Anda di halaman 1dari 297

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 2017

PERTANIAN DAN TANAMAN HERBAL BERKELANJUTAN DI INDONESIA

JAKARTA, 8 NOVEMBER 2017

Penyunting:

RITA TRI PUSPITASARI


ERLINA RAHMAYUNI
ELFARISNA
DAHLIA NAULY
HELFI GUSTIA
IWAN SASKIAWAN
OTIH ROSTIANA
NOSA TIRTAJAYA PRADANA

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
Hak Cipta @ 2017 Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat 15419
Telp. : (021) 743 0689
website: http://pertanian-umj.ac.id

Isi Prosiding dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2017. Pertanian dan Tanaman


Herbal Berkelanjutan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional 2017. Jakarta, 8
November 2017.

ISSN: 2615-2320
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirrabbil’alamin, Puji syukur kepada Allah SWT. berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Seminar Nasional 2017 dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Seminar ini bertema “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” yang
diselenggarakan dalam rangka Milad ke-35 Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Pada seminar dipresentasikan hasil penelitian, review, dan hasil pengabdian yang
dilakukan oleh peneliti yang berasal dari berbagai instansi yang beragam. Hasil seminar
tersebut kemudian didokumentasikan dalam prosiding ini.
Seminar dapat terlaksana dengan sukses atas bantuan dari banyak pihak. Oleh karena
itu kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu
terselenggaranya seminar ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan prosiding
seminar nasional ini sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan.
Semoga prosiding ini bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, Desember 2017

Tim Penyunting

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv - vii
SAMBUTAN KETUA PELAKSANA ......................................................... viii - ix
SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS PERTANIAN UMJ .......................... x - xi
KEYNOTE SPEAKER ................................................................................. xii - xiii
MAKALAH UTAMA
Wiratno
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN OBAT
BERKELANJUTAN ....................................................................................... 1 – 16
Illah Sailah
PENGEMBANGAN BAHAN KAJIAN BERMUATAN MATERI
HERBAL PADA PENDIDIKAN TINGGI PERTANIAN ............................. 17 – 21
Irwan Hidayat
AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GAP DI PT SIDO
MUNCUL ........................................................................................................ 22 - 29

MAKALAH ORAL RUANG PARALEL


Alfian Hendra Krisnawan, Ryanto Budiono, Devi Resmi Sari dan Weilinten
Salim
POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT DAN PERASAN
DAGING BUAH LEMON (Citrus lemon) LOKAL DAN IMPOR ............... 31 – 35
Betalini Widhi Hapsari, Andri Fadillah Martin dan Tri Muji Ermayanti
PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS TAKA PADA MEDIA MS YANG
MENGANDUNG SITOKININ DAN MANITOL UNTUK KONSERVASI
IN VITRO ........................................................................................................ 46 – 44
Hanifa Marisa, Salni, Fitryanda Salfamas dan Yadi Oktariansyah
STUDI TERHADAP Bellucia pentamera NAUDIN; PERUBAHAN
STATUS INVASIF MENJADI BERMANFAAT LARVASIDA .................. 45 – 53
Slamet Sudi Santoso
PERAN FLAVONOID CINCAU HIJAU (Premna oblongifolia)
TERHADAP TUMOR OTAK ........................................................................ 54 – 62
Arli Aditya Parikesit, Rizky Nurdiansyah dan David Agustriawan
TELAAH SISTEMATIS TERHADAP BASIS DATA BAHAN ALAM
UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK SUPLEMEN HERBAL ................ 63 – 69
Dyah Retno Wulandari1, Ratih Kusuma Ningrum, Aida Wulansari dan Tri
Muji Ermayanti

iv
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

PERTUMBUHAN TALAS BENTUL TETRAPLOID DAN DIPLOID


PADA MEDIA PERBANYAKAN, AKLIMATISASI DAN KONFIRMASI
TINGKAT PLOIDI .......................................................................................... 70 – 77
Jody M. Mawara
POTENSI KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI PULAU LEMBEH KOTA
BITUNG .......................................................................................................... 78 – 88
Muhammad Alham dan Elfarisna
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI
(Apium graveolens L.) TERHADAP EFISIENSI PUPUK ORGANIK
PADAT ............................................................................................................ 89 – 98
Riza Syofiani dan Giska Oktabriana
APLIKASI PUPUK GUANO DALAM MENINGKATKAN UNSUR
HARA N, P, K, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI PADA
MEDIA TANAM TAILING TAMBANG EMAS .......................................... 99 – 104
Putri Annisa dan Helfi Gustia
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR Tithonia
diversifolia ....................................................................................................... 105 – 115
Indah Diniar Aslamiah dan Sularno
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH
TERHADAP PENAMBAHAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK DAN
PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK ....................................... 116 – 127
Nismah Nukmal dan Ratih Andriyani
DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL
KULTIVAR PRINGSEWU TERHADAP KUTU PUTIH (HEMIPTERA:
Pseudococcidae) PADA KAKAO ................................................................... 128 – 138
Aida Wulansari, Dyah Retno Wulandari, Laela Sari dan Tri Muji Ermayanti
PENGARUH PERLAKUAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN
IN VITRO TALAS DIPLOID PONTIANAK DAN TALAS TRIPLOID
BOLANG HITAM .......................................................................................... 139 – 147
Eka Mulyana, Elly Rosana dan Dewi Paramita
ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN ANYAMAN TIKAR PURUN
DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU
KABUPATEN OGAN ILIR ............................................................................ 148 – 155
Sahri Muldiana dan Rosdiana
RESPON TANAMAN TERONG (Solanum malongena L.) TERHADAP
INTERVAL PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN
INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA ..................................................... 156 – 163
Irfan Habibi dan Elfarisna
EFISIENSI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK
MENGURANGI PENGGUNAAN NPK TERHADAP TANAMAN CABAI
MERAH BESAR ............................................................................................. 164 – 173

v
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Suminah, Arip Wijianto, Hanifah Ihsaniyati dan Eksa Rusdiyana


PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI EMPON-EMPON
DI DESA MIRI KECAMATAN KISMANTORO, KABUPATEN
WONOGIRI ..................................................................................................... 174 – 184
Rudiyanto, Dyah Retno Wulandari dan Tri Muji Ermayanti
PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS Dahlia sp. PADA MEDIA MS
DENGAN PENGURANGAN KADAR GULA DAN TUTUP TABUNG
BERVENTILASI ............................................................................................ 185 – 196
Taufiq Bachtiar, Ania Citraresmini dan Sudono Slamet
PENGARUH FORMULA PUPUK HAYATI TERHADAP KADAR
N-TOTAL, SERAPAN P, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG . 197 – 204
Amelinda Puspitasari dan Elfarisna
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI VARIETAS
GROBOGAN DENGAN PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR
DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK ............................. 205 – 213
Anni Yuniarti, Abraham Suriadikusumah dan Julfri Unedo Gultom
PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR
TERHADAP PH, N-TOTAL, C-ORGANIK, DAN HASIL PAKCOY
PADA INCEPTISOLS .................................................................................... 214 – 220
Ade Tri Sasminto dan Sularno
EFEKTIVITAS KONSENTRASI PUPUK CAIR HAYATI TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH Oryza sativa L. ........ 221 – 229
Nurhamidar Rahman, Hani Fitriani, N. Sri Hartati dan Enny
Soedarmonowati
MULTIPLIKASI TUNAS KULTUR UBI KAYU DENGAN TEKNIK
SAMBUNG PUCUK (GRAFTING) IN VITRO ............................................. 230 – 237
Karyanti, Eunike Lasyana Immanuella dan Dewi Yustika Sofia
PENGARUH BENZILAMINOPURIN DENGAN PENAMBAHAN KNO3
PADA MULTIPLIKASI TUNAS Colocasia esculenta (L.) Schott VAR.
Antiquorum ...................................................................................................... 238 – 245
Irni Furnawanthi, Siti Jumroh Devianti, Dahlia Nauly, Rudi Mardiyanto dan
Mardoni Elya
RESPON PERTUMBUHAN EKSPLAN KENTANG (Solanum tuberosum
L.) VARIETAS AP-4 TERHADAP MANITOL SEBAGAI MEDIA
KONSERVASI SECARA IN VITRO ............................................................. 246 – 253
Yenny Laura Butarbutar dan Nurmely Violita Sitorus
ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI
KABUPATEN DELI SERDANG ................................................................... 254 – 262
Betalini Widhi Hapsari, Andri Fadillah Martin, Rudiyanto dan Tri Muji
Ermayanti
PERLAKUAN POLYETHYLENE GLYCOL SECARA IN VITRO
TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS MUTAN TAKA UNTUK
SELEKSI TOLERAN KEKERINGAN .......................................................... 263 – 272

vi
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Shafa Noer, Rosa Dewi Pratiwi dan Efri Gresinta


UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ANTIBAKTERI
Fusobacterium nucleatum DARI EKSTRAK ETANOL DAUN Ruta
angustifolia ...................................................................................................... 273 – 278
Eka Mulyana, Erni Purbiyanti dan Indri Januarti
TINGKAT OPTIMASI TENAGA KERJA PETANI NANAS DI DESA
TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN
OGAN ILIR ..................................................................................................... 279 – 284

vii
LAPORAN DAN SAMBUTAN
KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL 2017
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat-Nya Seminar Nasional
2017 ini dapat diselenggarakan sesuai rencana dalam rangka ulang tahun Fakultas
Pertanian - Universitas Muhammadiyah Jakarta yang ke-35 tahun. Usia 35 tahun adalah
usia yang cukup matang untuk sebuah institusi pendidikan tinggi. Segala dinamika
perguruan tinggi pertanian di Jakarta tentu mengalami pasang surut yang tidak mudah
untuk dipertahankan. Namun beberapa tahun terakhir jumlah mahasiswanya terus
meningkat, saat ini jumlah total mahasiswa aktif telah mendekati 500 orang. Sebagai
wujud syukur atas hari jadi, Fakultas Pertanian – UMJ menyelenggarakan beberapa
rangkaian acara, antara lain Kuliah Umum dan Seminar Nasional 2017. Seminar
Nasional 2017 yang diselenggarakan hari ini mengangkat berbagai isu tanaman herbal
yang berkaitan dengan Pertanian, Biologi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi dan Kimia.
Oleh karena itu seminar nasional ini mengambil tema “Pertanian dan Tanaman Herbal
yang Berkelanjutan di Indonesia”.
Kelimpahan tanaman herbal merupakan anugerah keanekaragaman hayati yang
dimiliki Indonesia yang telah mendukung kesehatan masyarakat sejak lama. Oleh
karena itu, keanekaragaman herbal sangat penting untuk dipertahankan ekologisnya
sehingga dapat berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan yang peduli lingkungan secara umum akan berpengaruh
pada ekonomi dan sosial masyarakat. Efisiensi penggunaan lahan, teknologi tepat guna
dalam pemanfaatan alam tentu akan bermanfaat untuk menekan biaya produksi obat
herbal. Efektifitas perwujudannya perlu ada daya dukung dari semua pihak termasuk
para peneliti, dan praktisi. Hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti dari
seluruh Indonesia dalam Seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai keanekaragaman herbal, teknologi budidaya, pemanfaatan dan
kemanfaatannya yang berkelanjutan.
Seminar nasional hari ini diikuti oleh dosen, peneliti, praktisi dan mahasiswa dari
berbagai wilayah di Indonesia. Abstrak seminar yang telah diterima untuk diseminarkan
hari ini ada sebanyak 53 pemakalah dengan total seluruh peserta lebih dari 200 orang
yang berasal dari berbagai insitusi yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dari
ujung barat sampai ke ujung timur. Mulai dari Aceh, Medan, Sijunjung, Lampung,
Palembang, Balikpapan, Banten, Bogor, Jakarta, Tangerang Selatan, Surakarta,
Sumedang, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Manado, Makassar, sampai
ke Mataram. Institusinya pun beragam, ada yang berasal dari Pendidikan Tinggi Negeri
dan Swasta, Instansi penelitian pemerintah dan perusahaan swasta, antara lain:

Perguruan Tinggi Negeri:

• Universitas Sumatera Utara


• Universitas Sriwijaya
• Universitas Lampung
• Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
• Universitas Terbuka
• Institut Pertanian Bogor

viii
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

• Universitas Padjadjaran
• Universitas Diponegoro
• Universitas Sebelas Maret
• Universitas Brawijaya
• Universitas Negeri Makasar
• Universitas Hasanuddin
• Universitas Sam Ratulangi

Perguruan Tinggi Muhammadiyah:

• Universitas Muhammadiyah Mataram


• Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
• Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka
• Universitas Muhammadiyah Purwokerto
• Universitas Muhammadiyah Jakarta

Perguruan Tinggi Swasta:

• Universitas Al Muslim Bireuen Aceh


• Universitas Methodist Indonesia Medan
• STIPER Sawahlunto Sijunjung
• Universitas Surabaya
• Universitas Swadaya Cirebon
• Universitas Indraprasta Jakarta,
• Indonesia International Institute for Life Sciences Jakarta
• Universitas Surya

Institusi Penelitian Pemerintah:

• Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI


• Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam
Kalimantan Timur
• Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi PUSPIPTEK
• Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
• Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN
Tak lupa saya ucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
seluruh panitia, sponsor dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara
Seminar Nasional ini. Selamat datang, dan terimakasih atas kedatangan seluruh
pemakalah dan peserta di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Semoga seluruh kegiatan
seminar nasional yang dilakukan berlangsung dengan lancar. Sukses untuk kita semua.
Aamiin.
Wabillahit taufiq walhidayah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, November 2017
Ketua Panitia,
Dra. Rita Tri Puspitasari, M.Si.

ix
SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Terima kasih atas kedatangan para
hadirin, yang saya hormati:
• Menteri Kesehatan RI yang diwakili oleh Kasubdit Pelayanan Kesehatan Obat
Tradisional, Ibu Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K). M.Kes. M.H.Kes.;
• Koordinator Kopertis Wilayah III, Ibu Dr. Ir. Illah Sailah, M.Si.;
• Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bapak Dr. Ir. Wiratno,
M.Env.Mgt.;
• Direktur Utama PT. Sido Muncul, Bapak Irwan Hidayat
• Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Bapak Prof. Dr. Syaiful Bakhri,
SH. M.H.;
• Ketua BPH UMJ, Bapak Drs. Husni Thoyar, M.Ag.;
• Bapak dan Ibu Wakil Rektor;
• Bapak Direktur Sekolah Pascasarjana UMJ;
• Bapak dan Ibu Dekan Fakultas di lingkungan UMJ;
• Seluruh pemakalah, peserta, dan para undangan serta hadirin yang berbahagia.
Indonesia kaya akan tanaman herbal yang perlu mendapat perhatian kita semua.
Dahulu nenek moyang kita selalu menggunakan tanaman herbal untuk pengobatan,
tetapi lambat laun menjadi berkurang karena membanjirnya obat-obat kimia dan
gencarnya promosi penggunaan obat tersebut. Namun sekarang masyarakat mulai
kembali berpaling ke penggunaan obat-obatan herbal seiring dengan banyaknya dampak
negatif tentang pengunaan obat-obat kimia. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta pada hari ini mengadakan
Seminar Nasional 2017 dengan tema “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di
Indonesia”.
Seminar hari ini akan membahas berbagai makalah tentang pertanian dan tanaman
herbal, yang akan dipresentasikan oleh pemakalah yang datang dari berbagai penjuru
Indonesia, antara lain para peneliti dari Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (PUSPIPTEK), Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), dan instansi swasta.
Pada seminar ini kita mengharapkan banyak temuan-temuan dan informasi berharga
dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dari berbagai institusi yang
hadir pada hari ini. Saling bertukar informasi diantara para peneliti, sehingga di masa
depan dapat terwujud kerjasama yang erat untuk memajukan penelitian, pemanfaatan,
dan memasyarakatkan kembali tanaman herbal di Indonesia.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Menteri Kesehatan RI
sebagai keynote speaker, serta pemakalah utama oleh Kepala Balitrro, Koordinator
Kopertis wilayah III dan Direktur PT. Sido Muncul. Fakultas Pertanian UMJ berencana
untuk membuat Sub-Program Studi Tanaman Herbal dan berharap dapat melanjutkan
kerjasama dengan PT. Sido Muncul yang merupakan salah satu perusahaan jamu di
Indonesia yang konsen dengan penggunaan tanaman herbal. Kami juga mengucapkan
terima kasih atas dukungan semua pihak, Bapak Rektor UMJ, PT. Sido Muncul, Bank

x
Mandiri, Bank BNI Syariah, dan semua panitia yang telah bekerja keras untuk
terselenggaranya acara seminar ini. Selamat melaksanakan seminar kepada seluruh
pemakalah dan peserta. Kami mohon maaf seandainya dalam penyelenggaraan seminar
ada yang kurang dan tidak berkenan.
Selanjutnya kami mohon kepada Bapak Rektor UMJ untuk berkenan membuka
Seminar Nasional 2017 “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”.
Terima kasih.
Wabillahit taufiq walhidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, November 2017
Dekan
Dr. Ir. Hj. Elfarisna, M.Si.

xi
KEYNOTE SPEAKER
DIREKTUR PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat Pagi.
Yang Terhormat,
• Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta;
• Para Keynote Speaker;
• Seluruh Hadirin Seminar Nasional “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di
Indonesia”.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas
berkah dan karunianya kita masih diberikan kesehatan dan dapat berkumpul dalam
rangka mengikuti Seminar Nasional “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di
Indonesia”.
Suatu kehormatan bagi saya untuk berada dalam Seminar Nasional “Pertanian dan
Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”. Seminar Nasional ini merupakan forum
penting bagi kita untuk mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional di negara kita.
Atas nama Kementerian Kesehatan, saya ingin menyampaikan apresiasi yang mendalam
saya kepada Universitas Muhamadiyah Jakarta khususnya Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhamadiyah Jakarta, untuk keramahan dan sambutan hangat yang
diberikan kepada kami.
Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, Indonesia dalam mengembangkan
pelayanan kesehatan tradisional sejalan dengan Strategi WHO Tahun 2014-2023 dalam
sasaran strateginya disebutkan bahwa kesehatan tradisional harus dikembangkan
melalui pendekatan ilmu pengetahuan, perlunya pengaturan dalam 3P yaitu products,
practices and practitioners, serta dapat diintegrasikan dalam bentuk pelayanan
kesehatan tradisional dan asuhan mandiri kesehatan tradisional. Pengembangan produk
berkaitan dengan pengembangan standar, uji manfaat, keamanan dan mutu produk.
Pengembangan penyelenggaraannya berkaitan dengan elaborasi pohon keilmuan
kesehatan tradisional Indonesia yang akan dijadikan sebagai bahan ajar dalam
pendidikan kesehatan tradisional. Pengembangan pendidikan kesehatan tradisional di
Indonesia diharapkan akan menghasilkan tenaga kesehatan tradisional yang kompeten.
Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, pengembangan dan peningkatan
obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman,
memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik
untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan
kesehatan formal. Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari
budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu,
namun demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya
didukung oleh penelitian yang memadai. Dibutuhkan adanya koordinasi ketika akan
melakukan penelitian tanaman obat dengan melibatkan berbagai unsur agar
menghindari adanya penelitian yang sejenis di waktu dan tempat yang berbeda.
Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang berbahagia, bahan baku obat dan obat
tradisional 85% masih impor dari luar negeri. Saat ini Kementerian Kesehatan cq Ditjen

xii
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Farmasi dan Alkes telah mengembangkan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman
Obat (P4TO) di daerah yang akan memanfaatkan bahan alam Indonesia. Melalui
fasilitasi P4TO ini diharapkan dapat mendukung upaya kemandirian bahan baku obat
dan obat tradisional sehingga dapat membantu dalam mengurangi ketergantungan akan
impor.
Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang berbahagia, perlu saya sampaikan bahwa kami
juga telah memiliki Peraturan Pemerintah tentang pelayanan kesehatan tradisional yang
menjadi dasar hukum pengembangan kesehatan tradisional di Indonesia. Demikian juga
dalam Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional
menjadi 1 unit tersendiri di bawah Dirjen Pelayanan Kesehatan. Hal ini menandakan
bahwa Pemerintah Indonesia memberikan perhatian dan dukungan yang serius dalam
pengembangan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia.
Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, Kementerian Kesehatan telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Formularium Obat Herbal Asli
Indonesia (FOHAI) yang berisi informasi tentang jenis-jenis tanaman obat yang tumbuh
di Indonesia serta telah terbukti secara ilmiah aman dan bermanfaat untuk kesehatan.
Pada pasal (5) menyatakan bahwa Pembinaan dan Pengawasan terhadap penggunaan
obat herbal asli Indonesia dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya
masing-masing.
Berdasarkan Permenkes RI No.006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat
tradisional pasal (2) menyatakan bahwa, Obat tradisional hanya dapat dibuat oleh
industri dan usaha di bidang obat tradisional. Industri tersebut terdiri atas IOT dan
IEBA. Usaha Obat Tradisional terdiri atas: UKOT, UMOT, Usaha Jamu Racikan dan
Usaha Jamu Gendong.
Akhirnya, kami percaya bahwa pengobatan tradisional masih penting di era modern
ini. Oleh karena itu, kerjasama yang kuat, kerjasama dan bantuan teknis untuk
mengembangkan pengobatan tradisional diperlukan. Hal ini juga memerlukan
penyesuaian yang tepat berdasarkan kebutuhan negara dan kemampuan untuk
mengembangkannya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Jakarta, November 2017
Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional
Dr. dr. Ina Rosalina, Sp. A(K), M.Kes, MH.Kes.

xiii
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN OBAT BERKELANJUTAN
Wiratno
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Jl. Tentara Pelajar No. 3, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu
Bogor 16111 - Jawa Barat
Telp: 0251 - 8321879, 8327010; Fax: 0251 - 8327010
E-mail: wiratno02@yahoo.com

ABSTRAK
Meningkatnya kecenderungan masyarakat dunia akan produk pertanian yang bebas dari
residu pestisida mendorong para ahli mempelajari kemungkinan substitusi penggunaan
pestisida sintetis dengan pestisida yang lebih ramah terhadap lingkungan. Penggunaan
pestisida sintetis seperti rodentisida, insektisida, molusisida, acarisida, fungisida dan
nematisida yang kurang bijaksana mengakibatkan berbagai efek merugikan diantaranya
timbulnya resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya serangga berguna seperti parasit,
predator maupun penyerbuk, mengakibatkan pencemaran air, tanah dan udara yang pada
akhirnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan yang tidak kalah pentingnya
meninggalkan residu yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehubungan
dengan hal tersebut sudah saatnya dicari alternatif metode pengendali lain yang
memiliki efektifitas pengendalian setara dengan pestisida sintetis namun relatif lebih
aman terhadap organisme hidup dan lingkungan. Pemanfaatan pestisida alami yaitu
pestisida nabati dan BioPestisida diyakini mampu menjawab permasalahan residu dan
degradasi lingkungan. Bahan aktif pestisida nabati tersusun dari senyawa sekunder
tanaman sifatnya mudah terurai bila terpapar sinar matahari sehingga relatif tidak
meninggalkan residu pada produk dan lingkungan. Penggunaan pestisida nabati
memberikan efek ganda karena setelah diaplikasikan dan mengendalikan OPT, bahan
aktifnya segera terurai dan dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat memperbaiki
pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. BioPestisida merupakan musuh
alami hama yang sifatnya spesifik hanya terhadap hama sasarannya saja sehingga relatif
tidak membahayakan manusia dan lingkungan. Aplikasi BioPestisida dalam jangka
panjang dapat memperbaiki keseimbangan ekosistem sehingga populasi hama dan
penyakit dapat tertekan secara berkelanjutan. Pemanfaatan pestisida alami pada
komoditas tanaman obat dapat menjamin ketersediaan bahan baku jamu yang bermutu
tinggi yaitu bebas dari residu pestisida sehingga pasar produk-produk jamu terbuka
lebar baik di dalam negeri maupun di pasar internasional.
Kata kunci: Herbal, mutu tinggi, pestisida alami, residu

SUSTAINABLE CONTROL OF PLANT DISTURBER ORGANISM ON HERBS


ABSTRACT
The rising trend of the world community of agricultural products free of pesticide
residues prompted experts to study the possibility of substitution for the use of synthetic
pesticides with more environmentally friendly pesticides. The use of synthetic pesticides
such as rodenticides, insecticides, mollusicides, acarisides, fungicides and nematisides
is unwise resulting in the adverse effects of pest resistance and resurgence, the
destruction of useful insects such as parasites, predators and pollinators, resulting in
water, soil and air pollution disturbs the balance of the ecosystem and is no less

1
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

important to leave residues that are very harmful to human health. In relation to that, it
is time to look for alternatives to other control methods that have effective controls
equivalent to synthetic pesticides but relatively safer to living organisms and the
environment. Utilization of natural pesticide that is vegetable pesticide and Bio-
Pesticide believed to be able to answer problem of residue and environmental
degradation. The active ingredients of vegetable pesticides composed of secondary
plant compounds are easily biodegradable when exposed to sunlight so they leave
relatively no residue on the product and the environment. The use of vegetable
pesticides gives a double effect because once applied and controlling the pest, the active
ingredients decompose immediately and can function as fertilizers so as to improve
growth and increase crop production. Bio-Pesticide is a natural enemies of pests that
are specific only to the target pest, so it is relatively harmless to humans and the
environment. Bio-Pesticide applications in the long term can improve the balance of
ecosystems so that pest populations and diseases can be depressed in a sustainable
manner. Utilization of natural pesticides on medicinal plant commodities can guarantee
the availability of high quality herbal raw materials that is free from pesticide residues
so that the market of herbal products is wide open both domestically and in the
international market.
Keywords: Herbs, high quality, natural pesticides, residues

PENDAHULUAN Beberapa contoh obat tradisional yang


sudah berkembang, bahkan beberapa
Indonesia mempunyai peluang besar diantaranya sudah diakui secara inter-
dalam mengembangkan tanaman obat, nasional dan terbukti manjur menurut
karena didukung beberapa faktor, antara hasil penelitian para ahli di dalam dan di
lain; (1) memiliki sumber kekayaan luar negeri adalah temulawak sebagai obat
keanekaragaman hayati terbesar di dunia hepatitis, kumis kucing sebagai peng-
(kedua setelah Brazil), sehingga masih hancur batu ginjal, daun katuk sebagai
banyak peluang untuk menggali jenis jenis stimulator air susu ibu, mengkudu, lidah
tanaman obat baru; (2) iklim yang buaya, mahkota dewa, daun mimba,
memungkinkan bercocok tanam sepanjang bawang putih dan lainnya. Sebagian besar
tahun, sehingga produksi dapat berke- (74%) dari tumbuhan tanaman obat yang
sinambungan; (3) ketersediaan lahan yang digunakan oleh industri jamu diambil
masih luas; (4) sosial budaya masyarakat langsung dari alam, selebihnya (26%)
yang sudah terbiasa menggunakan dibudidayakan dalam skala terbatas,
tanaman obat; (5) ekonomi masyarakat sehingga ketersediaan bahan baku dari
dengan daya beli rendah pada umumnya, waktu ke waktu akan semakin sulit
dilain pihak harga obat industri farmasi apabila tidak dilakukan budidaya tanaman
yang relatif mahal, sehingga masyarakat obat dan hanya mengandalkan dari alam.
lebih tertarik dengan obat tradisional;
(6) obat tradisional menjadi alternatif Dalam budidaya tanaman obat tidak
ketika industri farmasi sudah tidak lagi jarang timbul permasalahan adanya
memberikan harapan kesembuhan; gangguan organisme pengganggu tanaman
(7) pengusahaan obat tradisional dapat (OPT), dimana petani akan lebih memilih
menyerap tenaga kerja karena pada cara yang praktis, mudah dan cepat
umumnya dilakukan secara konvensional, terlihat hasilnya, yaitu penggunaan
dan faktor lainnya. “pestisida kimia sintetis” yang sudah
diketahui memberikan dampak negatif
bagi kesehatan konsumen dan lingkungan.

2
Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Salah satu contoh penggunaan pestisida bukannya berperan sebagai obat, namun
kimia sintetis pada tanaman obat sebaliknya akan berperan sebagai
diantaranya pada tanaman seledri yang pembawa bahan beracun. Oleh karena itu
dikenal sebagai obat darah tinggi dan diperlukan suatu sistem pengendalian
tomat yang dikenal memiliki anti oksidan OPT tanaman obat yang ramah
yang tinggi (Gambar 1), sehingga lingkungan dan berkelanjutan, sehingga
meninggalkan residu yang tinggi dan memberikan kesehatan terhadap
membahayakan kesehatan, sehingga konsumen dan lingkungan.

a b
Gambar 1. Residu pestisida pada (a) seledri dan (b) tomat (Kardinan, 2014)
BEBERAPA OPT ditemukan adanya serangan hama yang
PADA TANAMAN OBAT DAN serius, namun dapat terserang penyakit
CONTOH PENGENDALIANNYA busuk daun yang disebabkan oleh Erwinia
chrysanthemi dan busuk pelepah daun
Tumbuhan merupakan gudang bahan yang disebabkan oleh Sclerotium sp.
kimia, berpuluh bahkan beratus bahan Pengendaliannya dilakukan dengan cara
kimia terkandung di dalamnya, tetapi mengambil tanaman yang terinfeksi,
fungsi atau peran setiap komponen belum kemudian dibakar di luar kebun agar tidak
terungkap semuanya. Misalnya dikenal menjadi sumber penularan bagi tanaman
istilah “produksi metabolit sekunder” sehat. Pencegahannya dilakukan dengan
(secondary metabolic products) yang memperbaiki drainase agar kondisi kebun
perannya beragam, ada yang bersifat tidak terlalu lembab dan meningkatkan
sebagai racun, sehingga dimanfaatkan daya tahan tanaman melalui pemupukan
sebagai bahan pelindung tumbuhan itu organik yang mengandung kalium relatif
sendiri dari serangan OPT dan sebagai tinggi, seperti dari abu jerami dan
bahan pestisida nabati, namun adapula sejenisnya.
yang berperan sebagai obat dan digunakan
untuk menanggulangi penyakit tertentu Contoh lainnya adalah serangan ulat
(Kardinan, 2010). Oleh karena itu, Doleschallia polibete pada daun
sebenarnya pada tanaman obat tidak handeuleum (Graptophylum pictum) yang
terlalu banyak ditemukan kasus serangan dikenal sebagai obat wasir tradisional.
OPT, namun demikian beberapa jenis Pengendalian yang telah dilakukan adalah
tanaman obat ada yang mengalami dengan menggunakan insektisida nabati
serangan OPT secara serius, misalnya mimba (Azadirachta indica) ataupun
pada lidah buaya (Aloe vera) tidak piretrum (Chrysanthemum cinerariae-

3
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

folium). OPT pada mengkudu tidaklah solanacearum, penyakit yang disebabkan


terlalu serius, namun beberapa OPT oleh nematoda dan hama lalat rimpang.
banyak ditemui di lapangan walaupun Pada tanaman jahe saja, R. solanacearum
tidak menimbulkan kerugian besar, dapat mengakibatkan kerugian yang besar.
misalnya serangan kutu daun Pada petak pengamatan tanaman kencur di
(Pseudococcus citri) yang menyebabkan Sumedang tahun 2003, serangan penyakit
daun muda tumbuh tidak normal dan layu bakteri dapat menghilangkan potensi
sering juga didapati berada dalam buah, hasil sebesar 60% – 90%. Di samping
ulat keket (Acherontia lachesis), ataupun menyerang tanaman jahe, patogen ini juga
belalang hijau (Aularches miliaris) yang menyerang tanaman obat lainnya. Dari
memakan daun hingga bolong-bolong. literatur diketahui, R. solanacearum dapat
Penggunaan bubur bordeuox yang terdiri menyerang lebih dari 250 jenis tanaman
dari campuran belerang dan kapur sangat yang separuhnya adalah tanaman obat
membantu menanggulangi serangan OPT seperti jahe, kunyit, kencur, temu lawak,
ini. Mahkota dewa (Phaleria papuana) bangle, lempuyang, temumangga, dan
merupakan tanaman obat yang sudah lengkuas (Supriadi, 2000). Beberapa jenis
digunakan cukup luas dan memiliki OPT yang berbahaya pada tanaman
khasiat yang beragam. Tanaman inipun rimpang dan perlu diwaspadai kebera-
tidak luput dari serangan OPT, walaupun daannya disajikan pada Tabel 1. Kerugian
tidak menimbulkan kerusakan yang serius, akibat serangan OPT pada tanaman
yaitu terserang hama lalat buah rimpang dapat berupa kehilangan potensi
(Bactrocera dorsalis) yang menyebabkan produksi, menurunnya mutu produk,
buah busuk dan berbelatung. Salah satu kontaminasi lahan sehingga tidak dapat
cara pengendaliannya adalah dengan ditanami dengan tanaman yang sama
menggunakan atraktan metil eugenol yang sampai waktu tertentu.
diperoleh dari hasil penyulingan daun
selasih ataupun Melaleuca bracteata. Pada tanaman temu-temuan, beberapa
OPT dapat berasosiasi dengan
OPT PADA TANAMAN OBAT R. solanacearum sehingga menimbulkan
KELOMPOK RIMPANG kerugian yang lebih besar. OPT tersebut
(TEMU-TEMUAN) adalah nematoda (Meloidogyne spp. dan
Radopholus similis) dan lalat rimpang
Beberapa tanaman obat dari kelompok (Mimegralla coeruleifrons; Eumerus
rimpang (temu-temuan) yang sudah figurans). OPT yang kadang-kadang
dibudidayakan secara luas karena menimbulkan kerugian yang cukup berarti
permintaan pasar yang cukup besar, antara adalah Phyllosticta sp. pada tanaman jahe.
lain adalah jahe, kunyit, kencur dan temu Sedangan OPT yang secara ekonomis
lawak. Dalam budidayanya sering dijum- dapat menurunkan kualitas produk
pai kendala terutama gangguan OPT. sehingga dapat ditolak oleh importir
Beberapa jenis OPT pada tanaman obat adalah nematoda Radopholus similis dan
yang termasuk sangat berbahaya dan kutu perisai (Aspidiella hartii). Sedangkan
dapat mengakibatkan kerugian yang OPT lainnya yang tidak terlalu berbahaya
cukup berarti, karena menyebabkan adalah penyebab penyakit busuk rimpang
produksi menurun, kualitas rendah, dan (Fusarium sp., Sclerotium sp., Rhizoctonia
bahkan gagal panen adalah penyakit layu sp.).
bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia

4
Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Tabel 1. Beberapa Jenis OPT pada Tanaman Obat


Tanaman OPT Jenis Kerusakan
Jahe Layu bakteri (Ralstonia solanacearum) Tanaman mati dan rimpang busuk
Buncak akar (Meloidogyne sp.), luka akar Akar luka sehingga penyerapan
(Radopholus similes) hara terganggu dan patogen tanah
mudah masuk
Bercak daun (Phyllosticta sp. ) Daun kering, fotosintesis tidak
optimal, tanaman kerdil
Busuk kering rimpang (Sclerotium sp., Tanaman mati dan akar busuk
Rhizoctonia sp., Fusarium sp. )
Lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons, Rimpang keriput dan busuk
Eumerus figurans)
Kutu perisai (Aspidiella hartii) Cairan tanaman dan rimpang
terisap dan kering
Kunyit Layu bakteri (Ralstonia solanacearum) Tanaman mati dan rimpang busuk
Buncak akar (Meloidogyne sp.), luka akar Akar luka sehingga penyerapan
(Radopholus similis) hara terganggu dan patogen tanah
mudah masuk
Bercak daun (Colletotrichum sp.) Daun kering, fotosintesis tidak
optimal
Busuk kering rimpang (Sclerotium sp. , Tanaman mati dan akar busuk
Rhizoctonia sp., Fusarium sp.)
Lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons, Rimpang keriput dan busuk
Eumerus figurans)
Kutu perisai (Aspidiella hartii) Cairan tanaman dan rimpang
terisap dan kering
Kencur Layu bakteri (Ralstonia solanacearum) Tanaman mati dan rimpang busuk
Buncak akar (Meloidogyne sp.), luka akar Akar luka sehingga penyerapan
(Radopholus similis) hara terganggu dan patogen tanah
mudah masuk
Bercak daun (Colletotrichum sp.) Daun kering, fotosintesis tidak
optimal
Busuk kering rimpang (Sclerotium sp., Tanaman mati dan akar busuk
Rhizoctonia sp., Fusarium sp. )
Lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons, Rimpang keriput dan busuk
Eumerus figurans)
Kutu perisai (Aspidiella hartii) Cairan tanaman dan rimpang
terisap dan kering
Temulawak Buncak akar (Meloidogyne sp.), luka akar Akar luka sehingga penyerapan
(Radopholus similes) hara terganggu dan patogen tanah
mudah masuk
Bercak daun (Colletrotrichum sp.) Daun kering, fotosintesis tidak
optimal
Lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons, Rimpang keriput dan busuk
Eumerus figurans)
Kutu perisai (Aspidiella hartii) Cairan tanaman dan rimpang
terisap dan kering

Serangan R. solanacearum akan akar dan rimpang mempermudah


berakibat lebih parah bila berbarengan masuknya bakteri dan patogen tular tanah
dengan nematoda (Meloidogyne sp.) lainnya ke dalam jaringan tanaman serta
karena luka akibat infeksi nematoda pada akan menarik lalat rimpang dewasa

5
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Mimegralla coeruleifrons, Eumerus yang menyerang jahe adalah bakteri layu


figurans) untuk meletakkan telur di sekitar Ralstonia solanacearum, jamur busuk
tanaman. Larva muda lalat rimpang kering rimpang Fusarium oxysporum,
memakan daging atau bagian dalam nematoda puru akar Meloidogyne
rimpang sehingga rimpang menjadi incognita, jamur Sclerotium rolfsii, jamur
keropos. bercak daun Phyllosticta sp., serta hama
lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons),
Diantara tanaman obat, jahe merupakan dan hama kutu rimpang Aspidiella hartii.
salah satu komoditas yang menempati Serangan OPT tersebut dapat
posisi penting dalam perekonomian menyebabkan kematian tanaman,
Indonesia, karena merupakan empat besar pertumbuhan tanaman merana, rimpang
tanaman obat yang banyak diminta untuk membusuk, rimpang untuk benih dan
keperluan jamu, industri obat, bumbu dan lahan untuk musim tanam berikutnya
ekspor (Pribadi, 2009). Rimpangnya terinfeksi oleh OPT (Gambar 1, 2 dan 3).
dimanfaatkan sebagai bahan penyedap OPT tersebut ditularkan melalui tanah
masakan, minuman, industri makanan atau yang terkontaminasi, benih rimpang
minuman, industri jamu atau bahan obat, terinfeksi , aliran air, alat-alat pertanian,
serta produk kosmetik dan perawatan hewan dan pekerja di lapangan. Di
tubuh. Jahe mengandung senyawa yang Indonesia serangan penyakit layu bakteri
disebut gingerol yang berkhasiat obat. dapat menyebabkan kehilangan hasil
Sebagai obat, jahe memiliki efek sebagai rimpang jahe sampai 90 %. Oleh karena
antiinflamasi, antipiretik, gastroprotektive, itu penyakit layu bakteri merupakan salah
cardiotonic, antihepatoksik, antioksidan, satu kendala utama dalam budidaya
antikanker, antiangiogenesis, dan anti- tanaman jahe.R. solanacearum sering
arterosclerotic, antivirus. Masalah berasosiasi dengan nematoda. Serangan
lambung, anti rematik, anti kanker, anti penyakit layu akan menjadi lebih berat
pembengkakan, nyeri otot, batuk, nyeri dengan adanya serangan nematoda
sendi, masuk angin, anti alergi, menjaga (Vilsoni et al., 1979; Hayward, 1991).
kondisi jatung, mabuk perjalanan, masalah Nematoda akan membuat luka pada akar
pencernaan, meningkatkan kekebalan dan rimpang yang memudahkan bakteri
tubuh. Pemanfaatan tanaman tersebut untuk menginfeksi tanaman. Menurut
tidak saja dilakukan oleh masyarakat Mustika (1996) dan Nurawan et al.,
tradisional di pedesaan, tetapi juga (1993), ada dua jenis nematoda yang
masyarakat moderen di perkotaan, bahkan sering ditemukan ada pada tanaman jahe
menjadi komoditas ekspor ke Eropa, yang juga terserang bakteri
Amerika, Timur Tengah, Jepang, Asia R. solanacearum di daerah Jawa Barat,
Selatan, Malaysia dan lain-lain. Sehingga Bengkulu, dan Sumatera Utara. Kedua
komoditas ini dapat berperan dalam jenis nematoda tersebut adalah
menumbuh-kembangkan perekonomian Meloidogyne sp. dan Radopholus similis.
masyarakat Indonesia. Semakin pesatnya
kegiatan industri obat-obatan modern, Disamping nematoda, lalat rimpang
tradisional dan industri-industri lain yang (Mimegralla coeruleifrons) juga sering
bermunculan dengan menggunakan bahan ditemukan pada tanaman jahe yang
baku jahe menyebabkan permintaan terserang R. solanacearum. Di India juga
komoditi ini cenderung meningkat dari dilaporkan bahwa lalat rimpang sering
tahun ke tahun. berasosiasi dengan R solanacearum
(Jacob, 1980). Lalat rimpang tersebut
Kendala dalam budidaya dan produksi diduga yang membuat luka pada tanaman
jahe adalah, serangan organisme peng- jahe, sehingga membantu bakteri untuk
ganggu tanaman (OPT) dan rendahnya menginfeksi dan masuk kedalam jaringan
ketersediaan benih bermutu. OPT utama tanaman jahe. Di Indonesia, jenis

6
Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

nematoda yang sering menyerang dan Indonesia. Pada kondisi tertentu, misalnya
merugikan adalah nematoda puru akar kelembaban yang tinggi, atau menanam
Meloidogyne spp. dan nematoda pelubang jahe di daerah yang berlembah sehingga
akar R. similis; karena tingkat populasi tanaman menjadi agak ternaungi, serangan
dan frekwensi keberadaannya cukup cendawan pada daun menjadi masalah
tinggi. Di India, M. incognita dan yang serius. Beberapa cendawan yang
R. similis merupakan spesies yang penting dilaporkan ditemukan menyerang daun
pada jahe (Sheela et al., 1995). pertanaman jahe di Indonesia adalah:
Cercospora (Boedijn, 1960; Semangun,
Di Fiji, serangan R. similis pada jahe 1992), Phyllosticta (Semangun, 1992;
dapat mengurangi produksi sebesar Rachmat, 1993), Phakopsora (Boedijn,
40% (Williams, 1980); sedangkan 1960; Rachmat, 1993; Wahyuno et al.
Meloidogyne spp. di Queensland 2003) dan Pyricularia sp. (Siswanto et al.
dilaporkan dapat mengurangi hasil sampai 2008). Hingga saat ini, pengetahuan
57% (Pegg et al., 1974). Selain itu, mengenai ekobiologi cendawan-cendawan
kehilangan hasil jahe yang lebih besar tersebut masih sangat terbatas. Hasil
dapat terjadi apabila bakteri Ralstonia survey OPT jahe yang dilakukan bersama
solanacearum terdapat bersama-sama Ditjen Perlindungan Hortikultura di tiga
dengan nematoda R. similis atau lokasi di Jawa dan Sumatra pada tahun
Meloidogyne spp., dimana jumlah 2008, berdasarkan model gejala yang
tanaman layu meningkat dan terjadinya terlihat ada indikasi variasi jenis
layu lebh cepat (Mustika dan Nurawan, cendawan yang dominan di tiap lokasi
1992). Luka akibat tusukan stilet yang dikunjungi (Siswanto et al. 2008).
nematoda mempermudah infeksi bakteri Kondisi lingkungan, umur tanaman dan
patogen ke dalam jaringan akar dan jenis jahe yang ditanam mempengaruhi
rimpang (Mustika, 1992). kerusakan dan jenis cendawan yang
dominan di suatu daerah.
Penyakit bercak daun jahe ditemukan
hampir di semua sentra produksi jahe di

a b c
Gambar 2. Pertanaman jahe terserang penyakit layu oleh bakteri Ralstonia
solanacearum (a); rimpang jahe busuk oleh serangan bakteri layu (b),
dan penyakit bercak daun oleh jamur Phyllosticta sp. (c).
Di Indonesia, penyakit busuk rimpang (Mulya dan Oniki, 1990); Fusarium sp.
atau disebut juga penyakit kuning akhir- relatif dominan selain jamur-jamur
akhir ini menjadi kendala dalam budidaya kontaminan yang umum yaitu Aspergilus,
jahe di sentra-sentra jahe di Jawa. Rhizhopus dan Penicillium
Penyebab busuk rimpang diduga (Miftakhurohmah dan Noveriza, 2009.
disebabkan oleh beberapa jenis cendawan, Semangun (1989; 1992) dan Soesanto
antara lain kelompok Rhizoctonia sp. et al. 2003 menyatakan Fusarium

7
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

oxysporum Schlecht f. sp. zingiberi jahe dan dapat menimbulkan kerusakan


Trujillo sebagai penyebab utama busuk secara luas khususnya pada pertanaman
rimpang jahe. Di India dan Australia jahe di dataran tinggi (Dobroo, 200 )
cendawan Phytium merupakan jenis yang demikian juga di Australia.
dominan menyebabkan busuk rimpang

a b c
Gambar 4. Gejala penyakit busuk rimpang oleh jamur Sclerotium sp. (Kiri); Rimpang
jahe terserang hama kutu perisai Mimegralla coeruleifrons (Tengah); dan
rimpang jahe terserang lalat rimpang Aspidiella hartiii (Kanan).
PENGENDALIAN OPT pengolahan tanah, jarak tanam,
BERKELANJUTAN monitoring, sanitasi, penyiangan
gulma dan lain-lain).
Pengelolaan OPT pada tanaman obat 4. Rotasi tanaman yang berbeda famili,
umumnya dan rimpang khususnya agar tidak menjadi inang yang sama
haruslah yang bersifat ramah lingkungan, bagi OPT.
karena produk ini dikonsumsi sebagai 5. Memanfaatkan semaksimal mungkin
obat manusia. Komponen pengendalian musuh-musuh alami dari OPT
OPT berkelanjutan dan ramah lingkungan 6. Menggunakan pengendalian
pada tanaman obat fisik/mekanik
1. Menggunakan benih unggul/varietas- 7. Penggunaan pestisida alami, baik itu
varietas tahan berupa pestisida nabati, pestisida
2. Mengusahakan pertumbuhan tanaman hayati ataupun bahan mineral
sehat (belerang dan lainnya).
3. Menerapkan teknik-teknik budidaya
standar (pupuk organik, mulsa,

Tabel 2. Beberapa Contoh Agens Hayati untuk Pengendalian Opt pada Tanaman Obat
Pestisida Hayati
OPT Sasaran Mekanisme Kerja
(Musuh Alami)
Bakteri antagonis (Pseudomonas Bakteri layu Kompetisi
fluorescens,P.cepacia, Bacillus sp.) (Pseudomonas
solanacearum)
Bakteri Pasteuria penetrans Nematoda buncak akar Spora bakteri penetrasi ke
(Meloidogyne spp.), dan dalam tubuh nematoda dan
Radopholus similis mengkolonisasi
Jamur penjerat nematoda Meloidogyne spp. Menjerat larva nematoda
(Arthrobotrys sp., Dactylaria sp. dan
Dactylella sp.)
Trichopria (Diapridae; Mimegralla. Parasitoid larva-pupa,
Hymenoptera), Beauveria bassiana Coeruleifrons menginfeksi larva
Encyrtidae dan Eupelmidae Aspidiella hartii Parasitoid nimfa- dewasa
(Hymenoptera) betina

8
Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Tabel 3. Beberapa Contoh Pestisida Nabati untuk Pengendalian OPT Rimpang


Jenis Tanaman Kandungan
Sifat Racun
(Bagian Berkhasiat) Bahan Aktif
Cengkeh (Syzygium aromaticum) Eugenol Insektisida, fungisida,
bagian daun dan bunga nematisida, bakterisida
Mimba (Azadirachta indica) bagian Azadirachtin Insektisida, fungisida,
daun dan biji nematisida, bakterisida
Serai wangi (Cymbopogon nardus) Sitronela Insektisida, fungisida,
nematisida, bakterisida
Tembakau (Nicotiana tabacum) Nikotin Insektisida
Akar tuba (Deris eliptica) Rotenon Insektisida
Selasih (Ocimum spp.) Metil eugenol Atraktan lalat buah
Piretrum (Chrysanthemum Piretrin Insektisida
cinerariaefolium)
Sumber: Kardinan (2013)
Tabel 4. Beberapa Contoh Formula Pestisida Biopestisida yang Dihasilkan Balittro
Nama formula Jenis pestisida
Neem plus Insektisida dan frungisida
Mimba Insektisida
Piretrum Insektisida
Atlabu Atraktan lalat buah
ME Sticky Trap Lem perangkap lalat buah
Bioprotektor Insektisida
CEES Insektisida dan fungisida
Cespleng Insektisid dan fungisida
BioFob Fungisida
Beauverin Insektisida
Metarhin Insektisida

TINDAKAN PENCEGAHAN menjadi lebih baik. Lahan lain yang


PREVENTIVE mungkin bebas patogen adalah lahan yang
belum pernah ditanami tanaman jahe atau
Lahan Bebas Patogen lahan yang ditanami tanaman yang bukan
inang R. solanacearum dalam jangka
Lahan bebas patogen merupakan
waktu lama. Penanaman jahe secara
persyaratan utama dalam pencegahan
berturut-turut pada lahan yang sama
terjadinya penyakit layu. Hasil
sebaiknya dihindari. Ada indikasi bahwa
pengamatan di lapang dan analisa di
jahe yang ditanam pada lahan bekas
laboratorium menunjukkan bahwa ada
tanaman sambiloto lebih sehat dan
beberapa jenis lahan yang berpotensi
terhindar dari serangan layu bakteri.
bebas dari patogen diantaranya adalah
Namun fenomena ini masih perlu diteliti
lahan bekas sawah beririgasi teknis.
lebih lanjut Supriadi et al. (2007). Rotasi
R. solanacearum bersifat aerobik,
tanaman juga dapat dilakukan untuk
sehingga tidak tumbuh pada keadaan
mengurangi populasi patogen di dalam
kondisi an aerob seperti di lahan sawah.
Jahe membutuhkan kondisi lahan dengan tanah.
aerasi yang baik, sehingga pada lahan Benih Sehat
bekas sawah yang akan ditanami jahe,
tanah dibawah lapisan olahnya harus Untuk mencegah terjadinya penyakit
dipecah terlebih dahulu agar aerasinya layu bakteri, maka penanaman benih yang

9
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

sehat sangat diperlukan. Sortasi benih karena itu penelitian dalam rangka
harus dilakukan sejak awal pada waktu mencari varietas jahe yang tahan sangat
benih masih di lapangan dan sebelum diperlukan. Sampai saat ini belum ada
ditanam. Sumber benih harus dari jenis jahe yang tahan terhadap penyakit
tanaman yang sehat. Rimpang yang layu bakteri. Jenis jahe putih besar yang
digunakan untuk benih harus yang sudah biasa dibudidayakan di Indonesia sangat
cukup tua dan berwarna mengkilat. rentan terhadap R. solanacearum.
Perlakuan benih dengan antibiotik atau Pengujian klon-klon jahe yang ada di
pestisida dapat dilakukan untuk Indonesia terhadap R. solanacearum
membunuh patogen yang mungkin belum pernah dilakukan. Rostiana et al.
terbawa pada permukaan benih rimpang (1991) telah mengoleksi 28 nomor jahe
jahe. Caranya dengan merendam rimpang dari berbagai lokasi di Indonesia, namun
jahe dalam larutan agrimicin 2.5 g/l tingkat ketahanan klon-klon jahe tersebut
selama 2 – 3 jam yang selanjutnya terhadap R. solanacearum belum
dikering anginkan sebelum ditanam. Hasil diketahui. Indrasenan et al. (1982)
penelitian Hartati dan Supriadi (1994) melaporkan bahwa dari 30 klon jahe lokal
menunjukkan bahwa larutan antibiotik di India yang diuji tidak ada yang tahan
agrimicin tidak dapat diserap oleh lapisan terhadap R. solanacearum.
kulit luar rimpang jahe, namun dapat
membunuh patogen yang terbawa di Penelitian dalam rangka mencari
permukaan kulit rimpang jahe. Menurut varietas jahe yang tahan sudah dilakukan
Asman dan Hadad (1989) perlakuan di Balittro yaitu dengan memperbanyak
agrimisin dan abu sekam dapat variasi genetik jahe dengan teknik radiasi
menghambat gejala penyakit layu bakteri yang hasilnya diperoleh beberapa nomor
di lapang. Selain itu sebelum ditanam tanaman jahe yang lebih tahan terhadap
benih jahe dapat dicelupkan pada larutan inokulasi R. solanacearum dalam kondisi
campuran pestisida Dithane, Talk, dan di rumah kaca (Ika Mariska komunikasi
Mancozeb. pribadi). Hasil penelitian secara in vitro
telah diperoleh beberapa somaklon jahe
Penyebaran penyakit layu bakteri pada yang tahan terhadap inokulasi
tanaman jahe terutama disebabkan karena R. solanacearum secara buatan di rumah
penggunaan benih yang telah terinfeksi. kaca. Somaklon tersebut selanjutnya akan
Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan diuji ketahanannya di lapangan di daerah
benih jahe perlu dilakukan. Untuk endemik penyakit layu.
mendeteksi patogen dalam rimpang jahe
yang akan digunakan sebagai benih dapat Sanitasi
dilakukan dengan teknik ELISA. Hasil
Sanitasi harus dilakukan secara ketat
penelitian Supriadi et al. (1995)
dari awal. Sanitasi tidak efektif apabila
menunjukkan bahwa dari sampel benih
dilakukan pada saat serangan sudah
jahe yang diamati yang dikoleksi dari
meluas dan parah. Tanaman jahe yang
beberapa daerah di Jawa Barat, 5%
terserang di lapang harus segera dicabut
diantaranya sudah mengandung bakteri R.
dan dimusnahkan dengan cara dibakar.
solanacearum. Selanjutnya lubang bekas tanaman yang
Tanaman Tahan sakit disiram dengan antibiotik atau
ditaburi dengan kapur.
Penanaman jenis jahe tahan merupakan
cara yang paling efektif untuk Pengelolaan Lingkungan
mengendalikan penyakit layu. Namun
Penyakit layu akan berkembang dengan
sampai saat ini belum ada jenis jahe yang
baik pada kondisi kebun yang lembab dan
tahan terhadap penyakit tersebut. Oleh
panas, sehingga penyakit tersebut sering

10
Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

terjadi di daerah-daerah Tropis humid dan Pengendalian penyakit bisa dilakukan


Sub tropis. Untuk mencegah timbulnya misalnya dengan pestisida baik yang
penyakit, maka pengelolaan lahan dan berupa pestisida kimia sintetik maupun
lingkungan perlu dilakukan untuk pestisida alami. Namun pestisida kimia
menjaga agar kondisi di kebun tidak sintetik sangatlah mahal, sehingga
terlalu lembab, misalnya dengan mengatur pestisida alami merupakan suatu alternatif
jarak tanam, menyiangi gulma disekitar yang lebih murah dan juga efektif. Hasil
tanaman jahe, karena ada beberapa jenis beberapa penelitian menunjukkan bahwa
gulma yang bisa menjadi inang dari minyak atsiri merupakan bahan alami dari
R. solanacearum. Selain itu irigasi kebun tanaman yang berpotensi untuk digunakan
harus diperhatikan agar lahan mempunyai sebagai pestisida nabati. Hasil penelitian
drainase yang baik. Apabila ada areal Hartati et al. (1993) menunjukkan bahwa
yang terinfeksi sebaiknya dibuat selokan minyak cengkeh dan serai wangi dapat
yang membatasi dengan areal yang masih menghambat pertumbuhan R.
sehat untuk mencegah penularan penyakit solancearum secara in vitro. Hartati et al.
melalui akar, tanah, dan air. (1993) juga melaporkan bahwa pada uji in
vitro minyak daun cengkeh lebih efektif
Untuk mencegah masuknya patogen ke terhadap R. solanacearum dibandingkan
daerah yang masih sehat, maka semua dengan komponennya eugenol dan serbuk
pekerjaan di kebun yang dilakukan baik cengkeh. Supriadi et al. (2008)
oleh manusia maupun hewan sebaiknya melaporkan bahwa minyak kayu manis,
dimulai dari daerah yang masih sehat cengkeh, serai wangi, serai dapur, nilam,
selanjutnyta berjalan kearah daerah yang jahe, kunyit, laos, temu lawak, dan adas
sudah terinfeksi. Demikian juga alat-alat dapat menghambat pertumbuhan bakteri
pertanian yang akan digunakan harus R. solanacearum secara in vitro).
dibersihkan terlebih dahulu sebelum dan Sementara hasil dari percobaan pot
setelah digunakan. menunjukkan bahwa formula EC (6%)
campuran dari minyak cengkeh dan kayu
Pengendalian Penyakit di Lapangan
manis dapat menekan perkembangan
Apabila usaha pencegahan sudah penyakit layu pada jahe sampai 65 % pada
dilakukan namun penyakit masih timbul umur tanaman 7 bulan. Sedang pengujian
di lapangan, maka perlu dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa formula
pengendalian. Sampai saat ini belum ada EC 2 % minyak cengkeh dan kayu manis
cara pengendalian yang efektif, sehingga mampu menekan perkembangan penyakit
pengendalian terpadu merupakan cara dengan efikasi sebesar 35 % sampai pada
yang paling bijaksana untuk dilakukan. umur tanaman 7 bulan (Hartati et al.
Pengendalian terpadu harus dilakukan 2009).
sesuai dengan jenis tanamannya, jenis
Pupuk kandang yang diperkaya dengan
patogen, dan pengetahuan mengenai cara
mikroba dekomposer juga dapat
bertahan hidup dan penyebaran
digunakan sebagai cara alternatif untuk
(ekobiologi) patogennya (Hayward,
mengendalikan penyakit layu bakteri pada
1985). Untuk tanaman yang menghasilkan
tanaman jahe. Menurut Hartati et al.
umbi seperti kentang, penggunaan varietas
(2009), pemberian pupuk hayati yang
tahan sangat diperlukan dengan
berupa pupuk kandang yang diperkaya
pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
dengan mikroba dekomposer (Bacillus
berperanan terhadap potensi inokulum,
pantotkenticus dan Trichoderma lactae)
sisa-sisa tanaman sakit, populasi patogen
dapat mengurangi intensitas serangan
di tanah, dan asosiasinya dengan tanaman
penyakit sebesar 54% dibandingkan
inang alternatif, dan sebagainya.
dengan pemberian pupuk kandang biasa.

11
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pengendalian Nematoda Parasit Penggunaan Pestisida


Pengendalian nematoda parasit jahe Ray et al. (1995) melaporkan bahwa
dapat dilakukan secara terpadu melalui aplikasi carbofuran pada tanah dengan
pemilihan benih rimpang sehat, dosis 3kg/ha yang dilakukan pada saat
pemulsaan, perlakuan air panas pada 3 minggu setelah tanam jahe dapat
benih rimpang penggunaan bahan kimia mengurangi kehilangan hasil oleh
toksik (pestisida) dan pemanfaatan musuh Meloidogyne incognita sampai 26,3% dan
alami nematoda parasit jahe. mengurangi index puru akar oleh
nematoda pada tanaman kontrol cukup
Pemilihan Benih Rimpang Sehat tinggi dibandingkan tanpa perlakuan.
Harni (1999) melaporkan bahwa semua
Rimpang yang terinfeksi nematoda
produk jarak yang diuji (ekstrak daun, biji,
merupakan sumber utama dari penyebaran
bungkil dan minyak) pada konsentrasi 5%,
nematoda yang lebih luas di lapang.Cara
dapat menekan populasi Meloidogyne spp.
terbaik untuk mengendalikan penyakit
pada jahe di rumah kaca sekitar 59,66% –
oleh nematoda adalah dengan penggunaan
70,20%. Aplikasi mimba pada jahe
rimpang sehat bebas nematoda untuk
terserang nematoda Meloidogyne sp. di
bahan tanaman dan menyingkirkan
lapang menekan gejala puru akar sampai
rimpang-rimpamng benih yang
91,73% (Djiwanti dan Balfas, 2010).
menunjukan gejala luar serangan
nematoda. Pengendalian Hayati
Pemulsaan Hasil penelitian terakhir menunjukkan
formulasi rhizobakteri Pasteuria
Mulsa daun-daun hijau sebanyak
penetrans dapat menekan serangan dan
2,5 kg/m2 seperti daun mahaneem (Melia
populasi M. incognita dan R. similis pada
azadirachta), karanj (Pongamia glabra)
tanaman jahe (Mustika, 1998; Harni dan
and mangga (Mangifera indica). Mulsa
Mustika, 2000). Jamur penjerat nematoda
diaplikasikan pada saat tanam dan diulang
(Arthrobotrys sp., Dactylaria sp. dan
selama masa pertumbuhan, selain dapat
Dactylella sp.) dibiakkan pada media
meningkatkan tingkat pertumbuhan,
jagung dan diaplikasikan pada jahe untuk
jumlah tillers dan hasil, juga dapat bersifat
pengendalian nematoda Meloidogyne spp.
nematisidal (Das, 1999). Di Queensland,
(Harni dan Mustika, 2000).
pemberian serbuk gergaji dengan
ketebalan 5-7,5 mm dapat menekan Pengendalian Terpadu
perkembangan nematode (Pegg et al.
1974). Djiwanti dan Balfas (2010) melaporkan
bahwa perlakuan air panas 50 oC 10 menit
Perlakuan Air Panas pada rimpang jahe sebelum tanam diikuti
dengan pemberian tepung biji mimba 30 g
Selain itu, perlakuan air hangat pada
per tanaman setelah tanam di lapang
rimpang jahe dapat menekan serangan
memberikan hasil terbaik dalam menekan
nematoda di pertanaman (Pegg et al.
gejala puru Meloidogyne sp. pada rimpang
1974). Perlakuan air panas 50ºC selama
(100%) dan meningkatkan hasil sampai
10 menit pada rimpang-rimpang benih
107,23%. Sedangkan perlakuan rimpang
sebelum tanam, efektif mengurangi
benih dengan carbosulfan ST sebelum
jumlah puru per rimpang sebesar 96,17%
tanam diikuti pemberian tepung biji
(Djiwanti dan Balfas, 2010).
mimba sesudah tanamn menekan puru
pada rimpang sebesar 93,10% dan
meningkatkan hasil 85,45%.

12
Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Pengendalian Penyakit Bercak Daun evaluasi. Tanaman jahe dibawah usia


kurang dari lima bulan merupakan periode
Sifat jamur ini tular udara membuat yang peka terhadap serangan bercak daun.
pengendalian secara individu kurang Di waktu mendatang aplikasi fungsida
efektif, karena sumber inokulum (penular) selain memperhatikan dosis dan interval,
dapat berasal dari tanaman jahe ada di juga perlu memperhatikan fisiologi
tempat lain. Di lapang secara sepintas tanaman.
jahe merah relative toleran terhadap
serangan pathogen penyebab bercak daun Pengendalian terpadu yang dapat
baik dari jenis Phyllosticta maupun dianjurkan untuk menekan serangan
Pyricularia, tetapi sampai saat ini belum bercak daun adalah melakukan
ada varietas jahe yang tahan terhadap penanganan dan seleksi benih, melakukan
bercak daun pengolahan tanah untuk membenamkan
sisa-sisa daun jahe terserang, mengatur
Kultur teknis jarak tanam, pemupukan sesuai SOP,
sanitasi apabila ada tanaman terserang,
Tindakan kultur teknis tetap dianjurkan
monitoring secara rutin dan aplikasi
untuk menekan sumber inokulum yang
fungisida apabila diperlukan. Greer dan
berasal dari salah satu lahan, antara lain;
Webster (2001) menganggap tiga
sanitasi yaitu membuang sisa-sisa
komponen penting dalam pengelolaan
tanaman yang telah terserang berat,
blast pada padi di California agar berhasil,
melakukan pemupukan yang benar untuk
yaitu (a) adanya varietas tahan,
meningkatkan ketahanan dan dan
(b) aplikasi fungisida yang tepat waktu
mengurangi dampak kerusakan, serta
dan (c) penanganan sisa-sisa tanaman
mengatur kelembaban dengan jarak tanam
yang terserang Pyricularia. Long et al.
atau mengurangi naungan apabila ada.
(2001) juga telah membuktikan infestasi
Tindakan pengolahan tanah untuk
biji padi yang telah terinfeksi Pyricularia
memperlancar drainase juga dapat
pada lahan perlakuan dapat meningkatkan
dilakukan untuk mengurangi kelembaban
jumlah daun yang terserang dan
udara atau atau memberi mulsa untuk
selanjutnya mendukung terjadinya
mengurangi penguapan yang berlebih.
perkembangan epidemi Pyricularia pada
Fungisida lahan tersebut (Long et al., 2001).

Fungsida bersifat kontak dengan bahan Pengendalian Penyakit Busuk Rimpang


aktif mancozeb, serta fungisida dengan
Saran pengendalian yang dianjurkan
bahan aktif minyak cengkeh dan serai
adalah menggunakan benih jahe yang
dapur juga efektif saat diuji di
sehat dan perendaman ke dalam fungisida
laboratorium (Wahyuno et al. 2009). Di
perlu dilakukan untuk mencegah
lapang, waktu aplikasi dan kemampuan
penyebaran pathogen yang terbawa benih
fungisida bertahan pada permukaan daun
di lapang.Fungsida dengan bahan aktif
menjadi krusial dalam keberhasilan
mancozeb, metiltiofanat, atau fungisida
pengendalian bercak daun khususnya di
lainnya yang bekerja secara kontak dapat
daerah dengan curah hujan tinggi.Di
digunakan. Mengurangi lalu-lalang di
beberapa daerah, petani banyak tidak
pertanaman jahe di lapang untuk
melakukan aplikasi fungsida secara teratur
menghindari penyebaran; monitoring
karena mahalnya harga aplikasi fungisida.
secara berkala disertai sanitasi dan
Pengetahuan fisiologi tanaman khususnya
eradikasi perlu untuk menghindari
saat terjadinya pengisian rimpang dan
penyebaran lebih luas.
waktu aplikasi sedang dalam tahap

13
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

DAFTAR PUSTAKA dan Bakteri Antagonis terhadap


Penyakit Layu pada Tanaman Jahe.
Asman, A. dan E.A. Hadad. 1989. Prosiding Simposium V Penelitian dan
Pemberian Agrimisin, Abu Sekam, Pengembangan Perkebunan. Bogor, 14
Ekstrak Bawang Merah, dan Bawang Agustus. Hal: 233 – 238.
Putih pada Tanah Terkontaminasi Hartati, S.Y., Supriadi, R. Harni,
Pseudomonas solanacearum untuk Gusmaini, N. Maslahah dan N.
Pertanaman Jahe. Bulletin Littro, 4: 64 Karyani. 2009. Pemanfaatan agensia
– 69. dan pupuk hayati untuk mengendalikan
Boedijn, K.B. 1960. The Uredinales of penyakit layu pada tanaman jahe.
Indonesia. Nova Hedwigia I (3-4): 463 Prosiding Simposium V. Penelitian dan
– 494. Pengembangan Perkebunan. Bogor
Das, N. 1999. Effect of Organic Mulching Bogor, 14 Agustus. p: 451-454.
on Root-Knot Nematode Population, Hartati, S.Y. dan Supriadi. 1994. Systemic
Rhizome Rot Incidence and Yield of Action of Bactericide Containing
Ginger. Ann. Plant Protect, Sci., Vol. 7 Oxytetracycline and Streptomycin
(1): 112 – 114. Sulphate in Treated Ginger Rhizomes.
Djiwanti, S.R. dan R. Balfas. 2010. The Journal of Spice and Medicinal Crops,
Effect of Seed Treatment on Ginger Vol. 3 (1): 7 – 11.
Plant Parasitic Nematode and Scale Hartati, S. Y., E. M. Adhi, A. Asman, dan
Insect Population Development in the N. Karyani. 1993. Efikasi eugenol,
Field. Programs and Abstracts minyak, dan serbuk cengkeh terhadap
“International Conference and Talk bakteri Pseudomonassolanacearum.
Show on Medicinal Plant.Effective, Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Safe and Qualified Herbal Medicine dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida
for Diabetes Mellitus Treatment. Nabati.Bogor 1-2 Desember. Hal: 43 –
Jakarta, 19 - 21 Oktober 2010. Hal: 22. 48.
Dobroo, N.P. Diseases of ginger. (Eds.) Hartati, S. Y., E. M. Adhi, dan N.
P.N. Ravindran dan K.N. Babu.In Karyani. 1993. Efikasi minyak
Ginger. The genus Zingiber.CRC cengkeh dan serai wangi terhadap
Press. Boca Ratton, London. 305-365 Pseudomonas solanacearum. Prosiding
pp. Seminar Hasil Penelitian dalam
Greer, C.A. dan R.K. Webster. 2001. Rangka Pemanfaatan Pestisida
Occurence, distribution, epidemiology, Nabati.Bogor 1-2 Desember. Hal: 37 –
cultivar reaction and managementof 42.
rice blast disease in California. Plant Hayward, A.C. 1985. Bacterial Wilt
Disease 85: 1096 – 1102. Caused by Pseudomonas
Harni, R. 1999. Pengaruh Ekstrak Daun, solanacearum: in Asia and Australia.
Biji, Bungkil Dan Minyak Jarak An overview. In G. J. Persley (ed),
terhadap Meloidogyne sp. pada Bacterial wilt disease in Asia and The
Tanaman Jahe. Prosoding Forum South Pasific. Proceeding of An
Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan International Workshop.Held at
Pestisida Nabati. Hal. 440 – 446. PCARRD, Los Banos. Philippines,
Harni, R. dan I. Mustika. 2000. Pengaruh October. ACIAR Proceeding No. 3.
Bakteri Pasteuria penetrans terhadap Hal: 15 – 24.
Nematoda Buncak Akar (Meloidogyne Hayward, A. C. 1991. Biology and
spp.). Prosiding Kongres Nasional XV Epidemiology of Bacterial Wilt Caused
dan Seminar Ilmiah PFI. Purwokerto. by Pseudomonas solanacearum.
Hal: 420 – 427. Annual Review of Phytopathology,
Hartati, S.Y., Supriadi, dan N. karyani. Vol. 29: 65 – 87.
2009. Efikasi Formula Minyak Atsiri

14
Wiratno. 2017. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Obat …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 1 - 21

Indrasenan, G., K.V. Kumar, J. Mathew, Notification Jahe Ekspor. Jakarta, 209
dan M.K. Mammen. 1982. Reaction of Maret.
Different Types of Ginger to Bacterial Mustika, I. dan A. Nurawan. 1992.
Wilt Caused by Pseudomonas Pengaruh Radopholus similis dan
solanacearum (Smith) Smith. Pseudomonas solanacearum terhadap
Agriculture Research Journal. Karala Pertumbuhan Jahe. Bulletin Littri, (4):
20: 73 – 75. 37 – 41.
Jacob, S.A. 1980. Pest of Ginger and Nurawan, A, I. Mustika dan E.A. Hadad.
Turmeric and Their Control. 1993. Nematoda Pencemar Rimpang
Pesticides, Vol. 14 (11): 36 – 40. Jahe. Media Komunikasi Tanaman
Kardinan, A. 2010. The Potential of Industri, Vol. 11: 46 – 47.
Fennel Essential Oil (Foeniculum Pegg, K.G. and Moffett, M.L. 1971. Host
vulgare) As an Active Ingredient for Range of the Ginger Strain of
Lotion of Anti Aedes aegypti Mosquito. Pseudomonas solanacearum in
Badan Litbang Pertanian. Queensland. Australian Journal of
Kardinan, A. 2013. Pestisida Nabati. Experimental Agriculture Husbandary
Badan Litbang Pertanian. 11: 696 – 698. penanggulangannya.
Kardinan, A. 2014. Prinsip dan Teknologi Edisi Khusus Littro VII: 43-48.
Pertanian organik. Badan Litbang Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan
Pertanian. Permintaan Tanaman Obat Indonesia
Long, D.H., J.C. Crrell, F.N. Lee dan D.O. serta Arah Penelitian dan
TeBest. 2001. Rice Blast Epidemics Pengembangannnya. Perspektif, Vol. 8
Initiated by Infested Rice Grain on the (1): 52 – 64.
Soil Surface. Plant Diseases. 85: 612 – Rachmat, A. 1993. Rust of Zingiber
616. ottensii. (Eds) T. Kobayashi, M. Oniki,
Miftakhurohmah dan R. Noveriza. 2009. K. Matsumoto, D. Sitepu, D.
Deteksi Cendawan Kontaminan pada Manohara, M. Tombe, S.R. Djiwanti,
Sisa Benih Jahe Merah dan Jahe Putih A. Nurawan, D. Wahyuno, S.B.
Kecil. Bul. Littro 20: 167 – 172. Nazarudin. Diagnostic manual for
Mulya, K. dan M. Oniki. 1990. Industrial Crop Diseases in Indonesia.
Pathogenicity Test of Rhizoctonia sp. JICA-ISMECRI.
to Ginger and Fungicide Test to Rachmat, A. 1993. White leaf blight.
Pathogen. Fungal Disease of Industrial Eds) T. Kobayashi, M. Oniki, K.
Crops (ATA-380) Interium Technical Matsumoto, D. Sitepu, D. Manohara,
Report: 29 – 31. M. Tombe, S.R. Djiwanti, A. Nurawan,
Mustika, I. 1992. Plant Parasitic D. Wahyuno, S.B. Nazarudin.
Nematodes Associated With Ginger Diagnostic manual for Industrial Crop
(Zingiber officinale Rosc) in North Diseases in Indonesia. JICA-
Sumatera. Journal of Spice and ISMECRI.
Medicinal Crop I (1): 38 – 40. Ray, S., K.C. Mohanty, S.N. Mohapatra,
Mustika, I. 1998. Pemanfaatan bakteria P.R. Patnaik dan P. Ray. 1995. Yield
Pasteuria penetrans untuk Losses in Ginger (Zingiber officinale
mengendalikan nematoda Meloidogyne Rosc.) and Turmeric (Curcuma longa
incognita dan Radopholus similis. L.) due to Root Knot Nematode
Laporan RUT. Dewan Riset Nasional. (Meloidogyneincognita). J. Spices
82 pp. Aromatic Crops, Vol. 4 (1): 67 – 69.
Mustika, I. 1996. Masalah Nematoda pada Rostiana, O., A. Abdullah, Taryono, dan
Tanaman Jahe. Pertemuan teknis E. A. Hadad. 1991. Jenis-jenis tanaman
Pembahasan Masalah Emergency jahe. Edisi Khusus Littro. VII: 7 – 10.

15
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Supriadi, 2006. Pengaruh OPT Utama Supriadi, S. Y. Hartati, Makmun, dan N.


terhadap Penurunan Mutu Benih Karyani. 2008. Aktivitas biologi
Rimpang. Makalah disampaikan pada formula minyak atsiri cengkeh–
Workshop Penyusunan dan kayumanis terhadap Ralstonia
Penyempurnaan Standar Mutu Benih solanacearum pada jahe. Prosiding
Hortikultura, Hotel Horison Bandung, Seminar Nasional Pengendalian
6 – 9 Juni 2006. Direktorat Perbenihan terpadu Organisme Pengganggu
dan sarana Produksi, Direktorat Tanaman Jahe dan Nilam.Bvogor 4
Jenderal Hortikultura November.p: 55-60.
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit Supriadi. 1994. Characteristic of
Tanaman Hortikultura di Indonesia. Pseudomonas solanacearum from
Gadjah Mada Univ Press. Yogyakarta. ginger. Simposium Tanaman Industri
Semangun, H. 1992. Host Index of Plant II. Cipayung, 21-23 November 1994: 7
Diseases in Indonesia. Gadjah Mada p.
Univ Press. Yogyakarta. Vilsoni, F., Mc Clure dan L.D. Butler.
Sheela, M.S., H. Bai, T. Jiji dan K.J. 1979. Occurrence, Host Range and
Kuriyan. 1995. Nematodes Associated Histopathology of Radopholus similes
with Ginger Rhizosphere and Their in Ginger (Zingiber officinale Rosc.).
Management in Kerala. Pest Manage. Plant Disease Report,Vol. 60: 417 –
in Hort. Ecosys., Vol. 1 (1): 43 – 48. 420.
Siswanto, D. Wahyuno, D. Manohara, Wahyuno, D. dan D. Manohara. 2002.
Desmawati, S. Rhamadani, D.A. Phakopsora elletariae Penyebab Karat
Sianturi, R. Karyatiningsih dan L.S. Daun pada Zingiber cassumunar dan
Utami. 2009. Sebaran Hama dan Kisaran Inangnya. Prosiding PFI.
Penyakit Tanaman Jahe di tiga Kongres Nasional XVII dan Seminar
Propinsi di Indonesia. Prosiding Ilmiah. Bandung, 6 – 8 Agustus 2003.
Seminar Nasional Pengendalian Hal:
Terpadu Organisme Pengganggu Wahyuno, D., D. Manohara, Supriadi.
Tanaman Jahe dan Nilam. Bogor, 4 2009. Pengendalian bercak daun jahe.
November 2008. BALITTRO. Badan Laporan Teknis Balittro (tidak
Litbang Pertanian. Hal: 39 – 48. dipublikasi).
Soesanto, L., Sudharmono, N. Williams, K.J.O. 1980. Plant Parasitic
Prihatiningsih, A. Manan, E. Iriani dan Nematodes of the Pasific.
J. Pramono. 2003. Penyakit Busuk UNDP/FAO-SPEC Survey of
Rimpang Jahe di Sentra Produksi Jahe Agricultural Pests and Diseases in the
Jawa Tengah: 1. Identifikasi dan South Pasific.
Sebaran. Tropika, 11: 107 – 220. Supriadi. 2000. Penyakit Layu Bakteri
Supriadi, J.G. Elphinstone dan S.Y. (Ralstonia solanacearum) pada
Hartati. 1995. Detection of Latent Tumbuhan Obat dan Strategi
Infection of Pseudomonas Penanggulangannya. Jurnal Penelitian
solanacearum in Ginger Rhizomes and dan Pengembangan Pertanian, Vol. 19
Weeds by Indirect ELISA. Journal of (1): 17 – 32.
Spice and Medicinal Crops,Vol. 3 (2):
1 – 4.

16
PENGEMBANGAN BAHAN KAJIAN BERMUATAN
MATERI HERBAL PADA PENDIDIKAN TINGGI
PERTANIAN
Illah Sailah
Dosen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
E-mail: isailah@yahoo.com

ABSTRAK
Berdasarkan UU No 12 tahun 2012, pasal 10 butir (3) menyatakan bahwa enam rumpun
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ditransformasikan, dikembangkan, dan/atau
disebarluaskan oleh Sivitas Akademika melalui Tridharma. Melalui penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat sangat dimungkinkan melahirkan body of knowledge
baru. Manakala belum dapat disebut suatu body of knowledge baru yang utuh, namun
ada kebutuhan di dunia industri, maka suatu materi kajian dapat menjadi bahan
pembelajaran minor/konsentrasi. Bahan kajian Herbal dalam nomenklatur yang ada saat
ini (Kepmenristekdikti No 257 tahun 2017) berada pada program studi Akupunktur dan
Pengobatan Herbal (D-IV), program studi Jamu (D-III), dan Herbal medicine
(Magister). Belum ada program studi agronomi tanaman herbal yang dikaji utuh dalam
sebuah program studi. Sehingga dimungkinkan dapat diselipkan sebagai kompetensi
minor pada program studi agroekoteknologi atau agroteknologi. Di dalam UU No 12
tahun 2012 pasal 8 dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlaku kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan, yang wajib dilindungi dan
difasilitasi oleh pimpinan Perguruan Tinggi. Namun demikian, konsentrasi pada
program studi harus mampu mengemas serangkaian kompetensi utuh, sehingga jika
disampaikan dalam beberapa mata kuliah harus dapat membentuk kompetensi yang
menunjang Capaian Pembelajaran program studi. Agronomi tanaman herbal yang
mencakup pemilihan bibit, pemuliaan, teknologi pemeliharaan dan pemanenan serta
pengawasan mutunya akan cocok menjadi sebuah konsentrasi pada program studi
agroteknologi. Lain halnya penanganan pasca panen, pengujian karakteristik bahan
baku obat, dan teknologi pengolahan herbal sampai pengawasan mutu dan pengkemasan
akan sesuai dijadikan konsentrasi pada teknologi pengolahan hasil pertanian. Apabila
ditambahkan materi kajian berpikir sistem industri yang memberikan nilai tambah akan
menjadi sesuai dijadikan bahan kajian khusus pada program studi rekayasa industri
pertanian. Semua itu telah ada rujukannya berdasarkan jenjang pendidikan yang
dicerminkan dalam standar kompetensi lulusan (peraturan menristekdikti No 44 tahun
2015) dan Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi (2016).
Kata kunci: bahan kajian, herbal, capaian pembelajaran

DEVELOPMENT OF MATERIAL STUDY ON HERBAL MATERIAL IN


AGRICULTURAL HIGH EDUCATION
ABSTRACT
Based on UU No 12 year 2012, article 10 point (3) states that six clumps of Science and
Technology are transformed, developed, and/or disseminated by the Academic Society
through Tridharma. The study material of Herbs in the current nomenclature

17
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Kepmenristekdikti No. 257 year 2017) is in the study program of Acupuncture and
Herbal Medicine (D-IV), Study program of Jamu (D-III), and Herbal medicine
(Magister). There is no agronomic study program of herbal plants studied intact in a
study program. So it may be inserted as a minor competence in agroecotechnology or
agrotechnology courses. In UU No 12 year 2012 article 8 stated that in the
implementation of education and development of Science and Technology apply
academic freedom, freedom of academic ranks and autonomy of science, which must be
protected and facilitated by the leadership of Higher Education. However, the
concentration on the study program should be able to package a series of intact
competencies, so that if delivered in some courses should be able to establish
competencies that support the Achievement Learning Program. The horticultural plant
agronomy that includes seed selection, breeding, maintenance and harvesting
technology and quality control will fit into a concentration on the agrotechnology
course. Another case of post-harvest handling, testing the characteristics of raw
materials of drugs, and herbal processing technology to quality control and packaging
will be appropriate to be concentrated on agricultural processing technology. If the
materials are added to think the industrial systems that provide added value will be
appropriate to be used as special study materials in the agricultural industry
engineering courses. All of which have been referenced based on education level which
is reflected in the competency standard of graduates (regulation of Minister of Research
and Technology No. 44 of 2015) and Guidance of Higher Education Curriculum (2016).
Keywords: herbs, learning achievements, study materials

PENDAHULUAN (agribisnis), dan kemungkinan ke depan


ada program studi digital agriculture
Penggerak ekonomi dunia bergeser dari marketing, sampai kepada agrohealth-
pertanian ke industri, lalu bergeser ke tourism.
informasi dan sekarang ke kreatifitas,
maka banyak orang mengenal dengan era Berdasarkan Keputusan Menteri No.
kreatifitas. Walaupun ada pergeseran 257 tahun 2017, program studi dapat
tersebut, tidak berarti pertanian sudah berkembang sesuai dengan perkembangan
ditinggalkan. Selama manusia hidup perlu ilmu pengetahuan dan teknologi.
sandang, pangan dan papan, disitulah Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk
pertanian berperan. Pertanian akan maju mengelola sendiri lembaganya sebagai
jika diindustrikan secara berkelanjutan, pusat penyelenggara Tridharma, baik
dan menggunakan bantuan teknologi akademik maupun non akademik (UU No.
informasi, serta kreatifitas yang luar biasa 12 tahun 2012 Pasal 62 dan 63).
(extraordinary). Demikian juga di sisi Perguruan Tinggi dapat menetapkan
pendidikan. Pendidikan pertanian yang keunggulan, kekhasan, dan tingkat mutu
direpresentasikan melalui program studi penyelenggaraan pendidikan tinggi.
pada awalnya hanya beberapa program Perguruan Tinggi juga diminta untuk
studi saja yaitu agronomi, sosial ekonomi menjaga mutunya secara internal, sampai
pertanian, dan ilmu tanah. Namun sejalan suatu masa akan ada penilaian dari pihak
dengan perkembangan teknologi dan eksternal, yang sekarang dikenal sebagai
penelitian di bidang pertanian muncul akreditasi.
body of knowledge baru yaitu pengolahan
hasil pertanian dan bekembang menjadi Perkembangan program studi cukup
agroindustri, lalu kini berkembang pesat di Indonesia, saat ini ada lebih dari
program program bisnis pertanian 1700 jenis program studi. Perkem-

18
Sailah. 2017. Pengembangan Bahan Kajian Bermuatan Materi …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 17 – 21

bangannya distimulasi oleh adanya program studi tanaman herbal (progam


kebutuhan dunia kerja/dunia industri, atau magister), dan program studi jamu
pengembangan ilmu pengetahuan dan (program diploma III).
teknologi dari hasil penelitian. Untuk itu,
semakin banyak hasil penelitian dan CAPAIAN PEMBELAJARAN
semakin jelas bahwa ada pengetahuan
Standar yang pertama kali harus
atau ilmu baru, maka program studi akan
ditentukan oleh program studi adalah
semakin spesifik namanya. Walaupun
standar kompetensi lulusan yang acapkali
demikian masih harus dipertanyakan,
disebut Capaian Pembelajaran (Learning
apakah cukup isu yang dikaji menjadi
Outcomes). Standar kompetensi lulusan
streamline saja dalam sebuah program
merupakan kriteria minimal tentang
studi, apakah kebutuhan dunia industri itu
kualifikasi lulusan yang mencakup sikap,
dapat dipenuhi oleh sebuah pendidikan
pengetahuan, dan keterampilan yang
non formal, atau memang harus dalam
dinyatakan sebagai rumusan capaian
sebuah program studi. Bagaimana
pembelajan lulusan (Permenristekdikti
program studi baru terbentuk?. No. 44 tahun 2015 Pasal 5 ayat 1).
Dengan semakin berkembangnya Capaian pembelajaran akan menentukan
teknologi proses hasil pertanian dan isi, proses, dan penilaian pembelajaran.
teknik kimia, maka penanganan pasca Sebaiknya capaian pembelajaran sebuah
panen, dan pengolahan hasil pertanian program studi ditentukan oleh asosisasi
semakin maju. Teknologi freeze drying, program studi sejenis, namun jika tidak
vaccum drying, spray drying merupakan ada asosiasinya ditentukan oleh masing-
beberapa yang membantu pengolahan masing perguruan tinggi. Walaupun
hasil pertanian dalam arti luas (termasuk ditentukan atas kesepakatan program studi
hasil peternakan, hasil perikanan, dan di dalam asosisasi program studi sejenis,
hasil hutan). Herbal merupakan yang penentuan itu bersifat minimal capaian
banyak dilirik peneliti dan industri karena pembelajaran. Perguruan tinggi masih
banyak khasaitnya sebagai bahan punya hak untuk memberikan tambahan
tambahan, bahan obat, dan bahan kompetensi sebagai keunggulan perguruan
kosmetik. Bukan hal baru jika manusia tinggi sesuai visi dan misinya. Pada
menggunakan herbal dalam kehidupan progam studi Agroteknologi pernah
sehari-hari, karena sudah dimulai dengan disepakati oleh Forum Komunikasi
ramuan-ramuan tradisional yang sangat Pendidikan Tinggi Pertanian (FKPTPI),
ampuh kegunaannya. Hal yang menjadi bahwa capaia pembelajarn yang disepakati
kekinian dari herbal terletak dalam hanya 61% dari keseluruhan kompetensi
pengetahuan tentang khasiat, zat aktif, yang harus dimiliki lulusan program studi
serta teknologi proses, dan kemasannya. di masing-masing Perguruan Tinggi.
Untuk itu, perlu dipikirkan bagaimana Dengan demikian terbuka ruang untuk
materi herbal dapat menjadi bahan kajian program studi di suatu Perguruan Tinggi
minor atau mayor dalam program studi di menyelipkan beberapa kompetensi
bidang pertanian dan kefarmasian, agar sebagai keunggulan dan kekhasan yang
dapat lebih banyak mencetak sumberdaya boleh dibanggakan. Untuk itu jika
unggul yang berwawasan global namun kekhasan muatan materi herbal akan
dapat mengoptimalkan sumberdaya lokal. dimasukkan dalam kurikulum, harus jelas
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk tercermin dalam pernyataan capaian
menjelaskan tentang pentingnya pembelajaran Agroteknologi.
pengembangan bahan kajian dalam
Capaian pembelajaran pada minor atau
program studi di pendidikan tinggi
konsentrasi terdiri dari keterampilan
pertanian yang bermuatan herbal.
khusus dan pengetahuan yang merupakan
Pemerintah telah menetapkan bahwa

19
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

penguasaan konsep, teori, metode atau program sarjana, seharusnya sesuai


keilmuan herbal. Pengetahuan itu dengan level 6 KKNI yaitu mengaplikan
diperoleh dengan cara penalaran, pengetahuan herbal, kemampuan meng-
pengalaman kerja, penelitian/pengabdian kaji, membuat desain, memanfaatkan ilmu
kepada masyarakat yang merupakan pengetahuan herbal dalam menyelesaikan
kesatuan proses pembelajaran. masalah prosedural. Penetapan hal-hal
Keterampilan khusus merupakan tersebut sebaiknya dilakukan bersama
keterampilan khusus sesuai dengan bidang sama kelompok akademisi dan praktisi
kajian herbal. Perumusan capaian sebidang. Bahan kajian materi herbal
pembelajaran memerlukan referensi dari dapat dimulai dengan ilmu perbenihan,
prodi yang kredibel di dalam dan luar metoda penanaman, pemeliharaan yang
negeri, kolokium keilmuan, badan berkelanjutan, pemanenan, penanganan
akreditasi, dan asosiasi profesi. Untuk pasca panen, dan pengkemasan, serta
kompetensi yang spesifik herbal dapat pengawasan mutu. Lalu di era digital saat
diperoleh informasi dari lembaga ini, perlu kekinian bahan kajian dengan
sertifikasi, hasil penulusan alumni melibatkan bahan kajian teknologi
maupun usulan pengguna lulusan. informasi dalam setiap lini mulai
Artinya, perumusan capaian pembelajaran pembenihan sampai penangna pasca
harus mempertimbangkan tidak hanya dari panen. Dengan berkembangnya bisnis
sisi visi saintifik, namun juga dari sinyal tanaman herbal, maka bahan kajian
pasar yang selalu berubah seiring dengan kewirausahaan herbal menjadi menarik
kemajuan teknologi dan informasi. untuk ditetapkan. Bahan-bahan kajian
Prinsipnya kecenderungan perkembangan tersebut dibuat matriks dengan
global harus dipertimbangkan seperti mempertimbangkan kompetensi lulusan.
social needs, industrial needs, government Penetapan besaran satuan kredit semester
needs, dan intellectual needs, dalam (SKS) sebuah mata kuliah didasarkan
penetapan kompetensi minor. Dengan pada perkiraan waktu yang dibutuhkan
penambahan kompetensi minor/ oleh mahasiswa untuk dapat memiliki
konsentrasi/streamline sebagai bahan “kemampuan” yang dibebankan pada
kajian, perlu ditetapkan peran apa yang mata kuliah tersebut. Biasanya untuk MK
dapat dilakukan oleh lulusan, seorang dengan kompetensi minor, jumlah sksnya
agronomis yang memiliki kompetensi di tidak lebih dari 30%. Bahan kajian materi
bidang pemilihan benih tanaman herbal, herbal merupakan bagian yang harus
pembudidaya tanaman herbal, atau dimasukkan dalam kurikulum, dengan
pemilihan herbal yang sesuai untuk obat, memperhatikan: (1) penyebaran mata
kosmetik, bahan tambahan pangan, dsb kuliah materi herbal dapat disebar di
semester yang sesuai dengan jumlah sks
BAHAN KAJIAN yang memadai sesuai dengan beban
belajar mahasiswa, dan keruntutan tingkat
Kajian dan visi bidang keilmuan materi
kemampuan dan integrasi antar mata
herbal dalam program studi
kuliahdengan (2) strategi pembelajaran
mempengaruhi penetapan bahan kajian
direncanakan dalam usaha memenuhi
ilmu pengetahuan herbal agar memenuhi
Capaia Pembelajaran Lulusan, (3) setiap
Capaian Pembelajaran program studi.
mata kuliah minor dilengkapi dengan
Namun demikian materi herbal yang akan
capaian pembelajaran yang terukur, dapat
menjadi minor dalam program studi
dinilai karena proses dan penilaian
agronomi perlu mempertimbangkan
merupakan satu kesatuan pengertian
tingkat penguasaan, keluasan, dan
kurikulum (Direktorat Jenderal
kedalamannya. Apabila diajarkan dalam
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016).

20
Sailah. 2017. Pengembangan Bahan Kajian Bermuatan Materi …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 17 – 21

PENUTUP UU No 12tahun 2012. Dalam SKPI dapat


dituliskan kemampuan dalam herbal
Dalam era back to nature masyarakat secara rinci dan jelas, sehingga dapat
beralih perhatian kepada konsumsi yang dipahami oleh pengguna lulusan.
lebih aman yaitu dari tanaman yang sehat
berpupuk organik dan dengan dibudi- DAFTAR PUSTAKA
dayakan yang aman dan berbagai metode.
Untuk itu diperlukan sumberdaya yang Undang-Undang Republik Indonesia
mumpuni dan menguasai bidang herbal. Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Walaupun lulusan tersebut tidak Pendidikan Tinggi. Jakarta.
dihasilkan dari sebuah program studi Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
tanaman herbal, namun dapat menempuh Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
program studi agroteknologi atau Nomor 44 Tahun 2015 Tentang
agroekoteknologi dengan konsentrasi/ Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
minor tanaman herbal. Pengguna akan Jakarta.
memahami kemampuan tersebut dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
seorang lulusan Agroteknologi karena Kemahasiswaan. 2016. Panduan
lulusan akan dibekali dengan Surat Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI), Tinggi. Kementerian Riset, Teknologi
sebagaimana yang diamanahkan dalam dan Pendidikan Tinggi. Jakarta.

21
AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GOOD
AGRICULTURAL PRACTICE DI PT. SIDO MUNCUL
Irwan Hidayat dan Bambang Supartoko
PT. Sido Muncul
E-mail: info@sidomuncul.com

ABSTRAK

Bahan baku industri jamu sebagian besar diambil dari alam dalam bentuk hasil
tumbuhan herbal (simplisia nabati). Oleh karena itu usaha budidaya dan menangkap
peluang usaha (agribisnis) dari tanaman herbal cukup menjanjikan. Agribisnis tanaman
obat memiliki beberapa sub sistem, mulai dari hulu sampai ke hilir. Agribisnis tanaman
herbal (obat) menjadi perhatian dan sangat penting dalam upaya pelestarian
keanekaragaman hayati Indonesia. Tanaman herbal (obat) memiliki potensi bisnis untuk
dapat dikembangkan dan sebagai upaya deversifikasi usaha pertanian yang
berkelanjutan. PT. Sido Muncul melakukan penerapan good agricultural practice
(GAP) sebagai upaya melakukan standarisasi dan meningkatkan mutu bahan baku serta
menjamin keberlangsungan usaha.

Kata kunci: Herbal, industri obat, simplisia

HERBS AGRIBUSINESS AND GAP APLICATION ON SIDO MUNCUL

ABSTRACT

The raw materials of the herbal medicine industry are mostly taken from nature in the
form of herbs (vegetable simplisia). Therefore cultivation and capture business
opportunities (agribusiness) of herbal plants is quite promising. Agribusiness medicinal
plants have several sub-systems, ranging from upstream to downstream. Herbs
(medicinal) agribusiness becomes a concern and very important in the effort of
preserving Indonesia's biodiversity. Herbal plants (drugs) have the potential for
business to be developed and as an effort to deversifikasi sustainable agricultural
business. PT. Sido Appears to implement the implementation of good agricultural
practice (GAP) as an effort to standardize and improve the quality of raw materials and
ensure business continuity.

Keywords: Herbs, industrial medicine, simplicia

PENDAHULUAN dari kebutuhan industri masih dipenuhi


dari tumbuhan obat (tumbuh alami).
Bahan baku industri jamu sebagian
besar diambil dari alam dalam bentuk Seiring perjalanan waktu dan alih
hasil tumbuhan herbal (simplisia nabati). fungsi lahan serta kepentingan lain
Saat ini tanaman herbal (obat) yang dapat membuat keberadaan tanaman herbal
dibudidayakan baru sebatas 30% dari semakin terancam. Padahal saat ini mulai
kebutuhan Industri Jamu, sedangkan 70% tumbuh kesadaran akan manfaat herbal
oleh masyarakat. Oleh karena itu usaha

22
Hidayat dan Supartoko. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29

budidaya dan menangkap peluang usaha memerlukan berbagai sumber daya bahan
(agribisnis) dari tanaman herbal cukup baku produksi, modal atau jasa yang dari
menjanjikan. penyedia teknologi, produsen benih dan
bibit, produsen pupuk, produsen obat-
Cara budidaya tanaman yang tepat, obatan, penyedia atau pengelola
dapat meningkatkan produksi tanaman permodalan, jasa/konsultan, dan lain-lain.
herbal. Penerapan GAP (Good Subsistem selanjutnya adalah budidaya
Agricultural Practices) sebagai usaha (on farm) berupa proses produksi
memenuhi jawaban atas kepentingan (budidaya) yang terdiri dari proses tanam
standarisasi, legalitas dan jaminan sampai panen yang dilanjutkan oleh
kontinuitas suplai industri jamu. penerapan panca usaha tani untuk
ORIENTASI AGRIBISNIS memperoleh produk bahan segar. Bahan
TANAMAN OBAT segar kemudian diolah oleh industri
pengolahan dalam subsistem agroindustri
Agribisnis tanaman obat memiliki (off farm).
beberapa sub sistem, mulai dari hulu
sampai ke hilir (Gambar 1). Sub sistem
dimulai dari hulu (input) yang

Gambar 1. Subsistem agribisnis tanaman obat

Industri pengolahan dapat berskala hilir berupa bagian distribusi dan


UMKM atau industri besar. Bahan segar pemasaran. Sebagai tambahan, keter-
diolah menjadi beberapa produk dalam paduan seluruh subsistem memiliki
subsistem ini seperti simplisia, bahan prospek pariwisata.
setengah jadi dan produk hilir (produk
jadi). Simplisia adalah hasil tanaman obat
belum dilakukan pengolahan terhadap
perubahan bentuk kecuali proses
pembersihan dan upaya pengeringan
(Gambar 2). Industri bahan setengah jadi
berupa produk olahan sebagai bahan
industri hilir (serbuk dan ekstrak). Produk
Gambar 2. Simplisia dan bahan setengah
hilir (produk jadi) adalah produk siap
jadi
dikonsumsi berupa produk jamu,
minuman, produk farmasi, dan lain lain
(Gambar 3). Pada subsistem terakhir yaitu

23
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Gambar 3. Produk jadi siap konsumsi

Agribisnis tanaman obat memiliki


kondisi nilai berantai. Setiap bagian
berkaitan dan menjadi sumber mata
penghasilan bagi para pelakunya
(Gambar 4).

