dilakukan
secara invitro, harus mengutamakan srerilisasi alat, bahan dan konsentrasi pada
saat pengambilan eksplan untuk mendapatkan hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit djambatan :Jakarta

Hasyim dan rexa, 1995. Krisan, penebar swadaya, Jakarta.

Hidayat dan Yayat.2012. Keefektifan  Bahan Sterilisasi Dalam Pengendalian   


Kontaminasi  Pada Pertumbuhan Kultur Zygotik. Kansius, Jakarta.

Indrianto, 2002, Pengertian Kultur Jaringan Tanaman Secara Umum, Agromedia


Pustaka, Jakarta.

Kofranek, 1980. Cut Chrysanthemun. In R.A Larson (Ed). Introduction to


Floricultur.Academy Press. Toronto.

Majnu 1975 dalam Wattimena et al.1986. Pengertian Eksplan Di Kultur


Jaringan, Gramedia. Jakarta

Pramono, 2007. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius, Jakarta.

Rahardja, P.E. 1988. Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Panebar


Swadaya. Jakarta.

Salsibury, 1995. Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Bandung : ITB.

Sriyanti, 1994. Sterilisasi Tanaman Eksplan dengan Teknik Kultur Jaringan,


Kansius, Jakarta.

Sugiyarto, Lili. 2012. Eksplorasi Metode Sterilisasi dan Macam Media Untuk


Perbanyakan Durian Secara In Vitro. UNY. Yogyakarta

Wattimena G.A, 2011. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman.Penebar


Swadaya, Bogor. IPB. Press.

Widianti, 2003, Memperbanyak Tanaman Secara Generatif. Bumi kasara.

Jakarta

Yusnita, 2004. Kultur Jaringan Cara memperbanyak tanaman secara efisien.


Agromedia Pustaka. Jakarta.
http://www.sridianti.com/jenis-dan-kandungan-karbohidrat-pisang.html

http://www.tanijogonegoro.com/2013/04/pisang.html
LAMPIRAN GAMBAR

Pengambilan Eksplan dari Tanaman Induk Pemotongan Eksplan

Pencucian Eksplan Krisan Varietas Kineta Pencucian Ekpslan Krisan Varietas Puspita
Nusantara
Sterilisasi Eksplan Penanaman Eksplan

Pemeliharaan Eksplan di Ruang Inkubasi Mengamati Perkembangan


(Ruang Penyimpanan)
Hasil Ekplan yang Terkontaminasi Hasil Ekplan yang Tidak Terkontaminasi

Anda mungkin juga menyukai