Pemasaran hasil tanaman obat meliputi Gambar 5. Pemasaran hasil tanaman obat
banyak segmen, mulai dari UMKM
sampai industri besar. Tanaman obat tidak
hanya dapat dipasarkan di pasar lokal,
komoditi ini juga telah diekspor ke luar
negeri (Gambar 5).

Gambar 4. Kondisi Value Chain Tanaman Obat

24
Hidayat. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29

PROSPEK BISNIS PARIWISATA sehingga dapat menjual atau


TANAMAN OBAT menghasilkan devisa tanpa kehilangan
produk.
Keterpaduan seluruh subsistem dapat
dimanfaatkan sebagai objek pariwisata. USAHA PENGEMBANGAN YANG
Pariwisata tersebut dapat berupa DILAKUKAN PT. SIDO MUNCUL
agrowisata yang meliputi aktifitas atau
kegiatan bidang pertanian yang menarik PT. Sido Muncul merupakan salah satu
untuk dinikmati atau dikunjungi perusahaan besar yang telah lama
wisatawan (termasuk kegiatan agribisnis berkecimpung di bidang industri obat
tanaman obat). Semua kegiatan dari sub herbal. PT. Sido muncul sudah melakukan
sektor hulu sampai ke hilir dapat berbagai upaya untuk mengembangkan
memberikan pengalaman yang dapat tanaman obat di Indonesia untuk
dimanfaatkan dalam konsep pariwisata menghasilkan produk unggulan
berkualitas internasional (Gambar 6).

Gambar 6. Penelitian dan Pengembangan tanaman obat di PT. Sido Muncul

Penelitian Bahan Baku punah. Usaha yang dilakukan berupa


inventarisasi tanaman obat, koleksi dari
Penelitian bahan baku untuk berbagai sumber, usaha pelestarian dan
mendapatkan tanaman obat berkualitas pengembangan. Koleksi akhirnya terpadu
sebagai bahan baku telah dilakukan oleh menjadi obyek Agrowisata Sido Muncul
PT. Sido Muncul sejak tahun 1999. Hal dan pengembangan menuju program
tersebut dikarenakan banyak tanaman obat kemitraan usaha antara PT. Sido Muncul
yang telah punah dan mulai langka. Saat dengan petani. Upaya pengembangan
itu belum ada pihak lain yang dilakukan sendiri oleh Departemen R & D
mempelopori usaha pelestarian dan atau bekerjasama dengan lembaga
perlindungan secara konsisten. penelitian lain seperti Perguruan Tinggi,
Skala prioritas penelitian dilakukan Balai penelitian atau lembaga penelitian
terhadap tumbuhan langka dan terancam lain (Gambar 7).

25
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

a b
Gambar 7. (a) Departemen R & D dan (b) penelitian oleh lembaga lain

PT. Sido muncul telah melakukan 3. Penelitian budidaya sembung,


berbagai penelitian, pengembangan dan kayu ules, umyung, dan lain-lain.
penyelamatan tanaman obat (Gambar 8), 4. Pembangunan kawasan
upaya tersebut antara lain: agrowisata.
1. Penelitian dan penyelamatan 5. Area publik yang dikunjungi
tanaman .langka purwoceng di wisatawan rata-rata 3000 orang per
Pegunungan Dieng, Kabupaten bulan dengan tanpa dipungut biaya
Wonosobo 6. Ajang atau wisata edukasi bagi
2. Introduksi dan pengembangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat
tanaman tribulus di Magelang serta umum.
stevia dan menta di Tawangmangu,
Karanganyar.

a b

Gambar 8. (a) Penyelamatan tanaman .langka dan (b) wisata edukasi

Budidaya Tanaman di Lahan Sendiri

PT. Sido Muncul memiliki lahan Kerjasama Kemitraan


budidaya sendiri. Komoditi yang
diutamakan adalah tanaman langka atau PT. Sido Muncul tidak hanya
susah didapat serta tanaman terproteksi melakukan pengembangan sendiri
yang hanya digunakan dalam jumlah melainkan juga melalui kerja sama
terbatas. kemitraan yang telah dimulai sejak tahun
1998. Kerja sama dilakukan karena
banyak bahan jamu yang sulit diperoleh,
tidak memiliki standar kwalitas yang baik

26
Hidayat. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29

dan para pelaku bisnis hasil tanaman obat menetapkan sentra kawasan unggulan,
tidak melakukan usaha pengembangan. kerjasama dengan para petani lewat
Kerjasama kemitraan akan sangat kelompok dan institusi lainnya (Gambar
membantu petani dengan memotong rantai 10). Daerah atau kabupaten mitra
distribusi pasar (Gambar 9). kerjasama berada di sekitar wilayah
Semarang, Karanganyar, Boyolali,
Usaha yang dilakukan dalam kemitraan Wonogiri, Magelang, Kendal, Wonosobo
berupa inventarisasi potensi daerah, dan Banyumas.

Gambar 9. Rantai distribusi pasar tanaman obat dan peluang kemitraan

Gambar 10. Kerjasama kemitraan tanaman obat usaha pengembangan bahan baku

GOOD AGRICULTURAL PRACTICE pengusahaan untuk mendapatkan mutu


bahan yang berkualitas (memenuhi
Good agricultural practice (GAP) standar). Pendokumentasian kegiatan
merupakan metode spesifik yang dapat usaha (khususnya sumber asal usul bahan
diterapkan dalam agrikultur guna jamu) dapat menjadi bukti kepada
menghasilkan makanan untuk konsumen konsumen akan bahan baku. GAP dapat
atau diproses lebih lanjut yang aman dan memenuhi aspek legalitas (khususnya
sehat. GAP penting diterapkan dalam produk ekspor), baik memenuhi
kemitraan karena dapat menjadi permintaan konsumen maupun pembeli.
standarisasi bahan jamu dari awal

27
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

GAP memili kendala dalam tercemar, utamanya dari bakteri patogen


penerapannya, antara lain keterbatasan dan penyakit.
informasi, registrasi kebun (LU) berupa
status dan pola tanam, pengetahuan dan Cara Pengolahan Lahan
ketrampilan pelaku kususnya ditingkat Lahan diolah disesuaikan dengan pola
Petani (mitra) yg masih lemah serta belum tanam yang diterapkan (monokultur,
ada pembeda standar mutu hasil produk tumpang sari, atau tumpang gilir). Selain
GAP (persaingan dengan produk itu jenis tanaman yang ditanam perlu
konvensional atau sumber dari alam). disesuaikan dengan kriteria lahan.
Oleh karena itu terdapat beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan dalam Penggunaan Pupuk
melakukan budidaya tanaman obat antara
lain penentuan dan pemilihan lahan yang Penggunaan pupuk berorientasi pada
sesuai, pemilihan benih yang benar dan pertanian organik. Pupuk yang
bermutu, cara Pengolahan lahan, direkomendasikan adalah kompos, pupuk
penggunaan pupuk, cara perawatan, kandang, atau bokashi. Pupuk organik
pengendalian hama dan penyakit, cara dan yang digunakan merupakan hasil produk
saat panen, dan pasca panen. industri (telah teruji). Penggunaan PPC
dan ZPT perlu disesuaikan dengan dosis
Penentuan dan Pemilihan Lahan yang dan pemberian pada saat yang tepat
Sesuai
Cara Perawatan
Lahan yang digunakan disesuaikan
dengan komuditas yang ditanam. Lahan Perawatan meliputi tanaman selama
disesuaikan mirip dengan habitat aslinya, budidaya berupa penyiangan gulma,
jika melakukan introduksi harus pengairan atau penyiraman, pembubunan
disesuaikan dengan jenis tanah dan dan pemangkasan. Selain itu perlu
agroklimat habitat aslinya. Tanaman yang dilakukan penyesuaian karakteristik
dibudidayakan tidak berbenturan dengan masing-masing komoditas.
kepentingan usaha lain. Tanaman Pengendalian Hama dan Penyakit
diusahakan pada lahan lestari
(berkesinambungan) Pengendalian hama dan penyakit
mengutamakan pencegahan. Pengendalian
Pemilihan Benih yang Benar dan dini dan proteksi tanaman dari hama dan
Bermutu penyakit lebih baik diaplikasikan.
Benih yang benar adalah benih yang Penggunaan pestisida lebih baik yang
sesuai harapan pengguna. Ada organik. Aplikasi dan tindakan yang tepat
pemahaman yang sama sebelum dan cepat lebih bermanfaat.
penanaman antara produsen (petani) Cara dan Saat Panen
dengan pengguna (PT. Sido Muncul).
Sumber benih dapat menjadi kendala, Setiap jenis tanaman berbeda memiliki
sehingga perlu rekomendasi dari lembaga cara dan waktu panen yang berbeda. Oleh
penelitian (BALITTRO, B2P2TO-OT, karena itu perlu memahami saat panen
Perguruan Tinggi, dan lain-lain) maupun yang tepat. Saat panen yang tepat
pengambilan dari sentra kawasan. berdasarkan dari umur dan ciri spisifik
Menghindari penggunaan benih yang (indikator: besar kecil, tua muda, tekstur,
warna, aroma dan rasa). Cara panen sesuai

28
Hidayat. 2017. Agribisnis Tanaman Obat dan Penerapan Good …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 22 – 29

bagian tanaman yang mau diambil guna manajemen yang baik (perencanaan,
menghindari cemaran atau kotoran yang pengorganisasian, aktualisasi dan
terikut controling). Selain itu pencatatan semua
lini kegiatan dan pendokumentasian yang
Pasca Panen tertib juga perlu dilakukan.
Kegiatan pasca panen menjadi KESIMPULAN
perhatian penting untuk menentukan mutu
akhir produk on farm. Perhatian mulai Agribisnis tanaman herbal (obat)
dari pemanenan di lahan hingga perlakuan menjadi perhatian dan sangat penting
di gudang atau prosessing. Kegiatan pasca dalam upaya pelestarian keanekaragaman
panen berupa sortasi basah, pencucian, hayati Indonesia. Tanaman herbal (obat)
perajangan (kel. rimpang), pengeringan, memiliki potensi bisnis untuk dapat
sortasi kering serta pengemasan dan dikembangkan dan sebagai upaya
penggudangan deversifikasi usaha pertanian yang
berkelanjutan. PT. Sido Muncul
ASPEK ADMINISTRASI melakukan penerapan GAP sebagai upaya
Aspek administasi yang perlu melakukan standarisasi dan meningkatkan
dilakukan antara lain penerapan mutu bahan baku serta menjamin
keberlangsungan usaha.

29
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT DAN


PERASAN DAGING BUAH LEMON (Citrus Lemon)
LOKAL DAN IMPOR
Alfian Hendra Krisnawan1*, Ryanto Budiono2, Devi Resmi Sari3
dan Weilinten Salim3
1
Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya
2
Laboratorium Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya
3
Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya
Jl. Raya Kali Rungkut, Kali Rungkut, Rungkut, Surabaya, Jawa Timur 60293
*E-mail: alfian_hendra_k@staff.ubaya.ac.id
Diterima: 17/10/2017 Direvisi: 20/12/2017 Disetujui: 28/12/2017

ABSTRAK
Buah lemon (Citrus lemon) merupakan salah satu buah penghasil senyawa antioksidan
yang dapat menangkal radikal bebas. Pengujian potensi antioksidan pada buah lemon
lokal dan impor diambil dari ekstrak kulit dan perasan daging buah. Lemon impor
(C. lemon) diperoleh dari supermarket yang diimpor dari Australia, sedangkan lemon
lokal (C. lemon L. Burm. F. var. Lisbon) diperoleh dari daerah kota Jombang Jawa
Timur pada bulan April 2017. Ekstraksi kulit buah dilakukan dengan cara maserasi
bertingkat menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif dengan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhyrazil) dan
potensi antioksidan dilihat dari nilai EC50 dengan mengukur peredaman 50% aktivitas
radikal bebas DPPH menggunakan pengukuran absorbansi secara spektrofotometri
visibel. Hasil pengujian secara kualitatif ekstrak kulit dan perasan daging buah lemon
lokal dan impor, diketahui memiliki aktivitas antioksidan dengan menghasilkan
peredaman DPPH yang ditandai dengan berkurangnya intensitas warna ungu. Pengujian
secara kuantitatif didapatkan Nilai EC50 pada ekstrak kulit buah lemon lokal sebesar
1002.57 bpj dan lemon impor 269.38 bpj, sedangkan untuk perasan buah lemon lokal
sebesar 19205.96 bpj dan lemon impor 5388.58 bpj. Semakin kecil nilai EC50, semakin
besar potensi antioksidannya. Lemon impor memiliki potensi antioksidan lebih tinggi
dari pada lemon lokal, sedangkan ekstrak kulit buah memiliki potensi yang lebih tinggi
dari pada perasan buah lemon.
Kata kunci: Antioksidan, citrus lemon, DPPH
ANTIOXIDANT POTENTIAL OF SKIN EXTRACT AND JUICE OF LOCAL AND
IMPORTED LEMON (Citrus lemon)
ABSTRACT
Lemon fruit (Citrus lemon) is one of fruits that produce antioxidant compounds and can
reduce free radicals. Peel extract and juice of local and imported lemon fruits were
applied for their antioxidants potential test. Peel extraction was performed by
maceration method using 96% ethanol. Qualitative and quantitative test were
performed by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhyrazil) method and antioxidant potential
was determined by EC50 value by measuring 50% reduction of DPPH free radical
activity using absorbance measurements by visible spectrophotometry. Qualitative test
on peels extract and juice of local and imported lemon fruit shown their antioxidant

30
activities by DPPH damping which were characterized by reduced intensity of purple
color. The quantitative test resulted in EC50 value of 1002.57 ppm for local lemon peels
extract and 269.38 ppm for imported lemon, while for the local lemon juice was
19205.96 ppm and imported lemon was 5388.58 ppm. The smallest value of EC50 the
highest their antioxidant potential. Imported lemon has a higher antioxidant potential
than local lemons, while peels extract has a higher potency than juice.
Keywords: Antioxidant, citrus lemon, DPPH

PENDAHULUAN kualitatif dan kuantitatif dengan meng-


gunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-
Tubuh manusia membutuhkan picrylhyrazil) dan potensi antioksidan
substansi yang penting yaitu antioksidan dilihat dari nilai EC50 dengan mengukur
dalam jumlah yang cukup agar dapat peredaman 50% aktivitas radikal bebas
meredam dampak negatif dari radikal DPPH menggunakan pengukuran
bebas. Antioksidan alami dihasilkan oleh absorbansi secara spektrofotometri visibel.
tubuh manusia, baik berupa enzim-enzim
antioksidan maupun senyawa-senyawa METODE
yang juga bersifat antioksidan (Muchtadi,
2013). Antioksidan yang dihasilkan tidak Bahan Tanaman
cukup untuk melawan radikal bebas di
Buah lemon yang digunakan dalam
dalam tubuh yang berlebih, untuk itu
penelitian ini adalah lemon impor
diperlukan masukan antioksidan dari luar
(C. limon) yang diperoleh dari
tubuh (Winarsi, 2007).
supermarket yang di impor dari Australia
Buah lemon merupakan tanaman yang dan lemon lokal (C. lemon L. Burm. F.
memiliki manfaat sebagai antioksidan var. Lisbon) yang diperoleh dari daerah
alami karena memiliki kandungan Kota Jombang Jawa Timur pada bulan
vitamin C, asam sitrat, minyak atsiri, April 2017. Bagian yang digunakan
bioflavonoid, polifenol, kumarin, adalah kulit yang diekstraksi meng-
flavonoid, dan minyak-minyak volatil gunakan pelarut etanol 96% dan perasan
pada kulitnya seperti limonen (±70%), daging buah. Ekstrak kulit buah diperoleh
α-terpinen, α-pinen, β-pinen, serta dengan cara pemisahan kulit dari daging
kumarin, dan polifenol (Nizhar, 2012). buah, pengeringan kulit buah dengan
Antioksidan dari perasan buah lemon diangin-anginkan, pengecilan ukuran,
lokal yang ada di daerah Iran, mempunyai pengayakan, kemudian dilakukan
aktivitas lebih tinggi dari pada buah lemon ekstraksi dengan cara metode maserasi.
yang dibeli di supermaket (Hajimahmoodi Ekstrasi maserasi kinetik dilakukan
et al., 2012). Penelitian lain dilakukan selama 1 jam kemudian didiamkan selama
oleh Suja et al. (2017), mengungkapkan 24 jam. Dilakukan remaserasi sebanyak
bahwa ekstak kulit Citrus limon dan 2 kali. Hasil dari ekstraksi dipekatkan
Citrus sinensis memiliki aktivitas dengan Rotary evaporator dan waterbath.
atioksidan. Perasan daging buah diperoleh dengan
cara disaring menggunakan pemeras jeruk.
Tujuan penelitian adalah mengob-
servasi potensi antioksidan dari dua jenis Pengujian Antioksidan
buah lemon, yaitu lemon lokal (C. lemon
Pengujian kualitatif dilakukan meng-
L. Burm. F. var. Lisbon) dan lemon impor
gunakan reaksi warna dengan pembuatan
(C. limon). Bagian yang diteliti adalah
beberapa konsentrasi larutan uji yang akan
ekstrak kulit buah dan perasan daging
direaksikan dengan larutan DPPH dalam
buah. Pengujian dilakukan secara

31
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

etanol 96% yang berwarna ungu. peredaman. Dari hasil uji diperoleh
Kemampuan ekstrak merendam radikal persamaan regresi linier antara konsentrasi
bebas DPPH dilihat dari warna larutan dengan persentase peredaman terhadap
yang berubah dari ungu menjadi semakin DPPH, kemudian ditentukan nilai EC50.
memudar. Uji kuantitatif metode DPPH Analisis data statistik menggunakan one-
dengan metode spektrofotometri visible way ANOVA.
menggunakan parameter EC50 yaitu
konsentrasi yang efektif untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
menghambat atau meredam 50% jumlah
Hasil pengujian kualitatif menunjukkan
radikal bebas. Metode spektrofotometri
aktivitas antioksidan, hasil peredaman
visible terlebih dahulu dilakukan
radikal bebas DPPH yang ditandai dengan
penentuan panjang gelombang maksimal
perubahan warna dari ungu menjadi pudar
DPPH dan penentuan waktu reaksi.
sampai kekuningan. Empat sampel uji
Dibuat beberapa konsentrasi larutan uji
yaitu ekstrak kulit buah dan perasan
yang akan direaksikan dengan larutan
daging buah lemon lokal dan impor,
DPPH, kemudian dilakukan pengukuran
menunjukkan aktivitas antioksidan.
absorbansi dan perhitungan persen

Gambar 1. Hasil Pengujian Daya Antioksidan perasan buah lemon impor dengan
Metode DPPH secara Kualitatif (Reaksi Warna). (1) Kontrol DPPH, (2)
larutan uji 1,000 bpj + larutan DPPH 40 bpj, (3) ) larutan uji 4,000 bpj +
larutan DPPH 40 bpj, (4) larutan uji 8,000 bpj + larutan DPPH 40 bpj, (5)
larutan uji 10,000 bpj + larutan DPPH 40 bpj, (6) larutan uji 15,000 bpj +
larutan DPPH 40 bpj.
Warna DPPH awal adalah ungu, ketika Penentuan panjang gelombang mak-
diberikan larutan uji dan warna ungu simum dari DPPH dalam etanol p.a 96%
memudar, maka reaksi peredaman radikal pada pengukuran antara 400 – 800 nm
bebas (DPPH) telah terjadi. Semakin adalah 516 nm, sedangkan waktu reaksi
muda warna ungu yang dihasilkan, yang dibutuhkan adalah 10 menit sebelum
semakin besar daya peredamannya, diukur absorbannya. Pengujian secara
sehinnga antioksidan yang dihasilkan oleh kuantitatif didapatkan Nilai EC50 pada
larutan uji semakin tinggi (Jothy et al., ekstrak kulit buah lemon lokal sebesar
2011). 1002.57 bpj dan lemon impor 269.38 bpj,
sedangkan untuk perasan buah lemon
lokal sebesar 19205.96 bpj dan lemon

32
Krisnawan et al. 2017. Potensi Antioksidan Ekstrak Kulit dan Perasan …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 30 – 34

impor 5388.58 bpj. Uji statistik dengan. Lemon impor memiliki potensi
menggunakan one-way ANOVA menun- antioksidan lebih tinggi dari pada lemon
jukan bahwa ada perbedaan yang lokal, sedangkan ekstrak kulit buah
signifikan dari nilai-nilai EC50 tersebut. memiliki potensi yang lebih tinggi dari
pada perasan buah lemon. Perlu
peningkatan kualitas produk untuk
meningkatkan daya antioksidan buah
lemon lokal supaya lebih baik dari pada
produk impor.

DAFTAR PUSTAKA
Anagnostopoulou, M.A., P. Kefalas, V.P.
Papageorgiou, A.N. Assimopoulou dan
D. Boskou. 2006. Radical Scavenging
Gambar 2. Hasil pengujian daya Activity of Various Extracts and
antioksidan ekstrak kulit dan Fractions of Sweet Orange Peel (Citrus
perasan daging buah lemon sinensis). Food Chemistry, Vol. 94 (1):
lokal dan impor. 19 – 25.
Blois, M.S. 1958. Antioxidant Deter-
Semakin rendah nilai EC50, semakin
minations by the Use of Stable Free
kuat daya antioksidannya (Blois, 1958).
Radical. Nature, Vol. 181: 1199 –
Dari gambar 2 dapat disimpulkan bahwa
1200.
daya antioksidan lemon impor masih lebih
Hajimahmoodi, M., M. Aliabadipoor,
tinggi dari pada lemon lokal baik dari
G. Moghaddam, N. Sadeghi, M. R.
bagian kulit buah yang di ekstrak maupun
Oveisi, dan B. Jannat. 2012. Evaluation
dari perasan daging buah, sedangkan daya
of in vitro Antioxidant Activities of
antioksidan kulit buah lebh tinggi dari
Lemon Juice for Safety Assessment.
pada perasan daging buah. Peningkatan
American Journal of Food Technology,
kualitas lemon lokal dalam hal potensi
Vol. 7 (11): 708 – 714.
antioksidannya perlu dikembangkan
Jothy, S.L., Z. Zuraini, S. Sasidharan.
sehingga mempunyai kualitas yang sama
2011. Phytochemicals Screening,
atau melebihi dari lemon impor. Ekstrak
DPPH Free Radical Scavenging and
etanol kulit buah lemon memang
Xanthine Oxidase Inhibitory Activities
mempunyai daya antioksidan yang kuat
of Cassia fistula Seeds Extract. Journal
(Suja et al, 2017) dibanding perasan buah,
of Medicinal Plants Research, Vol. 5
hal tersebut dikarenakan perasan buah
(10): 1941 – 1947.
masih banyak mengandung air, sehingga
Muchtadi, D. 2013. Antioksidan dan Kiat
konsentrasi senyawa yang berfungsi
Sehat di Usia Produktif. Alfabeta.
sebagai antioksidan lebih rendah. Pada
Bandung.
buah lemon, golongan senyawa yang
Nizhar, U.M. 2012. Level Optimum Sari
berfungsi sebagai antioksidan adalah
Buah Lemon (Citrus limon) sebagai
flavonoid dan total fenolik
Bahan Penggumpal pada Pembentukan
(Anagnostopoulou et al., 2006).
Curd Keju Cottage. Skripsi. Program
SIMPULAN Studi Teknologi Hasil Ternak. Jurusan
Produksi Ternak. Fakultas Peternakan.
Ekstrak kulit buah dan perasan daging Universitas Hasanudin. Makasar.
buah Lemon impor (C. limon) lemon lokal Suja, D., G. Bupesh, N. Rajendiran, V.
(C. lemon L. Burm. F. var. Lisbon) Mohan, P. Ramasamy, N.S. Muthiah,
mempunyai daya antioksidan yang dapat A.A. Elizabeth, K. Meenakumari dan
melawan radikal bebas dari DPPH, K. Prabu. 2017. Phytochemical

33
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Screening, Antioxidant, Antibacterial


Activities of Citrus limon and Citrus
linensis Peel Extracts. International
Journal of Pharmacognosy and Chinese
Medicine, Vol. 1 (2): 000108.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan
Radikal Bebas Potensi dan Aplikasi
dalam Kesehatan. Kanisius.
Yogyakarta.

34
PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS TAKA PADA MEDIA
MS YANG MENGANDUNG SITOKININ DAN MANITOL
UNTUK KONSERVASI IN VITRO
Betalini Widhi Hapsari*, Andri Fadillah Martin dan Tri Muji Ermayanti
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Cibinong Science Center (CSC)
Jl. Raya Bogor KM. 46 Cibinong Bogor 16911
*E-mail: betalini_widhi@yahoo.com
Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: 28/12/2017

ABSTRAK
Tanaman taka (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze) merupakan jenis tanaman yang
tumbuh terbatas di beberapa daerah pantai di Indonesia. Tanaman ini merupakan
tanaman minor sehingga perlu dikonservasi. Umbi taka berpotensi sebagai sumber
karbohidrat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan kultur
tunas taka pada media yang mengandung sitokinin BAP atau kinetin yang
dikombinasikan dengan manitol untuk konservasi secara in vitro. Penelitian dilakukan
di Laboratorium Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Cibinong Science Center pada bulan Juni 2016 sampai Maret 2017. Setelah
dikonservasi selama 24 minggu, planlet diaklimatisasi. Tunas taka ditumbuhkan selama
24 minggu pada media MS yang mengandung 0, 0.5 ppm BAP dan 0.5 ppm kinetin
dikombinasikan dengan manitol 0%, 2%, 4%, dan 6%. Kultur diinkubasi pada ruang
bersuhu 25 oC. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
ulangan, data dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range
Test (DMRT). Variabel pengamatan yang diamati setiap minggu selama 24 minggu
adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar serta daya hidup setelah
aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Media MS tanpa sitokinin dan tanpa
manitol (kontrol) dan media MS yang mengandung 0.5 ppm kinetin tanpa manitol
menunjukkan pertumbuhan terbaik pada semua variabel pengamatan. Taka yang
berasal dari media MS tanpa manitol, MS + 2% manitol, MS + 0.5 ppm BAP tanpa
manitol, MS + 0.5 ppm BAP + 2% manitol, MS + 0.5 ppm kinetin tanpa manitol, dan
MS + 0.5 ppm kinetin + 2% dan 4% manitol mampu tumbuh di rumah kaca.
Kata kunci: Tacca leontopetaloides, in vitro, manitol, sitokinin BAP, kinetin,
konservasi.
TAKA SHOOT CULTURE GROWTH ON MS MEDIUM CONTAINING
CYTOKINES AND MANNITOL FOR IN VITRO CONSERVATION
ABSTRACT
Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze has limited growth only in some coastal area in
Indonesia so that conservation of this minor plant is needed. Tuber of Tacca is useful
for carbohidrate source. The aim of this research was to investigate growth of Tacca
shoots cultured on the medium containing cytokines BAP or kinetin in combination with
mannitol for in vitro conservation. The research was conducted at the Plant Cell and
Tissue Culture Laboratory, Research Center of Biotechnology LIPI, Cibinong Science
Center on July 2016 until March 2017. After being cultured for 24 weeks, plantlets were

35
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

acclimatized. Shoots of Tacca were cultured for 24 weeks on MS medium containing 0,


0.5 ppm BAP and 0.5 ppm kinetin in combination with mannitol at 0%, 2%, 4%, and
6%. All cultures were incubated in a culture room at 25 oC. The experiment used
Completely Random Design with 3 replicates. Data were analyzed by ANOVA followed
by Duncan Multiple Range Test (DMRT). Growth parameters recorded from 1 to 24
weeks were height of shoots, number of leaves, number of roots as well as survival rate
after aclimatization. The results showed MS medium without cytokines or mannitol
(control treatment) and MS containing 0.5 ppm kinetin without mannitol gave the best
growth. Tacca grown on MS medium without mannitol, MS containing 2% mannitol,
MS containing 0.5 ppm BAP without mannitol, MS containing 0.5 ppm BAP in
combination with 2% mannitol, MS containing 0.5 ppm kinetin without mannitol, and
MS containing 0.5 ppm kinetin in combination with 2% and 4% mannitol grew in the
greenhouse.
Keywords: Tacca leontopetaloides, in vitro, mannitol, cytokines, BAP, kinetin,
conservation.

PENDAHULUAN juga dapat digunakan sebagai salah satu


teknik konservasi tanaman. Strategi
Tanaman taka (Tacca leontopetaloides konservasi in vitro dapat diterapkan untuk
(L.) Kuntze) merupakan jenis tanaman penyimpanan plasma nutfah dalam jangka
yang tumbuh terbatas di beberapa daerah pendek, menengah dan panjang dalam
pantai di Indonesia, diantaranya kepulauan kondisi aseptik di laboratorium (Keller
Karimunjawa, Yogyakarta, Garut, dan et al., 2006).
Sukabumi (Martin et al., 2012). Tidak
banyak yang mengetahui manfaat dan Ada beberapa hal yang harus
kegunaan tanaman taka karena tanaman diperhatikan untuk memperoleh hasil yang
ini merupakan tanaman minor sehingga optimal dalam penyimpanan in vitro, yaitu
perlu dikonservasi. Potensi terbesar meminimumkan pertumbuhan kultur
pemanfaatan umbi taka adalah sebagai sehingga interval waktu subkultur lebih
sumber karbohidrat karena kadar patinya panjang, memelihara agar viabilitas tunas
yang tinggi (Kunle et al., 2003; Manek et yang disimpan tidak menurun dan
al., 2005). Karena manfaatnya tersebut, mencegah terjadinya variasi somaklonal
tanaman ini berpotensi besar menjadi (Lestari dan Mariska, 2001 dalam
sumber pangan alternatif di daerah Noorrohmah et al., 2015).
kepulauan terutama saat laut sedang
pasang. Perbanyakan taka secara in vitro mulai
dilakukan di Laboratorium Biak Sel dan
Tanaman taka agak sulit dibudidayakan Jaringan Tanaman Pusat Penelitian
karena sifat dorman umbi yang Bioteknologi LIPI pada tahun 2012.
dimilikinya yang menyebabkan tanaman Perbanyakan tunas pada tanaman taka
taka tidak selalu tersedia sepanjang waktu, secara optimal dapat dilakukan dengan
sehingga untuk perbanyakannya diper- menggunakan media MS (Murashige dan
lukan teknik khusus untuk menyediakan Skoog, 1962) dengan penambahan zat
sumber bahan tanam (bibitnya). Secara pengatur tumbuh (ZPT) kelompok
alami taka berkembangbiak melalui biji sitokinin, yaitu 6-benzil amino purin
dan umbi. Kultur jaringan menjadi salah (BAP) atau kinetin dengan konsentrasi
satu solusi perbanyakan tanaman secara 0.5 mg.L-1 (Martin et al., 2012).
vegetatif yang dapat menjamin keter- Pemberian sitokinin ke dalam medium
sediaan bibit, selain itu, kultur jaringan kultur jaringan penting untuk menginduksi

36
Hapsari et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Taka (Tacca …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 35 – 43

perkembangan dan pertumbuhan eksplan. Science Center sejak bulan Juni 2016
Senyawa tersebut dapat meningkatkan sampai dengan bulan Maret 2017.
pembelahan sel, proliferasi pucuk dan
morfogenesis pucuk (George dan Eksplan yang digunakan dalam
Sherrington, 1984). penelitian ini berupa bonggol yang berasal
dari stok kultur tunas taka koleksi dari
Pada konservasi in vitro, salah satu Laboratoium Biak Sel dan Jaringan
teknik yang dapat digunakan adalah teknik Tanaman Puslit Bioteknologi LIPI yang
pertumbuhan minimal. Laju metabolisme dipelihara pada media MS (Murashige dan
tanaman in vitro dapat dihambat dengan Skoog, 1962). Kultur tunas diinisiasi dari
dua cara, pertama dengan memodifikasi biji tanaman taka asal Sukabumi yang
komponen media melalui penggunaan dikecambahkan secara in vitro.
regulator osmotik (osmoregulator) dan zat
penghambat tumbuh (retardan), penurunan Media yang digunakan adalah media
konsentrasi garam-garam makro, dasar MS tanpa penambahan zat pengatur
peningkatan atau penurunan konsentrasi tumbuh, media MS dengan penambahan
sukrosa, dan kedua dengan memodifikasi 0.5 ppm BAP, dan media MS dengan
lingkungan tumbuh melalui penyimpanan penambahan 0.5 ppm kinetin dikom-
pada suhu rendah serta pengurangan binasikan dengan penambahan sukrosa
intensitas cahaya (Keller et al., 2006). 3% (kontrol), manitol 2%; 4% dan 6%.
Media dipadatkan dengan agar (Caisson)
Teknik pertumbuhan lambat ini sudah sebanyak 8 g.L-1. Sebelum disterilisasi,
dicobakan pada beberapa tanaman umbi- pH media diatur menjadi 5.8. Media
umbian seperti pada ubi kayu, ubi jalar kemudian disterilisasi dengan meng-
dan talas (Sunarlim et al., 2002; gunakan autoklaf dengan suhu 121 oC
Noorrohmah et al., 2015), sedangkan pada tekanan 15 psi selama 15 menit.
penggunaan osmoregulator berupa manitol
untuk pertumbuhan minimal secara in Parameter pertumbuhan yang diukur
vitro sudah digunakan diantaranya pada adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan
tanaman temu putri dengan konsentrasi jumlah akar. Penelitian disusun dalam
manitol 0 – 4% (Lestari dan Supriyati, rancangan acak lengkap. Setiap perlakuan
2001) dan talas dengan konsentrasi mempunyai 3 ulangan dan setiap botol
manitol 0 – 6% (Dewi et al., 2012; terdiri atas tiga tunas tunggal. Kultur
Noorrohmah et al., 2015). diinkubasi pada ruang kultur dengan
pencahayaan penuh pada intensitas 800 –
Penyimpanan dengan menggunakan 1300 lux pada suhu 25 – 26 oC.
osmoregulator khususnya manitol belum Pengamatan parameter tinggi tanaman,
dikerjakan pada tanaman taka yang juga jumlah daun dan jumlah akar dilakukan
merupakan tanaman umbi-umbian, oleh setiap minggu selama 24 minggu.
karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pertumbuhan kultur Tunas taka hasil perlakuan sitokinin
tunas taka pada media yang mengandung dan manitol dipindahkan dari ruang kultur
sitokinin BAP atau kinetin yang ke rumah kaca selama 2 minggu untuk
dikombinasikan dengan manitol untuk hardening, setelah itu tunas dikeluarkan
konservasi secara in vitro. dari botol kultur, dibersihkan dari media
agar, diberi perangsang akar dan
METODE selanjutnya ditanam di dalam pot plastik
berisi media tanam berupa campuran
Penelitian dilakukan di Laboratorium tanah, kompos, pasir, cocopeat dan sekam
Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat bakar yang sudah disterilkan dengan cara
Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong dikukus selama 4 jam. Tunas aklimatisasi

37
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dipelihara di dalam pot aklimatisasi,


ditutup dengan plastik bening dan
diletakkan di rak aklimatisasi dalam
rumah kaca. Hasil aklimatisasi diamati
persentase keberhasilan hidupnya pada
minggu ke-4.
A
Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis varian (ANOVA). Kemudian
dilanjutkan dengan posthoc test Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) yang
dilakukan dengan bantuan software IBM
SPSS ver. 22.

HASIL DAN PEMBAHASAN B

Manitol yang ditambahkan pada media


MS tanpa penambahan sitokinin mem-
perlambat tinggi tunas taka (Gambar 1A).
Pola pertumbuhan tinggi tunas taka
sampai dengan minggu kedua masih
relatif sama, namun setelah itu tinggi
tunas taka yang ditumbuhkan pada media C
MS0 (MS tanpa penambahan ZPT yang
mengandung sukrosa 30 g.L-1) paling Gambar 1. Tinggi tanaman Tacca
cepat dibandingkan dengan tunas yang leontopetaloides pada media
dikulturkan pada media dengan MS yang mengandung 0 (A);
penambahan manitol. Tinggi tunas 0.5 ppm BAP (B);
bertambah dengan cepat hingga minggu dan 0.5 ppm kinetin (C)
ke-19 selanjutnya tinggi tunas relatif dikombinasikan dengan 0, 2,
stabil. 4, dan 6% manitol pada
umur 1 – 24 MST.
Semakin tinggi konsentrasi manitol
yang ditambahkan pada media MS Hasil penelitian penghambatan oleh
menghambat tinggi tunas taka. osmoregulator manitol ini juga menun-
Penambahan manitol konsentrasi rendah jukkan hal yang sama dengan beberapa
yaitu 2% masih mendukung tinggi tunas penelitian lainnya. Joshi dan Jadhav
hingga minggu ke-16, setelah itu tinggi (2013) melaporkan bahwa penggunaan
tunas relatif stabil hingga minggu ke-24. manitol pada konsentrasi 2 dan 4%
Penambahan manitol 4 dan 6% sangat menurunkan tinggi planlet Spilanthes
menghambat tinggi tunas taka. Kedua acmella secara signifikan. Charoensub dan
konsentrasi manitol ini menghasilkan Phansiri (2004) juga melaporkan hasil
pertumbuhan tinggi yang mirip dari awal yang serupa pada tanaman Plumbago
penanaman hingga akhir pengamatan indica yang menunjukan penurunan tinggi
minggu ke-24. Pola pertumbuhan tinggi planlet dengan penambahan manitol 2% -
tunas pada kedua media ini paling lambat. 6%.
Penambahan BAP pada media MS baik
secara terpisah maupun dikombinasikan
dengan manitol 2-6% menghambat tinggi
tunas taka mulai minggu ke-1 hingga
minggu ke-24 (Gambar 1B) dibandingkan

38
Hapsari et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Taka (Tacca …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 35 – 43

dengan pertumbuhan tinggi tunas taka


pada media MS0 maupun MS + 2%
manitol tanpa BAP (Gambar 1A). Pola
pertumbuhan tinggi tunas taka pada media
MS + 0.5 ppm BAP + 2% manitol lebih
tinggi dibandingkan pada media lainnya,
namun pada minggu ke-24 tinggi tunas A
serupa dengan media MS + 0.5 ppm BAP
tanpa menambahan manitol. Pola per-
tumbuhan tinggi tunas taka pada media
MS + 0.5 ppm BAP + 4% manitol lebih
lambat dan pola pertumbuhan tinggi tunas
terendah diperoleh pada media MS + 0.5
ppm BAP + 6% manitol (Gambar 1B).
Pada media MS yang mengandung
kinetin, pola pertumbuhan tinggi tunas B
taka berbeda-beda. Penambahan manitol
juga menghambat pertumbuhan tinggi
tunas taka mulai minggu ke-2 (Gambar
1C). Semakin tinggi konsentrasi manitol
semakin menghambat pertumbuhan tinggi
tunas.
Pola penghambatan pertumbuhan C
jumlah daun dari minggu ke-1 hingga ke-
24 berbeda-beda sesuai dengan perlakuan Gambar 2. Jumlah daun Tacca
media (Gambar 2). Pada media MS0 dan leontopetaloides pada media
MS + 2% manitol memberikan pola MS yang mengandung 0 (A);
pertumbuhan yang berbeda sampai dengan 0.5 ppm BAP (B);
minggu ke-12, selanjutnya sama hingga dan 0.5 ppm kinetin (C)
minggu ke-24. Pada kedua media ini tidak dikombinasikan dengan 0, 2,
terdapat penghambatan pertumbuhan 4, dan 6% manitol pada
jumlah daun (Gambar 2A). umur 1 – 24 MST.

Sitokinin BAP menghambat pertum- Kinetin yang ditambahkan pada media


buhan jumlah daun taka yang memberika MS tanpa penambahan manitol meng-
pola pertumbuhan serupa dengan tunas hasilkan pola pertumbuhan jumlah daun
yang ditumbuhkan pada media MS + 0.5 paling tinggi mulai dari minggu ke-7. Pola
ppm BAP + 2 dan 4% manitol. Pening- pertumbuhan menjadi stabil mulai minggu
katan konsentrasi manitol menjadi 6% ke-14 hingga minggu ke-24 (Gambar 2C).
memberikan pola penghambatan pertum- Penambahan manitol memberikan pola
buhan jumlah daun yang paling rendah penghambatan pertumbuhan jumlah daun.
(Gambar 2B). Semakin tinggi konsentrasi manitol,
penghambatan jumlah daun semakin
tinggi yang dimulai dari awal penanaman
tunas.
Pengamatan pertumbuhan pada minggu
ke-24 terhadap tinggi tunas, jumlah daun
dan jumlah akar taka menunjukkan bahwa
penambahan manitol dapat menghambat

39
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pertumbuhan tunas taka (Tabel 1). pada media MS tanpa penambahan


Analisis statistik menunjukkan bahwa sitokinin dan media MS yang mengan-
variabel tinggi tanaman menunjukkan dung 0.5 ppm kinetin. Pada media MS
hasil yang berbeda nyata pada media MS tanpa penambahan sitokinin maupun
tanpa penambahan sitokinin dan media dengan penambahan sitokinin BAP dan
MS dengan penambahan 0.5 ppm kinetin kinetin, secara umum respon pertumbuhan
terhadap penambahan konsentrasi manitol, tunas taka terendah diperoleh pada media
sedangkan pada media MS tanpa yang mengandung 4% dan 6% manitol.
penambahan sitokinin dan media MS Kedua perlakuan tersebut berbeda nyata
dengan penambahan 0.5 ppm BAP, dengan media tanpa manitol atau dengan
jumlah daun tidak berbeda nyata. penambahan 2% manitol. Semakin tinggi
Pengaruh penghambatan pada media yang konsentrasi manitol semakin tinggi pula
mengandung 4 dan 6% manitol juga penghambatan pertumbuhan.
berbeda nyata terhadap pertumbuhan akar

Tabel 1. Tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah akar Tacca leontopetaloides pada
media MS yang mengandung 0, 0.5 ppm BAP, dan 0.5 ppm kinetin
dikombinasikan dengan 0, 2, 4, dan 6% manitol pada umur 24 MST.
Kombinasi Perlakuan Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
Media Osmoregulator Tanaman (cm) (helai) (helai)
a a
Media MS tanpa Gula 30 g/l 6.67 ± 0.63 12.50 ± 2.69 10.83 ± 2.03a
penambahan Manitol 2% 3.91 ± 0.40b 12.56 ± 1.74a 10.00 ± 2.54a
cd abc
sitokinin Manitol 4% 1.74 ± 0.30 8.22 ± 3.05 1.89 ± 1.11bc
Manitol 6% 1.69 ± 0.20cd 6.89 ± 0.99abc 0.89 ± 0.45bc
bc bc
Media MS + Gula 30 g/l 2.76 ± 0.37 5.11 ± 0.90 0.11 ± 0.11c
0.5 ppm BAP Manitol 2% 2.64 ± 0.44c 5.67 ± 0.55bc 0.00 ± 0.00c
cd bc
Manitol 4% 1.84 ± 0.16 6.22 ± 1.37 0.00 ± 0.00c
Manitol 6% 1.16 ± 0.08d 2.67 ± 0.93c 0.00 ± 0.00c
a a
Media MS + Gula 30 g/l 5.98 ± 0.61 12.60 ± 1.83 10.33 ± 1.55a
0.5 ppm kinetin Manitol 2% 2.79 ± 0.29bc 10.22 ± 1.85ab 4.61 ± 1.05b
cd bc
Manitol 4% 1.74 ± 0.20 5.50 ± 1.43 1.25 ± 0.43bc
Manitol 6% 1.20 ± 0.11d 2.78 ± 0.95c 0.00 ± 0.00c
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α = 5%.
Gambar 3 menunjukkan penghambatan tinggi (Gambar 3D, 3H dan 3L).
pertumbuhan yang sangat nyata terhadap Penambahan 0.5 ppm BAP (Gambar 3F)
tunas taka pada minggu ke-24. Semakin dan kinetin (Gambar 3J) yang dikom-
tinggi konsentrasi manitol semakin besar binasikan dengan 2% manitol memper-
pengaruh penghambatan pertumbuhannya. lambat pertumbuhan secara lebih perlahan
Penambahan manitol 6% memberikan dibandingkan dengan tanpa penambahan
penghambatan pertumbuhan yang sangat sitokinin (Gambar 3B).

40
Hapsari et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Taka (Tacca …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 35 – 43

Gambar 3. Penampilan kultur tunas Tacca leontopetaloides pada media MS yang


mengandung 0, 2, 4, dan 6% manitol (A – D); 0.5 ppm BAP
dikombinasikan dengan 0, 2, 4, dan 6% manitol (E – H) dan 0.5 ppm
kinetin dikombinasikan dengan 0, 2, 4, dan 6% manitol (I – L) pada umur
24 MST.
Tabel 2 menunjukkan bahwa daya mengandung 0.5 ppm BAP menyebabkan
hidup pada saat aklimatisasi tertinggi semua planlet tidak mampu tumbuh di
diperoleh pada media MS tanpa rumah kaca. Pada media MS yang
penambahan manitol baik tanpa mengandung 0.5 ppm kinetin dan 4%
penambahan sitokinin maupun dengan manitol masih mampu menghasilkan
penambahan 0.5 ppm BAP. Penambahan planlet yang dapat tumbuh di rumah kaca
manitol 2% masih memberikan daya walau dengan persentase rendah (Tabel 2).
hidup planlet taka cukup baik. Beberapa contoh planlet yang tumbuh
Penambahan manitol 4 dan 6% pada setelah proses aklimatisasi disajikan pada
media MS0 maupun MS yang Gambar 4.

41
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 2. Persentase hidup Tacca leontopetaloides hasil aklimatisasi pada umur 4 MST.
Kombinasi Perlakuan
Persentase Hidup (%)
Media Osmoregulator
Media MS tanpa penambahan ZPT Gula 30 g/l 83.33
Manitol 2% 50.00
Manitol 4% 0.00
Manitol 6% 0.00
Media MS + 0.5 ppm BAP Gula 30 g/l 100.00
Manitol 2% 50.00
Manitol 4% 0.00
Manitol 6% 0.00
Media MS + 0.5 ppm kinetin Gula 30 g/l 66.67
Manitol 2% 83.33
Manitol 4% 33.33
Manitol 6% 0.00

Gambar 4. Penampilan Tacca leontopetaloides setelah diaklimatisasi (umur 4 MST)


pada media MS0 (A), MS+ 2% manitol (B); MS + 0.5 ppm BAP tanpa
manitol (C); MS + 0.5 ppm BAP + 2% manitol (D); MS + 0.5 ppm kinetin
tanpa manitol (E); media MS + 0.5 ppm kinetin + 2% manitol (F); media
MS + 0.5 ppm kinetin + 4% manitol (G).

SIMPULAN Planlet yang dikulturkan pada media


dengan penambahan manitol 4 dan 6%
Penambahan manitol memberikan pola tidak berhasil hidup pada tahap
penghambatan tunas Tacca aklimatisasi kecuali planlet yang ditanam
leontopetaloides yang berbeda-beda. pada media MS yang mengandung 0.5
Semakin tinggi konsentrasi manitol ppm kinetin.
memberikan pengaruh penghambatan
pertumbuhan yang semakin tinggi baik UCAPAN TERIMA KASIH
pada media MS tanpa atau dengan
penambahan sitokinin BAP maupun Penulis mengucapkan terima kasih
kinetin. Penambahan kinetin memberikan kepada Lutvinda Ismanjani dan Evan
pola penghambatan pertumbuhan yang Maulana yang telah membantu dalam
rendah sehingga memberikan daya hidup pembuatan media dan memelihara stok
planlet lebih tinggi di rumah kaca kultur. Penelitian ini didanai oleh DIPA
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI tahun
anggaran 2015 – 2016.

42
Hapsari et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Taka (Tacca …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 35 – 43

DAFTAR PUSTAKA Lestari, E.G. dan Y. Supriyati. 2001.


Penyimpanan Temu Putri (Curcuma
Charoensub, R. dan S. Phansiri. 2004. In petiolata Roxb.) melalui Pertumbuhan
Vitro Conservation of Rose Coloured Minimal. BioSMART : Journal of
Leadwort: Effect of Mannitol on Biological Science, Vol. 3 (1): 24 – 28.
Growth of Plantlets. Kasetsart J. (Nat. http://biosmart.mipa.uns.ac.id/index.ph
Sci.)., Vol. 38: 97 – 102. p/biosmart/article/view/75 (Diakses 9
http://www.thaiscience.info/Article OKtober 2017).
forThaiScience/Article/2/10001243.pdf Manek, R.V, O.O. Kunle, M.O. Emeje, P.
(Diakses 9 Oktober 2017) Builders, G.V.R. Rao, G.P. Lopez dan
Dewi, N., B.S. Purwoko, I. Hanarida, A. W.M. Kolling. 2005. Physical,
Purwito dan I.S. Dewi. 2012. Thermal and Sorption Profile of Starch
Perbanyakan dan Konservasi In Vitro Obtained from Tacca leontopetaloides.
Plasma Nutfah Talas (Colocasia Starch/Stärke, Vol. 57: 55 – 61. doi:
esculenta (L.) Schoot). AgroBiogen., 10.1002/star.200400341.
Vol. 8 (3): 105. Martin, A.F., T.M. Ermayanti, B.W.
doi:10.21082/jbio.v8n3.2012.p.105- Hapsari dan D.E. Rantau. 2012. Rapid
112. Micropropagation of Tacca
George, E.F. dan P.D. Sherrington. 1984. leontopetaloides (L.) Kuntze. The 5th
Plant propagation by tissue culture : Indonesia Biotechnology Conference.
handbook and directory of commercial Hal: 240 – 251.
laboratories. Exegetics. Murashige, T. dan F. Skoog. 1962. A
Joshi, V. dan S.K. Jadhav. 2013. Effect of revised medium for rapid growth and
temperature and media supplements on bio assays with tobacco tissue culture.
slow growth conservation of medicinal Physiologia Plantarum. Vol. 15: 473 –
plant Spilanthes acmella. Botanica 497.
Serbica, Vol. 37 (2): 155 – 160. Noorrohmah, S., A. Wulansari, A.
Keller, E.R.J., A. Senula, S. Leunufna dan Fadillah dan M. Ermayanti. 2015.
M. Grübe. 2006. Slow growth storage Preservasi Tiga Kultivar Talas
and cryopreservation - Tools to (Colocasia esculenta (L.) Schott secara
facilitate germplasm maintenance of In Vitro dengan Perlakuan Asam
vegetatively propagated crops in living Absisat pada Suhu Rendah dan Suhu
plant collections. International Journal Ruang. Seminar Nasional Bioteknologi
of Refrigeration. Vol. 29 (3): 411 – III Universitas Gadjah Mada.
417. doi: 10.1016/j.ijrefrig.2005.07. Yogyakarta. Hal: 326 – 350.
012. Sunarlim, N., N. Dewi dan I.R.
Kunle, O.O., Y. E. Ibrahim, M.O. Emeje, Tambunan. 2002. Penyimpanan Plasma
S. Shaba dan Y. Kunle. 2003. Nutfah Ubi Jalar, Ubi Kayu, dan Talas
Extraction, Physicochemical and secara In Vitro dengan Pertumbuhan
Compaction Properties of Tacca Starch Minimal. Prosiding Seminar Hasil
– a Potential Pharmaceutical Penelitian Rintisan dan Bioteknologi
Excipient. Starch/Stärke., Vol. 55: 319 Tanaman. Balitbiogen. Hal: 244 – 255.
– 325. doi: 10.1002/star.200390067.

43
STUDI TERHADAP Bellucia pentamera NAUDIN;
PERUBAHAN STATUS INVASIF MENJADI
BERMANFAAT LARVASIDA
Hanifa Marisa*, Salni, Fitryanda Salfamas dan Yadi Oktariansyah
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya
Km 32, Indralaya, Sumatera Selatan, 30662
*E-mail: gmdiqhan2002@yahoo.com
Diterima: 29/09/2017 Direvisi: 23/11/2017 Disetujui: 28/12/2017

ABSTRAK
Berasarkan peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
No. P94/MENLHK/SETJEN/KUM1/12/2016, spesies Bellucia pentamera tergolong
invasif yang dibawa ke Indonesia dari Amerika Latin dan tentunya perlu diawasi. Pada
kenyataannya, jenis yang termasuk dalam family Melastomataceae ini, tumbuh di
Kalimantan, Jawa Barat serta Sumatra bagian selatan, buahnya dimakan penduduk
terutama anak-anak, dan sebagian pohonnya ditanam. Penggalian terhadap potensi
sebagai obat anti cacing dan anti jamur pada mulut telah dilakukan di luar negeri.
Laboratorium Ekologi Tumbuhan Universitas Sriwijaya, juga telah menemukan bahwa
ekstrak daun dapat menghalangi pertumbuhan bakteri Staphilococcus aureus dan
Escheria coli. Penelitian terdahulu di laboratorium yang sama, juga mendapatkan
sebaran B. pentamera merata di daerah tingkat dua Sumatera Selatan, buahnya
mengandung 3,550 mg/100 g vitamin C (berpotensi obat flu/demam) serta pengujian
organoleptik membuktikan sayur buah muda dikategorikan enak oleh 40% responden,
dan dirasakan sebagai serasa sayur biasa oleh 60% lainnya. Pemanfaatan ekstrak
metanol daun untuk larvasida diujikan pada bulan Juni-Juli 2017 di labor dinas
kesehatan Baturaja, ternyata konsentrasi ekstrak 3% dapat membunuh 17,5% larva
Aedes aegypti selama 24 jam percobaan; dan 37,5% mortalitas untuk 48 jam perlakuan.
Studi perkecambahan biji juga dilakukan di rumah percobaan laboratorium ekologi
tumbuhan, dengan menghacurkan buah ranum dengan jemari, lalu mengeringkannya di
rumah percobaan yang suhunya mencapai lebih 30 oC di siang hari selama 10 hari, lalu
dikecambahkan di dua medium, tissue basah dalam cawan petri dan tanah basah dalam
polybag. Setelah tiga minggu, ternyata biji-biji B. pentamera belum berkecambah.
Perkecambahan baru berhasil setelah biji ditempatkan pada medium kertas tissue yang
dijaga selalu basah dalam cawan petri tertutup selama lebih dari delapan minggu.
Kata kunci: ekstrak, larva, melastomataceae, mortalitas

ON CHANGING OF Bellucia pentamera Naudin Status; FROM DANGEROUS


INVASIVE TO USEFUL LARVICIDE PLANT
ABSTRACT
Bellucia pentamera is a species of plant fall into family Maleastomataceae. It is native
to Central America and spreaded to Indonesia at last century. Regulation of Minister of
Environmental and Forestry of Indonesia, number P.94/MENLHK/SETJEN/KUM.1/
12/2016 said that these species is characterized as invasive and need to manage and
control. This tree species could be found in West Java, West Kalimantan, Malaysia and

44
Marisa et al. 2017. Studi terhadap Bellucia pentamera Naudin; Perubahan …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 44 – 52

Jambi. Investigation on the potency for antibacterial has been done and shows that
leaves extract was effective to kill Staphilococcus saureus and Escheria coli colony with
teens mm growth inhibition. Some treatment had been done to increase the value of
B. pentamera fruit, become tasty; cooked as vegetable sauted and soup, mix with nut
and red sugar as rujak, and grinded with chilie as sambel. As far as tested; it is
delicious. Experiment of leaves extract to Aedes aegypti was done and it is showed the
potency. Mortality of larva reach 17.5% for 3.0% extract concentration after 24 hours
treatment, and 37.5% after 48 hours treatment. Trying for germination of fresh seeds in
coverage petri dish found success gerimated seeds after 8 weeks.
Keywords: Extract, larvae, melastomataceae, mortality

PENDAHULUAN sebagai obat tradisional sebenarnya sudah


dilaporkan di Brunei. Buahnya disebut
Bellucia pentamera adalah sejenis sebagi anti cacing dan kulit batang
pohon keluarga Melastomataceae. digunakan untuk mengobati keputihan
Daunnya lebar dengan pertulangan daun pada lidah balita (Slik, 2016).
melengkung, seperti halnya pada
Melastoma yang lain. Tumbuhan ini Pada dasarnya, pengendalian nyamuk
dibawa pada awal abad 20 ke Kebun Raya lebih mudah pada stadium larva, karena
Bogor untuk ditanam namun kemudian pada stadium ini, gerak dan aktivitasnya
tersebar luas di Jawa Barat, Kalimantan masih di dalam air dan terbatas. Saat ini,
Barat dan Sumatera bagian selatan. insektisida yang telah digunakan oleh
Di provinsi Jambi menurut laporan masyarakat, salah satunya ialah temefos
de Kok et al. (2015), pohon ini mulai yang ditaburi ke dalam bak mandi guna
tumbuh banyak dan menjadi ‘gulma’ baru, membunuh larva, tetapi berbahaya bagi
terutama di hutan hujan Harapan. Kudo lingkungan sekitar karena menimbulkan
et al., (2014) juga melaporkan bahwa B bau tidak sedap pada air yang ditaburi
pentamera menjadi invasif di Taman abate (Anggriani, 2010 dalam Minarni,
Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa 2013).
Barat. Daerah sebaran juga meluas ke area
Taman Wisata Baning, Jawa, (Dahlia Pengendalian pada stadium larva yang
et al., 2016). Menurut Renner (1986), dilakukan dengan larvasidasisecara terus-
tumbuhan ini tersebar luas di daerah menerus dapat menimbulkan resistensi
asalnya mulai dari Brazil, Mexico dan pada larva Aedes aegypti, maka perlu
Bolivia. Di Sumatra Barat bagian selatan, dilakukan alternatif lain selain bahan
organ reproduktif tumbuhan ini menjadi kimia, yang lebih aman untuk mencegah
tempat makan atau mungkin juga dimakan perkembangan larva A. aegypti. Salah satu
oleh kupu-kupu (Muhelni et al., 2016). alternatif yang digunakan dengan
Berasarkan peraturan Mentri Lingkungan menggunakan tanaman yang mengandung
Hidup dan Kehutanan RI No. senyawa-senyawa aktif yang bersifat
P94/MENLHK/SETJEN/KUM1/12/2016, toksik sebagai larvasida (Lyaningsih,
spesies B. pentamera tergolong invasif. 2004 dalam Rahayu, 2007).

Di laboratorium, ekstrak methanol-air Informasi di atas memicu untuk


daun yang diperlakuan ke koloni Escheria dilakukannya penelitian lanjut, apakah
coli dan Staphilococcus aureus, ternyata B. pentamera juga dapat dimanfaatkan
juga dapat memberikan efek daya hambat sebagai penghasil bioaktif pembunuh
pertumbuhan bakteri tersebut (Salni dan larva nyamuk? dan jika akan
Sari, 2017), Penggunaan tumbuhan ini dibudidayakan, apakah perkecambahan-
nya mudah untuk dilakukan?

45
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

METODOLOGI digunakan untuk menghaluskan daun


kardia (B. pentamera), timbangan untuk
Penelitian ini dilaksanakan dari menimbang daun kardia B pentamera
tanggal 15 Mei – 15 Juni 2017. Penelitian yang diperlukan, oven untuk
ini dilakukan di Laboratorium mengeringkan daun kardia B pentamera,
Entomologi, Loka Litbang P2B2, dan saringan untuk mengayak daun kardia
Baturaja, Sumatera Selatan. (B. pentamera)sehingga dihasilkan serbuk
daun kardia B pentamera kering.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daun kardia Alat untuk preparasi larva instar III A.
B. pentamera sebanyak 4 kg yang aegepti antara lain nampan plastik ukuran
dikeringkan menggunakan oven kemudian 30 cm x 15 cm untuk tempat memelihara
diblender untuk dijadikan serbuk, metanol larva, gelas plastik ukuran 250 ml untuk
96% sebagai pelarut saat pembuatan stock tempat meletakkan larva uji, dan pipet
ekstrak, dan aquadest 100 ml sebagai larva.
pengencer stock ekstrak untuk mendapat
konsentrasi yang diinginkan. Penelitian ini Alat untuk uji efektifitas antara lain
juga memerlukan dogfood dalam bentuk gelas ukur 250 ml untuk mengukur jumlah
padat sebagai makanan larva. air yang diperlukan, batang pengaduk
untuk mengetahui kondisi larva yang mati,
Populasi yang digunakan dalam pipet larva untuk mengambil larva, pipet
penelitian ini adalah larva instar III tetes untuk mengambil ekstrak daun
A. aegypti. Larva instar III A. aegypti ini kardia B pentamera, dan kasa nilon untuk
diperoleh dari Loka Litbang P2B2 menutup gelas pertumbuhan larva.
Baturaja. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah larva instar III akhir Rancangan penelitian yang digunakan
atau larva instar IV awal A. aegypti, dalam penelitian ini adalah eksperimental
karena pada fase tersebut larva ini bersifat dengan menggunakan Rancangan Acak
kanibal dan sangat aktif mencari makanan Lengkap (RAL). Pada penelitian ini dibuat
dalam jangka waktu yang cukup lama konsentrasi 0%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5%;
dibanding fase lainnya (WHO, 2015). 3%; dan abate 0,0001% dimana pada
penelitian sebelumnya telah diperoleh
1. Kriteria Inklusi LC90 dari ekstrak ethanol daun senggani
a. Larva instar III akhir atau IV awal (Melastoma malabathricum L) sebagai
Aedes aegypti. larvasida terhadaplarvainstar III A. aegypti
b. Larva begerak aktif. sebesar 2,009 % (Lisqorina, 2014).
Masing-masing perlakuan berisi 10 ekor
2. Kriteria Eksklusi
larva A. aegypti dalam gelas plastik,
a. Larva sudah mati sebelum
dengan konsentrasi pelarut 10 ml (8 ml air
pengujian.
dan 2 ml air lara) (Andiani et al., 2015)
b. Larva menjadi pupa.
dengan 4 kali pengulangan. Maka, pada
Alat yang digunakan untuk membuat penelitian ini dibutuhkan total larva
ekstak daun kardia (B. pentamera) antara sebanyak 280 larva dengan rincian pada
lain baskom sebagai tempat atau wadah Tabel 1. Untuk memudahkan pelaksanaan
untuk merendam serbuk daun penelitian dan agar penelitian tidak
B pentamera dengan metanol 96% yang menjadi terlalu luas maka dibuat definisi
berfungsi sebagai pelarut, blender operasional pada Tabel 2.

46
Marisa et al. 2017. Studi terhadap Bellucia pentamera Naudin; Perubahan …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 44 – 52

Tabel 1. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian


Perlakuan Jumlah Larva x Jumlah Pengulangan Total
Perlakuan I 10 larva x 4 40 larva
Perlakuan II 10 larva x 4 40 larva
Perlakuan III 10 larva x 4 40 larva
Perlakuan IV 10 larva x 4 40 larva
Perlakuan V 10 larva x 4 40 larva
Perlakuan IV 10 larva x 4 40 larva
Perlakuan VII 10 larva x 4 40 larva
Total Larva 280 larva

Tabel 2. Definisi operasional variabel


Definisi Operasional Skala
Definisi
Variabel Ukur
Variabel Bebas: Ekstrak daun kardia (B. pentamera) dinyatakan dalam Ordinal
Berbagai konsentrasi persen (%). Masing-masing konsentrasi dibuat dengan
ekstrak daun kardian cara pengenceran. Konsentrasi yang digunakan dalam
(B. pentamera) penelitian ini 0%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; 3%; dan abate
0,01%
Variabel Terikat: Jumlah larva yang tidak bergerak saat disentuh dengan Rasio
Jumlah A. aegypti jarum di daerah siphon atau lehernya. Larva yang
yang mati hampir mati juga dikategorikan kedalam larva yang
mati dimana ciri-ciri larva yang hampir mati adalah
larva terebut tidak dapat meraih permukaan air atau
tidak bergerak ketika air digerakkan, sesuai WHO.

Pembuatan Larutan Uji ekstrak daun B. pentamera dengan


konsentrasi 100%.
Pembuatan ekstrak daun B. pentamera
ini menggunakan daun B. pentamera yang
didapat dari etnis Meranjat. Tumbuhan
kardia B. pentamera yang digunakan
dipilih daunnya. Pelarutnya berupa
metanol 96%. Sebanyak 4 kg daun
B. pentamera yang telah dicuci besih
menggunakan air kemudian dioven
sampai kering. Setelah kering, daun
B. pentamera dicacah halus atau diblender
tanpa menggunakan air. Setelah diblender
daun B. pentamera ditimbang terlebih
dahulu kemudian dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan. Setelah kering
potongan daun B. pentamera direndam
dalam metanol 96% selama 24 jam.
Setelah direndam selanjutnya bahan
tersebut disaring, hasil ekstrak yang sudah
bersih dari supernatan kemudian
dimasukkan dalam rotary evaporator
sehinggga diperoleh hasil akhirnya berupa
Gambar1. Ekstrak daun Kardia

47
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Penentuan Dosis Ekstrak Daun Kardia dipindahkan ke dalam gelas plastik yang
(B. pentamera) berisi ekstrak daun menggunakan pipet
larva.
Menurut Qurbany (2015), untuk
membuat berbagai konsentrasi yang Uji Pendahuluan Efektifitas Ekstrak
diperlukan dapat digunakan rumus: Daun B. pentamera
V1.M1 = V2. M2
Keterangan: Larutan uji berupa ekstrak daun
V1= Volume larutan yang akan B. pentamera dengan 0%; 1%;1,5%; 2%;
diencerkan (ml) 2,5%; 3%; dan abate 0,0001% yang
M1= Konsentrasi ektsrak daun yang ditambahkan ke dalam gelas ukur yang
tersedia (%) berisi larva instar III A. aegypti. Ekstrak
V2= Volume larutan (air + ekstrak daun) daun B. pentamera dibagi berdasarkan
yang diinginkan (ml) konsentrasi yang telah ditentukan
M2= Konsentrasi ekstrak daun yang akan kemudian diletakkan dalam gelas plastik.
dibuat (%)
Larva diletakkan ke dalam gelas plastik
Tabel 3. Jumlah ekstrak daun kardia yang berisi berbagai konsentrasi ekstrak
(B. pentamera) yang daun B. pentamera dengan menggunakan
dibutuhkan pipet larva. Perlakuan ekstrak daun
Pengulang B. pentamera hanya diberikan pada
M₁ V2 M2 V1 kelompok eksperimen sebanyak 10 ml
an (V₁x4)
100% 10 ml 1,0% 0,10 ml 0,4 ml aquades yang berisi konsentrasi dari
100% 10 ml 1,5% 0,15 ml 0,6 ml larutan ekstrak daun B. pentamera pada
100% 10 ml 2,0% 0,20 ml 0,8 ml tiap ulangan. Pada masing-masing
perlakuan berisi 10 larva instar III
100% 10 ml 2,5% 0,25 ml 1,0 ml
A. aegypti (Andriani et al., 2015).
100% 10 ml 3,0% 0,30 ml 1,2 ml
Berdasarkan WHO (2005) jumlah
Total 4,0 ml
pengulangan sebanyak 4 kali pada setiap
Berdasarkan rumus tersebut, didapat- konsentrasi dan kontrol yang digunakan.
kan hasil perhitungan kebutuhan volume Pengukuran pada kelompok sampel
larutan yang akan diencerkan (Tabel 3). dilakukan dalam 24 jam dan berakhir
Preparasi Bahan Uji dengan cara menghitung larva yang mati.

Telur A. aegypti yang digunakan dalam


penelitian ini diperoleh dari Ruang
Insektarium Loka Litbang P2B2 Baturaja,
Sumatera Selatan. Telur A. aegypti
kemudian diletakkan di dalam nampan
plastik yang berisi air untuk pemeliharaan
larva. Menurut Qurbany (2015) telur akan
menetas menjadi larva dalam waktu 1 –
2 hari. Namun, sebelum ditetaskan,
disiapkan fermentasi hati sebagai media
penetasan telur (WHO, 2005). Larva akan
berkembang dari stadium I sampai
stadium III selama lebih kurang empat
hari, dalam masa perkembangannya larva
Gambar 2. Perkecambahan; buah masak
diberi makan berupa dogfood yang telah
dikeringkan di rumah
difermentasikan. Pada saat larva sudah
percobaan Biologi FMIPA
mencapai instar III, larva tersebut
Unsri.

48
Marisa et al. 2017. Studi terhadap Bellucia pentamera Naudin; Perubahan …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 44 – 52

Perkecambahan ukuran rata-rata dihancurkan dengan 30


ml air hingga menjadi larutan warna
Buah masak disangrai di dalam cawan kuning keruh. Larutan ini diperlakukan
petri di meja rumah percobaan selama dua pada jentik nyamuk rumah dalam wadah
minggu lalu dikecambahkan dalam warna putih. Tanggap perilaku jentik
polybag dengan medium tanah basah dan nyamuk diamati segra setelah perlakuan
di cawan petri dengan medium kertas maupun sampai beberapa jam kemudian.
tissue. Uji perkecambahan pertama Pencatatan dilakukan pada tanggap
dilakukan selama tiga minggu. Uji perilaku dan jumlah yang mati jika ada.
perkecambahn seterusnya dilakukan
dalam cawan petri dengan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
biji yang tidak dikeringkan terlebih
dahulu, dimana buah masak dihancurkan Tabel 4 menunjukan hasil percobaan
dan bagian daging buah dibuang dan dari pengaruh ekstrak metanol daun pada
dibersihkan dengan air, lalu biji mortalitas setelah 24 dan 48 jam
dikecambahkan dalam cawan petri, perlakuan. Penelitian yang dilakukan oleh
ditutup selama lebih dari dua bulan. Lisqorina (2014), membuktikan bahwa
ekstrak etanol daun senggani yang
Uji Ekstrak Air Daun dan Buah termasuk famili Melastomaceae mem-
terhadap Jentik Nyamuk punyai aktivitas sebagai larvasida
A. aegypti karena teridentifikasi adanya
Selembar daun yang dipilih paling senyawa insektisida yaitu flavonoid,
lebar dihancurkan dengan menggilingnya saponin, dan tanin. Konsentrasi yang
lalu diberikan 30 ml air hingga menjadi dapat membunuh 90% larva A. aegypti
larutan kental hijau. Larutan ini berada pada kisaran konsentrasi 1,75%
diperlakukan pada jentik nyamuk rumah dan 2%. Semakin besar konsentrasi maka
dalam wadah putih lalu diamati tanggap semakin banyak senyawa larvasida yang
perilaku jentik nyamuk terhadap lariutan terkandung, sehingga daya bunuh larva
tersebut. Begitu juga stu buah masak juga semakin besar.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Mortalitas Larva A. aegypti 24 jam


Konsentrasi Persentase Mortalitas
Jumlah Sampel
Ekstrak 24 jam 48 jam
0% 10 0% 0%
1,0% 10 2,5% 2,5 %
1,5% 10 2,5% 5,0 %
2,0% 10 0% 10,0 %
2,5% 10 0% 7,5 %
3,0% 10 17,5% 37,5 %
Abate 1 ppm 10 100,0% 100,0 %

Kematian tertinggi larva instar III oleh larvasida didukung oleh komposisi kimia
ekstrak daun kardia (B. pentamera yang terdapat dalam tumbuhan ini yang
Naudin) pada konsentrasi 3,0% yang antara lain adalah tanin sebanyak 70%
menunjukkan bahwa tumbuhan ini dengan pelarut butanol (Serna dan
memiliki potensi sebagai larvasida Martinez, 2015). Hal ini sesuai dengan
meskipun belum mencapai hasil pendapat Suyanto (2008) dalam Haditomo
memuaskan dengan waktu perlakuan 24 (2010) yang menyatakan bahwa tanin
jam. Kemampuan tumbuhan ini sebagai dapat menurunkan kemampuan mencerna

49
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

makanan dengan cara menurunkan A B


aktivitas enzim pencernaan (protease dan
amilase) serta mengganggu aktivitas
protein usus. Serangga yang memakan
tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi
akan memperoleh sedikit makanan,
akibatnya akan terjadi penurunan
pertumbuhan. Gambar 4. Bunga dan buah muda (A)
dan buah masak Kardia (B)
Perkecambahan biji yang dikeringkan
selama seminggu di rumah percobaan
tidak menunjukkan tanda perkecambahan
setelah sepuluh hari. Perkecambahan biji
segar di dalam cawan petri juga belum
terlihat tanda perkecambahan setelah
seminggu, hanyasaja setelah tiga minggu
ada terlihat warna kuning kehijauan.
Barulah setelah dua bulan ada muncul
kotiledon dan radikula. Gambar kecambah
tampak pada Gambar 5.
Gambar 3. Larva nyamuk percobaan.
Uji ekstrak air dari daun buah terhadap
larva nyamuk mendapatkan hasil bahwa
tidak ada kematian larva secara instan saat
perlakuan. Pengamatan setelah satu jam,
juga memperlihatkan bahwa tidak satupun
jentik nyamuk rumah yang mati. Hanya
saja, secara tingkah laku, jentik nyamuk
terlihat menghindar dari gumpalan ekstrak
saat pertama dimasukkan dalam wadah
tempat mereka berada. Uji pendahaluan
ini menunjukkan bahwa bioaktif antilarva
dalam buah dan daun tidak efektif jika
dilarutkan dalam air. Hasil ini sangat
bersesuaian dengan yang ditemukan oleh Gambar 5. Kecambah muncul setelah dua
Martins et al., (2016) yang memberikan bulan. Perhatikan bagian yang
ekstrak air dari bagian atas tumbuhan dilingkari warna merah.
B. grossularioides pada S. aureus,
C. albicans, C. krusei dan A. parasiticus. SIMPULAN
Tak satupun dari bakteri dan jamur Dari eksperimen yang dilakukan dapat
tersebut yang terhalang pertumbuhannya ditarik kesimpulan bahwa selain ber-
oleh ekstrak yang dilarutkan potensi sebagai anti-cacing dan jamur
menggunakan air. mulut; B. pentamera juga efektif dalam
menghalangi pertumbuhan bakteri
S. aereus dan E. coli, mengandung
vitamin C hingga dapat berperan dalam
mengatasi demam, enak dimakan sebagai
sayur (berasa sayur asem), dan kini
terbukti dapat membunuh larva nyamuk

50
Marisa et al. 2017. Studi terhadap Bellucia pentamera Naudin; Perubahan …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 44 – 52

A. aegypti yang merupakan vektor Harapan Rainforest, Sumatra. Tropical


penyakit demam berdarah. Dengan Conservation Science, Vol. 8 (1): 28 –
demikian, spesies yang ditakuti sebagai 32.
invasif ini dapat dikategorikan sebagai Kudo, Y., Z. Mutaqien, H. Simbolon, dan
tumbuhan bermanfaat, sekalipun per- E. Suzuki. 2014. Spread of Invasive
cobaan menumbuhkannya belum berhasil Plants along Trails in Two National
dilakukan di laboratorium untuk waktu Parks in West Java, Indonesia.
tiga minggu. Gejala tumbuh pada Tropics, Vol 23 (3): 99 – 110.
germinasi biji yang tidak dikeringkan Lisqorina. 2014. Uji Aktifitas Ekstrak
kelihatan dengan adanya warna kuning Etanol Daun Senggani (Melastoma
kehijauan pada kertas tissue medium. malabatricum L.) sebagai Larvasida
Namun belum memperlihatkan hasil yang Aedes aegypti. Fakultas Kedokteran
nyata adanya radikula. Sampai akhirnya Universitas Tanjungpura. Pontianak.
perkecambahan berlangsung 8 minggu, Lyaningsih, 2004, Taksikologi Dasar.
barulah terlihat ada radikula dan epikotil. Dalam. Rahayu, D. 2007. Uji Aktivitas
Begitu juga halnya dengan peng- Larvasida Minyak Atsiri Bunga Melati
gunaannya sebagai anti nyamuk rumah (Jasminum Sambac (L.)ait) terhadap
pada stadium larva, belum efektif jika Daya Bunuh Larva Nyamuk Aedes
dilarutkan dengan air. aegipty Instar III. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA Martins, R.T.D.M.C., A.K.P. Borges,
A.M. Armiato, dan R.S. Pimenta. 2016.
Andriani, L. dan N.S. Yulianis. 2015. Uji
Antimicrobial and Phytotoxicity
Aktivitas Larvasida terhadap Larva
Activities of Aquaeus Crude Extract
Culex sp. dan Aedes sp. dari Ekstrak
from the Amazonian ethnomedical
Daun Alpukat. Prosiding Seminar
Plant Bellucia grossularioides (L)
Nasional & Workshop “Perkembangan
Triana. J Medical Plants Research,
Terkini Sains Farmasi & Klinik 5”. Pa
Vol. 10 (10): 130 – 138.
dang, 6 – 7 November 2015. Hal: 97 –
Muhelni, L., H. Herwina dan Dahelmi.
102.
2016. Stratificatin of Fruit Feeding
Anggriani. 2010. Uji Larvasida Ekstrak
Butterflies at a Conservation Forest of
Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga
Oil Palm Plantation in West Sumatra,
S.W.) terhadap Kematian Larva
Indonesia. Journal of Entomology and
Nyamuk Aedes aegypti. Dalam.
Zoology Studies, Vol. 4 (4): 535 – 540.
Minarni, E., T. Armansyah dan M.
Qurbany, Z.T. 2015. Uji Efektifitas
Hanafiah. 2013. Daya Larvasida
Ekstrak Ethanol Daun Pandan Wangi
Ekstrak Etil Asetat Daun Kemuning
(Pandanus amaryllifolius Roxb.)
(Murraya paniculata (L) Jack)
sebagai Larvasida Aedes aegypti (L.).
terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti.
Fakultas Kedokteran. Universitas
Jurnal Medikal Veterinaria, Vol. 7 (1):
Lampung. Lampung.
27 – 29.
Renner, S.S. 1986. Reproductive Biology
Dahlia, Ibrohim, dan S. Mahanal. 2016.
of Bellucia (Melastomataceae). Acta
Pemanfaatan Potensi Hutan Wisata
Amazonica, Vol. 16: 197 – 208.
Baning sebagai Sumber Belajar
Salni dan Y. Sari. 2017. Uji Aktifitas
Interaksi Makhluk Hidup dengan
Antibakteri Fraksi dan Senyawa Aktif
Lingkungan di SMP. Prosiding
Ekstrak Daun Kardia (Bellucia
Seminar Nasional Pendidikan IPA
pentamera Naudin) Terhadap Escheria
Pascasarjana UM, Vol. 1: 873 – 886.
coli dan Staphylococcus aureus.
de Kok, R.P.J., M. Briggs, D. Pirnanda,
Skripsi. Departemen Biologi. FMIPA.
dan D. Girmansyah. 2015. Identifying
Targets for Plant Coservation in

51
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Universitas Sriwijaya. Indralaya. aegypti L. Dalam. Haditomo, I. 2010.


(Tidak dipublikasi). Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh
Serna, D.M.O. dan J.H.I. Martinez. 2015. (Syzygium aromaticum L.) terhadap
Phenolics and Polyphenolics from Aedes aegypti L. Skripsi. Universitas
Melastomataceae Species. Molecules, Sebelas Maret. Surakarta.
Vol. 20 (10): 17818 – 17847. WHO. 2005. Guideline For Laboratory
Slik, F. 2016. Bellucia pentamera Naudin. and Field Testing of Mosquito
Ann. Sci. Nat. ser., 3; 6; 105. Larvacide. World Health Organization.
Suyanto F. 2009. Efek Larvasida Ekstrak Communicable Disease Control,
Kulit Buah Manggis (Garcinia Prevention and Eradication. WHO
mangostana L.) terhadap Larva Aedes Pesticide Evaluation Scheme.

52
PERAN FLAVONOID CINCAU HIJAU
(Premna oblongifolia) TERHADAP TUMOR OTAK
Slamet Sudi Santoso
Departemen Pendidikan Kedokteran,
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jalan KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu Ciputat, Tangerang Selatan
E-mail: santohope2016@gmail.com
Diterima: 17/10/2017 Direvisi: 01/11/2017 Disetujui: 28/12/2017

ABSTRAK
Penyakit tumor merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada
tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh tumor. Salah satu tumor yang
dapat menyebabkan kematian adalah tumor otak. Tumor otak meliputi sekitar 85-90%
dari seluruh tumor susunan saraf pusat. Di Amerika Serikat insidensi tumor otak ganas
dan jinak adalah 21,42 per 100.000 penduduk per tahun (7,25 per 100.000 penduduk
untuk tumor otak ganas, 14,17 per 100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak jinak).
Pengobatan tumor yang aman dan efektif masih belum ditemukan. Dengan demikian,
usaha untuk menemukan obat tumor perlu terus dilakukan untuk mendapatkan obat
yang efektif dengan efek samping yang kecil. Usaha yang perlu dilakukan yaitu dengan
pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Salah satu tanaman yang dapat
dimanfaatkan dalam pengobatan tumor otak adalah daun cincau hijau (Premna
Oblongifolia). Tujuan literature review ini mengetahui pemanfaatan cincau hijau
sebagai alternatif kesehatan dalam mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang
disebabkan karsinogen, khususnya tumor otak. Penelitian ini menggunakan Literature
review dengan beberapa kajian referensi. Daun cincau hijau mengandung karbohidrat,
lemak, protein, klorofil, dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid, serta
mineral dan vitamin diantaranya kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. Kandungan
polifenol dan flavonoid dalam daun cincau hijau berfungsi sebagai antioksidan.
Senyawa flavonoid mempunyai ikatan gula yang disebut aglikon yang berikatan dengan
berbagai gula dan sangat mudah terhirolisis atau mudah lepas dari gugus gulanya.
Flavonoid merupakan antioksidan yang berpotensi mencegah radikal bebas. Cincau
hijau mengandung komponen bioaktif pembunuh sel tumor dan menghalau senyawa-
senyawa berbahaya pemicu tumor yaitu senyawa flavonoid.
Kata kunci: Cincau hijau, flavonoid, tumor
THE ROLE OF GREEN JELLY (Premna oblongifolia) FLAVONOIDS AGAINST
BRAIN TUMORS
ABSTRACT
Tumor is one of the leading causes death in the worldwide. In 2012, about 8,2 million
deaths caused by tumors. One of tumors that can cause death was a brain tumor. Brain
tumor covered about 85-90% of all central nervous system tumors. In United States, the
incidence of malignant and benign brain tumors were 21,42 for each 100.000
population per year. But until now it has not been found the safe and effective treatment
for tumor. Therefore, thus effort to find a treatment for tumor need to be continuosly to
obtain an effective treatment with minor side effects. Efforts that needs to be done was
the utilization of plants as a traditional medicine. One of the plants that can be utilized

53
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

in the treatment of brain tumors is green grass jelly (Premna oblongifolia). The purpose
of this literature review is to know the utilization of green grass jelly as an alternative
in preventing the occurence of disease caused by carcinogenic substances, especially
brain tumor. This study used the literature review with some reference studies. Green
grass jelly leaves contain carbrohydrates, fats, proteins, chlorophylls, and other
compounds such as polyphenols, flavonoids, and minerals and vitamins such as
calcium, phosporus, vitamin A and vitamin B. the content of polyphenols and flavonoids
in green grass jelly acts as an antioxidant. Flavonoid compounds had a sugar bonds
called aglycans that bind to various sugars and were very easily separated from the
sugar group. Flavonoids are antioxidants that potentially prevent free radicals. Green
grass jelly contains flavonoid compound that is a bioactive component of tumor cell
killer and dispels the harmful compounds that triggered tumor.
Keywords: Flavonoid, green grass jelly, tumor

PENDAHULUAN tinggi terjadi pada pria (Komite


Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
Penyakit tumor merupakan salah satu
penyebab kematian utama di seluruh Tumor otak memerlukan penanganan
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta multidisiplin, sementara belum terdapat
kematian disebabkan oleh tumor. Lebih keseragaman secara nasional dalam
dari 30% dari kematian akibat tumor pendekatan terapi. Terdapat kesenjangan
disebabkan oleh lima faktor risiko dalam fasilitas sumber daya manusia dan
perilaku dan pola makan, yaitu indeks sumber daya alat (sistem) dari berbagai
massa tubuh tinggi, kurang konsumsi buah fasilitas (institusi) layanan kesehatan, baik
dan sayur, kurang aktivitas fisik, untuk skrining, diagnostik, maupun terapi,
penggunaan rokok, dan konsumsi alkohol sehingga diperlukan kebijakan standar
berlebihan. Lebih dari 60% kasus baru yang profesional agar masing masing
dan sekitar 70% kematian akibat tumor di fasilitas tersebut dapat berperan optimal
dunia setiap tahunnya terjadi di Afrika, dalam penanganan tumor otak di
Asia dan Amerika Tengah dan Selatan. Indonesia (Komite Penanggulangan
Diperkirakan kasus tumor tahunan akan Kanker Nasional, 2015).
meningkat dari 14 juta pada 2012 menjadi
22 juta dalam dua dekade berikutnya Menurut Alberts et al. (1994), pengo-
(Pusat Data dan Informasi Kementerian batan tumor yang aman dan efektif masih
Kesehatan RI, 2015). belum ditemukan. Dengan demikian,
usaha untuk menemukan obat tumor perlu
Tumor otak meliputi sekitar 85% - 90% terus dilakukan untuk mendapatkan obat
dari seluruh tumor susunan saraf pusat. Di yang efektif dengan efek samping yang
Amerika Serikat, insidensi tumor otak kecil. Salah satu usaha yang perlu dicoba
ganas dan jinak adalah 21,42 per 100.000 adalah dengan menggali sumber alam
penduduk per tahun (7,25 per 100.000 nabati yang secara empiris telah banyak
penduduk untuk tumor otak ganas, 14,17 digunakan oleh masyarakat untuk mengo-
per 100.000 penduduk per tahun untuk bati tumor.
tumor otak jinak). Angka insidens untuk
tumor otak ganas di seluruh dunia Traditional Medicine or Com-
berdasarkan angka standar populasi dunia plementary and Alternative Medicine
adalah 3,4 per 100.000 penduduk. Angka (TM/CAM) marak diperbincangkan
mortalitas adalah 4,25 per 100.000 penelitian, penggunaan, dan pengem-
penduduk per tahun. Mortalitas lebih bangannya. TM/CAM merupakan cara
pengobatan yang dilakukan secara turun

54
Santoso. 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau (Premna …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 53 – 61

temurun, sebagai pendamping atau peng- KARAKTERISTIK CINCAU HIJAU


ganti pengobatan konvensional. Indonesia
memiliki kekayaan TM/CAM tersendiri Tumbuhan cincau perdu mempunyai
karena banyaknya etnis, kebudayaan dan ciri-ciri morfologi batang tegak, tinggi 1 –
kearifan lokal. Salah satunya adalah 3 meter, bulat, berkayu, berwarna hijau
pengetahuan tentang pengobatan dan berkilat. Daun bagian atas licin, anak daun
paling terkenal adalah penggunaan jamu. berhadapan, panjang 15-20 cm, lebar 13
Jamu terdiri dari bahan tanaman atau cm, helaian daun tipis, ujung dan pangkal
binatang yang diyakini memiliki khasiat lancip, tepi daun rata, tulang daun
tertentu. Penggunaan bahan tanaman atau melengkung.
yang disebut herbal ini mulai banyak
diteliti kandungan aktif, efektifitas dan
keamanannya oleh para ahli biologi dan
para ahli farmakologi (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
Pemanfaatan tanaman sebagai obat
tradisional bukanlah hal yang baru, dan
telah dikenal masyarakat secara luas sejak
zaman dahulu. Penggunaan obat-obatan Gambar 1. Tanaman Cincau Hijau
yang berasal dari tanaman banyak (Premna oblongifolia)
diminati oleh kalangan masyarakat,
meskipun telah banyak beredar obat jadi Cincau hijau diklasifikasikan ke dalam:
yang merupakan senyawa sintesis. Banyak Plantae (kingdom); Spermatophyta
tanaman yang digunakan untuk pengo- (divisi); Angiospermae (sub-divisi);
batan tradisional berbagai penyakit. Salah Dicotyledoneae (kelas); Lamiaceae
satu contohnya adalah tanaman cincau (ordo); Verbenaceae (genus); Premna
hijau yang mengandung flavonoid yang oblongifolia Meer. (spesies); Premna
bermanfaat dalam pengobatan tumor. oblongifolia var clemensorum Moldenke
Tumbuhan cincau dapat tumbuh di daerah (sinonim). Di beberapa daerah di
dataran rendah sampai ketinggian 1500 Indonesia, cincau hijau dikenal dengan
meter dari permukaan laut. Tumbuhan ini nama jukut jelly (Jawa Barat) dan suket
tumbuh ditepi hutan, lereng-lereng jurang, lele (Jawa Tengah). Sedangkan di
dan di semak-semak. Terdapat empat jenis beberapa negara dikenal dengan nama:
tumbuhan cincau yang telah dikenal dan shao xian cao (Cina) dan thach den
dimanfaatkan masyarakat yaitu cincau (Vietnam) (Pitojo, 2008).
hijau bulu rambat (Cyclea barbata Meer.), Kandungan kimia primer dalam daun
cincau hitam (Mesona palustris), cincau cincau antara lain: protein, lemak, serat,
minyak (Stephania hermandifolia), dan karbohidrat, klorofil. Senyawa kimia
cincau perdu (Premna oblongifolia Meer.) skunder yang terkandung dalam daun
(Pitojo, 2008). cincau perdu antara lain: saponin,
Kajian mengenai peran flavonoid glikosida, flavonoid, alkaloid, tanin,
cincau hijau ini menggunakan liteature steroid atau triternoid.
review. Tujuan kajian adalah mengetahui MEKANISME TUMOR OTAK
pemanfaatan cincau hijau sebagai
alternatif kesehatan dalam mencegah Neoplasma sistem saraf pusat (SSP)
terjadinya penyakit-penyakit yang mencakup neoplasma yang berasal dari
disebabkan karsinogen, khususnya tumor dalam otak, medulla spinalis, atau
otak. meningen, serta tumor metastatik yang
berasal dari tempat lain. Neoplasma SSP

55
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

primer sedikit berbeda dengan neoplasma merusak dirinya dengan apoptosis jika
yang timbul di tempat lain, dalam artian kerusakan DNA sudah terlalu berat.
bahwa bahkan lesi yang secara hitologis Apoptosis adalah proses aktif kematian sel
jinak. Inflamasi (peradangan) serta yang ditandai dengan pembelahan DNA
pertumbuhan jaringan abnormal muncul kromosom, kondensasi kromatin, serta
disebabkan oleh mutasi DNA di dalam fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri.
sel, akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut Mutasi yang menekan gen untuk
menyebabkan timbulnya tumor. Pada mekanisme tersebut biasanya dapat
dasarnya sel tubuh memiliki mekanisme memicu terjadinya kanker.
perbaikan DNA yang menyebabkan sel

Gambar 2. Mekanisme Tumor Menjadi Kanker


Sel tumor atau kanker dapat Sebagai hasilnya, tumor akan merusak
menyebabkan kematian karena penekanan jaringan otak (Cook dan Freedman. 2012).
terhadap struktur vital. Selain itu, berbeda
dengan neoplasma yang timbul di luar Tumor otak intrakranial dapat
SSP, bahkan tumor otak primer yang diklasifikasikan menjadi tumor otak
secara histologis ganas jarang menyebar benigna dan maligna. Tumor otak benigna
kebagian tubuh lain (Kumar et al., 2007). umumnya ektra-aksial, yaitu tumbuh dari
meningen, saraf kranialis, atau struktur
Pada kasus kanker, terdapat sekum- lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik
pulan sel normal atau abnormal yang pada substansi otak. Meskipun dinyatakan
tumbuh tak terkontrol membentuk massa benigna secara histologis, tumor ini dapat
atau tumor. Pada saat tumor otak terjadi, mengancam nyawa karena efek yang
pertumbuhan sel yang tidak diperlukan ditimbulkan. Tumor maligna sendiri
secara berlebihan menimbulkan pene- umumnya terjadi intra-aksial yaitu berasal
kanan dan kerusakan pada sel-sel lain di dari parenkim otak. Tumor maligna dibagi
otak dan mengganggu fungsi otak bagian menjadi tumor maligna primer yang
tersebut. Tumor tersebut akan menekan umumnya berasal dari sel glia dan tumor
jaringan otak sekitar dan menimbulkan otak maligna sekunder yang merupakan
tekanan oleh karena tekanan berlawanan metastasis dari tumor maligna di bagian
oleh tulang tengkorak, dan jaringan otak tubuh lain (Ginsberg, 2011).
yang sehat, serta area sekitar saraf.
Pada pasien tumor otak yang berusia
tua dengan atrofi otak, kejadian edema

56
Santoso. 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau (Premna …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 53 – 61

otak jarang menimbulkan peningkatan ROO● + RH → ROOH + R●; dan


tekanan intra kranial, mungkin dikarena- (3) Tahap terminasi R● + R● → RR ROO●
kan ruang intrakranial yang berlebihan. + R● → ROOR
Hal ini dapat menjelaskan tidak adanya
papiledema pada pasien berusia tua. Tahap inisiasi adalah tahap awal
Muntah lebih sering terjadi pada anak- terbentuknya radikal bebas. Tahap
anak dibandingkan dengan dewasa dan propagasi adalah tahap perpanjangan
biasanya berhubungan dengan lesi di radikal berantai, dimana terjadi reaksi
daerah infratentorial (Kaal dan Vecht, antara suatu radikal dengan senyawa lain
2004). dan menghasilkan radikal baru. Tahap
terminasi adalah tahap akhir, terjadinya
RADIKAL BEBAS PENYEBAB pengikatan suatu radikal bebas dengan
TUMOR OTAK radikal bebas yang lain sehingga menjadi
tidak reaktif lagi. Ketika proses tersebut
Radikal bebas adalah setiap molekul terjadi maka siklus reaksi radikal telah
yang mengandung satu atau lebih elektron berakhir (Kumalaningsih, 2006). Adapun
yang tidak berpasangan. Radikal bebas pengaruh radikal bebas terhadap DNA
sangat reaktif dan dengan mudah terlihat pada Gambar 3.
menjurus ke reaksi yang tidak terkontrol.
Perubahan ini akan menyebabkan proses
penuaan. Radikal bebas juga terlibat dan
berperan dalam penyebab dari berbagai
penyakit degeneratif, yakni tumor,
aterosklerosis, jantung koroner, katarak,
dan penyakit degenerasi saraf seperti
Parkinson (Silalahi, 2006). Sifat radikal
bebas yang tidak stabil menyebabkan
reaksi menerima atau memberikan Gambar 3. Pengaruh Radikal Bebas pada
elektron dengan molekul sekitarnya. DNA
Kebanyakan molekul ini bukan radikal
bebas melainkan makromolekul biologi Radikal bebas dapat menimbulkan
seperti lipid, protein, asam nukleat, dan berbagai perubahan pada DNA yang
karbohidrat. Dengan reaksi ini timbullah antara lain: hidroksilasi basa timin dan
reaksi radikal bebas beruntun yaitu sitosin, pembukaan inti purin dan
terbentuknya radikal bebas baru yang pirimidin serta terputusnya rantai
bereaksi lagi dengan makromolekul lain fosfodiester DNA. Bila kerusakan tak
terlalu parah, maka masih bisa diperbaiki
(Kosasih et al., 2004).
oleh sistem perbaikan (repair system)
Pembentukan radikal bebas dan reaksi DNA. Namun apabila kerusakan terlalu
oksidasi pada biomolekul akan berlang- parah, misalnya rantai DNA terputus-
sung sepanjang hidup. Radikal bebas yang putus di berbagai tempat, maka kerusakan
sangat berbahaya dalam makhluk hidup tersebut tak dapat diperbaiki dan replikasi
antara lain adalah golongan hidroksil sel akan terganggu.. Susahnya, perbaikan
(OH-), superoksida (O2-), nitrogen DNA ini sering justru menimbulkan
monooksida (NO), peroksidal (RO2-), mutasi, karena dalam memperbaiki DNA
peroksinitrit (ONOO-), asam hipoklorit tersebut sistem perbaikan DNA cenderung
(HOCl), hydrogen peroksida (H2O2) membuat kesalahan (error prone), dan
(Silalahi, 2006). Secara umum tahapan apabila mutasi ini mengenai gen-gen
reaksi pembentukan radikal bebas adalah tertentu yang disebut onkogen, maka
(1) Tahap inisiasi RH + initiator → R●; mutasi tersebut dapat menimbulkan tumor
(2) tahap propagasi R● + O2 → ROO● (kanker) (Suryohudoyo, 1993).

57
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

FLAVONOID DALAM CINCAU golongan senyawa yang menunjukkan


HIJAU (Premna Oblongifolia) hasil positif antioksidan, terdeteksi
sebagai alkaloid dan flavonoid.
Senyawa flavonoid merupakan salah
satu senyawa polifenol yang mengandung Daun cincau hijau mengandung
15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang karbohidrat, lemak, protein, klorofil, dan
tersusun dalam konfigurasi C6–C3–C6, senyawa-senyawa lainnya seperti poli-
yaitu dua cincin aromatik yang fenol, flavonoid, serta mineral dan vitamin
dihubungkan oleh satuan 3 karbon yang diantaranya kalsium, fosfor, vitamin A,
dapat atau tidak dapat membentuk cincin dan vitamin B. Kandungan polifenol dan
ketiga (Markham, 1998). Kerangka flavonoid terkandung dalam daun cincau
flavonoid dapat dilihat pada Gambar 3. hijau berfungsi sebagai antioksidan.
Senyawa flavonoid mempunyai ikatan
gula yang disebut aglikon yang berikatan
dengan berbagai gula dan sangat mudah
terhirolisis atau mudah lepas dari gugus
gulanya. Flavonoid merupakan anti-
oksidan yang berpotensi mencegah radikal
Gambar 4. Kerangka flavonoid bebas. Senyawa tersebut mempunyai sifat
anti bakteri dan anti viral (Priyono, 2007).
Flavonoid dalam tumbuhan sebagai
campuran dari flavonoid yang berbeda Antioksidan adalah senyawa yang
golongan dan jarang sekali dijumpai mempunyai struktur molekul yang dapat
hanya flavonoid tunggal. Flavonoid pada memberikan elektronnya kepada molekul
tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk radikal bebas tanpa terganggu sama sekali
struktur molekul dengan beberapa bentuk dan dapat memutus reaksi berantai dari
kombinasi glikosida. Untuk menganalisis radikal bebas. Menurut Kumalaningsih
flavonoid lebih baik memeriksa aglikon (2006), terdapat tiga macam antioksidan
yang telah terhidrolisis daripada dalam yaitu (1) Antioksidan yang dibuat oleh
bentuk glikosida dengan strukturnya yang tubuh kita sendiri yang berupa enzim pada
rumit dan kompleks. Flavonoid dapat tubuh manusia, contohnya: enzim
berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri superoksida dismutase. (2) Antioksidan
dan antiinflamasi (Harborne, 1987). alami yang dapat diperoleh dari tanaman
Struktur dasar dan sistem penomoran atau hewan, yaitu tokoferol, vitamin C,
untuk turunan flavonoid dapat dilihat pada betakaroten, flavonoid dan senyawa
Gambar 4. fenolik. (3) Antioksidan sintetik, yang
dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butil
Hidroksi Anisol (BHA) dan Butil
Hidroksi Toluen (BHT) yang ditambahkan
dalam makanan untuk mencegah keru-
sakan lemak.
Gambar 5. Struktur dasar flavonoid Antioksidan dalam tubuh dibedakan
atas tiga kelompok (Silalahi, 2006), yaitu
Hasil dari penelitian Shodiq (2012),
(1) Antioksidan primer yang bekerja
pengujian aktivitas antioksidan ekstrak
dengan cara mencegah terbentuknya
dan daun cincau hijau perdu menunjukkan
radikal bebas yang baru dan mengubah
fraksi E mempunyai aktivitas antioksidan
radikal bebas menjadi molekul yang tidak
terbesar dengan identifikasi adanya
merugikan; (2) Antioksidan sekunder
golongan senyawa alkaloid, polifenol,
yang berfungsi untuk menangkap radikal
glikosida, dan saponin. Sedangkan

58
Santoso. 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau (Premna …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 53 – 61

bebas dan menghalangi terjadinya reaksi (3) Penambahan lemak ke dalam cincin
berantai, dan (3) Antioksidan tersier yang aromatik pada antioksidan; dan
bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan (4) Pembentukan senyawa kompleks
biomolekuler yang disebabkan oleh antara lemak dan cincin aromatik dari
radikal bebas. antioksidan.
MEKANISME KERJA Flavonoid memberikan kontribusi pada
ANTIOKSIDAN aktivitas antioksidannya secara in vitro
dengan cara flavonoid mengikat (kelasi)
Mekanisme kerja antioksidan primer ion-ion metal seperti Fe dan Cu. Ion-ion
adalah dengan cara mencegah pemben- metal seperti Cu dan Fe ini, dapat
tukan senyawa radikal bebas baru atau mengkatalisis reaksi yang akhirnya
mengubah radikal bebas yang telah memproduksi radikal bebas (Muchtadi,
terbentuk menjadi lebih stabil dan kurang 2013).
reaktif dengan cara memutus reaksi
berantai (polimerisasi) atau dikenal Flavonoid merupakan pembersih
dengan istilah juga chain-breaking- radikal bebas yang efektif secara in vitro.
antioxidant. Menurut Wang et al. (2004), mekanisme
pencegahan timbulnya kanker oleh
Mekanisme kerja antioksidan sekunder senyawa flavonoid diantaranya adalah:
adalah dengan cara memotong reaksi (1) Stimulasi aktivitas enzim-enzim
oksidasi berantai dari radikal bebas atau detoksifikasi fase II. Enzim-enzim
dengan cara menangkap radikal bebas detoksifikasi fase II akan mengkatalisis
(free radical scavenger). Akibatnya reaksi yang meningkatkan ekskresi
radikal bebas tidak akan bereaksi dengan senyawa toksik atau bahan kimia
komponen seluler. Antioksidan sekunder karsinogenik dalam tubuh. (2) Menjaga
terdiri dari antioksidan alami dan aturan siklus sel yang normal. Jika DNA
antioksidan sintetik. Antioksidan alami mengalami kerusakan, siklus sel akan
banyak ditemukan dalam sayuran dan berhenti pada titik tempat terjadinya
buah-buahan, salah satunya cincau hijau, kerusakan sehingga memberi kesempatan
dimana komponen yang terkandung dalam pada DNA untuk melakukan meng-
antioksidan cincau hijau ini adalah aktifkan jalur yang membawa pada
flavonoid (Komite Penanggulangan kematian sel jika kerusakan tersebut tidak
Kanker Nasional, 2015). dapat diperbaiki Menghambat proliferasi
dan menginduksi apoptosis.
Antioksidan sekunder ini bekerja
(3) Menghambat invasi tumor dan
dengan satu atau lebih mekanisme, yaitu
angiogenesis. Dengan bantuan enzim-
(1) Memberikan suasana asam pada me-
enzim matrixmetalloproteinases sel-sel
dium (sistem makanan); (2) Meregenerasi
kanker akan menyerang jaringan normal.
antioksidan utama; (3) Mengkelat atau
(4) Mengurangi terjadinya peradangan
mendeaktifkan kontaminan logam
(inflamasi). Peradangan ini bisa terjadi
prooksidan; (4) Menangkap oksigen; dan
akibat produksi radikal bebas secara lokal
(5) Mengikat singlet oksigen dan
oleh enzim-enzim inflamasi
mengubahnya ke bentuk triplet oksigen.
(inflammatory enzymes). Mekanisme
Mekanisme antioksidan dalam meng- penangkapan radikal bebas oleh
hambat oksidasi atau menghentikan reaksi antioksidan secara singkat dapat dilihat
berantai pada radikal bebas dari lemak melalui Gambar 6.
yang teroksidasi dapat disebabkan oleh
4 macam reaksi (Ketaren, 1986.), yaitu
(1) Pelepasan hidrogen dari antioksidan;
(2) Pelepasan elektron dari antioksidan;

59
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tumors. Current Opinion in Oncology,


Vol. 16 (6): 593 – 600.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional.
2015. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tumor Otak. Kementerian
Gambar 6. Mekanisme Kerja Anti- Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
oksidan Kosasih, E., T. Setiabudhi dan H.
Heryanto. 2004. Peran Antioksidan
SIMPULAN pada Lanjut Usia. Pusat Kajian
Pemanfaatan cincau hijau dalam Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta.
pengobatan tumor perlu dikaji lebih lanjut, Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan
mengingat potensinya sebagai penghasil Alami: Penangkal Radikal Bebas,
flavonoid. Flavonoid merupakan Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan dan
antioksidan yang berpotensi mencegah Pengolahan. Trubus Agrisarana.
radikal bebas, sehingga potensial Surabaya.
dimanfaatkan dalam pengobatan tumor. Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan
Alami: Penangkal Radikal Bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Trubus Agrisarana. Jakarta.
Alberts, B., D. Bray, J. Lewis, M. Raff, K. Kumar, V., R.S. Cotran, S.L. Robbins.
Roberts dan J.D. Watson. 1994. 2007. Robbins Volume 1: Buku Ajar
Molecular Biology of the Cell (3rd ed.). Patologi, Edisi 7. Buku Kedokteran
Garland Publishing. New York. EGC. Jakarta
Cook, L.J. dan J. Freedman. 2012. Brain Markham, K. 1998. Cara Mengidentifikasi
Tumors (Understanding Brain Diseases Flavonoid. ITB. Bandung.
and Disorders). The Rosen Publishing Muchtadi, D. 2013. Antioksidan Kiat
Group. New York. Sehat di Usia Produktif. Alfabeta.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Bandung.
Kebijakan Nasional Pengobatan Pitojo, S. 2008. Khasiat Cincau Perdu.
Tradisional. Jakarta. Yogyakarta. Kanisius.
Djam'an, Q. 2008. Pengaruh Air Perasan Priyono. 2007. Manfaat dan Kandungan
Daun Cincau Cyclea barbata Miers Daun Pepaya. Agromedia Pustaka.
(cincau hijau) terhadap Konsentrasi Jakarta.
HCl Lambung dan Gambaran Histo- Pusat Data dan Informasi Kementerian
patologik Lambung Tikus Galur Wistar Kesehatan RI. 2015. Situasi Penyakit
yang Diinduksi Acetylsalicylic Acid. Tumor. Kementerian Kesehatan
Tesis. Magister Ilmu Biomedik. Republik Indonesia. Jakarta.
Universitas Diponegoro. Semarang. Shodiq, A.M. 2012. Uji Aktivitas
Ginsberg, L. 2011. Lecture Note : Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun
Neurologi. Erlangga. Jakarta. Cincau Hijau Rambat dan Identifikasi
Harborne, J. 1987. Metode Fitokimia, Golongan Senyawa dari Fraksi yang
Edisi ke-2. Penerbit ITB. Bandung. Paling Aktif. Skripsi. Universitas
Kaal, E.C.A., dan C.J. Vecht. 2004. The Indonesia. Jakarta.
Management of Brain Edema in Brain

60
Santoso. 2017. Peran Flavonoid Cincau Hijau (Premna …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 53 – 61

Silalahi, J. 2006. Antioksidan dalam Diet 2004. Cytogenetic Characterization


dan Karsinogenesis. Cermin Dunia and fae1 Gene Variation in Progenies
Kedokteran, (153): 39 – 42. from Asymmetric Somatic Hybrids
Suryohudoyo, P. 1993. Oksidan, Between Brassica napus and Crambe
Antioksidan, dan Radikal Bebas. abyssinica. Genome, Vol. 47 (4): 724 –
Laboratorium Biokimia Fakultas 731.
Kedokteran. Universitas Airlangga. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan
Surabaya. Radikal Bebas, Potensi dan Apli-
Wang, Y.P., R.J. Snowdon, E. Rudloff, P. kasinya dalam Kesehatan. Kanisius.
Wehling, W. Friedt dan K. Sonntag. Jakarta.

61
TELAAH SISTEMATIS TERHADAP BASIS DATA BAHAN
ALAM UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK
SUPLEMEN HERBAL
Arli Aditya Parikesit*, Rizky Nurdiansyah dan David Agustriawan
Department of Bioinformatics, School of Life Sciences
Indonesia International Institute for Life Sciences
Jl. Pulomas Barat Kav 88 Jakarta 13210, Indonesia. Telp: +622129567888
*E-mail: arli.parikesit@i3l.ac.id
Diterima: 16/10/2017 Direvisi: 13/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Suplemen herbal merupakan produk yang sudah jamak ditemukan di pasaran, misalnya
kunyit putih yang dipercaya dapat menghambat kanker, sambong yang dipercaya dapat
mengobati luka, maupun buah merah Papua yang dipercaya dapat menghambat HIV
(AIDS). Penelitian kimia bahan alam terhadap tanaman/herbal dimulai dengan
pendekatan wet laboratory, terutama pada kajian biologi molekuler. Hanya saja, basis
teknik informatika yang menyajikan informasi mengenai landasan kimia bahan alam
dari produk herbal tersebut masih belum banyak diketahui. Information gap ini yang
harus segera dijembatani, sehingga informasi yang dihasilkan wet laboratory dapat
dikelola dengan baik. Kami melakukan telaah sistematis dan pencarian terhadap
literature melalui Google Scholars dan Pubmed terkait basis data bahan alam maupun
metode komputasi kandidat obat herbal. Basis data bahan alam untuk anotasi herbal
sudah tersedia baik di dalam maupun luar negeri. Basis data Indonesia diantaranya
adalah HerbalDB dari UI dan Basis data jamu dari IPB. Keduanya banyak terinspirasi
dari basis data Knapsack milik Jepang. Basis data buatan luar negeri yang sangat
intensif dikembangkan adalah Pengobatan Tradisional China (Traditional Chinese
Medicine (TCM)), diantaranya adalah TCM Database@Taiwan dari Taiwan dan
TCMID dari China. Fitur-fitur yang umumnya terdapat pada basis data tersebut adalah
anotasi struktur kimia, identitas taksonomi, maupun sifat fisiko-kimia . Dalam konteks
bioinformatika, basis data bahan alam sangat mendukung untuk pengembangan
suplemen pangan maupun obat karena dapat menjadi feeder data untuk simulasi
molekuler, seperti editing, penambatan, dan dinamika molekuler. Informasi utama yang
melengkapi basis data berasal dari data wet experimentation, seperti data instrumen
NMR, IR, dan UV-VIS. Informasi dari instrumentasi tersebut merupakan potongan
“puzzle” untuk mengkonstruksi struktur kimia dari senyawa bahan alam tersebut.
Kata kunci: Suplemen herbal, kimia bahan alam, basis data, metode komputasi,
bioinformatika
SYSTEMATIC REVIEW OF NATURAL PRODUCTS DATABASE FOR
HERBAL SUPPLEMENT PRODUCT DEVELOPMENT
ABSTRACT
Herbal supplements are products that are commonly found in the market, such as white
turmeric that is believed to inhibit cancer, sambong thought to treat wounds, or red
Papua fruit thought to inhibit HIV (AIDS). The chemical research of natural materials
on plants/herbs begins with a wet laboratory approach, especially in the study of

62
Parikesit et al. 2017. Telaah Sistematis terhadap Basis Data Bahan …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 62 – 68

molecular biology. However, the basis of informatics techniques that provide


information about the chemical foundation of natural ingredients from herbal products
is still not widely known. This information gap should be bridged immediately, so the
info produced wet laboratory can be appropriately managed. We conduct systematic
reviews and literature searches through Google Scholars and Pubmed by natural
materials data and computational methods of herbal medicine candidates. Natural
products database for herbal annotations is available both at home and abroad.
Indonesian databases include HerbalDB from UI and Database of herbal medicine
from IPB. Both are much inspired from Japan's Knapsack database. The highly
developed foreign-made database is Traditional Chinese Medicine (TCM), among them
TCM Database@Taiwan from Taiwan and TCMID from China. The features commonly
found in the database are chemical structure annotations, taxonomic identities, and
physicochemical properties. In the context of bioinformatics, the database of natural
products actively supports the development of food supplements as well as drugs as it
can be a data feeder for molecular simulations, such as molecular docking and
molecular dynamics. The primary information complementing the database comes from
wet experimentation data, such as NMR, IR, and UV-VIS instrument data. Data from
the instrumentation is a piece of "puzzle" to construct the chemical structure of the
compound of the natural products.
Keywords: herbal supplement, natural product chemistry, database, computational
methods, bioinformatics

PENDAHULUAN begitu banyaknya data wet laboratory


experiment, seperti informasi struktur dari
Pengembangan suplemen herbal instrumen NMR, IR, dan UV-VIS, namun
merupakan alternatif yang sangat baik belum banyak upaya untuk mengolah
terhadap obat dan suplemen berbasis informasi tersebut kedalam basis data
sintetik, karena memberikan harapan yang terintegrasi, sebagai landasan bagi
terhadap kesehatan. Hanya saja, operasi simulasi molekular selanjutnya. Di
pengembangan suplemen herbal juga Amerika Serikat, sudah tersedia basis data
seyogyanya mengadopsi ilmu farmakologi bagi struktur kimia lead compound , yaitu
maupun toksikologi modern, sehingga PubChem di https://pubchem.ncbi.nlm.
memiliki basis ilmiah yang kuat. Di era nih.gov/ (Kim et al., 2016). Namun,
molekuler ini, ilmu farmakologi telah PubChem tidak secara khusus
mendapatkan dukungan yang kuat dari menganotasi senyawa bahan alam dan
kajian komputasi saintifik, terutama dari merupakan basis data yang lebih umum
kajian bioinformatika (Whittaker, 2003). untuk struktur kimiawi. Diperlukan basis
Sebagai bagian dari kajian komputasi data yang lebih spesifik untuk herbal,
saintifik, bioinformatika adalah ilmu namun lebih lengkap dalam cakupannya
multi-displiner yang merupakan gabungan tersebut.
antara ilmu biologi dan ilmu teknik
informatika (Claverie dan Notredame, Tujuan telaah sistematis ini adalah
2011). Sebagai ilmu bantu yang juga mengkaji feasibilitas basis data spesifik
mengolah data herbal, bioinformatika herbal untuk digunakan pada pengolahan
bertugas untuk mengembangkan basis data simulasi molekular. Kajian ini
data handal untuk menganotasi informasi dilakukan antara Maret sampai September
terkait kimia bahan alam dari tanaman 2017
tersebut. Problem utama yang dihadapi
oleh peneliti kimia bahan alam adalah

63
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

BASIS DATA BAHAN ALAM bioaktif dalam format SMILE atau MOL
INDONESIA dapat diunduh ke komputer kita.
Basis data Fitofarmaka sudah
disediakan oleh Fakultas Farmasi dan Kemudian, IPB dan Nara Institute of
Ilmu Komputer di Universitas Indonesia Science and Techology (NAIST) juga
(Yanuar et al., 2011) (Gambar 1). Pada mengembangkan basis data jamu. Basis
basis data tersebut, mereka menganotasi data ini juga melakukan mirroring dengan
senyawa bahan alam yang asli dari basis data knapsack milik NAIST (Afendi
Indonesia. Jika kita diberikan akses ke et al., 2016; Afendi et al., 2012)
basis data, maka data struktur senyawa (Gambar 2).

Gambar 1. Basis data HerbalDB milik Farmasi dan Fasilkom UI


http://herbaldb.farmasi.ui.ac.id/v3/index.php?v=kontensenyawa

64
Parikesit et al. 2017. Telaah Sistematis terhadap Basis Data Bahan …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 62 – 68

Gambar 2. Basis data “JAMU” of Knapsack milik IPB dan NAIST http://kanaya.naist.
jp/jamu/top.jsp

BASIS DATA BAHAN ALAM CHINA merupakan basis data yang cukup
DAN TAIWAN komprehensif, karena memiliki fitur
penambatan molekul, dan advanced
Basis data bahan alam yang paling search (Chen et al., 2011).
ekstensif dari luar negeri adalah milik
China dan Taiwan. Tidak jauh berbeda Tidak jauh berbeda dengan
dengan Knapsack, mereka mengem- TCM@Taiwan yang dimiliki negara
bangkan sistem pencaharian terhadap Taiwan, China juga memiliki basis data
anotasi bahan alam herbal yang ada, herbal sendiri, yaitu TCMID (Tradional
termasuk juga mengunduh struktur kimia Chinese Medicine Integrated Database)
bahan alam dalam format SMILE atau (Xue et al., 2013). Basis data TCMID
MOL. Basis data TCM@Taiwan memiliki statistic data yang menunjukkan
(Traditional Chinese Medicine @ Taiwan) konten basis data tersebut.

65
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Gambar 3. Basis data TCM@Taiwan milik negara Taiwan http://tcm.cmu.edu.tw/

Gambar 4. Basis data TCMID milik China http://www.mega bionet.org/tcmid/


KOMPUTASI DAN SIMULASI DATA digunakan adalah penambatan molekul,
BAHAN ALAM dinamika molekul, dan ADME-TOX
(Adsorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Basis data bahan alam sudah umum Toksikologi) (Durrant dan McCammon,
digunakan sebagai sumber data untuk 2011; Ma et al., 2011; Valerio, 2009).
simulasi molekuler. Metode simulasi yang

66
Parikesit et al. 2017. Telaah Sistematis terhadap Basis Data Bahan …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 62 – 68

Penambatan molekul adalah metode untuk Teknologi Informasi I3L atas bantuan
mengetahui feasibilitas interaksi infrastruktur komputasi kepada kami.
thermodinamis antara ligand, dalam hal
ini senyawa bahan alam, dengan protein. DAFTAR PUSTAKA
Dinamika molekul adalah metode untuk
Afendi, F.M., R. Heryanto, L.K.
mengkaji interaksi thermodinamis dengan
Darusman, N.H.A. Syahrir, R. Bakri,
fungsi waktu pada ligand, dalam hal ini
dan N. Qomariasih. 2016. Jamu
senyawa bahan alam, dan protein. ADME-
Informatics: A New Perspective in
TOX adalah simulasi molekuler yang
Jamu Research. CICSJ Bull., Vol. 34
dilakukan untuk mengkaji toksisitas dan
(2). Division of Chemical Information
farmakologi dari kandidat obat tersebut.
and Computer Sciences The Chemical
Struktur kimia bahan alam dari berbagai
Society of Japan: 47. doi: 10.11546/
basis data tersebut telah digunakan untuk
cicsj.34.47.
pengembangan kandidat obat HIV/AIDS,
Afendi, F.M., T. Okada, M. Yamazaki, A.
Influenza, dan kanker serviks (Parikesit et
Hirai-Morita, Y. Nakamura, K.
al., 2016; Syahdi et al., 2012; Tambunan
Nakamura, S. Ikeda, H. Takahashi, M.
et al., 2017). Protein tertentu, seperti
Altaf-UI-Amin, L.K. Darusman, K.
neuraminidase influenza, diketahui meru-
Saito dan S. Kanaya. 2012. KNApSAcK
pakan target yang optimal untuk kelas
Family Databases: Integrated
bahan alam tertentu seperti senyawa
Metabolite-Plant Species Databases
fenolik dan isoprenoid (Grienke et al.,
for Multifaceted Plant Research. Plant
2012). Kedepannya, aplikasi ‘big data’
Cell Physiol. Vol. 53 (2): e1. doi: 10.
dan komputasi awan diperlukan untuk
1093/pcp/pcr165.
menentukan interaksi antara gen dengan
Chen, C.Y.C., S. Li, D. Benson, E. Bolton
senyawa bahan alam, karena diperlukan
dan S. Bryant. 2011. TCM
daya komputasi besar untuk melakukan
Database@Taiwan: The World’s
klafisikasi klaster interaksi gen-senyawa
Largest Traditional Chinese Medicine
tersebut (Medema dan Fischbach, 2015;
Database for Drug Screening in Silico.
Doroghazi et al., 2014).
Edited by A. Hofmann. PLoS One 6
SIMPULAN (1). Blue Poppy Press: e15939. doi:
10.1371/journal.pone.0015939.
Basis data bahan alam, sebagai Claverie, J.M. dan C. Notredame. 2011.
instrument untuk mengakomodasi Bioinformatics for Dummies. Wiley.
‘ledakan’ data dari wet laboratory http://books.google.co.id/books?id=4T
experiment atau eksperimen laboratoris w0aZBnBLEC.
dalam kimia bahan alam, sangat Doroghazi, J.R., J.C. Albright, A.W.
akomodatif terhadap anotasi dan Goering, K.S. Ju, R.R. Haines, K.A.
pengolahan data untuk penelitian Tchalukov, D.P. Labeda, N.L. Kelleher
bioinformatika lebih lanjut. dan W.W. Metcalf. 2014. A Roadmap
for Natural Product Discovery Based
UCAPAN TERIMA KASIH on Large-Scale Genomics and
Metabolomics. Nat. Chem. Biol. Vol.
Terima kasih kami haturkan kepada
10 (11): 963 – 8. doi: 10.1038/
Bapak Surjawan, Ph.D selaku ketua
nchembio.1659.
LPPM I3L dan Hibah Penelitian Berbasis
Durrant, J.D. dan J.A. McCammon. 2011.
Kompetensi DIKTI 2017 No: 3965/E3.1/
Molecular Dynamics Simulations and
UND/2017 yang telah memberikan
Drug Discovery. BMC Biol., Vol. 9:
support kepada kami. Terima kasih juga
71. doi: 10.1186/1741-7007-9-71.
kami haturkan kepada Departemen
Grienke, U., M. Schmidtke, S. von
Grafenstein, J. Kirchmair, K.R. Liedl

67
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dan J.M. Rollinger. 2012. Influenza doi: 10.6026/97320630081206.


Neuraminidase: A Druggable Target Tambunan, U.S.F., A.A. Parikesit, M.A.
for Natural Products. Nat. Prod. Rep., F. Nasution, A. Hapsari dan D. Kerami.
Vol. 29 (1): 11 – 36. doi: 10.1039/c1np 2017. Exposing the Molecular
00 053e. Screening Method of Indonesian
Kim, S., P.A. Thiessen, E.E. Bolton, J. Natural Products Derivate as Drug
Chen, G. Fu, A. Gindulyte, L. Han, J. Candidates for Cervical Cancer
He, S. He, B.A. Shoemaker, J. Wang, (Summer 2017). Iran. J. Pharm. Res.,
B. Yu, J. Zhang dan S.H. Bryant. 2016. Vol. 16 (3): 1113 - 1127. http://ijpr.
PubChem Substance and Compound sbmu.ac.ir/article_2088.html.
Databases. Nucleic Acids Res., Vol. 44 Valerio, L.G. 2009. In Silico Toxicology
(D1): D1202 – D1213. doi: 10.1093/ for the Pharmaceutical Sciences.
nar/gkv951. Toxicol. Appl. Pharmacol., Vol. 241
Ma, D.L., D.S.H. Chan dan C.H. Leung. (3): 356 – 70. doi: 10.1016/j.taap.2009.
2011. Molecular Docking for Virtual 08.022.
Screening of Natural Product Whittaker, P.A. 2003. What Is the
Databases. Chem. Sci., Vol. 2 (9). The Relevance of Bioinformatics to
Royal Society of Chemistry: 1656. doi: Pharmacology?. Trends in
10.1039/c1sc00152c. Pharmacological Sciences., Vol. 24 (8):
Medema, M.H. dan M.A. Fischbach. 434 - 9. doi: 10.1016/S0165-6147(03)
2015. Computational Approaches to 00197-4.
Natural Product Discovery. Nat. Xue, R., Z. Fang, M. Zhang, Z. Yi, C.
Chem. Biol., Vol. 11 (9): 639 – 48. Wen, dan T. Shi. 2013. TCMID:
NIH Public Access. doi: 10.1038/ Traditional Chinese Medicine
nchembio.1884. Integrative Database for Herb
Parikesit, A.A., B. Ardiansah, D.M. Molecular Mechanism Analysis.
Handayani, U.S.F. Tambunan dan D. Nucleic Acids Res., Vol. 41 (D1):
Kerami. 2016. Virtual Screening of D1089 – D1095. Springer, New York.
Indonesian Flavonoid as doi: 10.1093/nar/gks1100.
Neuraminidase Inhibitor of Influenza a Yanuar, A., A. Mun’im, A.B.A. Lagho,
Subtype H5N1. IOP Conf. Ser. Mater. R.R. Syahdi, M. Rahmat dan H.
Sci. Eng., Vol. 107 (1): 12053. IOP Suhartanto. 2011. Medicinal Plants
Publishing doi: 10.1088/1757-899X/ Database and Three Dimensional
107/1/012053. Structure of the Chemical Compounds
Syahdi, R.R., A. Mun’im, H. Suhartanto from Medicinal Plants in Indonesia.
dan A. Yanuar. 2012. Virtual Screening Biomolecules. Int. J. Comput. Sci.
of Indonesian Herbal Database as Vol. 8 (5): 180 – 183. http://arxiv.org/
HIV-1 Reverse Transcriptase Inhibitor. abs/ 1111.7183.
Bioinformation, Vol. 8 (24): 1206 – 10.

68
PERTUMBUHAN TALAS BENTUL TETRAPLOID DAN
DIPLOID PADA MEDIA PERBANYAKAN,
AKLIMATISASI DAN KONFIRMASI
TINGKAT PLOIDI
Dyah Retno Wulandari1*, Ratih Kusuma Ningrum2, Aida Wulansari1
dan Tri Muji Ermayanti1
1
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Jl. Raya Bogor KM 46 Cibinong Bogor 16911
2
Departemen Biologi FMIPA-IPB
Jl. Agathis-Kampus Darmaga Bogor 16680
*E-mail: dyahwulandari@yahoo.com
Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 14/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Induksi poliploidi secara in vitro pada talas kultivar Bentul perlu dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas, menciptakan genotipe toleran kekeringan dan
meningkatkan ketahanan terhadap hama penyakit. Oleh karena itu perlu diketahui
pertumbuhannya pada media perbanyakan, daya hidupnya pada tahap aklimatisasi dan
stabilitas tingkat ploidinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan
tunas tetraploid pada media perbanyakan, daya tumbuh pada proses aklimatisasi di
rumah kaca serta uji kestabilan tingkat ploidi. Talas diploid dipergunakan sebagai
kontrol. Percobaan perbanyakan tunas dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap
pada media optimal dengan 15 ulangan, pertumbuhan tunas dicatat pada minggu ke-6.
Aklimatisasi planlet dilakukan juga dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan
9 ulangan dan pertumbuhannya dicatat setiap minggu hingga minggu ke-6. Konfirmasi
tingkat ploidi dilakukan dengan alat flowsitometer dan jumlah kromosom diamati dari
sel-sel meristem ujung akar planlet dengan metode squashing. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 2 klon talas Bentul tetraploid memiliki kemampuan multiplikasi
tunas lebih rendah dibandingkan dengan klon diploidnya pada media perbanyakan,
namun daya adaptasi planlet dalam proses aklimatisasi tetap tinggi. Konfirmasi tingkat
ploidi dengan flowsitometer dan squashing menunjukkan bahwa kedua klon tersebut
tetap stabil tetraploid.
Kata kunci: Aklimatisasi, pertumbuhan, squashing, talas Bentul, tetraploid
GROWTH OF TALAS BENTUL TETRAPLOID AND DIPLOID AT SHOOT
MULTIPLICATION MEDIUM, ACCLIMATIZATION
AND PLOIDY LEVEL CONFIRMATION
ABSTRACT
In vitro induction of polyploidy on taro cultivars Bentul needs to be developed to
increase productivity, create drought tolerant genotype and increase in pest resistance.
Therefore, it is necessary to find out the shoot growth in thes multiplication media,
survival rate at acclimatization stage, and stability of the ploidy level. This study was
aimed to determine growth of tetraploid taro shoots on multiplication media, survival
rate at acclimatization stage in the greenhouse as well as the level of their ploidy.
Experiment on shoot multiplication was performed by Completely Randomized Design

69
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

on optimal media with 15 replicates, its growth was recorded 6 weeks after culture. The
plantlet acclimatization was performed by Completely Randomized Design using
9 replications, its growth was recorded weekly and survival rate was observed at week
6. Analysis of ploidy level was performed by flowcytometer and the number of
chromosomes was observed from meristem root tip cells by squashing method. The
results showed that 2 genotypes of tetraploid taro Bentul had lower shoot multiplication
ability compared to the diploid one, however, the survival rate of the planlets at the
acclimation stage remained high. Ploidy level analysis using flowcytometer and
squashing showed that all genotypes remained tetraploid.
Keywords: acclimatization, growth, squashing, taro cv. Bentul, tetraploid

PENDAHULUAN Talas Bentul merupakan salah satu


kultivar talas genjah karena dapat dipanen
Program penganekaragaman konsumsi pada umur 7 bulan, dengan berat umbi
pangan digunakan pemerintah sebagai dapat mencapai 3 kg. Talas ini lebih
dasar pemantapan ketahanan pangan disukai petani karena jumlah anakan lebih
untuk peningkatan kualitas Sumber Daya sedikit meskipun jumlah stolon agak
Manusia (SDM) dan pelestarian Sumber banyak, sehingga lebih mudah pera-
Daya Alam (SDA) seperti tertuang pada watannya di lapangan. Rasa umbi enak,
Permentan No. 12/KPTS/KN.210/K/ tekstur daging umbi cukup bagus, agak
02/2016 tentang petunjuk teknis gerakan tahan penyakit namun rentan terhadap
percepatan penganekaragaman konsumsi serangan hama daun dan penyakit busuk
pangan tahun 2016. umbi. Kultivar ini juga mudah beradaptasi
(Prana dan Kuswara 2002).
Komoditas lokal yang penting sebagai
sumber karbohidrat adalah tanaman umbi- Penanganan hama dan penyakit serta
umbian. Salah satu tanaman umbi-umbian peningkatan produksi merupakan target
bernilai strategis yang mulai dikem- dalam bidang pertanian nasional, ter-
bangkan di beberapa daerah di Indonesia masuk di dalamnya tanaman talas.
adalah talas (Walujo, 2011). Pengembangan bibit talas unggul tahan
serangan hama, penyakit dan cekaman
Umbi talas dapat dimanfaatkan secara
lingkungan serta berproduksi tinggi dapat
langsung dengan direbus atau digoreng,
dilakukan dengan pendekatan Bio-
daun dan batang talas dapat dimanfaatkan
teknologi, antara lain melalui poli-
sebagai sayur (Rauf dan Lestari, 2009;
ploidisasi secara in vitro.
Damayanti, 2009; Rudyatmi dan Rahayu,
2014). Umbi talas juga dapat diolah Tanaman poliploid memiliki karakter
menjadi tepung yang kemudian dapat fenotipik yang lebih beragam dari
diolah sebagai pangan pokok mensub- populasi tanaman hibrida hasil per-
stitusi beras dan terigu sebagai sumber silangan. Karakter tersebut dapat
karbohidrat. Melalui teknologi pengolahan diwujudkan dalam bentuk perubahan
pangan dapat dikembangkan “nasi non- karakter biokimia, fisiologis, morfologis
beras” yang dapat disandingkan dengan dan ekologis yang lebih menguntungkan.
“nasi beras” sebagai menu makanan Karakter ini berbeda untuk setiap individu
sehari-hari serta mendukung pengemb- tanaman (Soltis et.al., 2015).
angan pengolahan tepung lokal menjadi
pangan ”intermediate” (Permentan No. Poliploidisasi juga telah diterapkan
12/KPTS/KN.210/K/02/2016). pada tanaman berumbi lainnya.
Poliploidisasi telah berhasil meningkatkan
ketahanan terhadap hama, penyakit dan

70
Wulandari et al. 2017. Pertumbuhan Talas Bentul (Colocasia esculenta …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 69 – 76

cekaman lingkungan serta meningkatkan Induksi tahap awal tunas talas Bentul
produksi, seperti pada bawang (Suminah poliploid dengan perlakuan orizalin 7.5 –
et al. 2002) dan singkong (Nassar et.al., 75 µm selama 3 hari menghasilkan tunas
2008). dengan berbagai tingkat ploidi (Martin
et.al., 2014). Orizalin konsentrasi 60 µm
Karakteristik pertumbuhan setiap klon menghasilkan tunas tetraploid terbanyak
talas Bentul tetraploid yang telah (50%). Tunas poliploid berhasil hidup
dihasilkan oleh Martin et.al., (2014) dan 100% pada media perbanyakan optimal,
Wulansari et.al., (2016), harus dapat namun semakin tinggi konsentrasi orizalin
terinventarisasi dan terkonfirmasi kesta- yang diterapkan, maka terjadi menu-
bilan tingkat ploidinya untuk pemetaan runkan tingkat proliferasi tunas, panjang
potensi. Induksi talas Bentul tetraploid petiol, jumlah daun dan jumlah akar
telah dilakukan dengan menggunakan (Wulansari et al., 2016).
eksplan potongan tunas talas in vitro.
Oleh karena itu, perlu dilakukan
Induksi kultur talas pada 11 kultivar konfirmasi karakter pertumbuhan tunas
yang berbeda telah dilakukan oleh Imelda talas Bentul tetraploid dari berbagai klon
et al., (1992) dari eksplan mata tunas yang yang telah disubkultur berulang.
tumbuh pada pangkal batang. Respon Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tumbuh berbeda untuk setiap kultivar pertumbuhan tunas dari 2 klon talas
yaitu tingkat perbanyakan tunasnya dan Bentul tetraploid dibandingkan talas
pembentukan kalus embrio somatik. Bentul diploid pada media perbanyakan,
Talas Bentul berhasil membentuk 7 tunas daya tumbuh pada proses aklimatisasi di
anakan selama 6 – 8 minggu pada media rumah kaca serta uji kestabilan tingkat
MS yang ditambahkan 1 – 2 mg.L-1 BAP ploidi. Penelitian ini berkontribusi
atau 3 – 4 mg.L-1 Kinetin dan 0.1 mg.L-1 terhadap ketersediaan bibit talas Bentul
NAA. Faktor utama penentu keberhasilan unggul dalam jumlah banyak, berke-
aklimatisasi planlet talas adalah lanjutan, level ploidi stabil dan siap
kelembaban. ditanam di lapangan.
Peningkatan multiplikasi tunas talas METODE
Bentul dilakukan dengan penambahan
Thiamin 1 mg.L-1 dan Adenin 2 mg.L-1 Penelitian dilakukan di Laboratorium
pada media MS dengan 2 BAP mg.L-1. Biak Sel dan Jaringan Tanaman-Pusat
Media tersebut merupakan media optimal Penelitian Bioteknologi LIPI. Dua klon
untuk perbanyakan tunas talas Bentul, talas tetraploid 10.3.3, dan 12.2.2
karena mampu menggandakan tunas dibandingkan dengan talas kontrol
menjadi 4 kali dalam waktu 1 bulan diploid. Perbanyakan tunas dilakukan
(Wulansari et.al., 2014). dengan Rancangan Acak Lengkap pada
media optimal (Wulansari et. al., 2014)
Jumlah kromosom talas yang pernah dengan 15 ulangan, pertumbuhannya
dilaporkan adalah adalah 2n = 22, 26, 28, dicatat pada minggu ke 6. Semua kultur
38 dan 42. Perbedaan jumlah tersebut diikubasikan di dalam ruang kultur
dimungkinkan karena adanya perilaku dengan suhu 26 – 27 oC dengan
kromosom yang tidak normal pada saat penyinaran kontinyu. Data pertumbuhan
pembelahan sel. Jumlah kromosom yang dianalisis dengan analisis ragam. Apabila
umum dilaporkan adalah 2n = 28 atau 42 berbeda nyata dilanjutkan dengan uji
(Onwueme, 1999). Talas tetraploid Duncan.
diharapkan memiliki jumlah kromosom
yang mengganda dari tetua diploidnya. Aklimatisasi planlet dilakukan juga
dengan Rancangan Acak Lengkap

71
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

menggunakan 9 ulangan dan pertum- panan hingga proses pewarnaan


buhannya dicatat setiap minggu hingga kromosom akan dilakukan. Pewarnaan
minggu ke-6. Aklimatisasi dilakukan dilakukan dengan merendam ujung akar
dengan menanam planlet talas pada media (0.5 mm) dalam larutan pewarna Aceto
tanam berupa campuran tanah, kompos orcein 2%. Ujung akar tersebut,
dan sekam dengan perbandingan 3:1:1/2 diletakkan pada kaca preparat dan ditutup
bagian. Aklimatisasi menggunakan pot menggunakan kaca objek, kemudian akar
plastik berdiameter 8 cm. Untuk menjaga ditekan (squashing) menggunakan ibu jari
kelembaban maka setiap pot disungkup dan diketuk-ketuk menggunakan batang
dengan plastik bening. Pot tersebut korek api atau penghapus yang ada pada
diletakkan di rumah kaca. ujung pensil. Preparat diamati di bawah
mikroskop cahaya.
Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan
dengan alat flowsitometer (CyFlow (R) HASIL DAN PEMBAHASAN
Space, Partec, Germany). Bahan tanaman
yang digunakan adalah daun ketiga dari Pertumbuhan Tunas Talas Bentul
pucuk tanaman talas Bentul. Analisis Diploid dan Tetraploid Pada Media
menggunakan metode yang dikem- Perbanyakan Optimal
bangkan untuk pisang (Doleel et al. 2004).
Pertumbuhan 2 klon tunas talas Bentul
Daun dipotong dengan ukuran sekitar
tetraploid yaitu 10.3.3, dan 12.2.2
0.4 cm2, kemudian dicacah dengan bufer
dibandingkan dengan tunas talas diploid
ekstraksi menggunakan pisau silet. Cairan
(kontrol) berbeda. Pada umur 6 minggu,
ekstraksi disaring menggunakan saringan
talas tetraploid lebih pendek dibandingkan
nilon berukuran pori 30 µm dan diwarnai
dengan talas diploid (Gambar 1).
dengan pewarna fluorescen yaitu
Propidium Iodida (Partec, Jerman). Pada
histogram yang dihasilkan flowsitometer,
posisi puncak G0/G1 pada channel 200
ditetapkan sebagai posisi puncak diploid.
Tunas tetraploid diidentifikasi dengan
dihasilkannya puncak pada channel 400.
Jumlah kromosom diamati dari sel-sel A B C
meristem di ujung akar planlet talas
dengan metode squashing (Karp, 1991). Gambar 1. Kultur in vitro talas Bentul
Ujung akar terpilih, dipotong sepanjang 1 umur 6 minggu (A) Diploid,
– 1.5 cm kemudian direndam dalam (B) Tetraploid 10.3.3,
larutan jenuh PDB selama 3 jam. Setelah (C) Tetraploid 12.2.2)
itu, ujung akar dibilas dengan akuades Hasil analisis ragam terhadap jumlah
sebanyak 3 kali. Ujung akar difiksasi anakan, jumlah daun, panjang petiol dan
dalam larutan asam asetat : ethanol (1:3) jumlah akar talas tetraploid pada umur 6
selama 1 malam. Setelah fiksasi selama 1 minggu berbeda nyata dengan talas
malam, ujung akar dibilas dengan akuades diploid. Dan 2 klon talas Bentul tetraploid
sebanyak 3 kali. Ujung akar kemudian memiliki laju pertumbuhan tunas yang
direndam dalam larutan etanol 70% dan tidak berbeda nyata (Tabel 1).
disimpan dalam kulkas untuk penyim-

72
Wulandari et al. 2017. Pertumbuhan Talas Bentul (Colocasia esculenta …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 69 – 76

Tabel 1. Hasil Analisis Ragam pada Perbanyakan Tunas Talas Bentul dalam Media
Tumbuh Optimal (Umur 6 Minggu)
Jumlah Jumlah Panjang Petiol Jumlah
Klon
Anakan Daun (cm) Akar
Diploid 4.80a 3.40a 4.02a 4.60a
Tetraploid 10.3.3 0.66b 1.20b 3.22b 0.06b
Tetraploid 12.2.2 0.40b 1.26b 2.20c 0.06b
Nilai yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda nyata
(P=0.5) berdasarkan uji DMRT
Perbedaan pertumbuhan tunas tetra- pembesaran dan siap dijadikan bibit untuk
ploid dengan diploid, sesuai dengan hasil ditanam di lapangan.
penelitian terdahulu yang menyatakan
bahwa pada umur 4 minggu, semakin Tahap aklimatisasi merupakan tahap
tinggi tingkat ploidi mengakibatkan penting dalam perbanyakan in vitro.
pertumbuhan dan morfologi tunas menjadi Perubahan kondisi lingkungan tumbuh
tidak normal (Wulansari et.al., 2016). berubah secara bertahap dari lingkungan
Perbedaan pertumbuhan tunas pada buatan menuju lingkungan alami. Kondisi
tanaman yang memiliki tingkat ploidi planlet harus dipastikan optimal agar
lebih tinggi, diakibatkan oleh reorganisasi mampu bertahan hidup dalam lingkungan
dan restrukturisasi genom tanaman ex vitro, sehingga harus dipastikan metode
poliploid sehingga mengakibatkan aklimatisasi sesuai dengan jenis
berubahnya pola ekspresi gen (Soltis, tanamannya (Clapa et.al., 2013).
2015).
Tabel 2. Hasil Analisis Ragam
Pertumbuhan Planlet Talas Bentul Pertumbuhan Planlet
Diploid dan Tetraploid pada Tahap Talas Bentul pada Tahap
Aklimatisasi Aklimatisasi (Umur
6 Minggu)
Hasil analisis ragam terhadap jumlah Klon Jumlah Panjang
daun pada umur planlet 6 minggu, Daun Petiol
menunjukkan bahwa pertumbuhan planlet (helai) (cm)
talas Bentul tetraploid klon 12.2.2 berbeda Diploid 2.44b 8.66a
nyata dengan talas Bentul diploid, namun Tetraploid 10.3.3 2.66ab 8.01a
jumlah daun planlet talas klon 10.3.3. Tetraploid 12.2.2 3.22a 6.80a
tidak berbeda nyata dengan talas diploid Nilai yang diikuti huruf yang berbeda
maupun tetraploid klon 12.2.2. Sedangkan pada kolom yang sama berarti berbeda
uji statistik terhadap panjang petiol nyata (P=0.5) berdasarkan uji DMRT
menunjukkan bahwa pertumbuhan planlet
2 klon talas Bentul tetraploid tidak
berbeda nyata dengan talas Bentul diploid
(Tabel 2).
Pertumbuhan planlet pada fase
aklimatisasi umur 6 minggu, ditampilkan A B C
dalam Gambar 2. Pertumbuhan planlet Gambar 2. Aklimatisasi talas Bentul
tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan umur 6 minggu
bahwa planlet tetraploid mampu (A) Diploid, (B) Tetraploid
beradaptasi pada lingkungan ex vitro 10.3.3, (C) Tetraploid
sehingga dapat dilanjutkan untuk tahap 12.2.2)

73
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Konfirmasi Kestabilan Tingkat Ploidi 2 klon talas tetraploid yang dianalisis


dengan Alat Flowsitometer memiliki tingkat ploidi yang stabil setelah
subkultur berulang.
Hasil analisis tingkat ploidi masing-
masing jenis talas menggunakan Stabilitas tingkat ploidi dari generasi ke
flowsitometer ditampilkan dalam bentuk generasi menjamin stabilitas sifat
histogram, dengan sumbu x adalah fenotipik klon talas hasil manipulasi sel
kandungan DNA dan sumbu y adalah somatik dengan orizalin. Karena genom
jumlah inti sel yang teramati. Semakin tanaman poliploid masih dapat mengalami
besar kandungan DNA berarti tingkat perubahan karena ketidakstabilan
ploidi semakin tinggi (Gambar 3). kromosom sesaat setelah duplikasi genom
Kandungan DNA klon talas diploid (Soltis et al., 2015). Costich et.al., 2010
berada di channel 200 dan talas tetraploid merekomendasikan metode analisis
berada di channel 400 (2 kali lipat). Hal kestabilan kromosom dengan
ini membuktikan bahwa jumlah flowsitometer harus dilengkapi dengan
kromosom talas tetraploid adalah 2 kali penghitungan kromosom dari semua
lipat jumlah kromosom talas diploid. kisaran ukuran genom.

A B

Gambar 3. Histogram hasil analisis tingkat ploidi dengan flowsitometer pada talas
Bentul (A. Diploid, B. Tetraploid 10.3.3, C. Tetraploid 12.2.2)

Konfirmasi Stabilitas Tingkat Ploidi kromosom dalam fase metafase


dengan Metode Squashing (Gambar 4). Pada fase ini, kromosom
tersebar pada bidang ekuator sel,
Hasil analisis stabilitas ploidi dengan kromosom menebal, memendek dan
metode squashing, menghasilkan foto mampu menyerap warna merah dari

74
Wulandari et al. 2017. Pertumbuhan Talas Bentul (Colocasia esculenta …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 69 – 76

orcein dengan baik, sehingga pada fase dibandingkan 2 klon talas tetraploid. Dari
ini jumlah kromosom paling mudah jumlah kromosom tersebut telah dibuk-
untuk dihitung (Karp, 1991). tikan bahwa 2 klon tetraploid tetap stabil
tingkat ploidinya.
Gambar 4 menunjukkan jumlah
kromosom talas diploid lebih sedikit

A B C

Gambar 4. Kromosom talas Bentul pada fase metafase, dilihat dengan mikroskop
cahaya pada perbesaran 400 kali. ( A. Diploid, B. Tertraploid 10.3.3, C.
Tetraploid 12.2.2)

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Pada media perbanyakan optimal dua Costich, D.E., B. Friebe, M.J. Sheehan,
klon talas Bentul tetraploid memiliki M.D. Casler and E.S. Buckler. 2010.
kemampuan multiplikasi tunas lebih Genome-size Variation in Switchgrass
rendah dibandingkan dengan klon (Panicum virgatum): Flow Cytometry
diploidnya, namun daya adaptasi planlet and Cytology Reveal Rampant
selama proses aklimatisasi tetap tinggi. Aneuploidy. The Plant Genome, Vol. 3
Analisis kestabilan tingkat ploidi dengan (3): 130 – 141.
flowsitometer maupun squashing menun- Clapa, D., A. Fira and N. Joshee. 2013. An
jukkan bahwa klon tersebut tetap stabil Efficient Ex Vitro Rooting and
tetraploid. Namun peningkatan kemam- Acclimatization Method for
puan multiplikasi tunas talas Bentul Horticultural Plants Using Float
tetraploid secara in vitro masih harus Hydroculture. HortScience., Vol. 48
dilakukan melalui modifikasi komposisi (9): 1159 – 1167.
media perbanyakan. Damayanti, F. 2009. Karakterisasi
Morfologi dan Analisis Jumlah
UCAPAN TERIMA KASIH Kromosom Beberapa Plasma Nutfah
Talas Asal Kabupaten Kutai Barat
Ucapan terima kasih disampaikan
Kalimantan Timur. Majalah Ilmiah
kepada Evan Maulana, Lutvinda
Faktor Juli-Agustus 2009. Hal: 11 –
Ismanjani, Meta Irliyanti dan Hoerudin
19.
atas bantuannya dalam pembuatan media,
Doleel, J., M. Valárik, J. Vrána, M.A.
pemeliharaan kultur in vitro dan
Lysák, E. Hөibová, J. Bartoš, N.
pemeliharaan tanaman di Rumah Kaca.
Gasmanová, M. Doleelová, J. Šafáө
Terimakasih disampaikan pula kepada
and H. Šimková. 2004. Molecular
Andri Fadillah Martin, M.Si. untuk
Cytogenetics and Cytometry of
analisis tingkat ploidi dengan
Bananas (Musa spp.). In Banana
flowsitometer. Penelitian ini didanai oleh
Improvement: Cellular, Molecular
kegiatan DIPA Pusat Penelitian
Biology, and Induced Mutation.
Bioteknologi LIPI tahun anggaran 2016-
Plymouth, UK, Science Publishers.
2017.
Hal. 229 – 244.

75
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Imelda, M., T.M. Ermayanti dan S. menunjang Ketahanan Pangan


Atmowidjojo. 1992. Perbanyakan Nasional. Medikom Pustaka Mandiri.
Talas (Colocasia esculenta L. Rauf, A.W. dan M.S. Lestari. 2009.
SCHOTT) secara In Vitro. Prosiding Komoditas Pangan Lokal Sebagai
Seminar Hasil Penelitian dan Sumber Pangan Alternatif di Papua.
Pengembangan Bioteknologi. Bogor, Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 28 (2):
11 – 12 Februari 1992. Hal: 227 – 233. 54 – 62.
Karp, A. 1991. Cytological Techniques. Rudyatmi, E. dan E.S. Rahayu. 2014.
Plant Cell Culture Manual. Kluwer Karakterisasi Talas Lokal Jawa Tengah
Academic Publishers. Hal: 503 – 515. (Identifikasi Sumber Plasma Nutfah
Kementerian Pertanian RI. 2016. sebagai Upaya Konservasi Tanaman
Keputusan Menteri Pertanian Republik Pangan Alternatif). Jurnal Sain dan
Indonesia Nomor 12/Kpts/Kn.210/K/ Teknologi, Vol. 12 (1): 1 – 8.
02/2016 tentang Petunjuk Teknis Suminah, Sutarno dan A.D. Setyawan.
Gerakan Percepatan Penganeka- 2002. Induksi Poliploidi Bawang
ragaman Konsumsi Pangan Tahun Merah (Allium ascalonicum L.) dengan
2016. Ditetapkan di Jakarta, 17 Pemberian Kolkisin. Biodiversitas.
Februari 2016. 3(1): 174-180.
Martin, A.F., N.S. Hartati, A. Wulansari, Soltis, P.S., D. B. Marchant, Y.V. de Peer
S. Noorohmah, P.D. Aryaningrum dan and D.E. Soltis. 2015. Polyploidy and
Witjaksono. 2014. Manipulasi Sel Genome Evolution in Plants. Current
Somatik dan Transgenesis Tanaman Opinion in Genetics & Development,
Talas. Prosiding Seminar Nasional Vol. 35: 119 – 125.
Hasil Penelitian Unggulan Bidang Wulansari, A., A.F. Martin dan T.M.
Pangan Nabati. Bogor, 25 September Ermayanti. 2014. Peningkatan
2014. Hal 75 – 90. Multiplikasi Tunas Beberapa Aksesi
Murashige T and F. Skoog. 1962. A Talas Indonesia Menggunakan Tiamin
Revised Medium for Rapid Growth and dan Adenin serta Preservasinya Secara
Bioassays With Tobacco Tissue In Vitro pada Suhu Rendah. Prosiding
Cultures. Physiologia Plantarum. Vol. Seminar Nasional Hasil Penelitian
15 (3): 473 – 497. Unggulan Bidang Pangan Nabati.
Nassar, N.M.A., D. Graciano-Ribeirio, Bogor, 25 September 2014. Hal: 355 –
S.D.C. Fernandes and P.C. Araujo. 365.
2008. Anatomical Alterations due to Wulansari, A., A.F. Martin dan T.M.
Polyploidy in Cassava, Manihot Ermayanti. 2016. Induksi Tanaman
esculenta Crantz. Genetics and Poliploid Talas (Colocasia esculenta
Molecular Research, Vol. 7 (2): 276 – L.) dengan Perlakuan Orizalin secara
283. In Vitro. Jurnal Biologi Indonesia, Vol.
Onwueme, I. 1999. Taro Cultivation in 12 (2): 297 – 305.
Asia and the Pacific. Food and Walujo, E.B. 2011. Keanekaragaman
Agriculture Organization of the United Hayati untuk Pangan. Konggres Ilmu
Nations. Regional Office for Asia and Pengetahuan Nasional X. Jakarta, 8 –
the Pasific. Bangkok. Thailand. 10 November 2011. Hal: 1 – 9.
Prana, M.S. dan T. Kuswara. 2002.
Budidaya Talas: Diversifikasi untuk

76
POTENSI KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK
PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN DI PULAU LEMBEH
KOTA BITUNG
Jody M. Mawara
Dosen Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sam Ratulangi Manado
Jl. Kampus, Bahu, Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara 95115
E-mail: jodymawara@gmail.com
Diterima: 28/09/2017 Direvisi: 25/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Sistem pertanian berkelanjutan ialah pengelolaan sumberdaya pertanian untuk
memenuhi kebutuhan generasi kini dan yang akan datang dengan cara merawat dan
meningkatkan kualitas lingkungan serta pelestarian sumberdaya alam. Tujuan sistem
pertanian berkelanjutan ialah tercapainya kesinambungan antara kepentingan ekonomi,
lingkungan dan sosial dalam memanfaatkan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji potensi karakteristik lahan untuk pengembangan sistem pertanian
berkelanjutan di Pulau Lembeh Kota Bitung. Metode yang digunakan adalah metode
survei dan pendekatan satuan lahan (SL) untuk pengambilan data karakteristik lahan di
lapangan serta pendekatan kesesuaian lahan untuk pengembangan sistem pertanian
berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2017 di Pulau Lembeh Bagian
Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lahan di Pulau Lembeh
sangat memungkinkan untuk pengembangan sistem pertanian jagung dan kacang tanah.
Sistem pertanian jagung dan kacang tanah berkelanjutan didasarkan pada kesesuaian
lahan aktual dan potensial serta ekonomi. Kesesuaian lahan aktual sistem pertanian
jagung dan kacang tanah di Pulau Lembeh diperoleh sesuai marjinal (S3wa, S3wa/rc,
S3wa/eh, S3wa/rc/eh) dengan faktor pembatas ketersediaan air (wa), media perakaran
(rc) (tekstur) dan bahaya erosi (eh) (kemiringan lereng); kesesuaian potensial sistem
pertanian jagung dan kacang dengan perbaikan pengelolaan menjadi kesesuaian lahan
agak sesuai dan kesesuaian marjinal (S2wa, S3wa/rc, S3wa/rc/eh, S2wa/eh, S3eh);
kelayakan ekonomi sistem pertanian jagung dan kacang tanah diperoleh nilai positif
melebihi satu sehingga layak dikembangkan secara berkelanjutan. Agar lahan pertanian
di Pulau Lembeh tetap produktif diperlukan usaha menjaga kelestarian sumberdaya
lahan melalui penerapan sistem pertanian berkelanjutan jagung dan kacang tanah
berdasarkan kesesuaian lahan yang berorientasi konservasi lahan.
Kata kunci: Karakteristik lahan, pulau Lembeh, sistem pertanian berkelanjutan

POTENTIAL CHARACTERISTICS OF LAND FOR SUSTAINABLE


AGRICULTURE SYSTEM DEVELOPMENT
IN LEMBEH ISLAND, BITUNG CITY
ABSTRACT
Sustainable agriculture system is the management of agricultural resources to meet the
needs of present and future generations by caring for and improving environmental
quality and conservation of natural resources. The objective of a sustainable

77
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

agriculture system is to achieve sustainability between economic, environmental and


social interests in land use. This study aims to examine the potential characteristics of
land for the development of sustainable agriculture systems in Lembeh Island Bitung
City. The method used is survey method and land unit (LU) approach for field land
characteristic data acquisition and land suitability approach for sustainable agriculture
system development. The study was conducted in June 2017 on Southern of Lembeh
Island. The results showed that the characteristics of the land on Lembeh Island is very
possible for the development of corn and peanut farming systems. Sustainable maize
and peanut farming systems are based on actual and potential land suitability and
economy. The actual land suitability of maize and peanut farming systems on Lembeh
Island is obtained in accordance with marginal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/uh, S3wa/rc/eh)
with limiting factor of water availability (wa), root medium (rc) (texture) and erosion
hazard (eh) (slope); potential suitability of maize and bean farming systems with
improved management to suitably matched land suitability and marginal conformity
(S2wa, S3wa/rc, S3wa/rc/er, S2wa/uh, S3eh); economic feasibility of corn and peanut
farming system is obtained positive value exceeds one so it is worth developing
continuously. In order to keep farming land on Lembeh Island productive efforts to
maintain the sustainability of land resources through the implementation of sustainable
farming system of corn and peanuts based on land suitability oriented land
conservation.
Keywords: Land characteristics, Lembeh island, sustainable agriculture system

PENDAHULUAN kepentingan ekonomi, lingkungan dan


sosial dalam memanfaatkan lahan.
Latar Belakang Mitchell (2007) menjelaskan bahwa
prinsip keberlanjutan menyangkut:
Sumberdaya lahan berperan kunci dan
(1) Prinsip ekonomi, ialah mengusahakan
modal kunci perekonomian pedesaan
sumberdaya lahan untuk produksi
dalam memenuhi kebutuhan hidup tetapi
pertanian dapat memberikan keuntungan
juga untuk pengentasan kemiskinan.
dan manfaat pada pelaksana pertanian
Sebagai sumberdaya alam, lahan sangat
tanpa mengorbankan sumberdaya alam
penting bagi kelangsungan hidup generasi
tersebut; (2) Prinsip lingkungan, ialah
kini dan yang akan datang, serta sebagai
memanfaatkan sumberdaya alam dilaku-
penggerak dalam pertumbuhan ekonomi
kan secara berkeseimbangan dan ramah
daerah dan nasional (Zimmermann, 2003).
terhadap lingkungan serta menghindari
Pengembangan sistem pertanian tanaman
pencemaran sebagai akibat penggunaan
pangan di lahan kering adalah salah satu
teknologi terhadap tanah, air dan udara;
dari beberapa pilihan strategis untuk
dan (3) Prinsip sosial, diterima dan
meningkatkan produksi dan mendukung
dilaksanakan oleh masyarakat dalam
ketahanan pangan nasional (Mulyani
upaya penyelamatan dan pelestarian
et al., 2006).
sumberdaya alam.
Sistem pertanian berkelanjutan ialah
Pertanian ialah kegiatan pengelolaan
pengelolaan sumberdaya pertanian untuk
sumberdaya alam yang berkaitan dengan
memenuhi kebutuhan generasi kini dan
lahan dan air untuk memperoleh hasil
yang akan datang dengan cara merawat
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dan meningkatkan kualitas lingkungan
pangan, papan dan untuk memenuhi
serta pelestarian sumberdaya alam. Tujuan
kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan lahan
sistem pertanian berkelanjutan ialah
merupakan salah satu wujud keterkaitan
tercapainya kesinambungan antara

78
Mawara. 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

yang nyata antara kegiatan manusia pertanian itu sendiri sehingga saling
dengan lingkungan (Verburg et al., 2002). memberikan manfaat. Hasil evaluasi
Setiap petani selalu berusaha mening- kesesuaian lahan memberikan
katkan produksi pertanian dengan kemungkinan-kemungkinan penggunaan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber- lahan dengan persyaratan yang diperlukan
daya lahan yang dimilikinya; oleh karena dalam penggunaan dan pengelolaannya
itu, usaha-usaha produksi pertanian harus agar lahan dapat dimanfaatkan secara
diusahakan dengan berorietasi pelestarian berkelanjutan dengan ancaman dan
lahan. Pelestarian terhadap lahan sangat hambatan yang sekecilnya (Syafruddin et
diperlukan dalam pemanfaatan lahan agar al., 2004).
kualitas lahan tetap terjaga sehingga
tercapai produksi secara berkesinam- Tujuan Penelitian
bungan (Rauschkolb, 2007). Adapun tujuan penelitian ini ialah
Pulau Lembeh bagian selatan adalah mengkaji potensi karakteristik lahan untuk
bagian dari Kota Bitung, permasalahannya pengembangan sistem pertanian berkelan-
yaitu belum tersediaanya data karak- jutan di Pulau Lembeh, Kota Bitung.
teristik lahan secara akurat tentang
BAHAN DAN METODE
kesesuaian lahan untuk menentukan
kecocokan suatu sistem pertanian serta Penelitian ini dilaksanakan di Pulau
apakah sistem pertanian yang dilakukan Lembeh bagian selatan, secara geografis
berkelanjutan atau tidak. Masyarakat tani terletak pada koordinat 1250 14’ 56” bujur
di daerah ini terus menerus memanfaatkan timur dan 10 26’ 10” Lintang Utara dengan
lahan akibatnya degradasi lahan berupa ketinggian tempat antara 0 – 344,33 m di
produktivitas menjadi berkurang, atas permukaan laut (dpl). Bahan-bahan
demikian pula tanpa mengetahui apakah yang dipergunakan sebagai acuan dalam
sistem pertanian yang diterapkan sesuai menuntun pelaksanaan penelitian ini,
dengan kesesuaian lahan. Waddell (2002) yaitu Peta Rupa-Bumi Indonesia skala
menyatakan pemanfaatan lahan yang tidak 1:50.000, (BAKOSURTANAL), Peta
sesuai dengan daya dukung fisik lahan Penggunaan Lahan, Peta Bentuk Lahan
sangat berpengaruh terhadap kualitas dan Peta Lereng serta peta Tanah yang
lingkungan sekitarnya. Turner (1987) digunakan untuk pembentukan satuan
menemukan ketidaktepatan pemanfaatan lahan (Peta Satuan Lahan (SL)).
lahan khususnya kesesuaian lahan
berakibat pada kerusakan lingkungan. Peralatan yang digunakan dalam
Agar lahan pertanian yang tersedia penelitian ini terdiri atas: cangkul, sekop,
sekarang tetap produktif maka diperlukan parang untuk membersihkan dan menggali
usaha menjaga kelestarian sumberdaya tanah, kartu deskripsi tanah, clinometer,
lahan, melalui penerapan sistem pertanian digunakan untuk mengecek dan mengukur
berkelanjutan berdasarkan kesesuaian kemiringan lereng. Kantong plastik tebal
lahan yang berorientasi konservasi tanah. yang dapat memuat tanah dan kantong
plastik untuk label; karet untuk mengikat
Evaluasi kesesuaian lahan berhubungan label luar. Spidol untuk menulis isi label;
dengan sistem pertanian suatu komoditas, karung untuk mengepak contoh tanah dan
karena kesesuaian lahan menunjukkan alat kerja laboratorium serta alat tulis
tingkat kecocokan suatu lahan untuk menulis.
aplikasi suatu sistem pertanian.
Kesesuaian lahan menyiapkan potensi Metode yang digunakan dalam
sumberdaya lahan baik secara fisik penelitian ini adalah metode survei dan
maupun kimia tanah dan membandingkan dalam pengambilan data karakteristik
dengan yang dipersyaratkan dalam sistem lahan (fisik lahan dan lingkungan) di

79
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

lapangan dilakukan dengan pendekatan memungkinkan untuk pengembangan


satuan lahan (SL) dan pengambilan/ sistem pertanian tanaman jagung dan
pengamatan langsung di lapangan data kacang tanah, sebab jika terdapat batuan
drainase, batuan permukaan/bahan kasar, permukaan maka akan menghambat
kemiringan lereng, bahaya erosi, dan pertumbuhan tanaman. (Arsyad, 2012)
kedalaman tanah serta analisis contoh menjelaskan bahwa batuan permukaan
tanah di laboratorium (tekstur, KTK, menjadi suatu penghambat di suatu areal
kejenuhan basa, pH, C-organik, N, P, K). jika diupayakan untuk sutau sistem
Metode analisis beberapa data pertanian dalam pengelolaan lahan,
karakteristik lahan secara tabel laris pertumbuhan dan produksi suatu
kecuali tekstur (Pipet); pH H2O (elektroda komoditas.
gelas); C-Organik (%) (Walkley dan
Black); N-total (%) (Kjedahl); P-tersedia C. Kemiringan Lereng
(ppm) (Bray I); dan Basa-basa dapat
Kemiringan lereng ialah kenampakan
ditukar (me/100g tanah) K+, Na+, Ca2+,
permukaan bumi disebabkan oleh adanya
Mg2+, KTK (Ekstrak NH4Oac 1 N pH 7).
beda tinggi. Keadaan kemiringan lereng di
HASIL DAN PEMBAHASAN Pulau Lembeh bagian selatan, terdapat:
kemiringan lereng kelas L3 (8 – 15%) luas
Karakteristik Lahan 609,6 ha pada SL D1.4, D1.5, D1.10,
D3.15; kemiringan lereng kelas L4 (15 –
Hasil survei dan pengamatan lapangan 30%) luas 227,1 ha pada SL D1.6, D2.11,
serta analisis contoh tanah di laboratorium D3.16; kemiringan lereng kelas L2 (3 –
karakteristik lahan di Pulau Lembeh 8%) luas 173,8 ha pada SL 5 D1.2, D1.3,
bagian selatan disajikan pada Tabel 1 dan D1.8, D1.9, D2.14; kemiringan lereng
2. kelas L5 (30 – 45%) luas 94,9 ha;
kemiringan lereng kelas L6 (> 45%) pada
A. Drainase tanah
luas 13.9 ha; dan kemiringan lereng kelas
Keadaan drainase tanah di Pulau L1 (0 – 3%) luas 5.1 ha. Kemiringan
Lembeh bagian selatan umumnya baik lereng berpengaruh terhadap kecepatan
(d1) pada setiap satuan lahan, sehingga erosi dan volume limpasan permukaan.
sangat memungkinkan untuk Makin curam suatu kemiringan lereng
pengembangan sistem pertanian jagung makin cepat laju limpasan permukaan,
dan kacang tanah. Arsyad (2012) infiltrasi sedikit dan volume limpasan
menjelaskan bahwa drainase tanah sangat permukaan semakin besar. Oleh karena
penting bagi pertumbuhan tanaman, itu, dengan meningkatnya kemiringan
karena bila kelebihan air maka dapat lereng maka erosi juga semakin besar
mengakibatkan tanaman tidak tumbuh (Troeh et al., 2004). Dalam usaha
baik khususnya pada lahan kering. pengembangan sistem pertanian jagung
Drainase tanah berpengaruh terhadap dan kacang tanah, sangat memungkinkan
kualitas lahan dan lingkungan, untuk dilakukan di Pulau Lembeh bagian
produktivitas lahan dan daya dukung selatan pada kemiringan lereng yang
lahan, tapi juga berperan untuk dominan L3, L4 dan L2 dengan luasan
mengurangi air lebih (Mawardi, 2012). 1010.5 ha atau 89.87%.

B. Batuan permukaan D. Keadaan Erosi

Pengamatan di Pulau Lembeh bagian Erosi menyebabkan hilangnya lapisan


selatan pada setiap satuan lahan atas tanah yang subur dan baik untuk
menunjukkan tidak nampak batuan pertumbuhan tanaman serta berkurangnya
permukaan/bahan kasar (bo), sehingga kemampuan lahan untuk menyerap dan

80
Mawara. 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

menahan air. Di Pulau Lembeh bagian Penjelasan Mawardi (2012) bahwa erosi
selatan secara visual pada setiap satuan mengakibatkan kerugian pada penurunan
lahan, perkiraan tingkat bahaya erosi kesuburan tanah, menurunnya produk-
adalah sangat rendah. Pengembangan tivitas dan daya dukung lahan, kemam-
sistem pertanian jagung dan kacang tanah puan lahan menyimpan dan meloloskan
sangat dimungkinkan dengan memper- air menjadi berkurang, banjir dan
hatikan keadaan lereng dan pengelolaan pencemaran lingkungan.
lahan serta pengelolaan tanaman.

Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium dan Pengamatan Lapangan Karakteristik Fisik


Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan
Kedalaman Batuan Bahaya
Satuan Lereng Tekstur Drainase Luasan
Tanah Permukaan Erosi %
Lahan (L) (t) (d) (ha)
(k) (b) (e)
D1.1 1 ko t2 d1 bo sr 5.1 0.5
D1.2 2 ko t2 d1 bo sr 24.6 2.2
D1.3 2 ko t4 d1 bo sr 122.5 10.9
D1.4 3 ko t4 d1 bo sr 31.6 2.8
D1.5 3 ko t2 d1 bo sr 501.5 44.6
D1.6 4 ko t2 d1 bo sr 0.5 0.0
D1.7 5 ko t4 d1 bo sr 8.5 0.8
D1.8 2 ko t2 d1 bo sr 2.5 0.2
D1.9 2 ko t4 d1 bo sr 15.0 1.3
D1.10 3 ko t4 d1 bo sr 72.0 6.4
D2.11 4 ko t2 d1 bo sr 218.8 19.5
D2.12 5 ko t2 d1 bo sr 86.4 7.7
D2.13 6 ko t1 d1 bo sr 13.9 1.2
D2.14 2 ko t4 d1 bo sr 9.2 0.8
D3.15 3 ko t4 d1 bo sr 4.5 0.4
D3.16 4 ko t4 d1 bo sr 7.8 0.7
Jumlah 1124.6 100.0
Keterangan:
Lereng (L) L1 = 0 – 3%, L2 = 3 – 8%, L3 = 8 – 15 %, L4 = 15 – 30%, L5 = 30 – 45%,
L6 = > 45%); Erosi (e) = sr = sangat rendah; kedalaman Tanah (k) = ko = dalam; tekstur
halus (t1), tekstur agak halus (t2), tekstur agak kasar (t4) (Hasil Laboratorium);
Drainase (d) = d1 = baik; batuan permukaan = bo = tidak ada.

E. Kedalaman Tanah Kedalaman tanah sangat berpengaruh


terhadap pertumbuhan dan perkembangan
Kedalaman tanah sebagai media tanam akar tanaman dalam berjelajah dan
merupakan komponen utama untuk suatu menentukan jumlah unsur hara dan air
sistem pertanian dimana akar halus dan yang tersedia dan dapat diserap oleh
akar tunggang dapat menembusi tanah tanaman (Suripin, 2004).
guna mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman secara kokoh dan F. Tekstur Tanah
terus menerus. Kedalaman tanah di Pulau
Lembeh bagian selatan berdasarkan Tekstur tanah di Pulau Lembeh bagian
pengamatan menunjukkan kategori yang selatan terdapat tekstur tanah halus (t1)
dalam (ko) semua satuan lahan, sehingga pada SL D2.13; tekstur agak halus (t2)
sangat memungkin untuk pengembangan pada SL D1.1, D1.2, D1.5, D1.6, D1.8,
sistem pertanian jagung dan kacang tanah. D2.11 dan D2.12; dan tekstur agak kasar

81
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(t4) pada SL D1.3, D1.4, D1.7, D1.9, menentukan tingkat retensi air dan
D1.10, D2.14, D3.15 dan D3.16; sangat pergerakan air dalam tanah, kemampuan
memungkinkan untuk menerapkan sistem mengikat zat hara dalam tanah dan yang
pertanian jagung dan kacang tanah. terpenting yakni menentukan kesuburan
Tekstur tanah secara langsung tanah (Green dan Ampt, 2011; Matus et
berpengaruh terhadap porositas tanah, al., 2007).

Tabel 2. Hasil Analisis Karakteristik Kimia Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan
Satuan C- N- P-Bray Kejenuhan
pH C/N -1 K Na Ca Mg KTK
Lahan Organik Total mg.kg Basa (KB)
D1.1 6.5 1.57 0.17 8 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 17.58 53
D1.2 6.5 1.60 0.18 8 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 17.60 54
D1.3 6.4 1.63 0.18 7 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 18.59 57
D1.4 6.4 1.59 0.16 7 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 18.49 56
D1.5 6.5 1.46 0.17 6 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 17.56 53
D1.6 6.5 1.57 0.19 6 1.39 0.79 0.27 7.12 1.08 17.60 54
D1.7 6.6 1.95 0.12 7 0.48 0.58 0.25 7.04 1.63 18.21 60
D1.8 6.6 1.93 0.11 8 0.48 0.58 0.25 7.04 1.63 17.20 60
D1.9 6.3 0.88 0.12 8 0.44 0.48 0.26 6.85 0.47 11.53 61
D1.10 6.3 0.86 0.10 6 0.44 0.48 0.26 6.85 0.36 12.55 60
D2.11 6.5 0.80 0.12 7 0.44 0.48 0.26 6.85 0.58 12.59 56
D2.12 6.5 0.84 0.13 6 0.44 0.48 0.26 6.85 0.60 11.57 57
D2.13 6.6 0.85 0.12 8 1.49 0.58 0.27 7.03 1.59 17.23 63
D2.14 6.5 1.69 0.23 8 0.45 0.58 0.27 4.93 1.49 15.58 54
D3.15 6.5 1.71 0.24 7 0.47 0.58 0.26 6.71 1.58 16.77 52
D3.16 6.6 1.66 0.25 6 0.56 0.58 0.26 6.69 1.55 17.36 53

G. Kemasaman Tanah (pH) dan unsur fosfor dan sulfur 1.0%.


Kandungan bahan organik dalam tanah
Keadaan kemasaman tanah di Pulau sebagai indikator utama dalam
Lembeh bagian selatan berada pada menentukan kualitas lahan dan kandungan
kisaran pH 6.3 – 6.6, maka usaha bahan organik dalam tanah
pengembangan sistem pertanian jagung menggambarkan proses respirasi,
dan kacang tanah sangat dimungkinkan. denitrifikasi dan penyerapan fosfor dalam
Hardjowigeno (2010) menjelaskan tanah (Bruland dan Rihardson, 2002).
pentingnya kemasaman tanah (pH) bagi
tanaman untuk mudah atau tidaknya unsur I. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
hara diserap. Kemasaman tanah (pH)
netral, sangat penting terhadap organisme Kapasitas tukar kation (KTK) di Pulau
tanah dan tanaman memberikan responsif Lembeh bagian selatan menunjukkan
terhadap sifat kimia dan lingkungannya. antara 11.53 – 18.59 me per 100 g
termasuk dalam kategori rendah sampai
H. C-Organik Tanah tinggi. Kapasitas tukar kation (KTK)
menunjukkan kemampuan tanah untuk
C-organik tanah di Pulau Lembeh menahan kation-kation tukar dan
bagian selatan menunjukkan kisaran mempertukarkan kation-kation tersebut
antara 0.83 – 1.77% termasuk dalam sehingga menjadi petunjuk untuk
kategori harkat yang sedang. Horwath digunakan dalam penyediaan zat hara,
(2005) menyatakan kandungan bahan demikian pula dengan KTK tinggi maka
organik dalam tanah adalah presentasi dari
unsur karbon 55%, unsur nitrogen 5 – 6%,

82
Mawara. 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

mempunyai kemampuan tinggi dalam daun seluruhnya berubah menjadi hijau


menyimpan zat hara (Nugroho, 2009). tua keabu-abuan, mengkilap, sering pula
terdapat pigmen merah pada daun bagian
J. Kejenuhan Basa bawah, selanjutnya mati.
Pulau Lembeh bagian selatan, M. Unsur Kalium
kejenuhan basa menunjukkan antara 52 –
61% termasuk dalam kategori rendah Unsur Kalium di Pulau Lembeh bagian
sampai sedang. Kejenuhan basa sebagai selatan, berkisar antara 0,48–0,79 ppm
petunjuk tingkat kesuburan tanah; termasuk dalam kategori rendah. Kalium
pelepasan kation terjerap untuk tanaman sangat dibutuhkan tanaman yang
sangat tergantung pada kejenuhan basa. berfungsi dalam proses fotosintesis,
Tanah dianggap subur jika kejenuhan basa pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan
> 80%, tanah dengan kesuburan sedang mineral termasuk air, meningkatkan daya
kisaran kejenuhan basa antara 50 – 80% tahan atau kekebalan tanaman,
dan tanah yang tidak subur kejenuhan meningkatkan daya tahan terhadap
basa < 50% (Lal and Greenland, 2009). penyakit tanaman dan serangan hama,
memperluas pertumbuhan akar tanaman,
K. Unsur Nitrogen efisiensi penggunaan air yang tahan pada
masa kekeringan, memperbaiki ukuran
Peranan utama nitrogen (N) bagi
dan kualitas buah pada masa generatif,
tanaman adalah merangsang pertumbuhan
memperkuat tubuh tanaman sehingga
secara keseluruhan tetapi lebih khusus
daun, bunga dan buah tidak mudah rontok
pada batang, cabang, dan daun (Rioadi,
(Nasrul, 2011).
2006). Unsur Nitrogen di Pulau Lembeh
bagian selatan berkisar antara 0.11 – Sistem Pertanian
0.25 ppm termasuk dalam kategori rendah
sampai sedang. Syekhfani (2010) Sistem pertanian jagung dan kacang
menjelaskan bahwa unsur nitrogen tanah yang dilakukan oleh petani setiap
menjadi masalah pada setiap jenis tanah musim tanah di lahan kering berlereng di
apalagi yang berkadar bahan organik Pulau Lembeh bagian selatan tidak
rendah tetapi juga tanah bertekstur kasar. dilakukan secara baik dan benar dalam
Nitrogen berperan dalam pembentukan mengelola lahan dan tanaman. Hal ini
hijau daun yang sangat bermanfaat dalam ditunjukkan dengan produksi yang masih
proses fotosintesis, merupakan bagian dari rendah (wawancara beberapa Petani).
sel tanaman itu sendiri, membantu dalam Memperhatikan potensi lahan (fisik dan
sintesa asam amino dan protein dalam kimia tanah) yang tersedia berdasarkan
tanaman, dengan demikian nitrogen hasil pengamatan lapangan dan analisis
membantu tanaman mempercepat laboratorium, sangat memungkinkan
pertumbuhannya, meningkatkan dan untuk pengembangan sistem pertanian
memperbaiki kualitas daun dan akar jagung dan kacang tanah. Kesesuaian
(Anonim, 2010). sifat-sifat lahan dengan sistem pertanian
memberi petunjuk bahwa suatu lahan
L. Unsur Fosfor berpotensi. Oleh karena itu, perlunya
perubahan sistem yang dilakukan oleh
Unsur fosfor di Pulau Lembeh bagian
petani dengan pilihan sistem pertanian
selatan menunjukkan kisaran antara 0.44 –
berkelanjutan (jagung dan kacang tanah)
1.49 ppm termasuk dalam kategori
dengan pengelolaan lahan dan tanaman
rendah. Ibra (2008) menjelaskan bahwa
secara baik dan benar yang berorientasi
tanaman yang kekurangan unsur fosfor (P)
konservasi tanah dan bersesuaian dengan
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
kesesuaian lahan. Haris (2000)
sistem perakaran, batang dan daun, warna

83
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

menjelaskan bahwa sistem pertanian kesesuaian lahan aktual, kesesuaian lahan


keberlanjutan dilakukan dengan tiga potensial dan kesesuaian lahan ekonomi
pendekatan ialah keberlanjutan ekonomi, yang berhubungan dengan sistem
keberlanjutan lingkungan dan keber- pertanian jagung dan kacang tanah secara
lanjutan sosial. Kesesuaian lahan yang berkelanjutan.
digunakan dalam penelitian ini, yakni

Tabel 3. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual Sistem Pertanian Jagung dan Kacang
Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan
KLASP KLASP
Satuan Lahan Luas (ha) %
Jagung Kacang Tanah
D1.1, D1.5, D1.10 S3wa S3wa 578,8 51,5
D1.9 S3wa/rc S3wa/rc 15,0 1,3
D2.11, D2.13 S3wa/rc/eh S3wa/rc/eh 232,7 20,7
D2.14, D3.15, D3.16 S3wa/eh S3wa/eh 21,5 1,9
D1.2, D1.3, D1.4, D1.7, D2.12 Neh Neh 273,6 24,4
D1.6, D1.8 Nrc Nrc 3,0 0,2
Jumlah 1124,6 100,0

A. Kesesuaian Lahan Aktual selatan disajikan pada Tabel 4 dan


perbaikan kualitas/karakteristik lahan,
Hasil analisis kesesuaian lahan aktual kesesuaian lahan aktual menjadi
sistem pertanian jagung dan kacang tanah kesesuaian lahan potensial disajikan pada
tersebar pada setiap SL tersaji pada Tabel 5. Upaya meningkatkan produk-
Tabel 3. Kesesuaian lahan aktual di Pulau tivitas lahan dengan cara memperbaik
Lembeh bagian selatan diperoleh sesuai kualitas/karakteristik lahan seperti
marjinal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/eh, ketersediaan air, media perakaran dan
S3wa/rc/eh) dengan faktor pembatas bahaya erosi dapat dilakukan dengan cara
ketersediaan air (wa), media perakaran penggunaan mulsa sisa tanaman,
(rc) (tekstur) dan bahaya erosi (eh) penggunaan bahan organik dan olah tanah
(kemiringan lereng), tidak sesuai saat ini konservasi (Nursyamsi et al., 2004).
(Neh dan Nrc) dengan faktor pembatas
bahaya erosi (eh) (kemiringan lereng) dan Hiroshi (2001) menyatakan, menjaga
media perakaran (rc) (tekstur). Djaenudin lingkungan agar berada dalam keseim-
et al., (2003) menjelaskan bahwa Kualitas bangan maka membatasi penggunaan
lahan yang maksimal untuk kebutuhan lahan yang tidak sesuai agar tidak
suatu sistem pertanian menjadi menimbulkan masalah penggunaan lahan
persyaratan kelas kesesuaian lahan yang di masa yang akan datang. Untuk
sangat sesuai (S1) sedangkan kualitas mengurangi resiko kerusakan akibat
lahan di bawah maksimal menjadi batasan bahaya erosi, media perakaran dan
kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) ketersediaan air yang kurang menunjang
dan atau sesuai marjinal (S3), sedangkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
di luar persyaratan dan batasan tersebut perlu dilakukan tindakan konservasi tanah
maka lahan secara fisik, tergolong tidak (Sigh, 2008).
sesuai (N).
C. Evaluasi kelayakan ekonomi
B. Kesesuaian Lahan Potensial
Analisis sistem pertanian jagung dan
Hasil penilaian kesesuaian lahan kacang tanah yang layak secara ekonomi
potensial sistem pertanian jagung dan digunakan parameter: biaya usahatani,
kacang tanah di Pulau Lembeh bagian penerimaan usahatani, atau pendapatan

84
Mawara. 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

usahatani (Soekartawi, 2006); dengan pertanian jagung dan kacang tanah


pendekatan Gross Margin (GM) dan mempunyai nilai BCR (> 1), yang berarti
Benefit Cost Ratio (BCR). Hasil analisis layak untuk dikembangkan secara
(GM) di sajikan pada Tabel 6, dimana berkelanjutan. Indriani (2003) menje-
nilai GM sistem pertanian jagung dan laskan bahwa nilai BCR dimanfaatkan
kacang tanah bernilai positif, yang berarti untuk mengukur kelayakan usaha
sangat menguntungkan sehingga layak pertanian dan jika nilai BCR lebih besar
untuk dilakukan pengembangan secara (>1), usaha pertanian bermanfaat dan
berkelanjutan; analisis (BCR) disajikan menguntungkan.
pada Tabel 7; menunjukkan bahwa sistem

Tabel 4. Hasil Penilaian Kesesuaian Lahan Potensial Sistem Pertanian Jagung dan
Kacang Tanah di Pulau Lembeh Bagian Selatan
KLPSP KLPSP Luas
Satuan Lahan %
Jagung Kacang Tanah (ha)
D1.1, D1.5, D1.10 S2wa S2wa 578,8 51,5
D1.9 S3wa/rc S3wa/rc 15,0 1,3
D2.11, D2.13 S3wa/rc/eh S3wa/rc/eh 232,7 20,7
D2.14, D3.15, D3.16 S2wa/eh S2wa/eh 21,5 1,9
D1.2, D1.3, D1.4, D1.7, D2.12 S3eh S3eh 273,6 24,4
D1.6, D1.8 Nrc Nrc 3,0 0,2
Jumlah 1124,6 100,0

Tabel 5. Perbaikan Kualitas/Karakteistik Lahan Kesesuaian Lahan Aktual Menjadi


Potensial Sistem Pertanian Jagung dan Kacang Tanah di Pulau Lembeh
Bagian Selatan
Kualitas/Karakteristik Upaya Perbaikan Tingkat
Lahan Pengelolaan
Ketersediaan air (w) 1. Pengairan/penyiraman Rendah
2. Penggunaan bahan organik/lompos Rendah
Media Perakaran (rc) 1. Tidak dapat dilakukan perbaikan -
(tekstusr tanah) 2. Penggunaan bahan organik/kompos Rendah
Bahaya erosi (eh) 1. Pengolahan tanah memotong lereng Rendah
2. Penanaman tanaman memotong lereng Rendah
3. Penutup tanah Rendah
4. Pembuatan teras (teras guludan dan teras Rendah dan
bangku individual) sedang
Sumber: Djaenudin et al., (2003) dan Hasil Analisis Penelitian
Tabel 6. Gross Margin (GM) Sistem Pertanian Jagung dan Kacang Tanah di Pulau
Lembeh Bagian Selatan
Sistem Kesesuaian Satuan Lahan Kesesuaian S3 Satuan Lahan
Pertanian (SP) S2 (SL) (SL)
Jagung 20.865,00 D1.1, D1.5, 14.525,00 D1.9
D1.10, D2.14,
D2.11, D2.13
D3.15, D3.16
D1.2, D1.3,
D1.4, D1.7,
Kacang Tanah 5.977,00 2.286,00 D2.12

85
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 7. Benefit Cost Ratio (BCR) Sistem pertanian Jagung dan Kacang Tanah
Tanaman di Pulau Lembeh Bagian Selatan
Sistem Pertanian Kesesuaian Satuan Lahan Kesesuaian Satuan Lahan
(SP) S2 (SL) S3 (SL)
Jagung 1,73 D1.1, D1.5, 1,29 D1.9
D1.10, D2.14,
D3.15, D3.16 D2.11, D2.13
D1.2, D1.3,
D1.4, D1.7,
Kacang Tanah 1,75 1,56 D2.12

PENUTUP Created, Restored and Paired Natural


Wetlands in North Carolina. Wetlands
Simpulan Ecology and Management, Vol. 14 (3):
245 – 251.
Kesesuaian lahan aktual sistem
Djaenudin, D., H. Marwan., H. Subagyo.,
pertanian jagung dan kacang tanah di
A. Mulyani dan N. Suharta. 2003.
Pulau Lembeh bagian selatan diperoleh
Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk
sesuai marjinal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/eh,
Komoditas Pertanian. Versi 4. Balai
S3wa/rc/eh) dengan faktor pembatas
Penelitian Tanah Pusat Penelitian dan
ketersediaan air (wa), media perakaran
Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
(rc) (tekstur) dan bahaya erosi (eh)
Bogor.
(kemiringan lereng); kesesuaian potensial
Green, W.H. dan G.A. Ampt. 1911.
sistem pertanian jagung dan kacang
Studies of Soil Physics, Part 1, the
dengan perbaikan pengelolaan menjadi
Flow of Air and Water Through Soil.
kesesuaian lahan agak sesuai dan
Journal of Agricultural Science, Vol. 4
kesesuaian marjinal (S2wa, S3wa/rc,
(1): 1 – 24.
S3wa/rc/eh, S2wa/eh, S3eh). kelayakan
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah.
ekonomi sistem pertanian jagung dan
Akademik Pressindo. Jakarta.
kacang tanah diperoleh nilai positif
Haris, J.M. 2000. Basic Principles of
melebihi satu sehingga layak
Sustainable Development. Global
dikembangkan secara berkelanjutan.
Development and Environment
Saran Intitute, Tuft University. Medford.
USA.
Agar lahan pertanian di Pulau Lembeh Hiroshi, F. 2001. Land Ownership and
bagian selatan tetap produktif diperlukan Environmental Agriculture in Water
usaha menjaga kelestarian sumberdaya Suply Protection Area in The Seoul
lahan melalui penerapan sistem pertanian Metropolitan Area. Journal of Asian
berkelanjutan jagung dan kacang tanah Pasific Studies, Vol. 8: 61 – 69.
berorientasi konservasi tanah dan berdasar Horwath, W.R. 2005. The Importance of
kesesuaian lahan. Soil Organic Matter in the Fertility of
Organic Production Systems. Western
DAFTAR PUSTAKA Nutrient Management Conference, 6:
Anonim. 2010. Nitrogen Untuk Tanaman. 244 – 249.
http://kafein4u.wordpress.com/2010/05 Ibra. 2008. Gejala Kekurangan Unsur
/10/nitrogen--untuk-tanaman. Hara bagi Tanaman. http://ibra76.
Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan wordpress.com /2008/09/27/ gejala –
Air. IPB Press. Bogor. kekurangan -unsur-hara-bagi-tanaman.
Bruland, G.L dan C.J. Richardson. 2006.
Comparison of Soil Organic Matter in

86
Mawara. 2017. Potensi Karakteristik Lahan untuk Pengembangan Sistem …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 77 – 87

Indriani, Y.H. 2003. Pemilihan Tanaman Agriculture. Asian Pasific Journal of


dan Lahan sesuai Kondisi Lingkungan Rural Development, Vol. 8: 47 – 64.
dan Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani.
Lal, R. dan D.J. Greenland. 2009. Soil Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Phisic Properties and Crop Production Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya
in the Tropic. John Wiley and Sons, Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.
ltd. New York. Syafruddin, A.N. Kairupan dan Saidah.
Matus, F.J., C.H. Lusk dan C.R. Maire. 2004. Potensi dan Evaluasi Kesesuaian
2007. Effects of Soil TextureCarbon Lahan Untuk Tanaman Sayuran di
Input Rates and Litter Quality on Free Lembah Palu Kabupaten Donggala
Organic Matter and Nitrogen Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland,
Mineralization in Chilean Rain Forest Vol. 11 (2): 129 – 135.
and Agriculture Soils. Communication Syekhfani. 2010. Hubungan Hara Tanah
in Soil Science and Plant Analysis, Air dan Tanaman. Dasar-Dasar Penge-
Vol. 39 (2): 187 – 201. lolaan Tanah Subur Berkelanjutan.
Mawardi, H.M. 2012. Rekayasa Konser- PMN its Press, Malang.
vasi Tanah dan Air. Bursa Ilmu. Troeh, F.R., J.A. Hobbs dan R.L.
Yogyakarta. Donahue, 2004. Soil and Water
Mitchell, B. 2007. Resource and Environ- Coservation for Productivity and
mental Management. University of Environmental Protection. 4th Edition
Waterlo Waterlo. Ontario. Pearson Ed. Inc. Upper Sadle River.
Mulyani, A., F. Agus dan D. Allelorung. New Jersey.
2006. Potensi Sumber Daya Lahan Turner, G.M. 1987. Spatial Simulation of
untuk Pengembangan Jarak Pagar Landscape Change in Georgia: a
(Jatropha curcas L.) di Indonesia. Comparation of 3 Transition Models.
Jurnal Badan Litbang Pertanian, Landscape Ecology, Vol. 1 (1): 29 –
Vol. 25 (4): 130 – 138. 36.
Nasrul, N. 2011. Unsur-Unsur yang Verburg, P.H., W. Soepboer, A.
Dibutuhkan Tanaman dan Fungsinya. Veldkamp, R. Limpiada, V. Espaldon
http://agrowangi.blogspot.com/2011/08 dan S.S.A. Mastura. 2002. Modeling
/unsur-unsur-yang-dibutuhkan- the Spasil Dynamic of Regional Land
tanaman-dan.html. Use: the CLUE-S model. Environ-
Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik- mental Management, Vol. 30 (3): 391
Kimia dan Kesuburan Tanah Pada – 405.
Lokasi Rencana Hutan Tanaman Waddell, P. 2002. UrbanSim: Modelling
Indutri PT Prima Multi Buwana. Jurnal Urban Development for Land Use,
Hutan Tropis, Vol. 10 (7): 222 – 229. Transportation and Environmental
Nursyamsi, D., A. Budiarto dan Planning. Journal of the American
I. Anggria. 2004. Pengelolaan Kahat Planning Association, Vol. 68 (3): 297
Hara pada Inceptisol Untuk – 314.
Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Zimmermann, W. 2003. Land and
Jagung. Jurnal Tanah dan Iklim, (20): Resources Policy in Post Conflict
56 – 68. Countries. Keynotes Proceeding
Rauschkolb, R.S. 2007. Land Degra- International Workshop SEAG of
dation. FAO Soil Bulletin, 13. Rome. Good Security and Sustainable
Sigh, S. 2008. Food Security and Resources Management in Marcet
Sustainability Internationalization of Economi. Chiang Mai, Thailand, 13 –
17 October 2003. Hal: 1 – 6.

87
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP EFISIENSI
PUPUK ORGANIK PADAT
Muhammad Alham* dan Elfarisna
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, Jakarta Selatan 154193. Telp. 021-7430689
*E-mail: muhammadalham5@gmail.com
Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Seledri termasuk dalam famili Apiaceae, merupakan salah satu komoditas sayuran yang
banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan. Biji seledri juga digunakan
sebagai bumbu dan penyedap dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sebagai obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman
seledri terhadap penambahan dosis pupuk organik. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2017 sampai bulan April 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan metode Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan enam perlakuan, yaitu Pupuk anorganik 100%
(kontrol), Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 50 ml per tanaman, Pupuk
anorganik 50% + POP Supernasa® 100 ml per tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP
Supernasa® 150 ml per tanaman), Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 200 ml per
tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 250 ml per tanaman). Paramater
yang diamati adalah tinggi batang, jumlah tangkai daun, panjang akar pertanaman,
jumlah akar pertanaman, bobot akar pertanaman, bobot basah pertanaman dan bobot
konsumsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pada setiap parameter yang diamati
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 200 ml per tanaman, memiliki nilai
tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semua perlakuan tidak berbeda nyata
terhadap seluruh parameter yang diamati. Penambahan dosis pupuk organik padat
Supernasa® dengan dosis 200 ml lebih efektif dibandingkan dengan penambahan dosis
250 ml pupuk organik padat Supernasa®, sehingga dapat direkomendasikan sebagai
pupuk pelengkap (tambahan) untuk komoditi tanaman seledri.
Kata kunci: Dosis, pupuk organik padat, seledri

GROWTH RESPONSE AND CROP PRODUCTION OF CELERY (Apium


graveolens L.) ON THE EFFICIENCY OF SOLID ORGANIC FERTILIZER
ABSTRACT
Celery is include in the Apiceae family, one of the most widely used vegetables for
flavoring and decorating. Celery seeds are also used as herbs and flavoring oils and
nutritious extracts as a drug. This research aims to determine the response of growth
and production of calery plaants to the addition of organic fertilizer dosage. The
research conducted on the February to April 2017 at experimental garden Agronomy
Faculty, University of Muhammadiyah Jakarta, used the Randomized Complete Block
Design (RCBD) with six treatments that is 100% anorganic fertilizer (control), 50%
anorganic fertilizer + POP 50 ml per plant, 50% anorganic fertilizer + POP 100 ml per
plant, 50% anorganic fertilizer + POP 150 ml per plant, 50% anorganic fertilizer +

88
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

POP 200 ml per plant, 50% anorganic fertilizer + POP 250 ml per plant. The
parameters observased were plant height, number of stems, root legth, root number,
root weight, wet weight, dan comsumption weight. The result showed that all
parameters observed treatment 50% anorganic fertilizer + POP 200 ml per plant has
the highest value compared with other treatments. All the treatments were not
significantly different for all parameters observed. Apopulation of Supernasa® solid
dosage of organic fertilizer with doses of 200 ml was more effective than with the
addition of 250 ml doses of Supernasa® annd 100% anorganic fertilizers, so it can be
recommended as a complement (suplement) for the commodity of celery plants.
Keywords: Celery, dosage, solid organic fertilizer

PENDAHULUAN dari Statistik Produksi Hortikultura tahun


2014 melaporkan jenis sayuran yang
Seledri (Apium graveolens L.) sering dibudidayakan adalah sawi, bayam,
termasuk dalam famili apiaceae dan kangkung dan mentimun (Direktorat
merupakan salah satu komoditas sayuran Jenderal Hortikultura, 2014).
yang banyak digunakan untuk penyedap
dan penghias hidangan. Biji seledri juga Budidaya seledri tidak hanya pada
digunakan sebagai bumbu dan penyedap kebun yang luas, tetapi pada lahan yang
dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sempit seperti pada lahan perkarangan
sebagai obat. Apiin (apigenin 7- masih dapat diusahakan dalam pot atau
apiosiglukosida) adalah glukosida polybag. Menanam seledri dalam pot atau
penghasil aroma daun seledri dan umbi polibeg, selain kondisinya lebih mudah
celeriac (Tim Prima Tani, 2011). dikontrol juga dapat difungsikan sebagai
tanaman hias (Salvia, 2012).
Pada dasarnya prospek seledri sangat
cerah, baik di pasaran dalam negeri Pupuk merupakan saprodi (sarana
(domestik) maupun luar negeri sebagai produksi) yang berkaitan erat dengan
komoditas ekspor, namun pembudidayaan upaya pemenuhan kebutuhan pangan,
seledri di Indonesia yang belum dikelola pupuk menyumbang 20% dari keber-
secara komersial dan diantaranya dapat hasilan peningkatan produksi pertanian.
merujuk pada data dari Badan Pusat Pemberian pupuk kimia secara berlebihan
Statistik (BPS) tentang hasil survey jelas kurang bijaksana karena justru akan
pertanian tanaman sayuran di Indonesia memperburuk kondisi fisik tanah. Tanpa
pada tahun 2008, ternyata belum di imbangi dengan pemberian pupuk
ditemukan data luas panen dan produksi organik. Untuk mengembalikan keadaan
seledri secara nasional. Demikian pula tanah dan upaya pemulihan kesuburuan
dalam program penelitian dan pengem- tanah maka pupuk organik adalah solusi
bangan hortikultura di Indonesian pada terbaik (Suwahyono, 2011). Pupuk
Pusat Penelitian dan pengembangan organik buatan merupakan pupuk organik
(Puslitbang). Hortikultura sampai 2003/ yang sudah melalui pabrikasi dan
2004, ternyata tanaman seledri belum teknologi tinggi (Marsono, 2013).
mendapatkan prioritas penelitian, baik
sebagai komoditas utama, potensial Kandungan unsur yang terdapat pada
maupun introduksi (Sutrisna et al., 2005). pupuk organik Supernasa® ialah N 2,67%;
P2O5 1,36%; K 1,55%; Ca 1,46%;
Pada dasarnya budidaya seledri masih S 1,43%; Mg 0,4%; Cl 1,27%; Mn 0,01%;
jarang dilakukan di kota besar karena Fe 0,18%; Cu <1,19 ppm; Zn 0,002%;
kondisi lingkungan yang tidak sesuai Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0,11%;
dengan syarat pertumbuhannya. Informasi NaCl 2,09%; SO4 4,31%; C/N ratio

89
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

5,86%; pH 8; Lemak 0,07%; Protein setelah tanam (MST) yang sehat


16,69%; Karbohidrat 1,01%; Asam-asam dibongkar kemudian dipindahkan ke
organik (Humat 1,29%; Vulvat; dll) dalam polibeg ukuran 40 cm x 40 cm.
(kemasaan produk). Berdasarkan beberapa Pupuk yang diberikan untuk tanaman
alasan diatas maka perlu ditingkatkan lagi seledri adalah pupuk anorganik yang telah
pemupukan dengan menggunakan bahan dikurangi 50% yaitu pupuk NPK (25 g/l
organik sebagai salah satu sumber unsur air) (kontrol), dan 50% (12,5 g/l air),
hara untuk tanaman. Penelitian ini larutan pupuk disiramkan pada tanah
bertujuan untuk mengetahui respons sebanyak 250 ml per tanaman. KCl 0,50 g
pertumbuhan dan produksi tanaman per polibeg (0,25 g per polibeg) dan ZA
seledri terhadap penambahan dosis pupuk 0,75 g per polibeg (0,38 g per polibeg).
organik padat.
Pemupukan POP sesuai dengan
METODELOGI PENELITIAN kosentrasi perlakuan. Pemberian pupuk
dilakukan pada umur 2 MST (setelah
Penelitian dilaksanakan pada bulan dipindahkan ke polibeg) sampai dengan
Februari sampai April 2017 di kebun umur 7 MST dengan interval waktu
percobaan Fakultas Pertanian Universitas pemberian satu kali dalam seminggu. Pada
Muhammadiyah Jakarta. Penelitian di- umur 2 MST dan 4 MST tanaman seledri
lakukan dengan skala lapang dengan diberikan NaCl 0,25 g per polibeg untuk
menggunakan Rancangan Kelompok mendorong pertumbuhan tanaman seledri
Lengkap Teracak (RKLT) dengan menjadi hijau dan subur. Seledri dipanen
perlakuan sebagai berikut : P0 = Pupuk pada umur berumur 90 hari setelah tanam
anorganik 100% (kontrol), P1 = Pupuk (HST) pemanenan dilakukan dengan cara
anorganik 50% + POP 50 ml per tanaman, membongkar polibeg.
P2 = Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml
per tanaman, P3 = Pupuk anorganik 50% HASIL DAN PEMBAHASAN
+ POP 150 ml per tanaman, P4 = Pupuk
anorganik 50% + POP 200 ml per Keadaan Umum
tanaman dan P5 = Pupuk anorganik 50%
Rukmana (2011) melaporkan bahwa
+ POP 250 ml per tanaman. Setiap
keadaan iklim yang baik untuk
perlakuan diulang sebanyak 4 kali
pertumbuhan tanaman seledri keadaan
sehingga terdapat 24 satuan percobaan,
temperatur 9 – 20 oC, kelembaban 80% -
masing-masing satuan percobaan terdiri
90% dan curah hujan 60 - 100 mm/bulan.
dari 3 tanaman sehingga jumlah seluruh
Media tanam yang digunakan dalam
tanaman yang diamati sebanyak 72
penelitian ini adalah tanah bagian atas (top
tanaman percobaan.
soil) dengan pH 6,2. Tanah yang baik
Media tanam yang digunakan adalah untuk media tanam diambil dari lapisan
tanah + pupuk kotoran ayam dengan bagian (top soil), bertekstur gembur dan
perbandingan 1:1, dengan berat 10 kg per mampu menyediakan ruang tumbuh bagi
polibeg. Media tanam disiapkan 7 hari akar tanaman dan pH tanah antara 5,5 -
sebelum penanaman dengan menam- 6,5 (Hartono, 2016).
bahkan pupuk kotoran ayam dengan dosis
Adanya kendala yang dihadapi selama
100 gram per polibeg (Edi, 2009).
proses penelitian adalah adanya serangan
Kemudian di campurkan dan dimasukan
hama dan penyakit hal ini sangat
kedalam polibeg berukuran 40 cm x
mempengaruhi produksi tanaman seledri.
40 cm.
Pada minggu ke 4 setelah tanam, beberapa
Bibit seledri yang sudah membentuk 3 tanaman seledri terserang hama kutu daun
– 4 helai daun pada umur 4 minggu (Aphis craccivera). Serangan hama ini
menyebabkan daun tanaman seledri

90
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

menjadi kuning, terkadang daun menjadi malformasi daun, daun mengkerut dan
keriting dan menyebabkan pertumbuhan menggulung.
tanaman selederi terhambat. Selama
penelitian pengendalian hama dan Tinggi Tanaman
penyakit dengan penyemprotan pestisida
Pada umur 2 MST sampai 3 MST,
organik Provibio® dengan dosis 10 ml/l air
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP
yang diaplikasikan setiap 2 hari sekali
200 ml per tanaman, memiliki nilai
dengan waktu penyemprotan yang
tertinggi yaitu pada umur 2 MST
berbeda, karena serangan hama hanya
(10,54 cm) dan pada umur 3 MST
sedikit sehingga tidak perlu dilakukan
(16,06 cm) tetapi tidak berbeda nyata
penyemprotan insektisida anorganik. Pada
dengan perlakuan lainnya. Pada umur 4 –
umur 7 minggu setelah tanam terdapat 1
6 MST perlakuan pupuk anorganik 50% +
tanaman yang mati akibat penyakit layu
POP 150 ml per tanaman, memiliki nilai
Fusarium yaitu perlakuan pupuk organik
tertinggi yaitu pada umur 4 MST
50% + POP 50 ml/tanaman ulangan 1
(22,55 cm), umur 5 MST (28,10 cm) dan
tanaman 3. Balai Penelitian Tanaman
umur 6 MST (32,40 cm) tetapi tidak
Sayuran (2014) melaporkan bahwa
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
penyakit layu Fusarium disebabkan oleh
Pada umur 7 MST perlakuan pupuk
cendawan Fusarium oxysporum. Patogen
anorganik 50% + POP 200 ml per
ditularkan melalui udara dan air, gejala
tanaman, memiliki nilai tertinggi yaitu
serangan ditandai tanaman menjadi layu,
(40,50 cm) tetapi tidak berbeda nyata
mulai dari daun bagian bawah.
dengan perlakuan lainnya. Pada umur 8
Penangulangan dengan menggunakan
MST tinggi tanaman tertinggi ditunjukan
fungisida Dithane M45® untuk mengatasi
pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu
gangguan penyakit tersebut, sehingga
(43,75 cm) tetapi tidak berbeda nyata
serangan menjadi berkurang.
dengan semua perlakuan (Tabel 2).
Tabel 1. Data Iklim Bulan Februari -
Pengurangan dosis pupuk anorganik
April 2017
dengan penambahan POP dapat menyamai
Rataan Total
pemberian dosis pupuk anorganik 100%.
Curah
Bulan Temperatur Kelembaban
Hal ini berarti harus dikurangi
Hujan
(oC) (%) (mm/ penggunaan pupuk anorganik untuk
bulan) menghindari pengerasan tanah dan
Februari 25,5 85 444,4 pencemaran lingkungan seperti menurut
Maret 26,7 79 242,9 Marpaung (2014), penggunaan pupuk
April 26,0 76 278,7 anorganik menghasilkan peningkatan
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi produktivitas tanaman yang cukup tinggi.
dan Geofisika Wilayah II Namun, penggunaan pupuk anorganik
Ciputat. dalam jangka yang relatif lama umumnya
berdampak buruk pada kondisi tanah.
Pada umur 8 MST (pada saat panen), Tanah menjadi cepat mengeras, kurang
pada akar tanaman seledri ditemukan mampu menyimpan air dan cepat masam
beberapa tanaman yang terserang hama dan pada akhirnya akan menurunkan
kutu putih (Paracoccus marginatus). produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk
Menurut Andini (2015), kutu putih seledri anorganik yang dikombinasikan dengan
dapat menghisap cairan tumbuh dengan pupuk organik akan memberikan
memasuki stilet ke dalam jaringan akar. pengaruh yang sangat baik bagi pertum-
Pada waktu yang bersamaan kutu putih buhan dan produksi tanaman. Hal ini
mengeluarkan racun ke dalam daun, disebabkan karena pupuk organik dapat
sehingga mengakibatkan klorosis, kerdil, meningkatkan efesiensi penggunaan

91
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pupuk dan daya mengikat air serta melebihi dari kebutuhan dan
mengaktifkan mikroorganime tanah perkembangan tanaman seledri. Menurut
(Lestari, 2009). Setyamidjaja (1986) dalam Arlingga
(2014), pemupukan yang optimal dapat
Tinggi tanaman pada perlakuan pupuk dicapai apabila pupuk diberikan sesuai
anorganik 50% + POP 250 ml per dengan kebutuhan tanaman. Bila pupuk
tanaman merupakan tinggi tanaman yang melebihi volume optimum, maka dapat
terendah dimana perlakuan pupuk mengakibatkan keracunan pada tanaman.
anorganik 50% + POP 250 ml per Tanaman dapat tumbuh dengan baik
tanaman merupakan pemberian dosis apabila unsur hara yang diberikan dalam
pupuk organik padat Supernasa® tertinggi. jumlah seimbang dan sesuai dengan
Hal ini diduga bahwa pada dosis 250 ml kebutuhan tanaman.
dapat memberikan unsur hara yang

Tabel 2. Respon Tinggi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) terhadap Penambahan
Dosis Pupuk Organik Padat
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Pupuk anorganik 100%
9,21 15,05 19,92 24,58 32,30 38,25 43,70
(kontrol)
Pupuk anorganik 50% +
9,61 14,70 19,78 25,10 31,44 36,25 41,10
POP 50 ml
Pupuk anorganik 50% +
9,29 14,19 20,21 25,66 31,70 37,55 42,60
POP 100 ml
Pupuk anorganik 50% +
9,69 15,25 22,55 28,10 32,40 36,25 40,60
POP 150 ml
Pupuk anorganik 50% +
10,45 16,06 19,40 23,91 31,84 40,50 42,60
POP 200 ml
Pupuk anorganik 50% +
8,76 13,85 18,12 23,62 29,36 34,84 42,20
POP 250 ml

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat mempercepat pertumbuhan tanaman muda


bahwa tinggi tanaman seledri pada menjadi tanaman dewasa (Sutedjo, 2008).
masing-masing perlakuan terus bertambah Menurut Hardjowigeno (2010), kalium
tetapi tidak menunjukan adanya pengaruh merupakan unsur yang berperan dalam
yang nyata terhadap penambahan dosis memicu tinggi pada tanaman. Kekurangan
pupuk organik padat Supernasa®. Hal ini kalium pada tanaman dapat menyebabkan
diduga bahwa pupuk organik padat tanaman tidak tinggi atau tanaman
Supernasa® dapat menyediakan unsur N, P menjadi kerdil dan pinggir-pinggir daun
dan K yang di butuhkan tanaman seledri berwarna coklat, mulai dari daun tua.
dalam proses pertumbuhan vegetatif.
Lingga dan Marsono (2013) menyebutkan Jumlah Tangkai Daun
bahwa unsur nitrogen sangat penting
Pada setiap umur pengamatan jumlah
untuk pertumbuhan vegetatif tanaman
tangkai yang terbanyak adalah perlakuan
karena dapat merangsang pertumbuhan
pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per
secara keseluruhan, khususnya batang,
tanaman tetapi tidak berbeda nyata dengan
cabang dan daun. Ketersediaan unsur
perlakuan lainnya. Secara berurutan
nitrogen sangat penting pada saat
jumlah tangkai tanaman seledri terbanyak
pertumbuhan tanaman, karena nitrogen
adalah 4,33 buah; 5,91buah; 7,33 buah;
berperan dalam proses biokimia tanaman.
8,75 buah; 9,91 buah; 11,14 buah dan
Sedangkan fosfor berperan untuk
13,25 buah (Tabel 3). Jika dibandingkan

92
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

dengan kontrol pengurangan pupuk menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat
anorganik 50% hasilnya tidak berbeda Marpaung et al. (2014), semakin tinggi
nyata, bahkan secara angka jumlah dosis pupuk yang diberikan, maka
tangkai daun melebihi dari kontrol. kandungan unsur hara yang diterima oleh
tanaman semakin tinggi, namun
Data diatas menunjukan bahwa pemberian dengan dosis yang berlebihan
pemberian dosis yang lebih tinggi dapat justru dapat menimbulkan pertumbuhan
menjadikan pertumbuhan jumlah tangkai tanaman terhambat.

Tabel 3. Respon Jumlah Tangkai Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) terhadap
Penambahan Dosis Pupuk Organik Padat
Jumlah Tangkai
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Pupuk anorganik 100%
4,25 5,58 7,25 7,41 8,83 10,75 12,33
(kontrol)
Pupuk anorganik 50% +
4,25 5,33 7,08 7,66 8,91 10,41 12,00
POP 50 ml
Pupuk anorganik 50% +
4,00 5,41 6,58 7,16 8,83 10,58 11,83
POP 100 ml
Pupuk anorganik 50% +
4,16 5,41 6,66 7,58 9,41 9,58 11,08
POP 150 ml
Pupuk anorganik 50% +
4,33 5,91 7,33 8,75 9.91 11,14 13,25
POP 200 ml
Pupuk anorganik 50% +
4,00 5,00 6,37 7,16 8,33 9,41 10,25
POP 250 ml

Pertumbuhan jumlah tangkai meru- 200 ml per tanaman, memiliki jumlah


pakan bagian dari pertumbuhan vegetatif. tangkai daun terbanyak. Sementara
Pada pertumbuhan vegetatif unsur hara perlakuan pupuk anorganik 50% + POP
yang paling banyak dibutuhkan adalah 250 ml per tanaman, memiliki jumlah
unsur nitrogen. Menurut Balai Penelitian tangkai daun yang paling sedikit, namun
Pertanian Lahan Rawa (2015) menye- perlakuan pupuk anorganik 50% + 200 ml
butkan bahwa unsur nitrogen berperan per tanaman dan P0 (kontrol) memiliki
dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, jumlah tangkai daun yang tidak jauh
memberikan warna pada tanaman dan berbeda.
mendorong pertumbuhan organ-organ
yang berkaitan dengan fotosintesis. Panjang Akar, Jumlah Akar dan Bobot
Nitrogen berfungsi menyusun protein, Akar
asam nukleat, nuklotida dan klorofil pada
Diketahui bahwa (Tabel 4) perlakuan
tanaman, sehingga dengan adanya unsur
pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per
nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman, memiliki panjang akar terpan-
tangkai daun tanaman seledri (Rina,
jang yaitu (21,36 cm) tetapi tidak berbeda
2015).
nyata dengan kontrol dan perlakuan
Menurut Sutedjo (2008), bahwa keter- Supernasa® lainnya. Hal ini diduga
sediaan unsur hara yang diserap oleh masing-masing pupuk yang diberikan
tanaman merupakan salah satu faktor yang mampu memperbaiki sifat fisik tanah
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. sehingga akar dapat berkembang secara
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa leluasa. Sistem perakaran akan tumbuh
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP maksimal pada kondisi tanah yang baik

93
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

secara fisik maupun kimia (Nugroho, akar dan bobot akar yang lebih tinggi
2004). Menurut Fahmi et al. (2010), dibandingkan dengan kontrol sedangkan
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perlakuan pupuk organik padat
®
penambahan nitrogen melalui pemupukan Supernasa dengan dosis 250 ml per
akan merangsang pertumbuhan akar dan tanaman memiliki memiliki panjang akar,
meningkatkan berat akar. perakaran yang jumlah akar dan bobot akar terendah. Hal
tumbuh pada tanah cukup N berukuran ini menunjukan bahwa pemberian pupuk
besar, sedangkan perakaran pada tanah dengan dosis optimum bagi pertumbuhan
kurang N lebih panjang, kecil dan dan perkembangan akar akan mempe-
melimpah. ngaruhi kemampuan tanaman dalam
menyerap unsur hara dalam tanah.
Pada Tabel 4 diketahui bahwa perla- Bertolak belakang dengan pendapat
kuan pupuk anorganik 50% + POP 200 ml Siregar et al. (2015), dalam penelitiannya
per tanaman memiliki jumlah akar ter- menyebutkan bahwa dosis pupuk yang
banyak yaitu (11,66 buah) tetapi tidak semakin tinggi mampu memberikan kadar
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. unsur hara fosfor dalam yang tersedia
Pemberian pupuk organik padat dalam tanah semakin tinggi sehingga
Supernasa® dengan dosis 200 ml per banyak unsur hara yang tersedia bagi
tanaman memiliki panjang akar, jumlah pertumbuhan akar tanaman seledri.

Tabel 4. Respon Panjang Akar, Jumlah Akar dan Bobot Akar Tanaman Seledri (Apium
graveolens L.) terhadap Penambahan Dosis Pupuk Organik Padat
Panjang Jumlah Bobot
Perlakuan
Akar (cm) Akar Akar (g)
Pupuk anorganik 100% (kontrol) 19,65 9,83 5,66
Pupuk anorganik 50% + POP 50 ml/tanaman 21,05 10,57 7,14
Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml/tanaman 19,59 10,41 6,41
Pupuk anorganik 50% + POP 150 ml/tanaman 18,72 9,16 6,56
Pupuk anorganik 50% + POP 200 ml/tanaman 21,36 11,66 9,91
Pupuk anorganik 50% + POP 250 ml/tanaman 18,41 10,50 5,05

Pada perlakuan pupuk anorganik 50% semakin besar. Sejalan dengan pendapat
+ POP 200 ml per tanaman memiliki Wijaya (2008) menyatakan nitrogen
bobot akar terberat yaitu (9,91 g) tetapi berperan penting dalam mempengaruhi
tidak berbeda nyata dengan semua pertumbuhan akar tanaman dan
perlakuan. Perakaran tanaman seledri percabangan akar. Namun, apabila suplai
adalah sistem akar tunggang yang N berlebihan akan mengubah sifat-sifat
memiliki serabut akar yang pendek. Akar perakaran tanaman. Nitrogen berlebihan
pada percobaan ini termasuk akar yang akan lebih banyak memacu pertumbuhan
sehat, hal ini sesuai dengan pendapat tajuk daripada pertumbuhan akar,
Wachjar dan Anggayuhlin (2013) sehingga untuk pertumbuhan selanjutnya
melaporkan bahwa akar yang sehat akar tanaman tidak mampu melayani
berwarna putih dan memiliki serat yang kebutuhan air dan unsur seperti P dan K
banyak. Akar berinteraksi langsung untuk tajuk yang terlanjur berkembang
dengan partikel-partikel tanah dimana dengan baik. Sutedjo (2008), bahwa
unsur-unsur hara terutama unsur N, P dan unsur fosfor dapat mempercepat pertum-
K berada, sehingga semakin baik serapan buhan akar. Kalium juga berfungsi dalam
hara di akar, pertumbuhan dan perca- perkembangan dan percabangan akar. dan
bangan akar untuk mengambil hara dari kalsium berpengaruh baik pada pertum-
dalam tanah semakin luas dan bobot akar buhan ujung akar dan bulu-bulu akar.

94
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

Fosfor mempunyai peran dalam dosis 200 ml per tanaman yaitu 64,21 g
memperbaiki akar tanaman. Densitas tetapi tidak berbeda nyata dengan semua
(kerapatan) akar distimulasi oleh P perlakuan. Pada Tabel 5 dapat dilihat,
meskipun tidak sebaik pengaruh nitrat. rata-rata bobot basah dan bobot konsumsi
Namun dalam hal memacu pemanjangan tanaman seledri tidak menunjukan
akar lateral P berperan lebih jauh daripada perbedaan pada setiap perlakuan. Bobot
nitrogen. Perakaran tanaman yang basah dan konsumsi untuk perlakuan
mendapat suplai K optimal memiliki pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per
kemampuan menyerap air lebih daripada tanaman yaitu 64,21 g per rumpun dan
yang mengalami defisensi K (Wijaya, 54,24 g per rumpun mampu menyamai
2008). atau melebihi bobot terberat yang
dihasilkan petani sebesar 22,51 g per
Bobot Basah dan Bobot Konsumsi rumpun (Firmansyah, 2010). Perlakuan
pupuk anorganik 50% + POP 200 ml per
Bobot basah terberat dihasilkan oleh
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP tanaman juga mampu melebihi kontrol.

Tabel 5. Respon Bobot Basah dan Bobot Konsumsi Tanaman Seledri (Apium
graveolens L.) terhadap Penambahan Dosis Pupuk Organik
Perlakuan Bobot Basah (g) Bobot Konsumsi (g)
Pupuk anorganik 100% (kontrol) 51,92 46,50
Pupuk anorganik 50% + POP 50 ml/tanaman 52,72 48,07
Pupuk anorganik 50% + POP 100 ml/tanaman 53,30 47,21
Pupuk anorganik 50% + POP 150 ml/tanaman 54,65 48,08
Pupuk anorganik 50% + POP 200 ml/tanaman 64,21 54,24
Pupuk anorganik 50% + POP 250 ml/tanaman 42,13 36,91

Berat basah tumbuhan disebabkan oleh mendukung ter-jadinya pertumbuhan yang


adanya kandungan air sehingga memung- optimal yang menyebabkan proses
kinkan peningkatan kandungan air pembelahan sel dan pemanjangan sel
tanaman yang optimal. Pendapat berlangsung dengan cepat.
Mutryarny et al., (2014) menyatakan
bahwa berat basah tanaman umumnya Sedangkan respons tanaman seledri
sangat berfluktasi, tergantung pada terhadap perlakuan anorganik 50% + POP
keadaan kelambaban tanaman. Menurut 250 ml per tanaman menyebabkan bobot
Jumin (2008), besarnya kebutuhan air basah dan bobot konsumsi tanaman
pada setiap fase pertumbuhan berhu- seledri rendah. Hal ini diduga bahwa
bungan langsung dengan proses fisiologi, tanaman seledri mengalami kejenuhan
marfologi serta faktor lingkungan. hara sehingga tanaman seledri tidak
mampu menyerap hara secara optimal.
Bobot konsumsi terberat dihasilkan Menurut Indrakusuma (2000), rendahnya
oleh perlakuan pupuk anorganik 50% + bobot basah dan bobot kering tanaman
POP 200 ml per tanaman yaitu 54,24 g seledri disebab-kan penambahan pupuk
tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol organik yang menyebabkan bertambahnya
dan perlakuan Supernasa® lainya (Tabel hara yang tersedia dalam media tanam
5). Hal ini diduga bahwa dosis tersebut sehingga terjadi kelebihan hara yang
dosis yang dibutuhkan tanaman seledri. diserap oleh tanaman. Kelebihan unsur N,
Pendapat ini sejalan dengan penelitian P dan K dapat menyebabkan tanaman
Palimbungan et al. (2006) menyebutkan rentan terhadap penyakit, pertumbuhan
bahwa pemberian pupuk dalam jumlah tanaman terhambat, sehingga tanaman
sesuai dengan kebutuhan tanaman mengalami difesiensi (Lailiya, 2016).

95
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Menurut Sutedjo (2008) meyebutkan Fahmi, A, Syamsudin, S. Utami dan


unsur nitrogen berperan meningkatkan Radjagukguk. 2010. Pengaruh Interaksi
kualitas tanaman penghasil daun-daunan, Hara Nitrogen dan Fosfor terhadap
akan banyak menghasilkan daun dan Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.)
batang. Fosfor berperan mempercepat pada Tanah Regosol dan Latosol.
pertumbuhan serta meningkatkan hasil Berita Biologi, Vol. 10 (3): 297 – 304.
produksi tanaman sedangkan kalium Firmansyah, A. 2010. Teknik Budidaya
memiliki peran memperbaiki mutu Daun Sop (Plus Data Produksi). BPTP
produksi tanaman karena kalium dapat Kalimantan Tengah. Kalimantan
mencegah klorosis daun yang menjadi Tengah
bagian hasil dari panen. Hal tersebut dapat Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah.
berfungsi lebih baik apabila peng- Akademika Pressindo. Jakarta.
aplikasian dilapangan tepat. Hartono. 2016. Budidaya Tanaman
Seledri. Penyuluh Pertanian BP3K
SIMPULAN Sanankulon. http://blitarkab.go.id/ wp-
connect/.uploads/2016/09/Car a-
Pada seluruh parameter yang diamati
Menanam-Seledri.pdf (Diakses 11 Mei
perlakuan pupuk anorganik 50% + POP
2017).
dosis 200 ml per tanaman memiliki nilai
Indrakusuma. 2000. Pupuk Organik Cair
yang tinggi dibandingkan dengan
Supra Alam Lestari. Surya Pratama
perlakuan lainnya. Semua perlakuan tidak
Alam. Yogyakarta.
berbeda nyata terhadap seluruh parameter
Jumin, H. 2008. Agronomi. Raja Grafindo
yang diamati. Penambahan dosis pupuk
Persada. Jakarta.
organik padat Supernasa® dengan dosis
Lailiya, L. 2016. Memahami Unsur Hara
200 ml per tanaman lebih efektif
Makro dan Mikro pada Tanaman.
dibandingkan dengan penam-bahan dosis
http://bp4k.blitarkab.go.id/wp-content/
250 ml per tanaman pupuk organik padat
upload/2016/09/Memahami-Unsur-Ha
Supernasa® dan kontrol (anorganik 100%),
ra-Makro-dan-Mikro-pada-
sehingga dapat direkomendasikan sebagai
Tanaman.pdf (Diakses 16 Mei 2017)
pupuk pelengkap (tambahan) untuk
Lestari, A.P. 2009. Pengembangan
komoditi tanaman seledri.
Pertanian Berkelanjutan Melalui
DAFTAR PUSTAKA Subsitusi Pupuk Anorganik dengan
Pupuk Organik. Jurnal Agronomi, Vol.
Andini, M. 2015. Si Kutu “Putih”, Hama 13 (1): 38 – 44.
Kecil Berdampak Besar pada Tanaman Lingga, P. dan Marsono. 2013. Petunjuk
Pepaya. Balai Penelitian Tanaman Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Buah Tropika. Sumatra Barat Jakarta.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2014. Marpaung, A.E. 2014. Pemanfaatan
Modul Pelatihan Budidaya Kentang Pupuk Organik Padat dan Pupuk
Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Organik Cair dengan Pengurangan
Hama Terpadu (PHT). http://balitsa. Pupuk Anorganik terhadap Pertum-
litbang.pertanian.go.id/ind/images/cont buhan Tanaman Jagung. Jurnal
acmap/Berita%20Balitsa/.Pengenalan% Saintech, Vol. 6 (4): 8 – 15.
20Penyakit%20yang%20Menyerang% Marpaung, A.E., B. Karo dan R. Taringan.
20Pada%20Tanaman%20Kentang.pdf 2014. Pemanfaatan Pupuk Organik
(Diakses 11 Mei 2017). Cair dan Teknik Penanaman Dalam
Edi, S. 2009. Teknologi Budidaya Seledri Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil
Dataran Rendah. Balai Pengkajian Kentang. Jurnal Hortikultura, Vol. 24
Teknologi Pertanian Jambi. Jambi. (1): 49 – 55.

96
Alham dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Seledri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 88 – 97

Marsono. 2013. Pertunjuk Penggunaan Siregar, I, D. I. Roslim dan Herman. 2015.


Pupuk. Pinus Lingga. Jakarta Respon Panjang dan Volume Akar
Mutryarny, E, Endriani dan U. Lestari. Seledri (Apium grveolens L.) terhadap
2014. Pemanfaatan Urine Kelinci untuk Kompos Pelepah Kelapa Sawit dan
Meningkatkan Pertumbuhan dan Pupuk Kotoran Kerbau. Jurnal Online
Produksi Tanaman Sawi (Brassica Mahasiswa FMIPA, Vol. 2 (2): 1 – 7.
juncea L.) Varietas Tosakan. Jurnal Sutedjo, M. 2008. Pupuk dan Cara
Ilmiah Pertanian, Vol. 11 (2): 23 – 34. Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta
Nugroho B. 2004. Petunjuk Penggunaan Sutrisna, N., S. Sastraatmadja dan I. Ishaq.
Pupuk Organik. Jurnal Ilmu Pertanian 2005. Kajian Sistem Penanaman
13(9): 23 – 27. Tumpangsari Kentang dan Seledri di
Palimbungan, N.R, Labatar dan F. Lahan Dataran Tinggi Rancabali,
Hamzah. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Kabupaten Bandung. Jurnal Pengkajian
Lamtoro sebagai Pupuk Organik Cair dan Pengembangan Tekhnologi
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pertanian, Vol. 8. (1): 78 – 87.
Tanaman Sawi. Jurnal Agrisitem, Vol.2 Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis
(2): 96 – 101. Penggunaan Pupuk Orgaik secara
Rina. 2015. Manfaat Unsur N, P, K bagi Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya.
Tanaman. Badan Litbang Pertanian. Jakarta
Kalimantan Timur Direktorat Jenderal Hortikultura. 2014.
Rukmana, R. 2011. Bertanam Seledri. Statistik Produksi Hortikultura Tahun
Kanisius. Yogyakarta 2014. Kementerian Pertanian. Jakarta
Salvia, E. 2012. Teknologi Budidaya Tim Prima Tani. 2011. Petunjuk Teknis
Seledri dalam Pot. Balai Pengkajian Budidaya Seledri. Balai Penelitian
Teknologi Pertanian Jambi. Jambi. Tanaman Sayuran. Bandung
http://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/ Wachjar, A dan Anggayuhlin. 2013.
images/PDF/12seledri.pdf (Diakses Peningkatan Produktivitas dan
pada 12 Mei 2016) Efesiensi Konsumsi Air Tanaman
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada
Pemupukan. Dalam. Arlingga, B., A. Teknik Hidroponik melalui Pengaturan
Syukur dan H. Mas’ud. 2014. Pengaruh Populasi Tanaman. Bul. Agrohorti,
Persentase Naungan dan Dosis Pupuk Vol. 1 (1): 127 – 134.
Organik Cair terhadap Pertumbuhan Wijaya. K.A. 2008. Nutrisi Tanaman
Tanaman Seledri (Apium graveolens sebagai Penentu Kualitas Hasil dan
L.). Jurnal Agrotekbis, Vol.2 (6): 611 – Resistensi Alami Tanaman. Prestasi
619. Pustaka. Jakarta.

97
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

APLIKASI PUPUK GUANO DALAM MENINGKATKAN


UNSUR HARA N, P, K, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
KEDELAI PADA MEDIA TANAM TAILING TAMBANG
EMAS
Riza Syofiani* dan Giska Oktabriana
Dosen Program Studi Agroteknologi, STIPER Sawahlunto Sijunjung
Jalan H. Agus Salim No.17, Muaro Sijunjung, Sijunjung, Sumatera Barat 27511
*E-mail: riza_ayy@yahoo.com
Diterima: 10/11/2017 Direvisi: 20/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Penambangan emas selain menghasilkan emas sebagai produk utamanya, juga
menghasilkan limbah berupa tanah bekas pengolahan (tailing). Pada umumnya, tailing
memiliki unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pH rendah,
memiliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang rendah sehingga diperlukan strategi
pengelolaan tailing menjadi lebih produktif. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan
pemberian bahan organik. Salah satu bahan organik yang dapat digunakan agar tailing
menjadi lebih produktif adalah pupuk guano. Pupuk guano dapat memperbaiki
kesuburan tanah,karena memiliki kandungan N, P, dan K sehingga baik untuk
pertumbuhan tanaman. Pupuk guano mengandung 7 - 17% N, 8 – 15% P, dan 1,5 –
2,5% K. Tujuan dari penelitian ini adalah (1). untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk
guano yang berbeda dalam meningkatkan unsur hara N, P, K pada media tanam tailing
tambang emas. (2). Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk guano yang berbeda
terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada media tanam tailing tambang emas.
Penelitian dilakukan selama 5 bulan dari bulan Juli sampai November di lahan
percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Muaro Sijunjung. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dosis pupuk guano
yaitu A = kontrol (tanpa pupuk guano), B = pupuk guano 10 ton/ha, C = pupuk guano
15 ton/ha, D = pupuk guano 20 ton/ha, E = pupuk guano 25 ton/ha. Data hasil penelitian
dianalisis secara statistik dengan uji F pada taraf 5%, dilanjutkan dengan uji lanjutan
DNMRT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian didapatkan yaitu (1). Aplikasi pupuk
guano dapat meningkatkan unsur hara N, P, K tailing tambang emas. (2). Aplikasi
pupuk guano dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai pada media tanam
tailing tambang emas.
Kata kunci: tailing, guano, kedelai

GUANO FERTILIZER APPLICATION IN ENHANCING NUTRIENT N, P, K,


AND PLANT GROWTH OF SOYBEAN ON GROWING MEDIA
GOLD MINE TAILINGS
ABSTRACT
Gold mining in addition to producing gold as its main products, also produces waste in
the form of land used for processing (tailings). In general, the tailings have nutrients,
especially nitrogen (N), phosphorus (P) and potassium (K), low pH, has a cation
exchange capacity (CEC) so low that the tailings management strategy is required to be
more productive. Strategies that can be done by organic matter. One of the organic

98
Syofiani dan Oktabriana. 2017. Aplikasi Pupuk Guano dalam Meningkatkan Unsur …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 98 – 103

material that can be used in order to be more productive tailing is guano fertilizer.
Guano fertilizer to improve soil fertility, because it contains N, P, and K so good for
plant growth. Guano fertilizer containing 7 – 17% N, 8 – 15% P, and 1,5 – 2,5% K. The
purpose of this study were (1). to determine the effect of different doses of guano
fertilizer in enhancing nutrient N, P, K in the planting medium gold mine tailings.
(2). To determine the effect of different doses of guano fertilizer on plant growth
soybean planting medium gold mine tailings. The study was conducted during the five
months from July to November in field trials College of Agricultural Sciences (STIPER)
Muaro Sijunjung. Research using completely randomized design (CRD) with a dosage
of fertilizer guano ie A = control (without fertilizer guano), B = 10 ton/ha of fertilizer
guano, C = 15 ton/ha of fertilizer guano, D = 20 ton/ha of fertilizer guano,
E = 25 ton/ha of guano fertilizer. Data were statistically analyzed by F test at 5%,
followed by further tests DNMRT at the 5% significance level. The results showed that
(1). Guano fertilizer application can increase nutrients N, P, K gold mine tailings.
(2). Guano fertilizer application could increase the growth of soybean plants in the
planting medium gold mine tailings.
Keywords: tailing, guano, soybean

PENDAHULUAN (Jamilah et al., 2009). Dengan demikian,


Kabupaten Sijunjung mempunyai potensi
Kabupaten Sijunjung merupakan salah yang besar untuk mengembangkan guano
satu daerah yang memiliki penambangan sebagai pupuk secara langsung.
emas. Penambangan emas selain
menghasilkan emas sebagai produk Pupuk guano dapat memperbaiki
utamanya, juga menghasilkan limbah kesuburan tanah, pupuk guano
berupa tanah bekas pengolahan (tailing). mengandung 7 – 17% N, 8 – 15% P, dan
Tailing berupa padatan semacam pasir 1,5 – 2,5% K. N sangat dibutuhkan
yang sangat halus atau dalam bentuk tanaman untuk mendukung pertumbuhan
slurry, yaitu padatan yang bercampur vegetatif tanaman. Selanjutnya P
dengan air membentuk lapisan tipis. Pada merangsang pertumbuhan akar dan
umumnya, tailing sangat miskin unsur pembungaan, K terutama berperan untuk
hara terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan memperkuat jaringan tanaman terutama
kalium (K), sehingga diperlukan strategi batang tanaman. Suwarno dan Idris (2007)
pengelolaan tailing menjadi lebih menjelaskan bahwa pemberian pupuk
produktif. Strategi yang dapat dilakukan guano dapat menaikkan pH tanah, KTK
yaitu dengan pemberian bahan organik. tanah, kadar N, P, K dan P tersedia.
Bahan organik berperan dalam
meningkatkan unsur hara di dalam tanah, Kedelai (Glycine max (L.) Merr)
salah satu bahan organik yang dapat menjadi komoditas pangan yang telah
digunakan agar tailing menjadi lebih lama dibudidayakan di Indonesia,
produktif adalah pupuk guano. Guano Peningkatan permintaan kedelai tidak
merupakan kotoran burung laut ataupun sejalan dengan peningkatan produksi
kelelawar yang banyak ditemui di dalam kedelai. Badan Pusat Statistik (2015),
gua. Kabupaten Sijunjung memiliki melaporkan perkembangan tanaman
deposit guano yang cukup banyak, dapat kedelai di Sumatera Barat menunjukkan
mencapai ribuan ton. Guano di daerah ini penurunan yang cukup besar, lebih dari
memiliki kadar P yang cukup tinggi yaitu 50%, baik dalam luasan areal maupun
18% P2O5 yang setara dengan kadar P produksinya. Pada tahun 2014, luas areal
fosfat alam asal Lamongan Jawa Timur tanaman kedelai 785 ha, sedangkan pada

99
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

tahun 2015, luas areal hanya 296 ha. Total unsur hara N, P, K yang dibutuhkan
produksi selama periode yang sama tanaman. Aplikasi pupuk guno diharapkan
menurun dari 911 ton menjadi 352 ton. dapat meningkatkan ketersediaan unsur
Oleh karena itu, produksi kedelai perlu hara N, P, K pada media tanam tailing
ditingkatkan. Berdasarkan pemikiran tambang emas dan dapat meningkatkan
diatas penulis tertarik untuk melakukan pertumbuhan kedelai.
penelitian dengan judul “Pemanfaatan
Pupuk Guano Dalam Meningkatkan Unsur Tabel 1. Analisis Hara Pupuk Guano
Hara N, P, K, Dan Hasil Tanaman Kedelai Hara Pupuk
Ciri Kimia Satuan
(Glycine max (L.) Merr) Pada Media Guano
Tanam Tailing Tambang Emas”. pH - 5,45
C-organik % 21,95
METODE N-total % 1,82
Penelitian dilakukan selama 5 bulan P2O5 % 56,71
dari bulan Juli sampai November di lahan K total % 0,68
percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Muaro Sijunjung dan dilan-
jutkan dengan analisis tanah dan tanaman Hasil Analisis Sifat Kimia Tailing
di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Tambang Emas
Universitas Andalas (UNAND). Penelitian 1. Kandungan N –total
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 Hasil analisis sifat kimia N-total tailing
ulangan, sehingga terdapat 15 satuan tambang emas disajikan pada Tabel 2.
percobaan dengan komposisi dibawah ini : berikut ini. Pada Tabel 2 terlihat bahwa
A = Kontrol (tanpa pupuk guano) terjadi perubahan kriteria N-total tanah
B = Pupuk guano 10 ton/ha setelah diberi pupuk guano (B, C, D, E).
C = Pupuk guano 15 ton/ha Kadar N tanah pada perlakuan kontrol (A)
D = Pupuk guano 20 ton/ha yaitu 0,41 berada pada kriteria sedang.
E = Pupuk guano 25 ton/ha Kemudian setelah diinkubasi pupuk guano
mengalami peningkatan sebesar 0,40 -
Data hasil penelitian dianalisis secara 1,27 %. Kadar N tertinggi pada perlakuan
statistik dengan uji F pada taraf 5 %. Jika E (pupuk guano 25 ton/ha). Peningkatan
F hitung lebih besar dari F tabel 5 %, N disebabkan oleh penambahan bahan
maka dilanjutkan dengan uji lanjutan organik berupa pupuk guano (Tabel 1).
DNMRT pada taraf nyata 5%.
Tabel 2. Kandungan N-total Tailing
HASIL DAN PEMBAHASAN Tambang Emas pada
Hasil Analisis Hara Pupuk Guano Berbagai Perlakuan Pupuk
Guano
Hasil analisis hara pupuk guano P2O5 K-dd (me
Perlakuan N (%)
disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis hara (ppm) per 100 g)
menunjukkan bahwa guano mempunyai A 0,41 6,40 0,25
pH masam, kandungan C-organik B 0,81 13,00 0,30
mencapai 21,95%. Kandungan N-total C 1,43 16,62 0,30
guano mengandung 1,82% N. Kandungan D 1,54 28,36 0,32
hara P2O5 dan K-total berturut-turut yaitu E 1,68 29,98 0,44
56,71% dan 0,68%.
Pemberian bahan organik ke dalam
Ciri kimia pupuk guano pada Tabel 1.
tanah akan mengalami penguraian dan
menunjukkan bahwa guano membebaskan
membebaskan N. Menurut Hakim et al.,

100
Syofiani dan Oktabriana. 2017. Aplikasi Pupuk Guano dalam Meningkatkan Unsur …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 98 – 103

(2011) pemberian bahan organik ke dalam Hasil analisis kimia kandungan K-dd
tanah mengalami proses dekomposisi setelah diberi perlakuan disajikan pada
yang mampu menghasilkan nitrogen. Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa
Bahan organik adalah sumber N utama penambahan pupuk guano yang berbeda-
dalam tanah. Bahan organik akan beda meningkatkan kandungan K-dd.
dirombak dengan bantuan mikroba tanah
menjadi senyawa amina (aminisasi). Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa K-dd
Senyawa amina akan menjadi amonium tanah pada berada pada kriteria rendah.
(ammonifikasi), dan selanjutnya amonium Setelah diberi perlakuan pupuk guano
diubah menjadi nitrit dan nitrat (B,C,D,E) mengalami peningkatan sebesar
(nitrifikasi). Melalui mekanisme tersebut, 0,05 – 0,19 me per 100g. Peningkatan K-
N yang terkandung di dalam guano akan dd akibat pemberian pupuk guano pada
dibebaskan ke dalam tanah, sehingga tailing tambang emas akan membebaskan
tersedia bagi tanaman. unsur K ke dalam tanah (Tabel 1).

2. Kandungan P2O5 Tabel 4. Kandungan K-dd Tailing


Tambang Emas pada
Hasil analisis kimia nilai P2O5 setelah Berbagai Perlakuan Pupuk
diber pupuk guano disajikan pada Tabel 3. Guano
Pada Tabel 3 terlihat bahwa penambahan Perlakuan K-dd (me per 100 g)
pupuk guano yang berbeda-beda A 0,25
meningkatkan kandungan P2O5 tailing B 0,30
tambang emas. C 0,30
D 0,32
Tabel 3. Kandungan P2O5 Tailing E 0,44
Tambang Emas pada
Berbagai Perlakuan Pupuk Pengamatan Tanaman
Guano
Perlakuan P2O5 (ppm) 1. Tinggi Tanaman (cm)
A 6,40
B 13,00 Dari analisis sidik ragam diketahui
C 16,62 bahwa berbagai perlakuan (A, B, C, D , E)
D 28,36 berpengaruh nyata terhadap tinggi
E 29,98 tanaman. Pengaruh pemberian guano
terhadap tinggi tanaman kedelai disajikan
Kandungan P2O5 perlakuan A pada Tabel 5.
tergolong pada kriteria sangat rendah
Tabel 5. Rata-rata Tinggi Tanaman
karena hanya 6,40 ppm. Pemberian pupuk
Kedelai pada Berbagai
guano mampu meningkatkan P2O5 sebesar
Perlakuan Pupuk Guano
6,60 – 23,58 ppm. Kandungan P2O5 pada
Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
perlakuan D (pupuk guano 20 ton/ha) dan
A 40,67b
E (pupuk guano 25 ton/ha) tergolong pada
B 51,00a
kriteria tinggi. Peningkatan kadar P2O5
berasal dari kandungan P2O5 pupuk guano C 51,00a
yang melepaskan P (Tabel 1). D 53,00a
E 51,33a
Angka-angka pada lajur tinggi tanaman
yang diikuti huruf kecil yang sama
berbeda tidak nyata menurut uji DNMR
Ttaraf 5 %.
3. Kandungan K-dd

101
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada daun. Taling tambang emas yang diberi
tinggi tanaman pada pemberian pupuk perlakuan pupuk guano (B, C, D, E)
guano (B,C,D,E) lebih tinggi jika memberikan lebar daun yang lebih lebar
dibandingkan kontrol (A). Hal ini dibandingkan kontrol (tanpa pupuk
disebabkan olehpemberian pupuk guano guano). Hal ini disebabkan unsur N yang
pada perlakuan B, C, D, E dapat terkandung pada pupuk guano (Tabel 5)
memperbaiki sifat kimia tailing tambang mampu dimanfaatkan dengan baik oleh
emas seperti pH, C-organik, P2O5, K-dd tanaman kedelai.
dan terutama unsur hara N yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman mengalami Tabel 6. Rata-rata Lebar Daun (cm)
peningkatan (Tabel 3, 4, 5, 6), sehingga Tanaman Kedelai pada
akar tanaman dapat berkembang dengan Berbagai Perlakuan Pupuk
baik dan dapat menyerap unsur hara lebih Guano
banyak. Unsur N yang diserap oleh akar Perlakuan Lebar Daun (cm)
digunakan untuk pertumbuhan secara A 4,67b
keseluruhan, khususnya batang, cabang B 7,00a
dan daun. Pemberian pupuk organik yang C 7,67a
mengandung unsur N akan mendorong D 8,00a
dan mempercepat pertumbuhan dan E 7,33a
pertambahan tinggi tanaman. Angka-angka pada lajur lebar daun yang
diikuti huruf kecil yang sama berbeda
Pertumbuhan tinggi tanaman ber- tidak nyata menurut uji DNMRTtaraf 5%.
langsung pada fase pertumbuhan
vegetatif. Fase pertumbuhan vegetatif Kandungan unsur hara yang terdapat
tanaman berhubungan dengan tiga proses pada pupuk guano (Tabel 1) mampu
penting yaitu pembelahan sel, peman- meningkatkan kadar N-total dan K-dd
jangan sel, dan tahap pertama dari tailing tambang emas. Nitrogen yang
diferensiasi sel. Ketiga proses tersebut terdapat pada pupuk guano memiliki
membutuhkan kabohidrat, karena karbo- fungsi utama sebagai bahan klorofil,
hidrat yang terbentuk akan bersenyawa protein, dan asam amino sehingga
dengan persenyawaan-persenyawaan berperan dalam penambahan lebar daun
nitrogen untuk membentuk protoplasma sedangkan K (Kalium) berfungsi sebagai
pada titik-titik tumbuh yang akan pembentukan enzim dan berperan dalam
mempengaruhi pertambahan tinggi proses pembelahan dan perpanjangan sel,
tanaman. Ketersediaan karbohidrat serta, mengatur distribusi hasil fotosintesis
dibentuk dalam tanaman dipengaruhi oleh sehingga menyebabkan bertambahnya
ketersediaan hara bagi tanaman tersebut lebar daun pada tanaman (Dikdik, 2014).
(Mardianto, 2014).
Pertumbuhan lebar daun juga
2. Lebar Daun (cm) disebabkan oleh faktor lingkungan berupa
intensitas cahaya dan aerasi tanah yang
Berdasarkan analisis sidik ragam sangat menunjang bagi pertumbuhan
tampak bahwa berbagai perlakuan daun. Pertumbuhan lebar akan berhenti
berpengaruh nyata terhadap lebar daun pada kondisi tertentu jika daun telah
tanaman kedelai. Pengaruh pemberian mencapai batas maksimal sebagai sebagai
pupuk guano terhadap lebar daun ukuranya sesuai dengan habitatnya.
disajikan pada Tabel 6. Nurhayati (1987) menyatakan bahwa
secara fisiologis daun mempunyai
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa
pertumbuhan yang terbatas, artinya tidak
pemberian pupuk guano memberikan
terus menerus bertambah bila telah
pengaruh yang sangat baik terhadap lebar
mencapai bentuk daun ukuran lebarnya.

102
Syofiani dan Oktabriana. 2017. Aplikasi Pupuk Guano dalam Meningkatkan Unsur …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 98 – 103

SIMPULAN (50%) dalam Meningkatkan Produksi


Padi pada Sawah Bukaan Baru di
1. Pemanfaatan pupuk guano dapat Kabupaten Dharmasraya. Laporan
meningkatkan unsur hara N, P, K pada Hasil Penelitian KKP3T Tahun III.
media tanam tailing tambang emas. Kerjasama Universitas Andalas dengan
Sekretariat Badan Penelitian Tanah dan
2. Pemanfaatan pupuk guano berpengaruh
Pengembangan Pertanian.
terhadap pertumbuhan tanaman kedelai
Jamilah, Munir, R., Suardi, Mulyati, R.,
pada media tanam tailing tambang
dan Renor, Y. 2009. Peranan Kesesuian
emas.
Bioaktivator Untuk Meningkatkan
UCAPAN TERIMA KASIH Kandungan Basa-Basa Pada Kompos
Guano dan c. Odorata. Jurnal Embrio.
Terima kasih kepada DRPM RISTEK 2 (1): 19-25.
DIKTI yang telah mendanai penelitian ini. Mardianto, R. 2014. Pertumbuhan dan
Hasil Cabai (capsicum annum l.)
DAFTAR PUSTAKA dengan Pemberian Pupuk Organik Cair
Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen Daun Tithonia dan Gamal. Jurnal
dan Produksi Kedelai. Gamma, Vol. 7 (1): 61 – 68.
http://www.bps.go.id (Diakses tanggal Nurhayati. 1987. Fisologi Tanaman
1 Mei 2016). Kedelai. Media Tani. Jakarta.
Dikdik, T. 2014. Fungsi Utama Hara N. Suwarno dan K. Idris. 2007. Potensi dan
Media Petani. Kemungkinan Penggunaan Guano
Hakim, N., M. Yanti., dan N. Rozen. Secara Langsung Sebagai Pupuk Di
2011. Uji Multi Lokasi Pemanfaatan Indonesia. Jurnal Tanah dan
Pupuk Organik Titonia Plus untuk Lingkungan, Vol. 9 (1): 37 – 43.
Mengurangi AplikasiPupuk Buatan

103
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
MELON TERHADAP PEMBERIAN PUPUK
ORGANIK CAIR Tithonia diversifolia
Putri Annisa* dan Helfi Gustia
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. KH. Ahmad Dahlan, No. 1, Cirendeu, Ciputat. 15419
*E-mail: triannisa009@gmail.com
Diterima: 12/10/2017 Direvisi: 23/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang banyak
digunakan sebagai sumber vitamin dalam pola menu makanan dan dikonsumsi semua
lapisan masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon
pertumbuhan dan produksi melon terhadap pemberian pupuk organik cair (POC)
Tithonia diversifolia. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2017 di Kebun
Percobaan Dinas Pertanian dan Kelautan Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan dan lima ulangan.
Perlakuannya adalah NPK 100% sebagi kontrol, dan lima konsentrasi pupuk organik
cair T. diversifolia, yaitu 50% NPK + 5% POC T. Diversifolia; 50% NPK + 10% POC
T. Diversifolia; 50% NPK + 15% POC T. diversifolia; 50% NPK + 20% POC
T. diversifolia; dan 50% NPK + 25% POC T. diversifolia. Parameter yang diamati
adalah jumlah daun, jumlah cabang, waktu bunga pertama, jumlah bunga jantan, jumlah
bunga betina, jumlah bunga total, bobot buah dan diameter buah. Hasil penelitian
menunjukkan perlakuan pemberian POC T. diversifolia berpengaruh tidak nyata
terhadap parameter jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga betina, bobot buah dan
diameter buah. Pemberian perlakuan POC T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap
waktu bunga pertama, jumlah bunga jantan dan jumlah bunga total. Perlakuan kontrol
(NPK 100 %) memberikan bobot buah terberat dan diameter buah terbesar akan tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Kata kunci: Melon, pupuk organik cair, kipahit
RESPONSE OF GROWTH AND PRODUCTION OF MELON PLANT BY
UTILIZATION OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER Tithonia diversifolia
ABSTRACT
Melon (Cucumis melo L.) is one of horticulture commodity which is widely used as a
source of vitamin in diet pattern and consumed by every layers of Indonesian people.
Research aims to determine the response of growth and production melon to the
provision of liquid organic fertilizer (POC) Tithonia diversifolia. Research be located
in Experimental Garden of South Jakarta Agriculture and Maritime Office in March
until June 2017. Research used Randomized Block Design (RBD) with six treatments
and five replications. Research used NPK 100% as control, and five concentrations of
liquid organic fertilizer T. diversifolia were 50% NPK + 5% POC T. diversifolia; 50%
NPK + 10% POC T. diversifolia; 50% NPK + 15% POC T. diversifolia; 50% NPK +
20% POC T. diversifolia; and 50% NPK + 25% POC T. diversifolia. The parameters
observed were the number of leaves, number of branches, the first flower time, the

104
Annisa dan Gustia. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

number of male flowers, the number of female flowers, the total number of flowers, the
fruit weight and the fruit diameter. The results shows that treatment for POC T.
diversifolia had no significant effect on leaf number, number of branch, number of
female flowers, fruit weight and fruit diameter. The giving of POC T. diversifolia
treatment had a significant effect on the first flower time, the amount of the male
flowers and the total amount of flower. The control treatment (NPK 100%) gave the
heaviest fruit weight and largest fruit diameter but not significantly different from other
treatments.
Keywords: Liquid organic fertilizer, kipahit, melon

PENDAHULUAN Penggunaan pupuk anorganik secara


intensif selama beberapa dekade
Melon merupakan salah satu komoditi menyebabkan ketergantungan petani pada
hortikulura yang memiliki nilai ekonomi pupuk anorganik. Penggunaan pupuk
cukup tinggi dan menguntungkan untuk anorganik yang berlebihan dapat
diusahakan sebagai sumber pendapatan memberikan efek negatif seperti
petani. Melon dengan rasanya yang manis pencucian, polusi sumber air, musnahnya
merupakan sumber vitamin dalam pola mikroorganisme dan serangga yang
menu makanan masyarakat Indonesia menguntungkan serta tanaman peka
serta bahan baku industri olahan. Umur terhadap serangan penyakit, di sisi lain
panen yang singkat dan tingginya harga juga menyebabkan kesuburan dan
buah melon menjadikan melon sebagai kandungan bahan organik tanah menurun
komoditas bisnis unggulan. (Munawar, 2011).
Kebutuhan melon dalam negeri setiap Tithonia diversifolia atau bunga
tahunnya cenderung terus meningkat, matahari Meksiko biasa di sebut kipahit
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. adalah salah satu gulma perdu dari
Menurut Badan Pusat Statistik (2017) golongan Asteraceae yang banyak
produksi melon pada tahun 2013, 2014 menetap di areal pertanian dan non
dan 2015 berturut-turut 125.207; 150.365 pertanian, yang dapat dimanfaatkan
dan 137.887 ton dan hanya memenuhi sebagai bahan pembuatan pupuk organik
kebutuhan nasional sekitar 40%, baik padat maupun cair (Mardianto,
selebihnya kebutuhan dipenuhi melalui 2014). Keuntungan menggunakan
impor. T. diversifolia sebagai bahan organik
adalah kelimpahan produksi biomass,
Sehubungan dengan program
adaptasinya luas dan mampu tumbuh pada
peningkatan produksi dan upaya
lahan marginal, waktu dekomposisi yang
mengurangi import, saat ini mulai
lebih cepat serta kandungan unsur hara
diterapkan penggunaan pupuk alternatif
yang cukup tinggi dan baik untuk
yang dampaknya kecil terhadap sumber
memperbaiki produktifitas tanah serta
daya lingkungan usaha pertanian dan
meningkatkan produksi tanaman
memenuhi syarat ramah lingkungan
(Nurrohman et al., 2014).
(pertimbangan ekologi). Selain itu
pergeseran pola hidup masyarakat yang Purwani (2010) melaporkan
saat ini mulai beralih ke pola hidup sehat T. diversifolia memiliki kandungan hara
dengan mengkonsumsi produk organik 2.7 – 3.59% N; 0.14 – 0.47% P; 0.25 –
serta mahalnya harga pupuk anorganik, 4.10% K. Dikenal sebagai tanaman liar
menjadi landasan bagi petani untuk mulai yang kurang dimanfaatkan ternyata
mengurangi penggunaan bahan-bahan T. diversifolia dapat berfungsi sebagai
anorganik pada budidaya pertanian.

105
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pupuk organik cair (POC). Hasil analisa lokal (MOL) limbah buah sebagai
fermentasi yang telah dilakukan diperoleh aktivator. POC dibuat dengan bahan
kandungan N yang cukup tinggi yaitu limbah tanaman T. diversifolia segar
1.46% pada hari ke-9 fermentasi dan ditambah dengan 100 ml molases, 100 ml
pemberian pupuk organik cair kipahit 8 mol, 1 L air cucian beras dan 1 L air biasa,
ml/tanaman menunjukkan hasil yang lebih kemudian difermentasi selama 2 minggu.
baik pada parameter laju asimilasi bersih,
laju pertumbuhan relatif dan produksi Penanaman melon dilakukan dengan
tanaman kailan (Sinaga et al., 2014). cara tanam benih langsung ke dalam
polibeg. Pemupukan dasar dilakukan
Perbaikan-perbaikan yang diharapkan bersamaan saat penanaman dengan dosis
dengan pemberian POC T. diversifolia sesuai anjuran yaitu 1.9 g ZA; 1.2 g SP-36
adalah semakin baiknya lingkungan dan 1.9 g KCl untuk setiap polibeg (Sobir
tumbuh dan menyediakan unsur hara bagi dan Siregar, 2014). Pemberian pupuk
tanaman. Selain itu dapat meningkatkan susulan dilakukan sesuai dengan
nilai manfaat gulma T. diversifolia sebagai perlakuan masing-masing dengan interval
bahan substitusi pupuk anorganik. Tujuan pemberian satu minggu sekali. Pemang-
penelitian ini adalah untuk mengetahui kasan cabang dilakukan dari ruas pertama
respon pertumbuhan dan produksi melon sampai ruas ke-8 dan di atas ruas ke-11,
terhadap pemberian pupuk organik cair T. setelah itu dipilih satu buah yang paling
diversifolia pada berbagai konsentrasi. baik untuk dipelihara sampai besar.
Parameter yang diamati terdiri dari jumlah
METODE daun, jumlah cabang, waktu bunga
pertama, jumlah bunga jantan, jumlah
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan
bunga betina, jumlah bunga total, bobot
dimulai pada bulan Maret sampai Juni
buah dan diameter buah.
2017 di Kebun Percobaan Dinas Pertanian
dan Kelautan Jakarta Selatan. Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini menggunakan percobaan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan enam Jumlah Daun
perlakuan yaitu, P0 (NPK 100%),
P1 (50% NPK + 5% POC T. diversifolia), Perlakuan pemberian POC
P2 (50% NPK + 10% POC T. diversifolia), T. diversifolia berpengaruh tidak nyata
P3 (50% NPK + 15% POC T. diversifolia), terhadap jumlah daun tanaman melon
P4 (50% NPK + 20% POC T. diversifolia), pada 1 – 3 minggu setelah tanam (MST).
P5 (50% NPK + 25% POC T. diversifolia). Jumlah daun terbanyak ada pada tanaman
Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kontrol (Tabel 1), hal ini diduga karena
kali dan tiap satuan percobaan terdiri dari pada tanaman kontrol tidak ada
tiga tanaman, dengan penanaman pada pengurangan dosis NPK sementara pada
polibeg. Data dianalisis dengan uji lanut tanaman perlakuan pemberian NPK
BNJ taraf 5 %. dikurangi 50%. Kandungan Nitrogen yang
ada pada POC T. diversifolia hanya 0.12%
Rekomendasi pemupukan susulan lebih sedikit dibandingkan Nitrogen yang
tanaman melon oleh Sobir dan Siregar ada pada pupuk NPK (Tabel 2). Hal ini
(2014), berturut-turut minggu 1 – 6 MST menyebabkan jumlah daun pada kontrol
adalah 5, 10, 20, 20, 20 g NPK per liter lebih banyak namun tidak berbeda nyata
(200 ml per tanaman) dan 1 g KNO3 per dengan perlakuan yang lainnya.
liter (200 ml per tanaman), NPK yang
digunakan NPK Mutiara (16:16:16). Selain mengandung unsur hara makro
dan mikro, POC T. diversifolia
Pembuatan POC T. diversifolia mengandung mikroorganisme. Kebera-
dilakukan menggunakan mikroorganisme daan mikroorganisme tanah dapat

106
Annisa dan Gustia. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

memperbaiki sifat tanah diantaranya sebagai komponen utama protein, hormon,


struktur tanah dan membantu ketersediaan klorofil, vitamin dan enzim esensial untuk
unsur hara baik secara langsung melalui kehidupan tanaman. Metabolisme N
aktivitas mengikat unsur hara maupun merupakan faktor utama pertumbuhan
secara tidak langsung dengan vegetatif, batang dan daun. Semakin
mendekomposisi bahan organik dan tinggi ketersediaan unsur Nitrogen di
mendaur hara. dalam tanah maka semakin baik pula
proses pembentukan organ vegetatifnya.
Munawar (2011) menyatakan bahwa
Nitrogen (N) dalam tanaman berfungsi

Tabel 1. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap


Jumlah Daun Tanaman Melon pada Umur 1 – 3 MST
Jumlah Daun (Helai)
Perlakuan
1 MST 2 MST 3MST
NPK 100 % (Kontrol) 4,53a 11,93a 27,47a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 4,20a 10,47a 23,67a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 4,73a 11,60a 24,93a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 4,20a 11,20a 26,67a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 4,07a 10,07a 22,93a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 4,33a 11,87a 26,53a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNJ pada taraf 5%

Tabel 2. Hasil Analisa Unsur Hara POC Jumlah Cabang


T. diversifolia
Jenis Pengujian Hasil Pemeriksaan Pemberian POC T. diversifolia tidak
pH 6,780 berpengaruh nyata terhadap jumlah
N (%) 0,120 cabang tanaman melon pada umur 2 – 3
P (%) 0,013 MST, seperti terlihat pada Tabel 3.
Pembentukan jumlah cabang dipengaruhi
K (%) 0,470
oleh ketersediaan unsur hara Nitrogen (N)
Na (%) 0,013
dan Fosfor (P) pada media dan yang
Ca (%) 0,036
tersedia bagi tanaman (Nyakpa 1998
Mg (%) 0,040
dalam Prayoda et al., 2015).
C- Org (%) 1,220
Fe (ppm) 3,270 Gardner (1991) dalam Prayoda et al.,
Mn (ppm) 3,120 (2015) menyatakan bahwa unsur N sangat
Zn (ppm) 1,010 dibutuhkan tanaman untuk sintetis asam
amino dan protein, terutama pada titik–
B (ppm) 5,850 titik tumbuh tanaman sehingga
S (ppm) 60,040 mempercepat proses pertumbuhan
Sumber: Laboratorium Pengujian Balai tanaman seperti pembelahan sel dan
Penelitian Tanaman Rempah perpanjangan sel sehingga meningkatkan
dan Obat (2017). jumlah cabang tanaman.

107
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 3. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap


Jumlah Cabang Tanaman Melon pada Umur 2 – 3 MST
Jumlah Cabang
Perlakuan
2 MST 3 MST
NPK 100 % (Kontrol) 1,80a 3,53a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 1,47a 2,87a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 1,53a 3,07a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 1,67a 2,93a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 1,87a 3,13a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 1,73a 3,27a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNJ pada taraf 5%

Suryawaty dan Wijaya (2012), T. diversifolia konsentrasi 5% tetapi tidak


menyebutkan fungsi unsur hara bagi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur Tanaman paling lama berbunga ada pada
lain dan apabila tidak terdapat suatu unsur kontrol NPK 100% yaitu 25.07 HST yang
hara tanaman, maka kegiatan metabolisme berbeda nyata dengan semua perlakuan.
akan terganggu atau berhenti sama sekali.
Raihan (2001) dalam Pramudika et al. Hal ini diduga karena pada tanaman
(2014), menyatakan bahwa pemberian kontrol dengan dosis pemberian NPK
pupuk organik yang tinggi dapat 100%, tanaman masih melakukan
menambah unsur hara esensial dan juga kegiatan pertumbuhan vegetatif karena
dapat meningkatkan ketersediaan unsur tersedianya unsur hara yang cukup dan
hara dalam tanah bagi tanaman terutama berimbang, sementara pada perlakuan
unsur N yang fungsi utamanya ialah untuk lainnya adanya pengurangan NPK
perkembangan vegetatif tanaman. menyebabkan unsur hara N, P dan K lebih
sedikit sehingga mendorong tanaman
Dari hasil analisa unsur hara bahwa lebih cepat memasuki fase generatif.
pada POC T. diversifolia memiliki Selain itu kandungan dan ketersediaan
kandungan unsur hara 0.12% N; unsur Fosfor (P) pada POC T. diversifolia
0.013% P; 0.47% K (Tabel 2), jumlah ini yang terbatas dapat mempercepat waktu
dirasa masih rendah dan belum bisa berbunga.
menyeimbangi unsur hara makro yang ada
pada pupuk NPK, sedangkan untuk Pembungaan merupakan masa transisi
pertumbuhan tanaman sangat dibutuhkan dari fase vegetatif menuju fase generaif
unsur hara makro. yang ditandai dengan munculnya kuncup–
kuncup bunga, pada fase ini ketersediaan
Waktu Muncul Bunga Pertama unsur P dan K sangat berperan. Fungsi
dari Fosfor dalam tanaman adalah untuk
Tabel 4 menunjukkan bahwa merangsang pertumbuhan akar, khususnya
perlakuan pemberian POC T. diversifolia akar tanaman muda, mempercepat serta
berpengaruh nyata terhadap waktu muncul memperkuat pertumbuhan tanaman muda
bunga pertama. Waktu muncul bunga menjadi tanaman dewasa, membantu
pertama tercepat pada perlakuan NPK asimilasi dan pernafasan sekaligus
50% + POC T. diversifolia konsentrasi mempercepat pembungaan dan menaikkan
10% (21.33 HST) berbeda sangat nyata persentase bunga menjadi buah
dengan perlakuan NPK 100% dan (Suryawaty dan Wijaya, 2012).
perlakuan NPK 50% + POC

108
Annisa dan Gustia. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

Tabel 4. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap


Waktu Muncul Bunga Pertama Tanaman Melon
Perlakuan Waktu Bunga Pertama (HST)
NPK 100 % (Kontrol) 25,07c
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 23,00b
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 21,33a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 21,60a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 21,93a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 21,73a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNJ pada taraf 5%

Selain mengandung K dan P, POC jumlah bunga jantan dan jumlah bunga
T. diversifolia juga mengandung unsur keseluruhan, akan tetapi tidak
magnesium (Mg) dan sulfur (S) yang juga berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga
diperlukan tanaman untuk pembentukan betina pada tanaman melon (Tabel 5).
klorofil dan katalisator penyerapan unsur Pada fase pembungaan terdapat faktor
kalium, fosfor dan Boron (B) yang internal dan eksternal yang
mempengaruhi banyak fungsi di dalam mempengaruhi. Faktor interal ialah faktor
tanaman seperti pembungaan, yang berasal dari tanaman misalnya
perkecambahan, pertumbuhan tepung sari, fitohormon dan genetik, sedangkan faktor
pembentukan buah, pembelahan sel dan eksternal berasal dari luar tanaman yaitu
gerakan hormon tanaman (Munawar, faktor lingkungan seperti cahaya,
2011). Darjanto dan Satifah (1990) dalam kelembaban, intensitas cahaya, suhu dan
Prayoda et al., (2015) menyatakan bahwa unsur hara. Pada tanaman yang monoesis
peralihan fase vegetatif ke fase generatif yang hanya mempunyai bunga–bunga
selain dari konsentrasi dan pemberian berkelamin satu, intensitas cahaya dapat
pupuk yang diberikan juga dipengaruhi memberikan efek yang berbeda pada
oleh faktor genetik dan faktor luar seperti inisiasi bunga jantan dan bunga betina.
suhu, air, hara dan cahaya. Intensitas cahaya yang tinggi merangsang
pembentukan bunga betina, sedangkan
Jumlah Bunga intensitas cahaya yang rendah yang dapat
disebabkan oleh naungan lebih
Berdasarkan uji lanjut BNJ
merangsang terbentuknya bunga jantan
menunjukkan bahwa perlakuan POC
(Sayekti, 2016).
T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap

Tabel 5. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap


Jumlah Bunga Tanaman Melon pada Umur 24 – 33 HST
Jumlah Bunga (Kuntum)
Perlakuan
Jantan Betina Total
NPK 100 % (Kontrol) 35,40a 3,13a 38,53a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 37,00a 3,47a 40,47a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 41,73b 3,53a 45,27b
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 40,20b 3,60a 43,48b
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 37,40a 3,60a 41,00a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 41,07b 3,20a 44,27b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNJ pada taraf 5%

109
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pada lahan penelitian kondisi intensitas nyata terhadap bobot buah melon per
cahaya tidak merata dikarenakan adanya tanaman. Bobot buah terberat terdapat
tanaman jati yang menyebabkan kondisi pada perlakuan NPK 100% (1.201.70 g)
lahan ternaungi. Menurut Hakim (1986) tetapi tidak berbeda nyata dengan
dalam Putra et al. (2013) menyatakan perlakuan lainnya (Tabel 6). Sedangkan
bahwa pengaruh penambahan bahan bobot buah terendah ada pada perlakuan
organik pada tanah adalah melepaskan NPK 50% + POC konsentrasi 5%
unsur hara serta meghasilkan humus dan (621.05 g). Berbeda dengan pernyataan
meningkatkan KTK tanah. Selain itu Nugroho et al. (2013) yang mengatakan
dengan menambahkan bahan organik pada penggabungan pemberian pupuk NPK
media tanam dapat meningkatkan aktivitas dengan kompos T. diversifolia
mikroorganisme tanah dan meningkatkan meningkatkan produksi tanaman selada
jumlah hormon dalam tanaman sehingga dibandingkan dengan pupuk NPK saja.
jumlah bunga meningkat. Hal ini diduga karena pada komoditi
tanaman penelitian yang dilakukan
Bobot Buah merupakan tanaman sayuran yang mana
hasil dari produksi berupa bobot konsumsi
Berdasarkan uji lanjut BNJ
(daun dan batang) dengan umur tanaman
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
POC T. diversifolia tidak berpengaruh yang lebih singkat.

Tabel 6. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap


Bobot BuahTanaman Melon
Perlakuan Bobot Buah (g)
NPK 100 % (Kontrol) 1.201,70a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 621,05a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 998,43a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 752,26a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 737,17a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 1.096,99a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNJ pada taraf 5 %

Perbedaan yang terjadi kemungkinan aplikasi pupuk buatan N dan K sebanyak


disebabkan karena komoditi yang 50% dari dosis rekomendasi dengan
digunakan dan pengaruh tingkat memberikan hasil bobot kering gabah
pertumbuhan tanaman pada masing– 5.19 ton/ha, tetapi penggunaan 100%
masing perlakuan berbeda, sebagai akibat pupuk NPK masih merupakan perlakuan
dari keterbatasan kandungan unsur hara yang terbaik (6.35 ton/ha). Hal lain juga
pada media tumbuh tanaman. Pada masa disampaikan Jama et al., (2000) dalam
pembuahan tanaman melon memasuki Purwani (2010) yang menunjukkan bahwa
tahap sintesa dan penimbunan kandungan hara tanah pada lapisan olah
karbohidrat, protein, dan lemak. Pada lebih tinggi pada perlakuan hijauan
tahap ini dengan aktivitas metabolisme T. diversifolia dibandingkan perlakuan
yang tinggi dibutuhkan senyawa-senyawa pupuk kimia, namun hasil jagung
asam amino dan unsur hara yang lebih perlakuan (4.8 ton) lebih rendah
tinggi (Agustianto, 2015). dibandingkan pupuk kimia (6.4 ton).
Hardjowigeno (2010), menyatakan
Monasila (2011) menyatakan bahwa kandungan unsur hara dalam pupuk
meskipun penggunaan Pupuk Organik organik tidak tinggi tetapi jenis pupuk ini
Titonia Plus (POTP) dapat mengurangi

110
Annisa dan Gustia. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

mempunyai keistimewaan lain yaitu dapat sangat mempengaruhi ukuran, warna,


memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi rasa, dan kulit buah. Jika kandungan P dan
tanah. Pada tanah-tanah yang miskin K tidak optimal maka pembentukan buah
unsur hara pemberian memerlukan jumlah akan berkurang (Simanungkalit et al.,
besar, sementara respon tanaman terhadap 2012).
pemberian pupuk organik tidak secepat
pupuk anorganik dan dalam jangka Pada penelitian yang dilakukan
pendek respon cenderung tidak terlihat. perlakuan NPK 50% + POC konsentrasi
25% memberikan hasil tertinggi
Perkembangan buah dan pematangan dibandingkan pemberian POC
buah perlu didukung hara yang cukup T. diversifolia dengan konsentrasi lainnya.
seimbang pada saat yang tepat. Hara yang Hal ini sesuai dengan pernyataan Wilson
perlu diperhatikan adalah Fosfor, Kalium, (1982) dalam Yuwono (2008), yang
Nitrogen dan Kalsium (Ca). Kekurangan menyatakan semakin tinggi dosis pupuk
Ca menyebabkan perkembangan buah organik yang digunakan maka akan
kurang maksimal. Ca berfungsi dalam semakin berpengaruh terhadap bobot dan
pembelahan sel dan permeabilitas sel, ukuran buah. Pada POC T. diversifolia
karena sifat Ca yang tidak mudah mengandung unsur hara makro dan mikro
bergerak di dalam tanah sehingga (Tabel 2), dosis pupuk organik yang lebih
diperlukan pasokan terus menerus supaya tinggi memberikan bobot yang semakin
pertumbuhan dan perkembangan buah besar. Berat buah tanaman tergantung dari
normal (Munawar, 2011). Ketersediaan unsur hara yang diperoleh oleh tanaman
unsur P dan K sangat diperlukan dalam itu sendiri (Mardianto, 2014).
proses pembentukan buah. Unsur K
banyak terlibat dalam proses biokimia dan Diameter Buah
fisiologi yang sangat vital bagi
Perlakuan pemberian POC
pertumbuhan dan produksi tanaman serta
T. diversifolia tidak berpengaruh nyata
ketahanan terhadap cengkaman. Unsur K
terhadap diameter buah pada tanaman
esensial dalam fotosintesis karena terlibat
melon. Diameter buah terbesar terdapat
di dalam sintetis ATP, produksi dalam
pada perlakuan NPK 100% (20,01 cm)
aktivitas enzim-enzim fotosintetis dan
tidak berbeda nyata dengan semua
juga terlibat dalam pengangkutan hasil
perlakuan lainnya (Tabel 7). Diameter
fotosintesis dari daun melalui floem ke
buah sangat dipengaruhi oleh bentuk buah
jaringan organ reproduktif dan
semakin besar ukuran dan bobot buah
penyimpanan seperti buah, biji dan umbi.
maka semakin besar diameter buah.
Pada tanaman buah-buahan pasokan K

Tabel 7. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair T. diversifolia terhadap


Diameter BuahTanaman Melon
Perlakuan Diameter buah (cm)
NPK 100 % (Kontrol) 20,01a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 5% 15,65a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 10% 18,75a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 15% 17,37a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 20% 17,19a
NPK 50% + POC T. diversifolia konsentrasi 25% 19,94a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNJ pada taraf 5 %

111
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Sesuai dengan pernyataan Rahmi sebagai upaya efesiensi penggunaan


(2002) dalam Prayoda et al., (2015) yang pupuk kimia.
mengatakan bahwa bobot buah cenderung
berbanding positif terhadap diameter buah DAFTAR PUSTAKA
dan pemangkasan tanaman melon akan
Agustianto, H.W. 2015. Respon
memberikan pengaruh nyata terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
diameter buah. Hama dan penyakit yang
Melon terhadap Dosis Pupuk Phonska.
menyerang tanaman juga mengganggu
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
proses pembesaran buah sehingga buah
Muhammadiyah Jember. Jember.
yang seharusnya berkembang secara baik,
Badan Pusat Statistik. 2017. Hortikultura
tidak dapat berkembang secara optimal.
Produksi Tanaman Buah Melon (Ton).
Terganggunya proses pembesaran buah
http://www.bps.go.id/site/pilihdata
akan menurunkan kualitas buah yang
(Diakses pada 08 Juni 2017).
dihasilkan seperti berat, diameter dan rasa
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah.
buah, sehingga menyebabkan rendahnya
Akademik Pressindo. Jakarta.
produksi buah (Prayoda et al., 2015). Jama, B., C.A. Palm, R.J. Buresh, A.
Munawar (2011), menjelaskan bahwa Niang, C. Gachengo, G. Nziguheba
unsur Ca yang merupakan hara makro dan B. Amadalo. 2000. Tithonia
turut berperan merangsang pembentukan diversifolia as a Green Manure for
bulu-bulu akar, pembentukan protein atau Soil Fertility Improvement in Western
bagian yang aktif dari tanaman, Kenya: A Review. Dalam. Purwani, J.
memperkeras batang tanaman sekaligus 2010. Pemanfaatan Tithonia
merangsang pembentukan biji serta diversifolia (Hamsley) A. Gray untuk
pembentukan dinding sel sehingga ukuran Perbaikan Tanah. Prosiding Seminar
buah menjadi bertambah besar. Dari hasil Nasional Sumberdaya Lahan
analisa unsur hara kandungan Ca pada Pertanian. Bogor, 30 November - 1
POC T. diversifolia hanya sebesar Desember 2010. Buku II: Konservasi
0.036%. Hal ini mungkin belum cukup Lahan, Pemupukan, dan Biologii
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara Tanah. Hal: 253 – 263.
bagi perkembangan diameter buah melon. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id
/document.php?folder=ind/dokumentas
PENUTUP i/prosidingsemnas2010&filename=jati
1&ext=pdf (Diakses 17 Juni 2017).
Simpulan Sinaga, P., Meiriani dan Y. Hasanah.
2014. Respon Pertumbuhan dan
Perlakuan NPK 50% + POC
Produksi Kalian (Brassica Oleraceae
konsentrasi 10% memberikan hasil
L.) pada Berbagai Dosis Pupuk
tercepat terhadap waktu muncul bunga
Organik Cair Paitan (Tithonia
pertama dan terbanyak untuk jumlah
diversifolia). Jurnal Online
bunga jantan dan jumlah bunga total
Agroteknologi, Vol. 2 (4): 1584 –
tanaman melon. Perlakuan NPK 100%
1588.
(kontrol) memberikan hasil terberat
Mardianto, R. 2014. Pertumbuhan dan
terhadap bobot buah dan terbesar untuk
Hasil Tanaman Cabai (Capsicum
diameter buah melon.
annum L.) dengan Pemberian Pupuk
Saran Organik Cair Daun Tithonia
diversifolia dan Gamal. Universitas
Penggunaan NPK 50% + POC Tamansiswa Padang. Padang.
T. diversifolia konsentrasi 25%, dapat Monalisa. 2011. Pengaruh Pupuk Organik
disarankan pada petani melon yang di Titonia Plus terhadap Hasil Padi
daerahnya terdapat tanaman T. diversifolia Sawah di Kenagarian Jawi – Jawi

112
Annisa dan Gustia. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 104 – 114

Kabupaten Solok. Tesis. Fakultas Jurusan Biologi Fakultas MIPA.


Pertanian Universitas Andalas Padang. Universitas Hassanudin Makasar.
Padang. Makasar.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Purwani, J. 2010. Pemanfaatan Tithonia
Nutrisi Tanaman. IPB Pers. Bogor. diversifolia (Hamsley) A. Gray untuk
Nugroho, Y.A., Y. Sugito, L. Agustina Perbaikan Tanah. Prosiding Seminar
dan Soemarno. 2013. Kajian Nasional Sumberdaya Lahan
Penambahan Dosis Beberapa Pupuk Pertanian. Bogor, 30 November - 1
Hijau dan Pengaruhnya terhadap Desember 2010. Buku II: Konservasi
Pertumbuhan Tanaman Selada Lahan, Pemupukan, dan Biologii
(Lactuca sativa L.). J.Exp. Life Sci., Tanah. Hal: 253 – 263.
Vol. 3 (2): 45 – 53. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id
Nurrohman, M., A. Suryanto dan /document.php?folder=ind/dokumentas
K.P. Wicaksono. 2014. Penggunaan i/prosidingsemnas2010&filename=jati
Fermentasi Ekstrak Paitan (Tithonia 1&ext=pdf (Diakses 17 Juni 2017).
diversifolia L.) dan Kotoran Kelinci Putra, D., I. Wahyudi dan Y.S.
Cair sebagai Sumber Hara pada Patadungan. 2013. Pengaruh Bokasi
Budidaya Sawi (Brassica juncea L.) Titonia (Tithonia diversifolia) terhadap
secara Hidroponik Rakit Apung. Jurnal Serapan K (Kalium) dan Produktivitas
Produksi Tanaman, Vol. 2 (8): 649 – Bawang Merah (Allium ascallonicum
657. L.) Varietas Lembah Palu pada Entisol
Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, Guntarano. Jurnal Agroland, Vol. 19
A.G. Amrah, A. Munawar, G.B. Hong (3): 183 – 192.
dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Rahmi. 2002. Pengaruh Pemangkasan dan
Tanah. Dalam. Prayoda, R., Juhriah, Z. Cara Pemupukan Melon. Dalam.
Hasyim dan S. Suhadiyah. 2015. Prayoda, R., Juhriah, Z. Hasyim dan S.
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Suhadiyah. 2015. Pertumbuhan dan
Melon Cucumis melo L. var. Action Produksi Tanaman Melon Cucumis
dengan Aplikasi Vermikompos Padat. melo L. var. Action dengan Aplikasi
Jurusan Biologi Fakultas MIPA. Vermikompos Padat. Jurusan Biologi
Universitas Hassanudin Makasar. Fakultas MIPA. Universitas
Makasar. Hassanudin Makasar. Makasar.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Raihan, H dan Nurtirtayani. 2001.
Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Pengaruh Pemberian Bahan Organik
Budidaya. Dalam. Prayoda, R., terhadap Pertumbuhan N dan P
Juhriah, Z. Hasyim dan S. Suhadiyah. Tersedia Tanah Serta Hasil Beberapa
2015. Pertumbuhan dan Produksi Varietas Jagung Dilahan Pasang Surut
Tanaman Melon Cucumis melo L. var. Sulfat Masam. Dalam. Pramudika, G.,
Action dengan Aplikasi Vermikompos S.Y. Tyasmoro dan N.E. Suminarti.
Padat. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. 2014. Kombinasi Kompos Kotoran
Universitas Hassanudin Makasar. Sapi dan Paitan (Tithonia diversifolia
Makasar. L.) pada Pertumbuhan dan Hasil
Darjanto dan Satifah, 1992, Pengetahuan Tanaman Terung (Solanum melongena
Dasar Biologi Bunga dan Teknik L.). Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 2
Penyerbukan Silang Buatan. Dalam. (3): 253 – 259.
Dalam. Prayoda, R., Juhriah, Z. Prayoda, R., Juhriah, Z. Hasyim dan
Hasyim dan S. Suhadiyah. 2015. S. Suhadiyah. 2015. Pertumbuhan dan
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Produksi Tanaman Melon Cucumis
Melon Cucumis melo L. var. Action melo L. Var. Action dengan Aplikasi
dengan Aplikasi Vermikompos Padat. Vermikompos Padat. Jurusan Biologi

113
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Fakultas MIPA. Universitas Kombinasi Biodegradable Super


Hassanudin Makasar. Makasar. Absorbat Polymer dengan Pupuk
Sayekti, B.A. 2016. Makalah Pembungaan Majemuk NPK di Tanah Miskin.
Lengkap. https://www.scribd.com/doc/ Agrium, Vol. 17 (3): 155 – 162.
216099174/makalah-pembungaan-leng Wilson, L.A. 1982. Tuberization in sweet
kap. (Diakses pada 3 Juli 2017). potato (Ipomoea batatas (L.) Lam).
Simanungkalit, P., G. Jasmani dan T. Dalam. Yuwono, M., L. Agustina dan
Simanungkalit. 2013. Respon Pertum- N. Basuki. 2008. Pertumbuhan dan
buhan dan Produksi Tanaman Melon Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
(Cucumis melo L.) terhadap Pemberian pada Macam dan Dosis Pupuk Organik
Pupuk NPK dan Pemangkasan Buah. yang Berbeda terhadap Pupuk
Jurnal Online Agroteknologi, Vol. 1 Anorganik. Agrotek, Vol. 1 (2): 85 -
(2): 238 – 248.. 102.
Sobir dan D.F. Siregar. 2014. Budidaya Yuwono, M., L. Agustina dan N. Basuki.
Melon Unggul. Penebar Swadaya. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar
Jakarta. (Ipomoea batatas L.) pada Macam dan
Suryawaty dan R. Wijaya. 2012. Respon Dosis Pupuk Organik yang Berbeda
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman terhadap Pupuk Anorganik. Agrotek,
Melon (Cucumis melo L.) terhadap Vol. 1 (2): 85 – 102.

114
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG
TANAH TERHADAP PENAMBAHAN KONSENTRASI
PUPUK ORGANIK DAN PENGURANGAN
DOSIS PUPUK ANORGANIK
Indah Diniar Aslamiah* dan Sularno
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. K.H. Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, Jakarta Selatan 154193. Telp 021-7430689
*E-mail : indahdiniar@gmail.com
Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: DD/MM/2017

ABSTRAK
Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang menduduki uratan ketiga setelah
jagung dan kedelai. Telah lama diupayakan peningkatan produksi dengan berbagai cara,
yaitu melalui perluasan areal tanam, intensifikasi budidaya tanaman kacang tanah dan
menciptakan dan mencari varietas unggul berpotensi produksi tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman Arachis
hypogeae L. terhadap penambahan konsentrasi pupuk organik.Penelitian dilaksanakan
pada bulan Desember 2016 sampai bulan Maret 2017 di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan metode Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan enam perlakuan, yaitu pupuk anorganik
100% (Urea 0,45 g, KCl 0,375 g, SP-36 0,75 g) sebagai control; pupuk anorganik 50%
+ POP Supernasa® 5 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 10g/L air; pupuk
anorganik 50% + POP Supernasa® 15 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa®
20 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa® 25 g/L air. Paramater yang diamati
adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga 75%, jumlah bintil akar pada saat
panen, berat brangkasan, jumlah polong isi, jumlah polong cipo, produksi polong
kering, berat 25 butir. Hasil penelitian menunjukan semua perlakuan tidak berbeda
nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Karena semua perlakuan tidak berbeda
nyata maka sesungguhnya aplikasi dilapangan untuk petani yang lebih baik adalah
perlakuan konsentrasi rendah yaitu 5 dan 10 g/L air, jika kondisi lapangan tidak jauh
berbeda dengan lokasi penelitian.
Kata kunci: Kacang tanah, kosentrasi, POP

RESPONSE OF GROWTH AND PRODUCTION OF PEANUT PLANTS OF THE


ADDITION OF ORGANIC FERTILIZER CONCENTRATION AND REDUCTION
OF ANORGANIC FERTILIZER DOSAGE
ABSTRACT
Peanuts are the third crop palawija after corn and soybeans, has long attempted to
increase production in various ways, that is expansion of planting area, intensification
of peanut cultivation and looking for high yielding high potential varieties. This
research aims to know growth response and production of peanut plants on the addition
of concentrations of organic fertilizers. Research conducted on the Desember month
2016 until March month 2017 at experimental garden Agronomy Faculty, University of
Muhammadiyah Jakarta, used the Randomized Complete Block Desagn (RCBD) with
six treatments that is anorganic fertilizer (Urea 0,45 g; KCl 0,375 g; SP-36 0,75 g) as

115
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

control; 50% anorganic fertilizer + POP Supernasa® 5 g/L of water; 50% anorganic
fertilizer + POP Supernasa® 10 g/L of water; 50% anorganic fertilizer + POP
Supernasa® 15 g/L of water; 50% anorganic fertilizer + POP Supernasa® 20 g/L of
water; 50% anorganic fertilizer + POP Supernasa® 25 g/L of water. Parameters
observed are plant height, branch amount, flowering age, the amount of root nodules at
harvest, heavy stover, amount of contents pods, amount of empty pods, production of
dried pods and weight 25 grains. The result showed that all treat ments were not
significantly different from the observed parameters. Because all the treatment were not
significantly different then actually the field application for better farmers is the low
concentrations treatment of 5 and 10 g/L of water, if field conditions are not much
different from the research location.
Keywords: Concentrations, Parameters, Peanuts, POP

PENDAHULUAN 10,66 ribu ton. Penurunan produksi


diperkirakan terjadi karena penurunan luas
Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) panen seluas 39,18 ribu hektar (7,85%),
merupakan tanaman palawija yang sedangkan produktivitas meningkat
menduduki uratan ketiga setelah jagung sebesar 0,47 kuintal/hektar (3,67%).
dan kedelai. Sejak lama telah diupayakan
peningkatan produksi kacang tanah Peningkatan produksi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu melalui dengan pemakaian varietas dengan
perluasan areal tanam, intensifikasi memperbaiki kultur teknis, seperti
budidaya tanaman kacang tanah, dan perawatan tanaman, pemupukan yang
upaya yang sangat strategis, yaitu tepat dan sistem draenasi. Salah satu
menciptakan dan mencari varietas unggul penurunan produksi kacang tanah dapat
berpotensi produksi tinggi. Dengan disebabkan oleh ketidak mampuan ginofor
demikian, dari waktu ke waktu, selain luas sampai ke dalam tanah sehingga
tanam bertambah, produktivitas per satuan menyebabkan ginofor gagal membentuk
luas juga meningkat, serta pemanfaatan polong (Pitojo, 2009).
varietas unggul baru yang sesuai
agroklimat semakin beragam (Pitojo, Pupuk adalah saprodi (sarana produksi)
2009). vital yang berkaitan erat dengan upaya
pemenuhan kebutuhan pangan, pupuk
Kandungan gizi kacang tanah antara menyumbang 20% dari keberhasilan
lain protein 25 – 30%, lemak 40 – 50%, peningkatan produksi pertanian. Pembe-
karbohidrat 12% serta vitamin B1 dan rian pupuk kimia secara berlebihan jelas
menempatkan kacang tanah dalam hal kurang bijaksana karena akan memper-
pemenuhan gizi setelah tanaman kedelai buruk kondisi fisik tanah. Untuk mengem-
(Marzuki, 2007). balikan keadaan tanah dan upaya
pemulihan kesuburan tanah maka pupuk
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik organik adalah solusi terbaik (Suwahyono,
(2015), produksi kacang tanah tahun 2015 2011).
diperkirakan sebanyak 610,34 ribu ton biji
kering, mengalami penurunan sebanyak Pupuk organik padat Supernasa®
28,56 ribu ton (4,47%) dibandingkan mempunyai beberapa manfaat diantaranya
tahun 2014. Penurunan produksi kacang adalah meningkatkan kuantitas dan
tanah tersebut diperkirakan terjadi di luar kualitas produksi tanaman, melarutkan
Pulau Jawa sebanyak 39,22 ribu ton, sisa-sisa pupuk kimia dalam tanah,
sedangkan di Pulau Jawa diperkirakan sehingga dapat dimanfaatkan tanaman
terjadi peningkatan produksi sebanyak kembali dan memacu pertumbuhan

116
Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

tanaman. Kandungan unsur yang terdapat air; dan P5 = Pupuk anorganik 50% +
pada pupuk organik Supernasa® ialah N POP Supernasa® 25 g/L air. Setiap
2,67%; P2O5 1,36%; K1,55%; Ca 1,46%; perlakuan diulang sebanyak 4 kali
S 1,43%; Mg 0,4%; Cl 1,27%; Mn 0,01%; sehingga terdapat 24 satuan percobaan,
Fe 0,18%; Cu< 1,19 ppm; Zn 0,002%; Na masing-masing satuan percobaan terdiri
0,11%; Si 0,3%; Al 0,11%; NaCl 2,09%; dari 3 tanaman sehingga jumlah seluruh
SO4 4,31%; C/N ratio 5,86%; pH 8; tanaman yang diamati sebanyak 72
Lemak 0,07%; Protein 16,69; Karbohidrat tanaman percobaan.
1,01%; dan Asam-asam organik (Humat
1,29%, Vulvat, dll.) (kemasaan produk). Media tanam disiapkan satu minggu
sebelum penanaman dengan ukuran
Penelitian ini bertujuan untuk polibeg 50 cm x 50 cm. Media tanam
mengetahui respon pertumbuhan dan yang digunakan yaitu menggunakan tanah
produksi tanaman kacang tanah (Arachis dengan berat 15 kg per polibeg, kapur
hypogeae L.) terhadap penambahan dengan dosis 112,5 g per polibeg
konsentrasi pupuk organik dan kemudian di campurkan dengan tanah dan
pengurangan dosis pupuk anorganik. Hasil di masukan kedalam polibeg setelah satu
penelitian diharapkan dapat menjadi minggu pengapuran tanah kemudian
rekomendasi pemupukan yang optimal. pupuk kotoran sapi dengan dosis 75 g per
polibeg di campurkan dan dimasukan
METODE PENELITIAN kedalam polibeg.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Benih yang sudah disiapkan ditanam
Desember 2016 sampai Maret 2017 di langsung tanpa disemai terlebih dahulu ke
kebun percobaan Fakultas Pertanian media penanaman yang telah disiapkan.
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pupuk anorganik diberikan ke tiap polibeg
Lokasi berpada pada ketinggian ±25 m di sesuai dengan dosis perlakuan, dosis
atas permukaan laut. 100% (Urea 0,45 g; SP-36 0,75 g; dan
KCl 0,375 g) dan dosis 50% (Urea
Bahan yang digunakan antara lain
0,225 g; SP-36 0,375 g; dan KCl 0,188 g).
benih kacang tanah varietas Kancil, kapur
15 ton/ha, pupuk kotoran sapi 10 ton/ha, Pupuk organik diberika sesuai dengan
pupuk Urea 60 kg/ha, pupuk SP-36 konsentrasi perlakuan dan dilakukan pada
100 kg/ha, pupuk KCL 50 kg/ha, umur 1 MST (setelah dilakukan penja-
insektisida Decis 2,5 EC®, fungisida rangan) dengan interval waktu pemberian
Provibio®, fungisida Dithane® dan POP satu kali dalam seminggu. Dosis
Supernasa®. Alat yang digunakan antara pemberian pupuk organik padat 100 ml
lain polibeg, cangkul, timbangan analitik, setiap tanaman.
meteran, alat tulis, ember, kamera dan alat
pertanian lainnya. Tanaman kacang tanah dipanen pada
umur 96 hari setelah tanam, pemanenan
Penelitian menggunakan Rancangan dilakukan dengan cara membongkar
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) polibeg dan memisahkan dari tanah. Ciri-
dengan perlakuan sebagai berikut: ciri panen ditandai dengan rongga polong
P0 = Pupuk anorganik 100% (Urea 0,45 g, yang telah terisi penuh dengan bijinya,
KCl 0,375 g; SP-36 0,75 g) sebagai dan dapat dilihat dari tanaman pinggir.
control; P1 = Pupuk anorganik 50% +
POP Supernasa® 5 g/L air; P2 = Pupuk Parameter yang diamati adalah tinggi
anorganik 50% + POP Supernasa® 10 g/L tanaman, jumlah cabang, umur berbunga
air; P3 = Pupuk anorganik 50% + POP 75%, jumlah bintil akar pada saat panen,
Supernasa® 15 g/L air; P4 = Pupuk berat brangkasan, jumlah polong isi,
anorganik 50% + POP Supernasa® 20 g/L

117
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

jumlah polong cipo, produksi polong dan kepik koksi (Coccinella


kering dan berat 25 butir. transversalis). Serangan hama-hama
tersebut menyebabkan daun tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN kacang tanah menjadi rusak, hingga
tinggal tulang-tulang daun saja, beberapa
Keadaan Umum
daun menjadi salah bentuk, menggulung,
Berdasarkan data iklim yang diperoleh mengeriting dan mengakibatkan tanaman
dari Badan Meteorologi dan Geofisika tidak dapat berfotosintesis dengan baik.
Wilayah II Ciputat menunjukan bahwa Selama penelitian pengendalian hama
keadaan iklim suhu rata-rata per bulan dengan penyemprotan pestisida organik
merupakan suhu yang tidak sesuai untuk Provibio® dengan dosis 10 ml/L air yang
pertumbuhan kacang tanah. Hal ini terlihat diaplikasikan setiap 4 hari sekali dengan
jelas pada persentase kelembaban yang waktu penyemprotan yang berbeda, akan
tercantum pada tabel. Curah hujan pada tetapi keberadaan hama tidak menurun
bulan Desember 2016 sampai Maret 2017 melainkan hama semakin meningkat. Pada
juga tidak sesuai dengan syarat tumbuh saat melihat hama sudah menyerang
tanaman kacang tanah. banyak tanaman akhirnya penyemprotan
selanjutnya menggunakan insektisida
Tabel 1. Data Iklim Bulan Desember Decis 2,5 EC® dengan dosis 0,5 ml/L air.
2016 - Maret 2017
Rata-rata Curah Pada minggu ke 4 setelah tanam
Hujan tanaman pertama kali berbunga. Bunga
Bulan Temperatur Kelembaban (mm pertama muncul tidak seragam, periode
(0C) (%) per berbunga berlangsung selama 24 – 90
bulan) HST.Bunga tanaman kacang tanah
Des 2016 26,6 78 66,2 berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning.
Jan 2017 26,7 79 241,9 Rukmana (2012) menyebutkan bahwa fase
Feb 2018 25,5 85 444,4 berbunga tanaman kacang tanah berlang-
Mar 2019 26,7 79 242,9 sung setelah tanaman berumur 4 – 6
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi minggu.
dan Geofisika Wilayah II Ciputat.
Selain itu, ada beberapa tanaman
Tanaman kacang tanah dapat tumbuh diserang penyakit tanaman kacang tanah
pada dataran rendah. Kacang tanah dapat diantaranya bercak daun pada saat
tumbuh pada ketinggian dibawah 500 m tanaman berumur 4 MST, penyakit ini
diatas permukaan laut (dpl) dengan suhu disebabkan oleh cendawan (jamur)
rata-rata 280C- 320C, sedikit lembab (RH Cercospora sp. Ada dua spesies
65%-75%), curah hujan 800 mm – 1.300 cercospora yang sudah diketahui
mm per tahun. Tanaman kacang tanah menyerang tanaman kacang tanah, yaitu
membutuhkan sinar matahari penuh C. personatum dan C. archidicola. Gejala
(Rukmana, 2012). serangan C. personatum dengan terjadinya
Kendala yang dihadapi selama proses bercak-bercak berwarna coklat pada
penelitian adalah adanya serangan hama permukaan atas daun, sedangkan dibawah
hal ini sangat mempengaruhi hasil permukaan daun berwarna hitam.
produksi tanaman kacang tanah. Pada Sementara gejala serangan C. archidicola
minggu ke 3 setelah tanam, beberapa menyebabkan bercak-bercak berwana
tanaman menunjukan adanya serangan coklat di seluruh bagian daun. Saleh
hama. Gejala fisik menunjukan tanaman (2010) menyebutkan penyakit bercak daun
terserang hama belalang (Valaga awal terjadi lebih awal dibandingkan
nigricornis), kutu daun (Aphis craccivera) dengan penyakit bercak daun akhir.

118
Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

Keduanya menyerang tanaman mulai anorganik 50% + Supernasa® konsentrasi


umur 3 – 5 MST. 25 g/L air, kecuali pada umur 3 MST
yaitu pupuk anorganik 50% + Supernasa®
Pada umur 9 MST tanaman juga konsentrasi 20 g/L air dan 5 MST yaitu
diserang penyakit bercak Sclerotium pada pupuk anorganik 100% (Kontrol) tetapi
saat tanaman sudah membentuk gynofora tidak berbeda nyata dengan perlakuan
penyebab penyakit ini adalah cendawan lainnya. Secara berurutan tinggi tanaman
Sclerotium rolfsii. Rahayu (2015) tertinggi adalah (11,16 cm; 16,60 cm;
menyebutkan gejala ditandai dengan 23,31 cm; 30,87 cm; 39,15 cm; 48,19 cm)
adanya bercak-bercak berbentuk bulat (Tabel 2).
berwarna putih sampai kuning atau coklat
pada pangkal batang. Serangan berat Hal ini diduga karena peran aktif pupuk
menyebabkan busuk batang, tanaman organik dalam membantu menyediakan
layu, dan akhirnya terkulai atau mati. nitrogen dan fosfor yang dibutuhkan
Kemudian, pada saat tanaman kacang dalam pertumbuhan vegetatif termasuk
tanah berumur 11 MST ditemukan dalam variabel tinggi tanaman. Lingga
kerusakan pada polong, dimana terdapat dan Marsono (2013) menyebutkan bahwa
bekas gigitan pada kulit kacang tanah dan beberapa unsur hara memiliki kemampuan
ada pula beberapa polong yang hilang. merangsang pertumbuhan tanaman.
Beberapa unsur hara yang dapat
Tinggi Tanaman merangsang pertumbuhan tanaman seperti
Nitrogen (N), dan Fosfor (P).
Pada setiap umur pengamatan tinggi
tanaman yang tertinggi adalah pupuk

Tabel 2. Tinggi Tanaman Kacang Tanah


Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Pupuk anorganik 100% 9,85 a 15,34 a 21,90 a 30,87 a 36,48 a 42,91 a
Pupuk anorganik 50% + Supernasa®
9,90 a 15,70 a 22,50 a 29,34 a 36,87 a 45,12 a
konsentrasi 5 g/L air
Pupuk anorganik 50% + Supernasa®
9,58 a 15,90 a 22,51 a 30,00 a 37,28 a 46,74 a
konsentrasi 10 g/L air
Pupuk anorganik 50% + Supernasa® 10,20
15,60 a 22,38 a 30,12 a 38,16 a 46,33 a
konsentrasi 15 g/L air a
Pupuk anorganik 50% + Supernasa® 10,40
16,60 a 22,67 a 29,92 a 38,77 a 45,61 a
konsentrasi 20 g/L air a
Pupuk anorganik 50% + Supernasa® 11,16
15,83 a 23,31 a 30,78 a 39,15 a 48,19 a
konsentrasi 25 g/L air a
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%
Sutedjo (2008) juga menyatakan bahwa BerdasarkanTabel 2 dapat dilihat
nitrogen merupakan unsur hara utama pertumbuhan kacang tanah setiap minggu-
bagi pertumbuhan tanaman, yang pada nya pemberian pupuk anorganik 50% +
umumnya sangat diperlukan untuk Supernasa® konsentrasi 25 g/L air memi-
pembentukan atau pertumbuhan bagian- liki tinggi yang lebih dibandingkan
bagian vegetatif tanaman. Dengan perlakuan lain meskipun tingginya tidak
pemberian fosfor dapat mempercepat serta terlihat jauh berbeda dengan perlakuan
memperkuat pertumbuhan tanaman muda lain. Hal ini diduga pemberian pupuk N
menjadi tanaman dewasa pada umumnya. juga berkaitan dengan peningkatan tinggi
tanaman. Munawar (2011) melaporkan

119
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

bahwa kecukupan pasokan N ketanaman memberikan nilai yang tertinggi untuk


ditandai oleh pertumbuhan tanaman yang jumlah cabang (6 cabang) tetapi tidak
baik.Hal ini terlihat di lapangan, tanaman berbeda nyata dengan perlakuan lainya
dapat tumbuh dengan baik. (Tabel 3). Hal ini menunjukan bahwa
berperannya unsur Nitrogen (N) bagi
Jumlah Cabang pertumbuhan tanaman meristematik.
Menurut Rina (2015) menyatakan bahwa
.Berdasarkan hasil analisis ragam yang
Nitrogen (N) berfungsi untuk menyusun
dilakukan menunjukkan perlakuan pem-
asam amino (Protein), asam nukleat,
berian pupuk organikpadat Supernasa®
nuklotida, dan klorofil pada tanaman,
tidak memberikan pengaruh yang nyata
sehingga dengan adanya N, sehingga
terhadap jumlah cabang kacang tanah
mempercepat pertumbuhan tanaman
(Tabel 3). Pada umur 7 MST, perlakuan
(tinggi, jumlah anakan, dan jumlah
pemberian pupuk anorganik 50% +
cabang).
Supernasa® konsentrasi 15 g/L air

Tabel 3. Jumlah Cabang Kacang Tanah


Jumlah Cabang
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Pupuk anorganik 100% 1,91 a 2,00 a 2,25 a 3,50 a 5,08 a 5,83 a
Pupuk anorganik 50% + Supernasa®
2,00 a 2,00 a 2,66 a 3,41 a 5,33 a 5,75 a
konsentrasi 5 g/L air
Pupuk anorganik 50% + Supernasa®
2,00 a 2,00 a 3,00 a 3,75 a 5,08 a 5,66 a
konsentrasi 10 g/L air
Pupuk anorganik 50% + Supernasa®
1,83 a 2,00 a 2,25 a 3,33 a 4,75 a 6,00 a
konsentrasi 15 g/L air
Pupuk anorganik 50% + Supernasa®
2,00 a 2,00 a 2,41 a 3,25 a 4,66 a 5,50 a
konsentrasi 20 g/L air
Pupuk anorganik 50% + Supernasa®
1,80 a 2,00 a 3,00 a 3,83 a 5,41 a 5,91 a
konsentrasi 25 g/L air
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%
Pada umur 3 MST, setiap perlakuan pemberian pupuk anorganik 50% +
memiliki jumlah cabang terbanyak. Pada Supernasa® konsentrasi 10 g/L air.
penelitiannya Rosman et al. (2012)
melaporkan bahwa penambahan pupuk N Umur Berbunga
dan P pada tanaman kamandrah dapat
Umur berbunga 75% kacang tanah
meningkatkan pertumbuhan tanaman
tepat pada 26 HST, sedangkan awal
(tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
berbunga sebelum mencapai 75% yaitu
cabang dan diameter batang). Hal ini
pada umur 24 HST. Terdapat selisih 2 hari
terbukti dari hasil pertumbuhan yang lebih
tanaman kacang tanah sudah berbunga.
baik dengan penambahan unsur N dan
Menurut deskripsi umur berbunga kacang
unsur P. Jumlah cabang terbanyak pada
tanah varietas kancil berkisar antara 26 –
saat tanaman berumur 2 MST sampai
28 hari setelah tanam (Suhartina, 2005).
dengan 7 MST cabang terbanyak dimiliki
Ini berarti umur muncul bunga pertama
oleh pupuk anorganik 50% + Supernasa®
tanaman kacang tanah masih berada
konsentrasi 15 g/L air. Sementara pupuk
kisaran yang normal pada proses
anorganik 50% + Supernasa® konsentrasi
pembungaan. Pada parameter pertum-
20 g/L air memiliki jumlah cabang yang
buhan generatif yang diamati pertama
paling sedikit tidak berbeda dengan

120
Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

adalah waktu berbunga pertama kali tanaman. Tanaman yang disuplai N


muncul. berlebihan, yang diaplikasikan di
permukaan tanah secara disebar akan
Dalam fase pembungaan dibutuhkan membentuk perakaran yang dangkal,
fosfor, pada setiap perlakuan menye- bercabang banyak, dan pendek-pendek
diakan unusr hara yang sesuai sehingga dengan ukuran relatif besar. Setyawan
pembungaan berlangsung normal atau et al. (2015) dalam penelitian pengaruh
sesuai perkiraan waktu berbunga. Menurut aplikasi inokulum Rhizobium dan pupuk
Munawar (2011), Pasokan P yang cukup organik terhadap pertumbuhan dan
mengakibatkan pertumbuhan perakaran produksi tanaman kacang tanah (Arachis
meningkat, sehingga serapan hara dan air hypogeae L.) melaporkan bahwa kemam-
meningkat. Oleh karena itu P berfungsi puan Rhizobium dalam menambat
mempercepat pembungaan dan nitrogen dari udara dipengaruhi oleh
pemasakan buah dan biji. Selain itu, unsur besarnya bintil akar dan jumlah binti akar.
N dan Ca juga dibutuhkan pada saat Semakin tinggi bahan organik, populasi
pembungaan. Hal ini sesuai dengan mikroorganisme juga semakin tinggi.
pendapat Sutedjo (2008) menyatakan
bahwa unusr N bagi tanaman dapat Tabel 4. Jumlah Bintil Akar Kacang
meningkatkan pertumbuhan tanaman, Tanah pada Saat Panen
meningkatkan kadar protein dalam tubuh Jumlah
tanaman. Selain itu N, dapat berpengaruh Perlakuan Bintil
terhadap dalam pembungaan. Namun, Akar
jumlah nitrogen yang berlebih dapat Pupuk anorganik 100% 164,09 a
menghambat pembungaan. Menurut Pupuk anorganik 50% + 132,83 a
Wijaya (2008) menyebutkan bahwa Supernasa® konsentrasi 5 g/L air
Pupuk anorganik 50% + 163,16 a
kalsium berperan dalam mencegah
Supernasa® konsentrasi 10 g/L air
kematian pucuk (titik tumbuh) dan
Pupuk anorganik 50% + 151,41 a
kerontokan bunga dan buah muda. Supernasa® konsentrasi 15 g/L air
Pupuk anorganik 50% + 152,00 a
Jumlah Bintil Akar pada Saat Panen
Supernasa® konsentrasi 20 g/L air
Pengamatan jumlah bintil akar Pupuk anorganik 50% + 183,50 a
dilakukan dengan cara menghitung bintil Supernasa® konsentrasi 25 g/L air
akar pada saat panen (96 HST). Jumlah Keterangan: Angka-angka diikuti huruf
bintil akar yang banyak ditujukkan oleh yang sama pada kolom yang
pupuk anorganik 50% + Supernasa® sama tidak berbeda nyata
konsentrasi 25 g/L air (183,50 buah) tidak berdasarkan uji BNJ pada
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya taraf 5%
(Tabel 4). Berat Brangkasan
Pada Tabel 4 dapat dilihat, jumlah Pengamatan berat brangkasan
bintil akar hasil pemberian pupuk dilakukan pada saat panen dengan cara
anorganik 50% + Supernasa® konsentrasi menimbang keseluruhan bagian tanaman
25 g/L air lebih banyak dari pada kacang tanah. Pada seluruh perlakuan
perlakuan lainnya. Hal ini diduga jumlah pemberian pupuk organik padat
NPK yang banyak dan tersedia. Nitrogen Supernasa® tidak memberikan pengaruh
dapat berperan menyediakan energi untuk yang nyata terhadap berat brangkasan
pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan kacang tanah.
pendapat Wijaya (2008) melaporkan
bahwa nitrogen sangat berperan penting
dalam mempengaruhi pertumbuhan akar

121
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 5. Berat Brangkasan (BB) Kacang brangkasan tanaman. Selain itu,


Tanah brangkasan juga dipengaruhi oleh cabang
Perlakuan BB (g) yang terbentuk. Semakin banyak jumlah
Pupuk anorganik 100% 165,77 a cabang yang terbentuk maka akan
Pupuk anorganik 50% + 167,22 a berpotensi untuk meningkatkan bobot
Supernasa® konsentrasi 5 g/L air brangkasannya.
Pupuk anorganik 50% + 164,74 a
Supernasa® konsentrasi 10 g/L air Jumlah Polong Isi
Pupuk anorganik 50% + 181,30 a
Supernasa® konsentrasi 15 g/L air Pengamatan jumlah polong isi dilakukan
Pupuk anorganik 50% + 197,94 a pada saat tanaman dipanen dengan
Supernasa® konsentrasi 20 g/L air menghitung jumlah polong yang berisi.
Pupuk anorganik 50% + 181,87 a Jumlah polong isi terbanyak dihasikan
Supernasa® konsentrasi 25 g/L air Supenasa® konsentrasi 25 g/L air +
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf anorganik 50% (20,75 buah) tidak berbeda
yang sama pada kolom yang nyata dengan control dan perlakuan
sama tidak berbeda nyata Supernasa® lainnya (Tabel 6).
berdasarkan uji BNJ pada
taraf 5% Tabel 6. Jumlah Polong Isi Kacang Tanah
Jumlah
Pada Tabel 5, pupuk anorganik 50% + Perlakuan Polong
Supernasa® konsentrasi 20 g/L air Isi
memiliki berat brangkasan tertinggi. Pupuk anorganik 100% 18,16 a
Dalam hal ini berat brangkasan tertinggi Pupuk anorganik 50% + 18,33 a
pada tanaman tidak hanya dipengaruhi Supernasa® konsentrasi 5 g/L air
oleh faktor pemupukan saja akan tetapi Pupuk anorganik 50% + 18,58 a
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti Supernasa® konsentrasi 10 g/L air
faktor suhu, kelembaban dan curah hujan Pupuk anorganik 50% + 18,83 a
Supernasa® konsentrasi 15 g/L air
di lingkungan tumbuh yang dapat
Pupuk anorganik 50% + 19,00 a
mempengaruhi ketahanan tanaman Supernasa® konsentrasi 20 g/L air
terhadap penyakit. Tanaman yang tidak Pupuk anorganik 50% + 20,75 a
tahan terhadap penyakit bercak daun Supernasa® konsentrasi 25 g/L air
ternyata dapat memberikan pengaruh Keterangan: Angka-angka diikuti huruf
negatif terhadap kondisi tanaman tersebut. yang sama pada kolom yang
Berdasarkan pengamatan visual di sama tidak berbeda nyata
lapangan, tanaman kacang tanah yang berdasarkan uji BNJ pada
terkena penyakit bercak daun lebih mudah taraf 5%
gugur daun dibandingkan dengan tanaman
yang tidak terkena penyakit bercak daun. Bunga yang dihasilkan tanaman kacang
tanah tidak semuannya mampu mem-
Menurut Wahyu dan Budiman (2013) bentuk ginofor dan polong. Polong-polong
dalam penelitian daya hasil galur-galur yang terbentuk berkembang dari bunga-
kacang tanah (Arachis hypogeae L.) tahan bunga yang muncul pada saat awal.
penyakit bercak daun di kecamatan Rukmana (2012) menyebutkan dari semua
Cianjur Provinsi Jawa Barat menyatakan bunga kacang tanah yang tumbuh hanya
bahwa bobot brangkasan tanaman diduga 75% yang membentuk bakal polong
dipengaruhi katahanan terhadap penyakit (ginofora). Bunga yang bisa menjadi
bercak daun. Hal ini semakin tidak tahan polong terutama adalah bunga yang
tanaman terhadap penyakit bercak daun, letaknya dekat dengan tanah sehingga
akan semakin banyak daun yang kering lebih cepat mencapai tanah dan memiliki
dan akhirnya gugur. Banyaknya daun waktu pengisian yang lebih panjang,
yang gugur ini akan mengurangi bobot

122
Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

sehingga polong yang dihasilkan fase pematangan polong kurang terlihat


cenderung berisi penuh. pengaruhnya.
Pada Tabel 7 dapat dilihat, pemberian Jumlah Polong Cipo
pupuk anorganik 50% + Supernasa®
konsentrasi 25 g/L air memiliki jumlah Pengamatan jumlah polong cipo
polong terbanyak. Hal ini dikarenakan dilakukan dengan cara menghitung jumlah
pupuk anorganik 50% + Supernasa® polong cipo per tanaman pada saat panen.
konsentrasi 25 g/L air dapat mencukupi Dan diketahui bahwa jumlah polong cipo
kebutuhan hara yang dibutuhkan untuk terbanyak dihasikan pupuk anorganik 50%
produksi tanaman kacang tanah. Tanaman + Supernasa® konsentrasi 10 g/L air
kacang tanah membutuhkan kalium untuk (3,08 buah) tidak berbeda nyata dengan
pembentukan biji dan fosfor untuk kontrol dan perlakuan Supernasa® lainnya
pemasakan biji. Pupuk organik padat (Tabel 7).
Supernasa® memiliki kandungan kalium
Tabel 7. Jumlah Polong Cipo Kacang
(1,55%) dan fosfor (1,36%),sehingga
Tanah
pupuk padat organik Supernasa® dengan Perlakuan Jumlah
konsentrasi yang tinggi memberikan Polong
jumlah polong isi terbanyak dibandingkan Cipo
dengan perlakuan lainnya. Pupuk anorganik 100% 2,91 a
Pupuk anorganik 50% + 2,75 a
Menurut Sutedjo (2008), bagi tanaman Supernasa® konsentrasi 5 g/L air
kalium berfungsi untuk meningkatkan Pupuk anorganik 50% + 3,08 a
kualitas biji sedangkan fosfor berfungsi Supernasa® konsentrasi 10 g/L air
untuk pemasakan biji. Selain itu sebagai Pupuk anorganik 50% + 2,16 a
bahan pembentuk fosfor terpencar-pencar Supernasa® konsentrasi 15 g/L air
dalam tubuh tanaman, semua inti Pupuk anorganik 50% + 2,41 a
mengandung fosfor dan selanjutnya Supernasa® konsentrasi 20 g/L air
sebagai senyawa-senyawa fosfat di dalam Pupuk anorganik 50% + 3,00 a
citoplasma dan membran sel. Bagian- Supernasa® konsentrasi 25 g/L air
bagian tubuh tanaman yang bersangkutan Keterangan: Angka-angka diikuti huruf
dengan pembiakan generatif, seperti daun- yang sama pada kolom
daun bunga, tangkai-tangkai sari, kepal- yang sama tidak berbeda
kepala sari, butir-butir tepung sari, daun nyata berdasarkan uji BNJ
buah serta bakal biji ternyata mengandung pada taraf 5%
fosfor. Jadi apabila ingin mendorong
pembentukan bunga dan buah diperlukan Tanaman kacang tanah merupakan
unsur fosfor dalam jumlah yang sangat tanaman yang unik dimana buah terbentuk
dan berkembang didalam tanah. Tanaman
banyak.
kacang tanah membutuhkan unsur P untuk
Menurut Naveen et al (1992) dalam pertumbuhan generatif (pembentukan
Paturohman dan Sumarno (2015) mela- bunga, buah dn biji) dan unsur K untuk
porkan bahwa waktu pengairan yang tepat memperbaiki pengisian polong
berpengaruh positif terhadap hasil polong (Hardjowigeno, 2015).
kacang tanah, terutama pada fase
pembentukan dan pengisian polong. Pada Tabel 7 diatas dapat bahwa
Mereka menemukan bahwa cekaman jumlah polong cipo tanaman kacang tanah
kekeringan pada fase pembungaan dan perlakuan pupuk organik padat
®
pembentukan ginopora (bakal polong) Supernasa konsentrasi 10 g/L air
menurunkan hasil polong, sedangkan pada memberikan nilai tertinggi dibandingkan
dengan kontrol. Hal ini diduga karena

123
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

waktu pembungaan paling belakang kering tertinggi perlakuan pupuk


®
sehingga pada saat panen berupa cipo. anorganik 50% + Supernasa konsentrasi
Senada dengan Kristina et al (2016) 25 g/L air yaitu sebesar 29,43 g sedangkan
melaporkan bahwa tidak semua polong produksi polong kering terendah terdapat
yang terbentuk berada dalam pengisian pada perlakuan pupuk anorganik 50% +
biji, terutama pada polong yang Supernasa® konsentasi 5 g/L air yaitu
berkembang dari bunga yang antesisnya 22,04 g.
paling akhir akan lebih banyak menjadi
polong cipo. Semakin cepat polong Hal ini disebabkan pupuk Supernasa®
terbentuk maka akan semakin besar dengan konsentarsi 25 g/L air mampu
kemungkinan menjadi polong penuh. menyediakan unsur hara bagi tanaman
Selain itu, selama melakukan penelitian serta mengefektifkan penggunaan pupuk
dari awal penanaman hingga memasuki anorganik sehingga dapat meningkatkan
masa panen curah hujan sangat tinggi. produksi polong kering. Hal ini senada
Curah hujan yang tinggi menyebabkan dengan penyataan Suwahyono (2011)
tanaman kekurangan cahaya dan menyatakan bahwa pupuk organik dapat
temepratur menjadi rendah. Menurut meningkatkan produksi apabila pengap-
Rukmana (2012), pertumbuhan dan likasiannya di campurkan atau di padukan
produksi tanaman kacang tanah dengan pupuk anorganik.
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Tabel 8. Produksi Polong Kering (PPK)
Faktor lingkungan meliputi kebutuhan
Kacang Tanah
nutrisi dan faktor iklim. Kondisi Perlakuan PPK (g)
lingkungan yang sesuai akan memacu Pupuk anorganik 100% 24,14 a
pertumbuhan dan produksi tanaman Pupuk anorganik 50% + 22,36 a
kacang tanah. Pada penelitiannya Supernasa® konsentrasi 5 g/L air
Susantidiana dan Aguzaen (2015) Pupuk anorganik 50% + 24,04 a
menyebutkan pembentukan sukrosa dan Supernasa® konsentrasi 10 g/L air
pengisian biji akan menjadi terhambat jika Pupuk anorganik 50% + 23,72 a
kebutuhan cahaya tidak mencukupi. Pada Supernasa® konsentrasi 15 g/L air
kondisi curah hujan yang tinggi dan Pupuk anorganik 50% + 26,97 a
penutupan awan, tanaman akan Supernasa® konsentrasi 20 g/L air
kekurangan dalam penyerapan cahaya. Pupuk anorganik 50% + 29,43 a
Hal ini akan sangat mempengaruhi proses Supernasa® konsentrasi 25 g/L air
fotosintesis tanaman. Hasil fotosintesis Keterangan: Angka-angka diikuti huruf
yang lebih sedikit akan mengurangi yang sama pada kolom yang
pembentukan biji. sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNJ pada
Produksi Polong Kering taraf 5%
Pada Tabel 8 diketahui bahwa produksi Menurut Rukmana (2012), produk-
polong kering kacang tanah terbanyak tivitas kacang tanah sangat tergantung
dihasikan oleh pemberian pupuk pada teknologi produksi, panen dan pasca
anorganik 50% + Supenasa® konsentrasi panen. Di samping itu kondisi lingkungan
25 g/L air (29,43 g) tidak berbeda nyata makro seperi suhu, kelembaban, intesitas
dengan control dan perlakuan Supernasa® cahaya dan curah hujan mampu
lainnya. Dari hasil penelitian dapat dilihat mempengaruhi waktu dalam penjemuran
pada Tabel 8 bahwa pemberian pupuk polong kacang tanah.
organik berupa pupuk Supernasa®
cenderung meningkatkan produksi kacang
tanah. Hal ini terlihat jelas pada parameter
produksi polong kering. Produksi polong

124
Aslamiah dan Sularno. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 115 – 126

Bobot 25 Butir Berdasarkan deskripsi varietas kancil


menunjukan bahwa bobot 25 biji pada
Pada Tabel 9 diketahui bahwa bobot 25 varietas ini seberat ±10 g sehingga hasil
butir kacang tanah terbanyak dihasikan dari setiap perlakuan sudah sesuai.
kontrol tidak berbeda nyata dengan
perlakuan Supernasa® lainnya. Dari hasil SIMPULAN
penelitian dapat dilihat pada Tabel 9
bahwa kontrol memiliki bobot 25 butir Berdasarkan hasil penelitian dapat
kacang tanah tertinggi yaitu sebesar 17,20 disimpulkan bahwa, semua perlakuan
gram sedangkan bobot 25 butir kacang tidak berbeda nyata terhadap seluruh
tanah terendah terdapat pada perlakuan parameter yang diamati dan karena semua
pupuk anorganik 50% + Supernasa® perlakuan tidak berbeda nyata maka
konsentasi 5 g/L air yaitu 15,37 gram. Hal sesungguhnya aplikasi dilapangan untuk
ini disebabkan karena pada perlakuan petani yang lebih baik adalah perlakuan
anorganik 100% menyediakan unsur N, P konsentrasi rendah yaitu 5 g/L air dan
dan K bagi tanaman. 10 g/L air, jika kondisi lapangan tidak
jauh berbeda dengan lokasi penelitian.
Tabel 9. Bobot 25 Butir Kacang Tanah
Perlakuan Bobot 25 DAFTAR PUSTAKA
Butir (g)
Pupuk anorganik 100% 17,20 a Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi
Pupuk anorganik 50% + 15,37 a Tanaman Pangan 2015. Katalog BPS.
Supernasa® konsentrasi 5 g/L air Jakarta.
Pupuk anorganik 50% + 15,51 a Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah.
Supernasa® konsentrasi 10 g/L air Akamedika Pressindo. Jakarta
Pupuk anorganik 50% + 15,73 a Kacang Tanah. Balai Penelitian Kacang-
Supernasa® konsentrasi 15 g/L air kacangan dan Umbi-umbian. Malang
Pupuk anorganik 50% + 16,42 a Kristina, N., Muhsanti dan S. Padapotan.
Supernasa® konsentrasi 20 g/L air 2016. Pengaruh Frekuensi Pemberian
Pupuk anorganik 50% + 16,17 a Kompos NT45 dan Dosis Urea
Supernasa® konsentrasi 25 g/L air terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Keterangan: Angka-angka diikuti huruf Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) di
yang sama pada kolom Ultisol. Agrotrop., Vol. 6 (1):43 – 52.
yang sama tidak berbeda Lingga, P dan Marsono. 2013. Petunjuk
nyata berdasarkan uji BNJ Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
pada taraf 5% Jakarta
Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang
Produksi kacang tanah (Arachis
Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta
hypogeae L.) membutuhkan nutrisi yang
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan
tinggi. Peran utama kalium berhubungan
Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.
dengan pembentukan biji dalam polong
Naveen P., K.V. Daniel, P. Subramanian,
tanaman, dimana unsur kalium di
dan P.S. Kumar. 1992. Response of
butuhkan tanaman dalam jumlah yang
irrigated peanut to moisture stress and
cukup banyak pada saat pembentukan biji,
its management. Dalam. Paturohman,
terutama pada tanaman kacang-kacangan.
E. dan Sumarno. 2015. Peningkatan
Kekahatan kalium dapat menyebabkan
Produktivitas Kacang Tanah Melalui
daun-daun menjadi tua, buah gugur pada
Penerapan Komponen Teknologi
saat masak awal dan pemasakan biji tidak
Kunci. IPTEK Tanaman Pangan, Vol. 9
merata (Munawar, 2011).
(2): 97 – 107.
Bobot 25 butir sangat erat kaitannya Pitojo, S. 2009. Benih Kacang Tanah.
dengan hasil produksi yang dicapai. Kanisius. Jakarta.

125
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Rahayu, M. 2015. Penyakit Busuk Batang Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas


Scleretium Roflsii Pada Tanaman Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-
Aneka Kacang. Balai Penelitian Umbian. Balai Penelitian Tanaman
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
Malang Malang.
Rina. 2015. Manfaat Unsur N, P, K Bagi Susantidiana dan H. Aguzaen. 2015.
Tanaman. Badan Litbang Pertanian. Pemberian Pupuk Organik Cair untuk
Kalimantan Timur Mengurangi Pemakaian Pupuk
Rosman, R., A.S. Tjokrowardojo, D.I. Anorganik Pada Tanaman Kacang
Pradono, dan U.K. Hadi. 2012. Tanah (Arachis hypogea L.). Klorofil,
Pengaruh Pemupukan N dan P Vol. 10 (1): 19 – 27.
Terhadap Pertumbuhan , Produksi, dan Sutedjo, M. 2008. Pupuk Dan Cara
Kadar Piperin Tanaman Kamandrah. Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Bul. Littro., Vol. 23 (2): 136 – 141. Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis
Rukmana, R. 2012. Kacang Tanah. Penggunaan Pupuk Organik Secara
Kanisius. Yogyakarta Efektif dan Efesien. Penebar Swadaya.
Saleh,N. 2010. Optimalisasi Pengendalian Jakarta.
Terpadu Penyakit Bercak Daun dan Wahyu, Y. dan R. Budiman. 2013. Daya
Karat Daun pada Kacang Tanah. Hasil Galur-Galur Kacang Tanah
Pengembangan Inovasi Pertanian, (Arachis hypogea L.) Tahan terhadap
Vol. 3 (4): 289 – 305. Penyakit Bercak Daun di Kecamatan
Setyawan, F, M. Santoso dan Sudiarso. Ciranjang Kabupaten Cianjur Provinsi
2015. Pengaruh Aplikasi Inokulum Jawa Barat. Bul. Agrohorti, Vol. 1 (1):
Rhizobium dan Pupuk Organik 45 – 53.
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Wijaya. K.A. 2008. Nutrisi Tanaman
Tanaman Kacang Tanah (Arachis sebagai Penentu Kualitas Hasil dan
hypogea L.). Jurnal Produksi Tanaman, Resistensi Alami Tanaman. Prestasi
Vol. 3 (8): 697 – 705. Pustaka. Jakarta.

126
DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN
GAMAL KULTIVAR PRINGSEWU TERHADAP KUTU
PUTIH (HEMIPTERA: Pseudococcidae) PADA KAKAO
Nismah Nukmal1* dan Ratih Andriyani2
1
Jurusan Biologi FMIPA UNILA
Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145, HP: 081315206464.
2
SMK Muhammadiyah Ambarawa
Jl. H.M. Ghardi No. 29. Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu
*E-mail: nismah.nukmal@fmipa.unila.ac.id; nnukmal@yahoo.com
Diterima: 29/09/2017 Direvisi: 30/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Kakao merupakan tanaman penghasil coklat yang memiliki banyak manfaat. Salah satu
faktor penyebab turunnya produksi kakao adalah serangan hama kutu putih
(Planococcus minor). Hama ini menghisap buah muda, hingga buah mengering dan
mati. Penggunaan insektisida sintetik sering berdampak buruk terhadap lingkungan,
diperlukan insektisida alternatif dalam pengendalian hama. Gamal (Gliricidia sepium)
merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi
sebagai insektisida nabati. Tujuan penelitian untuk mengetahui daya insektisida isolat
murni serbuk daun gamal yang efektif dalam mematikan hama kutu putih pada buah
kakao. Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Januari - Mei yang merupakan bagian
dari Penelitian Berbasis Kompetensi DRPM DIKTI tahun Anggaran 2017 di
Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi,
Universitas Lampung. Dengan cara isolasi senyawa flavonoid dari serbuk daun gamal,
dan bioassay. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi bertingkat diawali dari pelarut non
polar (heksan & DCM) dan diakhiri pelarut polar (metanol & air). Bioassay dilakukan
terhadap kutu putih P. minor pada buah kakao yang sudah direndam dalam ekstrak
polar serbuk daun gamal pada tingkatan konsentrasi 0%; 0.015%; 0.030%; 0.045%; dan
0.060% dengan 3 kali ulangan. Mortalitas kutu putih diamati pada 12, 24, 48 dan 72 jam
setelah perlakuan. Nilai LC50 dan LT50 ditentukan dengan analisis probit. Struktur
senyawa toksik dianalisis dengan spektrofotometri ultraviolet tampak (UV-Vis).
Diperoleh hasil; ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal memiliki daya
toksik terhadap kutu putih (P. minor) pada tanaman kakao. Estrak air lebih toksik
dibandingkan ekstrak metanol karena memiliki nilai LC50,72jam lebih rendah dari ekstrak
metanol (0.047% : 0.054%). Senyawa toksik berupa flavonoid golongan flavon dengan
struktur senyawa 2-fenil-1,4-benzopiron.
Kata kunci: ekstrak polar, insektisida, kakao, kutu putih, serbuk daun gamal
THE INSECTICIDE OF POLAR EXTRACT POWDER LEAVES OF GAMAL
CULTIVAR PRINGSEWU ON THE CACAO MEALYBUGS
(HEMIPTERA: Pseudococcidae)
ABSTRACT
Cocoa is one of the important crops, which has many beneficials. Cacao mealybug
(P. minor) is one important pest that decreasing productivity of cocoa. The pest attacks
the young cacao fruits, by sucking them until dry and die. Using synthetic insecticide

127
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

could harmful the environment, therefore alternative insecticide is needed. Gamal


(G. sepium) leaves consist of rich flavonoid compound that potencies as natural
insecticide. The purpose of the study to know the affectivity of purified isolate of powder
leaf G. sepium to cacao mealybugs. The study was done during Januari – May, and
funded by DRPM-DIKTI 2017, at Zoology Laboratory and Integrated and Technology
Innovations Centre Laboratory, University of Lampung. The powder leaves of Gamal
were extracted by using various organic solvents (n-hexane, dichloromethane, methanol
and water). A set of laboratory experiment was conducted to test the toxicity of the
polar extracts by bioassay. Five different concentrations of the polar extracts (0%;
0.015%; 0.030%; 0.045%; and 0.060%) with each of 3 replications were tested to
cacao mealybugs mortality. Mortality observed at 12, 24, 48, and 72 hours after
treatment. Probit analysis was conducted to obtain LC50 and LT50 ultraviolet-visible
spectrophotometry (UV-Vis) was used to analyze the structure of the toxics compound.
The results indicated the water and methanol extracts were toxic to cacao mealybugs
(P. minor) with LC50,72 hours 0.047% and 0.054%. Water extract more toxic than
methanol extract. The toxic compound of the both extracs is flavon with the structural
frame is 2-phenyl-1,4-benzopiron .
Keywords: insecticide, cacao, mealybugs, polar extract, powder of Gamal leaf

PENDAHULUAN menyebukan bahwa ekstrak tanaman


gamal memiliki aktivitas biologi antara
Kakao (Theobroma cacao L.) lain sebagai anti jamur, redontisida dan
merupakan salah satu tanaman insektisida nabati. Hal ini membuka
perkebunan penting di Indonesia yang peluang untuk ditemukannya senyawa
memiliki banyak manfaat. Produksi biji kimia bahan alam yang baru dari
kakao di Indonesia sering mengalami tanaman gamal (Siregar, 2010). Menurut
penurunan. Salah satu penyebab turunnya Elevitch and Francis (2006), gamal sudah
produksi biji kakao adalah karena lama digunakan sebagai insektisida. Hasi
serangan hama kutu putih (Wijaya, 2007). penelitian terakhir diketahui daun gamal
Planococcus minor merupakan kutu putih mengandung senyawa metabolit sekunder
yang hidup pada tanaman kakao. Hama ini golongan flavonoid. Beberapa penelitian
menghisap buah kakao yang masih kecil, tentang pemanfaatan daun gamal sebagai
sehingga menyebabkan pertumbuhan buah insektisida dapat di lihat pada Tabel 1.
terhambat, buah mengering dan akhirnya
mati (Sumarno, 2015). Beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan membuktikan bahwa ekstrak
Penggunaan insektisida sintetik yang serbuk daun gamal berpotensi sebagai
tidak tepat dalam pengendalian hama insektisida nabati (Tabel 1). Namun, jenis
menimbulkan dampak yang buruk, lebih dan struktur senyawa yang berpotensi
merugikan dibanding manfaat yang sebagai insektisida nabati pada tanaman
dihasilkan, antara lain dapat menyebabkan gamal sampai saat ini belum diketahui,
timbulnya resistensi hama, munculnya untuk itu perlu dilakukan pemurnian guna
hama sekunder, pencemaran lingkungan menentukan jenis dan struktur senyawa
dan ditolaknya produk di pasaran dunia, yang berpotensi sebagai insektisida nabati.
karena masalah residu yang melebihi
ambang batas toleransi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui daya insektisida, jenis dan
Tanaman gamal dari genus Gliricidia struktur isolat murni serbuk daun gamal
sudah banyak diketahui manfaatnya oleh kultivar pringsewu yang efektif dalam
masyarakat, beberapa laporan

128
Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

mematikan kutu putih (P. minor) pada Kecamatan Pardasuka, Kabupaten


buah kakao. Pringsewu. Identifikasi hama kutu putih
dilakukan di Laboratorium Zoologi
METODE PENELITIAN FMIPA Universitas Lampung. Pembuatan
ekstrak daun gamal, bioassay dan analisis
Daun gamal dikumpulkan dari Desa
spektroskopis dilakukan di Laboratorium
Suka Ratu, Kecamatan Pardasuka,
Zoologi FMIPA, dan Laboratorium Sentra
Kabupaten Pringsewu. Penggilingan daun
Dan Inovasi Teknologi (LSIT) Universitas
gamal dilakukan di Laboratorium Hasil
Lampung pada Januari – Mei, yang
Pertanian Politeknik Negeri Lampung.
merupakan bagian dari Penelitian Berbasis
Hama kutu putih (P. minor) di koleksi dari
Kompetensi DRPM DIKTI tahun
buah kakao di Desa Banjar Alam,
Anggaran 2017.

Tabel 1. Beberapa Hasil Penelitian Pemanfaatan Ekstrak Daun Gamal sebagai


Insektisida.
Jenis Ekstrak Serangga Uji Nilai LC50/LT50 Referensi
Air daun gamal Hama bisul dadap (Quadrastichus 10% - 26% Intansari
erythrinae) (48 jam) (2008)
Etanol dan air Imago hama bisul dadap (Q. 21.5% - 54.9% (12 Nukmal dkk.
daun gamal erythrinae) jam) (2009)
Air serbuk daun Hama pengisap buah lada (Dasynus 2.19% Nukmal dkk.
gamal piperis) (72 jam) (2010)
Metanol daun Kutu putih pada tanaman papaya 4.5% (MF4A) Siregar (2010)
gamal (Paracoccus marginatus) 1.8% (MF4C)
24 jam
Air daun gamal Kutu putih pada tanaman papaya 1.32% - 8.5% (48 Nukmal dkk.
(P. marginatus) jam) (2011)
Metanol daun Kutu putih pada tanaman papaya 3.35% Afriyorawan
gamal (P. marginatus) (12 jam) (2013)

Pembuatan Serbuk Daun Gamal nya habis. Sebanyak 500 ml hasil


evaporasi filtrat metanol dipekatkan
Daun gamal dipetik dan diseleksi yang menggunakan metode rekristalisasi
masih segar, selanjutnya dikering angin- dengan freezedryer selama 72 jam hingga
kan selama 7 – 10 hari sampai benar-benar membentuk ekstrak kasar dalam bentuk
kering kemudian digiling sampai menjadi pasta.
serbuk dan dibungkus plastik dalam
keadaan vacum lalu disimpan sampai saat Ekstrak kasar metanol di analisis KLT
digunakan. menggunakan plat KLT selulose (5 cm x
2 cm), dengan larutan identifikasi CeSO4
Isolasi dan Pemurnian Senyawa 10% dan H2SO4 15% dengan
Golongan Flavonoid perbandingan 1 : 1. Eluen yang digunakan
yaitu DCM dan metanol dengan
A. Ekstrak Metanol
perbandingan 4 : 1, dengan metoda
Sebanyak 500 g serbuk daun gamal landaian.
diekstraksi menggunakan metoda maserasi
Pemurnian ekstrak metanol dilakukan
bertingkat, diawali dari pelarut non-polar
dengan cara fraksinasi menggunakan
Hexana, DCM, pelarut semi-polar metanol
kromatografi kolom (KK) Amberlite
dan diakhiri dengan pelaut polar air
XAD-4. Fraksi-fraksi yang didapat
(aquadest). Filtrat metanol hasil ekstrasi
dianalisis KLT dan dikelompokkan
dievaporasi sampai kandungan metanol-
berdasarkan warna, dan hasil KLT yang

129
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

didapat lalu dievaporasi. Hasil evaporasi uji yang digunakan buah kakao (inang)
dianalisis KLT kembali hingga didapatkan P. minor. Bioassay yang dilakukan adalah
fraksi aktif kaya flavonoid yang dapat uji mortalitas dengan pengaruh residu
digunakan untuk Bioassay. (residual effect). Uji residu dilakukan
dengan merendam media uji dengan
Kandungan senyawa flavonoid pada 5 taraf tingkatan konsentrasi (0%;
ekstrak daun gamal dapat dilihat dari 0.015%; 0.030%; 0.045%; dan 0.060%)
analisis KLT dengan pelarut visualisasi selama 10 menit, 10 ekor serangga uji
yaitu SeSO4 10% dalam aquadest, AlCl3 P. minor betina yang sudah diaklimatisasi
5% dalam metanol 95%; 1% NaOH 2M selama 1 hari sebelum perlakuan
dalam metanol dan H3BO3 jenuh dalam diletakkan pada media uji dan dipelihara
metanol dan untuk menentukan struktur pada wadah uji. Pengamatan mortalitas
digunakan analisis spektroskopis. serangga uji dilakukan pada 12, 24, 48 dan
72 jam setelah perlakuan.
B. Ekstrak Air
Maserasi terakhir mengunakan pelarut Penentuan Struktur Senyawa Toksik
polar air (aquadest). Endapan sisa Setelah diperoleh senyawa toksik dan
penyaringan ekstrak metanol direndam efektif sebagai insektisida senyawa
menggunakan aquades sebanyak 1.200 ml flavonoid dianalisis dengan menggunakan
selama 1 x 24 jam dengan 6 kali metoda KLT. Senyawa selanjutnya
pengulangan hingga didapatkan filtrat air diujikan ke kutu putih P. minor pada skala
yang mengandung senyawa-senyawa laboratorium. Senyawa toksik aktif dan
polar. efektif yang diperoleh dianalisis
strukturnya dengan spektrofotometri
Sebanyak 500 ml filtrat air serbuk daun
ultraviolet tampak (UV-Vis).
gamal dipekatkan dengan metode
rekristalisasi menggunakan freezedryer Analisis Data
selama 72 jam hingga didapat ekstrak
kasar air dalam bentuk pasta. Ekstrak Data yang diperoleh selanjutnya
kasar air di analisis KLT menggunakan dianalisis dengan menggunakan analisis
plat KLT selulose (5 cm x 2 cm) dengan probit untuk menentukan nilai LC50. uji
larutan identifikasi CeSO4 10% dan H2SO4 Anara dan uji lanjut dengan Tukey’s
15% dengan perbandingan 1 : 1. Eluen digunakan untuk menentukan larutan yang
yang digunakan yaitu DCM dan metanol efektif sebagai insektisida nabati. Larutan
dengan perbandingan 4 : 1. Ekstrak kasar uji dikatakan efektif bila larutan tersebut
air selanjutnya dihidrolisis. Hasil memberikan nilai LC50 ≤ 5% (Prijono,
hidrolisis dipantau dengan KLT. 2005).
Kandungan senyawa flavonoid pada
ekstrak daun gamal dapat dilihat dari HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis KLT dengan pelarut visualisasi
Isolasi dan Pemurnian Senyawa
yaitu SeSO4 10% dalam akuades, AlCl3
Golongan Flavonoid
5% dalam metanol 95%; 1% NaOH 2M
dalam metanol dan H3BO3 jenuh dalam Hasil isolasi dan pemurnian senyawa
metanol. golongan flavonoid dari serbuk daun
gamal dengan metoda maserasi bertingkat
Bioassay Senyawa Aktif terhadap disajikan pada Tabel 2. Kromatogram
Hama Kutu Putih P. minor hasil KLT estrak kasar air dan metanol
Setiap senyawa yang ditemukan pada dan fraksi ekstrak metanol menujukan
tahapan fraksinasi dilakukan bioassay adanya bercak flavonoid pada
terhadap hama kutu putih P. minor, media kromatogram yaitu pada fraksi 1, fraksi 2,

130
Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

fraksi 26 dan fraksi 27 dengan nila RF


0.73 (Gambar 1.).
Berdasarkan kromatogram (Gambar 1.)
fraksi 1, fraksi 2, fraksi 26 dan fraksi 27
estrak metanol mempunyai nilai RF sama.
Senyawa yang mempunyai nilai RF sama
dapat dikatakan bahwa senyawa yang
teridentifikasi memiliki karakteristik yang a b c
sama atau mirip (Khopkar, 1990). Hasil Gambar 1. (a) Kromatogram hasil KLT
analisis KLT dengan menggunakan ekstrak kasar air; (b) ekstrak
beberapa pelarut visualisasi yaitu CeSO4 kasar metanol; dan
10% dalam akuades, AlCl3 5% dalam (c) 4 fraksi metanol setelah
metanol 95%; 1% NaOH 2M dalam dievaporasi
metanol dan H3BO3 jenuh dalam metanol
dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 2. Hasil Isolasi dan Pemurnian Senyawa Golongan Flavonoid dari Serbuk Daun
Gamal Kultivar Pringsewu
Jenis Berat Ekstrak Kasar Berat Hasil Jumlah
Nilai RF
Estrak Hasil Maserasi Freezdrayer/Hidrolisis Fraksinasi
Metanol 53 g 20 g (pasta) 4 fraksi 0.78 – 0.88
Air 10 g 2 g (kristal - 0.63

A B

CeSO4 AlCl3 NaOH H3BO3 CeSO4 AlCl3 NaOH H3BO3


Gambar 2. Kromatogram hasil analisis metabolit sekunder (flavonoid) Ekstrak metanol
(A) dan ekstrak air (B) daun gamal Kultivar Pringsewu dengan metode
KLT menggunakan 4 pelarut visualisasi

Bioasay Ekstrak Murni Metanol dan Akan tetapi kematian terjadi pada
Air Serbuk Daun Gamal Kultivar perlakuan konsentrasi rendah lebih awal
Pringsewu serta Presentase Kematian dibandingkan konsentrasi tinggi. Hal ini
Kutu Putih (P. minor) Hasil Bioassay mungkin disebabkan oleh beberapa faktor.
Menurut Raini (2007) ada beberapa faktor
Hasil bioassay estrak murni metanol yang mempengaruhi toksisitas suatu
dan air serbuk daun gamal Kultivar senyawa salah satunya yaitu daya tahan
Pringsewu dapat dilihat pada Gambar 3. tubuh hewan uji. Kemungkinan yang
Pada 12 jam setelah perlakuan baik terjadi pada hewan uji (P. minor) yang
ekstrak murni metanol maupun ekstrak diperlakukan dengan konsentrasi ekstrak
murni air sudah dapat mematikan lebih tinggi memiliki daya tahan tubuh
serangga uji (P. minor) sebanyak 3.33%. yang lebih kuat. Akan tetapi sejalan

131
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dengan waktu semakin tinggi konsentrasi Apabila dibandingkan dengan ekstrak


ekstrak perlakuan semakin tinggi metanol, ekstrak air mematikan serangga
persentase rata-rata kematian serangga uji uji lebih banyak antara 3.34% - 13.34%.
karena sudah terakumulasinya senyawa Hal ini mungkin terjadi karena adanya
toksik. pengaruh beberapa faktor diantaranya
yaitu dosis ekstrak, daya tahan tubuh
hewan uji, dan lamanya waktu pemaparan.
Dosis yang rendah akan memberikan efek
toksisitas yang rendah. Sedangkan dosis
yang tinggi pada saat pemaparan awal
akan memaksa tubuh untuk terus
mempertahankan diri dari zat yang
bersifat toksik, akan tetapi dengan
lamanya waktu pemaparan akan membuat
zat toksik tersebut terakumulasi dalam
tubuh sehingga berakibat keracunan
kronik dan kematian (Raini, 2007).
Hasil analisis ragam menunjukan
adanya perbedaan nyata antar perlakuan.
Rata-rata kematian kutu putih dengan
perlakuan, konsentrasi, dan waktu
menunjukkan adanya perbedaan nyata
(p < 0.001). Sedangkan rata-rata kematian
kutu putih jika dilihat dari perbandingan
antar ekstrak, interaksi konsentrasi dan
ekstrak, jam dan ekstrak, antara
Gambar 3. Presentase kematian kutu konsentrasi, jam, dan ekstrak tidak
putih P. minor hasil menunjukkan perbedaan nyata (p = 0.225
bioassay estrak metanol – 0.947) (Tabel 3).
dan estrak air serbuk daun
gamal kultivar Pringsew

Tabel 3. Hasil Analisis Ragam Rata-Rata Kematian Kutu Putih (P. minor) yang
Diperlakukan Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal
Sumber keragaman JK df KT F Sig.
Perlakuan 319.200 39 8.185 12.923 0.000
Konsentrasi 64.867 4 16.217 25.605 0.000
Waktu 185.533 3 61.844 97.649 0.000
Ekstrak 0.833 1 0.833 1.316 0.255
Konsentrasi * waktu 61.467 12 5.122 8.088 0.000
Konsentrasi * ekstrak 2.667 4 0.667 1.053 0.386
Waktu* ekstrak 0.567 3 0.189 0.298 0.827
Konsentrasi * waktu* ekstrak 3.267 12 0.272 0.430 0.947
Galat 50.667 80 0.633
Total 594.000 120
Jumlah Total 369.867 119

132
Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

Secara statistik ekstrak metanol dan efektif dibanding dengan ekstrak metanol
ekstrak air tidak menunjukkan perbedaan untuk mematikan 50% hewan uji.
nyata tetapi jika dilihat dari keefektifan
kedua ekstrak tersebut menunjukkan Nilai LT50 ekstrak air juga lebih rendah
perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil antara 0.7 – 14.1 jam dibanding ekstrak
analisis probit kedua ekstrak pada 48 metanol. Hal ini menunjukkan bahwa
dan72 jam setelah perlakuan (Tabel 4 dan ekstrak air lebih efektif dibanding dengan
5). ekstrak metanol dengan konsentrasi yang
sama membutuhkan waktu lebih lama
Nilai LC50 ekstrak air lebih rendah dibandingkan ektrak metanol bahkan pada
antara 0.007% - 0.022% dibandingkan konsentrasi 0.045% perbedaan waktunya
dengan ekstrak metanol pada waktu sangat 14.1 jam, hal ini menandakan
perlakuan yang sama. Hal ini ekstrak air lebih efektif dibanding ekstrak
mengindikasikan bahwa ekstrak air lebih metanol.

Tabel 4. Nilai LC50 Hasil Analisis Probit Ekstrak Metanol dan Air pada 48 - 72 Jam
Setelah Perlakuan.
Nilai LC50 (%) Beda
Waktu (Jam)
Ekstrak Metanol Ekstrak Air (%)
48 0.104 0.082 0.022
72 0.054 0.047 0.007

Tabel 5. Nilai LT50 Hasil Analisis Probit Ekstrak Metanol dan Air pada Konsentrasi
yang Berbeda
Nilai LT50 (Jam) Beda
Konsentrasi (%)
Ekstrak Metanol Ekstrak Air (Jam)
0.015 89.6 87.8 1.8
0.030 81.7 82.4 0.7
0.045 87.7 73.5 14.1
0.060 68.8 66.2 2.5

Efek Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air Pada kromatogram hasil analisis
Daun Gamal Kultivar Pringsewu metabolit sekunder ekstrak metanol dan
Terhadap Kematian Kutu Putih ekstra air daun gamal dengan metode KLT
(P. minor) menggunakan pelarut visualisasi yang
berbeda terdapat plat yang tidak terdapat
Kemampuan daya bunuh ekstrak noda (Gambar 1 dan 2), hal ini bukan
metanol dan ekstrak air daun gamal berarti pelarut yang digunakan tidak
disebabkan kareda adanya kandungan sesuai untuk mengidentifikasi senyawa
senyawa metabolit sekunder yang bersifat yang ada akan tetapi bisa diidentifikasi
toksik. Salah satunya adalah senyawa dengan cara lain yaitu visualisasi fisik
metabolit sekunder golongan flavonoid. dibawah sinar UV. Menurut Retno (2009)
Adanya kandungan senyawa flavonoid pelarut visualisasi berguna untuk melihat
pada ekstrak daun gamal terlihat dari hasil senyawa tak berwarna pada plat KLT.
analisis KLT dengan menggunakan Tiap-tiap pelarut mereaksikan jenis
beberapa pelarut visualisasi yaitu SeSO4 senyawa yang berbeda sehingga noda
10% dalam akuades, AlCl3 5 % dalam warna yang muncul pada plat KLT pun
metanol 95%; 1% NaOH 2 M dalam berbeda.
metanol dan H3BO3 jenuh dalam metanol.
Senyawa flavonoid yang ditunjukkan
pada plat KLT adalah warna putih

133
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

kekuning hingga kecokelatan, merah dan bertingkat adalah alkaloid, terpenoid,


jingga (Gambar 1 dan 2), hal ini steroid dan flavonoid. Senyawa flavonoid
mengindikasi adanya ikatan –OH dan paling banyak ditemukan dalam ekstrak
C=O. Menurut Marais dkk. (2006) air dan diduga bertanggung jawab sebagai
senyawa flavonoid memiliki banyak insektisida nabati.
gugus fungsi diantaranya memiliki ikatan
rangkap karbon- karbon (C=C), ikatan Nilai RF (Retention Factor) ekstrak
rangkap karbon-oksigen (C=O), ikatan metanol dan ekstrak air daun gamal
tunggal karbon-oksigen (C–O), ikatan berdasarkan hasil KLT menggunakan
tunggal karbon-hidrogen (C–H) dan ikatan beberapa pelarut visualisasi dapat dilihat
tunggal oksigen-hidrogen (O–H). Dengan pada Tabel 6. Nilai RF senyawa flavonoid
demikian hal ini menunjukkan bahwa menggunakan beberapa pelarut visualisasi
hasil uji KLT dengan menggunakan menunjukkan nilai yang bervariasi, nilai
beberapa pelarut visualisasi menunjukkan RF ekstrak metanol menggunakan pelarut
adanya senyawa golongan flavonoid. visualisasi CeSO4 dan H3BO3 lebih tinggi
dibanding nilai RF pada ekstrak air akan
Afriyorawan (2013) membuktikan tetapi nilai RF ekstrak metanol
bahwa ekstrak metanol daun gamal menggunakan pelarut visualisasi AlCl3
mengandung senyawa flavonoid yang dan NaOH lebih rendah dibanding nilai
mampu mematikan hama kutu putih pada RF pada ekstrak air. Hal ini menunjukkan
tanaman pepaya. Berdasarkan hasil bahwa pelarut visualisasi memiliki
penelitian Nukmal dkk. (2010) senyawa kemampuan mengidentifikasi yang
metabolit sekunder yang terdapat pada berbeda-beda sebagaimana prinsip KLT.
ekstrak daun gamal hasil maserasi

Tabel 6. Nilai Retention Factor (RF) Ekstrak Metanol dan Ekstrak Air Daun Gamal
Berdasarkan Hasil KLT Menggunakan Beberapa Pelarut Visualisasi
Pelarut Visualisasi Rata-Rata
Ekstrak
CeSO4 AlCl3 NaOH H3BO3 nilai RF
Ekstrak Metanol 0.73 0.75 0.68 0.85 0.75
Ekstrak Air 0.63 0.83 0.75 0.63 071

Menurut Soebagio (2002) adsorbsi berikatan dan membentuk ikatan yang


adalah penyerapan pada permukaan, sangat kuat sehingga jarak spot atau noda
sedangkan partisi adalah penyebaran atau pada plat KLT akan semakin kecil dan
kemampuan suatu zat atau senyawa yang nilai RF akan semakin rendah. Dengan
ada dalam larutan untuk berpisah dan demikian tingkat kepolaran ekstrak air
bergerak keatas tergantung pada plat KLT lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak
dan pelarut yang digunakan. Dari hasil metanol.
rata-rata nilai RF yang didapat berda-
sarkan penggunaan beberapa pelarut Jenis dan Struktur Kimia Kandungan
visualisasi rata-rata nilai RF ekstrak air Ekstrak Daun Gamal Kultivar
lebih kecil dibanding dengan rata-rata Prigsewu
nilai RF pada ekstrak metanol. Menurut
Berdasarkan hasil analisis
Yazid (2005) makin tinggi nilai RF yang
spektroskopis ekstrak metanol daun gamal
diperoleh maka makin rendah tingkat
Kultivar Pringsewu memiliki spektrum
kepolaran dari suatu zat tersebut, karena
khas flavonoid ditentukan dengan
secara konsep makin tinggi kepolaran dari
mengamati dua serapan maksimum yaitu
suatu zat, maka fasa diam yang
pada rentang 230 nm – 295 nm (Neldawati
merupakan senyawa polar akan saling

134
Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

dkk., 2013) dan 300 nm – 550 nm terkonyugasi (–C=C–C=C–) dari senyawa


(Siregar, 2010). Ekstrak metanol serbuk aromatik (Silverstein dkk., 1986).
daun gamal Kultivar Pringsewu terhadap
sinar UV memberikan serapan maksimum Menurut Neldawati dkk. (2013)
pada λmax 265 nm dan 327 nm dalam rentang panjang gelombang 310 nm –
metanol (Gambar 4). Sedangkan ekstrak 350 nm dan 250 nm - 280 nm termasuk
air serbuk daun gamal Kultivar Pringsewu kedalam golongan senyawa flavonoid
memberikan satu serapan pada λmax jenis flavon. Dengan demikian kedua
264 nm (Gambar 5). ekstrak polar (metanol dan air) serbuk
daun gamal Kultivar Pringsewu
mengandung senyawa flavonoid jenis
flavon.
Menutut Tapas dkk, (2008)
karakteristik senyawa flavon hampir sama
seperti senyawa flavonoid yaitu memiliki
kerangka struktural dasar C6–C3–C6 yang
terdiri dari dua cincin aromatik C6 (A dan
B) dan cincin heterosiklik (C) (Gambar 6).

Gambar 4. Spektrum UV ekstrak metanol


serbuk daun gamal Kultivar
Pringsewu

Gambar 6. Struktur senyawa flavon


(Tapas dkk., 2008)
Flavon adalah senyawa golongan
Gambar 5. Spektrum UV ekstrak air flavonoid terdiri dari kerangka struktural
serbuk daun gamal Kultivar 2-fenil-1,4-benzopiron. Dalam struktur
Pringsewu kimia, gugus fenil atau cincin fenil adalah
salah satu gugus fungsional pada suatu
Data spectrum UV menunjukkan
rumus kimia. Pada gugus ini, enam atom
karateristik serapan untuk senyawa flavon,
karbon disusun pada struktur cincin siklik.
yaitu pada panjang λmax 327 nm
Cincin ini bersifat sangat stabil, dan
merupakan khas flavon pada pita I yang
merupakan bagian dari kelompok senyawa
menunjukkan electron n π*, hal ini
aromatik. Cincin fenil bersifat hidrofobik
menunjukkan adanya ikatan rangkap
(menolak air) dan hidrokarbon aromatik.
terkonyugasi dari gugus karbonil dengan
Gugus ini dapat ditemukan di banyak
sistem π aromatik (–C=C–C=C–C=O).
senyawa organik. Cincin ini diperkirakan
Serapan maksimum pada λmax
diturunkan dari benzena, (C6H6).
264nm/265nm merupakan khas flavonoid
pada pita II, yang menunjukkan elektron Senyawa bergugus fenil paling
n π* untuk system ikatan rangkap sederhana adalah fenol, C6H5OH. Sedang-
kan benzopiren merupakan senyawa

135
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

organik dengan rumus C20H12 hidrokarbon petandra Gartn.) terhadap Imago Hama
aromatik polisiklik Benzopiren sendiri Bisul Dadap (Quadrastichus
merupakan senyawa kimia yang bersifat erythrinae Kim.) Skripsi. Jurusan
toksik (Marais dkk., 2006; Kumar dan Biologi FMIPA Universitas lampung
Pandey 2013). Bandar Lampung.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia
SIMPULAN Analitik. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Kumar, S. dan A.K. Pandey. 2013.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Chemistry and Biological Activities of
ekstrak metanol dan estrak air serbuk daun
flavonoids: an Overview. The
gamal Kultivar Pringsewu memiliki daya
Scientific Word Journal. Vol. 2013: 1 –
insektisida terhadap hama kutu putih
16.
kakao, dengan Nilai LC50,72jam 0.054%
Marais, J.P.J., B. Deavours, R.A. Dixon,
dan 0.047%. Estrak air lebih efektif
dan D. Ferreira. 2006. The
dibandingkan estrak metanol karena
Stareochemistry of Flavonoids. The
memiliki nilai LC50 lebih rendah 0.007%.
Science of Flavonoids. Springer
Kedua estrak ini dapat dijadikan
Science. ISBN-10 0-387-28821.
insektisida nabati sebagai alternatif
United States of America. America.
pengganti insektisida sintetik yang yang
Hal: 1 – 46.
lebih ramah lingkungan.
Neldawati, Ratnawulan, dan Gusnedi.
UCAPAN TERIMAKASIH 2013. Analisis Nilai Absorbansi Dalam
Penentuan Kadar Flavonoid Untuk
Ucapan terimakasih disampaikan Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.
kepada DRPM DIKTI, sebagai Pillar of Physics, Vol. 2: 76 – 83.
penyandang dana penelitian ini, yang Nukmal, N., E.L. Widiastuti dan E.
merupakan bagian dari Skim Penelitian Sumiyani. 2009. Uji Efikasi Ekstrak
Berbasis Kopentensi Tahun Anggaran Daun Gamal (Gliricidia maculata)
2017. Dengan Nomor Cover: 071/SP2H Terhadap Imago Hama Bisul Dadap
/LT/DRPM/IV/2017 dan Nomor Kontrak: (Quadrastichus erythrinae). Prosiding
582/UN26.21/KU/2017. Mahasiswa dan Seminar Nasional XX dan Kongres
semua pihak yang telah ikut terlibat aktif PBI XIV UIN Maliki. Malang, 24 -25
dalam penelitian ini. Juli 2009. Hal: 285 – 291.
Nukmal, N., N. Utami dan G.D. Pratami.
DAFTAR PUSTAKA Isolasi Senyawa Flavonoid Dari
Afriyorawan. 2013. Karakterisasi Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal
Senyawa Flavonoid Hasil Isolasi (Gliricidia maculata) dan Uji
Ekstrak Metanol Daun Gamal Toksisitasnya Terhadap Hama Kutu
(Gliricidia maculata). Skripsi. Jurusan Putih Pepaya (Paracoccus
Kimia FMIPA. Universitas Lampung. marginatus). Prosiding Penelitian
Bandar Lampung. Hibah Strategi Unila. Universitas
Elevitch, C.R. dan J.K. Francis. 2006. Lampung. Lampung.
Gliricidia sepium (gliricidia), Nukmal, N., N. Utami dan Suprapto.
Fabaceae (Legume Family). Spesies 2010. Skrining Potensi Daun Gamal
Profiles For Pasific Island (Gliricidia maculata Hbr.) sebagai
Agroforestry. www.traditionaltree.org Insektisida Nabati. Laporan Penelitian
(Diakses pada 7 Mei 2015). Hibah Strategi Unila. Universitas
Intansari, V. 2008. Efek Ekstrak Daun Lampung. Lampung.
Gamal (Gliricidia maculata Hbr.) dan Prijono, D. 2005. Pemanfaatan dan
Estrak Air Daun Kapuk Randu (Ceiba Pengembangan Pestisida Nabati.

136
Nukmal dan Andriyani. 2017. Daya Insektisida Ekstrak Polar Serbuk …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 127 – 137

Makalah Seminar Ilmiah. Jurusan Soebagio. 2002. Kimia Analitik.


Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri Makassar Fakultas
Universitas Lampung. Lampung. MIPA. Makassar.
Raini, M. 2007. Toksikologi Pestisida dan Sumarno, E. 2015. Jenis–jenis Serangga
Penanganan Akibat Keracunan Hama Berdasarkan Tingkat Kerusakan
Pestisida. Media Litbang Kesehatan, yang di Timbulkan. Tugas
Vol. 17 (3): 10 – 18. Perlindungan Hutan. Manajemen
Retno, H.A. 2009. Uji Sitotoksik Ekstrak Hutan. Fakultas Kehutanan dan Ilmu
Patroleum Eter Herba Bandotan Lingkungan. Universitas Halu Oleo.
(Ageratum conyzoides L.) terhadap Sel Kendari.
T47d dan Profil Kromatografi Lapis Tapas, A.R., Sakarkar, D.M. dan R.B.
Tipis. Skripsi. Fakultas Farmasi. Kakde. 2008. Flavonoids as
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Nutraceuticals. Tropical Journal of
Silverstein, R.M., G.C. Bassler dan T.C. Pharmaceutical Research (3): 1089-
Morril. 1986. Penyidikan 1099. Faculty of Pharmacy, University
Spketrometrik Senyawa Organik. of Benin-Nigeria.
Terjemahan. Hartono, A.J. dan A.V. Wijaya, S.Y. 2007. Kolonisasi Semut
Purba. Erlangga. Jakarta. Hitam (Dolichoderus thoracicus
Siregar, R.H. 2010. Isolasi Senyawa Smith.) pada Tanaman Kakao
Flafonoid dari Estrak Metanol Daun (Theobroma cacao L.) dengan
Gamal (Gliricidia maculata) dan Uji Pemberian Pakan Alternatif. Skripsi.
Sebagai Insektisida Nabati Terhadap Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Kutu Putih Tanaman Pepaya Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk
(Paracoccus marginatus). Skripsi. Paramedis. Andi. Yogyakarta.
Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lampung. Bandar Lampung.

137
PENGARUH PERLAKUAN SITOKININ TERHADAP
PERTUMBUHAN IN VITRO TALAS DIPLOID
PONTIANAK DAN TALAS TRIPLOID
BOLANG HITAM
Aida Wulansari*, Dyah Retno Wulandari, Laela Sari dan Tri Muji Ermayanti
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI
Jalan Raya Bogor Km 46, Cibinong
*E-mail: aida_wulansari@yahoo.com
Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 4/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Keragaman genetik talas (Colocasia esculenta L. (Schott.)) Indonesia salah satunya
ditunjukkan oleh tingkat ploidinya yang beragam diantaranya diploid dan triploid. Talas
Pontianak merupakan talas diploid yang memiliki keunggulan rasa enak dan umbi
besar, sedangkan talas Bolang Hitam termasuk talas triploid yang memiliki umbi besar
dan terdapat bercak atau garis berwarna hitam. Penggunaan teknik kultur jaringan dalam
penyediaan bibit bermutu dan bebas penyakit diperlukan untuk produksi bibit,
konservasi maupun pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan sitokinin (kinetin dan BAP) terhadap pertumbuhan in vitro talas
diploid Pontianak dan talas triploid Bolang Hitam. Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan
dengan menggunakan flowsitometer, sedangkan perbanyakan tunas dilakukan dengan
perlakuan kinetin konsentrasi 0; 0.5; 1; 2; dan 4 mg.L-1. Sebagai pembanding adalah
media perbanyakan tunas talas terbaik dari penelitian sebelumnya yaitu BAP 2 mg.L-1 +
tiamin 1 mg.L-1 + adenin 2 mg.L-1. Pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap
jumlah tunas anakan, panjang petiol, jumlah daun dan jumlah akar. Aklimatisasi planlet
dilakukan pada media campuran tanah, cocopeat dan sekam bakar dengan perbandingan
2:1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan talas Pontianak pada media
perlakuan kinetin 2 mg.L-1 menghasilkan rata-rata jumlah tunas anakan terbanyak.
Perlakuan kinetin 0.5; 1 mg.L-1; dan MS0 menghasilkan petiol lebih panjang, jumlah
daun dan akar lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya. Talas Bolang Hitam tidak
membentuk anakan pada semua perlakuan kinetin. Perlakuan kinetin 0.5 dan 1 mg.L-1
menghasilkan petiol lebih panjang dibandingkan perlakuan lainnya. Rata-rata jumlah
daun pada semua perlakuan berkisar antara 3.17 – 4.50 sedangkan rata-rata jumlah akar
tertinggi diperoleh pada perlakuan kinetin 0.5 mg.L-1. Perlakuan BAP 2 mg.L-1 + tiamin
1 mg.L-1 + adenin 2 mg.L-1 meningkatkan pertumbuhan talas diploid maupun triploid.
Pengamatan aklimatisasi sampai umur 4 minggu menunjukkan persentase hidup planlet
talas Pontianak sebesar 6.67%, sedangkan pada talas Bolang Hitam semua planlet masih
bertahan hidup.
Kata kunci: BAP (Benzyl Amino Purine), diploid, flowsitometer, kinetin, triploid
EFFECT OF CYTOKININ TREATMENTS ON IN VITRO GROWTH OF DIPLOID
TARO CV. PONTIANAK AND TRIPLOID TARO CV. BOLANG HITAM
ABSTRACT
Genetic diversity of Indonesian taro (Colocasia esculenta L. (Schott.)) can be
recognized by diversity of ploidy levels such as diploid and triploid plants. Taro cultivar

138
Wulansari et al. 2017. Pengaruh Perlakuan Sitokinin terhadap Pertumbuhan In Vitro …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal :138 – 146

Pontianak is diploid having good taste and big corm. Taro cultivar Bolang Hitam is
triploid having big corm too and black spots or stripes on its corm. The use of tissue
culture technique is important to produce qualified and diseases-free seedlings useful
for conservation and breeding. The research was aimed to investigate the effects of
cytokinin (kinetin and BAP) on in vitro growth of diploid taro (cv. Pontianak) and
triploid taro (cv. Bolang Hitam). Confirmation of the ploidy level was done by
flowcytometer. Experiment of shoot multiplication was performed by kinetin at 0; 0.5;
1; 2; and 4 mg.L-1. As a comparison was the best taro shoot multiplication medium from
previous research BAP 2 mg.L-1 + thiamine 1 mg.L-1 + adenine 2 mg.L-1. Observation
was recorded weekly on the number of shoots, petiole length, number of leaves and
roots. The plantlet acclimatization was done on soil, coco peat and husk with 2:1:1
ratio. The results showed that growth of taro Pontianak on 2 mg.L-1 kinetin had the
highest number of shoots. Whereas, on 0.5; 1 mg.L-1 kinetin; and MS0 had longer
petiole, more leaves and roots than other treatments. Taro cv. Bolang Hitam did not
form shoots on all kinetin concentrations. Kinetin at 0.5 and 1 mg.L-1 gave longer
petiole grown on all kinetin treatments. The average number of leaves at all treatments
ranged from 3.17 to 4.50 while the highest average root count was obtained on the
kinetin 0.5 mg.L-1 treatment. Treatment with BAP 2 mg.L-1 + thiamine 1 mg.L-1 +
adenine 2 mg.L-1 increased growth of diploid or triploid taro. Acclimatization until 4
weeks old showed the percentage of survival plantlet cultivar Pontianak was 6.67%,
while on cultivar Bolang Hitam all plantlet still survive.
Keywords: BAP (Benzyl Amino Purine), diploid, flowcytometer, kinetin, triploid

PENDAHULUAN Kegiatan eksplorasi Pusat Penelitian


Bioteknologi LIPI sejak tahun 2002
Indonesia merupakan salah satu pusat menghasilkan 710 contoh talas yang telah
utama keanekaragaman hayati dunia. dikumpulkan dari Jawa, Bali, Sulawesi
Selain karena jumlahnya yang melimpah, dan Lampung. Sebanyak 180 morfotipe
sumber daya hayati tersebut telah talas telah berhasil diinventarisasi dan
dimanfaatkan dan dibudidayakan secara diidentifikasi. Seleksi yang telah
turun temurun. Salah satu jenisnya adalah dilakukan menghasilkan 50 contoh talas
tanaman sumber pangan seperti talas yang potensial dan dikoleksi di kebun
(Colocasia esculenta L. (Schott.)) yang plasma nutfah (Prana & Kuswara, 2002).
termasuk tanaman asli tropika. Sebagai Hasil seleksi tersebut dapat digunakan
bagian dari kawasan yang menjadi pusat sebagai material dalam pengembangan
asal talas dan sekaligus pusat budidaya, tanaman talas. Pemuliaan talas secara
Indonesia memiliki keragaman talas yang konvensional terkendala oleh sulitnya
luar biasa banyaknya. Keragaman genetik pembungaan yang banyak dipengaruhi
talas Indonesia salah satunya ditunjukkan oleh faktor lingkungan seperti suhu
oleh tingkat ploidinya yang beragam. (Ivancic et al., 2008). Salah satu strategi
Sebagian besar aksesi talas merupakan untuk mengatasi kendala tersebut melalui
talas diploid. Namun, terdapat pula aksesi pemuliaan secara in vitro. Teknik in vitro
talas triploid sebagai contoh adalah talas yang dikombinasikan dengan induksi
Jepang atau talas Satoimo. Talas yang mutasi iradiasi sinar Gamma telah
tumbuh di daerah tropis umumnya dilakukan pada talas Satoimo untuk
memiliki jumlah kromosom diploid 2n = mendapatkan kandidat mutan dengan
2x = 28 dan triploid 2n = 3x = 42 (Coates pertumbuhan yang lebih baik (Martin et
et al, 1988). al., 2013). Teknik in vitro lainnya seperti
teknik fusi protoplas (Martin et al., 2016)

139
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dan induksi poliploid menggunakan puncak pada channel 300. Rata-rata


orizalin (Wulansari et al, 2016) juga telah kandungan DNA (mean) dan coefficient of
dilakukan untuk mendapatkan talas hibrid variation (CV) dari tiap-tiap sampel pada
yang tinggi produktivitasnya. setiap puncak diamati dan dibandingkan
dengan tanaman kontrol (diploid), dan
Ketersediaan plasma nutfah hasil ditentukan tingkat ploidinya sesuai dengan
eksplorasi dan penelitian di kebun secara kelipatan rata-rata jumlah kandungan
ex situ memerlukan banyak ruang, waktu DNA. Penelitian ini menggunakan talas
dan tenaga. Konservasi in vitro dapat Bentul sebagai standar diploid untuk
menjadi altenatif penyimpanan plasma mengkonfirmasi tingkat ploidi beberapa
nutfah baik untuk jangka pendek, koleksi talas yang belum diketahui tingkat
menengah maupun panjang yang lebih ploidinya. Kontrol tanaman diploid
efektif dan efisien. Beberapa penelitian (Bentul) dikalibrasi pada channel 200
tentang konservasi talas telah dikerjakan sedangkan tanaman triploid pada channel
antara lain melalui metode pertumbuhan 300.
lambat dengan perlakuan konsentrasi
sukrosa dan suhu rendah 14 oC (Wulansari Eksplan yang digunakan adalah tunas
et al,2013), perlakuan konsentrasi manitol in vitro talas Pontianak dan Bolang Hitam
(Noorrohmah et al, 2015) serta perlakuan yang berumur 1 bulan. Tunas tersebut
asam absisat pada suhu rendah dan suhu dihilangkan daun dan pelepahnya yang
ruang (Noorrohmah et al, 2016). Sebelum berwana kuning sampai berukuran 0.5 cm.
kegiatan konservasi in vitro perlu Kedua jenis talas tersebut berasal dari
diketahui media yang optimal untuk koleksi talas Laboratorium Biak Sel dan
perbanyakan dan regenerasinya. Media Jaringan Tanaman Pusat Penelitian
optimal untuk perbanyakan talas diploid Bioteknologi LIPI.
telah diperoleh dari penelitian sebelumnya
yaitu media MS yang ditambahkan BAP Media dasar yang digunakan adalah
(Benzyl Amino Purine) 2 mg.L-1, tiamin media Murashige & Skoog (MS). Media
1 mg.L-1 dan adenin 2 mg.L-1(Wulansari mengandung gula (30 g.L-1), pH media
et al, 2013). Namun, belum diperoleh diatur 5.8 dan dipadatkan dengan agar
media perbanyakan terbaik untuk talas (3 g.L-1). Perlakuan sitokinin untuk
poliploid seperti triploid atau tetraploid. perbanyakan tunas menggunakan kinetin
Pengaruh jenis sitokinin yang lain seperti dengan konsentrasi 0; 0.5; 1; 2; dan
kinetin juga belum pernah dikaji terhadap 4 mg.L-1. Sebagai pembanding adalah
talas poliploid. Penelitian ini bertujuan media perbanyakan tunas talas terbaik dari
untuk mengetahui pengaruh perlakuan penelitian sebelumnya yaitu BAP 2 mg.L-1
sitokinin (kinetin dan BAP) terhadap + tiamin 1 mg.L-1 + adenin 2 mg.L-1
pertumbuhan in vitro talas diploid (Wulansari et al, 2013). Setiap perlakuan
Pontianak dan talas triploid Bolang Hitam. diulang 3 kali (botol) dan setiap ulangan
berisi 3 tunas.
METODE
Tunas dipelihara di dalam ruang
Sebelum perlakuan sitokinin, dilakukan inkubasi pada suhu 25 – 26 oC dengan
konfirmasi tingkat ploidi menggunakan pencahayaan kontinu. Pengamatan
flowsitometer Cyflow® Space Partec, dilakukan setiap minggu mulai minggu
Germany. Daun tanaman diploid ke-0 sampai minggu ke-6. Parameter
digunakan sebagai standar. Jumlah DNA pertumbuhan yang diamati adalah jumlah
pada inti sel sampel kontrol tanaman tunas anakan, panjang petiol, jumlah daun
diploid dikalibrasi sehingga mendapatkan dan jumlah akar.
puncak spektrum pada channel 200
sedangkan tanaman triploid menunjukkan

140
Wulansari et al. 2017. Pengaruh Perlakuan Sitokinin terhadap Pertumbuhan In Vitro …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal :138 – 146

Aklimatisasi planlet dilakukan pada HASIL DAN PEMBAHASAN


media campuran tanah, cocopeat dan
sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1. Beberapa kultivar talas antara lain
Media aklimatisasi kemudian dimasukkan Bentul, Bogor, Kaliurang, dan lain-lain
ke dalam pot plastik kecil. Pot yang telah telah dikonfirmasi tingkat ploidinya
berisi planlet tersebut kemudian adalah diploid (Lebot et al. 2004). Hasil
disungkup dengan menggunakan plastik analisis menunjukkan bahwa talas
transparan dan diletakkan di tempat teduh Pontianak termasuk tanaman diploid
selama dua minggu. Pengamatan karena menunjukkan puncak pada channel
dilakukan setiap hari untuk mengetahui 200, sedangkan talas Bolang Hitam
jumlah planlet yang hidup dan yang mati. termasuk triploid karena menunjukkan
puncak pada channel 300 (Gambar 1).

B
A

Gambar 1. Histogram flowsitometer talas diploid Pontianak (A) dan talas triploid
Bolang Hitam (B).
Pengamatan sampai umur kultur 4 (Gambar 2) dan kultivar talas triploid
minggu setelah tanam (MST) menunjuk- Bolang Hitam (Gambar 3). Pertumbuhan
kan perbedaan respon pertumbuhan antara terus diamati sampai dengan 6 minggu
perlakuan kinetin dan perlakuan BAP untuk diambil data pertumbuhannya.
pada kultivar talas diploid Pontianak

Gambar 2. Kultur in vitro talas Pontianak umur 4 MST


(A) MS0 (C) Kin 1 mg.L-1 (E) Kin 4 mg.L-1
(B) Kin 0.5 mg.L-1 (D) Kin 2 mg.L-1
(F) BAP 2 mg.L-1+Tiamin 1 mg.L-1+Adenin 2 mg.L-1

Pengamatan terhadap talas Pontianak 0.5 mg.L-1, tunas anakan tidak terinduksi
pada parameter jumlah tunas anakan umur sampai pengamatan berakhir. Pada
1 – 6 minggu menunjukkan bahwa konsentrasi kinetin 1, 2 dan 4 mg.L-1 rata-
perlakuan kinetin cenderung lebih sedikit rata jumlah tunas anakan mulai meningkat
menghasilkan anakan dibandingkan pada minggu ke-3 dan tidak ada
perlakuan BAP. Pada konsentrasi kinetin penambahan jumlah pada minggu-minggu

141
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

berikutnya (Gambar 4A). Hasil uji lanjut 2 mg.L-1 menghasilkan rata-rata jumlah
DMRT terhadap rata-rata jumlah tunas anakan tertinggi dibandingkan perlakuan
anakan pada minggu ke-6 menunjukkan kinetin yang lainnya yaitu 0.83 anakan per
perlakuan kinetin berbeda nyata dengan tunas, namun lebih rendah dibandingkan
perlakuan BAP. Perlakuan kinetin dengan perlakuan BAP (Tabel 1).

Gambar 3. Pertumbuhan talas Bolang Hitam umur 4 MST


(A) MS0 (C) Kin 1 mg.L-1 (E) Kin 4 mg.L-1
-1
(B) Kin 0.5 mg.L (D) Kin 2 mg.L-1
(F) BAP 2 mg.L-1+Tiamin 1 mg.L-1+Adenin 2 mg.L-1

A B

C D
Gambar 4. Grafik pertumbuhan talas Pontianak pada media perlakuan Kinetin dan
BAP. (A) Jumlah tunas; (B) Panjang petiol; (C) Jumlah daun; dan
(D) Jumlah akar

Tabel 1. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan In Vitro Talas Diploid Pontianak Umur
6 MST
Jumlah Tunas Panjang Jumlah Jumlah
Media
Anakan Petiol (cm) Daun Akar
MS0 0.33ab 8.58c 3.67b 15.17e
Kinetin 0.5 mg L-1 0.00a 9.08c 4.00b 12.33d
Kinetin 1 mg L-1 0.50ab 9.42c 3.50b 15.00e
Kinetin 2 mg L-1 0.83b 3.42b 2.83a 10.00c
Kinetin 4 mg L-1 0.50ab 1.92a 2.50a 5.17b
BAP 2 mg L +Tiamin 1 mg L-1+Adenin 2 mg L-1
-1
1.83c 2.17ab 2.33a 2.17a
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT

142
Wulansari et al. 2017. Pengaruh Perlakuan Sitokinin terhadap Pertumbuhan In Vitro …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal :138 – 146

Pada talas Bolang Hitam, semua nyata antara perlakuan kinetin 0.5 dan
perlakuan kinetin tidak menghasilkan 1 mg.L-1 dengan kinetin 2 dan 4 mg.L-1
anakan sampai pengamatan minggu ke-6. serta perlakuan BAP (Tabel 1).
Anakan hanya dihasilkan oleh perlakuan
BAP dengan rata-rata 2 anakan per tunas Penambahan kinetin 0.5 dan 1 mg.L-1
pada 6 MST (Tabel 2). pada talas Bolang Hitam meningkatkan
panjang petiol dan meningkat terus dari
Pengamatan panjang petiol talas minggu ke-0 sampai minggu ke-6,
Pontianak pada media MS0, kinetin 0.5 sedangkan perlakuan kinetin 2 dan
dan 1 mg.L-1 meningkat tajam pada 4 mg.L-1 serta perlakuan BAP meningkat
minggu ke-4, ke-5 dan ke-6. Namun pada pada minggu ke-1 namun pada minggu-
perlakuan kinetin 2 dan 4 mg.L-1 serta minggu berikutnya tetap (Gambar 5.A).
perlakuan BAP, panjang petiol tidak Hasil uji lanjut DMRT terhadap rata-rata
banyak meningkat dari minggu ke-0 panjang petiol minggu ke-6 berbeda nyata
sampai minggu ke-6 (Gambar 4.B). Hasil antara perlakuan kinetin 0.5 dan 1 mg.L-1
uji lanjut DMRT terhadap rata-rata dengan kinetin 2 dan 4 mg.L-1 serta
panjang petiol pada minggu ke-6 berbeda perlakuan BAP (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan In Vitro Talas Triploid Bolang Hitam
Umur 6 MST
Jumlah Tunas Panjang Jumlah Jumlah
Media
Anakan Petiol (cm) Daun Akar
MS0 0.00a 2.92ab 3.17a 4.50bc
Kinetin 0.5 mg L-1 0.00a 5.33c 4.00ab 11.00d
-1 a c b
Kinetin 1 mg L 0.00 5.95 4.50 6.17c
-1 a b ab
Kinetin 2 mg L 0.00 3.50 4.00 7.33c
-1 a a ab
Kinetin 4 mg L 0.00 1.33 4.00 2.33ab
-1 -1 -1 b ab a
BAP 2 mg L +Tiamin 1 mg L +Adenin 2 mg L 2.00 2.50 3.00 0.00a
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT

Perlakuan kinetin memberikan pola Pengamatan jumlah daun talas triploid


respon pertumbuhan yang mirip pada Bolang Hitam pada semua perlakuan
parameter jumlah daun dan jumlah akar kinetin menunjukkan peningkatan mulai
pada talas Pontianak. Semakin meningkat minggu pertama sampai akhir pengamatan
konsentrasi kinetin maka semakin (minggu ke-6). Sedangkan perlakuan BAP
meningkat pula jumlah daun dan akar. dan MS0 rata-rata jumlah daun sedikit
Sedangkan perlakuan BAP menunjukkan bertambah mulai minggu ke-4 sampai
rata-rata lebih rendah dibandingkan minggu ke-6 (Gambar 5B.). Hasil uji
dengan semua perlakuan kinetin mulai lanjut DMRT terhadap rata-rata jumlah
minggu ke-0 sampai minggu ke-6 daun umur 6 MST menunjukkan
(Gambar 4.C dan 4.D). Hasil uji lanjut perlakuan kinetin 1 mg.L-1 berbeda nyata
DMRT terhadap rata-rata jumlah daun dengan perlakuan lain termasuk MS0 dan
pada minggu ke-6 berbeda nyata antara memiliki rata-rata jumlah daun tertinggi
jumlah daun pada MS0, perlakuan kinetin (Tabel 2.).
0.5 dan 1 mg.L-1 dengan perlakuan kinetin
2 dan 4 mg.L-1 serta perlakuan BAP Jumlah akar talas Bolang Hitam
(Tabel 1). Hasil uji lanjut DMRT terhadap menunjukkan respon semakin tinggi
rata-rata jumlah akar minggu ke-6 konsentrasi kinetin maka semakin sedikit
menunjukkan bahwa semua perlakuan jumlah akarnya. Pada perlakuan BAP,
berbeda nyata kecuali pada MS0 dan akar tidak terbentuk sampai akhir
perlakuan kinetin 1 mg.L-1 (Tabel 1). pengamatan yaitu minggu ke-6

143
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Gambar 5C). Hasil uji DMRT terhadap Perbedaan respon pertumbuhan sebagai
rata-rata jumlah akar umur 6 MST akibat tipe sitokinin yang berbeda pada
menunjukkan perlakuan kinetin 0.5 mg.L-1 talas diploid Pontianak maupun triploid
berbeda nyata dengan semua perlakuan Bolang Hitam juga ditunjukkan pada
termasuk MS0 dan memiliki rata-rata tanaman dari spesies Allium (Tubic et al
jumlah akar tertinggi (Tabel 2). 2016). Kemampuan yang berbeda dalam
menginduksi tunas pada tipe sitokinin
yang berbeda dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti tingkat stabilitasnya,
mobilitasnya, kecepatan konjugasinya
serta tingkat oksidasinya. Pada banyak
tanaman, BAP memiliki kemampuan
untuk induksi tunas anakan lebih tinggi
dibandingkan tipe sitokinin yang lain
A
seperti kinetin dan 2-ip, karena BAP tidak
mudah rusak dan lebih stabil dalam media
sehingga jumlah yang tersedia dalam
media lebih banyak dibandingkan tipe
sitokinin yang lainnya (Buah et al 2010).
Penambahan BAP pada media untuk
mikropropagasi talas telah banyak
digunakan seperti pada kultur meristem
talas diploid lokal Taiwan (Ko et al 2008)
dan talas diploid lokal India (Nath et al
2012) yang menggunakan BAP sampai
B konsentrasi 5 mg.L-1 dan dikombinasikan
dengan auksin seperti IAA dan NAA.
Pada talas triploid jenis yang lain seperti
Satoimo, penambahan BAP 2 mg.L-1
mampu menghasilkan jumlah tunas
anakan tertinggi (Maretta et al 2016).
Penambahan sitokinin jenis lain seperti
Thidiazuron sebesar 1 mg.L-1 pada
mikropropagasi Satoimo juga
menghasilkan banyak tunas anakan
C
(Hutami et al 2013).
Pengamatan minggu ke-4 setelah
aklimatisasi terhadap planlet kultivar
Pontianak menunjukkan persentase
Gambar 5. Pertumbuhan talas Bolang kematian sebesar 6.67%. Pada kultivar
Hitam pada media perlakuan Bolang Hitam semua planlet mampu
Kinetin dan BAP. bertahan hidup. Morfologi kultivar
(A) Panjang petiol; Pontianak dan kultivar Bolang Hitam
(B) Jumlah daun; dan umur 2 dan 4 minggu setelah aklimatisasi
(C) Jumlah akar menunjukkan pertumbuhan yang normal
(Gambar 6 dan 7).

144
Wulansari et al. 2017. Pengaruh Perlakuan Sitokinin terhadap Pertumbuhan In Vitro …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal :138 – 146

A B UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Andri F. Martin dan Erwin Al-
Hafiizh untuk analisis ploidi
menggunakan flowsitometer. Meta
Irliyanti dan Hoerudin atas bantuannya
dalam pembuatan media, pemeliharaan
kultur in vitro dan pemeliharaan tanaman
di Rumah Kaca. Penelitian ini didanai
oleh DIPA 2017.
Gambar 6. Morfologi Planlet Kultivar
Pontianak. (A) Umur 2 DAFTAR PUSTAKA
minggu setalah aklimatisasi; Buah, J.N., E. Danso, K.J. Taah, E.A
(B) Umur 4 minggu setelah Abole, E. A. Bediako, J. Asiedu dan R.
aklimatisasi Baidoo. 2010. The Effects of Different
Concentrations Cytokinins on the In
A B Vitro Multiplication of Plantain (Musa
sp.). Biotechnology, Vol 9 (3): 1 – 5.
Coates, D.J., D.E. Yen dan P.M. Gaffey.
1988. Chromosome Variation in Taro,
Colocasia esculenta : Implications for
Origin in the Pacific. Cytologia,
Vol. 53 (3):551-560.
Hutami, S., dan R. Purnamaningsih. 2013.
Shoot Multiplication of Taro
(Colocasia esculenta var. antiquorum)
Through in Vitro Culture. Proceeding
of The 4th International Conference on
Gambar 7. Morfologi Planlet Kultivar
Green Technology. Malang,
Bolang Hitam. (A) Umur 2
6 September 2013. Hal: 34 – 40.
minggu setalah aklimatisasi;
Ivancic, A., O. Roupsard, J.Q. Garcia, M.
(B) Umur 4 minggu setelah
Melteras, T. Molisale, S. Tara dan V.
aklimatisasi
Lebot. 2008. Thermogenesis and
SIMPULAN Flowering Biology of Colocasia
gigantea, Araceae. J Plant Res, Vol.
Media MS yang mengandung 121 (1): 73 – 82.
konsentrasi dan jenis sitokinin berbeda Ko, C.Y., J.P. Kung dan R. McDonald.
menyebabkan pertumbuhan yang berbeda 2008. In Vitro Micropropagation of
pula pada talas diploid (Pontianak) dan White Dasheen (Colocasia esculenta).
triploid (Bolang hitam). Perlakuan kinetin African Journal of Biotechnology,
meningkatkan panjang petiol, jumlah daun Vol. 7 (1): 041-043.
dan jumlah akar pada kultivar Pontianak Lebot, V., M.S. Prana, N. Kreike, H. van
dan kultivar Bolang Hitam, sedangkan Heck, J. Pardales, T. Okpul, T.
perlakuan BAP meningkatkan jumlah Genuda, M. Thongjiem, H. Hue, N.
tunas anakan pada kultivar Pontianak dan Viet dan T.C. Yap. 2004.
kultivar Bolang Hitam. Characterisation of Taro (Colocasia
esculenta (L.) Schott) Genetic
Resources in Southeast Asia and

145
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Oceania. Genetic Resources and Crop Unggulan LIPI Bidang Pangan Nabati,
Evolution, Vol. 51 (4): 381 – 392. Bioresources LIPI EXPO. Bogor, 25
Maretta, D., D.P. Handayani, H. September 2014. Hal: 367 – 379.
Rosdayanti dan A. Tanjung. 2016. Noorrohmah, S., A. Wulansari, A.F.
Multiplikasi Tunas dan Induksi Umbi Martin, T.M. Ermayanti. 2016.
Mikro Satoimo (Colocasia Preservasi Tiga Kultivar Talas
esculenta (L.) Schott.) pada Beberapa (Colocasia esculenta L. Schott.) secara
Konsentrasi Sukrosa dan In Vitro dengan Perlakuan Asam
Benzilaminopurin. Jurnal Bioteknologi Absisat pada Suhu Rendah dan Suhu
dan Biosains Indonesia, Vol. 3 (2): 81 Ruang. Seminar Nasional Bioteknologi
– 88. III. UGM 2015. Yogyakarta, 31
Martin, A.F., A. Wulansari, B.W. Hapsari Oktober 2015. Hal: 326 – 349.
dan T.M. Ermayanti. 2016. Isolasi, Prana, M.S. dan T. Koswara. 2002. Budi
Purifikasi dan Kultur Protoplas Mesofil Daya Talas, Diversifikasi untuk
Daun Talas (Colocasia esculenta L. Menunjang Ketahanan Pangan
(Schott)). Seminar Nasional Nasional, Medikom Pustaka Mandiri,
Bioteknologi III. UGM. Yogyakarta, Indonesia. Medikom Pustaka. Mandiri.
31 Oktober 2015. Hal: 1 – 17. Bogor.
Martin, A.F., B.W. Hapsari dan T.M. Tubic, L., J. Savic, N. Mitic, J. Milojevic,
Ermayanti. 2013. Penentuan Klaster D. Janosevic, S. Budimir dan S.Z.
Berdasarkan Pertumbuhan Tunas In Korac. 2016. Cytokinins Differentially
Vitro Talas Satoimo (Colocasia Affect Regeneration, Plant Growth and
esculenta L.(Schott)) Hasil Iradiasi Antioxidative Enzymes Activity in
Sinar Gamma. Prosiding Seminar Chive (Allium schoenoprasum L.).
Nasional XXIII “Kimia dalam Industri Plant Cell Tissue Organ Culture,
dan Lingkungan”. Yogyakarta, 13 Vol. 124 (1): 1 – 14.
November 2013. Hal: 111 – 116. Wulansari, A., A.F. Martin, D.E. Rantau,
Nath, V.S., M.S. Sankar, V.M. Hedge, dan T.M. Ermayanti. 2013.
M.L. Jeeva, R.S. Misra dan S.S. Veena. Perbanyakan Beberapa Aksesi Talas
2012. A Simple and Efficient Protocol (Colocasia esculenta L.) Diploid secara
for Rapid Regeneration and Kultur Jaringan dan Konservasinya
Propagation of Taro (Colocasia Mendukung Diversifikasi Pangan.
esculenta (L.) Schott.) In Vitro from Prosiding Seminar Nasional Riset
Apical Meristems. International Journal Pangan, Obat-obatan dan Lingkungan
of Plant Developmental Biology, Vol. untuk Kesehatan. Bogor, 27 – 28 Juni
6 (1): 64 – 66. 2013. Hal: 11 – 20.
Noorrohmah, N., T.M. Ermayanti. 2015. Wulansari, A., A.F. Martin, T.M.
Perbanyakan Tiga Kultivar Talas Ermayanti. 2016. Induksi Tanaman
Indonesia (Colocasia esculenta L. Poliploid Talas (Colocasia esculenta
Schott.) secara In Vitro dengan L. (Schott)) dengan Perlakuan Orizalin
Perlakuan BAP dan Konservasinya secara In Vitro. Jurnal Biologi
dengan Perlakuan Manitol. Prosiding Indonesia, Vol. 12 (2): 165 – 173.
Seminar dan Ekpose Hasil Penelitian

146
ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN ANYAMAN
TIKAR PURUN DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN
TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR
Eka Mulyana*, Elly Rosana dan Dewi Paramita
Agribisnis, Universitas Sriwijaya
Jl.Palembang-Prabumulih KM.32 Ogan Ilir, Sumatra Selatan
*E-mail: eka.agri@gmail.com
Diterima: 15/10/2017 Direvisi: 22/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: (1) memberikan informasi bagaimana proses pembuatan
anyaman tikar purun dan (2) menganalisis pendapatan para pengrajin tikar purun di
Desa Tanjung Atap, Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan
langsung dilapangan dengan cara survei dan wawancara langsung dilapangan dengan
petani contoh menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Data sekunder
didapat dari berbagai lembaga dan instansi yang berkaitan dengan penelitian ini dan
literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Penarikan contoh di Desa Tanjung
Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir dilakukan secara sederhana (Simple
Random Sampling). Data yang diperoleh dari hasil survei dilapangan akan dikumpulkan
dan diolah secara sistematis dan selanjutnya akan dianalisa secara deskriptif. Produksi
anyaman tikar purun sebanyak 100 helai/tahun dengan harga jual rata-rata adalah
Rp. 25.000 per helai sehingga rata-rata penerimaan yang didapat selama satu tahun
sebesar Rp. 2.500.000 per tahun. Rata-rata biaya variabel dan biaya tetap sebesar
Rp. 269.667 dan Rp. 64.111, sehingga petani mendapatkan pendapatan bersih dari
usahatani sebesar Rp. 2.166.222 per tahun.
Kata kunci: Ayaman purun, pendapatan, proses pembuatan
ANALYSIS OF CRAFTSMAN OF MATS WOVEN PURUN IN TANJUNG ATAP
VILLAGE, TANJUNG BATU SUBDISTRICT OGAN ILIR DISTRICT
ABSTRACT
The objectives of this research are: (1) to give information about the process of making
mat woven purun and (2) to analyze the income of the craftsmen of purun mat in
Tanjung Atap Village, Ogan Ilir Regency South Sumatera. Data collected in this
research are primary data and secondary data. Primary data obtained directly in the
field by way of direct survey and field interviews with sample farmers using a list of
questions that have been prepared. Secondary data are obtained from various
institutions and agencies relating to this study and the literature relating to this
research. Sampling in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu Subdistrict, Ogan Ilir
Regency is done by simple (Simple Random Sampling). Data obtained from the field
survey results will be collected and processed systematically and will then be analyzed
descriptively. Production of woven purun mat as much as 100 pieces per year with
average selling price is Rp. 25.000 per piece so that the average revenue earned during
one year amounted to Rp. 2.500.000 per year. With an average variable cost and a flat

147
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

fee of Rp. 269.667 and Rp. 64.111 so that farmers get net income from farming of
Rp. 2.166.222 per year.
Keywords: Making process, revenue, woven purun mat

PENDAHULUAN hal kehalusan, kekasaran dan tebal


tipisnya anyaman, pewarnaan dan motif-
Indonesia adalah negara yang kaya motif yang digunakan. Selain berbagai
akan khasanah budaya yang berasal dari peralatan rumah tangga, peralatan
beragam adat-istiadat dan suku bangsa, peternakan dan pertanian, benda-benda
sehingga dapat melahirkan berbagai atau barang-barang anyaman juga dapat
macam seni salah satunya adalah seni digunakan sebagai hiasan dinding rumah
kerajinan. Kerajinan adalah hasil budaya dan sebagainya. Salah satu daerah yang
Indonesia yang telah ada sejak zaman terkenal sebagai daerah pengrajin
nenek moyang. Pada awalnya kerajinan anyaman tikar purun adalah Kabupaten
timbul dari dorongan manusia itu sendiri, Ogan Ilir Sumatera Selatan.
dengan membuat alat-alat kebutuhan
sehari-hari seperti alat berburu, pakaian, Kabupaten Ogan Ilir (OI) memang
dan alat rumah tangga. Perkembangan terkenal sebagai daerah pengrajin. Tak
masyarakat menyebabkan produk Cuma pengrajin kayu, batu, emas, besi
kerajinan mulai dibutuhkan, hal ini terlihat atau pun alumunium, sebagian masyarakat
dari terjadinya pertukaran benda atau di OI juga ada yang mendapat penghasilan
barter (Ria, 2012). dari tanaman purun. Salah satu kelompok
pengrajin yang mengolah purun menjadi
Kerajinan anyaman adalah hasil barang bernilai ekonomis adalah di Desa
kegiatan membuat suatu barang dengan Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu,
cara menganyam bahan-bahan tertentu Kabupaten OI. Di tangan para pengrajin di
disertai ketekunan, ketelitian, dan desa ini, tanaman purun disulap menjadi
kecakapan yang mempunyai nilai-nilai tikar, tas, kipas, sendal dan berbagai
keindahan. Menganyam merupakan satu macam bentuk kerajinan tangan lainnya.
kesibukan yang memberi pengalaman Purun merupakan jenis tumbuhan rumput
menyenangkan, baik dari orang tua yang hidup liar di dekat air atau daerah
maupun yang masih muda. Hal itu bukan rawa (Sripokuindralaya, 2014).
saja dibuat, tetapi juga karena pekerjaan Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik
menganyam itu sendiri merupakan untuk menganalisis pendapatan para
penggunaan waktu senggang yang sangat pengrajin anyaman tikar purun di Desa
berharga. Daya cipta/kreativitas tidak Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu,
nampak menonjol atau tidak menduduki Kabupaten OI.
tempat penting, karena kemungkinan-
kemungkinan yang dapat diperoleh dari METODE
bahan baku tersebut sangat terbatas (Eka,
2005). Penelitian ini telah dilaksanakan di
Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung
Teknik mengayam dikenal hampir di Batu Kabupaten Ogan Ilir. Penentuan
seluruh daerah di Indonesia, benda lokasi penelitian ini dilakukan dengan
anyaman digunakan sebagai peralatan sengaja (purposive) dengan pertimbangan
hidup sehari-hari pada masyarakat bahwa Desa Tanjung Atap merupakan
pedesaan. Dengan variasi bentuk dan daerah pengrajin anyaman tikar purun.
nama anyaman yang berbeda pada setiap Pelaksanaan penelitian ini telah dilakukan
daerahnya. Walaupun teknik dasarnya pada Juli – Agustus 2017.
sama akan tetapi tiap-tiap pengrajin dalam

148
Mulyana, et al. 2017. Analisis Pendapatan Pengrajin Anyaman Tikar …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 147 – 154

Data yang dikumpulkan dalam Keterangan:


penelitian ini yaitu data primer dan data Pd = Pendapatan Total (Rp/tahun)
sekunder. Data primer didapatkan TR = Penerimaan (Rp/tahun)
langsung dilapangan dengan cara TC = Total Biaya Produksi (Rp/tahun)
observasi dan wawancara langsung P = Harga Jual (Rp/kg)
dilapangan dengan petani contoh Q = Jumlah Produksi (kg/tahun)
menggunakan daftar pertanyaan yang FC = Biaya Tetap (Rp/lg/tahun)
sudah disiapkan. Daftar pertanyaan ini VC = Biaya Variabel (Rp/lg/tahun)
berisikan tentang identitas petani dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
usahatani yang mereka lakukan sehingga
Bahan Baku Anyaman Tika Purun
akan menjawab tujuan dari penelitian.
Data sekunder didapat dari berbagai A. Bahan Pokok
lembaga, instansi dan literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini. Pada proses produksi anyaman tikar
purun, pengrajin menggunakan bahan
Penarikan contoh di Desa Tanjung pokok rumput purun untuk dijadikan
Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten sebuah karya kerajinan berupa tikar purun
Ogan Ilir dilakukan secara sederhana dan kreasi anyaman tikar purun. Bahan
(Simple Random Sampling). Teknik acak pokok tersebut diambil dibeberapa daerah
sederhana adalah teknik pengambilan penghasil rumput purun, diantaranya dari
dimana semua individu dalam populasi Daerah Talang Nangko Ogan Komering
baik secara individu maupun bersama- Ilir, pulau gelunggang OKI, dan dari Desa
sama diberikan kesempatan yang sama Tanjung Atap itu sendiri. Dalam
untuk dipilih menjadi sampel. Populasi pemilihan bahannya, para pengrajin
dalam penelitian ini adalah semua anyaman purun memilih bahan pokok
pengrajin anyaman tikar purun yaitu yang berkualitas, karena dengan bahan
sebanyak 125 orang. Namun hanya baku yang berkualitas, disamping
diambil sebanyak 30 responden yang mendapatkan hasil produksi yang
dijadikan sampel. berkualitas, juga menambah daya jualnya
dan dapat menambah kepercayaan pada
Data yang diperoleh dari hasil survei konsumen terhadap produk yang
dilapangan akan dikumpulkan dan diolah dihasilkan. Bahan baku yang dipilih
secara sistematis dan selanjutnya akan menurut para pengrajin Anyaman Purun
dianalisa secara desktiptif. Tujuan di Desa Tanjung Atap yaitu rumput purun
pertama mengenai cara pembuatan yang lembut dan kuat agar mudah dalam
anyaman tikar purun dijawab dengan
pembuatan anyaman purun tersebut.
penjelaskan secara deskriptif disertai
dengan gambar setiap proses pembuatan. B. Bahan dan Alat Pembantu
Tujuan kedua, mengenai analisis 1. Pewarna
pendapatan usaha kerajinan anyaman tikar
purun dijawab menggunakan rumus Pewarna berfungsi untuk memberi
(Soekartawi, 2003): warna pada rumput purun yang sudah
dikeringkan atau diangin – anginkan dan
1. Pendapatan di tumbuk sampai pipih.Pada tahap
Pd = TR – TC pewarnaan rumput purun, pewarna di
2. Penerimaan masukkan kedalam wadah yang berisi air
TR = P x Q yang sedang dipanaskan, kemudian
3. Biaya total rumput purun direndam kurang lebih 2 – 3
TC = FC + VC jam.

149
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

2. Bisban (pinggiran) merekatkan accesoris dan merekatkan


bahan pembantu lainnya.
Bisban atau pinggiran ini digunakan
untuk menutup pinggiran anyaman yang 9. Busa
dijadikan kreasi anyaman purun supaya
tampak rapi. Busa digunakan untuk melapisi alas
sandal supaya sandal tidak kaku dan
3. Benang lembut saat dipakai. Busa juga digunakan
untuk tas laptop supaya permukaan dalam
Benang digunakan untuk menjahit tas laptop lembut dan tidak kaku.
bisbon agar merekat ke pinggiran
anyaman, menjahit kain perca untuk 10. Resleting
dalaman tas, dan untuk menjahit assesoris
agar terlihat rapi. Resleting berfungsi untuk pelengkap
supaya tidak terbuka atau menutup bukaan
4. Cat Pernis pada tas, dan tempat pensil.
Cat pernis digunakan untuk membuat 11. Gantungan Kunci
lapisan produk agar mengkilap dank eras,
serta melindungi permukaan dasar dari Gantungan kunci digunakan untuk
kreasi anyaman purun dari pelapukan dan membuat gantungan pada kreasi anyaman
kerusakan. purun produk gantungan kunci.

5. Accesoris 12. Alat untuk Membuat Produk Tikar


Purun:
Accesoris yang digunakan dalam a. Mesin Jait
membuat kreasi anyaman purun yaitu b. Mesin Obras
berupa pita bunga – bunga, renda, dan c. Gunting
kain perca.Accesoris ini digunakan untuk d. Penggaris atau Meteran
menghias kreasi anyaman agar lebih
menarik dan rapi. Proses Pembuatan Anyaman Purun

6. Kain Perca Polos dan Batik Pada dasarnya, menganyam atau


membuat anyaman adalah menyusun lusi
Kain perca polos digunakan pada dan pakan. Lusi adalah bagian iratan yang
dalaman tas, dompet, dan tempat tisu. disusun membujur, sedangkan pakan
Kain perca polos juga biasanya digunakan adalah bagian iratan yang disusun
untuk hiasan lapisan luas agar terlihat rapi melintang. Adapun motif utama anyaman
dan indah.Sedangkan kain perca batik bambu dari Desa Tanjung Atap yaitu
digunakan untuk lapisan luar agar kreasi anyaman sasag, anyaman kepang dan
anyaman tikar purun terlihat rapi dan anyaman zigzag. Anyaman sasag adalah
indah. cara menganyam dengan mengangkat satu
iratanlusi atau pakan dan menumpangkan
7. Kertas Padi satu iratan pakan atau lusi. Motif anyaman
ini dikenal dengan istilah anyaman angkat
Kertas padi digunakan sebagai alas
satu numpang satu. Anyaman kepang
tikar purun untuk membuat alas jok mobil
adalah cara menganyam dengan
supaya tikar keras dan nyaman ketika
mengangkat dua atau lebih iratan
dipakai.
pakan/lusi dan menumpangkan dua atau
8. Lem lebih iratan lusi/pakan. Motif anyaman ini
dikenal dengan istilah anyaman angkat
Lem digunakan untuk merekatkan tikar dua numpang dua.
purun, merekatkan kain perca ke tikar,

150
Mulyana, et al. 2017. Analisis Pendapatan Pengrajin Anyaman Tikar …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 147 – 154

Tahapan-tahapan pembuatan anyaman


tikar purun di Desa Tanjung Atap adalah
sebagai berikut:

A. Pengeringan Tahap 1
Purun yang baru diambil dari rawa
dengan cara dicabut dari akar tanaman dan
dibersihkan dengan cara memotong sisa-
sisa pelepah tanaman dan membersihkan
lumpur-lumpur rawa yang melekat pada
Gambar 2. Proses pewarnaan purun
helaian tanaman purun. Proses
memakai pewarna/sumba
pemberihan ini biasanya langsung
dengan cara direbus
dilakukan di rawa dimana purun tersebut
diambil. Kemudian purun tersebut D. Pengeringan Tahap 2
diikat/disatukan untuk memudahkan
proses berikutnya. Setelah sampai di Setelah sekitar satu jam direbus dengan
rumah purun yang sudah diikat dijemur air pewarna, purun kemudian dijemur
dan dipukul-pukul dengan menggunakan kembali dengan bantuan sepotong kayu
tongkat dari kayu dengan maksud supaya sebagai alat penjemur, dengan maksud
tanaman purun tersebut menjadi lebih untuk memudahkan proses pengeringan
lentur. Lebih jelas dapat dilihat pada dan menghindarkan purun dari kotoran
Gambar 1. apabila dijemur ditanah secara langsung.

Gambar 3. Purun yang sudah direbus dan


diwarnai dijemur sampai
kering
Gambar 1. Penjemuran purun yang baru
diambil dari rawa E. Penganyaman
B. Penumbukan Setelah purun yang telah diwarnai telah
benar-benar kering kering, sekitar sepuluh
Rumput purun yang sudah kering
sampai empat belas hari tergantung sinar
kemudian di tumbuk sampai pipih
matahari, barulah tanaman purun dianyam
menggunakan tumbukan yang terbuat dari
untuk dijadikan selembar tikar. Adapun
kayu atau tongkat panjang.
motif dan model tikar purun yang
C. Pewarnaan dihasilkan masih mengikuti apa yang
sudah diajarkan oleh nenek moyang
Pada tahap pewarnaan, rumput purun mereka secara turun temurun. Kegiatan
yang sudah ditumbuk hinggga pipih menganyam purun biasanya dilakukan
kemudian direbus didalam air mendidih secara sendiri-sendiri di rumah masing-
yang sudah diberi pewarna sesuai masing warga yang menjadi pengrajin
keinginan dari pengrajin. anyaman purun, namun ada juga yang

151
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

melakukannya secara bersama-sama Tabel 1. Rata-rata Biaya Penyusutan Alat


sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam Kegiatan Produksi
sosial masyarakat pedesaan. Anyaman Tikar Purun
Biaya
Penyusutan Persentase
Komponen
(Rp. per (%)
tahun)
Drum 47.500 74,09
Atan 12.133 18,93
Kuas 994 1,55
Gunting 2.522 3,93
Mistar 961 1,50
Gambar 4. Penganyaman purun menjadi Jumlah 64.110 100,00
tikar
2. Biaya Variabel
Berikut ini adalah biaya variabel yang
dikeluarkan dalam kegiatan produksi
anyaman tikar purun. Pada Tabel 2 terlihat
bahwa biaya variabel dalam usaha
kerajinan anyaman purun adalah biaya
untuk membeli purun sebagai bahan baku,
kesumba, pewarna dan lem. Data ini
merupakan hasil wawancara terhadap 30
pengrajin anyaman purun.
Tabel Biaya Variabel Pengrajin
2.
Gambar 5. Produk tikar dari tanaman Anyaman Tikar Purun
purun Biaya Tetap
Persentase
Komponen (Rp. per
Pendapatan Pengrajin Anyaman Tikar (%)
tahun)
Purun Purun 100.000 29,15
Kesumba 200.000 58,31
A. Biaya Produksi
Pewarna 25.000 7,29
Soekartawi (1995), menjelaskan bahwa Lem 18.000 5,25
biaya usaha tani biasanya di klasifikasikan Jumlah 343.000 100,00
menjadi dua, yaitu: (1) biaya tetap (Fixed
cost) dan (2) biaya tidak tetap (Variabel B. Biaya Produksi Total
cost).
Biaya produksi total merupakan
1. Biaya Penyusutan Alat sejumla biaya sejumlah biaya yang
dikeluarkan dalam suatu usaha ternak.
Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya
dalam kegiatan produksi anyaman tikar tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap
purun dapat dilihat pada Tabel 1. Pada merupakan biaya yang di keluarkan untuk
Tabel 1, terlihat bahwa biaya tetap dalam sarana poduksi dan berkali-kali dapat
usaha kerajinan anyaman purun adalah dipergunakan. Untuk lebih jelasnya
biaya untuk membeli drum, antan, kuas, mengenai biaya produksi total yang
gunting, dan mistar. Data ini merupakan dikeluarkan pengrajin anyaman tikar
hasil wawancara terhadap 30 pengrajin purun Desa Tanjung Atap dapat dilihat
anyaman purun. pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, rata-
rata biaya produksi total untuk ke-30

152
Mulyana, et al. 2017. Analisis Pendapatan Pengrajin Anyaman Tikar …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 147 – 154

respon adalah Rp. 278.889 terdapat purun di Desa Tanjung Atap adalah
perbedaan besarnya biaya produksi total sebagai berikut:
dari ke-30 responden, hal ini tergantung
dari penggunaan seberapa banyak purun Pd = TR – TC
(bahan baku) yang digunakan. Pd = Rp. 2.500.000 – Rp. 278.889
Pd = Rp. 2.221.111
Tabel 3. Biaya Produksi Total Pengrajin
Anyaman Tikar Purun Jumlah produksi, penerimaan, dan
Jumlah Biaya pendapatan per petani bisa dilihat pada
Jenis Biaya lampiran, untuk rata-rata dapat dilihat
(Rp. per tahun)
Biaya penyusutan alat 64.111,00 pada Tabel 5. Produksi anyaman tikar
Biaya variabel 343.000,00 purun rata-rata per tahun sebanyak 100
Total 278.889,00 helai, tergantung dari pesanan yang datang
dan ketersediaan bahan baku. Penerimaan
C. Penerimaan yang diperoleh oleh para pengrajin
Harga penjualan kerajinan anyaman anyaman tikar purun sebesar Rp.
tikar purun ditentukan oleh pengrajin 2.500.000 per tahun dengan total
dengan berdasar pada biaya-biaya yang pendapatan bersih sebesar Rp. 2.221.111
dikeluarkan selama mengelola usaha per tahun.
kerajinan anyaman tersebut. Berdasarkan Tabel 5. Rata-Rata Produksi, Penerimaan,
hasil wawancara dari ke- 30 responden dan Pendapatan Petani per Tahun
diperoleh data yang sama yakni untuk Keterangan (Kegiatan) Rata-Rata
jumlah produksi dan harga jual tikar purun Produksi (helai per tahun) 100
selama satu tahun. Jumlah produksi Penerimaan (Rp. per tahun) 2.500.000
pengrajin anyaman tikar purun dalam satu Pendapatan bersih (Rp. per 2.221.111
tahun yaitu sebesar 100 tikar dengan harga tahun)
jual Rp. 25.000 per tikar sehingga
memperoleh penerimaan sebesar Rp.
SIMPULAN
2.500.000 per tahun. Untuk lebih jelasnya
mengenai total penerimaan yang diperoleh Pembuatan anyaman tikar purun terdiri
para pengrajin selama satu tahun dapat dari 5 (lima) tahap yakni pengeringan
dilihat pada Tabel 4. tahap 1, penumbukan, pewarnaan,
pengeringan tahap 2 dan penganyaman.
Tabel 4. Penerimaan Pengrajin Anyaman
Produksi anyaman tikar purun rata-rata
Tikar Purun
per tahun sebanyak 100 helai, tergantung
Produksi Harga Penerimaan dari pesanan yang datang dan ketersediaan
(helai per (Rp.) (Rp. per bahan baku. Penerimaan yang diperoleh
tahun) tahun) oleh para pengrajin anyaman tikar purun
100 25.000 2.500.000 sebesar Rp. 2.500.000,00 per tahun
dengan total pendapatan bersih sebesar
D. Pendapatan Rp. 2.166.222,00 per tahun.
Besarnya pendapatan atau keuntungan DAFTAR PUSTAKA
yang diperoleh pengrajin anyaman tikar
purun didapatkan dari penerimaan Ria, F. 2012. Kerajinan Anyaman Tikar
dikurang dengan biaya produksi kegiatan Bidai Di Kecamatan Sengah Temila
kerajinan tersebut. Pendapatan usahatani Kabupaten Landak Kalimantan Barat.
secara matematis dituliskan dalam rumus: Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni
Pd = TR – TC, Adapun rata-rata Kerajinan Jurusan Pendidikan Seni
pendapatan para pengrajin anyaman tikar Rupa. Fakultas Bahasa dan Seni.
Universitas Negeri Yogyakarta.

153
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Rosita. A.B. 2005. Kerajinan Rotan di Sripokuindralaya. 2014. Unsri Bina


Perusahaan Anggun Rotan Desa Perajin Anyaman Tikar Purun Desa
Manggung Wukirsari Imogiri Bantul. Tanjung Atap Ogan Ilir.
Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni https://www.google.co.id/amp/palemba
Kerajinan. FBS UNY. Yogyakarta. ng.tribunnews.com/amp/2014/06/15/un
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI- sri-bina-perajin-anyaman-tikar-purun-
Press. Jakarta. desa-tanjung-atap-ogan-ilir (Diakses
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi pada 20 Agustus 2017).
Produksi. Raja Grafindo Persada. Supriyadi, B. 2014. Di Ogan Ilir, Purun
Jakarta. Bukan Hanya Dibuat Kerajinan, Tapi.
Sriwijaya Post, 10 Agustus 2015.

154
RESPON TANAMAN TERONG (Solanum malongena L.)
TERHADAP INTERVAL PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
CAIR DENGAN INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA
Sahri Muldiana* dan Rosdiana
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat,Tangerang Selatan 15419
*E-mail: sahrimuldiana@gmail.com
Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 22/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Prospek Tanaman terong sangat berpotensi untuk dibudidayakan dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan sayuran. Pada sisi lain, masalah kesuburan lahan menjadi kendala
dalam budidaya terong. Pengunaan pupuk organik cair merupakan upaya
mengembalikan tingkat kualitas tanah yang digunakan dalam budidaya tanaman
pertanian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif dan
produksi tanaman terong pada berbagai pemberian pupuk organik cair dengan interval
yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017,
bertempat di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta,
yang berada ±25 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah Latosol. Penelitian
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), dengan perlakuan
interval P0 (Tanpa POC), P1 (interval pemberian 3 hari), P2 (interval pemberian 5 hari),
P3 (interval pemberian 7 hari), dan P4 (interval pemberian 9 hari). Setiap perlakuan
diulang 5 kali sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan
terdiri dari 3 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diteliti sebanyak 75 tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan
interval pemberian 7 hari, sedangkan daun terbanyak, daun terlebar, umur berbunga
tercepat, diameter buah terbesar, dan buah terpanjang ditunjukkan oleh perlakuan
interval pemberian 3 hari.buah terbanyak per tanaman, buah terberat per tanaman dan
rata-rata buah terberat ditunjukkan oleh perlakuan interval pemberian 5 hari.
Kata kunci: Interval waktu pemupukan, POC, tanaman terong
RESPONSE OF EGGPLANT (Solanum malongena L.) OF ORGANIC
FERTILIZER ADDITION WITH DIFFERENT TIME OF APLICATION
ABSTRACT
Eggplant have a potential prospect to be developed in order to fulfill the needs of
vegetables. In the other hand, the problem of soil fertility becomes an obstacle in
eggplant cultivation. The use of liquid organic fertilizer is an effort to restore the level
of soil quality to gain cultivation of agricultural crops. The aim of this research is to
know the vegetative growth and eggplant production in various application of liquid
organic fertilizer at different interval. The research was conducted in December 2016
until March 2017, located at the Experimental Garden of the Faculty of Agriculture of
University Muhammadiyah of Jakarta, which is located at 25 meters above sea level
(asl) with Latosol soil type. This research used the Randomized Complete Block Design
(RFCBD), with the interval treatment of Liquid Organic Fertilizer, among others P0

155
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Without POC), P1 (interval of 3 days), P2 (interval of 5 days ), P3 (interval of 7 days),


and P4 (interval of 9 days). Each treatment was repeated 5 times so there were 25
experimental units. Each experimental unit consists of 3 plants, so the number of plants
examined as many as 75 plants. The results showed the heighter plant was indicated by
treatment of interval of 7 days, while the most number of leaf, the widest leaf, the fastest
of flowering age, the widest fruit diameter, and the longer fruit were indicated by
treatment of interval of 3 days. the most amount of fruit, the heaviest fruit and the
average of weight of fruit was showed by treatment of interval of 5 days.
Keywords: Eggplant, fertilization time interval, POC

PENDAHULUAN katan produksi pertanian di Indonesia


selama ini sangat bergantung pada input
Terong adalah jenis sayuran yang dalam bercocok tanam. Dampak peng-
sangat populer dan disukai oleh banyak gunaan pupuk anorganik secara terus
orang karena rasanya enak khususnya menerus mulai dirasakan. Tanah tidak lagi
dijadikan sebagai bahan sayuran atau memberikan kehidupan yang baik bagi
lalapan.Terong juga mengandung gizi dunia pertanian, akibat penggunaan pupuk
yang cukup tinggi, terutama kandungan anorganik yang tidak tepat (Parman,
Vitamin A dan Fosfor. Menurut Sunarjono 2009).
(2013), bahwa setiap 100 g bahan mentah
terong mengandung 26 kalori; 1 g protein; Pupuk adalah suatu bahan yang
0,2 g hidrat arang; 25 IU vitamin A; digunakan untuk memperbaiki kesuburan
0,04 g vitamin B; dan 5 g vitamin C. Buah tanah, sedangkan pemupukan adalah
terong mempunyai khasiat sebagai obat penambahan unsur hara ke tanah agar
karena mengandung alkaloid, solanin, dan menjadi subur (Hadrjowigeno, 2010).
solasodin. Menurut Iritani (2012), menye- Pemupukan merupakan salah satu upaya
butkan bahwa terong memiliki zat anti yang dapat ditempuh dalam memak-
kanker, kandungan tripsin (protease) yang simalkan hasil tanaman. Menurut Winarso
tergantung pada inhibitor yang dapat (2011), pemupukan dilakukan sebagai
melawan zat pemicu kanker. upaya untuk mencukupi kebutuhan hara
tanaman agar tujuan produksi dapat
Menurut Badan Pusat Statistik (2014), dicapai. Penggunaan pupuk yang tidak
produktivitas tanaman terong di Indonesia bijaksana atau berlebihan dapat menim-
pada tahun 1997 sampai tahun 2012 yaitu bulkan masalah bagi tanaman yang diusa-
518.827 ton/ha mengalami kenaikan hakan, seperti keracunan, rentan terhadap
sebesar 1,43%. Produksi terong nasional hama dan penyakit, kualitas produksi
tiap tahun cenderung meningkat namun rendah, biaya produksi tinggi dan dapat
produksi terong di Indonesia masih rendah menimbulkan pencemaran.
dan hanya menyumbang 1% dari
kebutuhan dunia. Hal ini disebabkan oleh Pemupukan dapat dilakukan melalui
luas lahan budidaya terong yang masih tanah dan daun. Pemupukan melalui daun
sedikit dan bentuk kultur budidaya yang dilakukan karena adanya kenyataan bahwa
masih bersifat sampingan dan belum pemupukan melalui tanah terkadang
intensif (Simatupang, 2014). kurang menguntungkan, karena unsur hara
sering leaching (tercuci), dan adanya
Usaha peningkatan produksi hasil interaksi dengan tanah sehingga unsur
pertanian yang bermanfaat, baik sebagai hara tersebut relatif kurang tersedia bagi
sumber gizi dalam menunjang kesehatan tanaman. Faktor inilah yang mendorong
masyarakat maupun pendapatan dan timbulnya pemikiran untuk melakukan
kesejahteraan masyarakat tani. Pening-

156
Muldiana dan Rosdiana. 2017. Respon Tanaman Terong (Solanum malongena …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 155 – 162

pemupukan melalui daun (Lingga dan yang diteliti 75 tanaman. Uji lanjut pada
Marsono, 2002). penelitian ini menggunakan uji BNJ taraf
5%.
Soetejo dan Kartasapoetra (2013),
menyebutkan bahwa waktu pengapli- Media tanam disiapkan satu minggu
kasian juga menentukan pertumbuhan sebelum penanaman dengan berat 10 kg
tanaman. Waktu pengaplikasian pupuk per polibag. Media tanam yang digunakan
yang berbeda akan memberikan pengaruh yaitu menggunakan tanah dan pupuk
terhadap pertumbuhan tanaman. Pembe- kandang sapi dengan perbandinngan 1:1
rian pupuk melalui daun dengan interval yang dicampur dan dimasukkan kedalam
waktu yang terlalu sering dapat menye- polibag berukuran 40 x 40 cm.
babkan pemborosan pupuk. Sebaliknya,
jika interval pupuk terlalu jarang dapat Bibit ditanam setelah berumur 4
menyebabkan kebutuhan hara bagi Minggu Setelah Semai (MSS). Pemu-
tanaman kurang terpenuhi. Interval waktu pukan tambahan menggunakan POC
pemberian dianjurkan yaitu 7 – 10 hari NASA® yang diberikan sesuai perlakuan
sekali. Pemberian Pupuk Organik Cair dengan konsentrasi 1 ml/L dan dosis yang
(POC) diharapkan dapat meningkatkan diberikan sebanyak 100 ml/tanaman.
kesuburan tanah dan pada akhirnya dapat Pemupukan diberikan dengan cara
memperbaiki pertumbuhan dan hasil disemprotkan dan sisanya disiram ke
tanaman (Jumini et al., 2012). Tujuan tanah. Pemanenan pertama dilakukan pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui umur 3 bulan setelah tanam, pemanenan
respon tanaman terong terhadap pem- selanjutnya dilakukan dengan interval 3 -
berian POC dengan interval yang berbeda. 7 hari. Parameter yang diamati adalah
tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun,
METODE umur berbunga, jumlah buah per tanaman,
diameter buah, panjang buah, bobot buah
Penelitian dilaksanakan pada bulan per tanaman dan bobot rata-rata per buah.
Desember 2016 sampai Maret 2017.
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN
Fakultas Pertanian Universitas Muham-
madiyah Jakarta, yang berada di Tinggi Tanaman
ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut
Pemberian POC dengan interval yang
(dpl) dengan jenis tanah Latosol.
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap
Penelitian menggunakan Rancangan
tinggi tanaman terong. Pemberian pupuk
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT),
dengan interval 7 hari sekali tidak berbeda
dengan 5 perlakuan yaitu:
nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil
P0 = Tanpa pemberian POC (kontrol)
pengamatan menunjukkan bahwa tinggi
P1 = Pemberian POC dengan interval
tanaman mengalami peningkatan yang
3 hari
tajam pada umur 3 – 6 MST, kemudian
P2 = Pemberian POC dengan interval
dari umur 7 – 8 MST lebih stabil dari yang
5 hari
sebelumnya.
P3 = Pemberian POC dengan interval
7 hari Tidak adanya pengaruh yang nyata
P4 = Pemberian POC dengan interval pada perlakuan interval waktu POC
9 hari terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
terong diduga karena pemberian pupuk
Setiap perlakuan diulang 5 kali
organik cair dengan dosis 1 ml/L per
sehingga terdapat 25 satuan percobaan.
tanaman dengan interval 3 – 9 hari sekali
Masing-masing satuan percobaan terdiri
belum mampu memberikan peningkatan
dari 3 tanaman, maka jumlah tanaman
terhadap tinggi tanaman terong. Hal ini

157
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

sesuai dengan hasil penelitian Muhammad dengan umur tanaman, kecepatan


et al (2014), melaporkan bahwa dengan penyerapan unsur hara tanaman akan
bertambahnya umur tanaman terong, maka meningkat jika umur bertambah sesuai
kebutuhan terhadap unsur hara terutama siklus hidupnya. Kualitas hidup tanaman
Nitrogen (N) juga semakin tinggi. juga sangat bergantung dari ketercukupan
Selanjutnya Yulistrarini (1991) dalam hara dari lingkungannya serta kemampuan
Djunaedy (2009), melaporkan bahwa akar dalam menyerap unsur hara dalam
tanaman muda akan dapat menyerap unsur menunjang fase vegetatif tanaman
hara dalam jumlah yang sedikit sejalan (Tabel 1).

Tabel 1. Tinggi Tanaman Tanaman Terong


Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Tanpa pemberian POC (kontrol) 12.23a 13.61a 18.79a 24.21a 36.34a 40.73a 43.40a
Pemberian POC dengan interval 3 hari 11.88a 13.27a 19.27a 25.35a 37.03a 42.85a 44.93a
Pemberian POC dengan interval 5 hari 11.34a 13.36a 18.30a 25.13a 36.35a 39.55a 42.25a
Pemberian POC dengan interval 7 hari 12.67a 14.24a 19.29a 26.00a 36.35a 41.94a 45.43a
Pemberian POC dengan interval 9 hari 11.40a 12.80a 17.21a 24.71a 35.35a 40.65a 45.04a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Jumlah Daun yang disebabkan karena interval waktu


pemberian POC lebih sering diberikan
Pemberian POC dengan interval yang dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap Menurut Lakitan (2011), bahwa unsur
jumlah daun tanaman terong. Pemberian hara yang paling berpengaruh terhadap
POC dengan interval 7 hari tidak berbeda pertumbuhan dan perkembangan daun
nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil adalah unsur N. Kadar unsur N yang
pengamatan menunjukkan bahwa terjadi banyak umumnya menghasilkan daun
penurunan pada saat tanaman berumur 6 yang lebih banyak dan lebih besar. Selain
MST terhadap semua perlakuan. Bertam- itu juga kandungan sitokinin dalam pupuk
bahnya jumlah daun yang optimal pada organik cair tersebut dapat merangsang
pemberian POC dengan interval 3 hari pertumbuhan daun.

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Terong


Jumlah Daun
Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8
MST MST MST MST MST MST MST
Tanpa pemberian POC (kontrol) 3.93a 4.86a 7.86a 9.73a 6.93a 8.93a 10.87a
Pemberian POC dengan interval 3 hari 4.57a 5.20a 8.33a 9.93a 7.80a 9.93a 12.40a
Pemberian POC dengan interval 5 hari 4.17a 5.00a 8.20a 9.73a 7.13a 9.20a 11.80a
Pemberian POC dengan interval 7 hari 4.17a 5.27a 7.93a 9.93a 7.60a 9.80a 12.47a
Pemberian POC dengan interval 9 hari 4.19a 5.20a 7.93a 9.66a 7.66a 9.73a 12.27a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %
Penurunan jumlah daun tanaman terong 42 hari. Pada proses pembungaan,
untuk semua perlakuan terjadi pada saat tanaman cenderung mengalami hambatan
tanaman berumur 6 MST. Penurunan dalam pertumbuhan vegetatifnya,
tersebut terjadi pada waktu pembungaan termasuk pembentukan tunas dan daun.
tanaman terong, yaitu pada umur 39 – Kondisi tersebut menjadi alasan utama

158
Muldiana dan Rosdiana. 2017. Respon Tanaman Terong (Solanum malongena …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 155 – 162

mengapa semua perlakuan mengalami untuk mencukupi sehingga kebutuhan


penurunan jumlah daun tanaman terong unsur hara lebih terjamin seperti unsur N
pada saat berumur 6 MST. Pertumbuhan terutama pada daun. Menurut Mulyono
vegetatif tunas dan daun meningkat (2014), menyatakan bahwa manfaat unsur
kembali pada minggu berikutnya. nitrogen (N) yaitu meningkatkan pertum-
buhan tanaman, memproduksi klorofil,
Lebar Daun meningkatkan kadar protein, dan memper-
cepat tumbuh daun. Duaja et al. (2013),
Pemberian POC dengan interval yang
mengatakan bahwa semakin banyak
berbeda berpengaruh tidak nyata pada saat
jumlah daun dan luas daun, maka semakin
tanaman berumur 2 – 8 MST terhadap
banyak pula klorofil yang berfungsi
lebar daun tanaman terong. Pemberian
menangkap cahaya matahari sehingga
POC dengan interval 3 hari sekali
glukosa yang dihasilkan dari fotosintesis
menghasilkan jumlah daun terbanyak
lebih besar. Menurut penelitian yang telah
tetapi tidak berbeda nyata dengan
dilakukan oleh Arham et al. (2014),
perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan
menghasilkan bahwa dengan aplikasi
karena pengaplikasian POC yang
pupuk 3 hari sekali mampu menghasilkan
cenderung lebih sering sangat dibutuhkan
lebar daun 15,94 cm (Tabel 3).

Tabel 3. Lebar Daun Tanaman Terong


Lebar Daun (cm)
Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8
MST MST MST MST MST MST MST
Tanpa pemberian POC (kontrol) 6.59a 7.30a 8.79a 9.49a 12.31a 13.74a 14.82a
Pemberian POC dengan interval 3 hari 6.89a 7.64a 8.88a 9.89a 12.80a 15.59a 16.10a
Pemberian POC dengan interval 5 hari 6.88a 7.41a 8.79a 9.39a 12.06a 13.52a 14.11a
Pemberian POC dengan interval 7 hari 6.66a 7.12a 8.72a 9.48a 12.33a 13.49a 14.54a
Pemberian POC dengan interval 9 hari 6.19a 7.19a 8.57a 9.90a 11.57a 14.20a 14.88a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Umur Berbunga terdapat kandungan hormon giberelin


yang dapat merangsang pembungaan lebih
Pemberian POC dengan interval yang cepat, sehingga dengan pemberian POC
berbeda menunjukkan pengaruh yang dengan interval 3 hari sekali mampu
tidak nyata terhadap umur berbunga mencukupi kebutuhan tanaman dalam hal
tanaman terong. Pemberian POC dengan pembungaan. Menurut Azhar et al.
interval 3 hari sekali menunjukan umur (2013), proses pembungaan dan pem-
berbunga paling cepat tetapi tidak berbeda buahan pada tanaman juga dipengaruhi
nyata dengan perlakuan lainnya. Hal oleh faktor luar antara lain yaitu
tersebut diduga karena unsur hara temperatur, suhu, panjang pendeknya hari,
khususnya kalium (K) lebih sering dan ketinggian tempat. Umur mulai
diperoleh dibandingkan dengan perlakuan berbunga dan mulai berbuah juga
lainnya dan cenderung lebih baik dari tergantung dari varietas tanamannya.
perlakuan lainnya, karena unsur K dapat (Tabel 4.)
berpengaruh terhadap proses pembungaan
pada tanaman. Menurut Susetya (2014), Jumlah Buah per Tanaman
salah satu fungsi unsur kalium bagi
tanaman yaitu untuk mencegah bunga dan Pemberian POC dengan interval yang
buah agar tidak mudah rontok. Menurut berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap
label yang terdapat pada POC Nasa®, jumlah buah tanaman terong. Pemberian
POC dengan interval 5 hari tidak berbeda

159
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

nyata dengan perlakuan lainnya. Rata-rata berbanding terbalik dengan yang tidak
jumlah buah tanaman terong yang diberi pupuk tambahan menghasilkan
cenderung lebih banyak ditunjukkan oleh buah yang paling sedikit. Pada proses
Pemberian POC dengan interval 5 hari produksi tanaman, jumlah buah sangat
(1,83 buah) sedangkan rata-rata jumlah berkaitan dengan jumlah bunga yang
buah tanaman terong yang cenderung terbentuk oleh tanaman itu sendiri, hal ini
kecil ditunjukkan tanpa pemberian pupuk juga di dukung oleh keadaan lingkungan
tambahan (1,30 buah) (Tabel 4). Hal ini sekitar. Tidak semua bunga yang
disebabkan karena jika tidak diberika terbentuk dapat mengalami pembuahan
pupuk tambahan unsur hara yang tersedia dan tidak semua buah yang terbentuk
terlalu kecil sehingga tidak mampu dapat tumbuh terus hingga menjadi buah
mencukupi kebutuhan unsur hara bagi masak (Lakitan 2011). Dari segi fisiologis,
tanaman terutama dalam proses tidak mungkin tanaman dapat menum-
pembentukan buah. buhkan semua buah menjadi besar dan
masak, selama tanaman tersebut tidak
Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa dapat menyediakan zat makanan yang
pemberian POC dengan interval 5 hari dicukupi untuk pertumbuhan buah
menghasilkan jumlah buah terbanyak (Pracaya, 2003).

Tabel 4. Umur Berbunga dan Jumlah Buah Tanaman Terong


Perlakuan Umur Berbunga (hari) Jumlah Buah
Tanpa pemberian POC (kontrol) 40.13a 1,30a
Pemberian POC dengan interval 3 hari 39.15a 1,33a
Pemberian POC dengan interval 5 hari 41.13a 1,83a
Pemberian POC dengan interval 7 hari 42.20a 1,36a
Pemberian POC dengan interval 9 hari 42.15a 1,73a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %

Diameter Buah Panjang buah


Pemberian POC dengan interval yang Pemberian POC dengan interval yang
berbeda memberikan pengaruh nyata pada berbeda menunjukkan pengaruh yang
diameter buah tanaman terong. Pemberian tidak nyata terhadap panjang buah terong.
POC dengan interval 3 hari sekali meng- Pemberian POC dengan interval 3 hari
hasilkan buah dengan diameter terbesar sekali tidak berbeda nyata dengan
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena
perlakuan lainnya (Tabel 5). Hal ini kondisi cuaca yang sering hujan
disebabkan karena pengisian buah sangat menyebabkan pupuk yang diberikan ikut
berpengaruh terhadap ketersediaan unsur tercuci sehingga Menurut Sakri (2014),
hara untuk proses fotosintesis yang mengatakan bahwa proses pembungaan
menghasilkan karbohidrat, lemak, protein dan pembentukan buah juga dipengaruhi
mineral yang akan ditranslokasikan ke oleh faktor luar antara lain temperatur,
bagian penyimpanan contohnya pada buah suhu, panjang pendek hari dan ketinggian
(Harjadi, 2011). Kurangnya unsur hara tempat. (Tabel 5).
yang ada didalam tanah menyebabkan
buah yang dihasilkan cenderung kecil.

160
Muldiana dan Rosdiana. 2017. Respon Tanaman Terong (Solanum malongena …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 155 – 162

Tabel 5. Diameter dan Panjang Buah Terong


Perlakuan Diameter buah (cm) Panjang Buah (cm)
Tanpa pemberian POC (kontrol) 2.23a 16.51a
Pemberian POC dengan interval 3 hari 3.62a 20.51a
Pemberian POC dengan interval 5 hari 2.77a 13.66a
Pemberian POC dengan interval 7 hari 3.61a 18.12a
Pemberian POC dengan interval 9 hari 3.11a 18.66a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %
Total Bobot Buah per Tanaman dan Fosfor dan Kalium. Kekurangan zat
Bobot Rata-Rata per Buah tersebut dapat menggangu pertumbuhan
buah. Unsur nitrogen diperlukan untuk
Pemberian POC dengan interval yang pembentukan protein. Unsur fosfor untuk
berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap pembentukan protein dan sel baru juga
bobot buah per tanaman dan bobot rata- untuk membantu dalam mempercepat
rata perbuah. Pemberian POC dengan pertumbuhan bunga, buah dan biji.
interval 5 hari mempunyai bobot buah Kalium dapat memperlancar pengang-
pertanaman dan bobot rata-rata perbuah kutan karbohidrat dan memegang peranan
yang cenderung lebih tinggi tidak berbeda penting dalam pembelahan sel, mem-
nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 6). pengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
Menurut Johan (2010), pertumbuhan buah buah sampai menjadi masak.
memerlukan zat hara terutama Nitrogen,

Tabel 6. Total Bobot Buah per Tanaman dan Bobot Rata-rata per Buah
Total Bobot Buah per Bobot Rata-rata per
Perlakuan
Tanaman (g) Buah (g)
Tanpa pemberian POC (kontrol) 160,38 a 125,80 a
Pemberian POC dengan interval 3 hari 167,17 a 122,73 a
Pemberian POC dengan interval 5 hari 225,80 a 125,91 a
Pemberian POC dengan interval 7 hari 166,89 a 123,84 a
Pemberian POC dengan interval 9 hari 185,44 a 112,88 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %
SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Interval waktu pemberian POC tidak Arham, S. Samudin, I. Madauna. 2014.
berpengaruh nyata terhadap tinggi Frekuensi Pemberian Pupuk Organik
tanaman, jumlah daun, lebar daun, umur Cair dan Berbagai Jenis Mulsa
berbunga, panjang buah, jumlah buah, Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
total bobot buah pertanaman dan bobot Bawang Merah Varietas Lembah Palu.
rata-rata perbuah namun memberikan J. Agrotekbis., Vol. 2 (3): 273 – 248.
pengaruh yang nyata terhadap diameter Azhar, M.A., I. Bahua, dan F.S. Jamin.
buah. Interval waktu pemberian POC yang 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK
cenderung lebih baik pada masa vegetatif Pelangi terhadap Pertumbuhan dan
ditunjukkan oleh pemberian POC dengan Produksi Tanaman Terung (Solanum
Interval 3 dan 7 hari sekali sedangkan melongena L.). Bone Bolango.
masa generatif ditunjukkan oleh http://docplayer.info/46653243-
pemberian POC dengan Interval 5 hari Pengaruh-pemberian-pupuk-npk-
sekali pelangi-terhadap-pertumbuhan-dan-
produksi-tanaman-terung-solanum-

161
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

melongena-l.html (Diakses pada 19 L.) Varietas Mustang F-1. Jurnal


November 2016). Agrifor Volume 13 (1): 59 – 66.
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Mulyono. 2014. Membuat MOL dan
Tanaman Sayuran di Indonesia Periode Kompos dari Sampah Rumah Tangga.
2003 – 2007. http://bps.go.id (Diakses PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.
19 November 2016). Parman, S. 2009. Pengaruh Pemberian
Duaja, M. D, Arzita, P. Simanjuntak, Pupuk Organik Cair Terhadap
2013. Analisis Tumbuh Dua Varietas Pertumbuhan dan Produksi Kentang
Terung (Solanum melongena l.) pada (Solanum tuberosum L.). Buletin
Perbedaan Jenis Pupuk Organik Cair. Anatomi dan Fisiologi, Vol. 15 (2): 21
Vol. 2 (1): 33 – 39. – 31.
Hadrjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Pracaya. 2003. Bertanam lombok.
Akademika Pressindo. Jakarta. Kanisius. Yogyakarta.
Harjadi, M.S. 2009. Pengantar Agronomi. Sakri, F.M. 2012. Meraup Untung Jutaan
PT. Gramedia, Jakarta. Rupiah dari Budidaya Terung Putih.
Iritani, G. 2012. Vegetable Gardening. Penebar Swadaya. Jakarta.
Indonesia Tera. Yogyakarta. Simatupang. 2014. Sayuran Jepang.
Johan, S. 2010. Pengaruh Macam Pupuk Penebar Swadaya. Jakarta.
NPK dan Macam Varietas terhadap Soetejo, M.M. dan A.G Kartasapoetra,
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman 2013. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT.
Terong Ungu. Skripsi. Universitas Bima Aksara, Jakarta.
Sebelas Maret. Surakarta. Sunarjono. H. 2013. Bertanam 30 Jenis
Jumini, Hasinah H.A.R., dan Armis. Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pengaruh Interval Waktu Pemberian Susetya, D. 2014. Panduan Lengkap
Pupuk Organik Cair Enviro terhadap Membuat Pupuk Organik. Bandung.
Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Winarso, S. 2011. Kesuburan Tanah Dasar
Mentimun (Cucumis sativus L.). J. Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Floratek., Vol. 7 (2): 133 – 140. Media. Yogyakarta.
Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Yulistrarini. 1991. Pengaruh Jarak Tanam
Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. dan Pemupukan Urea terhadap
Jakarta. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Lingga, P. dan Marsono. 2002. Petunjuk Jagung Sayur (Zea mays L.). Dalam.
Penggunaan Pupuk. Jakarta. Djunaedy, A, 2009. Pengaruh Jenis dan
Muhammad, S. Abdul, R. Noor, J. 2014. Dosis Pupuk Bokashi terhadap
Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Pertumbuhan dan Hasil Kacang
Organik kompos Olahan Biogas Panjang (Vigna sinensis L.). Jurnal
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Agrovigor Vol. 2 (1): 42 – 46.
tanaman Terung (Solanum melongena

162
EFISIENSI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR
UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN NPK
TERHADAP TANAMAN CABAI MERAH BESAR
Irfan Habibi* dan Elfarisna
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammdiyah Jakarta
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan 15419
*E-mail: irfanhabibi40@gmail.com
Diterima: 15/10/2017 Direvisi: 03/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Cabai sebagai komoditi sayuran mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi
dibandingkan jenis sayuran lainnya. Pada umumnya, cabai dikonsumsi atau diperlukan
oleh seluruh lapisan masyarakat untuk bahan penyedap berbagai macam masakan,
antara lain sebagai sambal dan saus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
efisiensi pemberian pupuk organik cair (POC) untuk mengurangi penggunaan NPK
terhadap tanaman cabai merah besar. Penelitian dilaksanakan pada bulan November
2016 sampai bulan Maret 2017 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan lima perlakuan POC, yaitu NPK 100%
(3,5 g per tanaman) sebagai kontrol; NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 50 ml per
tanaman; NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 100 ml per tanaman; NPK 75%
(2,62 g per tanaman) + POC 150 ml per tanaman; dan NPK 75% (2,62 g per tanaman) +
POC 200 ml per tanaman. Paramater yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter
batang, umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah per
tanaman, bobot perbuah, panjang buah, dan diameter buah. Perlakuan kontrol
memberikan hasil yang tinggi untuk tinggi tanaman, diameter batang, umur panen,
jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Perlakuan Pupuk NPK 75% +
POC 150 ml per tanaman memberikan hasil yang tinggi untuk diameter buah.
Sedangkan perlakuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml per tanaman memberikan hasil
yang tinggi untuk umur berbunga, bobot perbuah, dan panjang buah.
Kata kunci: Cabai merah besar, NPK, POC
EFFICIENCY OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER FOR REDUCING NPK
UTILIZATION ON BIG RED CHILI PLANT
ABSTRACT
Chili as a vegetable commodity has a high economic value compared to other
vegetables. In general, chili is consumed or required by all levels of society for
ingredients of various cuisines, such as sambal and sauce. This study aims to determine
the effect of efficiency of organic liquid fertilizer (POC) to reduce the use of NPK to
large red pepper plants. The study was conducted in November 2016 until March 2017
in the Experimental Garden and Laboratory of the Faculty of Agriculture, University of
Muhammadiyah Jakarta. The study used the Randomized Complete Block Design
(RCBD) with five POC treatments, ie NPK fertilizer 100% (3.5 g per plant) as control,
NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 50 ml per plant, NPK fertilizer 75%

163
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(2.62 g per plant) + POC 100 ml per plant, NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) +
POC 150 ml per plant, and NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 200 ml per
plant. The parameters observed were plant height, stem diameter, flowering age,
harvest age, number of fruit crops, fruit crop weight, fruit weight, fruit length, and fruit
diameter. The control treatment gave a high yield for plant height, stem diameter,
harvest age, number of fruit crops, and fruit crop weight. Treatment NPK fertilizer 75%
+ POC 150 ml per plant gives high yield for fruit diameter. While the treatment of NPK
fertilizer 75% + POC 200 ml per plant gives high yield for flowering age, weight of
fruit, and fruit length.
Keywords: Big red chilli, NPK, POC

PENDAHULUAN perusahaan makanan misalnya mie instant


memerlukan pasokan cabai bubuk kering.
Cabai sebagai komoditi sayuran Untuk memenuhi kebutuhan pasar ini
mempunyai nilai ekonomi yang cukup cabai merah perlu diolah lebih dulu
tinggi dibandingkan jenis sayuran lainnya. menjadi bubuk kering maupun pasta cabai
Pada umumnya, cabai dikonsumsi atau merah. Besarnya kebutuhan masyarakat
diperlukan oleh seluruh lapisan akan cabai membuat cabai menjadi salah
masyarakat untuk bahan penyedap satu komoditas strategis yang perlu
berbagai macam masakan, antara lain mendapatkan perhatian khusus dari
sebagai sambal dan saous. Fungsi cabai pemerintah. Dalam Rencana
dalam berbagai makanan atau masakan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
terutama untuk memberi rasa pedas atau (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian
hangat sehingga masakan akan lebih 2015-2019, cabai dimasukkan sebagai
segar. Cabai juga banyak digunakan salah satu dari 8 komoditas pangan utama
sebagai bahan baku industri makanan jadi, bersama beras, jagung, kedelai, gula,
sebagai penghasil minyak atsiri dan bahan daging sapi, bawang merah dan kelapa
ramuan obat tradisional. Sebagai sawit. Hal ini menunjukkan bahwa cabai
penghasil minyak atsiri, maka cabai dapat merupakan komoditas yang memiliki
dimanfaatkan selain untuk bahan baku peranan penting dalam perencanaan
obat-obatan tapi juga bahan baku pembangunan nasional (Badan Pusat
kosmetik (Tim Bina Karya Tani, 2013). Statistik, 2015).
Pasar domestik memerlukan pasokan Teknik budidaya cabai semakin
cabai yang besar. Sebagai contoh pasar meningkat, kesadaran masyarakat untuk
induk Kramat Jati, sebagai salah satu hidup sehat dan menghargai lingkungan
pasar di ibukota Jakarta, menyediakan semakin meningkat. Dalam dunia
kebutuhan khususnya cabai merah baik pertanian, khusunya dalam produksi dan
bagi rumah tangga maupun bagi pedagang penggunaan pupuk, sudah diarahkan
eceran, yang menerima pasokan dari pulau dalam pupuk-pupuk yang berbahan dasar
Jawa dan Sumatera Utara. Tujuan alam atau bersifat alami organik (organik).
pemasaran lainnya adalah untuk Meskipun dalam penerapannya di
memenuhi pasar modern (supermarket, masyarakat tidak semudah membalikkan
hypermarket). Pasar ini umumnya telapak tangan. Dalam paradigma petani,
mempersyaratkan kualitas, jenis cabai pupuk yang bagus adalah pupuk yang
merah tertentu dan pengemasan produk langsung memberikan bukti nyata tidak
yang baik, juga untuk hotel-hotel dan terlalu lama dan hal ini bisa terlihat pada
rumah makan. Konsumen cabai merah pupuk-pupuk kimia. Sementara itu,
lainnya adalah perusahaan farmasi dan

164
Habibi dan Elfarisna. 2017. Efisiensi Pemberian Pupuk Organik Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 163 – 172

penggunaan pupuk organik tidak bisa P3 = Pupuk NPK 75% + POC


memperlihatkan bukti tersebut. Oleh 150 ml per tanaman
karena itu, pupuk-pupuk organik lambat P4 = Pupuk NPK 75% + POC
diterima dikalangan petani. Meskipun 200 ml per tanaman
demikian, kita tetap harus berupaya agar Setiap perlakuan diulang 5 kali
dominasi pupuk kimia lambat laun bisa sehingga terdapat 25 satuan percobaan.
digantikan oleh pupuk organik, khusunya Masing-masing satuan percobaan terdiri
dikalangan petani sayur dan buah. Dalam dari 3 tanaman, maka jumlah tana-
hal ini, petani harus berusaha untuk manyang diteliti 75 tanaman. Uji lanjut
mendampingkan pupuk kimia dengan pada penelitian ini menggunakan uji BNJ
pupuk-pupuk organik dengan penggunaan taraf 5%.
yang bijak, tetapi tetap memberikan hasil
yang maksimal (Lingga dan Marsono, Media tanam yang digunakan adalah
2013). tanah dan pupuk kandang sapi dengan
perbandingan 1:1. Media tanam kemudian
Dalam pemupukan cabai merah besar, dimasukkan dalam polibeg ukuran 40 cm
selain pupuk kandang. Pupuk dasar yang X 40 cm dengan berat 10 kg.
diberikan adalah 650 kg/ha ZA; 250 kg/ha
urea; 500 kg/ha TSP atau SP-36; Bibit tanaman yang sudah membentuk
400 kg/ha KCl; dan 18 kg/ha Borat. Pupuk 5 – 6 helai daun (umur 4 MST) kemudian
tunggal tersebut dicampur secara merata dipindahkan ke dalam polibeg.
dan diaplikasikan pada bedengan yang Pemupukan NPK diberikan 2 tahap yaitu
telah dibuat. Selain pupuk tunggal, dapat pertama diberikan pada awal tanam
juga diberikan pupuk majemuk NPK diwaktu pemindahan bibit ke polibeg dan
15:15:15 sebanyak 700 kg/ha (Syukur, pemberian kedua yaitu keseluruhan
2016). Tujuan dilaksanakannya penelitian tanaman berbunga 50% dengan cara
ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian yang sama. Pada label kemasan
efisiensi pemberian POC untuk pemupukan POC NASA® sesuai dengan
mengurangi penggunaan NPK terhadap konsentrasi rekomendasi yaitu 2 ml/l
tanaman cabai merah besar. dengan perlakuannya yaitu pemberian
terhadap tanaman dengan dosis 50 ml per
METODE tanaman, 100 ml per tanaman, 150 ml per
tanaman, dan 200 ml per tanaman. Dosis
Penelitian dilaksanakan pada bulan pupuk NPK yang digunakan sebanyak
November 2016 sampai bulan Maret 2017 2,62 g per tanaman (75% dari rekomen-
di Kebun Percobaan dan Laboratorium dasi). Pemberian perlakuan dilakukan
Fakultas Pertanian Universitas pada umur 1 MST sampai dengan panen
Muhammadiyah Jakarta. Lokasi penelitian terakhir setiap seminggu sekali dengan
berada pada ketinggian +25 meter di atas menyemprotkan ke seluruh tanaman dan
permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah sisanya disiramkan ke tanah. Pemanenan
Latosol. dilakukan dengan memetik buah cabai
yang sudah berwarna merah minimal
Penelitian dilakukan menggunakan
¾ bagian dengan mengikut sertakan
metode Rancangan Kelompok Lengkap
tangkai buah. Pada pemanenan selan-
Teracak (RKLT) dengan 5 perlakuan
jutnya dapat dilakukan dengan interval
yaitu:
2 hari. Paramater yang diamati adalah
P0 = Pupuk NPK 100% (kontrol)
tinggi tanaman, diameter batang, umur
P1 = Pupuk NPK 75% + POC
berbunga, umur panen, jumlah buah per
50 ml per tanaman
tanaman, bobot buah per tanaman, bobot
P2 = Pupuk NPK 75% + POC
perbuah, panjang buah, dan diameter
100 ml per tanaman
buah.

165
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

HASIL DAN PEMBAHASAN dengan perlakuan lainnya meskipun telah


dilakukan pemupukan POC. Pupuk yang
Tinggi Tanaman dibutuhkan cabai adalah pupuk yang
mengandung unsur hara N, P, dan K yang
Pemberian POC tidak berpengaruh
disebut unsur hara makro, karena ketiga
nyata terhadap tinggi tanaman pada umur
unsur hara tersebut secara umum
2 MST sampai 8 MST. Pada umur 2 MST
dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar
tanaman tertinggi adalah pada perlakuan
(termasuk tanaman cabai merah besar).
pupuk NPK 75% + POC 50 ml per
Pupuk N sangat penting untuk pertum-
tanaman (26,48 cm); pada umur 3 sampai
buhan vegetatif, pupuk P berperanan
8 MST tanaman tertinggi adalah kontrol,
penting dalam pertumbuhan generatif dan
secara berurutan tinggi tanaman tertinggi
pupuk K berperanan dalam menguatkan
dari umur 3 MST sampai dengan 8 MST
batang dan perakaran tanaman cabai
yaitu 39,85 cm; 55,62 cm; 69,60 cm;
(Sudarmi et al., 2013). Tanaman lebih
81,00 cm; 83,23 cm; dan 84,30 cm (Tabel
menggunakan unsur N untuk pertumbuhan
1).
pucuk dibandingkan pertumbuhan akar,
Pupuk NPK yang diberikan pada sehingga berpengaruh terhadap pertum-
perlakuan kontrol mengandung unsur hara buhan tinggi tanaman (Duaja et al., 2012).
yang kadarnya lebih tinggi dibandingkan

Tabel 1. Efisiensi Pemberian POC untuk Mengurangi Penggunaan NPK terhadap


Tinggi Tanaman Cabai Merah Besar
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8
MST MST MST MST MST MST MST
Pupuk NPK 100% (kontrol) 23,85 39,85 55,62 69,60 81,00 83,23 84,30
Pupuk NPK 75% + POC 50 ml per 26,48 39,55 52,77 67,00 74,70 76,47 77,03
tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 100 ml per 25,81 39,26 52,75 68,49 78,80 81,07 81,90
tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per 23,11 36,12 49,94 66,81 76,53 78,33 79,20
tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 200 ml per 25,79 38,97 52,51 67,80 77,50 78,23 78,87
tanaman

Menurut Subhan et al. (2009), pupuk N minggu sebelumnya meskipun tidak


umumnya sangat mobil dalam tanah, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
sehingga dalam pemupukan nitrogen perlu
memperhatikan berbagai faktor. Bila Pada umur 5 – 8 MST tinggi tanaman
pupuk nitrogen diberikan ke dalam tanah, terendah yaitu perlakuan NPK 75% +
maka harus dijaga dalam aplikasinya agar POC 50 ml per tanaman, hal ini
tidak mudah tercuci sebelum diserap oleh kemungkinan unsur hara N tidak
tanaman. Kehilangan ini dapat diatasi atau mencukupi untuk pertambahan tinggi
dikurangi dengan memasukkan pupuk ke tanaman secara cepat. Menurut
dalam tanah sekitar 5 cm dan menu- Hadjowigeno (2010) pertumbuhan
tupinya dengan tanah. Pada umur 3 MST tanaman dipengaruhi oleh bermacam-
dilakukan pemupukan susulan sehingga macam faktor antara lain: sinar matahari,
peningkatan tinggi tanaman pada 4 MST suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara
cukup tinggi dibandingkan dengan dalam tanah (N, P, K, dan lain-lain).
Pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor

166
Habibi dan Elfarisna. 2017. Efisiensi Pemberian Pupuk Organik Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 163 – 172

yang lebih jelek, unsur N adalah pupuk NPK 75% + POC 200 ml per
merupakan faktor pembatas untuk tanaman.
pertumbuhan tinggi tanaman, karena
terdapat dalam jumlah yang paling kecil. Pada umur 3 MST diameter batang
yang besar adalah perlakuan pupuk
Diameter Batang NPK 75% + POC 200 ml per tanaman
(0,53 cm) tidak berbeda nyata dengan
Pengukuran diameter batang diukur perlakuan lainnya, selanjutnya pada umur
sekitar 3 cm dari permukaan tanah, 4 MST diameter batang terbesar yaitu
pemberian POC tidak berpengaruh nyata seluruh perlakuan yang menggunakan
terhadap diameter batang pada umur 3 – POC dengan angka yang sama yaitu
5 MST, berpengaruh nyata pada umur 2, (0,59 cm) tidak berbeda nyata dengan
6, dan 7 MST, dan berpengaruh sangat perlakuan kontrol. Pada umur 5 – 8 MST
nyata pada umur 8 MST. Pada umur diameter batang terbesar yaitu perlakuan
2 MST diameter batang yang terbesar kontrol (0,67 cm; 0,79; 0,83; 0,86), tidak
adalah perlakuan pupuk NPK 75% + POC berbeda nyata dengan perlakuan lainnya
100 ml per tanaman (0,40 cm) berbeda pada umur 5 MST dan berbeda nyata
nyata dengan perlakuan kontrol dan dengan perlakuan pupuk NPK 75% +
perlakuan pupuk NPK 75% + POC 150 ml POC 50 ml per tanaman pada umur 6 dan
per tanaman dan tidak berbeda nyata 7 MST. Pada umur 8 MST perlakuan
dengan perlakuan pupuk NPK 75% + kontrol berbeda nyata dengan perlakuan
POC 50 ml per tanaman dan perlakuan lainnya (Tabel 2).

Tabel 2. Efisiensi Pemberian POC untuk Mengurangi Penggunaan NPK terhadap


Diameter Batang Tanaman Cabai Merah Besar
Diameter Batang (cm)
Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8
MST MST MST MST MST MST MST
Pupuk NPK 100% (kontrol) 0,35a 0,49a 0,58a 0,67a 0,79b 0,83b 0,86b
Pupuk NPK 75% + POC 50 ml per 0,39ab 0,51a 0,59a 0,61a 0,71a 0,73a 0,75a
tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 100 ml per 0,40b 0,51a 0,59a 0,63a 0,73ab 0,77ab 0,77a
tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per 0,35a 0,50a 0,59a 0,65a 0,73ab 0,78ab 0,78a
tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 200 ml per 0,38ab 0,53a 0,59a 0,66a 0,76ab 0,77ab 0,77a
tanaman
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang tidak berbeda
nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Pada umur 4 MST dapat dilihat bahwa tanah (Sinuraya et al., 2015). Untuk
perlakuan POC dapat memberikan angka mengatasi hal tersebut pemberian pupuk
yang besar dibandingkan dengan kontrol dapat dilakukan melalui tubuh tanaman
(0,59 cm). Hal tersebut membuktikan atau dikenal dengan istilah pupuk daun.
bahwa pemberian pupuk kebanyakan Kelebihan yang diperoleh dari pemberian
dilakukan melalui tanah, namun cara pupuk melalui daun adalah pupuk daun
tersebut mempunyai beberapa kelemahan, umumnya mengandung unsur hara yang
diantaranya adalah unsur hara menjadi lengkap terdiri atas unsur makro dan unsur
tidak tersedia karena dapat mengalami mikro, unsur hara lebih cepat larut
pencucian, penguapan dan terfiksasi sehingga cepat diserap tanaman
(diikat) oleh partikel tanah atau misel (Manullang et al., 2014).

167
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pada umur 5 – 8 MST terjadi protein yang akan menginduksi ekspresi


peningkatan diameter batang pada gen-gen pembentukan organ bunga.
perlakuan kontrol dibandingkan dengan Giberelin juga mengaktifkan meristem sub
perlakuan lain. Menurut Antonius dan apikal dan menghasilkan bolting yang
Rahmi (2016), kebutuhan tanaman memulai pengeluaran bunga (Husnul dan
terhadap unsur hara bertambah banyak, Ana, 2013).
dan unsur hara dalam tanah tidak dapat
memenuhi semua kebutuhan tanaman,
sehingga dengan pemberian pupuk NPK Tabel 3. Efisiensi Pemberian POC untuk
berpengaruh sangat nyata terhadap Mengurangi Penggunaan NPK
pertumbuhan diameter batang pada umur terhadap Umur Berbunga
6 – 8 MST karena dilakukan pemupukan Tanaman Cabai Merah Besar.
susulan NPK pada umur 3 MST Umur
(berbunga). Menurut Mujiyati dan Perlakuan Berbunga
(HST)
Supriyadi (2009), pemberian pupuk NPK
Pupuk NPK 100% (kontrol) 27,13
mampu meningkatkan nitrogen total 41%,
Pupuk NPK 75% + POC 50 ml 26,60
kapasitas tukar kation 21,63%, dan karbon
per tanaman
organik 2,43% di daerah perakaran pada Pupuk NPK 75% + POC 100 ml 26,93
tanaman cabai. Hara nitrogen antara lain per tanaman
berfungsi merangsang pertumbuhan secara Pupuk NPK 75% + POC 150 ml 26,67
keseluruhan, khususnya batang, cabang, per tanaman
dan daun (Lingga dan Marsono, 2013). Pupuk NPK 75% + POC 200 ml 25,67
per tanaman
Umur Berbunga
Pengamatan umur berbunga diamati Dalam penelitian Yeni dan Mulyani
pada saat bunga muncul pertama kali yang (2012) hormon giberelin berpengaruh
ditandai dengan mekarnya bunga dengan terhadap pembesaran sel-sel, pembungaan
mahkota berwarna putih pada bagian atas dan pembuahan. Giberelin juga mampu
batang utama (bagian pangkal pecahnya menginduksi terjadinya pembelahan pada
cabang) pada saat 3 MST. Pemberian POC sel-sel buah sehingga ukuran buah
tidak memberikan pengaruh yang nyata bertambah. Diperkuat oleh Annisa (2009)
terhadap umur berbunga. Umur berbunga giberelin akan merangsang dan memper-
tercepat yaitu perlakuan pupuk NPK 75% tinggi persentase timbulnya bunga dan
+ POC 200 ml per tanaman (25,67 HST) buah karena giberelin dapat merangsang
tetapi tidak berbeda nyata dengan pembungaan serta dapat mengurangi
perlakuan lainnya (Tabel 3). Pada label gugurnya bunga dan buah sebelum
kemasan POC NASA® tertera bahwa POC waktunya.
NASA® memacu pertumbuhan tanaman
dan akar, merangsang pengumbian, Selain dari hormon yang dikandung
pembungaan dan pembuahan serta POC kandungan unsur P dari pupuk NPK
mengurangi kerontokan bunga dan buah dan dosis POC yang tinggi menyebabkan
(mengandung hormon/ZPT Auksin, perlakuan tersebut cepat mengalami
Giberellin dan Sitokinin), jadi dengan pembungaan. Menurut Hardjowigeno
dosis tertinggi POC memberikan umur (2010) fungsi P yaitu sebagai pembelahan
berbunga tercepat. sel; pembentukan albumin; pembentukan
bunga, buah, dan biji; mempercepat
Giberelin berperan dalam inisiasi pematangan; memperkuat batang tidak
bunga, giberelin berperan mempercepat mudah roboh; perkembangan akar;
pembungaan tanaman melalui pengaktifan memperbaiki kualitas tanaman terutama
gen meristem bunga dengan menghasilkan sayur-mayur dan makanan ternak; tahan

168
Habibi dan Elfarisna. 2017. Efisiensi Pemberian Pupuk Organik Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 163 – 172

terhadap penyakit; membentuk Semakin tinggi dosis POC yang


nucleoprotein (sebagai penyusun gen, diberikan terhadap tanaman maka
RNA= Ribonucleic acid, DNA= tanaman lebih cepat panen disebabkan
Deoxyribonucleic acid); metabolisme karena semakin tinggi juga kadar unsur P.
karbohidrat; menyimpan dan Seperti hasil penelitian Aulia et al. (2016)
memindahkan energi (transfer energy), unsur P juga berfungsi sebagai bahan
misalnya ATP= Adenosin tryphosphate, mentah untuk pembentukan sejumlah
ADP= Adenosin diphosphate. protein tertentu, membantu asimilasi dan
pernafasan sekaligus mempercepat
Umur Panen pemasakan biji, dan buah.
Pengamatan umur panen dilakukan Jumlah Buah per Tanaman dan Bobot
pada saat panen pertama kali yang Buah per Tanaman
ditandai dengan buah berwarna merah
minimal 75% dalam perbuah. Perlakuan Pemberian POC memberikan pengaruh
pemberian POC tidak memberikan penga- yang sangat nyata terhadap jumlah buah
ruh yang nyata terhadap umur panen. Pada per tanaman. Jumlah buah per tanaman
Tabel 4, umur panen yang cepat yaitu terbanyak yaitu perlakuan kontrol (13,4
perlakuan kontrol (81,07 HST) tidak buah) tidak berbeda nyata dengan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya perlakuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml
disebabkan karena fosfor berperanan per tanaman dan berbeda nyata dengan
penting dalam proses metabolisme perlakuan pupuk POC lainnya (Tabel 5).
tanaman yang keberadaannya tidak dapat
digantikan oleh unsur hara lain. Fosfor Pengamatan bobot buah per tanaman
merupakan komponen penting asam diamati pada saat setiap kali panen
nukleat, karena itu menjadi bagian kemuadian ditotal. Berdasarkan hasil
esensial untuk semua sel hidup. Fosfor analisis ragam menunjukkan perlakuan
sangat penting untuk perkembangan akar, pemberian POC memberikan pengaruh
pertumbuhan awal akar tanaman, luas yang nyata terhadap bobot buah per
daun, dan mempercepat panen (Subhan et tanaman. Bobot buah per tanaman terberat
al., 2009). yaitu perlakuan kontrol (148,89 g)
berbeda nyata dengan perlakuan pupuk
Tabel 4. Efisiensi Pemberian POC untuk NPK 75% + POC 50 ml per tanaman dan
Mengurangi Penggunaan NPK pupuk NPK 75% (2,62 g/tanaman) +
terhadap Umur Panen Tanaman POC 100 ml per tanaman tetapi tidak
Cabai Merah Besar berbeda nyata dengan perlakuan pupuk
Umur NPK 75% (2,62 g/tanaman) + POC 100
Perlakuan Panen ml per tanaman dan pupuk NPK 75%
(HST) (2,62 g/tanaman) + POC 200 ml per
Pupuk NPK 100% (kontrol) 81,07 tanaman.
Pupuk NPK 75% + POC 50 ml 83,80
per tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 100 ml 85,00
per tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 150 ml 82,53
per tanaman
Pupuk NPK 75% + POC 200 ml 83,07
per tanaman

169
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 5. Efisiensi Pemberian POC untuk Mengurangi Penggunaan NPK terhadap


Jumlah Buah Per tanaman dan Bobot Buah Per tanaman Cabai Merah Besar.
Jumlah Buah Per Bobot Buah Per
Perlakuan
tanaman tanaman (g)
Pupuk NPK 100% (kontrol) 13,4b 148,89b
Pupuk NPK 75% + POC 50 ml per tanaman 9,27a 99,51a
Pupuk NPK 75% + POC 100 ml per tanaman 8,67a 111,14ab
Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per tanaman 8,00a 103,89a
Pupuk NPK 75% + POC 200 ml per tanaman 10,27ab 125,36ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

Secara umum, bila dibandingkan antara satu buah. Perlakuan pemberian POC
pupuk organik dan anorganik, maka tidak memberikan pengaruh yang nyata
terlihat bahwa pupuk anorganik cenderung terhadap panjang buah. Panjang buah
memberikan hasil yang lebih baik perlakuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml
disebabkan kandungan unsur hara pada per tanaman (12,98 cm) tidak berbeda
pupuk anorganik lebih tinggi dari pada nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 6).
pupuk organik. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Wartapa et al. (2010) yang Pengamatan diameter buah diamati
menyatakan bahwa pupuk anorganik pada setiap kali panen dan diukur semua
memberikan hasil terbaik terhadap jumlah buah. Perlakuan pemberian POC tidak
buah dan berat buah per tanaman memberikan pengaruh yang nyata
dibanding POC ataupun kombinasinya. terhadap diameter buah. Diameter buah
Perlakuan pupuk NPK 75% + POC 150 ml
Sementara itu perlakuan pupuk NPK per tanaman (1,52 cm) tetapi tidak
75% + POC 200 ml per tanaman berbeda nyata dengan perlakuan lainnya
memberikan bobot buah tertinggi setelah (Tabel 6).
kontrol, karena dengan dosis pemupukan
tinggi akan meningkatkan bobot buah Hormon sitokinon pada POC NASA®
cabai, seperti menurut Suharja dan dapat meningkatkan panjang buah,
Sutarno (2009). Ketersediaan unsur N, P, diameter buah, bobot per buah. Menurut
K dan bahan organik yang berasal dari Ignatius et al. (2014) pada tahap
pupuk kimia dan POC secara bersama- pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sama mampu meningkatkan bobot buah selanjutnya menunjukkan bahwa berbagai
cabai. dosis POC dapat meningkatkan panjang
buah, diameter buah, bobot per buah, dan
Bobot per Buah, Panjang Buah, dan bobot buah per tanaman. Hal ini tidak
Diameter Buah terlepas dari pengaruh ketersediaan
hormon auksin yang sangat penting bagi
Pemberian POC memberikan pengaruh pertumbuhan dan perkembangan buah
yang nyata terhadap bobot buah per maupun unsur hara yang sudah tersedia
tanaman. Bobot per buah perlakuan pupuk dari POC. Auksin sangat berperan dalam
NPK 75% + POC 200 ml per tanaman pembentukan dan perkembangan buah.
(12,45 g) tetapi tidak berbeda nyata Penambahan auksin secara eksogen
dengan perlakuan lainnya (Tabel 6). melalui POC dengan berbagai dosis dapat
meningkatkan jumlah dan ukuran sel yang
Pengamatan panjang buah diamati pada
bersama-sama dengan hasil fotosintat
saat setiap kali panen dan diukur setiap
mampu meningkatkan komponen hasil.

170
Habibi dan Elfarisna. 2017. Efisiensi Pemberian Pupuk Organik Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 163 – 172

Tabel 6. Efisiensi Pemberian POC untuk Mengurangi Penggunaan NPK terhadap Bobot
Satu Perbuah, Panjang Buah, dan Diameter Buah Tanaman Cabai Merah Besar
Bobot per Panjang Diameter
Perlakuan
Buah (g) Buah (cm) Buah (cm)
Pupuk NPK 100% (kontrol) 11,15 12,33 1,46
Pupuk NPK 75% + POC 50 ml per tanaman 10,79 12,70 1,43
Pupuk NPK 75% + POC 100 ml per tanaman 13,12 12,87 1,51
Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per tanaman 13,06 12,66 1,52
Pupuk NPK 75% + POC 200 ml per tanaman 12,45 12,98 1,51

Selain itu, kandungan mikroorganisme kontrol memberikan hasil yang terbaik


yang terdapat di dalam POC juga dapat untuk tinggi tanaman, diameter batang,
meningkatkan penguraian dan keter- umur panen, jumlah buah per tanaman,
sediaan bahan-bahan organik di dalam dan bobot buah per tanaman. Perlakuan
tanah sehingga menjadi tersedia bagi Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per
tanaman. Dengan dosis pupuk organik tanaman memberikan nilai yang tinggi
yang berbeda, artinya jumlah auksin untuk diameter buah. Sedangkan perla-
maupun unsur hara yang memberikan kuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml per
kontribusi bagi pertumbuhan dan tanaman memberikan nilai yang cepat
perkembangan buah juga berbeda, untuk umur berbunga, bobot perbuah, dan
demikian juga jumlah miroorganisme panjang buah. Pupuk NPK 75% + POC
yang turut berperan terhadap penguraian 200 ml per tanaman dapat direkomen-
bahan-bahan organik juga berbeda, dasikan untuk petani sebagai dosis
sehingga semakin banyak dosis POC yang penggunaan POC untuk mengurangi NPK
diberikan seperti yang dicobakan dapat tanaman cabai merah besar karena
semakin meningkatkan panjang buah, beberapa parameter memberikan nilai
bobot per buah (Ignatius et al., 2014). tertinggi untuk produksi tanaman.
Untuk diameter buah terdapat pengaruh DAFTAR PUSTAKA
genetik yang menyebabkan besarnya
diameter buah pada perlakuan NPK 75% Annisa. 2009. Pengaruh Induksi Giberelin
+ POC 150 ml per tanaman, salah satu terhadap Pembentukan Buah
tanaman mempunyai buah yang pendek Partenokarpi pada Beberapa Varietas
dan diamater besar. Menurut Elisa (2017) Tanaman Semangka (Citrulus vulgaris
faktor dalam atau faktor genetik adalah Schard). Skripsi. Fakultas Pertanian
faktor tanaman itu sendiri, yaitu sifat yang Universitas Sumatera Utara. Medan.
terdapat di dalam bahan tanam/benih yang Antonius dan A. Rahmi. 2016. Pengaruh
digunakan dalam budidaya tanaman. Pemberian Pupuk NPK DGW
Compaction dan POC Ratu Biogen
SIMPULAN terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Cabe Rawit (Capsicum
Pemberian POC untuk mengurangi frutescent L.) Hibrida F-1 Varietas
penggunaan NPK tidak memberikan Bhaskara. Jurnal Agrifor, Vol. 15 (1):
pengaruh terhadap tinggi tanaman, umur 15 – 22.
berbunga, umur panen, panjang buah dan Aulia, F., H. Susanti dan E.N. Fikri. 2016.
diameter buah; berpengaruh nyata Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati dan
terhadap bobot buah per tanaman dan Mikoriza terhadap Intensitas Serangan
bobot per buah; serta sangat berpengaruh Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia
nyata terhadap diameter batang dan solanacearum), Pertumbuhan, dan
jumlah buah per tanaman. Perlakuan

171
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Hasil Tanaman Tomat. Jurnal Ziraa’ah, Sinuraya, M.A., A. Barus, dan Y.


Vol. 41 (2): 250 – 260. Hasanah. 2015. Respon Pertumbuhan
Badan Pusat Statistik. 2015. Distribusi dan Produksi Kedelai (Glycine max
Perdagangan Komoditas Cabai Merah (L.) Meriil) terhadap Konsentrasi dan
Indonesia 2015. Katalog BPS. Jakarta. Cara Pemberian Pupuk Organik Cair.
Duaja., M.D., Gusniwati, Z.F. Gani dan H. Jurnal Agroekoteknologi, Vol.4. (1):
Salim. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk 1721 – 1725.
Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Subhan, N. Nurtika dan N. Gunadi. 2009.
Dua Var Selada (Lactuca sativa L.). Respons Tanaman Tomat terhadap
Jurnal Bioplantae, Vol. 1 (3): 154 - Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 15-
160. 15-15 pada Tanah Latosol pada Musim
Elisa. 2017. Faktor-Faktor yang Kemarau. Jurnal Hortikultura, Vol. 19
Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman. (1): 40 – 48.
Artikel Universitas Gadjah Mada. Sudarmi, Nugraheni R., Catur Rini S.N.,
(http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/dow Yos Wahyu H., A. Setyarini. 2013.
nload/26025/2e079dbb366cc809b6dcd Kajian Dosis Pupuk NPK terhadap
3ba966f97d3. diakses 07 April 2017). Hasil dan Analisis Usaha Tani Cabe
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. CV Rawit Rama (Capsicum frutesence).
Akademika Pressindo. Jakarta. Jurnal Widyatama, Vol. 22 (1): 71 –
Husnul, Ana., H. 2013. Pengaruh Hormon 79.
Giberelin dan Auksin terhadap Umur Suharja dan Sutarno. 2009. Biomassa,
Pembungaan dan Persentase Bunga Kandungan Klorofil dan Nitrogen
menjadi Buah pada Tanaman Tomat Daun Dua Varietas Cabai (Capsicum
(Lycopersicum esculentum Mill.). annum) pada Berbagai Perlakuan
Jurnal Hortikultura 11 (1): 66 – 72. Pemupukan. Jurnal Nusantara
Yogyakarta. Bioscience, 1: 9 – 16.
Ignatius, H., Irianto, dan A. Riduan. 2014. Syukur. 2016. 8 Kiat Sukses Panen Cabai
Respon Tanaman Terung (Solanum Sepanjang Musim (Penghujan &
melongena L.) terhadap Pemberian Kemarau). PT AgroMedia Pustaka.
Pupuk Organik Cair Urine Sapi. Jurnal Jakarta.
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, Tim Bina Karya Tani. 2013. Pedoman
Vol. 16 (1): 31 – 38. Bertanam Cabai. Yrama Widya.
Lingga, P. dan Marsono. 2013. Petunjuk Bandung.
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Wartapa, S. Sugihartiningsih, S. Astuti
Jakarta. dan Sukadi. 2010. Pengaruh Jenis
Manullang, G.S., A. Rahmi, dan P. Astuti. Pupuk dan Tanaman Antagonis
2014. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi terhadap Hasil Cabai Rawit (Capsicum
Pupuk Organik Cair terhadap frutescence) Budidaya Vertikultur.
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Vol. 6 (2).
(Brassica juncea L.) Varietas Tosakan. Yeni, T. dan H.R.A. Mulyani. 2012.
Jurnal Agrifor, Vol. 13 (1): 33 – 40. Pengaruh Induksi Giberelin terhadap
Mujiyati dan Supriyadi. 2009. Pengaruh Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Pupuk Kandang dan NPK terhadap Cabai Merah (Capsicum Annum L)
Populasi Bakteri Azotobacter dan sebagai Sumber Belajar Biologi.
Azospirillum dalam Tanah pada Bioedukasi Jurnal Pendidikan Biologi,
Budidaya Cabai (Capsicum annum). Vol. 5 (1).
Jurnal Bioteknologi, Vol 6 (2): 63 – 69.

172
PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI EMPON-
EMPON DI DESA MIRI KECAMATAN KISMANTORO,
KABUPATEN WONOGIRI
Suminah*, Arip Wijianto, Hanifah Ihsaniyati dan Eksa Rusdiyana
Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta
*E-mail: sum_anan@yahoo.com
Diterima: 10/09/2017 Direvisi: 22/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Tanaman empon-empon saat ini kian menjanjikan keuntungan, karena permintaan
komoditas empon-empon terus meningkat dari waktu ke waktu. Empon-empon biasanya
sebagai bahan baku untuk jamu tradisional dan obat herbal, selain itu juga dapat
digunakan untuk tanaman obat dan bahan untuk kosmetik. Tanaman empon-empon
sebagai salah satu tanaman andalan bagi kelompok wanita tani Ngudi Waras dan Berkah
Mandiri di desa Miri, Kecamatan Kismantoro selama ini belum dikembangkan
potensinya secara optimal. Kedua kelompok wanita tani tersebut dapat panen empon-
empon sekitar 7 sampai dengan 15 ton per pasaran setiap 5 hari sekali yang dijual ke
tengkulak dalam bentuk empon-empon basah dengan harga yang sangat rendah, kunyit
Rp 600 per kg, jahe Rp 6.000 per kg, kencur Rp 2.000 per kg, temu lawak
Rp 2.000 per kg, dan kunyit putih Rp 2.000 per kg. Oleh karena itu diperlukan berbagai
upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk:
(1) mengolah empon-empon menjadi simplisia dengan introduksi alat tepat guna (mesin
perajang dan pengering); (2) pelatihan pembuatan permen herbal; (3) manajemen
pemasaran simplisia; dan (4) pendampingan untuk pelatihan penggunaan alat, pelatihan
manajemen (fungsi kelompok, dinamika kelompok, administrasi kelompok, motivasi
kelompok, kewirausahaan).
Kata kunci: Empon-empon, pemberdayaan, simplisia, wanita tani
THE EMPOWERMENT OF FEMALE FARMER GROUP OF TUBER FARMER
IN MIRI VILLAGE, KISMANTORO SUBDISTRICT, DISTRICT OF WONOGIRI
ABSTRACT
Nowday, spices brings much benefit because of the continuous increase of its
commodity demand from time to time. The tuber materials are usually used as raw
materials in making traditional herbs drink or medicinal herbs, medicinal plans and
materials for cosmetic. All this time, tuber as one of potential plants for the female
farmer group in the area of Ngudi Waras and Berkah Mandiri, Miri Village,
Kismantoro Subdistrict, District of Wonogiri are not developed optimaly yet. Each
female farmer group can reach harvest as mush as 7 until 15 ton per market in every 5
days and they were sold to the broker in form of wet tuber with low price, namely
turmeric is Rp 600 per kg, gingger is Rp 6.000 per kg, and greater galingale is
Rp 2.000 per kg. It needs to take a variety efforts for overcome these problems. The
purpose of this activities are to: (1) process the tubers into simplicia trough the
introduction of appropriate tools (chopper and dryer machine); (3) marketing

173
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

management of simplicia; and (4) facilitting and training in the use of tools,
management training (group functions, group dynamics, group administration, group
motivation, and entrepreneurship).
Keywords: Empowerment, simplicia, tubers, woman farmer

PENDAHULUAN Rp 3.000 per kg, sedangkan kencur dibeli


seharga Rp 3.000 – Rp 3.500 per kg.
Pemberdayaan masyarakat khususnya
kelompok wanita tani yang mayoritas Berdasarkan hasil survei, saat ini
berada di perdesaan sangat penting untuk kelompok tani “Ngudi Waras” memiliki
dilakukan. Masyarakat (kelompok wanita anggota kelompok sebanyak 15 orang Ibu-
tani) di Desa Miri, memiliki peran yang Ibu yang semuanya menjual jamu
sangat penting dalam menunjang gendong, sedangkan kelompok tani
keberhasilan pembangunan desa. Dengan “Berkah Tani” memiliki anggota sebanyak
demikian, maka perlu dilakukan 15 orang, mereka hanya bertani empon-
pemberdayaan, sehingga mereka yang empon sambil sesekali mngeringkan
belum berdaya (powerless) menjadi empon-emponnya. Berkaitan dengan
mandiri dan dapat meningkatkan pengolahan jamu gendong, kelompok
kesejahteraan ekonominya (powerfull). wanita tani “Ngudi Waras” tersebut dari
proses produksi sudah baik, tetapi hanya
Tanaman empon-empon saat ini kian monoton menjual jamu gendong yang
menjanjikan keuntungan, karena per- lamanya sudah puluhan tahun. Produksi
mintaan komoditas empon-empon yang jamu gendong, per orang per hari
terus meningkat dari waktu ke waktu. memproduksi sekitar 1 kg empon-empon.
Empon-empon seperti jahe, kunyit, Untuk menambah pendapatannya
kencur, temu lawak, temu giring, dan kemudian anggota kelompok juga
lempuyang biasanya sebagai bahan baku membuat jahe instan yang dipasarkan
untuk memproduksi jamu, selain itu juga sambil menjual jamu gendong. Produksi
dapat digunakan untuk tanaman obat jahe instan rata-rata per orang dapat
herbal dan bahan untuk kosmetik. membuat 1 kg jahe dua hari sekali, dengan
Tanaman empon-empon merupakan kemasan yang sudah baik yaitu
tanaman andalan bagi kelompok wanita dibungkus plastik kecil-kecil yang dijual
tani “Ngudi Waras” dan “Berkah Tani” di seharga Rp 700 per bungkus dan sudah
Desa Miri, yang selama ini belum ada yang di bungkus aluminium foil dan
dikembangkan potensinya secara optimal. kardus kemasan. Agar supaya produk
Melalui pengepul yang ada di Desa Miri olahan empon-empon dapat berkembang,
kelompok tani tersebut dapat menjual maka perlu dilakukan diversifikasi produk
empon-empon dengan omzet produksi dengan mengolah empon-empon menjadi
sekitar 7 ton sampai dengan 8 ton empon- permen herbal, yang dapat dipasarkan
empon setiap pasaran (5 hari sekali). bersamaan dengan jamu gendongnya,
Selama ini, selain diolah sebagai jamu selain disetorkan ke toko-toko yang ada
gendong, tanaman empon-empon dibeli disekitarnya.
oleh pedagang pengepul yang mendatangi
ke rumah-rumah petani, dengan harga Untuk kelompok tani “Berkah Tani”
yang relatif rendah. Untuk empon-empon sebagian besar mereka hanya menjual
jahe hanya di beli seharga Rp 5.000 – empon-empon basah ke pengepul, dan
Rp 6.000 per kg, kunyit, temu lawak, sebagian lagi ada yang sudah membuat
kunyit putih di beli seharga Rp 2.000 – simplisia secara manual, alat perajang
dengan pisau dapur dan pengeringan

174
Suminah et al. 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

dengan sinar matahari. Ketika musim Hal ini menjadi masalah yang urgent bagi
penghujan mereka tidak memproduksi lagi anggota kelompok karena dengan adanya
karena tidak bisa mengeringkan, apabila alat perajang dan pengering empon-empon
tetap mengeringkan kualitasnya tidak baik dapat meningkatkan produksi dan kualitas
dan sering tidak diterima oleh pedagang, simplisia sesuai standar sehingga harga
kalaupun ada yang membeli dengan harga per kg nya juga dapat maksimal. Selain
yang sangat rendah. Apabila simplisianya itu, tenaga kerja yang digunakan dalam
sesuai standar yang ditentukan PT. proses penjemur di saat musim penghujan
Deltomet harga simplisia jahe bisa sampai menjadi tidak efisien, karena mereka
Rp 36.000 per kg; kunyit, kunyit putih, harus berkali-kali untuk proses pen-
kencur, temu lawak, dan temu giring jemuran, meskipun demikian masih
harganya bisa sampai Rp 23.000 – banyak empon-empon yang terbuang
Rp 26.000 per kg. karena busuk akibat proses penjemuran.
Untuk kelompok tani “Ngudi Waras” agar
Selain itu, di Desa Miri juga masih supaya pendapatannya meningkat selain
banyak masyarakat usia produktif yang menjual jamu gendong dan jahe instan,
belum mempunyai pekerjaan tetap perlu pelatihan diversifikasi produk
(pengangguran). Hal ini merupakan membuat permen herbal berbahan baku
persoalan tersendiri dalam pembangunan empon-empon, yang dapat dijual
yang harus segera dicarikan peme- bersamaan dengan jamu gendong dan
cahannya. Kondisi ini sangat memung- dititipkan di toko yang ada disekitarnya.
kinkan untuk diintegrasikan dengan usaha
pengolahan empon-empon menjadi aneka Disisi lain manajemen kelompok,
produk yang memiliki nilai ekonomi kedua kelompok tani tersebut juga masih
tinggi seperti permen dan simplisia yang belum baik, hal ini dapat di lihat dari
sesuai standar. harga jual empon-empon dan olahan
empon-empon mereka yang berbeda-beda
Hal ini merupakan persoalan yang harganya, karena selama ini mereka
harus segera dicarikan pemecahannya. menjual sendiri-sendiri tidak dikelola oleh
Kondisi ini sangat memungkinkan untuk kelompok. Kedua kelompok tani tersebut
dikembangkan melalui inovasi alat juga belum memiliki pembukuan
teknologi tepat guna mesin perajang sederhana, sehingga tidak tahu persis
empon-empon dan rumah pengering, berapa keuntungan yang diperoleh. Tetapi
karena potensi bahan baku mudah waktu ditanya mereka mengatakan
diperoleh di daerah tersebut dan untung, tetapi tenaga mereka yang hampir
mengginggat pemasaran produksi juga melibatkan seluruh waktu, tidak mereka
tidak ada masalah lagi karena pemerintah perhitungkan, sehingga hal ini sangat
daerah sudah menjalin kerjasama dengan perlu adanya pelatihan pembukuan
PT. Deltomet yang siap membeli sederhana, analisis usaha, motivasi usaha,
berapapun banyaknya simplisia asalkan manajemen kelompok dan kewirausahaan,
sesuai standar yang telah ditentukan. untuk itu maka sangat perlu dilakukan
pemberdayaan pada kedua kelompok
Berdasarkan latar belakang per-
tersebut.
masalahan yang dihadapi oleh kelompok
tani “Ngudi Waras” dan “Berkah Tani” Konsep Pemberdayaan Masyarakat
dalam pengembangan pengolahan empon-
empon dapat diidentifikasi bahwa Pemberdayaan yang merupakan terje-
kelompok tani belum memiliki alat mahan dari kata aslinya “empowerment”.
perajang empon-empon untuk simplisia, Pemberdayaan adalah upaya untuk
dan alat pengering simplisia yang dapat membangun daya dengan mendorong
digunakan pada saat musim penghujan. (encourage), memotivasi, dan mem-

175
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

bangkitkan kesadaran untuk mengem- akan kondisi-kondisi yang menciptakan


bangkannya (Kartasasmita, 1996). Ife dan memelihara adanya ketidak-
dan Frank (2008) mengemukakan bahwa berdayaan dan upaya penghapusan
“empowerment means providing people segala kondisi tersebut. Conger dan
with the resource, opportunities, know- Kanungo (1988) juga memprakarsai
ledge, and skills to increase their pendekatan psikologis dalam memahami
capacity to determine their own future, pemberdayaan.
and participate in and affect the life of
their community”. Untuk mencapai Pengembangan selanjutnya dilakukan
pemberdayaan tersebut, berbagai strategi oleh Thomas dan Velthouse (1990) yang
dapat dilakukan yaitu: kebijakan dan mendefinisikan pemberdayaan sebagai
perencanaan, aksi social, penyuluhan, motivasi tugas instrinsik. Lebih lanjut
pelatihan, dan penyadaran. dijelaskan bahwa konsep pemberdayaan
menunjukkan kemampuan seseorang
Czuba dan Page (1999) mende- untuk berperilaku secara mandiri dan
finisikan pemberdayaan sebagai proses penuh tanggung jawab terhadap peker-
multidimensi sosial yang membantu jaannya. Namun, pemerdayaan perlu
orang mendapatkan kontrol atas memperhatikan kemampuan seseorang
kehidupan mereka sendiri. Konsep agar menjadi efektif. Kemampuan
pemberdayaan tersebut berkaitan erat seseorang tersebut diindikasikan oleh
dengan bagaimana merubah, membagi, self efficacy dari masing-masing
mendapatkan, mengeluarkan, mengu- individu.
rangi, dan menghilangkan kekuasaan.
Dengan definisi tersebut, pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat dapat
dipandang sebagai proses yang menum- dipandang sebagai jembatan bagi
buhkan kekuasaan pada individu untuk konsep-konsep pembangunan makro dan
digunakan dalam kehidupan individu mikro. Dengan demikian, berbagai input
sendiri, komunitas atau kelompok seperti dana, sarana dan prasarana, yang
maupun dalam masyarakat. Lebih lanjut dialokasikan kepada masyarakat melalui
dijelaskan bahwa pemberdayaan adalah berbagai program pembangunan harus
suatu proses dimana individu atau ditempatkan sebagai perangsang untuk
kelompok mendapatkan kekuasaan dan memacu percepatan kegiatan sosial
akses pada sumber daya serta memiliki ekonomi masyarakat. Proses ini
kontrol terhadap diri mereka sendiri. diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
Untuk mewujudkan hal tersebut, masyarakat (capacity building) melalui
individu maupun kelompok haruslah pemupukan modal yang dapat mencip-
meningkatkan kemampuan untuk takan pendapatan masyarakat, dengan
pencapaian tujuan. lima prinsip, yaitu: (1) mudah diterima
dan didayagunakan oleh masyarakat
Pada pendekatan psikologis, Spreitzer (acceptable); (2) dikelola secara terbuka
(1995) menguji pendekatan psikologis dan tertanggung jawab (accountable);
dengan mempertanyakan apa dan untuk (3) menguntungkan secara ekonomis
apa seseorang diberdayakan. Pember- (profitable); (4) hasilnya dapat
dayaan merupakan sesuatu yang dilestarikan oleh masyarakat sehingga
berkelanjutan sehingga tidak terbatas menciptakan pemupukkan modal dalam
untuk menjawab pertanyaan diber- wadah social ekonomi setempat
dayakan atau tidak. Menurut Conger dan (sustainable); dan (5) pengelolaan dana
Kanungo (1988) mendefinisikan pem- dan pelestarian hasil mudah digulirkan
berdayaan sebagai suatu proses dan dikembangkan (replicable)
peningkatan self efficacy di antara (Kartosasmita dan Sumodiningkrat,
anggota organisasi melalui pengenalan 1996).

176
Suminah et al. 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

Aplikasi pemberdayaan masyarakat bersifat keahlian dalam aktivitas


tidak semudah yang dibayangkan. ekonomi) yang secara langsung terkait
Dalam hal ini perlu komitmen semua dengan kegiatan sehari-hari. Akan tetapi
pihak yang terlibat dalam pencapaian untuk menjaga kelangsungan keber-
tujuan pemberdayaan. Pemberdayaan ini langsungannya adalah tidak mungkin
merupakan suatu usaha untuk jika hanya mengandalkan pelatihan
meningkatkan inisiatif, tangung jawab keterampilan semata. Oleh karena itu,
dan kapabilitas masyarakat dalam upaya selain peningkatan ketrampilan perlu
pelaksanaan pembangunan. Beberapa hal disertai dengan peningkatan aktualisasi
yang berkaitan dengan konsep pember- diri (melalui proses penyadaran terhadap
dayaan, diantaranya: (1) pemberdayaan peran perempuan dalam ekonomi rumah
adalah kepercayaan kepada masyarakat tangga dan lingkungan sosial). Untuk
dan kemampuan mereka, artinya itu, perlu ada suatu rancangan pelatihan
pemberdayaan merupakan suatu usaha yang komprehensif yang memadukan
atau komitmen untuk memberanikan unsur-unsur peningkatan ketrampilan
masyarakat dalam melakukan yang (skill), penambahan pengertian
terbaik; (2) pemberdayaan adalah suatu (cognition), dan kesadaran akan
proses dimana pemerintah memampukan martabat diri (dignity) dalam rumusan
masyarakatnya dalam suatu tim kerja yang sistematis, praktis, terukur dan
untuk menghasilkan sesuatu dengan operasional.
menyediakan lingkungan yang
diperlukan; (3) pemberdayaan adalah Pemberdayaan merupakan suatu
meningkatkan kewenangan dan proses yang pada hakikatnya bertujuan
kebebasan masyarakat untuk mengambil untuk terwujudnya “perubahan”. Oleh
keputusan; serta (4) pemberdayaan karena itu, mulai dari titik mana kita
merupakan praktek manajemen masa melihat bahwa individu tergerak ingin
kini yang berkenaan dengan pemberian melakukan suatu sikap dan perilaku
tanggungjawab, sumberdaya dan kewe- kemandirian, termotivasi, dan memiliki
nangan yang lebih besar kepada ketrampilan yang diperlukan untuk
masyarakat. melaksanakan pekerjaan dalam rambu-
rambu nilai/norma yang memberikannya
Pemberdayaan perempuan lebih rasa keadilan dan kedamaian dalam
berkaitan dengan peningkatan kualitas mencapai tujuan bersama untuk
keterlibatan dan partisipasi mereka kesejahteraan.
dalam bidang pekerjaan yang ditekuni.
Salah satu pendekatan kebijakan yang Sebagian besar perempuan diposi-
berkaitan dengan kedudukan perempuan sikan dalam peran domestik, sehingga
dalam pembangunan adalah pendekatan keterampilan yang dimiliki pun
pemberdayaan (the empowerment mengarah ke peran yang sifatnya keibu-
approach). Pendekatan tersebut mene- ibuan. Dalam perkembangannya, seiring
kankan pentingnya perempuan untuk dengan situasi krisis ekonomi yang tidak
meningkatkan keberdayaannya dan kunjung berhenti, perempuan tidak
menempatkan pemberdayaan dalam arti mungkin berpangku tangan dan akhirnya
kecakapan atau kemampuan perempuan harus mampu melakukan sesuatu untuk
untuk meningkatkan kemandirian (self menambah pendapatan keluarga. Dalam
reliance) dan kekuatan dalam dirinya kondisi tidak mempunyai bekal
(internal strength). pengetahuan dan ketrampilan, maka
perempuan hanya mampu memperoleh
Pemberdayaan perempuan secara hasil yang tidak optimal. Kondisi seperti
pragmatis dapat ditempuh dengan cara ini akan terus berlangsung apabila tidak
meningkatkan ketrampilan (yang lebih ada upaya untuk memperbaiki, karena

177
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pada dasarnya relasi yang timpang focus group discussion (FGD) dengan
antara laki-laki dan perempuan telah khalayak sasaran. FGD diikuti sebanyak
berakar sepanjang hidup manusia. 25 orang yang terdiri atas 20 orang dari
kelompok Wanita Tani Ngudi Waras dan
Melihat kondisi yang demikian, maka Berkah Tani masing-masing 10 orang,
mengajak kaum perempuan untuk lebih Kepala Desa Miri, Ketua PKK Desa Miri,
kritis memandang dan menilai dan 3 orang tim pengabdian dari
permasalahan yang ada di sekitar Universitas Sebelas Maret. Khalayak
merupakan langkah yang mendesak sasaran dalam pemberdayaan ini adalah
untuk dilakukan. Melalui proses kelompok wanita tani “Ngudi Waras” dan
penyadaran diri kaum perempuan “Berkah Tani” di Desa Miri. Pemilihan
diharapkan mampu bersikap kritis lokasi ditentukan secara purposive, yaitu
terhadap situasi yang berkembang di daerah sentra empon-empon sehingga
lingkungannya dan mampu merumuskan diharapkan mempunyai peluang untuk
apa yang sebaiknya dilakukan. berkembang. Kegiatan ini dilaksanakan
selama 6 bulan untuk memfasilitasi
Pemberdayaan perempuan secara
sasaran sehingga mampu menjadi
pragmatis dapat ditempuh dengan cara
kelompok yang mandiri dalam pengolahan
meningkatkan ketrampilan (yang lebih
empon-empon, yaitu mulai bulan Mei
bersifat keahlian dalam aktivitas
sampai Oktober 2017.
ekonomi) yang secara langsung terkait
dengan kegiatan sehari-sehari. Dalam Penerapan metode edukasi, fasititasi
kaitannya dengan kehidupan masyarakat ipteks, dan pendampingan secara rinci
yang dinamis, pemberdayaan lebih dapat dijelaskan sebagai berikut:
merupakan suatu upaya untuk (1) Introduksi alat tepat guna mesin
memberikan kemampuan sekaligus perajang empon-empon yang memiliki
kesempatan kepada masyarakat untuk kapasitas produksi 5 kuintal per jam. Alat
ikut berperan aktif dalam proses tersebut dapat merajang empon-empon
pembangunan. dengan cepat, sehingga dapat efisien
waktu dan tenaga. (2) Kendala proses
Komitmen pemerintah untuk
pengeringan empon-empon yang sudah
mewujudkan kesetaraan dan keadilan
dirajang ketika musim penghujan diatasi
gender juga sangat tinggi melalui
dengan membuat alat pengering
program pemberdayaan perempuan.
menggunakan sumber panas gas dengan
Konsep pemberdayaan perempuan ini
rak vertikal dan menerapkannya untuk
muncul setelah konferensi perempuan
proses pengeringan empon-empon,
sedunia IV di Beijing. ”The Millenium
sehingga secara otomatis akan
Development Goals” (MDGs)
meningkatkan volume penjualan dan
mempromosikan kesetaraan gender dan
menjamin kontinuitas (keberlanjutan)
pemberdayaan perempuan sebagai cara
produksi usaha. (3) Pelatihan pembuatan
efektif untuk memerangi kemiskinan,
permen herbal berbahan baku empon-
kelaparan, dan penyakit serta
empon. (4) Pelatihan peningkatan
menstimulasi pembangunan yang
kapasitas anggota kelompok dan
sungguh-sungguh dan berkelanjutan
pendampingan kelompok dalam
(OECD dalam Mardikanto, 2010).
pengembangan usaha. Dalam hal ini
METODE kelompok akan memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan tentang fungsi kelompok
Kegiatan pemberdayaan ini meng- usaha, apa peran masing-masing dalam
gunakan metode edukasi, fasititasi ipteks, berkelompok khususnya kelompok dalam
dan pendampingan, yang sebelumnya pengembangan kewirausahaan. Termasuk
sudah didahului dengan observasi dan di dalamnya adalah membuat pembukuan

178
Suminah et al. 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

sederhana, manajemen usaha dan Kelompok wanita tani dalam


pelatihan motivasi usaha, serta analisis pengolahan empon-empon menjadi
usaha. Partisipasi kelompok dalam simplisia sering mengalami kesulitan
kegiatan ini adalah kelompok ketika musim penghujan, yaitu kendala
menyediakan tempat pelatihan, bahan dalam proses pengeringan empon-empon.
baku dan peralatan penunjang. Hal ini solusinya adalah dengan membuat
alat pengering simplisia (cabinet fryer),
HASIL dengan sumber panas dari kompor gas.
Tempat pengeringannya dengan
Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan
menggunakan sistem rak vertikal. Dengan
oleh 4 orang Tim IbM (Ipteks bagi
adanya inovasi alat teknologi tersebut
Masyarakat) program studi Penyuluhan
kerja anggota kelompok wanita tani
dan Komunikasi Pertanian dan dibantu
menjadi lebih cepat, efisien, serta
oleh 2 orang mahasiswa. Sebelum
kualitasnya lebih baik terutama jika pada
kegiatan pelatihan di mulai, sasaran di
musim penghujan.
jelaskan terlebih dahulu tujuan
diadakannya kegiatan pemberdayaan pada Aplikasi alat pengering empon-empon
masyarakat melalui program ipteks bagi pada dua kelompok tani yaitu kelompok
masyarakat dan tujuan pelatihan. wanita tani “Ngudi Waras” dan “Berkah
Kemudian dilanjutkan dengan Tani” di Desa Miri, secara otomatis dapat
penyampaian materi pelatihan dan praktek meningkatkan produksi baik dari segi
penggunaan alat perajang empon-empon kuantitas maupun kualitas produk.
dan alat pengering (cabinet dryer) Dengan demikian volume penjualan juga
simplisia, serta pelatihan untuk akan meningkat dan dapat menjamin
peningkatan kapasitas anggota kelompok kontinuitas (keberlanjutan) produksi usaha
tani dalam mengelola usaha penggolahan penggolahan empon-empon menjadi
empon-empon. simplisia. Sebelumnya kelompok wanita
tani ketika musim hujan berhenti
Peningkatan Produksi Melalui
memproduksi simplisia, dan ketika
Introduksi Teknologi Tepat Guna
kemarau proses pengeringan dilakukan
Mesin Perajang Empon-Empon
sampai 5 hari dengan matahari. Kapasitas
Pemberdayaan dengan introduksi alat alat pengering (cabinet fryer) tersebut
tepat guna mesin peranjang empon-empon sebesar 100 kg empon-empon per 12 jam,
ini memiliki kapasitas sebesar 5 kuintal lengkap dengan thermometer pengatur
per jam, dan terbuat dari plat besi. Dengan suhu, berukuran 160 cm x 150 cm.
adanya mesin perajang ini anggota
Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
kelompok tani menjadi efisien waktu,
Melalui Pelatihan Pembuatan Permen
sehingga waktu yang biasanya digunakan
untuk merajang secara manual dapat Herbal Berbahan Baku Empon-Empon
digunakan untuk kegiatan yang lain agar Proses pelatihan pembuatan permen
produktivitasnya tinggi. Mesin perajang herbal memiliki tujuan untuk menambah
tersebut dapat di stel untuk memperoleh diversifikasi produk olahan empon-
ketebalan hasil rajangan sesuai yang empon, yang semula baru ada jamu
dikehendaki, misalnya bisa distel dengan gendong dan jahe instan. Dalam proses
ukuran 5 ml, 10 ml, ataupun 3 ml. permen herbal ini dimulai dari pemilihan
empon-empon yang akan digunakan yaitu
Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani
jahe, temulawak, kunyit dan pegagan.
Melalui Introduksi Alat Pengering
Dengan harapan permen herbal ini dapat
(Cabinet Fryer) Simplisia
dikonsumsi oleh anak-anak, remaja,
maupun orang tua, karena kalau jamu

179
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

gendong maupun jahe instan selama ini usaha ini peserta diajak untuk menghitung
kebanyakan yang mengkonsumsi adalah keungtungan yang diperoleh, karena
orang tua, anak-anak dan remaja kurang selama ini anggota kelompok tidak tahu
menyukainya, tetapi kalau dikemas dalam berapa keuntungan yang diperoleh setiap
bentuk permen mereka akan suka. harinya.
Ramuan empon-empon dalam permen
herbal ini memiliki manfaat melancarkan Pelatihan motivasi usaha intinya
peredaran darah, membuat orang jadi bagaimana agar supaya anggota kelompok
konsentrasi, menghangatkan badan, di dalam menjalankan usaha penggolahan
melegakan tenggorokan, dan memelihara empon-empon ini tidak stagnan, tetapi ada
kesehatan liver. pengembangan usaha. Pelatihan diawali
dengan menceritakan wanita-wanita yang
Peningkatan Kapasitas Anggota sukses dalam berusaha. Pelatihan
Kelompok Wanita Tani Melalui dilanjutkan dengan praktek mengalisis
Pelatihan Manajemen Usaha dan usaha permen herbal. Meskipun rangkaian
Motivasi kegiatan pemberdayaan sudah selesai
dilakukan, namun pendampingan akan
Pelatihan manajemen usaha dan terus dilakukan secara kontinyu, sampai
motivasi dilaksanakan di balai desa Miri, kelompok benar-benar mampu mandiri
yang dihadiri oleh dua kelompok wanita dalam menjalankan usahanya. Selain
tani dan ditambah dengan perwakilan dari melakukan monitoring dan pendampingan
kelompok PKK Desa Miri. Pelatihan di juga akan terus membantu pengembangan
mulai pukul 09.00 – 14.00 waktu usaha melalui perluasan daerah
setempat. Dalam pelatihan ini dihadiri pemasaran, dengan terus mempromosikan
oleh 32 orang. Pelatihan manajemen usaha atau mengenalkan produk mereka ke Kota
diawali dengan pertanyaan apa yang Solo dan sekitarnya. Dengan perluasan
sudah dilakukan oleh kelompok dalam daerah pemasaran maka permintaan akan
mengelola usaha penggolahan empon- meningkat, sehingga skala produksi
empon. Salah satu narasumber sengaja di kelompok usaha juga akan meningkat, dan
datangkan pembicara dari Kabupaten tujuan utama dari kegiatan ini yaitu
Karanganyar, pengusaha muda yang meningkatkan pendapatan masyarakat
sudah berhasil yaitu Mas Arip Ampyang. melalui kegiatan peningkatan kualitas dan
Dengan adanya pelatihan manajemen kuantitas produksi simplisia akan tercapai.
usaha ini dapat menyadarkan pada Dampak Kegiatan Pemberdayaan bagi
anggota kelompok bahwa apabila anggota Khalayak Sasaran
kelompok mau kompak atau mengelola
bersama mulai dari penyediaan bahan Efek atau dampak dari adanya program
baku, proses produksi sampai dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat
pemasaran produk, usahanya tersebut dilihat dari sebelum adanya kegiatan dan
akan lebih efesien. Termasuk di dalamnya sesudah adanya kegiatan IbM yang
adalah membuat pembukuan sederhana. disajikan pada Tabel 1.
Untuk pelatihan pembukuan dan analisis

180
Suminah et al. 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

Tabel 1. Dampak Kegiatan IbM pada Peningkatan Kapasitas Kelompok


Aktivitas Mitra Sebelum IbM Sesudah IbM
Penanganan Hanya menggolah empon- Semua anggota kelompok
pasca panen empon menjadi jamu gendong 30 orang, selain menggolah
(penggolahan) dan jahe instan, hanya ada 3 empon-empon menjadi
empon-empon orang yang membuat jamu gendong dan jahe
simplisia, dan jika musim instan juga membuat
hujan tidak membuat karena simplisia meskipun musim
tdk bisa mengeringkan penghujan (menggunakan
cabinet dryer), dan
membuat permen herbal
yang dipasarkan bersamaan
ketika menjual jamu
gendong
Kewirausahaan Belum mengetahui bagaimana Bisa mengelola usaha
mengelola usaha secara secara berkelompok
kelompok
Motivasi usaha Rendah (pasrah apa adanya, Motivasi meningkat (mau
harga produk rendah) mengelola usaha terutama
pembuatan simplisia secara
berkelompok) dengan
kualitas seperti yang
dikehendaki pembeli
Dinamika Kelompok pasif, pengurus Dapat menjalankan tugas
kelompok fungsinya kurang sesuai fungsinya
Pemasaran Belum dapat memasarkan Sudah punya langanan yang
simplisia mau menerima simplisia
dengan harga yang layak
(pengepul yang sudah
kerjasama dengan PT.
Deltomet)
Pembukuan Belum ada pembukuan Ada pembukuan kelompok
kelompok
Pendapatan Hasil panen empon-empon Dengan adanya penggolah
selain dibuat jamu gendong empon-empon dengan
dan jahe instan, selebihnya intro-duksi alat perajang
hanya dijual ke pengepul dan pengering empon-
dalam bentuk segar dengan empon menjadi simplisia,
harga yang relative rendah penda-patan mitra
meningkat. Dari harga
contoh misalnya jahe jika
dijual segar harganya hanya
Rp 6.000 per kg, setelah
menjadi simplia menjadi
Rp 26.000 – Rp 30.000 per
kg tergantung kualitas,
dengan penyusutan 60%.

181
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

SIMPULAN membuat permen herbal lengkap dengan


kemasannya.
Fasilitasi dan introduksi berbagai
peralatan tepat guna yang telah diberikan, REKOMENDASI
kelompok wanita tani dapat efisien waktu,
biaya, dan tenaga. Dengan adanya Keberlanjutan pengembangan usaha
efisiensi dalam proses produksi, kelompok yang dilakukan oleh kelompok wanita tani
dapat memperoleh pendapatan yang lebih memerlukan pendampingan yang berke-
banyak dibandingkan sebelumnya. Selain lanjutan dari dinas terkait (Dinas
itu, kelompok wanita tani juga meningkat Pertanian dan Deperindagkop) Kabupaten
pengetahuan, ketrampilan dan motiva- Wonogiri. Selain itu, juga perlu
sinya sehingga dalam mengembangkan membangun komitmen diantara para
usaha penggolahan empon-empon sudah stakeholders terkait agar ikut terlibat
mengikuti kaidah Good Manufacturing dalam mengembangkan kapasitas usaha
Practices (GMP’s), penggunaan label kelompok wanita tani dalam pengelolaan
standar, kemasan, manajemen produksi usaha penggolahan empon-empon.
sampai dengan promosi produk, yang Pengembangan kapasitas usaha kelompok
pada akhirnya produknya lebih wanita tani akan meningkat dengan cepat
marketable. Meningkatnya kuantitas dan jika ada motivasi yang kuat dari anggota
kualitas produksi serta meningkatnya kelompok untuk mengembangkan
omset penjualan produk olahan empon- usahanya tersebut. Semangat, kerja keras,
empon. disiplin dan pantang menyerah merupakan
modal untuk melakukan suatu usaha.
Keberadaaan dua kelompok wanita tani
di Desa Miri sebagai pelaku usaha DAFTAR PUSTAKA
penggolah empon-empon telah memberi
Conger, J.A. dan R.N. Kanungo. 1988.
kontribusi pada peningkatan pendapatan
The Empowerment Process: Integra-
keluarga. Meskipun ada beberapa kendala
ting Theory and Practice. Academy
yang harus dihadapi dalam menjalankan
of Management Review, Vol. 13 (3):
usaha penggolahan empon-empon,
471 – 482.
sehingga diperlukan adanya dukungan
Czuba, C.E., dan N. Page. 1999.
dari berbagai pihak. Kegiatan
Empowerment: What is It?. Journal of
pemberdayaan ini telah memfasilitasi
Extension, Vol. 37 (5).
kebutuhan dua kelompok wanita tani
Ife, J. dan Frank, T. 2008. Community
dengan memberikan solusi sesuai
Development: Alternatif Pengem-
kebutuhan. Solusi pecahan masalah
bangan Masyarakat di Era Globalisasi.
tersebut diberikan mulai dari mening-
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
katkan kemampuan produksi, mengem-
Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan
bangkan kelompok dalam usaha
Untuk Rakyat: Memadukan Pertum-
penggolahan empon-empon, sampai
buhan dan Pemerataan. CIDES.
dengan pemasaran. Upaya tersebut
Jakarta.
dilakukan dengan menstimulasi kelompok
OECD. Dalam. Mardikanto, T., 2008,
dengan introduksi inovasi atau teknologi
Refleksi dan Rekomendasi
alat tepat guna serta memberikan
Implementasi Penyu-luhan dan
pengalaman belajar melalui pelatihan dan
Pembangunan Pertanian dalam
pendampingan. Di akhir keseluruhan
Pemberdayaan Manusia Pembangunan
pelaksanaan pemberdayaan diserahkan
yang Bermartabat. Pustaka Bangsa
kepada kelompok 1 unit alat pengering
Press. Medan.
(cabinet friyer), 1 unit mesin perajang
Spreitzer, G.M. 1995. “Psychological
empon-empon, 1 peralatan untuk
Empowerment in the Workplace:

182
Suminah et al. 2017. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Empon …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 173 – 183

Dimensions, Measurement, and An Enterpretative Model of Intrinsic


Validation”. The Academy of Task Motivation. Academy of
Management Journal, Vol. 38 (5): 1442 Management Review, Vol. 15 (4): 666
– 14465. – 681.
Thomas dan B.A. Velthouse. 1990.
Cognitie Elements of Empowerment:

183
PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS Dahlia sp. PADA
MEDIA MS DENGAN PENGURANGAN KADAR
GULA DAN TUTUP TABUNG BERVENTILASI
Rudiyanto*, Dyah Retno Wulandari dan Tri Muji Ermayanti
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Jl. Raya Bogor KM 46 Cibinong Bogor 16911
*Email: rudi006@lipi.go.id/ rudidinasty@yahoo.com
Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 30/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Dahlia sp. merupakan tanaman hias yang menghasilkan umbi mengandung inulin yang
bermanfaat sebagai antioksidan. Kultur jaringan tanaman diaplikasikan untuk
menghasilkan bibit dahlia yang seragam, dalam waktu relatif singkat, dan tidak
dipengaruhi musim. Modifikasi media dan lingkungan in vitro sering dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan ketegaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pengurangan konsentrasi gula dan ventilasi pada tutup tabung kultur terhadap
pertumbuhan tunas Dahlia sp. secara in vitro. Percobaan menggunakan rancangan acak
lengkap faktorial dengan faktor yang diuji yakni gula dengan konsentrasi 10, 20 dan
30 g/l yang dikombinasikan dengan ventilasi tutup tabung berupa filter berjumlah 0, 1, 2
dan 4. Percobaan mempunyai 12 ulangan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah tunas samping serta jumlah akar, diamati 2 kali seminggu dari
umur 0 – 4 minggu. Pengukuran diameter batang, bobot basah dan bobot kering
dilakukan pada umur 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gula
berpengaruh terhadap jumlah tunas samping sedangkan jumlah ventilasi filter
berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Tidak terdapat interaksi antara 2
faktor yang diujikan. Pada umur 4 minggu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas
samping serta jumlah akar yang tinggi terdapat pada perlakuan tanpa filter yang
dikombinasikan dengan 10 dan 20 g/l gula, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan
ventilasi 4 filter yang dikombinasikan dengan 30 g/l gula. Pada perlakuan ventilasi 2
filter yang dikombinasikan dengan 20 g/l gula menghasilkan diameter batang tertinggi,
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, pada perlakuan ini juga menghasilkan bobot
basah dan bobot kering yang lebih tinggi.
Kata kunci: Kultur tunas Dahlia sp., pengurangan gula, tutup berventilasi filter,
pertumbuhan
GROWTH OF Dahlia sp. SHOOTS ON MS MEDIUM USING LOW
CONCENTRATION OF SUGAR ON VESSEL TUBS
VENTILATED WITH FILTER
ABSTRACT
Dahlia sp. is an ornamental plant producing tubers containing inulin useful as
antioxidant. Plant tissue culture technique is commonly applied to produce unvaried
dahlia shootsin, relatively short time, and season independent. Modification on in vitro
medium and environmental condition is usually done to promote shoots growth and
performance. The aim of this research was to investigate the effect of sugar
concentration reduction in combination with ventilation of vessel culture on in vitro

184
Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

shoots growth of Dahlia sp. The experiment design was factorial completely
randomized design with factors tested were sugar concentrations at 10, 20 and 30 g/l in
combination with 0, 1, 2 and 4 number of filters. The experiment had 12 replicates.
Variables tested were height od shoots, number of leaves, number of shoots and number
of roots which observed twice a week from 0-4 weeks after culture. Shoots diameter,
shoots weight and dry weight of Dahlia was observed 4 weeks after culture. The results
showed that sugar concentration significantly affected the number of shoots, otherwise
number of filter significantly affected plant height and number of leaves. There wass no
interaction between the 2 factors tested. Four weeks after culture, the highest plant
height, number of leaves, number of shoots and number of roots were found on medium
containing 10 and 20 g/l sugar without ventilated filter. On the otherhand, the lowest
value was found on medium containing 30 g/l sugar in combination with 4 filters. On
medium containing 20 g/l sugar in combination with 2 filters produced highest diameter
of shoots, significantly different with other treatments. This treatment also produced
higher shoots weight and dry weight.
Keywords: Dahlia sp. shoots culture, filter vessel, plant growth, sugar reduction

PENDAHULUAN telah dipublikasikan. Pertumbuhan tunas


Dahlia optimal pada perlakuan media MS
Dahlia adalah tanaman hias yang dengan penambahan 0.5 mg/l BAP,
menghasilkan umbi. Dahlia termasuk sedangkan pertumbuhan dan pembentukan
dalam famili Compositae dan memiliki akar maksimal dihasilkan pada media MS
beragam warna bunga, ukuran serta yang mengandung 2.0 mg/l NAA
bentuknya. Terdapat 2 jenis spesies Dahlia (Wadankar dan Malode, 2012). Tunas
yakni D. variables dan D. pinnata (Fatima Dahlia yang dikulturkan pada media MS
et al., 2007). Tanaman Dahlia merupakan dengan penambahan Kinetin mampu
jenis tanaman tegak, bercabang, tidak membentuk tunas lateral, penambahan
berbulu, letak daun bersebelahan, pinggir 2-iP menghasilkan tunas yang tidak tegar
daun bergerigi dan di atas tangkai terdapat sedangkan pemberian TDZ menyebabkan
bunga (Yuliana, 2016). Umbi dahlia tunas Dahlia mngalami vitrifikasi
mengandung inulin sekitar 60% yang (Ermayanti dan Al-Hafiizh, 2013).
bermanfaat untuk menjaga pertumbuhan
bifidobacterium di usus besar, merangsang Gula atau sukrosa merupakan sumber
sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi energi untuk pertumbuhan plantlet dan
risiko osteoporosis (Sandiya et al., 2014). pengatur tekanan osmotik (Pierik, 1987).
Pertumbuhan dan perkembangan planlet
Perbanyakan tanaman Dahlia secara meningkat seiring dengan meningkatnya
konvensional umumnya menggunakan biji konsentrasi gula sampai kondisi optimum
atau melalui perbanyakan vegetatif dari tercapai kemudian menurun pada
umbi dan stek. Perbanyakan Dahlia secara konsentrasi gula lebih tinggi. Konsentrasi
konvensional sangat rentan terhadap gula sebagai sumber karbon umumnya
serangan jamur, bakteri serta virus. berkisar antara 2 – 5%. Konsentrasi
Menggunakan teknik kultur jaringan sukrosa yang terlalu tinggi pada media
tanaman, Dahlia dapat ditumbuhkan dapat memicu terjadinya lisis atau
secara aseptik (Ibrahim dan Daraj, 2015) pecahnya dinding sel akibat tekanan
untuk menghasilkan bibit seragam, pada osmotik (Bhojwani dan Razdan, 2004).
waktu relatif singkat, dan tidak
dipengaruhi musim. Beberapa penelitian Penggunaan ventilasi filter pada tabung
tentang teknik mikropropagasi Dahlia kultur dapat meningkatkan aliran udara

185
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dari dan ke dalam tabung sehingga laju Penelitian menggunakan rancangan


fotosintesis plantlet meningkat dan acak lengkap faktorial dengan faktor yang
menghasilkan plantlet yang lebih tegar diujikan yakni konsentrasi gula (10, 20
(Mohamed dan Alsadon, 2010). Pada dan 30 g/l) yang dikombinasikan dengan
plantlet taka (Tacca leontopetaloides), jumlah ventilasi berupa filter pada tabung
penggunaan tabung kultur polipropilen poliplropelen (0, 1, 2 dan 4 filter) ukuran
berventilasi filter maupun tanpa ventilasi filter 0.5 µm dan diameter 18 mm. Setiap
mampu meningkatkan pertumbuhan perlakuan terdiri dari 12 ulangan, jumlah
plantlet tersebut dengan hasil tidak satuan percobaan sebanyak 144. Peubah
berbeda nyata (Wulandari et al., 2017). yang diamati yakni pertumbuhan tunas
Pada eksplan walnut (Juglans regia L.), yang meliputi tinggi tanaman, jumlah
penggunaan sukrosa 15 g/l pada tabung daun, jumlah tunas samping dan jumlah
berventilasi menghasilkan plantlet yang akar yang dilakukan seminggu 2 kali
lebih sehat dengan total klorofil yang lebih mulai umur 0 hingga 27 hari. Pengamatan
banyak. Penelitian ini menggunakan peubah diameter batang, bobot basah dan
variasi konsentrasi sukrosa 0, 15, 30, dan bobot kering dilakukan saat kultur Dahlia
45 g/l dengan tabung ventilasi dan non- berumur 4 minggu.
ventilasi (Hassankhah et al., 2014).
Dengan pemberian filter pada tabung HASIL DAN PEMBAHASAN
berventilasi maka diharapkan kebutuhan
Pertumbuhan tinggi tunas Dahlia
gula sebagai sumber karbon dari ekplan
dengan perlakuan gula yang
Dahlia dapat dikurangi. Penelitian ini
dikombinasikan dengan jumlah ventilasi
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
filter dapat dilihat pada Gambar 1. Pada
konsentrasi gula dan jumlah ventilasi filter
perlakuan gula 10 g/l dahlia mulai
terhadap pertumbuhan tunas Dahlia sp.
menunjukkan pertumbuhan tunas pada
secara in vitro. umur 5 hari setelah kultur. Pada perlakuan
METODOLOGI tanpa ventilasi filter pertumbuhan tunas
optimal terjadi pada umur 7 – 22 hari
Bahan tanaman yang digunakan dalam setelah kultur. Pertumbuhan tunas pada
penelitian ini adalah tunas Dahlia yang perlakuan 1 dan 2 filter relatif sama
telah dikulturkan pada media MS dengan tunas umur 5 – 22 hari setelah
(Murashige dan Skoog, 1962) berumur 2 kultur. Pada perlakuan ventilasi 4 filter
bulan koleksi dari Laboratorium Biak Sel pertumbuhan tunas dahlia lebih lambat
dan Jaringan Tanaman, Puslit dibandingkan dengan perlakuan 0, 1 dan
Bioteknologi-LIPI. Media yang digunakan 2 filter (Gambar 1A). Pemberian gula
adalah media MS yang mengandung 10, 20 g/l pertumbuhan tunas dahlia mulai
20 dan 30 g/l gula sesuai dengan terlihat pada umur 7 hari setelah kultur.
perlakuan yang diujikan. Tunas Dahlia Pertumbuhan tunas pada perlakuan 0, 1, 2
dengan panjang 1.5 cm yang mempunyai 2 dan 4 filter tidak berbeda nyata,
– 3 daun dikulturkan pada media pertumbuhan optimal terjadi pada umur 7 -
percobaan. Media dipadatkan dengan agar 22 hari setelah kultur (Gambar 1B). Pada
Gelzan (TM Caisson labs) 3 g/l, pH media perlakuan gula 30 g/l pertumbuhan tunas
diatur menjadi 5.8 kemudian disterilisasi pada perlakuan 0, 1 dan 2 filter mulai
menggunakan otoklaf pada tekanan 15 psi meningkat pada umur 7 hari setelah kultur.
dan suhu 121 °C selama 20 menit. Tunas Pertumbuhan tunas dahlia pada ketiga
yang telah dikulturkan kemudian perlakuan tersebut relatif sama.
diinkubasikan di dalam ruang kultur pada Pertumbuhan tunas yang rendah terdapat
suhu 26±2 °C, dengan intensitas pada perlakuan dengan jumlah 4 filter,
pencahayaan 500 - 900 lux. pertumbuhan tunas sangat lambat dari

186
Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

umur 5 – 27 hari kultur konsentrasi gula yang ditanam pada media


setelah
(Gambar 1C). dengan ventilasi filter dapat dilihat pada
Gambar 2. Pada perlakuan gula 10 g/l
jumlah jumlah daun sangat bervariasi,
A pertumbuhan jumlah daun tercepat
terdapat pada perlakuan tanpa filter,
pertumbuhan jumlah daun terus meningkat
lebih tinggi pada umur 13 – 27 hari setelah
kultur dibandingkan dengan pertumbuhan
pada tabung dengan filter. Pada perlakuan
ventilasi 1 dan 2 filter pertambahan jumlah
sedikit berbeda mulai umur 20 hari,
pertumbuhan jumlah daun yang terendah
terdapat pada perlakuan 4 filter
B (Gambar 2A). Pada perlakuan gula 20 g/l
pertumbuhan jumlah daun terbanyak
terdapat pada perlakuan tanpa ventilasi
filter, pertumbuhan optimal terjadi setelah
umur 7 – 27 hari setelah kultur. Pola
pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan
ventilasi 1, 2 dan 4 filter tidak berbeda
nyata (Gambar 2B). Pada perlakuan gula
30 g/l yang dikombinasikan dengan 0 dan
2 filter pertumbuhan jumlah daun mulai
C muncul pada umur 5 hari setelah kultur,
pada perlakuan ventilasi 1 filter mulai
muncul daun baru umur 7 hari setelah
kultur sementara pada perlakuan ventilasi
4 filter jumlah daun baru mulai bertambah
umur 13 hari setelah kultur. Pola
pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan
ventilasi 0 dan 2 filter mulai meningkat
pada umur 5 – 27 hari setelah kultur,
Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman sementara pada perlakuan ventilasi 1 filter
Dahlia sp. umur 0 – 27 hari pada umur 7 – 20 hari setelah kultur tidak
pada media dengan per- terdapat pertambahan jumlah daun, jumlah
lakuan tabung berventilasi daun baru menunjukkan pertambahan
0, 1, 2 dan 4 filter yang kembali pada umur 22 dan 27 hari setelah
dikombinasikan dengan 10 kultur. Pada perlakuan ventilasi 4 filter
g/l Gula (A); 20 g/l Gula peningkatan pertumbuhan jumlah daun
(B); dan 30 g/l Gula (C). terjadi pada umur 13 - 27 hari setelah
kultur namun pertambahannya lebih
Pola pertumbuhan jumlah daun dahlia lambat dibandingkan dengan perlakuan
umur 0 – 27 hari pada perlakuan lainnya (Gambar 2C).

187
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

tabung polipropelen dengan ventilasi (0, 1,


2 dan 4 filter) dapat dilihat pada
A Gambar 3. Pada media yang mengandung
10 g/l gula pola pertumbuhan jumlah tunas
samping pada ventilasi 0, 2 dan 4 filter
tidak berbeda nyata. Peningkatan
pertumbuhan tunas samping terjadi pada
umur 7 – 27 hari setelah kultur. Pada
perlakuan ventilasi 1 filter pertumbuhan
jumlah tunas samping yang terbentuk pada
umur 13 – 27 hari lebih tinggi
B dibandingkan dengan perlakuan 0, 2 dan
4 filter (Gambar 3A). Pada media yang
mengandung 20 g/l gula pertambahan
jumlah tunas samping rata-rata terjadi
pada umur 5 dan 7 hari setelah kultur.
Pada ventilasi 2 filter jumlah tunas
samping lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Pertumbuhan tunas
samping optimal terjadi pada umur 13 –
22 hari setelah kultur. Pertumbuhan tunas
samping terendah terdapat pada perlakuan
C
ventilasi 4 filter, sementara pada ventilasi
0 dan 1 filter pola pertumbuhan tunas
samping tidak berbeda nyata
(Gambar 3B). Pada media MS dengan
30 g/l gula pola pertumbuhan tunas
samping bervariasi. Pada perlakuan
0 filter, peningkatan jumlah tunas samping
terjadi pada umur 7 – 27 hari setelah
kultur. Pada ventilasi 1 filter jumlah tunas
samping tidak bertambah pada umur 0 –
Gambar 2. Rata-rata jumlah daun Dahlia 13 hari setelah kultur, namun peningkatan
sp. umur 0 – 27 hari pada jumlah tunas samping terjadi pada umur
media dengan perlakuan 15 dan 20 hari setelah kultur. Pada
tabung berventilasi 0, 1, 2 ventilasi 2 filter jumlah tunas samping
dan 4 filter yang bertambah pada umur 5 – 7 hari setelah
dikombinasikan dengan 10 kultur serta umur 20 – 27 hari setelah
g/l Gula (A); 20 g/l Gula (B); kultur sementara pada ventilasi 4 filter
dan 30 g/l Gula (C) peningkatan jumlah tunas samping terjadi
pada umur 5 – 20 hari. Pada umur 27 hari
Pola pertumbuhan jumlah tunas setelah kultur pola pertumbuhan tunas
samping dahlia yang dikulturkan samping pada tabung berventilasi 0, 1, 2
padamedia MS dengan perlakuan gula dan 4 filter tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi 10, 20, 30 g/l pada (Gambar 3C).

188
Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

tanpa ventilasi menghasilkan jumlah akar


A terbanyak. Pertumbuhan jumlah akar
meningkat pada umur 5 – 13 hari setelah
kultur. Pada umur 15 – 27 hari setelah
kultur tidak terdapat peningkatan jumlah
akar. Pada perlakuan ventilasi 2 filter
peningkatan jumlah akar terjadi pada umur
5 – 13 hari setelah kultur, sedangkan pada
umur 13 – 27 hari setelah kultur jumlah
akar yang terbentuk tidak bertambah. Pola
pertumbuhan akar pada ventilasi 1 dan
B 4 filter tidak berbeda nyata (Gambar 4A).
Pada media dengan penambahan 20 g/l
gula, jumlah akar terbanyak terdapat pada
perlakuan tanpa ventilasi, peningkatan
jumlah akar optimal terjadi pada umur 5 –
13 hari setelah kultur. Pada umur 13 –
27 hari setelah kultur jumlah akar yang
terbentuk tidak bertambah. Pada ventilasi
1, 2 dan 4 filter pola pertumbuhan akar
tidak berbeda nyata, peningkatan
C pertumbuhan akar terjadi pada umur 7 –
13 hari setelah kultur (Gambar 4B). Pada
media yang mengandung 30 g/l gula,
jumlah akar mulai bertambah pada umur
7 hari setelah kultur. Jumlah akar
terbanyak terdapat pada ventilasi 1 dan
2 filter, dimana jumlah akar optimal pada
umur 7 – 13 hari setelah kultur, pada umur
13 – 27 hari setelah kultur jumlah akar
yang terbentuk tidak bertambah. Jumlah
Gambar 3. Rata-rata jumlah tunas akar terendah terdapat pada tabung
samping Dahlia sp. umur berventilasi 4 filter, peningkatan
0 – 27 hari pada media pertumbuhan akar terjadi pada umur 7 –
dengan perlakuan tabung 27 hari setelah kultur namun jumlahnya
berventilasi 0, 1, 2 dan 4 lebih sedikit dibandingkan dengan
filter yang dikombinasi- perlakuan lainnya. Pada tabung tanpa
kan dengan 10 g/l Gula ventilasi filter pertambahan jumlah akar
(A); 20 g/l Gula (B); dan optimal umur 5 – 13 hari setelah kultur.
30 g/l Gula (C) Jumlah akar yang terbentuk lebih rendah
Pola pertumbuhan jumlah akar dahlia dibandingkan dengan ventilasi 1 dan
pada media MS yang mengandung gula 2 filter namun lebih banyak dibandingkan
dengan konsentrasi 10, 20 dan 30 g/l yang ventilasi 4 filter (Gambar 4C).
ditanam pada tabung dengan ventilasi
filter dapat dilihat pada Gambar 4. Pada
media dengan 10 g/l sukrosa pada tabung

189
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dan jumlah akar. Konsentrasi gula


A
berpengaruh signifikan terhadap jumlah
tunas samping yang terbentuk dan tidak
berpengaruh terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun dan jumlah akar. Dari kedua
faktor yang diujikan yakni pemberian
ventilasi filter dan konsentrasi gula, tidak
terdapat interaksi antara kedua faktor
yang diujikan, baik itu pada peubah tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah tunas
samping maupun jumlah akar (Tabel 1).
B
Tabel 1. Anova pada perlakuan tabung
berventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter
yang dikombinasikan dengan
10, 20 dan 30 g/l Gula untuk
peubah tinggi tanaman, jumlah
daun, jumlah tunas dan jumlah
akar umur 27 hari
F Hitung & Signifikansi
Filter
Variabel
C Filter Gula vs
Gula
Tinggi Tanaman 0.018* 0.939 0.103ts ts

Jumlah Daun 3.710** 9.010ts 5.560ts


Jumlah Tunas 0.177ts 0.015* 0.466ts
Keterangan:
* = signifikan pada taraf α 5%;
** = sangat signifikan pada taraf α 1%;
ts = tidak signifikan
Nilai rata-rata tinggi tanaman, jumlah
Gambar 4. Rata-rata jumlah akar Dahlia
daun, jumlah tunas samping dan jumlah
sp. umur 0 – 27 hari pada
akar dahlia yang dikulturkan pada media
media dengan perlakuan
MS dengan penambahan 10, 20 dan 30 g/l
tabung berventilasi 0, 1, 2
gula menggunakan tabung dengan
dan 4 filter yang
ventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter umur 27 hari
dikombinasikan dengan 10
dapat dilihat pada Tabel 2. Tunas dahlia
g/l Gula (A); 20 g/l Gula
tertinggi terdapat pada perlakuan 10 g/l
(B); dan 30 g/l Gula (C)
gula tanpa ventilasi dan perlakuan 30 g/l
Hasil analisis Anova tentang pengaruh gula yang dikombinasikan dengan
pemberian 10, 20 dan 30 g/l gula yang ventilasi 1 dan 2 filter meskipun tidak
dikombinasikan dengan ventilasi 0, 1, 2 berbeda nyata dengan beberapa perlakuan
dan 4 filter terhadap tinggi tanaman, lainnya kecuali perlakuan 10 dan 30 g/l
jumlah daun, jumlah tunas samping dan gula pada tabung dengan ventilasi 4 filter.
jumlah akar umur 27 hari tertera pada Pada parameter jumlah daun, nilai
Tabel 1. Ventilasi filter berpengaruh tertinggi terdapat pada perlakuan 20 g/l
signifikan terhadap tinggi tanaman dan gula dengan tanpa pemberian ventilasi
jumlah daun, namun tidak berpengaruh berbeda nyata dibandingkan dengan
signifikan terhadap jumlah tunas samping perlakuan lainnya kecuali perlakuan 10

190
Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

dan 30 g/l gula tanpa ventilasi filter. perlakuan tanpa filter yang mengandung
Jumlah daun pada ventilasi 1, 2 dan 10 dan 20 g/l gula namun tidak berbeda
4 filter pada perlakuan dengan 10, 20 dan nyata dengan perlakuan lainnya kecuali
30 g/l gula tidak berbeda nyata (Tabel 2). dengan perlakuan 10 g/l gula yang
Tanaman yang dikulturkan di dalam botol dikombinasikan dengan 1 dan 4 filter
memerlukan asupan karbohidrat dari serta perlakuan 30 g/l gula dengan
medium secara terus menerus untuk dapat ventilasi 4 filter (Tabel 2). Tinggi
tumbuh di dalam botol kultur. Hal ini tanaman, jumlah daun dan jumlah tunas
terjadi karena aktivitas fotosinstesis samping yang rendah terdapat pada
sangat kecil karena berada dalam perlakuan ventilasi filter 4 yang
intensitas cahaya tidak optimal, dikombinasikan dengan 30 g/l gula.
pertukaran gas terbatas dan kelembaban de-Paiva Neto dan Otoni, (2003)
tinggi (de-Paiva Neto dan Otoni, 2003). menyatakan bahwa gula pada medium
kultur jaringan selain berfungsi sebagai
Jumlah tunas samping dahlia yang sumber karbon, juga berfungsi sebagai
terbentuk pada umur 27 hari setelah kultur regulator osmotik. Oleh karena itu
bervariasi, jumlah tunas samping yang perubahan konsentrasi gula dapat
tinggi terdapat pada perlakuan 20 g/l gula mengakibatkan berubahnya potensial
yang dikombinasikan dengan ventilasi osmotik pada lingkungan kultur.
2 filter dan berbeda nyata dengan Konsentrasi gula yang semakin tinggi
perlakuan 30 g/l gula dengan tanpa mengakitbatkan turunnya nilai potensial
ventilasi dan 1 filter serta perlakuan 10 g/l osmotik sehingga tanaman menjadi
gula yang dikombinasikan dengan 2 dan tercekam dan ini berakibat pada turunnya
4 filter. Pada parameter jumlah akar, nilai laju pertumbuhan kultur.
rata-rata yang tinggi terdapat pada

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas dan jumlah akar
Dahlia sp. umur 27 hari dengan perlakuan tabung berventilasi 0, 1, 2 dan
4 filter yang dikombinasikan dengan 10, 20 dan 30 g/l Gula.
Jumlah Gula Tinggi Jumlah Daun Jumlah Tunas Jumlah Akar
Filter (g/l) Tanaman (cm) (helai) Samping
a ab
10 6.38 ± 0.11 8.00 ± 0.58 0.83 ± 0.22ab 3.17 ± 0.34a
0 20 4.88 ± 0.22abc 8.50 ± 1.00a 1.00 ± 0.18ab 2.83 ± 0.72a
ab abc b
30 5.30 ± 0.45 6.67 ± 0.24 0.50 ± 0.16 1.33 ± 0.30ab
10 4.45 ± 0.69abc 4.45 ± 0.69cd 0.83 ± 0.12ab 0.50 ± 0.24b
1 20 3.93 ± 0.64abc 3.88 ± 0.66d 1.00 ± 0.18ab 1.50 ± 0.54ab
a cd b
30 5.47 ± 0.37 5.33 ± 0.30 0.33 ± 0.15 2.00 ± 0.26ab
10 4.50 ± 0.88abc 5.50 ± 0.93bcd 0.67 ± 0.15b 1.33 ± 0.43ab
abc bcd a
2 20 4.65 ± 0.64 5.50 ± 0.24 1.50 ± 0.16 1.83 ± 0.28ab
30 5.45 ± 0.74a 5.67 ± 0.47bcd 1.00 ± 0.00ab 2.00 ± 0.66ab
10 2.87 ± 0.33bc 3.67 ± 0.39d 0.50 ± 0.16b 0.83 ± 0.22b
abc cd ab
4 20 5.05 ± 0.36 4.67 ± 0.35 0.83 ± 0.12 2.00 ± 0.45ab
30 2.73 ± 0.32c 4.00 ± 0.41d 0.67 ± 0.24b 0.67 ± 0.24b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α = 5%; ±
Standard Error.

Performa tunas dahlia yang yang dikombinasikan dengan tabung


ditumbuhkan dalam media dasar MS berventilasi dengan 0, 1, 2 dan 4 filter
dengan pemberian 10, 20 dan 30 g/l gula pada umur 27 hari setelah kultur dapat

191
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

terlihat pada Gambar 5. Pada perlakuan perlakuan ventilasi 2 filter performa tunas
tanpa ventilasi, baik itu pada pemberian dahlia lebih tegar pada media dengan
10, 20, dan 30 g/l gula tunas dahlia pemberian 20 g/l gula. Daun dan
tumbuh dengan lebih cepat, hal ini terlihat batangnya lebih tegar dibandingkan
dari tunas yang lebih tinggi dari perlakuan dengan perlakuan 10 dan 30 g/l gula
ventilasi 1, 2 dan 4 filter. Namun, batang meskipun tinggi tanamannya lebih rendah.
dahlia lebih kecil dan sebagian ujung Warna daun juga lebih hijau serta akar
tunas mengalami nekrosis (pencoklatan). yang terbentuk lebih panjang. Pada
Pada perlakuan ventilasi 1 filter tunas ventilasi 4 filter performa tunas dahlia
dahlia berbeda antara perlakuan lebih pendek dengan batang dan daun
konsentrasi gula yang diberikan. Pada kecil, pertumbuhan tunas dahlia dengan
perlakuan 30 g/l gula tunas dahlia lebih perlakuan filter 4 lebih lambat
tegar dan daun lebih lebar meskipun dibandingkan dengan ventilasi 0, 1 dan 2
tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan filter (Gambar 5).
dengan perlakuan 10 dan 20 g/l gula. Pada

Jumlah Gula (g/l)


Filter 10 20 30

Gambar 5. Performa tunas Dahlia sp. umur 27 hari pada media dengan perlakuan
tabung berventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter yang dikombinasikan dengan 10, 20
dan 30 g/l gula.

192
Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

Pada tanaman Juglans cinerea daun berbeda nyata dibandingkan dengan


yang terbentuk pada perlakuan tanpa perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan
ventilasi umumnya lebih kecil, bahwa meskipun jumlah daun yang
diferensiasi jaringan mesofilnya tidak dihasilkan lebih sedikit namun pada
optimal serta pembuluh vaskulernya lebih perlakuan ini mampu menghasilkan tunas
lemah dibandingkan dengan daun yang yang lebih tegar dan diameter batang yang
terbentuk dengan perlakuan tabung lebih besar. Pada diameter batang, nilai
ventilasi. Penggunaan tabung berventilasi terendah terdapat pada tabung tanpa
dengan pengurangan konsentrasi sukrosa ventilasi dengan 30 g/l gula dan ventilasi
mampu memanfaatkan kandungan CO2 1 filter dengan 10 g/l gula, berbeda nyata
yang masuk melalui filter sehingga dapat dengan perlakuan lainnya (Tabel 3).
menginduksi kultur fotomiksotropik dan Batang pada tunas dahlia berfungsi
menghasilkan planlet yang lebih tegar. sebagai sistem transpor yang membawa
Bobot kering daun dan anatomi daun yang hara serta sumber karbon dalam media
optimal terdapat pada perlakuan dengan kultur ke seluruh jaringan eksplan dahlia.
pengurangan sukrosa dengan tabung Bobot basah yang tinggi terdapat pada
berventilasi (Hassankhah et al., 2014). tabung tanpa ventilasi dengan 10 g/l gula
serta perlakuan 2 filter dengan 20 g/l gula
Diameter batang, bobot basah dan meskipun tidak berbeda nyata dengan
bobot kering tunas Dahlia yang dikultur beberapa perlakuan lainnya (Tabel 3).
pada media MS yang mengandung 10, 20 Bobot kering yang tertinggi terdapat pada
dan 30 g/l gula pada tabung berventilasi 0, ventilasi 2 filter yang dikombinasikan
1, 2 dan 4 filter umur 27 hari terdapat dengan 20 g/l gula dan ventilasi 4 filter
pada Tabel 3. Diameter batang tertinggi dengan 20 g/l gula berbeda nyata dengan
terdapat pada ventilasi 2 filter yang perlakuan lainnya. (Tabel 3).
dikombinasikan dengan 20 g/l gula dan

Tabel 3. Diameter batang, bobot basah dan bobot kering Dahlia sp. umur 27 hari pada
media dengan perlakuan tabung berventilasi 0, 1, 2 dan 4 filter yang
dikombinasikan dengan 10, 20 dan 30 g/l Gula.
Gula Diameter Batang
Jumlah Filter Bobot Basah (g) Bobot Kering (g)
(g/l) (mm)
10 1.49 ± 0.05bc 0.52 ± 0.06a 0.02 ± 0.013b
bcd ab
0 20 1.31 ± 0.05 0.46 ± 0.07 0.03 ± 0.004ab
30 1.05 ± 0.05d 0.30 ± 0.03abc 0.02 ± 0.001b
10 1.13 ± 0.04cd 0.19 ± 0.02bc 0.01 ± 0.001b
bc abc
1 20 1.48 ± 0.08 0.34 ± 0.09 0.02 ± 0.005ab
30 1.34 ± 0.02bcd 0.31 ± 0.03abc 0.02 ± 0.001b
bc abc
10 1.49 ± 0.14 0.37 ± 0.11 0.02 ± 0.005ab
2 20 1.91 ± 0.08a 0.52 ± 0.11a 0.04 ± 0.005a
bcd abc
30 1.26 ± 0.11 0.28 ± 0.05 0.02 ± 0.001b
10 1.56 ± 0.08b 0.33 ± 0.06abc 0.03 ± 0.002ab
4 20 1.43 ± 0.12bcd 0.28 ± 0.05abc 0.04 ± 0.003a
bcd c
30 1.43 ± 0.1 0.14 ± 0.03 0.02 ± 0.003b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α = 5%; ±
Standard Error.

193
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

KESIMPULAN and Hypocotyl Explants of Dahlia


Cultivars. Journal Agriculture Science,
Konsentrasi gula berpengaruh terhadap Vol. 44 (2): 312 – 316.
jumlah tunas samping sedangkan filter Hassankhah, A., K. Vahdati, M. Lotfi, M.
berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan Mirmasoumi, J. Preece dan M.H.
jumlah daun dahlia. Tidak terdapat Assareh. 2014. Effects of Ventilation
interaksi antara 2 faktor yang diujikan. and Sucrose Concentrations on the
Pada umur 4 minggu tinggi tunas, jumlah Growth and Plantlet Anatomy of
daun, jumlah tunas samping serta jumlah Micropropagated Persian Walnut
akar dahlia yang tinggi terdapat pada Plants. International Journal of
perlakuan tanpa ventilasi yang dikom- Horticultural Science and Technology,
binasikan dengan 10 dan 20 g/l gula, Vol. 1 (2): 111 – 120.
sedangkan terendah terdapat pada Ibrahim, M.A. dan I.A. Daraj. 2015.
perlakuan ventilasi 4 filter yang Micropropagation of dahlia plants
dikombinasikan dengan 30 g/l gula. Pada (Dahlia variabilis Wild (Desf.)). Effect
ventilasi 2 filter yang dikombinasikan of Explant and Plant Growth
dengan 20 g/l gula menghasilkan diameter Regulators on Shoot Regeneration and
batang tertinggi, berbeda nyata dengan Growth. Advances in Agriculture &
perlakuan lainnya, pada perlakuan ini juga Botanics International Journal of the
menghasilkan bobot basah dan bobot Bioflux Society, Vol. 7 (1): 1 – 6.
kering yang lebih tinggi. Mohamed, M.H. dan A.A. Alsadon. 2010.
UCAPAN TERIMA KASIH Influence of Ventilation and Sucrose
on Growth and Leaf Anatomy of
Penulis mengucapkan terimakasih Micropropagated Potato Plantlets.
kepada Angga Prasetyo, mahasiswa Science Horticulture, Vol. 123 (1): 295
Teknobiologi Universitas Atmajaya serta – 300.
Evan Maulana dan Lutvinda Ismanjani Murashige, T. and Skoog, F. 1962. A
Staf Lab. BSJT Puslit Bioteknologi LIPI Revised Medium for Rapid Growth and
yang telah membantu penulis dalam Bio Assays with Tobacco Cultures.
penelitian ini. Physiologia Plantarum, Vol. 15 (3):
473 – 497.
DAFTAR PUSTAKA Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of
Bhojwani, S.S. dan M.K. Rajdan. 2004. Higher Plants. Martinus Nijhoff,
Plant Tissue Culture: Theory and Dordrecht, hal: 24 - 26.
Practice, A Revised Edition. Elsevier Sandiya, A.A., Y. Retnaningtyas dan L.
Publication. Netherland. Hal: 47 – 48. Wulandari. 2014. Determinasi Inulin
de-Paiva Neto, V.B., dan Otoni W.C. dalam Sampel Ekstrak Umbi Dahlia
2003. Carbon Sources and Their (Dahlia spp. L.) yang Ditanam pada
Osmotic Potential in Plant Tissue Media Tanah dan Polybag dengan
Culture: Does It Matter?. Science Metode Klt-Densitometri. E-Jurnal
Horticulture, (97): 193 – 202. Pustaka Kesehatan, Vol. 2 (2): 199 −
Ermayanti, T.M. dan E. Al-Hafiizh. 2013. 204.
Multiplication Shoots of Dahlia sp Wadankar, G.D. dan S.N. Malode. 2012.
Using Different Type of Cytokinin on In vitro Regeneration of Dahlia Cav.
In Vitro Culture. Prosiding Seminar Journal of Global Biosciences, Vol. 1
Nasional XVI Kimia dalam (1): 28 – 41.
Pembangunan. Hal: 733 – 740. Wulandari, D.R., Rudiyanto, B.W.
Fatima, B., M. Usman, T. Ashraf, R. Hapsari dan T.M. Ermayanti. 2017.
Waseem dan M. A. Ali. 2007. In vitro Pertumbuhan Kultur Tunas Tacca
Shoot Regeneration from Cotyledon leontopetaloides pada Tabung Kultur

194
Rudiyanto et al. 2017. Pertumbuhan Kultur Tunas Dahlia sp. pada Media MS …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 184 – 195

Polipropilen Berventilasi. Prosiding sebagai Feed Additive untuk


Seminar Nasional Fakultas Pertanian Meningkatkan Ketahanan Tubuh
Universitas Nasional. Hal: 121 – 133. Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan
Yuliana D. 2016. Prebiotik Inulin Asal Universitas Hasanuddin Makassar.
Umbi Bunga Dahlia (Dahlia spp)

195
PENGARUH FORMULA PUPUK HAYATI TERHADAP
KADAR N-TOTAL, SERAPAN P, DAN PERTUMBUHAN
TANAMAN JAGUNG
Taufiq Bachtiar*, Ania Citraresmini dan Sudono Slamet
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi
Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Jln. Lebak Bulus Raya Pasar Jumat. Kotak Pos 7002. JKSKL. Jakarta. 12070.
Telepon. 021-7690709 ext 226. Fax. 021-7513270.
*E-mail: taufiqb@batan.go.id
Diterima: 17/10/2017 Direvisi: 22/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Penggunaan pupuk hayati untuk meningkatkan tanaman harus terus ditingkatkan untuk
mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jonggol,
Bogor, Jawa Barat dari bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011. Tujuan dari penelitian
ini adalah menguji efektivitas pupuk hayati untuk produksi jagung (Zea mays L.) juga
untuk mengetahui pengaruhnya pada Nitrogen dan P tanaman. Rancangan Acak
Kelompok (RAK) digunakan dalam penelitian ini dengan enam perlakuan dan tiga
ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah: K = kontrol tanpa pupuk kimia dan tanpa
inokulasi; R = pupuk rekomendasi (NPK) tanpa diinokulasi; A = diinokulasi dengan
Azotobacter vinelandii + pupuk 1/2 NPK; B = diinokulasi dengan Bacillus cereus +
1
/2 NPK; C = diinokulasi dengan Bacillus megantherium + 1/2 NPK; dan ABC =
kombinasi dari Azotobacter vinelandii + Bacillus cereus + Bacillus megantherium +
1
/2 NPK. Bahan pembawa berupa gambut telah diradiasi dengan sinar gamma pada dosis
50 kGy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati ABC
memberikan hasil tertinggi terhadap serapan N, serapan P, tinggi tanaman, dan berat
kering tongkol jagung.
Kata kunci: Azotobacter vinelandii, Bacillus cereus, Bacillus megantherium, pelarut
fosfat, penambat nitrogen
THE EFFECT OF FERTILIZER FORMULA ON N-TOTAL, UPTAKE P, AND
CORN PLANT GROWTH
ABSTRACT
The application of biofertilizers on sub-optimal land to improve crops has to be
increased to reduce chemical fertilizers. The study was conducted in District Jonggol
Bogor West Java from October 2010 to March 2011. The objectives of these research
were to test the effectiveness of isolates for corn (Zea mays L.) production and to
investigate the influence of each isolates on total Nitrogen and P uptake for the plant.
Randomized Block Design (RBD) was used in this experiment with six treatments and
three replicates. The Treatment were: K = control without NPK fertilizer and
uninoculated; R = Full chemical fertilizer (NPK) without inoculated; A = inoculated
with Azotobacter vinelandii + 1/2 NPK fertilizer; B = inoculated with Bacillus cereus +
1
/2 NPK fertilizer, C = inoculated with Bacillus megantherium +1/2 NPK fertilizer; and
ABC = combination of A + B + C +1/2 NPK fertilizer. Peat Carrier has been irradiated

196
Bachtiar et al. 2017. Pengaruh Formula Pupuk Hayati terhadap Kadar …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 196 – 203

with gamma rays at a dose of 50 kGy. The result showed that application of ABC gave
the highest results on N, P Uptake, plant height, and dry weight of corn cobs.
Keywords: Azotobacter vinelandii, Bacillus cereus, Bacillus megantherium, nitrogen
fixers, phosphate solubilizer

PENDAHULUAN akar, yang dapat meningkatkan kualitas


pertumbuhan tanaman, baik secara
Fosfor dan nitrogen merupakan unsur- langsung maupun tidak langsung (Ahmad
unsur makro yang menjadi faktor et al., 2008).
pembatas bagi pertumbuhan tanaman.
Tanah-tanah tropis seperti yang terdapat Menurut Hindersah et al. (2001)
di Indonesia banyak mengalami Azotobacter adalah spesies rhizobakteri
keterbatasan dalam penyediaan P dan N yang telah dikenal sebagai agen biologis
karena faktor pencucian, pengikatan oleh pemfiksasi dinitrogen, diazotrof, yang
mineral tanah, dan penguapan bagi mengkonversi dinitrogen ke amonium
tanaman oleh karena itu penambahan melalui reduksi elektron dan protonasi gas
unsur N dan P dalam bentuk pupuk dinitrogen. Untuk menghindari penurunan
anorganik merupakan suatu keharusan kesehatan tanah akibat adanya input bahan
guna meningkatkan produksi tanaman. kimia, diperlukan input biologis berupa
Namun pemberian pupuk P dan N dalam rhizobakteri. Selain Azotobacter, di dalam
bentuk pupuk anorganik pada tanah tanah banyak bakteri yang mempunyai
pertanian seringkali tidak efektif, hal ini kemampuan melepas P dari ikatan Fe, Al,
dikarenakan unsur P yang disediakan Ca dan Mg sehingga P yang tidak tersedia
pupuk anorganik segera diikat oleh Fe, Al, menjadi tersedia bagi tanaman
dan Ca dalam bentuk senyawa sukar larut (Subba-Rao, 1982). Inokulasi secara
sedangkan unsur N merupakan unsur yang bersama-sama antara bakteri penambat N
mudah tercuci dan menguap sehingga akar di udara dengan bakteri pelarut fosfat
tanaman tidak dapat sempat meman- lebih efektif dalam menyediakan unsur
faatkannya. hara secara seimbang bagi tanaman
(Belimov et al., 1995). Pengaruh langsung
Praktek pertanian konvensional yang dari PGPR mengacu pada produksi zat
menuntut hasil yang tinggi dan kualitas pengatur tumbuh seperti indoleacetic acid
yang baik memerlukan penggunaan pupuk (IAA), asam giberelat, sitokinin dan etilen
kimia secara intensif. Hal ini memerlukan (Zahir et al., 2003), menyediakan tanaman
biaya yang mahal dan memiliki efek unsur hara nitrogen (Zhang et al., 1996)
polusi yang tinggi (Orhan et al., 2006). atau pelarutan senyawa fosfor dalam tanah
Salah satu upaya yang dapat dilakukan (de Freitas et al., 1997; Rodríguez dan
untuk menekan pencemaran lingkungan Fraga, 1999) sehingga dapat dimanfaatkan
namun juga dengan tidak mengurangi tanaman.
hasil adalah dengan memanfaatkan
mikroba-mikroba menguntungkan dari Jagung (Zea mays L.) merupakan salah
dalam tanah. Mikroba-mikroba ini dapat satu tanaman tertua dan dibudidayakan di
menghasilkan hormon pemacu pertum- banyak daerah di dunia. Inokulasi jagung
buhan tanaman, menambat nitrogen di dengan bakteri penambat N dan pelarut
udara serta mampu melarutkan P dalam fosfat telah terbukti meningkatkan hasil
tanah. Mikroba pemacu tumbuh (PGPR) panen (Wu et al., 2005; Mehnaz et al.,
adalah kelompok bakteri heterogen yang 2010). Pada saat ini, sejumlah besar
dapat ditemukan dalam rhizosfer, pada spesies bakteri sebagian besar terkait
permukaan akar dan berhubungan dengan dengan rizosfer tanaman temasuk jagung,

197
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

telah diuji dan ditemukan bermanfaat bagi tanaman jagung. Bahan yang digunakan
pertumbuhan tanaman, hasil dan kualitas yaitu isolat A. vinelandii; B. cereus;
panen. Mikroba-mikroba terebut termasuk B. megantherium; (koleksi dari lab.
strain dalam genus Acinetobacter, Kelompok Tanah dan Nutrisi Tanaman
Alcaligenes, Arthrobacter, Azospirillium, PATIR BATAN); SP-36; pupuk dasar
Azotobacter, Bacillus, Beijerinckia, (urea dan KCl); benih jagung (BISI
Burkholderia, Enterobacter, Erwinia, tongbes); medium Nutrien Broth (NB);
Flavobacterium, Rhizobium dan Serratia medium Pikovskaya; larutan garam
(Rodriguez dan Fraga, 1999; Sturz dan fisiologis 0.85%; HNO3 p.a.;
Nowak, 2000; Sudhakar et al., 2000). (NH4)6Mo7O24.4H2O; NH4VO3; standar
induk 100 ppm PO4; HCl; H2SO4; dan
Pemanfaatan mikroba-mikroba tanah Ascorbid Acid.
pada tanaman jagung masih sedikit
dilaporkan, padahal tanaman jagung Rancangan percobaan yang digunakan
merupakan tanaman penghasil karbohidrat adalah Rancangan Acak Kelompok
kedua di Indonesia setelah padi. (RAK) yang terdiri dari enam perlakuan,
Pemanfaatan rhizobakteri dalam produksi yang diulang sebanyak tiga kali, sehingga
pertanian tergantung pada pengetahuan terdapat 18 petak percobaan. Adapun
tentang interaksi bakteri-tanaman dan perlakuan tersebut antara lain:
kemampuan untuk mempertahankan, K= Kontrol, R= NPK, A= A. vinelandii +
1
memanipulasi dan memodifikasi bakteri /2 NPK, B= B. cereus + 1/2 NPK,
menguntungkan dalam kondisi populasi C= B. megantherium + 1/2 NPK, dan
lapangan (Hammer et al., 1999). Aplikasi ABC= (A+B+C) + 1/2 NPK. Pengujian
pupuk hayati penambat N dan pemacu perbedaan antar perlakuan menggunakan
pertumbuhan tanaman seperti Uji Fisher pada taraf kepercayaan 5%,
Azotobacter, Bacillus cereus, atau sedangkan untuk menguji perbedaan nilai
mikroba pelarut fosfat seperti Bacillus rata-rata diuji dengan Uji Jarak Berganda
megantherium yang disertai dengan Duncan pada taraf 5% (Gomez dan
pemupukan anorganik merupakan upaya Gomez, 1995). Tiga isolat (A. vinelandii,
dalam meningkatkan ketersediaan unsur B. cereus dan B. megantherium) masing-
hara N dan P dalam tanah yang masing diremajakan kemudian diinkubasi
diharapkan mampu meningkatkan hasil 7 hari dan dipindahkan ke dalam tabung
produksi tanaman jagung. Penelitian ini yang berisi 5 mL Nutrien Agar miring
bertujuan untuk menguji biakan baru kemudian masing-masing diper-
A. vinelandii, B. cereus, dan banyak dalam erlenmeyer berisi medium
B. megantherium yang efektif serta efisien cair NB 500 mL. Inokulan cair dalam
dalam meningkatkan ketersediaan, erlenmeyer tersebut digojok (shaker)
serapan hara serta hasil produksi tanaman dengan kecepatan 120 rpm selama 3 hari
jagung. (populasi bakteri telah mencapai ±107 -
109 sel per mL) (FNCA Biofertilizer
BAHAN DAN METODE Project Group, 2006).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sebanyak 20 mL inokulan cair dari
Oktober 2010 sampai Maret 2011 di lahan masing-masing isolat, yaitu A. vinelandii
bekas sawah di Kecamatan Jonggol (A), B. Cereus (B), dan B. megaterium (C)
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peralatan disuntikkan ke dalam plastik yang berisi
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu bahan pembawa (carier) berupa gambut
timbangan analitik, pH meter, laminair halus 50 g yang telah disterilisasi dengan
airflow, inkubator, autoclave, saringan menggunakan radiasi gamma dengan
tanah, sentrifus, tabung sentrifus, dan dosis 50 kGy (berat blotong 40 g) (FNCA
peralatan yang digunakan untuk budidaya Biofertilizer Project Group, 2006).

198
Bachtiar et al. 2017. Pengaruh Formula Pupuk Hayati terhadap Kadar …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 196 – 203

Kemasan tersebut masing-masing menjadi diamati meliputi parameter agronomis


inokulan dengan kode A, B, C, dan ABC. tinggi tanaman, berat kering tanaman,
Setelah Inokulan tersebut diinkubasi berat kering tongkol, rata-rata jumlah
selama 5 – 7 hari pada temperatur ruang, tongkol, rata-rata bobot 100 butir, rata-
maka inokulan tersebut siap diino- rata jumlah baris per tongkol, N-total
kulasikan ke tanaman jagung. Penanaman tanaman dengan metode Kjedahl dan
dilakukan di lahan bekas sawah yang telah serapan P tanaman dengan metode
dikeringkan dan dibersihkan dari gulma. kalorimetri.
Setelah bersih dilakukan pengolahan tanah
dilanjutkan dengan cara dicangkul HASIL DAN PEMBAHASAN
sedalam lapisan olah tanah (0 – 30 cm),
N Total Tanaman Jagung
lalu dibuat petakan percobaan dengan
ukuran 4 m x 4 m sebanyak 18 petakan Hasil analisis data statistik menunjuk-
(6 perlakuan x 3 ulangan). Jarak tanam kan bahwa perlakuan pupuk hayati baik
tanaman jagung adalah 75 cm x 30 cm. tunggal maupun multistrain memberikan
Setelah petak percobaan selesai, dibuat efek positif terhadap kadar N-total
saluran drainase yang mengelilingi petak tanaman. Nilai dari N-total yang diberi
percobaan dengan kedalaman 30 cm dan perlakuan pupuk hayati lebih tinggi dari
lebar 50 cm. Adapun analisis tanah awal perlakuan pupuk rekomendasi (Tabel 1).
di Lab Tanah BBSDL (2010) asal jonggol
memiliki presentasi Pasir:Debu:Liat = Tabel 1. Nilai rata-rata kadar N total
18:46:36; pH (H2O) = 5.4; pH KCl = 4.6; tanaman jagung yang diinoku-
Karbon (C) = 1.17%; N total = 0.11%; lasi dengan perlakuan pupuk
C/N=11; P2O5 potensial = 71 mg per 100 hayati.
g; K2O potensial 14 mg per 100 g; P2O5 Kadar
tersedia = 19.4 ppm; K2O tersedia = 59 N-Total
Perlakuan
ppm; Kapasitas Tukar Kation (KTK) = Tanaman
19.49. (%)
K = kontrol 3,27 a
Sebelum ditanam benih terlebih dahulu R = rekomendasi NPK 3,31 b
direndam dalam air dan masing-masing A = A. Vinelandii + ½ 3,32 c
lubang tanam ditanami 3 benih jagung rekomendasi NPK
manis BISI yang kemudian diberi B = B. cereus + ½ 3,39 d
inokulan dengan kode A, B, C, ABC, rekomendasi NPK
kecuali K= Kontrol dan R= rekomendasi. C = B. megantherium + ½ 3,41 e
Inokulan diberikan sesuai dengan rekomendasi NPK
perlakuan yang telah ditentukan dengan ABC = A. Vinelandii + B. 4,02 f
cara menyelimuti biji jagung dengan cereus + B.
inokulan yang telah diberi campuran Megantherium + ½
perekat. Pemupukan pupuk dasar rekomendasi NPK
rekomendasi diberikan bersamaan dengan
Keterangan: Huruf yang berbeda pada
waktu tanam sedangkan inokulan
kolom yang sama berbeda
diberikan setelah tanaman jagung berumur
nyata (P = 0.05).
7 hari setelah tanam. Pemupukan KCl dan
SP-36 diberikan bersamaan dengan waktu Telah diungkapkan dalam banyak
tanam dengan dosis 100 kg/ha K2O dan penelitian bahwa inokulasi bakteri pemacu
100 kg/ha P2O5. Pupuk urea diberikan 2 pertumbuhan tanaman (PGPR) dapat
kali dengan dosis 300 kg/ha Urea yaitu meningkatkan hasil tanaman, serapan N
1
/3 bagian pada waktu tanam dan 2/3 dan sejumlah elemen pertumbuhan
bagian lagi pada waktu jagung berumur 35 lainnya (Sheng dan He, 2006; Glick et al.,
hari setelah tanam (HST). Parameter yang

199
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

2007). Pertumbuhan akar yang baik sesuai dengan penelitian Wu et al. (2005)
menyebabkan pengambilan unsur hara yang melaporkan bahwa inokulum
yang terikat pada koloid tanah menjadi B. megaterium dan B. mucilaginous tidak
lebih optimal sehingga pada akhirnya hanya meningkatkan pertumbuhan
akan meningkatkan kadar nitrogen total tanaman jagung, tetapi juga meningkatkan
pada jaringan tanaman. asimilasi hara tanaman P. Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Amer et al. (2010)
Serapan P tanaman Jagung dalam penelitiannya yag menyatakan
bahwa serapan P Phaseolus vulgaris L.
Menurut hasil statistik terlihat bahwa
yang diinokulasi dengan B. subtilis dan P.
pemberian pupuk hayati multistrain
fluorescens meningkat sekitar 97% jika
disertai dengan pupuk 1/2 rekomendasi
dibandingkan dengan kontrol. Selain
memberikan pengaruh yang nyata bila
memacu pertumbuhan melalui produksi
dibandingkan dengan kontrol (Gambar 1).
hormon kemampuan bakteri dalam
Peningkatan serapan P total tanaman
melarutkan fosfat juga diduga menjadi
55.26 % dari kontrol dan 6.22% dari
penyebab meningkatnya serapan P pada
pemberian pupuk rekomendasi. Hal ini
tanaman.

Gambar 1. Grafik batang serapan P tanaman akibat pemberian pupuk hayati. Grafik
batang yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji Duncan pada taraf kepercayaan α = 5 %.

Pertumbuhan Tanaman penuh (R) pengaruhnya tidak berbeda


nyata. Peningkatan terhadap tinggi
Hasil analisis data statistik tinggi tanaman yang paling besar diperoleh oleh
tanaman menunjukan bahwa perlakuan perlakuan pupuk hayati multistrain (ABC)
inokulasi pupuk hayati single strain yaitu sebanyak 14.33%. respon
maupun multi-strain yang disertai dengan peningkatan ini diduga berkaitan dengan
penambahan 1/2 pupuk rekomendasi dihasilkannya faktor tumbuh oleh bakteri
berbeda nyata dalam meningkatkan tinggi A. vinelandii. Egamberdiyeva (2007),
tanaman bila dibandingkan dengan melaporkan bahwa IAA dan enzim
kontrol, sedangkan apabila dibandingkan nitrogenase yang dihasilkan dari
dengan perlakuan pupuk rekomendasi mikroorganisme terbukti meningkatkan

200
Bachtiar et al. 2017. Pengaruh Formula Pupuk Hayati terhadap Kadar …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 196 – 203

bobot kering dan pengambilan hara 86.02%, B. megantherium (C) 116.75%


tanaman jagung. dan Multistrain (ABC) 122.58%.
Pemberian inokulan mikroba berpengaruh
Pada Tabel 2, terlihat bahwa berat secara nyata dalam meningkatkan berat
kering tanaman (BKT) yang paling besar kering tongkol tanaman jagung (BKTG).
diperoleh oleh perlakuan pupuk reko- Perlakuan inokulan A mampu mening-
mendasi dengan berat 953.33 g/m2 atau katkan berat kering tongkol jagung
meningkat 148.37% dari kontrol, namun sebesar 5.78%, sedangkan perlakuan
perlakuan A, B, C, dan multistrain ABC inokulan B mampu meningkatkan sebesar
juga menunjukan hasil yang berbeda nyata 39.76% dan perlakuan C mampu
bila dibandingkan dengan kontrol. meningkatkan sebesar 58.03% bila
Perlakuan A. vinelandii (A) memberikan dibandingkan dengan kontrol. Berat
pengaruh yang signifikan yaitu meningkat kering tongkol jagung (BKTG) tertinggi
70.64% bila dibandingkan dengan kontrol diperoleh oleh perlakuan pemberian
(K), namun nilainya lebih rendah jika pupuk hayati multistrain (ABC) yaitu
dibandingkan perlakuan B. cereus (B) 720 g/m2 atau meningkat 83.52%.

Tabel 2. Nilai rata-rata Tinggi Tanaman (TT), Berat kering tanaman (BKT), dan berat
kering tongkol (BKTG) tanaman jagung yang diinokulasi dengan perlakuan
pupuk hayati.
TT BKT BKTG
Perlakuan 2
(cm) (g/m ) (g/m2)
K = kontrol 161,61 a 383,83 a 392,33 a
R = rekomendasi NPK 181,19 b 953,33 c 583,33 cd
A = A. Vinelandii + ½ rekomendasi NPK 181,19 b 654,99 b 415,00 ab
B = B. cereus + ½ rekomendasi NPK 180,79 b 714,00 bc 548,33 bc
C = B. megantherium + ½ rekomendasi NPK 183,34 b 831,95 bc 620,00 cd
ABC = A. Vinelandii + B. cereus +
185,24 b 854,33 bc 720,00 d
B. megantherium + ½ rekomendasi NPK
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P = 0.05).
Meningkatnya berat kering tanaman berat kering tongkol jagung (BKTG) pun
(BKT) dan berat kering tongkol jagung meningkat.
(BKTG) diduga karena tersedianya hara
dan kehadiran mikroorganisme, N yang Hasil analisis data statistik pada
ditambat oleh bakteri segera dimanfaatkan Tabel 3. menunjukan bahwa semua
tanaman dan secara tidak langsung perlakuan memberikan pengaruh yang
merangsang pertumbuhan akar. Akar yang berbeda nyata dalam meningkatkan
menembus tanah pada bagian tudung akar jumlah tongkol bila dibandingkan dengan
akan mengeluarkan polisakarida yang kontrol, sedangkan apabila dibandingkan
berfungsi untuk melumasi akar (Salisbury antara sesama perlakuan dengan perlakuan
dan Ross, 1995) dan sumber energi bagi pupuk rekomendasi penuh (R)
mikroorganisme untuk memperbanyak pengaruhnya tidak berbeda nyata.
diri dan menghasilkan hormon tumbuh Pengaruh perlakuan juga memberikan
(Hindersah, 2001). Akar yang terus dampak yang positif terhadap bobot
memanjang akan menyerap unsur-unsur 100 butir jagung bila dibandingkan
hara di dalam tanah dan meneruskannya dengan kontrol, kecuali pada perlakuan A
untuk pertumbuhan tanaman jagung yang hasilnya tidak berpengaruh nyata.
sehingga berat tanaman jagung (BKT) dan Pengaruh pemberian pupuk hayati juga
diperlihatkan pada parameter jumlah baris

201
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

per tongkol. Perlakuan ABC memberikan rhizobacteria terbukti efisien digunakan


nilai yang paling tinggi pada rata-rata untuk meningkatkan pertumbuhan dan
baris per tongkol yaitu sebanyak 14.26 hasil biji tanaman jagung, meningkatkan
baris per tongkol. Yazdani et al. (2009) ketersediaan hara N, dan mengurangi
melaporkan bahwa inokulasi bakteri kehilangan N karena pencucian.

Tabel 3. Nilai hasil rata-rata jumlah tongkol (JT), bobot 100 butir (B100), dan jumlah
baris per tongkol (JBT) tanaman jagung yang diinokulasi dengan perlakuan
pupuk hayati.
B100
Perlakuan JT (g per 100 JBT
butir)
K = kontrol 11,71 a 7,25 a 13,43 ab
R = rekomendasi NPK 13,39 b 12,87 c 13,02 ab
A = A. Vinelandii + ½ rekomendasi NPK 13,05 b 9,96 a 12,24 a
B = B. cereus + ½ rekomendasi NPK 13,25 b 10,24 b 14,09 b
C = B. megantherium + ½ rekomendasi NPK 13,44 b 10,57 b 13,97 b
ABC = A. Vinelandii + B. cereus + 13,54 b 10,40 b 14,24 b
B. megantherium + ½ rekomendasi NPK
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P = 0.05).

KESIMPULAN Disease of Beans (Phaseolus vulgaris


L.). Alex. Sci. Exch. J., Vol. 30 (4):
Dari hasil penelitian dapat diketahui 334 – 339.
bahwa pupuk hayati multistrain dengan Belimov, A.A., A.P. Kojemiakov dan
formula ABC disertai dengan penambahan C.V. Chuvarliyeva. 1995. Interaction
pupuk 1/2 rekomendasi dapat mening- Between Barley and Mixed Cultures of
katkan N total sebesar 22.93%, serapan P Nitrogen Fixing and Phosphate-
sebesar 55.26%, tinggi tanaman sebesar Solubilizing Bacteria. Plant Soil,
14.62%, berat kering tanaman sebesar Vol. 173 (1): 29 – 37.
122.58%, dan berat kering tongkol sebesar de Freitas, J.R., M.R. Banerjee dan J.J.
83.52% bila dibandingkan dengan Germida. 1997. Phosphate-solubilizing
kontrol. Pemberian pupuk hayati Rhizobacteria Enhance the Growth and
multistrain mampu menurunkan Yield but Not Phosphorus Uptake of
penggunaan pupuk kimia rekomendasi Canola (Brassica napus L.). Biology
dan hasilnya lebih tinggi jika and Fertility of Soils, Vol. 24 (4): 358 –
dibandingkan dengan pemberian pupuk 364.
hayati single strain. Egamberdiyeva, D. 2007. The Effect of
PGPR on Growth and Nutrient Uptake
DAFTAR PUSTAKA
of Maize in Two Different Soils.
Ahmad, F., I. Ahmad, dan M.S. Khan. Applied Soil Ecology, Vol. 36 (1): 184
2008. Screening of Free-Living – 189. 10.1016/j.apsoil.2007.02.005.
Rhizospheric Bacteria for Their FNCA Biofertilizer Project Group. 2006.
Multiple Plant Growth Promoting Biofertilizer manual. Published by
Activities. Microbiol. Res., Vol. 163 Japan Atomic Industrial Forum. Tokyo.
(2): 173 – 181. Japan.
Amer, M.A., I.I.A. Abou El Seoud, M.R. Glick, B.R., B. Todorovic, J. Czarny, Z.
Rasmy dan M. Manar. 2010. Biological Cheng, J. Duan, dan B. McConkey.
Control of Sclerotinia sclerotiorum, the 2007. Promotion of Plant Growth by
Sasual Agent of White Basal Rot Bacterial ACC Deaminase. Journal

202
Bachtiar et al. 2017. Pengaruh Formula Pupuk Hayati terhadap Kadar …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 196 – 203

Critical Reviews in Plant Sciences, Sturz, A.V. dan J. Nowak. 2000.


Vol. 26 (5-6): 227 – 242. Endophytic Communities of
Gomez K.A., dan Gomez, A.A. 1995. Rhizobacteria and the Strategies
Prosedur Statistik Untuk Penelitian Required to Create Yield Enhancing
Pertanian. Penerbit Universitas Associations with Crops. Applied Soil
Indonesia. Jakarta. Ecology., Vol. 15 (1): 183 – 190.
Hammer, K.A., C.F. Carson dan T.V. Subba-Rao, N.S. 1982. Advanced of
Riley. 1999. Antimicrobial Activity of Agricultural Microbiology. Oxford and
Essential Oils and Other Plant IBH Publishing co. New Delhi. India.
Extracts. J. Appl. Microbiol., Vol. 86 Sudhakar, P., G.N. Chattopadhyay, S.K.
(6): 985 – 990. Gangwar dan J.K. Ghosh. 2000. Effect
Hindersah, R., M.R. Setiawati dan B.N. of Foliar Application of Azotobacter,
Fitriatin. 2001. Kontribusi Azotobacter Azospirillum and Beijerinckia on Leaf
chroococcum dalam Pertumbuhan Yield and Quality of Mulberry (Morus
Kecambah Jagung. Universitas alba). The Journal of Agricultural
Padjadjaran. Bandung. Science, 134: 227 – 234.
Mehnaz, S., T. Kowalik, B. Reynolds, dan 10.1017/S0021859699007376.
G. Lazarovitz. 2010. Growth Wu, S.C., Z.H. Cao, Z.G. Li, K.C.
Promoting Effects of Corn (Zea mays) Cheung, dan M.H. Wong. 2005. Effects
Bacterial Isolates Under Greenhouse of Biofertilizer Containing N-fixer, P
and Field Conditions. Soil Biol. and K Solubilizers and AM Fungi on
Biochem., 42: 1848 – 1856. Maize Growth: a Greenhouse Trial.
Orhan, E., A. Esitken, S. Ercisli, Geoderma, 125: 155 – 166.
M. Turan, dan F. Sahin. 2006. Effects Yazdani, M. A. Bahmanyar, H. Pirdashti
of Plant Growth Promoting dan M.A. Esmaili. 2009. Effect of
Rhizobacteria (PGPR) on Yield, Phosphate Solubilization Micro-
Growth and Nutrient Contents in organisms (PSM) and Plant Growth
Organically Growing Raspberry. Promoting Rhizobacteria (PGPR) on
Scientia Horticulturae, Vol. 111 (1): 38 Yield and Yield Components of Corn
– 43. (Zea mays L.). Proceedings of World
Rodriguez, H. dan R. Fraga. 1999. Academy of Science, Engineerring and
Phosphate Solubilizing Bacteria and Technology, Vol. 3 (7): 90 – 92.
Their Role in Plant Growth Promotion. Zahir, Z., M. Arshad dan W.T.
Biotechnol. Adv., Vol. 17 (4-5): 319 – Frankenberger. 2003. Plant Growth
339. Promoting Rhizobacteria: Applications
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. and Perspectives In Agriculture.
Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga. ITB. Advances in Agronomy, Vol. 81: 97-
Bandung. 168. 10.1016/S0065-2113(03)81003-9.
Sheng, X.F. dan L.Y. He. 2006. Zhang, F., N. Dashti, R.K. Hynes dan
Solubilization of Potassium-bearing D.L. Smith. 1996. Plant Growth
Minerals by a Wildtype Strain of Promoting Rhizobacteria and Soybean
Bacillus edaphicus and its Mutants and [Glycine max (L.) Merr.] Nodulation
Increased Potassium Uptake by Wheat. and Nitrogen Fixation at Suboptimal
Can. J. Microbiol., Vol. 52 (1): 66 – 72. Root Zone Temperatures. Annals of
Botany, Vol. 77 (5): 453 – 460.

203
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI
VARIETAS GROBOGAN DENGAN PENAMBAHAN
PUPUK ORGANIK CAIR DAN PENGURANGAN
DOSIS PUPUK ANORGANIK
Amelinda Puspitasari* dan Elfarisna
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammdiyah Jakarta
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan 154193
*E-mail: amelinda228@gmail.com
Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 24/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia.
Kedelai memiliki banyak produk-produk olahan yang menjadi kebutuhan sehari-hari
masyarakat seperti tempe, tahu, kecap, dan tauco. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui respon pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dengan
penambahan pupuk organik cair (POC). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2016 - Maret 2017 di kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Jakarta, menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan lima perlakuan: P0 (pupuk anorganik 100%); P1 (Multitonik®
50 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%); P2 (Multitonik® 100 ml/tanaman + pupuk
anorganik 50%); P3 (Multitonik® 150 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%); dan P4
(Multitonik® 200 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%). Pupuk cair organik cair yang
digunakan adalah Multitonik®, sedangkan dosis pupuk anorganik yang digunakan
yaitu: Urea 0,38 g/tanaman; SP36 0,5 g/tanaman; dan KCl 0,5 g/tanaman. Parameter
yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah polong per
tanaman, persentase polong bernas, berat kering biji dan berat 100 biji. Hasil penelitian
ini menunjukkan penggunaan pupuk anorganik 100% tanpa penambahan pupuk organik
cair memberikan hasil tercepat pada umur berbunga. Penggunaan dosis pupuk organik
cair 150 ml + pupuk anorganik 50% memberikan nilai tertinggi untuk tinggi tanaman,
jumlah polong dan berat 100 biji, sedangkan untuk penambahan dosis pupuk organik
cair 200 ml + pupuk anorganik 50% memberikan nilai tertinggi untuk jumlah cabang,
persentase polong bernas dan berat kering biji. Penggunaan dosis pupuk organik cair
150 ml + pupuk anorganik 50% dinyatakan sebagai perlakuan terbaik untuk tanaman
kedelai.
Kata kunci: Kedelai Grobogan, pupuk organik cair

RESPONSE OF GROWTH AND PRODUCTION OF SOYBEAN GROBOGAN


VARIETY WITH ADDITION OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER AND
DOSAGE REDUCTION OF INORGANIC FERTILIZER
ABSTRACT
Soybean (Glycine max L.) is one of the main food commodities in Indonesia. Soybean
has many processed to be many products that become the daily needs of the
community such as tempe, tofu, soy sauce, and tauco. This study aims to determine
response of the growth and production of soybean Grobogan varieties with the addition
of liquid organic fertilizer. This research was conducted in December 2016 until March

204
Puspitasari dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 204 – 212

2017 in experimental field of Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah


Jakarta, using Randomized Complete Block Design (RCBD) with five treatments. P0
(100% inorganic fertilizer); P1 (50 ml/plant Multitonik® + 50% inorganic fertilizer);
P2 (100 ml/plant Multitonik®+ 50% inorganic fertilizer); P3 (150 ml/plant
Multitonik® + 50% inorganic fertilizer); and P4 (200 ml/plant Multitonik® + 50%
inorganic fertilizer). Liquid organic fertilizer used was Multitonik® and the dose of
inorganic fertilizer used were 0,38 g/plant Urea; 0,5 g/plant SP36; and 0,5 g/plant KCl.
The parameters observed were plant height, number of branches, flowering age,
number of pods per plant, percentage of pods, dry weight of seed and weight of 100
seeds. The results of this study showed that the use of inorganic fertilizer 100% without
the addition of liquid organic fertilizer gives fast results at flowering age. Addition of
150 ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer have highest values for
plant height, number of pods and weight 100 seeds. Whereas for addition of 200
ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer give highest value for the
number of branches, the percentage of pods and dry weight of seeds. The
Addition of 150 ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer was
expressed as the best treatment for soybean crop.
Keywords: Liquid organic fertilizer, soybean Grobogan

PENDAHULUAN produksi utama yang mempengaruhi hasil


tanaman, karena peranannya yang besar
Kedelai (Glycine max L.) merupakan tersebut pemakaian pupuk di Indonesia
salah satu komoditas pangan utama di pada dekade terakhir ini meningkat secara
Indonesia. Kedelai memiliki banyak pesat. Namun penggunaan pupuk kimia
produk-produk olahan yang menjadi dalam relatif waktu lama dapat meng-
kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti akibatkan tanah akan menjadi cepat
tempe, tahu, kecap, dan tauco. Bahan mengeras, kurang mampu menyimpan air
pangan tersebut mengandung gizi dan dan cepat menjadi asam yang pada
harganya terjangkau oleh masyarakat. akhirnya akan menurunkan produktivitas
Hasil penelitian di berbagai bidang tanaman. Oleh karena itu, pemberian
kesehatan telah membuktikan bahwa pupuk organik perlu dikembangkan dan
konsumsi produk kedelai berperan penting ditingkatkan, dalam hal ini adalah
dalam menurunkan resiko terkena penggunaan pupuk organik cair dapat
penyakit degeneratif yang disebabkan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
adanya zat isoflavon dalam kedelai tanah, membantu meningkatkan kuantitas
(Koswara, 2006). Data dari Badan Pusat dan kualitas produksi tanaman, mengu-
Statistik (2016) produksi kedelai rangi penggunaan pupuk anorganik dan
Indonesia tahun 2015 sebesar 998.870 ton. sebagai alternatif pengganti pupuk
kandang (Parman, 2007) dan satu hal yang
Kebutuhan akan kedelai terus
sangat penting bahwa pupuk organik tidak
meningkat sejalan dengan meningkatnya
mencemari lingkungan (Hardjowigeno,
jumlah penduduk Indonesia dan jenis
2007). Salah satu cara usaha peningkatan
olahan dari kedelai. Untuk memenuhi
produksi yaitu dengan perbaikan teknik
kebutuhan kedelai tersebut para pelaku
budidaya seperti penggunaan pupuk
pertanian menggunakan pupuk kimia
organik cair yang tepat.
dengan dosis besar dengan harapan agar
produksi kedelai meningkat. Hal ini Pupuk organik cair (POC) adalah
senada dengan penyataan Hasyim dan larutan dari hasil pembusukan bahan-
Danapriatna (2011), pupuk adalah sarana bahan organik yang berasal dari sisa

205
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

tanaman, kotoran hewan dan manusia Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas


yang kandungan unsur haranya lebih dari Muhammadiyah Jakarta. Lokasi penelitian
satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik berada pada ketinggian ±25 m di atas
ini adalah mampu mengatasi defisiensi permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah
hara secara cepat, tidak bermasalah dalam Latosol.
pencucian hara, dan juga mampu
menyediakan hara secara cepat. Jika Bahan yang digunakan adalah benih
dibandingkan dengan pupuk anorganik, kacang kedelai varietas Grobogan, POC
POC umumnya tidak merusak tanah dan Multitonik®, pestisida organik Provibio®,
tanaman meskipun sudah digunakan insektisida Decis®, pupuk kandang ayam
sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini 1.500 kg/ha (Elfarisna, 2013), Urea
juga memiliki bahan pengikat sehingga 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, dan KCl
larutan pupuk yang diberikan ke 100 kg/ha. Alat yang digunakan adalah
permukaan tanah bisa langsung polybag ukuran (40 cm x 40 cm),
dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, timbangan analitik, bambu, cangkul,
2012). penggaris, alat tulis, kamera, label, plastik,
sprayer, gembor dan selang.
Pupuk cair merupakan zat penyubur
tanaman yang berasal dari bahan-bahan Rancangan yang digunakan dalam
organik dan berwujud cair selain penelitian ini adalah Rancangan Acak
berfungsi sebagai pupuk, pupuk cair juga Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan
dimanfaatkan sebagai aktivator untuk pupuk yaitu: P0 (pupuk anorganik 100%);
membuat kompos (Lingga dan Marsono, P1 (Multitonik® 50 ml + pupuk anorganik
2003). POC Multitonik® memiliki 50%); P2 (Multitonik® 100 ml + pupuk
kandungan Makro N 9,16 %; P2O5 1,03%; anorganik 50%); P3 (Multitonik® 150 ml
K2O 4,75%; Mikro Fe 0,01%; Zn 6,84 + pupuk anorganik 50%); dan P4
ppm; B; Mn 11,38 ppm; Cu 1,19 ppm; B (Multitonik® 200 ml + pupuk anorganik
< 1,00 ppm; Co 1,14 ppm; Mo < 1,00 50%). Setiap perlakuan diulang lima kali
ppm; mikroba patogen E. coli dan sehingga terdapat dua puluh lima satuan
Salmonella sp. (tertera pada kemasan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri
produk). dari tiga tanaman, sehingga jumlah
seluruh tanaman yang diamati sebanyak
Berdasarkan beberapa alasan di atas 75 tanaman. Uji lanjut pada penelitian ini
maka perlu ditingkatkan dan dikem- menggunakan uji BNJ taraf 5%.
bangkan pemupukan dengan meng-
gunakan bahan organik sebagai salah satu Media tanam yang dipakai adalah tanah
sumber unsur hara untuk tanaman. lahan percobaan Fakultas Pertanian yang
Penelitian ini mencoba menggunakan telah digemburkan terlebih dahulu,
POC Multitonik® dengan dosis yang kemudian tanah dimasukan kedalam
berbeda untuk melihat dosis manakah polybag dan ditimbang sebanyak 10 kg.
yang lebih baik pengaruhnya terhadap Setelah itu diberikan pupuk kandang ayam
pertumbuhan dan produksi tanaman 7,5 g per polybag (Elfarisna, 2013) dan
kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk diaduk sampai rata.
mengetahui respon pertumbuhan dan
Pupuk cair organik cair yang
produksi kedelai varietas Grobogan
digunakan adalah Multitonik® yang
dengan penambahan POC.
diberikan seminggu satu kali dengan
METODE PENELITIAN konsentrasi 3 ml/l air mulai dari tanaman
berumur 1 MST sampai panen dengan
Penelitian dilaksanakan pada bulan dosis sesuai perlakuan. Pupuk anorganik
Desember 2016 – Maret 2017 di Kebun diberikan pada saat penanaman dengan

206
Puspitasari dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 204 – 212

dosis rekomendasi Urea 75 kg/ha perlakuan lainnya, tetapi tidak berbeda


(0,38 g per tanaman); SP36 100 kg/ha nyata terhadap semua perlakuan (Tabel 1).
(0,5 g per tanaman); dan KCl 100 kg/ha
(0,5 g per tanaman) (BKPPPA, 2009). Hal tersebut membuktikan bahwa
Pemanenan dilakukan apabila sudah kandungan unsur hara yang terkandung
menunjukan ciri-ciri fisik yaitu: daun dalam POC Multitonik® dapat bekerja
sudah mulai menguning dan mulai dengan baik pada dosis POC Multitonik®
berguguran, pembungkus polong sudah 150 ml + pupuk anorganik 50% dengan
berwarna kecoklatan dan polong sudah jelas mampu menyediakan unsur hara
terisi penuh. yang baik khususnya nitrogen dalam
pertumbuhan tinggi tanaman. Didukung
HASIL DAN PEMBAHASAN oleh penjelasan Dhani et al. (2014),
menambahkan bahwa unsur nitrogen
Tinggi Tanaman sangat dibutuhkan tanaman untuk sintesa
asam-asam amino dan protein, terutama
Pemberian POC tidak berpengaruh
pada titik-titik tumbuh tanaman sehingga
nyata terhadap tinggi tanaman. Pada umur
mempercepat proses pertumbuhan
2 – 6 MST tinggi tanaman dengan dosis
tanaman seperti pembelahan sel dan
Multitonik® 150 ml + pupuk anorganik
perpanjangan sel sehingga meningkatkan
50% memiliki hasil yang tinggi
tinggi tanaman.
(52,51 cm) dibandingkan dengan

Tabel 1. Tinggi Tanaman Kedelai Umur 2 – 6 MST


Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
Pupuk anorganik 100% 13,24a 21,84a 34,36a 43,52a 46,64a
POC 50 ml + P. anorganik 50% 13,57a 23,34a 36,51a 45,86a 48,54a
POC 100 ml + P. anorganik 50% 13,82a 23,87a 36,44a 46,81a 48,01a
POC 150 ml + P. anorganik 50% 13,97a 24,20a 39,20a 49,55a 52,51a
POC 200 ml + P. anorganik 50% 13,75a 23,60a 36,82a 47,69a 49,81a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.

Jumlah Cabang diserap dan dimanfaatkan oleh tanaman


untuk proses pertumbuhan vegetatif.
Pengamatan jumlah cabang dilakukan Pengaruh peningkatan jumlah cabang ini
pada saat tanaman kedelai berumur 4 – kemungkinan berhubungan dengan suplai
7 MST. Respon penambahan dosis POC unsur hara ke tanaman dan penambatan
Multitonik® tidak berpengaruh nyata nitrogen di udara melalui bintil akar.
terhadap jumlah cabang pada umur 4 – Ketersediaan nitrogen yang terdapat
7 MST. Perlakuan dosis Multitonik® dalam POC cukup mempengaruhi jumlah
200 ml + pupuk anorganik 50% tidak cabang tanaman kedelai. Nitrogen
berbeda nyata dengan semua perlakuan. berperan aktif pada saat pertumbuhan
Pada umur 7 MST perlakuan dosis POC vegetatif. Sependapat dengan pernyataan
Multitonik® 200 ml + pupuk anorganik Nasaruddin dan Rosmawati (2010)
50% memiliki jumlah cabang yang pemberian pupuk dengan kadar nitrogen
banyak (5,07 cabang) tidak berbeda nyata yang tinggi dapat mempercepat
dengan perlakuan lainnya (Tabel 2). pertumbuhan dan perkembangan organ
tanaman sehingga lebih cepat mengalami
Pemakaian dosis POC Multitonik®
pertambahan jumlah daun, tinggi tanaman
200 ml + pupuk anorganik 50% semakin
dan pertumbuhan cabang.
banyak unsur hara nitrogen yang dapat

207
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 2. Jumlah Cabang Kedelai Umur 4 – 7 MST


Jumlah Cabang
Perlakuan
4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Pupuk anorganik 100% 1,73 a 2,27 a 3,60 a 4,00 a
POC 50 ml + P. anorganik 50% 1,87 a 2,67 a 3,80 a 4,53 a
POC 100 ml + P. anorganik 50% 1,73 a 2,67 a 4,07 a 4,60 a
POC 150 ml + P. anorganik 50% 1,87 a 2,53 a 4,07 a 4,73 a
POC 200 ml + P. anorganik 50% 1,93 a 2,80 a 4,20 a 5,07 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.

Umur Berbunga proses pembungaan. Diperkuat dengan


pernyataan Sutedjo (2008) pembentukan
Pengamatan umur berbunga diamati bunga memerlukan unsur P dan K yang
pada saat bunga pertama kali muncul pada cukup, karena pada bunga calon buah
masing-masing sampel. Respon penam- berada dan dalam pembentukan bunga dan
bahan dosis POC Multitonik® tidak buah yang maksimal dibutuhkan unsur P
berpengaruh nyata terhadap umur dan K yang cukup. Menurut Nopiani
berbunga tanaman kedelai. Perlakuan (1995) cit. Fahmi (2016) dalam proses
penggunaan pupuk anorganik 100% pembuahan unsur nitrogen tidak terlalu
(kontrol) memiliki nilai umur berbunga dibutuhkan, sedangkan fosfor dan kalium
paling cepat 29,33 hari setelah tanam merupakan salah satu dari sekian unsur
(HST) tetapi tidak berbeda nyata dengan hara yang diperlukan dalam pertumbuhan
perlakuan lainnya (Tabel 3). generatif.
Tabel 3. Umur Berbunga Tanaman Jumlah Polong dan Persentase Polong
Kedelai Bernas
Umur
Perlakuan Berbunga Pengamatan jumlah polong dilakukan
(HST) dengan cara menghitung banyak polong
Pupuk anorganik 100% 29,33 a dari masing-masing sampel pada saat
POC 50 ml + P. anorganik 50% 29,60 a panen (10 MST). Respon penambahan
POC 100 ml + P. anorganik 50% 29,53 a dosis POC Multitonik® berpengaruh
POC 150 ml + P. anorganik 50% 29,67 a nyata terhadap banyaknya jumlah polong
POC 200 ml + P. anorganik 50% 29,40 a tanaman kedelai.
Keterangan: Angka-angka yang diikuti
huruf yang sama pada kolom Jumlah polong yang banyak
yang sama tidak berbeda ditunjukkan oleh perlakuan dosis POC
nyata berdasarkan uji BNJ Multitonik® 150 ml + pupuk anorganik
pada taraf 5%. 50% dengan jumlah polong
(66,87 polong), tidak berbeda nyata
Untuk tanaman dapat memasuki fase dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). Hal
generatif khususnya berbunga, tanaman ini diduga karena ketersediaan akan unsur
harus memiliki ketersediaan unsur hara hara untuk pertumbuhan tanaman kedelai
yaitu fosfor dan kalium dengan cukup. sudah cukup dan seimbang. Menurut
Salah satu yang berperan dalam pem- Zahrah (2011) dalam pemupukan tanaman
bungaan adalah unsur fosfor, seperti yang akan lebih baik bila menggunakan jenis
dikemukakan oleh Lingga dan Marsono pupuk, dosis, cara, dan waktu pemberian
(2002) bahwa unsur P sangat diperlukan yang tepat. Kekurangan atau kelebihan
dalam proses asimilasi, respirasi dan unsur hara termasuk N, P, dan K akan
sangat dibutuhkan untuk perkembangan berpengaruh tidak baik terhadap
generatif tanaman yaitu mempercepat

208
Puspitasari dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 204 – 212

pertumbuhan dan produksi. Penambahan (terutama dimana suhu rendah). Kalium


pupuk organik cair dalam penelitian ini meningkatkan jumlah polong per
sangat melengkapi kebutuhan unsur hara tanaman, persentase polong isi, dan bobot
tanaman dengan dosis unsur hara 100 butir. K meningkatkan toleransi
anorganik 50%. Hal ini sependapat tanaman kedelai terhadap kondisi iklim
dengan pendapat Parnata (2004) yang merugikan dan serangan hama dan
kandungan unsur hara dalam pupuk penyakit. Selain itu pemberian POC yang
organik cair termasuk kompleks karena dilakukan dengan cara memberikan
terdiri dari mineral lengkap. langsung ke akar, dapat langsung diserap
dengan mudah oleh tanaman.
Tabel 4. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Kedelai Varietas Berat Kering Biji, Konversi per Hektar
Grobogan dengan Penam- dan Berat 100 Biji
bahan Pupuk Organik Cair
(POC) terhadap Jumlah Pengamatan berat kering biji dengan
Polong dan Persentase menimbang biji yang sudah dikeringkan
Polong Bernas terlebih dahulu menggunakan sinar
Persentase matahari selama 4 hari karena dalam 4
Jumlah hari polong sudah dalam keadaan kering.
Perlakuan Polong
Polong
Bernas (%) Perlakuan dosis POC Multitonik® 200 ml
Pupuk anorganik 100% 54,27 a 90,99 a + pupuk anorganik 50% memiliki nilai
POC 50 ml + berat biji paling banyak (37,14 g)
56,33 a 94,26 a
P. anorganik 50% dibandingkan dengan perlakuan lainnya,
POC 100 ml + tetapi tidak berbeda nyata terhadap semua
58,80 a 92,81 a
P. anorganik 50% perlakuan (Tabel 5). Hal ini diduga karena
POC 150 ml + peran pupuk fosfor dan kalium yang
66,87 a 94,39 a
P. anorganik 50% terdapat dalam pupuk organik cair
POC 200 ml + Multitonik® dapat mensuplai unsur hara
66,47 a 96,51 a
P. anorganik 50% ke tanaman kedelai sampai fase generatif
Keterangan: Angka-angka yang diikuti (pembentukan polong). Hal ini senada
huruf yang sama pada dengan pendapat Sutedjo (2008) fosfor
kolom yang sama tidak merupakan bagian dari protoplasma dan
berbeda nyata berdasarkan inti sel, dapat menumbuhkan akar semai,
uji BNJ pada taraf 5%. mempercepat serta memperkuat pertum-
buhan tanaman muda menjadi tanaman
Pengamatan persentase polong bernas
dewasa dan mempercepat pemasakan
dilakukan setelah panen (10 MST),
benih, biji, gabah dan dapat meningkatkan
dengan mengitung jumlah polong bernas
produksi biji-bijian.
dibagi jumlah polong total. Perlakuan
dosis POC Multitonik® 200 ml + pupuk Pada parameter pengamatan berat biji
anorganik 50% memiliki jumlah polong kering, perlakuan penambahan dosis POC
bernas paling banyak (96,51 %) Multitonik® 200 ml + pupuk anorganik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya, 50% mendapatkan hasil berat biji paling
tetapi tidak berbeda nyata terhadap semua berat dibandingkan dengan perlakuan lain,
perlakuan (Tabel 4). Hal ini disebabkan akan tetapi hasil tersebut tidak berbeda
kecukupan unsur hara tanaman dan waktu nyata dengan perlakuan lainnya. Ini
panen yang tepat. disebabkan penambahan POC sangat
berpengaruh terhadap parameter berat biji
Menurut Dobermann dan Fairhust
kering, pemberian POC yang diberikan
(2000) unsur P berperan dalam mening-
setiap seminggu sekali sampai menjelang
katkan jumlah cabang, perkembangan
seminggu sebelum panen dapat mensuplai
akar, awal pembungaan dan pemasakan

209
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

kebutuhan unsur hara terutama fosfor. per hektar menyamai bahkan melebihi
Fosfor sangat diperlukan untuk tanaman hasil dari deskripsi kedelai Grobogan. Hal
dalam pembentukan biji. Penelitian tersebut diduga karena kandungan unsur
Suryawaty (2014) penambahan POC dapat hara yang terkandung dalam POC mampu
meningkatkan produktifitas berat biji menyediakan unsur hara pada tanaman
kering. Dengan tingginya berat kering biji baik untuk pertumbuhan maupun produksi
berkorelasi positif dengan jumlah tanaman kedelai.
produksi biji per hektar.
Pengamatan berat 100 biji dengan cara
Pada konversi hasil per hektar, menimbang biji yang sebelumnya sudah
perlakuan penggunaan pupuk anorganik dijemur terlebih dahulu lalu diambil
100% mendapatkan hasil hampir secara acak sebanyak 100 biji dan
menyamai dengan deskripsi kedelai ditimbang. Respon penambahan dosis
Grobogan. Untuk perlakuan penambahan POC Multitonik® berpengaruh nyata
dosis POC mendapatkan hasil konversi terhadap parameter berat 100 biji.

Tabel 5. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas Grobogan dengan


Penambahan Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Berat Kering Biji,
Konversi per Hektar dan Berat 100 Biji.
Berat Kering Biji Konversi per Berat 100 Biji
Perlakuan
(g) Hektar (ton) (g)
Pupuk anorganik 100% 27,11 a 3,39 23,48 a
POC 50 ml/tan + P. anorganik 50% 27,27 a 3,41 22,49 a
POC 100 ml/tan + P. anorganik 50% 33,70 a 4,21 24,45 a
POC 150 ml/tan + P. anorganik 50% 36,52 a 4,57 25,11 b
POC 200 ml/tan + P. anorganik 50% 37,14 a 4,64 24,13 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%.
Pemberian POC pada parameter berat digunakan untuk proses metabolisme di
100 biji mampu berada diatas perlakuan dalam tanaman tersebut. Suplai hara yang
anorganik 100%. hal ini diduga karena cukup membantu terjadinya proses
unsur hara yang terkandung dalam pupuk fotosintesis dalam tanaman menghasilkan
organik cair mampu menyediakan unsur senyawa organik yang akan diubah dalam
hara untuk pertumbuhan dan perkem- bentuk ATP saat berlangsungnya
bangan tanaman. Menurut Djasmara respirasi, selanjutnya ATP ini digunakan
(2007) Unsur kalium ini diperlukan oleh untuk membantu pertumbuhan tanaman.
tanaman untuk pembentukan gula dan zat Selama pertumbuhan reproduktif akan
tepung, selain itu unsur Kalium yang terjadi pemacuan pembentukan bunga,
merupakan pengaktif dari sejumlah besar polong serta biji kedelai. Pernyataan
enzim yang penting untuk proses Hardjowigeno (2007) mendukung bahwa
fotosintesis, selain itu membantu dalam saat pertumbuhan reproduktif tanaman
pembentukan pati dan protein. Pada membutuhkan unsur N, P dan K. Unsur P
penelitian yang dilakukan oleh Suryawaty diserap oleh tanaman dari pupuk saat pagi
(2014) penambahan pupuk organik cair dan sore hari saat kelembaban meningkat,
TOP G2 memberikan hasil tertinggi pada sedangkan pada siang hari pupuk dengan
jumlah polong per tanaman dan berat 100 konsentrasi tinggi cenderung menjadi
biji kering. hipertonis karena air menguap, sehingga
pupuk tidak dapat diserap maksimal oleh
Unsur N, P dan K yang terdapat dalam tanaman. Biji akan terbentuk dalam
POC mampu diserap oleh tanaman dan polong bersamaan dengan itu berlanjut

210
Puspitasari dan Elfarisna. 2017. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Varietas …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 204 – 212

sampai pemasakannya. Saat pembesaran (Capsicum annum L.) pada Ultisol Asal
polong dan pengisian biji kedelai Bekasi. CEFARS: Jurnal Agribisnis
membutuhkan banyak unsur K. dan Pengembangan Wilayah, Vol. 2
(2): 13 – 22.
KESIMPULAN Dhani, H., Wardati., dan Rosmini. 2014.
Pengaruh Pupuk Vermikompos pada
Pengurangan pupuk anorganik dengan
Tanah Inceptisol Terhadap Pertum-
pemberian POC tidak berpengaruh nyata
buhan dan Hasil Sawi Hijau (Brassica
terhadap parameter pengamatan tinggi
juncea L.). Jurnal Online Mahasiswa,
tanaman, jumlah cabang, umur berbunga,
Vol. 1 (1): 1 – 11.
dan persentase polong bernas.
Djasmara, M. 2007. Peningkatan
Pengurangan pupuk anorganik dengan
Produktivitas Padi Gogo (Oryza
penambahan dosis POC berpengaruh
sativa L.) Varietas Situ Bagendit yang
nyata untuk parameter jumlah polong,
Dipupuk dengan N, P, dan K dan
berat 100 biji dan sangat berpengaruh
Pupuk Hayati pada Inceptisols di
nyata terhadap parameter pengamatan
Jelekong, Bale Endah, Bandung.
berat kering biji. Penggunaan anorganik
Prosiding Simposium Peran Agronomi
100% tanpa penambahan pupuk organik
dalam Peningkatan Produksi Beras
cair memberikan hasil yang cepat pada
dalam Program Ketahanan Pangan,
umur berbunga. Penggunaan dosis POC
Tinjauan Masa Lalu dan Perspektif
150 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%
Masa Depan. Kongres IX Peragi.
memberikan nilai yang tinggi untuk tinggi
Bandung, 15 – 17 November 2007. Hal
tanaman, jumlah polong dan berat 100
101 – 104.
biji. Sedangkan untuk penambahan dosis
Dobermann, A. dan T.H. Fairhust. 2000.
pupuk organik cair 200 ml/tanaman +
Rice: Nutrient Disorders & Nutrient
pupuk anorganik 50% memberikan nilai
Management. Potash & Phosphate
yang tinggi untuk jumlah cabang,
Institute (PPI), Potash & Phosphate
persentase polong bernas dan berat kering
Institute of Canada (PPIC) and
biji. Pengurangan dosis pupuk anorganik
International Rice Research Institute
50% dengan penambahan POC
(IRRI). Oxford Graphic Printers Pte
150 ml/tanaman dapat direkomendasikan
Ltd.
kepada petani sebagai dosis penggunaan
Elfarisna. 2013. Pengaruh Pengurangan
POC Multitonik® untuk tanaman kedelai
Dosis Pupuk Urea terhadap
karena beberapa parameter pengamatan
Pertumbuhan dan Produksi Kedelai.
tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Prosiding. Loka Karya Nasional dan
DAFTAR PUSTAKA Seminar Forum Komunikasi Perguruan
Tinggi Pertanian Indonesia. Bogor 2 - 4
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi September 2013. Hal: 1 – 8.
Tanaman Kedelai di Indonesia tahun Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk
2015. http://www.bps.go.id/site/result Organik Cair. Agromedia Pustaka.
Tab. (Diakses pada 9 November 2016) Jakarta.
Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluh Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah.
Pertanian Aceh. 2009. Budidaya Akademika Pressindo. Jakarta.
Tanaman Kedelai. http://13-brosur Koswara, S. 2006. Isoflavon, Senyawa
kedelai.pdf. (Diakses pada 9 November Multi-manfaat dalam Kedelai.
2016). http://repository.ipb.ac.id/bitstream/han
Danapriatna, N. dan E.A. Hasyim. 2011. dle/123456789/30646/www.ebookpang
Pengaruh Pupuk Organik Sampah Kota an.com%20ARTIKELI%20SOFLAVO
dan Gliocladium sp. terhadap N,%20ZAT%20MULTI%20MANFAA
Pertumbuhan dan Hasil Cabe T%20%20DALAM%20KEDELAI.pdf

211
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

;jsessionid=CEDD77219D2BDC31763 Parman S. 2007. Pengaruh Pemberian


F3DCE2BC3ACD2?sequence=1 Pupuk Organik Cair terhadap
(Diakses pada 1 Desember 2016). Pertumbuhan dan Produksi Kentang
Lingga, P., dan Marsono. 2002. Petunjuk (Solanum tuberosum L.). Buletin
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Anatomi dan Fisiologi, Vol. 15 (2): 21
Jakarta. – 31.
_______. 2003. Petunjuk Penggunaan Parnata, A.S. 2004. Mengenal Lebih
Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Dekat PupukOrganik Cair, Aplikasi
Nasaruddin dan Rosmawati. 2010. dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka.
Pengaruh Pupuk Organik Cair (POC) Jakarta.
Hasil Fermentasi Daun Gamal, Batang Suryawaty, H. 2014. Pupuk Organik Cair
Pisang dan Sabut Kelapa terhadap dan Pupuk Kandang Ayam
Pertumbuhan Bibit Kakao. Jurnal Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan
Agrisistem, Vol. 7 (1): 29 – 37. Produksi Kedelai (Glycine max L.).
Nopiani, D. 1995. Pengaruh Pemberian Jurnal Program Studi Agroteknologi.
Kasting dan Pupuk Daun Bayfolan Fakultas Pertanian. Universitas
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Muhammadiyah Sumatera Utara.
Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Medan.
CV. Hot Beauty. Cit. Fahmi, R. Z. Sutedjo, M.M. 2008. Pupuk dan Cara
2016. Pengurangan Dosis Pupuk NPK Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
dan Pemangkasan Pucuk terhadap Zahrah, S. 2011. Respon Berbagai
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Varietas Kedelai (Glycine max L.
Melon. Skripsi. Fakultas Pertanian. Merill) terhadap Pemberian Pupuk
Universitas Muhammadiyah Jakarta. NPK Organik. J. Teknobiol. 2(1): 65 –
Jakarta. 69.

212
PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK
ORGANIK CAIR TERHADAP PH, N-TOTAL,
C-ORGANIK, DAN HASIL PAKCOY
PADA INCEPTISOLS
Anni Yuniarti1*, Abraham Suriadikusumah1 dan Julfri Unedo Gultom2
1
Staf pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
2
Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Jatinangor Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363
*E-mail: anni_yuniarti@yahoo.com
Diterima: 03/10/2017 Direvisi: 20/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas tanah dan hasil panen. Pupuk organik cair memiliki unsur hara yang lengkap
dan cepat tersedia serta mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk anorganik dan pupuk organik cair
terhadap pH, C-organik, N-total, dan hasil pakcoy (Brassica chinensis L) pada
Inceptisols. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
sembilan perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan Kontrol, ¼, ½, ¾, 1, 1¼, 1½ NPK
dan 1 POC, dosis 1 NPK rekomendasi yaitu 2 g per tanaman dan 1 POC yaitu
0.03 ml per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk anorganik dan POC
memberikan pengaruh pH dan hasil tanaman, tetapi tidak berpengaruh terhadap N-total
dan C-organik tanah. Perlakuan 1 NPK (2 g per tanaman) dan 1 POC (0.03 ml per
tanaman) memberikan hasil terbaik yaitu 168.33 g per tanaman.
Kata kunci: C-organik, N-total, pakcoy, pH, pupuk NPK, pupuk organik cair

EFFECT OF ANORGANIC FERTILIZER LIQUILIZER ON PH, N-TOTAL,


C-ORGANIC AND YIELD OF PAKCHOY ON INCEPTISOLS
ABSTRACT
The application of chemical fertilizer continuously will caused decreasing in soil quality
and crop yield. Liquid organic fertilizer has complete nutrients and quickly available
can to reduce the use of chemical fertilizer. The research was conducted to find out the
effect of combination liquid organic fertilizer and NPK fertilizer on pH, total-N,
organic-C, and yield of Pakchoy (Brassica chinensis L) on Inceptisols. The experiment
conducted using a Randomized Block Design with nine treatments and three
replications. Treatments control, ¼, ½, ¾, 1, 1¼, 1½ NPK dan 1 liquid organic
fertilizer, with 1 dose of NPK recommendation that in 2 g per plant and 1 dose liquid
organic fertilizer that is 0,03 ml per plant. The result of this research showed that NPK
fertilizer and liquid organic fertilizer gave effect on pH crop yield but did not give effect
on total-N, organic-C soil’s. The treatment 1 liquid organic fertilizer (0.03 ml per plant)
and 1 dose of NPK (2 g per plant) gave the best effect on yield of pakchoy with 168.33 g
per plant.
Keyword: Liquid organic fertilizer, NPK fertilizer, N-total, organic-C, pakchoy, pH

213
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

PENDAHULUAN optimum. Dari sisi ekonomi, usaha


budidaya sawi pakcoy yang menggunakan
Pakcoy atau sawi sendok (Brassica polibeg bisa jauh lebih mahal karena
chinensis L.) merupakan salah satu jenis dilihat dari pengolahan dan budidaya
tanaman sayuran yang masih berkeluarga harus teliti supaya hasilnya bagus
dengan spesies sawi-sawian (Brassica). (Sumpena dan Permana, 2014).
Pakcoy sering juga disebut sawi manis
atau sawi daging karena memiliki pangkal Dewasa ini sistem pertanian Indonesia
sayur yang tebal dan lembut seperti khususnya sayuran mulai berkembang.
daging. Sayuran ini biasanya digunakan Sistem pertanian sudah mengarah kepada
dalam bahan sup atau penghias makanan. sistem pertanian berkelanjutan. Manusia
Dikutip dari situs resmi BKTPD Jabar, mulai menyadari efek negatif yang
manfaat pakcoy jika dikonsumsi yaitu: ditimbulkan bagi kesehatan tubuh dan
sangat baik untuk kesehatan khususnya lingkungan dari sistem pertanian
perempuan hamil karena mengandung konvensional, Adapun tujuan sistem
folat yang berfungsi untuk membentuk sel pertanian berkelanjutan tersebut adalah
darah merah dan mencegah anemia, mempertahankan atau meningkatkan
mampu mengurangi kolesterol dan baik kualitas lingkungan, dan melestarikan
untuk pencernaan, mengandung kadar sumberdaya alam (SDA) lebih luas lagi,
vitamin A yang cukup tinggi, baik untuk dengan mengurangi biaya atau modal
membantu proses pembekuan darah, produksi dengan mengoptimalkan
mampu menjaga kesehatan kulit dan penggunaan bahan sumberdaya alam yang
mencegah penuaan karena mengandung ada, menghasilkan produk pertanian yang
vitamin K dan E, dan baik untuk sehat, serta modernisasi teknologi kearifan
pembentukan kolagen karena mengandung lokal (Nurlaeny, 2013).
vitamin C.
Tanah merupakan salah satu bagian
Hasil penelitian Ismoyo (2014) penting dalam budidaya tanaman. Dalam
mengenai analisis usaha budidaya sawi pertanian, fungsi utama tanah adalah
pakcoy bahwa dari aspek ekonomis dan sebagai media tanam tanaman. Manfaat
bisnisnya layak untuk dikembangkan atau tanah yaitu media untuk tanaman tumbuh
diusahakan untuk memenuhi permintaan tegak, tempat berkembangbiaknya biota
konsumen yang cukup tinggi serta adanya tanah, sebagai tempat laboratorium kimia-
peluang pasar internasional yang cukup fisika alami, dan sumber penyedia nutrisi
besar. Produksi sawi pada tahun 2011 bagi tanaman. Di Indonesia sebaran tanah
hingga tahun 2013 selalu meingkat yaitu cukup beragam. Keragaman tanah ini
480.969 ton, 593.934 ton, dan 635.728 ton dibagi berdasarkan klasifikasi tanah dari
(Badan Pusat Statistik dan Direktorat sifat-sifat morfologinya (Hardjowigeno,
Jenderal Bina Produksi, 2015). 2013). Berdasarkan tingkat kualitasnya,
Pengembangan pakcoy mempunyai tanah dibagi menjadi tanah subur hingga
prospek baik untuk mendukung upaya tanah tidak subur. Penilaian kualitas tanah
peningkatan petani, peningkatan gizi dapat diamati berdasarkan indikator sifat
masyarakat, perluasan kesempatan kerja biologi, fisik, dan kimia tanahnya.
dan sebagainya. Selain itu, upaya
budidaya pakcoy ditunjang oleh kondisi Indonesia memiliki wilayah daratan
wilayah tropis Indonesia yang cocok untuk yang sangat luas sekitar 188,2 juta ha.
komoditas tersebut. Kelebihan lain dalam Ordo tanah yang ditemukan ada 10 yaitu
budidaya pakcoy ini adalah kemudahan Histosols, Entisols, Inceptisols, Alfisols,
dalam proses budidaya, umur panen yang Mollisols, Vertisols, Oxisols, Andisols,
relatif pendek yaitu sekitar berumur 30 - dan Spodosols (Mulyani et al., 2004 ;
45 hari untuk mendapatkan produksi Puslitbangtanak, 2000). Dari total lahan

214
Yuniarti, et al. 2017. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 213 – 219

kering masam 102,8 juta ha terluas terhadap pH tanah N-Total, C-organik,


terdapat pada ordo Ultisols sekitar 41,91 dan hasil pakcoy (Brassica chinensis L.)
juta ha dan Inceptisols sekitar 40, 88 juta pada Inceptisols Jatinangor? (2) Apakah
ha. Di Jawa Barat sendiri luas Inceptisols terdapat dosis pupuk organik cair dan
sekitar 897.845 ha, yang di dalamnya pupuk NPK yang dapat menghasilkan
termasuk Inceptisols jatinangor. Sudirja bobot pakcoy (Brassica chinensis L.) yang
et al. (2007) menyatakan bahwa secara paling berat pada Inceptisols Jatinangor?
umum kesuburan dan kimia Inceptisols
Jatinangor relatif rendah. Tanah ini METODE
merupakan tanah yang belum berkembang
Percobaan dilakukan di Kebun
lanjut dengan ciri-ciri bersolum tebal
Percobaan Lahan Ciparanje, Fakultas
antara 1,5-10 m di atas bahan induk, tanah
Pertanian Universitas Padjadjaran,
masam dengan pH 4,5-6,5, kejenuhan basa
Jatinangor, Kabupaten Sumedang dengan
dari rendah sampai sedang, bertekstur liat,
ketinggian tempat ±700 m dpl. Analisis
sedang dan strukturnya remah dan
kimia tanah, tanaman, dan pupuk
konsistensi gembur. Inceptisols memiliki
dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan
prospek yang begitu besar walapun
Tanah dan Nutrisi Tanaman Depertemen
termasuk dalam kategori tanah kurang
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
subur karena dapat dikembangkan sebagai
Fakultas Pertanian Unversitas Padjadjaran,
sentra produksi tanaman asal dibarengi
Jatinangor, Kabupaten Sumedang Jawa
dengan pengelolaan tanah dan sistem
Barat.
budidaya yang tepat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
Sistem budidaya sayuran pakcoy
penelitian ini adalah : (1) benih pakcoy
organik dalam perkembangannya belum
varietas Green; (2) tanah topsoil
sepenuhnya organik. ketersediaan unsur
Inceptisols asal Jatinangor; (3) arang
hara makro dan mikro dari tanah atau
sekam; (4) pupuk NPK majemuk
bahan organik kurang mencukupi, oleh
(16:16:16); (5) pupuk organik cair; serta
karena itu masih dibutuhkan pupuk
(6) bahan-bahan kimia untuk analisis
anorganik untuk menyuplai unsur hara
tanah dan tanaman di laboratorium.
bagi tanaman sehingga tercukupi. Upaya
Penelitian ini menggunakan metode
yang sedang dikembangkan saat ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor
melakukan penelitian tentang kombinasi
tunggal yang terdiri dari sembilan
pupuk organik guna mengurangi
perlakukan dan diulang sebanyak tiga kali,
kebutuhan pupuk anorganik atau sering di
dengan demikian jumlah polibeg adalah
kenal sistem budidaya semi-organik. 9 x 3 = 27 buah polibeg, setiap polibeg
Penelitian kali ini dilaksanakan upaya ditanam satu tanaman. Penempatan
pemupukan pada budidaya pakcoy dengan perlakuan pada satu kelompok percobaan
memberikan pupuk organik untuk dilakukan secara acak.
mengurangi kebutuhan pupuk NPK
Pengamatan terdiri dari pada fase
majemuk dengan harapan hasil pakcoy
vegetatif maksimum, antara lain:
sama dengan hasil pada umumnya (hanya
kemasaman tanah, N-total tanah, C-
menggunakan pupuk anorganik) atau
organik dan hasil pakcoy. Kemasaman
bahkan lebih baik. Berdasarkan uraian
tanah dianalisis menggunakan alat pH-
pada latar belakang dapat disimpulkan
Meter. N-Total tanah dianalisis dengan
beberapa permasalahan dari penelitian ini
metode Kjeldahl. C-Organik dan Hasil
yaitu: (1) Apakah terdapat pengaruh dosis
pakcoy meliputi berat tanaman dinyatakan
pupuk organik cair dan pupuk NPK
dalam bobot segar tanaman.

215
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Tabel 1. Rancangan perlakuan percobaan


Pupuk NPK (16:16:16) Pupuk Organik Cair
Perlakuan
(g per tanaman) (g per tanaman)
A Kontrol (0 POC+0 NPK) - -
B 1 NPK standard 2,0 -
C 0 NPK + 1 POC - 1
D ¼ NPK + 1 POC 0,5 1
E ½ NPK + 1 POC 1,0 1
F ¾ NPK + 1 POC 1,5 1
G 1 NPK + 1 POC 2,0 1
H 1¼ NPK + 1 POC 2,5 1
I 1½ NPK + 1 POC 3,0 1
Keterangan: POC diaplikasi sebanyak 3 kali (1 POC = 0.3 mL/L pelarut; 1 NPK = 2 g
per tanaman) (Sumpena dan Permana, 2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN sama. Hal tersebut dikarenakan adanya


kehilangan N yang terjadi selama masa
Hasil Tanah Awal penelitian. Kehilangan N dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu pH, suhu
Hasil analisis tanah memiliki pH H2O
ruangan percobaan dan jenis mineral liat
agak masam (5.7), pH tanah menentukan
tanah. Hardjowigeno (2013) menyatakan
kemudahan unsur hara untuk diserap oleh
bahwa semakin masam tanah maka akan
tanaman. Umumnya unsur hara mudah
mempengaruhi ketersediaan unsur N
diserap pada pH netral (6 – 7), karena
dalam tanah. Analisis tanah pH nya
pada pH tersebut sebagian unsur hara
tergolong agak masam, hal ini
mudah larut dalam air. Kadar C-organik
menyebabkan proses nitrifikasi tidak dapat
rendah yaitu sebesar1.7%, kandungan N-
berjalan dengan baik, pH yang optimal
total rendah yaitu sebesar 0.19%, C/N
yang diinginkan yaitu pH 7.
tanah tergolong rendah yaitu sebesar 9.
Kandungan C-organik dan N-total tanah Keadaan suhu rumah kaca menjadi
yang telah dianalisis tergolong rendah faktor lain yang dapat mempengaruhi laju
untuk itu perlu ditambahkan pupuk. nitrifikasi. Hasil pengamatan suhu ruangan
rumah kaca diperoleh rata-rata suhu
Kemasaman Tanah, N-total, C-organik
terendah adalah 24.7 oC dan yang tertinggi
dan Hasil Tanaman
28.4 oC. Suhu optimal untuk proses
o
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nitrifikasi yaitu 30.0 – 35.0 C. (Sumarsih,
pemberian pupuk NPK dan pupuk organik 2003). Suhu terlalu panas dapat
cair (POC) memberikan pengaruh menyebabkan -
reaksi nitrifikasi (perubahan
terhadap pH, dan hasil tanaman sedangkan NH 4 menjadi NO3-) dan denitrifikasi
-
terhadap N-total dan C-organik tanah tidak (perubahan NO3 menjadi N2O dan N2 di
berpengaruh. Hasil analisis tanah awal atmosfer) lebih cepat terjadi sehingga
tergolong agak masam (pH 5.7), nilai pH kehilangan-
N juga menjadi semakin besar,
tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol NO3 di tanah mudah tercuci oleh air,
(pH 6.8) dan nilai terendah terdapat pada sementara suhu yang rendah dapat mem-
perlakuan ½ NPK + 1 POC (pH 6.4). perlambat laju nitrifikasi (Hardjowigeno,
Kenaikan pH pada setiap perlakuan diduga 2013).
berasal dari adanya pupuk organik sebagai
Pupuk NPK yang diberikan dalam
pupuk dasar.
bentuk granul sehingga bersifat lambat
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa larut (Novizan, 2007). Tanaman Pakcoy
nilai N-total pada setiap perlakuan relatif yang berumur pendek diduga tidak dapat

216
Yuniarti, et al. 2017. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 213 – 219

maksimal penyerapan pupuknya, sehingga Faktor lain penyebab kehilangan N


ada kemungkinan pupuk tersebut masih dalam tanah yaitu bahwa unsur hara
tersisa di dalam tanah. tersebut telah diserap tanaman atau
mikroorganisme, proses pencucian oleh air
Jenis mineral liat tanah illit menjadi dan volatilisasi (Hardjowigeno, 2013).
faktor yang mempengaruhi kehilangan Sejalan dengan perlakuan 1 pupuk NPK +
unsur hara N tanah. Berdasarkan hasil 1 POC menunjukkan kandungan N yang
analisis tanah awal kandungan KTK tanah paling rendah jika dibandingkan dengan
adalah 17.4 cmol.kg-1 . Kandungan KTK perlakuan lainnya. Pemberian POC dapat
tersebut termasuk dalam katagori mineral memaksimalkan penyerapan N oleh
liat illit yaitu 10 – 40 cmol.kg-1 tanaman, terlihat dari bobot Pakcoy pada
(Hardjowigeno, 2010). Mineral liat illit perlakuan ini merupakan yang terberat
termasuk dalam mineral liat tipe 2:1, yang dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
mempunyai sifat mengembang dan Menurut Hardjowigeno (2013), N
mengkerut tergantung keadaan tanah berfungsi untuk proses pertumbuhan
(basah atau kering). Tanah yang kering vegetatif tanaman.
menimbulkan retakan-retakan pada
permukaan tanah yang dapat membuat
unsur N tanah mudah tercuci.

Tabel 2. Pengaruh Pupuk NPK dan POC terhadap pH, N-total, C-organik dan Hasil
Pakcoy pada Inceptisols Jatinangor
C- Bobot Bobot
N-total
Perlakuan pH organik tanaman tanaman
(%)
(%) (g) (t.ha-1 )
A Kontrol (0 POC+0 NPK) 6,8 c 0,20 0,62 50,00 a 10,00
B 1 NPK standard 6,4 a 0,26 0,57 136,67 cde 27,33
C 0 NPK + 1 POC 6,8 c 0,23 0,53 85,00 b 17,00
D ¼ NPK + 1 POC 6,7 b 0,20 0,60 95,83 b 19,17
E ½ NPK + 1 POC 6,6 b 0,23 0,55 110,83 bc 22,17
F ¾ NPK + 1 POC 6,7 b 0,25 0,54 132,50 cd 26,50
G 1 NPK + 1 POC 6,5 b 0,19 0,53 168,33 e 32,67
H 1¼ NPK + 1 POC 6,4 a 0,26 0,55 150,83 de 30,17
I 1½ NPK + 1 POC 6,4 a 0,21 0,64 162,50 de 32,50
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%, sedangkan
angka yang tidak diikuti notasi menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji statistik.
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa sisa-sisa tanaman dan binatang ke dalam
semua perlakuan mengandung C-organik tanah. Selama proses dekomposisi,
tanah yang masih tergolong sangat rendah. transformasi karbon berasal dari aktivitas
Adapun yang menjadi faktor penyebab mikroba dimana oksida karbon menjadi
hilangnya C dalam tanah adalah respirasi karbon dioksida yang selanjutnya
tanah, respirasi tanaman, terangkut pada dikembalikan ke atmosfer.
saat panen dan dipergunakan oleh biota
tanah. Siklus karbon di dalam tanah antara Aktivitas mikroorganisme dalam tanah
lain perubahan karbon dioksida atmosfer merupakan salah satu kegiatan yang
menjadi material tanaman melalui proses sangat bermanfaat dalam penyediaan
fotosintesis yang diikuti oleh dekomposisi unsur hara yang tersedia bagi tanaman.
Mikroorganisme dalam melakukan

217
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

aktivitasnya memerlukan energi dan bahan SIMPULAN DAN SARAN


organik yang merupakan sumber energi
bagi mikroorganisme tersebut Simpulan
(Hardjowigeno, 2010). Kandungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
C-organik pada tanah awal yaitu 1.7% dan
maka dapat diambil simpulan sebagai
dari POC sebesar 4%. Pada Tabel 2
berikut: (1) Pemberian pupuk NPK dan
menunjukkan kandungan C-organik tanah
POC tidak berpengaruh terhadap N-total
mengalami penurunan yang disebabkan
dan C-organik tanah, tetapi berpengaruh
oleh aktivitas mikroorganisme tanah.
terhadap pH dan hasil Pakcoy (Brassica
Aktivitas mikroorganisme ini ternyata
chinensis,L) pada Inceptisol Jatinangor;
sangat efektif dalam penyediaan unsur
(2) Perlakuan 1 NPK (2 g per tanaman)
hara bagi tanaman, terlihat dari hasil
dan 1 POC (0.3 mL/L air per tanaman)
panen yang melebihi dari potensi hasil
memberikan hasil terbaik yaitu seberat
deskripsi tanaman Pakcoy (30 t.ha-1 ).
168.33 g.
Pada Tabel 2, menunjukkan bahwa
Saran
perlakuan 1 NPK; 1 NPK + 1 POC; 1¼
NPK + 1 POC dan 1½ NPK + 1 POC Perlu dilakukan penelitian lanjutan di
menghasilkan bobot tanaman berturut- lapangan dengan peningkatan dosis pupuk
turut sebesar 136.67 g (27.33 t.ha-1); POC dengan dosis pupuk NPK yang sama.
168.33 g (32.67 t.ha-1); 150.83 g Perlu diteliti juga kualitas tanaman Pakcoy
(30.17 t.ha-1 ); 162.5 g (32.50 t.ha-1) seperti serapan N, warna daun dan jumlah
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol klorofil.
(A) dan perlakuan C dan D. Pada
perlakuan 1½ NPK + 1 POC dengan dosis DAFTAR PUSTAKA
tertinggi menghasilkan bobot segar
tanaman sebesar 162.5 g tidak berbeda Badan Pusat Statistik dan Direktorat
nyata dengan perlakuan 1 NPK + 1 POC Jenderal Bina Produksi. 2015. Produksi
sebesar 168.33 g, dengan demikian Tanaman Sayuran. BPS, Jakarta.
perlakuan 1 NPK + 1 POC merupakan http://www.bps.go.id/site/resultTab
perlakuan yang terbaik karena secara (Diakses pada 11 Februari 2015).
ekonomis lebih menguntungkan. Bangun, R.A. 2016. Pengaruh Asam
Humat dan Pupuk NPK terhadap pH,
Hasil penelitian Bangun (2016) yang C-organik, N-total, C/N, KTK dan
menggunakan bahan organik padat Hasil Pakcoy (Brassica chinensis L)
menghasilkan bobot pakcoy sebesar
pada Inceptisols Jatinangor. Skripsi.
103.33 g dengan 1 dosis NPK (2 g per
tanaman) dikombinasikan dengan 40 mg Universitas Padjadjaran.
asam humat, ternyata hasilnya lebih Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah.
rendah bila dibandingkan dengan Akademika Pressindo. Jakarta.
pemberian 1 NPK + 1 POC. Hal ini Hardjowigeno, S. 2013. Ilmu Tanah. CV.
menunjukkan bahwa penggunaan POC Akademika Pressindo. Jakarta.
lebih baik dibandingkan dengan Ismoyo, R. 2014. Anilisis Usaha Budidaya
menggunakan pupuk organik padat,
Sawi Pakcoy. Gubuk Tani. http://gubuk
dikarenakan unsur hara dalam POC lebih
cepat tersedia sehingga lebih cepat diserap ktani.blogspot.co.id/2014/08/analisis-
tanaman (Pranata, 2004). usaha-budidaya-sawi-pakcoy.html
(Diakses pada 11 Februari 2015).
Mulyani, A., A. Rachman, dan A. Dairah.
2004. Penyebaran Lahan Masam,

218
Yuniarti, et al. 2017. Pengaruh Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 213 – 219

Potensi dan Ketersediaannya untuk Fluventic eutrudepts Melalui Pendaya-


Pengembangan Pertanian. http://balittan gunaan Limbah Kakao dan Berbagai
ah.litbang.Pertanian.go.id/ind/dokumen Jenis Pupuk Organik. http://pustaka.
tasi/buku/fosfatalam/anny_mulyani.pdf unpad.ac.id (Diakses pada 11 Februari
(Diakses pada 11 Februari 2015). 2015).
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi Dasar.
Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta Universitas Pembangunan Nasional.
Nurlaeny, N. 2013. Peran Bahan Organik Jakarta.
Tanah dalam Sistem Pertanian Sumpena, U. dan A. Permana. 2014. Seri
Berkelanjutan. Unpad Press. Bandung. KRPL: Budidaya Caisin dan Pakcoy
Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair menggunakan Pot/Polibeg. Balai Pene-
Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia litian Tanaman Sayuran. Agroinovasi,
Pustaka. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan
Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Pertanian, Kementerian Pertanian.
Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind
Pustaka. Jakarta. /images/Isi%20poster/MP-27%20Budi
Puslitbangtanak. 2000. Atlas Sumber Daya
daya%20caisin%20dan%20pakcoy-KR
Tanah Eksplorasi Indonesia. Skala
PL.pdf (Diakses pada 11 Februari
1:1.000.000. Pusat Penelitian dan
2015).
Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Bogor.
Sudirja, R., M. Amir, dan Santi. R. 2007.
Respons Beberapa Sifat Kimia

219
EFEKTIVITAS KONSENTRASI PUPUK CAIR HAYATI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI
SAWAH Oryza sativa L.
Ade Tri Sasminto* dan Sularno
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat,Tangerang Selatan 15419, Indonesia
*E-mail: ade3ssminto@gmail.com
Diterima: 14/10/2017 Direvisi: 15/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Konsumsi makanan organik saat ini menjadi kecenderungan dalam beberapa tahun
terakhir. Namun produksi beras organik belum mampu mencukupi kebutuhan
masyarakat. Beras organik sangat diminati karena beras organik tidak hanya memiliki
kualitas rasa yang enak, melainkan juga menyehatkan. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui efektivitas konsenterasi pupuk cair hayati terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman padi sawah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei
2017 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Penelitian dilakukan menggunakan metode Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 5 perlakuan yaitu: NPK 100% (1,5 g)
(kontrol), Pupuk Cair Hayati 1 ml/l, Pupuk Cair Hayati 2 ml/l, Pupuk Cair Hayati 3
ml/l, dan Pupuk Cair Hayati 4 ml/l. Pemberian pupuk cair hayati tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang malai, bobot gabah basah per
tanaman, bobot gabah kering per tanaman, dan persentase gabah isi; tetapi berpengaruh
nyata terhadap, jumlah gabah per malai, dan jumlah anakan produktif; serta
berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga, jumlah anakan. Perlakuan kontrol
memberikan hasil yang tinggi untuk tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan
produktif, jumlah gabah permalai, bobot gabah basah, bobot gabah kering, dan bobot
1000 butir. Perlakuan Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air memberikan angka yang tinggi pada
panjang malai dan persentase gabah isi.
Kata kunci: NPK, padi, pupuk hayati
EFECTIVENESS OF CONCENTRATION OF LIQUID BIOFERTILIZER TO
GROWTH AND PRODUCTIVITY OF PADDY Oryza sativa L.
ABSTRACT
Consumption of organic food is a trend in recent years. but, organic rice production
has not been able to fulfill the needs of the people. organic rice was so liked because
organic rice not only has a good taste quality, but also healthy. This study aims was to
determine the effectiveness of bio-fertilizer consentation on the growth and production
of rice crops. The study was conducted from January to May 2017 at the Experimental
Garden and Laboratory of the Faculty of Agriculture, University Muhammadiyah of
Jakarta. The experiment was conducted using the Randomized Complete Block Design
Method (RCBD) with 5 treatments, namely: NPK 100 % (1,5 g) without Biomedical
Fertilizer (control), Liquid Fertilizer 1 ml/l, Liquid Liquid Fertilizer 2 ml/l, Liquid
Fertilizer 3 ml/l, and Liquid Fertilizer 4 ml/l. Liquid fertilizer have not significant effect

220
Sasminto dan Sularno. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 220 – 228

to plant height, panicle length, wet grain weight of cropping, dry weight of cropping,
and percentage of grain contents; but it’s have a significant effect on the number of
grain of permalai, and number of productive tillers; and very significant effect on
flowering age, number of tillers. The control treatment gives high yield for plant height,
number of tillers, number of productive tillers, number of grain of proboscis, weight of
wet grain, weight of dry grain, and 1000 grain weight. Treatment of 2 ml/l biofertilizer
have a high number of panicle length and percentage of grain content.
Keywords : Biological fertilizer, NPK, rice

PENDAHULUAN dung sekam tahan simpan hingga 8 tahun.


Itu karena sekam mengandung silica yang
Konsumsi makanan organik saat ini sulit ditembus hama gudang, diban-
menjadi kecenderungan dalam beberapa dingkan dengan jagung, ubi, dan kentang
tahun terakhir. Masyarakat mulai beralih yang memiliki kulit tipis sehingga mudah
membeli produk-produk organik tentu rusak (Duryatmo, 2013).
sebagai bentuk kepedulian terhadap
kesehatan pribadi dan anggota keluarga- Peningkatan produksi beras nasional
nya. Tidak hanya buah dan sayuran, beras perlu didukung oleh inovasi teknologi
yang dihasilkan dari tanaman padi secara padi yang memadai dan tepat guna.
organik pun kini mulai banyak dicari Karena tantangan yang dihadapi seperti
konsumen. Alasannya karena beras perubahan iklim global, terjadinya alih
organik tidak hanya memiliki kualitas rasa fungsi lahan sawah untuk kawasan
yang enak, melainkan juga menyehatkan. industri dan perumahan, dan kondisi lahan
indonesia yang spesifik dari lahan sawah
Produksi padi tahun 2015 sebanyak irigasi, tadah hujan, lahan kering, rawa
75,36 juta ton gabah kering giling (GKG) lebak, dan pasang surut (Balai Besar
atau mengalami kenaikan sebanyak 4,51 Penelitian Tanaman Padi, 2014).
juta ton (6,37 %) dibandingkan tahun
2014. Kenaikan produksi tersebut terjadi Pada kurun waktu 2000 – 2050,
di Pulau Jawa sebanyak 2,31 juta ton dan populasi manusia diprediksi akan menga-
di luar Pulau Jawa sebanyak 2,21 juta ton. lami pertambahan penduduk dunia hingga
Kenaikan produksi padi karena kenaikan 1,5 kalinya. Hal itu berarti kebutuhan
luas panen seluas 0,32 juta hektar (2,31%) sumber daya akan naik 10,8 kali dan
dan peningkatan produktivitas sebanyak beban lingkungan untuk pengembangan
2,04 kuintal/ha (3,97%). Kenaikan produk serta layanannya akan naik
produksi padi tahun 2015 sebanyak 32,4 kali. Pertambahan kebutuhan ini
4,51 juta ton (6,37%) terjadi pada diyakini para ahli tidak akan mampu
subround Januari - April, subround Mei - dipenuhi hanya dengan ekstrapolasi
Agustus, dan subround September - kemampuan teknologi yang sudah diterap-
Desember masing-masing sebanyak 1,49 kan selama ini. Oleh karena itu, diperlu-
juta ton (4,73%); 3,02 juta ton (13,26%) kan suatu upaya lompatan teknologi yang
dan 1,80 ribu ton (0,01%) dibandingkan nyata agar peradaban manusia tidak
dengan produksi pada subround yang tergulung oleh penimbunan masalah yang
sama pada tahun 2014 year-on-year berlarut-larut (Purwasasmita dan Sutaryat,
(Badan Pusat Statistik, 2016). 2014).
Beras memiliki beberapa kelebihan Pupuk hayati merupakan alternatif
dibandingkan dengan sumber karbohidrat untuk memanfaatkan mikroorganisme
lain. Salah satunya tahan lama dalam tertentu dalam jumlah yang banyak untuk
penyimpanan. Beras yang masih terlin- menyediakan hara serta membantu

221
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pertumbuhan tanaman. yaitu dengan cara timbangan analitik, gembor, kamera,


menambat nitrogen yang cukup besar dari jaring (paranet 40% - 60%), spidol, dan
udara dan membantu tersedianya fosfor alat tulis.
dalam tanah (Stephanus et al., 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penelitian menggunakan metode
efektivitas konsenterasi pupuk cair hayati Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
terhadap pertumbuhan dan produksi (RKLT) dengan 5 perlakuan yaitu:
tanaman padi sawah. P0 = NPK 100% (1,50 g) (kontrol)
P1 = Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air
METODE P2 = Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air
P3 = Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air
Penelitian telah dilaksanakan pada P4 = Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air.
bulan Januari sampai Mei 2017 di Kebun
Percobaan dan Laboratorium Fakultas HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertanian Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Lokasi penelitian berada pada Tinggi Tanaman
ketinggian +25 m di atas permukaan laut
Pemberian pupuk cair hayati berpe-
(dpl) dengan jenis tanah Latosol.
ngaruh sangat nyata terhadap tinggi
Bahan yang digunakan dalam peneli- tanaman pada umur 2 MST, berpengaruh
tian antara lain adalah benih padi varietas nyata pada umur 7 MST, tetapi tidak
Ciherang, pupuk NPK, tanah, pupuk berpengaruh nyata pada umur 3, 4, 5, 6,
kandang sapi, pupuk cair hayati Bioto dan 8 MST. Tinggi tanaman yang tertinggi
Grow Gold®, kantong plastik, pestisida pada umur 2 - 8 MST ditunjukkan oleh
organik Provibio®, dan pestisida perlakuan NPK 100% (kontrol) tetapi
®
anorganik Dupon Prepaton , sedangkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan
peralatan yang digunakan dalam lainnya kecuali pada umur 3 MST dengan
penelitian ini antara lain cangkul, ember tinggi tanaman (47,50 cm) berbeda nyata
diameter 40 cm, gelas ukur, handsprayer, dengan perlakuan lainnya, dan pada umur
8 MST

Tabel 1. Tinggi Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L.


Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8
MST MST MST MST MST MST MST
NPK 100% 38,75a 47,50b 55,63a 62,36a 68,92a 71,71a 74,01a
Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 32,61a 40,64a 51,33a 59,81a 64,51a 66,15a 67,80a
Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 33,57a 41,19a 54,18a 61,19a 66,67a 68,43a 71,22a
Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 31,01a 40,29a 52,58a 60,25a 66,17a 68,53a 70,59a
Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 32,93a 42,08a 54,31a 61,33a 67,88a 70,09a 72,43a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%
Pada parameter tinggi tanaman yang Nitrogen (N) merupakan bagian dari
menunjukkan hasil terbaik adalah NPK semua sel tanaman. Di dalam tanaman, N
100% (kontrol). Menurut Masfufah berfungsi sebagai komponen utama
(2012), bila suatu tanaman ditempatkan protein, hormon, klorofil, vitamin, dan
pada kondisi yang mendukung dengan enzim-enzim esensial untuk kehidupan
unsur hara dan unsur mineral yang sesuai, tanaman, Munawar (2011). Jika pasokan
maka tanaman tersebut akan mengalami N tinggi dan cocok untuk pertumbuhan,
pertumbuhan ke atas dan menjadi lebih protein akan terbentuk, deposit karbo-
tinggi. hidrat di dalam sel vegetatif berkurang.

222
Sasminto dan Sularno. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 220 – 228

Fosfor adalah unsur hara esensial Jumlah Anakan


penyusun beberapa senyawa kunci dan
sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia Perlakuan pemberian pupuk cair hayati
penting di dalam tanaman. Fosfor ber- berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
peran dalam menangkap dan mengubah anakan pada umur 2, 3, 6, 7, dan 8 MST,
energi matahari menjadi senyawa- dan berpengaruh nyata pada umur 4 –
senyawa yang sangat berguna bagi 5 MST. Jumlah anakan yang terbanyak
tanaman. Itulah peran vital unsur P di yaitu perlakuan NPK 100% tanpa
dalam nutrisi tanaman agar tanaman dapat (kontrol) dari umur 2 – 8 MST berbeda
tumbuh, berkembang, dan berproduksi nyata dengan perlakuan lainnya pada
dengan normal. Bersama-sama dengan umur 2 MST (2,40 anakan) dan 3 MST
unsur N dan P, Kalium (K) adalah unsur (6,73 anakan). Pada umur 4 MST, kontrol
hara esensial primer bagi tanaman yang berbedanyata dengan pemberian pupuk
diserap oleh tanaman dalam jumlah yang cair hayati 1 ml/l air (4,80 anakan), tetapi
lebih besar dibandingkan unsur-unsur hara tidak berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya, kecuali N (Munawar, 2011). lainnya. Pada umur 5 dan 6 MST, kontrol
(9,40 anakan dan 10,13 anakan) tidak
Menurut Sugiyanta (2007), meningkat- berbeda nyata dengan perlakuan pupuk
nya tinggi tanaman padi dipengaruhi oleh cair hayati 2 ml/l air (5,47 anakan dan
unsur makro maupun mikro di dalam 5,87 anakan) tetapi berbedanyata dengan
tanah. Kebutuhan hara makro lainnya (P perlakuan lainnya. Pada umur 7 dan 8
dan K) sangat bergantung pada suplai MST, kontrol (10,13 dan 10,27 anakan)
unsur hara N. Pupuk N telah diteliti dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan
nyata meningkatkan tinggi tanaman, pupuk cair hayati 4 ml/l air (7,80 dan 7,27
jumlah anakan produktif dan produksi anakan) tetapi berbeda nyata dengan
gabah. Syamsiyah (2008), menambahkan perlakuan. (Tabel 2).
bahwa, peningkatan hara P meningkatkan
pertumbuhan vegetatif seperti tinggi
tanaman.

Tabel 2. Jumlah Anakan Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L.


Jumlah Anakan (batang)
Perlakuan 2 3 4 5 6 7 8
MST MST MST MST MST MST MST
NPK 100% 2,40b 6,73b 8,87b 9,40b 10,13b 10,13b 10,27b
Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 1,13a 3,40a 4,80a 5,47a 5,87a 5,93a 5,93a
Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 0,93a 3,47a 5,67ab 6,73b 7,20ab 7,13a 7,13a
Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 1,40a 3,67a 5,73ab 6,33a 6,67a 6,87a 7,00a
Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 1,33a 4,20a 5,80ab 6,33a 6,80a 7,8ab 7,27ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%
Pemberian pupuk 100% dosis NPK pupuk kandang dan pupuk NPK dapat
menghasilkan jumlah anakan yang paling menyediakan unsur hara makro dan mikro
banyak, sementara pupuk hayati saja dalam jumlah yang cukup seimbang bagi
menghasilkan jumlah anakan yang paling pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sedikit. Kenyataan ini menggambarkan (Kaya, 2013).
bahwa pemberian pupuk NPK dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif Hadisuwito (2007) menyatakan bahwa
tanaman padi (tinggi tanaman dan jumlah fungsi unsur hara N yaitu membentuk
anakan per rumpun). Hal ini terjadi karena protein dan klorofil, fungsi unsur P

223
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

sebagai sumber energi yang membantu anakan produktif. Perlakuan Pupuk NPK
tanaman dalam perkembangan fase 100 % (6,80 anakan) menghasilkan
vegetatif, unsur K berfungsi dalam jumlah anakan produktif terbanyak
pembentukan protein dan karbohidrat berbeda nyata dengan perlakuan pupuk
untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. cair hayati 1 ml/l air (4,07 anakan), tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan
Umur Berbunga lainnya.
Perlakuan pupuk cair hayati Perlakuan pupuk cair hayati
berpengaruh sangat nyata terhadap umur berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah
berbunga. Perlakuan Pupuk NPK 100 % per malai. Perlakuan pupuk NPK 100 %
tanpa pupuk cair hayati (kontrol) menghasilkan jumlah gabah per malai
menghasilkan umur berbunga yang yang terbanyak (155,16 bulir) tidak
tercepat (74,87 hari), tidak berbeda nyata berbeda nyata dengan perlakuan pupuk
dengan perlakuan pupuk cair hayati 2 ml/l cair hayati 4 ml/l air (95,36 bulir) tetapi
air (78,73 hari), tetapi berbeda nyata berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
dengan perlakuan lainnya. (Tabel 3). (Tabel 4).
Tabel 3. Umur Berbunga Tanaman Padi Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sawah Oriza sativa L. Hakim dan Djakasutami (2012), bahwa
Umur pemberian pupuk NPK akan merangsang
Perlakuan Berbunga pembentukan anakan produktif lebih
(HST) optimal. Ketiga senyawa tersebut sangat
NPK 100% 74,87a penting dalam proses fotosintesis, karena
Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 80,40b mepengaruhi laju fotosintesis. Proses
Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 78,73ab fotosintesis yang lancar berpengaruh
Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 79,13b terhadap karbohidrat yang dihasilkan.
Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 79,47b Karbohidrat yang cukup akan berpengaruh
Keterangan: Angka-angka yang diikuti terhadap pertumbuhan tanaman. Semakin
huruf yang sama pada banyak jumlah anakan, maka fotosintat
kolom yang sama tidak yang dihasilkan semakin tinggi, sehingga
berbeda nyata berdasarkan mendukung pembentukan anakan pro-
uji BNJ pada taraf 5% duktif. Anakan produktif merupakan
anakan yang menghasilkan jumlah gabah
Unsur hara P sangat diperlukan
per malai. Faktor lingkungan juga
tanaman padi,terutama pada awal
mempengaruhi jumlah anakan, salah
pertumbuhan, berfungsi memacu pemben-
satunya ketersediaan hara dan air.
tukan akar dan penambahan jumlah
Pertumbuhan dan perkembangan jumlah
anakan. Di samping itu, P juga berfungsi
anakan padi sawah sangat dipengaruhi
mempercepat pembungaan dan pemasakan
oleh ketersediaan unsur hara khusunya N
gabah. Secara rinci, fungsi fosfor dalam
dalam tanah.
pertumbuhan tanaman sukar di utarakan,
meskipun demikian fungsi-fungsi utama Panjang Malai
fosfor dalam pertumbuhan tanaman adalah
untuk memacu terbentuknya bunga Perlakuan pupuk hayati tidak
(Maulana, et al., 2015). memberikan pengaruh yang nyata
terhadap parameter panjang malai.
Jumlah Anakan Produktif dan Jumlah Pemberian pupuk cair hayati 2 ml/l air
Gabah per Malai (21,07 cm) menghasilkan panjang malai
yang terpanjang tetapi tidak berbeda nyata
Perlakuan pupuk cair hayati
dengan perlakuan lainnya (Tabel 4).
berpengaruh nyata terhadap jumlah

224
Sasminto dan Sularno. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 220 – 228

Tabel 4. Jumlah Anakan Produktif, dan Jumlah Gabah per Malai Tanaman Padi Sawah
Oriza sativa L.
Jumlah Anakan Jumlah Gabah per Panjang Malai
Perlakuan
Produktif (batang) Malai (biji) (cm)
NPK 100% 6,80b 155,16b 21,00
Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 4,07a 81,71a 19,57
Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 4,80ab 94,62a 21,07
Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 5,00ab 87,90a 20,43
Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 5,53ab 95,36ab 20,88
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%
Nazirah dan Damanik (2015) menga- Bobot Gabah Basah per Tanaman (g),
takan bahwa panjang malai biasanya Bobot Gabah Kering per Tanaman, dan
berhubungan dengan hasil tanaman padi di Bobot 1000 Butir
mana semakin panjang malai maka
semakin banyak jumlah gabah total, Perlakuan pupuk cair hayati tidak
sehingga ada kecenderungan peningkatan berpengaruh nyata terhadap bobot gabah
hasil gabah pada malai yang lebih basah pertanaman. Pemberian Pupuk NPK
panjang. Pupuk Cair Hayati berpengaruh 100% (11,76 g) menghasilkan bobot
terhadap pertumbuhan dan komponen gabah basah per tanaman yang berat tidak
hasil padi. Penggunaan pupuk cair hayati berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
dapat meningkatkan panjang malai dan
Pemberian pupuk cair hayati tidak
persentase gabah isi. Oleh karena itu
berpengaruh nyata terhadap bobot gabah
terdapat kecenderungan bahwa perlakuan
kering pertanaman. Pemberian Pupuk
pupuk cair hayati menghasilkan nilai yang
NPK 100 % (11,45 g) menghasilkan bobot
lebih tinggi dibandingkan perlakuan
gabah kering per tanaman yang berat tidak
lainnya. Menurut Syakhril et al., (2014)
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
mengatakan bahwa bertambahnya panjang
malai membuka peluang untuk terben- Parameter penghitungan bobot 1000
tuknya jumlah gabah permalai semakin butir dilakukan dengan cara
banyak. mengumpulkan gabah kering dalam satu
perlakuan lalu dihitung sebanyak 1000
butir dengan mengambilnya secara acak,
setelah itu gabah timbang. (Tabel 6).

Tabel 6. Bobot Gabah Basah per Tanaman, Bobot Gabah Kering per Tanaman, dan
Bobot 1000 Butir Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L.
Bobot Gabah Bobot Gabah
Bobot 1000
Perlakuan Basah per Kering per
Butir (g)
Tanaman (g) Tanaman (g)
NPK 100% 11,76 11,45 28,96
Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 7,41 6,09 27,85
Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 9,99 8,93 27,81
Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 10,07 8,21 25,56
Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 11,48 9,80 24,34
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

225
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Pemupukan tanaman juga berpengaruh akan unsur nitrogen, fospor, dan kalium
terhadap berat gabah basah per tanaman dari penggunaan pupuk organik dapat
yang diduga sebagai akibat dari reaksi terpenuhi sehingga dapat meningkatkan
NPK yang berlangsung secara perlahan- tingginya bobot 1000 butir gabah kering
lahan melepaskan unsur N, P, dan K ke panen.
dalam tanah yang diserap oleh tanaman
(Hayati, 2010). Persentase Gabah Isi (%) dan Konversi
Perhektar (ton/ha)
Nilai rata-rata pada variabel bobot
gabah kering per tanaman tertinggi dicapai Perlakuan pupuk cair Hayati tidak
pada pemupukan NPK. Hal ini diduga berpengaruh nyata terhadap persentase
akibat tingginya jumlah anakan produktif gabah isi. Pemberian pupuk cair hayati
dan jumlah gabah per malai pada 2 ml/l air (59,00%) menghasilkan persen-
perlakuan pemupukan NPK 100 % tase gabah isi tertinggi tetapi tidak
berpengaruh positif terhadap bobot gabah berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
kering pertanaman. Menurut Harahap
Pada konversi per hektar, perlakuan
et al. (2012), menyatakan bahwa bobot
Pupuk NPK 100% (kontrol) memperoleh
gabah kering dan bobot 1000 butir gabah
hasil yang tertinggi dari semua perlakuan,
kering pada suatu varietas akan sangat
yaitu 2,78 ton/ha. Hal ini karena Pupuk
dipengaruhi oleh jumlah anakan produktif,
NPK 100% merupakan dosis yang
tinggi tanaman dan jumlah gabah per
direkomendasikan untuk tanaman padi.
malai. Hal ini berarti kebutuhan tanaman

Tabel 7. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Cair Hayati terhadap Persentase Gabah Isi
Tanaman Padi Sawah Oriza sativa L.
Perlakuan Persentase Gabah Isi (%) Konversi per Hektar (ton/ha)
NPK 100% 49,73 2,78
Pupuk Cair Hayati 1 ml/l air 54,20 1,52
Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air 59,00 2,23
Pupuk Cair Hayati 3 ml/l air 56,73 2,05
Pupuk Cair Hayati 4 ml/l air 53,87 2,45
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang samapada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%
Pada perlakuan pupuk hayati 2 ml/l sedangkan pada tanaman jagung aplikasi
menunjukkan hasil yang terbaik diban- pupuk hayati mem-berikan pengaruh
dingkan dengan perlakuan lainnya nyata terhadap bobot produksi biji dan
dikarenakan dalam pemberian pupuk bobot 100 biji.
hayati dilakukan dengan melalui daun,
sehingga pupuk dapat diserap dengan baik SIMPULAN
oleh daun. Sedangkan pupuk anorganik
Berdasarkan penelitian ini, dapat di
berbentuk granul dan harus melalui
simulkan sebagai berikut: (1) pemberian
beberapa proses dalam proses penyerapan
pupuk cair hayati tidak memberikan
oleh akar tanaman (Munawar, 2011). perdedaan yang nyata terhadap tinggi
Penelitian Hidayati (2009) di rumah tanaman, panjang malai, berat gabah
kaca pada tanaman padi menunjukkan basah per tanaman, berat gabah kering per
bahwa aplikasi pupuk hayati berpengaruh tanaman, dan persentase gabah isi; tetapi
nyata terhadap jumlah malai per rumpun, berpengaruh nyata terhadap, jumlah gabah
jumlah gabah isi dan hampa per rumpun, per malai, dan jumlah anakan produktif;
dan bobot produksi biji per rumpun, serta berpengaruh sangat nyata terhadap

226
Sasminto dan Sularno. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 220 – 228

umur berbunga, dan jumlah anakan. (2) HASIL_LIMA_GENOTIPE_PADI_H


perlakuan kontrol memberikan hasil yang ASIL_PERSILANGAN_SILUGONG
lebih tinggi untuk tinggi tanaman, jumlah GO_X_G39_DALAM_RANGKA_PE
anakan, jumlah anakan produktif, jumlah MBENTUKAN_VARIETAS_UNGGU
gabah per malai, bobot gabah basah, bobot L_PADI_GOGO_GENJAH_BERDAY
gabah kering, dan bobot 1000 butir. A_HASIL_TINGGI (Diakses pada 9
Perlakuan pupuk cair hayati 2 ml/l air Desember 2016).
memberikan hasil yang tinggi pada Hayati, E. 2010. Pengaruh Pupuk Organik
panjang malai dan persentase gabah isi. dan Anorganik terhadap Kandungan
Logam Berat dalam Tanah dan
DAFTAR PUSTAKA Jaringan Tanaman Selada. J. Floratek,
Vol. 5: 113 – 123.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Padi
Hidayati, N. 2009. Efektivitas Pupuk
Tahun 2015 Naik 6,37 Persen.
Hayati pada berbagai Lama Simpan
https://www.bps.go.id/view/id.1271
terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi
(Diakses pada 9 Desember 2016).
(Oryza sativa) dan Jagung (Zea mays).
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Skripsi. Departemen Biologi, Fakultas
2014. Laporan Tahunan.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/ind
Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
ex.php/publikasi/buku/content/item/50
Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami
8-laptah-2014 (Diakses pada 30 Maret
dan Pupuk NPK terhadap N-Tersedia
2017).
dalam Tanah, Serapan N,
Duryatmo, S. 2013. Kiat Tingkatkan
Pertumbuhan, dan Hasil Padi Sawah
Produksi Padi. PT Trubus Swadaya.
(Oryza sativa L). Prosiding FMIPA
Jakarta.
Universitas Pattimura. Hal: 41 – 47.
http://seputarpertanianoke.co.id/2016/0
Masfufah, A. 2012. Pengaruh Pemberian
1/klasifikasi-tanaman-padi-sawah
Pupuk Hayati (Biofertilizer) pada
dan.html di akses pada tanggal 7
Berbagai Dosis Pupuk dan Media
Desember 2016).
tanam yang Berbeda Terhadap
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk
Pertumbuhan dan Produktifitas
Kompos Cair. Penerbit Agromedia
Tanaman Tomat (Lycopersicon
Pustaka. Jakarta.
esculentum) pada Polybag. Skripsi.
Hakim, H. dan Djakasutami S. 2012.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Pemupukan Nitrogen Pada Tanaman
Maulana, I., E.S. Bayu, L.A.P. Putri.
Tebu untuk Mencapai Hasil
2015. Evaluasi Karakter Morfologis
Maksimum.
dan Produksi Mutan Padi dengan
https://www.scribd.com/doc/16807794/
Aplikasi Pupuk N dan P yang Berbeda.
Artikel-Pemupukan-Nitrogen-Pada-
Jurnal Online Agroteknologi, Vol. 1
Tanaman-Tebu-Untuk-Mencapai-
(4): 1120 – 1129.
Hasil-Maksimum (Diakses pada 20
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan
Mei 2011).
Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.
Harahap, D.P., D. Susanti, dan B.S. Susilo
Nazirah, L. dan B.S.J. Damanik. 2015.
2012. Pengaruh Pemupukan NPK
Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas
terhadap Pertumbuhan danhasil Lima
Padi Gogo pada Perlakuan Pemupukan
Genotipe Padi Hasil Persilangan
Pupuk Cair Hayati. J. Floratek., Vol 10:
Silugonggox G39 Dalam Rangka
54 - 60.
Pembentukan Varietas Unggul Padi
Purwasasmita, N. dan A. Sutaryat. 2014.
Sawah Genjah Berdaya Hasil Tinggi.
Padi Sri Organik Indonesia. Penebar
http://www.academia.edu/23595205/P
Swadaya. Bandung.
ENGARUH_PEMUPUKAN_NPK_TE
RHADAP_PERTUMBUHAN_DAN_

227
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Stephanus E., R. Sinulingga, J. Ginting, T. Sawah. Disertasi. Institut Pertanian


Sabrina. 2015. Pengaruh Pemberian Bogor.
Pupuk Hayati Cair dan Pupuk NPK Syakhril, Riyanto, dan H. Arsyad. 2014.
terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap
Sawit di Pre Nursery. Jurnal Online Penampilan dan Produktivitas Padi
Agroteknologi, Vol. 3 (3): 1219 – Inpari Sidenuk. Jurnal Agrifor, Vol. 13
1225. (1): 85 – 92.
Sugiyanta. 2007. Peran Jerami dan Pupuk Syamsiyah, S. 2008. Respin Tanaman
Hijau terhadap Efisiensi dan Padi Gogo terhadap Stres Air dan
Kecukupan Hara Lima Varietas Padi Inokulasi Mikoriza. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

228
MULTIPLIKASI TUNAS KULTUR UBI KAYU DENGAN
TEKNIK SAMBUNG PUCUK (GRAFTING) IN VITRO
Nurhamidar Rahman*, Hani Fitriani, N. Sri Hartati dan Enny Soedarmonowati
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Jalan raya Bogor KM.46 Kode Pos 16911
Telpon: 0218754587, Fax: 0218754588
*E-mail: nurhamidarr@yahoo.com
Diterima: 13/10/2017 Direvisi: 22/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Mikrografting in vitro adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang dilakukan
secara aseptik dengan teknik kultur sebelum menggabungkan keunggulan batang bawah
dan daun tanaman. Perbanyakan ubi kayu secara konvensional, sebagai salah satu
makanan pokok penting di dunia, memiliki keterbatasan karena ketergantungannya
terhadap waktu dan musim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan metode
yang tepat dan efektif untuk mikrografting singkong in vitro. Dua genotipe singkong
yaitu varietas Adira 4 dan genotipe Gebang digunakan sebagai sumber batang bawah
dan daun dengan melakukan sayatan V secara aseptik. Eksplan dikultur pada media
Murashige Skoog (MS0) tanpa zat pengatur tumbuh dalam dua bentuk media yang
berbeda yaitu medium cair dan medium padat. Setiap media perlakuan terdiri dari satu
tanaman sambung pucuk in vitro dengan dua ulangan pada masing-masing kombinasi.
Parameter pertumbuhan termasuk tingkat kelangsungan hidup tunas sambung pucuk,
jumlah daun dan tinggi tunas serta panjang akar batang bawah telah diamati secara
intensif per minggu selama 11 minggu. Aklimatisasi tanaman sambung pucuk dilakukan
pada medium yang terdiri dari tanah: kompos: pasir (1:1:1). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase tunas sambung pucuk pada media MS padat dan cair
diperoleh 33,3%. Kinerja pertumbuhan terbaik diperoleh pada tanaman sambung pucuk
yang dikultur di media cair, yang dapat dilihat dari semua parameter yang diamati.
Tanaman sambung pucuk menunjukkan 100% bertahan hidup setelah di aklimatisasi di
rumah kaca. Penelitian ini menunjukkan keberhasilan kali pertama dalam teknik
sambung pucuk in vitro dengan menggunakan berbagai bentuk media kultur, walaupun
keefektifan metode ini harus ditingkatkan lebih lanjut.
Kata kunci: Medium, genotip ubikayu, teknik sambung
MICROPAGATION OF SHOOT CULTURE OF CASSAVA WITH
MICROGRAFTING TECHNIQUE IN VITRO
ABSTRACT
In vitro micrographing is one of the vegetative propagation techniques performed
aseptically with culture techniques before combining the benefits of rootstock and plant
leaves. Conventional propagation of cassava, as one of the most important staples in
the world, has its limitations due to its dependence on time and seasons. The purpose of
this study was to determine the appropriate and effective method for cassava
micrografting in vitro. Two cassava genotypes of Adira 4 and Gebang genotypes were
used as rootstock and leaf sources by performing an aseptic V incision. Eksplan was
cultured on Skoog Murashige (MS0) medium without growth regulator in two different
media form ie medium medium and solid liquid. Each treatment medium consisted of

229
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

one shoot in vitro plant with two replicates in each combination. Growth parameters
including shoot spawning survival rate, leaf number and shoot height and root root
length were observed intensively per week for 11 weeks. The acclimatization of shoot
grafting is done on a medium consisting of soil: compost: sand (1: 1: 1). The results
showed that the percentage of bud shoots on MS medium solid and liquid obtained
33.3%. The best growth performance was obtained in shoots plant cultured in liquid
medium, which can be seen from all parameters observed. Buddy shoot plants show
100% survival after acclimatization in greenhouses. This study demonstrates first-time
success in in vitro shoot connect technique using various forms of culture media,
although the effectiveness of this method should be further improved.
Keywords : Connection technique, medium,cassava genotype

PENDAHULUAN menggabungkan keunggulan sifat batang


bawah dan batang atas. (Miguelez-Sierra
Ubi kayu termasuk tanaman tropis yang et al., 2017). Teknik sambung mikro in
mampu beradaptasi dan tumbuh dengan vitro sama seperti teknik pada setek
baik di lahan marginal dan di daerah sub sambung normal konvensional dengan
tropis. Secara umum tanaman ini tidak menyambung batang atas dan batang
menuntut iklim yang spesifik untuk bawah sehingga berbentuk sambungan
pertumbuhannya (Lokko et al., 2007). Di huruf V, tapi dengan ukuran yang lebih
Indonesia, kebutuhan ubi kayu diper- kecil dan diikat dengan alumunium foil.
kirakan akan meningkat sebanyak 5 juta Mekanisme terjadinya pertautan pada
ton per tahun (Hermiati et al., 2012). sambung mikro sama dengan yang terjadi
Karena itu, berbagai upaya untuk secara in vivo yaitu terjadinya kontak
memenuhi kebutuhan ubi kayu nasional kambium antara batang atas dan batang
dilakukan diantaranya dengan teknik bawah dengan tepat. Umumnya, teknik
perbanyakan stek dengan cara konven- sambung mikro dilakukan antara ubi kayu
sional. Namun demikian, propagasi karet sebagai batang atas dan batang
dengan cara konvensional membutuhkan bawahnya jenis ubi kayu lainnya.
waktu yang cukup lama, selain itu tidak
dihasilkan material yang seragam dan Keuntungan dengan cara teknik
bebas penyakit. sambung mikro pada tanaman ubi kayu ini
adalah dapat mempersingkat waktu
Teknik kultur jaringan merupakan salah penyediaan bibit dan dapat diproduksi
satu alternatif untuk perbanyakan tanaman dalam jumlah yang banyak dimana
dengan hanya mengambil bagian akar atau tanaman yang dihasilkan lebih seragam,
bagian lainnya yang khusus. Begitu pula dan memiliki inkompatibilitas yang rendah
dengan perkembangbiakannya akan lebih serta lebih ekonomis. Menurut Estrada-
terkontrol dan cepat. Tumbuhan baru yang Luna et al. (2002), teknik sambung mikro
dihasilkan sama dengan induknya dan secara in vitro memiliki kelebihan antara
tidak menimbulkan dampak negatif pada lain dapat meremajakan tanaman,
lingkungan. Selain itu, teknik kultur meregenerasi tanaman, menghasilkan
jaringan dapat digunakan untuk meng- tanaman yang bebas penyakit dan
gabungkan dua sifat unggul tanaman yang mempersingkat waktu dalam penyediaan
berbeda yang dikenal dengan teknik bibit untuk dapat dipindah ke lapang.
sambung pucuk mikro in vitro atau Teknik sambung mikro juga merupakan
mikrografting. Sambung mikro in vitro ini alternatif teknik produksi yang dapat
dilakukan dalam kondisi aspetik melalui dilakukan apabila tunas mikro sulit untuk
teknik kultur in vitro yang bertujuan untuk berakar. Sambung mikro secara in vitro ini

230
Rahman et al. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 229 – 236

telah diaplikasikan pada beberapa jenis bulan di kultur dengan metode penyam-
tanaman diantaranya Pistacia vera L. cv. bungan dengan sayatan seperti huruf V.
ÒSiirtÓ (Onay et al., 2002), pada tanaman
jeruk dan anggur bebas virus (Naz et al. Media Kultur untuk Sambung Mikro in
2007), Seperti percobaan sambung mikro Vitro dan Kondisi Pengkulturan
pada tanaman cherry (Prunus avium L.)
Media kultur yang digunakan adalah
yang dilakukan oleh Amiri (2006) adalah
Murashige-Skoog tanpa zat pengatur
untuk meremajakan jaringan dewasa dan
tumbuh (MS0) yang terdiri dari dua jenis
perbanyakan tanaman bebas penyakit.
yaitu padat dan cair. Eksplan kemudian
Varietas Adira 4 dan genotip Gebang dikultur di kedua media tersebut lalu
merupakan dua dari 117 koleksi unggul diinkubasi dalam ruang kultur pada suhu
yang ada di Kebun Plasma Nutfah Ubi 25 ± 2 oC dengan penyinaran meng-
Kayu Pusat Penelitian (Puslit) gunakan lampu TL.
Bioteknologi, LIPI. Varietas Adira-4
Sambung Mikro
merupakan salah satu varietas ubi kayu
unggul nasional. Hasil umbi dapat Penyambungan mikro in vitro dila-
mencapai sekitar 35 ton/ha. Di Kediri kukan antara planlet Adira 4 sebagai
Jawa Timur hasil Adira-4 berkisar antara batang atas dengan planlet Gebang sebagai
26 – 34 ton/ha dan di Lampung 30 - 41 batang bawah. Tipe sambung yang
ton/ha. Selain berdaya hasil dan berkadar digunakan adalah tipe V. Bagian planlet
pati tinggi, Adira-4 juga lebih genjah, yang digunakan untuk batang bawah
tahan terhadap penyakit layu yang dipotong sepanjang dua buku dari pangkal
merupakan penyakit penting ubikayu, dan batang bawah, sedangkan untuk batang
sesuai dikembangkan dalam pola tumpang atas dipotong dua buku dari tajuk. Batang
sari. Sedangkan, ubi kayu genotip Gebang bawah yang dipersiapkan harus seragam
mempunyai kandungan amilopektin tinggi yaitu memiliki diameter yang sama atau
dan bermanfaat sebagai pengganti gelatin sedikit lebih besar dari batang atas. Bagian
dalam pembuatan cangkang kapsul dimana tajuk batang bawah dipangkas kemudian
umumnya gelatin diproduksi dari bahan dibuat sayatan berbentuk huruf V dengan
yang kaya akan kolagen seperti tulang dan menggunakan pisau skalpel. Sayatan
kulit yang proses pembuatannya lama dan batang atas dibuat sesuai dengan ukuran
membutuhkan biaya yang mahal. Dalam sayatan batang bawah, baik bentuk
penelitian ini, Adira 4 digunakan sebagai maupun besarnya. Batang atas kemudian
batang atas dan Gebang sebagai batang disambungkan (disisipkan) ke batang
bawah. Saat ini teknik sambung mikro in bawah yang sudah disayat menggunakan
vitro di tanaman ubi kayu belum banyak pinset. Untuk memperkokoh sambungan,
dilakukan. Karena itu, penelitian ini eksplan diikat dengan menggunakan
merupakan penelitian pendahuluan dalam alumunium foil yang sudah disterilkan.
rangka untuk memperoleh metode Selanjutnya, kultur hasil penyambungan
sambung mikro in vitro yang tepat untuk ditumbuhkan pada media MS (Murashige
perbanyakan ubi kayu. dan Skoog, 1962) padat dan cair tanpa zat
pengatur tumbuh dan diinkubasi pada suhu
METODE 25 ± 2 oC dengan penyinaran meng-
Bahan tanaman gunakan lampu TL. Pada media cair,
kultur hasil sambung mikro ditanam
Eksplan yang digunakan adalah ubi dengan menggunakan kertas steril yang
kayu in vitro dari varietas Adira 4 sebagai dilubangi bagian tengahnya dengan ukuran
batang atas dan genotip Gebang sebagai yang sesuai dengan ukuran kultur sebagai
batang bawah yang telah berumur tiga penyangga berdirinya kultur. Dalam satu

231
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

botol kultur berisi satu tunas hasil Thimmappaiah et al. (2002) tanaman yang
sambung mikro, pengulangannya tumbuh pada teknik sambung mikro
sebanyak 2 kali. Persentase daya hidup terjadi apabila kedua jaringan pembuluh
dilakukan setiap minggu selama 11 batang atas dan bawah tersambung dengan
minggu setelah penyambungan. Penga- baik, hal ini ditandai dengan adanya
matan terhadap batang atas dilakukan pertumbuhan kalus pada luka sambungan
terhadap jumlah daun dan tinggi tunas, pada minggu ke–3 serta diikuti oleh
sedangkan batang bawah dilakukan berkembangnya daun pada minggu ke-5 –
pengamatan panjang akar. ke-6. Dengan tidak bersatunya jaringan
kambium maka jaringan pembuluh kedua
Aklimatisasi batang tersebut tidak tersambung dan akan
mendorong matinya jaringan tanaman
Komposisi media yang digunakan
tersebut (Yildirim et al., 2010).
untuk aklimatisasi yaitu tanah : kompos :
pasir (1 : 1 : 1). Media aklimatisasi Penggunaan jenis media dalam
dimasukkan ke dalam polybag setinggi sambung mikro in vitro menentukan
10 cm. Pada setiap polybag yang telah keberhasilan dari tanaman yang disam-
diisi media tanam, ditanam satu planlet bung. Pertumbuhan tunas, daun dan akar
dan diberi sungkup plastik transparan pada media cair lebih cepat dibanding
untuk menjaga kelembaban. Selanjutnya pada media padat untuk tanaman hasil
planlet ditempatkan di ruang terbuka, sambung mikro yang dicobakan antara
setelah 2 minggu sungkup dibuka. varietas Adira 4 – genotip Gebang
Percobaan ini dilakukan selama 2 bulan. (Gambar 1). Hasil ini sama dengan
Peubah yang diukur adalah persentase penelitian pada tanaman sayuran bunga
planlet yang dapat bertahan hidup dengan kol yang dilakukan oleh Suthar et al.
baik. (2011) dimana pertumbuhan tanaman
tersebut jauh lebih cepat di media cair
HASIL DAN PEMBAHASAN
dibanding pada media padat. Selain itu,
Pengaruh Media Kultur Pada Tanaman tanaman bunga kol yang ditanam di media
Hasil Sambung Mikro In Vitro cair jauh lebih lebih segar dan sehat
daripada di media padat. Hal ini karena
Berdasarkan pengamatan sejak Minggu media cair mempunyai kelebihan dalam
ke-1 hingga ke-11 terhadap tunas hasil proses transfer nutrisi dari media ke
penyambungan mikro in vitro menun- jaringan tumbuhan yang lebih baik
jukkan tingkat keberhasilan penyam- dibandingkan dengan media padat
bungan memiliki persentase yang sama (Vyas et al., 2008). Sependapat dengan
antara media padat dan cair yaitu 33,3%. Wawrosch et al. (2005) yang menyatakan
Tingginya tingkat kematian pada tanaman bahwa media kultur MS cair dapat
hasil sambung in vitro pada kedua media mengurangi hidrasi pada kultur in vitro
yang digunakan diduga disebabkan tidak dan menghasilkan tunas dalam jumlah
menempelnya secara sempurna tunas banyak. Seperti pada tanaman kultur
pucuk dengan jaringan kambium batang Boswellia serrata, media cair merupakan
bawah ubi kayu Karet. Estrada-Luna et al. media yang sesuai untuk menginduksi
(2002) menyatakan bahwa kematian pada pembentukan tunas (Suthar dan Purohit,
penyambungan in vitro disebabkan karena 2011).
tidak menempelnya jaringan kambium
antara batang bawah dan batang atasnya,
juga adanya fenol pada jaringan di tempat
pertautannya yang mendorong terjadinya
proses pengeringan jaringan tersebut.
Senada dengan yang disampaikan oleh

232
Rahman et al. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 229 – 236

Gambar 1. Perbedaan pertumbuhan


tanaman hasil sambung
mikro in vitro umur 8
MST pada media tanam
padat (A) dan cair (B)
Tinggi tanaman merupakan peubah
yang sering diamati baik sebagai indikator c
pertumbuhan maupun untuk mengukur
Gambar 2. Perbedaan pertumbuhan rata-
pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
rata (a) tinggi, (b) jumlah
diterapkan. Hal ini didasarkan karena
daun dan (c) panjang akar
tinggi tanaman merupakan ukuran
tanaman hasil sambung
pertumbuhan yang paling mudah dilihat.
mikro in vitro pada media
Berdasarkan pengamatan terhadap tinggi
tanam yang berbeda (padat
tanaman, terlihat bahwa pada media cair,
dan cair).
tanaman lebih tinggi dibandingkan pada
media padat terutama memasuki minggu Pada peubah jumlah daun dan panjang
ke-8 hingga ke-11 (Gambar 2a). akar hasil sambung mikro in vitro,
Kecepatan pertumbuhan panjang tunas terdapat peningkatan pada kedua peubah
terlihat saat usia sambung mikro ubi kayu tersebut. Peningkatan ini mulai terjadi di
umur 2 minggu setelah tanam. Menurut minggu ke-4 hingga akhir pengamatan
Vyas et al. (2008), kultur cair pada (Gambar 2b-c). Begitu pula untuk jumlah
umumnya menghasilkan laju pertumbuhan daun dari tanaman hasil sambung mikro in
yang lebih efisien karena semakin banyak vitro lebih banyak dihasilkan saat ditanam
permukaan eksplan yang kontak dengan di media cair (Gambar 3). Sama seperti
media cair. hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

233
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Hussien et al. (2014) untuk kultur tanaman akan hilang setelah terjadinya pertautan
jahe, pertumbuhan di media cair dapat antara jaringan kambium batang bawah
memberi lebih banyak tunas dan daun per dan atas dengan sempurna Menurut
planletnya. Pada beberapa hasil penelitian Miguelez-Sierra et al. (2017) dalam proses
lainnya juga telah dilaporkan bahwa media penyembuhan jaringan yang terluka,
cair dapat meningkatkan pertumbuhan masing-masing sel pada planlet batang
tunas dan akar di banyak spesies tanaman bawah dan batang atas saling kontak,
(Preece, 2011; Sandal et al., 2001). menyatu dan membaur, sel-sel parenkim
yang terbentuk dan terdeferensiasi
membentuk kambium sebagai lanjutan
dari lapisan kambium batang bawah dan
batang atas yang lama. Dari lapisan
kambium akan terbentuk jaringan
pembuluh sehingga proses translokasi hara
dari batang bawah ke batang atas atau
sebaliknya hasil fotosintesis dari batang
atas ke batang bawah berlangsung
sebagaimana mestinya.

Gambar 3. Pertumbuhan pada akar dari


tanaman hasil penyambungan
secara in vitro pada media
padat (A) dan media cair (B)
pada umur 11 MST

Aklimatisasi Tanaman Ubi Kayu Hasil


Penyambungan
Setelah planlet tersambung sempurna
yang ditandai dengan pertumbuhan tinggi,
daun dan akar, maka planlet kemudian
diaklimatisasi. Aklimatisasi merupakan Gambar 4. Aklimatisasi planlet hasil
tahap yang paling kritis karena perubahan penyambungan in vitro
lingkungan dari laboratorium ke lapangan
seringkali menyebabkan kematian planlet. KESIMPULAN
Planlet yang dihasilkan melalui teknik
Iniasiasi teknik sambung mikro in vitro
kultur jaringan telah dikondisikan dalam
ubi kayu antara Adira 4 dan Gebang
lingkungan yang kaya nutrisi, suhu,
menunjukkan kemampuan bertahan yang
kelembaban tinggi, serta bebas dari
baik di media MS cair dan padat.
gangguan hama dan penyakit sehingga
Pertumbuhan tanaman meliputi tinggi
planlet memiliki daun yang relatif tipis,
tunas, jumlah daun dan jumlah akar pada
lapisan kutikulanya dan akar yang tidak
ubi kayu hasil sambung mikro in vitro
terlalu banyak jumlahnya. Dengan lebih cepat saat ditanam di media kultur
demikian planlet memerlukan perubahan-
cair. Aklimatisasi di media yang terdiri
perubahan secara bertahap melalui proses
dari tanah, kompos dan pasir (1:1:1)
adaptasi ketika dipindahkan ke lingkungan
menunjukkan pertumbuhan planlet dan
normal (ex vitro) (Seelye et al., 2003).
daya hidup yang tinggi. Meskipun,
Aklimatisasi planlet hasil penyam- perkembangan dan pertumbuhan lebih
bungan 100% dapat bertahan hidup lanjut di lapang masih perlu diobservasi
(Gambar 4). Luka akibat penyambungan lebih lanjut.

234
Rahman et al. 2017. Efektivitas Konsentrasi Pupuk Hayati Cair …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 229 – 236

UCAPAN TERIMA KASIH Vitro Micrografting of Apical and


Axillary Buds of Cacao. The Journal of
Projek ini merupakan bagian dari Horticultural Science and
kegiatan DIPA Pusat Penelitian Biologi Biotechnology, Vol. 92(1): 25 – 30.
tahun anggaran 2011-2014. Ucapan terima Murashige, T., and Skoog, F. 1962. A
kasih ditujukan kepada yang Bapak Rivesed Medium for Rapid Growth and
Nawawi dalam penyiapan material di Bio Assays with Tobacco Tissue
lapang. Cultures. Physiologia plantarum 15.
Naz, A.A., M.J. Jaskani, H. Abbas dan M.
DAFTAR PUSTAKA
Qasim. 2007. In Vitro Studies on
Amiri, M.E. 2006. In vitro techniques to Micrografting Technique in Two
study the shoot-tip grafting of Prunus Produce Cirus Free Plant. Pak. J. Bot,
avium L. (cherry) var. Seeyahe Vol. 39 (5): 1773 – 1778.
Mashad. International Journal of Food. Onay, A., V. Pirinc, F. Adiyaman, C.
Agriculture and Environment, Vol. 4. Isikalan, E. Tilkat dan D. Basaran.
(1): 151 – 154. 2003. In Vivo and In Vitro
Estrada-Luna, A.A., C. Lopez-Peralta dan Micrografting of Pistachio, Pistacia
E. Cardenas-Soriano. 2002. In Vitro vera L.cv.”Siirt”. Turk J. Biol., Vol.
Micrografting and Histology of Graft 27: 95 – 100.
Union Formation of Selected Species of Preece, J.E. 2011. Micropropagation in
Prickly Pear Cactus (Opuntia spp.). Stationary Liquid Media. Propagation
Scientia Horticulturae, Vol. 92 (3 – 4): of Ornamental Plants, Vol. 10(4): 183 –
317 – 327. 187.
Hermiati E, D. Mangunwidjaja, T.C. Sandal, I., Bhattacharya, A., Ahuja, P.S.
Sunarti, O. Suparno dan B. Prasetya. 2001. An Efficient Liquid Culture
2012. Potential Utilization of Cassava System for Tea Shoots Proliferation.
Pulp for Ethanol Production in Plant Cell, Tissue and Organ Culture.
Indonesia. Scientific Research and Vol. 65 (1): p. 75 - 80.
Essays, Vol. 7 (2): 100 – 106. Seelye, J. F., Burge, G. K., & Morgan, E.
Hussien, F.A., Osman, M.A., and Idris, R. (2003). Acclimatizing Tissue Culture
T.I.M. 2014. The Influence of Liquid Plants: Reducing the Shock© the
Media Support, Gelling Agents and Shock. In Combined Proceedings
Liquid Overlays on Performance of In International Plant Propagators’ Society
Vitro Cultures of Ginger (Zingiber Vol. 53: 85 – 90.
officinale). International Journal of Suthar, R. K., N. Habibi dan S.D. Purohit.
Scientific and Research Publications, 2011. Influence of agar concentration
Volume 4, Issue 10, October 2014. and liquid medium on in vitro
ISSN 2250-3153. propagation of Boswellia serrata Roxb.
Lokko Y, J.V. Anderson, S. Rudd, A. Raji, Indian Journal of Biotechnology, Vol.
A. Horvath, M.A. Mikel, R. Kim, L. 10: 224 – 227.
Liu, A. Hernandez, A.G.O. Dixon dan Thimmappaiah, G.T. Puthra dan S.R. Anil.
I.L. Ingelbrecht. 2007. 2002. In Vitro Grafting of Cashew
Characterization of an 18,166 EST (Anacardium occidentale L.). Scientia
Dataset for Cassava (Manihot Horticulturae, Vol. 92 (2): 177 – 182.
esculenta Crantz) Enriched for Vyas, S., M.S. Rao, R.K. Suthar, S.D.
Drought-responsive Genes. Plant Cell Purohit. 2008. Liquid Culture System
Reports, Vol. 26 (9): 1605 – 1618. Stimulates in Vitro Growth and Shoot
Miguelez-Sierra, Y., A. Hernández- Multiplication in Four Medicinally
Rodríguez, Y. Acebo-Guerrero, M Important Plants. Medicinal and
Baucher dan M. El Jaziri. 2017. In

235
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Aromatic Plant Science and Tissue and Organ Culture, Vol. 81 (3):
Biotechnology, Vol. 2 (2): 96 – 100. 319 – 322.
Wawrosch, C.H., Kongbangkerd, A., Yildirim, H., A. Onay, V. Süzerer, E.
Kopf, A., And Kopp, B. 2005. Shoot Tilkat, Y. Ozden-Tokatli dan H.
regeneration from nodules of Akdemir. 2010. Micrografting of
Charybdis sp. A comparison of almond (Prunus dulcis Mill.) cultivars
semisolid, liquid and temporary “Ferragnes” and “Ferraduel”.
immersion culture systems. Plant Cell, Scientia Horticulturae, Vol. 125 (3):
361 – 367.

236
PENGARUH BENZILAMINOPURIN DENGAN
PENAMBAHAN KNO3 PADA MULTIPLIKASI TUNAS
Colocasia esculenta (L.) Schott VAR. Antiquorum
Karyanti1*, Eunike Lasyana Immanuella2 dan Dewi Yustika Sofia2
1
Balai Bioteknologi, BPPT
Gedung 630 Kawasan Puspiptek, Setu,
Tangerang Selatan, Banten 15314
2
Universitas Surya
Unity Tower Building, Jl. Boulevard Gading Serpong, Kav. M5 No.21,
Summarecon Serpong, Curug Sangereng, Tangerang, Banten 15810
*E-mail: karyanti@bppt.go.id
Diterima: 15/10/2017 Direvisi: 09/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Talas satoimo merupakan makanan sumber karbohidrat, kebutuhannya melebihi
kapasitas produksi sehingga memiliki peluang besar di pasaran. Perbanyakan tunas
memberikan alternatif untuk memenuhi tuntutan pasar. Melalui penggunaan
benzilaminopurin dan kombinasi KNO3 diharapkan dapat mengetahui media optimal
bagi perbanyakan tunas talas satoimo. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Bioteknologi,
BPPT, Setu, Tangerang Selatan dengan metode penelitian menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) faktorial yg terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor pertama konsentrasi
KNO3 0, 300, 600 dan 1200 ppm dan faktor kedua konsentrasi BAP 0; 0.2; dan
0.6 ppm. Media dasar menggunakan Murashige-Skoog (MS). Pengamatan dilakukan
setiap minggu selama 6 minggu setelah tanam (MST). Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa perlakuan BAP 0.6 ppm dengan penambahan KNO3 300 ppm optimal bagi
perbanyakan tunas.
Kata kunci: Benzilaminopurin, KNO3, Satoimo
THE EFFECT OF BENZYLAMINOPURINE WITH THE ADDITION OF KNO3
FOR SHOOT MULTIPLICATION OF Colocasia esculenta (L.) Schott
var. Antiquorum
ABSTRACT
Talas satoimo is a carbohydrate source, the production capacity less than necessary so
it has potential market. Shoot multiplication provide alternative to supply demand
market. Through use of Benzylaminopurine and combination KNO3 will discover
optimal medium for shoot multiplication. This study conducted at Research Center for
Biotechnology, BPPT, Setu, Tangerang Selatan. The method using complete random
factorial design consisted of two factor that is concentration combination KNO3 at 0,
300, 600 and 1200 ppm and Benzylaminopurine at 0, 0.2, 0.6 ppm. The basic media
using Murashige-Skoog (MS). Observation were set every weeks during six weeks after
planting. The optimal growth was obtained at MS medium containing
Benzylaminopurine 0.6 ppm in combination with KNO3 300 ppm.
Keyword: Benzylaminopurine, KNO3, Satoimo

237
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

PENDAHULUAN BAP merupakan jenis sitokinin dari


senyawa golongan purin substitusi.
Keberadaan Colocasia esculenta (L.) Senyawa ini adalah senyawa jenis
Schott var.antiquorum di Indonesia sitokinin yang paling sering digunakan
berawal dari bentuk kerjasama dengan (Kurniati, 2014). BAP mampu
Jepang, sehingga disebut talas Jepang atau menginduksi tunas pucuk dan tunas
satoimo. Bagi orang Jepang, talas satoimo aksilari untuk diferensiasi secara in vitro
dijadikan sebagai makanan pokok (Chng dan Goh, 1994; Chand et al., 1999).
(Seameo, 2007). Pertumbuhan yang dipacu oleh BAP
mencakup pembelahan dan pembesaran
Nutrisi yang terkandung pada talas
sel yang lebih cepat (Kurniati, 2014).
satoimo yaitu kalsium, kalium, vitamin A,
Aktivitas BAP diketahui baik untuk
vitamin B1, vitamin C, serta kaya akan
inisiasi akar pada C. esculenta (Du et al.,
serat (Awasthi dan Singh, 2000; Cho
2006).
et al., 2007). Umbinya rendah lemak dan
protein, tetapi kandungan protein umbi Nitrogen merupakan salah satu
satoimo sedikit lebih tinggi dibandingkan komponen dasar media Murashige-Skoog
dengan yam, singkong atau ubi jalar. (MS) dan secara signifikan berpengaruh
Keunggulan talas satoimo lainnya adalah terhadap pertumbuhan dan morfogenesis
kaya akan asam hialuronat (HA) (Eliantosi kultur in vitro (Gamborg dan Shyluk,
dan Darius, 2015). 1970), seperti elongasi batang dan
morfologi daun (Shirin et al., 2015).
Di Indonesia talas satoimo
Formulasi MS terkandung nitrogen
dikembangkan di daerah Kepahiang,
anorganik yaitu amonium dan nitrat
Cisarua, Bantaeng, Malang, dan Buleleng.
dengan rasio 2 NO3- : 1 NH4+ (George,
Pengembangan talas satoimo di tempat
2008). Nitrat merupakan sumber nitrogen
tersebut dijadikan sebagai komoditas
yang baik karena siap diambil,
ekspor untuk mencukupi kebutuhan
dimetabolisme oleh sel (Shanjani, 2003).
konsumen seperti di Jepang. Jepang
Penelitian sebelumnya diketahui daun
merupakan negara konsumen talas
talas satoimo mudah mengalami kematian
satoimo terbesar di dunia. Di Jepang
(tidak dipublikasi), diperkirakan kebu-
kebutuhan talas satoimo melebihi
tuhan nitrogen berpengaruh terhadap
kapasitas produksi disebabkan oleh karena
permasalahan tersebut.
terbatasnya lahan serta iklim yang tidak
memungkinkan untuk bertani sepanjang Penelitian ini bertujuan untuk
tahun (Seameo, 2007). mengetahui konsentrasi nitrogen dan
benzilaminopurin yang optimal pada
Teknik perbanyakan tunas secara
media pertumbuhan talas satoimo.
in vitro menjadi alternatif untuk
Diharapkan melalui kombinasi nitrogen
memenuhi tuntutan pasar. Metode
dalam bentuk KNO3 dan BAP dapat
penanaman talas secara tradisional
memperoleh perbanyakan tunas yang
memerlukan waktu relatif lama, oleh
optimal.
karena itu perlu perbaikan menggunakan
pendekatan bioteknologi yang dapat METODE
menguntungkan. Kultur in vitro dapat
diterapkan untuk propagasi bibit dalam Penelitian ini dilaksanakan di
jumlah besar (Verma dan Cho, 2010). Laboratorium Pertanian, Balai
Melalui tunas apikal dan tunas aksilar dari Bioteknologi, Badan Pengkajian dan
umbi penyimpanan dapat membantu Penerapan Teknologi (BPPT), Setu,
meminimalisir perubahan genetik talas Tangerang Selatan pada bulan Agustus
(Du et al., 2006). 2016 – Maret 2017. Bahan tanaman

238
Karyanti et al. 2017. Pengaruh Benzilaminopurin dengan Penambahan KNO3 pada Multiplikasi …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 237 – 244

adalah tunas steril talas satoimo yang statistik menggunakan one-way analysis
digunakan pada penelitian sebelumnya. of variance (ANOVA). Apabila hasil uji
Adapun media dasar menggunakan MS ANOVA memiliki perbedaan nyata pada
dengan penambahan nutrisi nitrogen taraf 5%, maka dilakukan uji lanjut
berupa KNO3 dan zat pengatur tumbuh Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
yaitu benzylaminopurin (BAP). Percobaan Pengolahan data menggunakan SPSS 23.
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor, HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu faktor KNO3 dengan konsentrasi
Jumlah Tunas
terdiri dari 4 taraf 0, 300, 600 dan 1200
ppm dan BAP dengan konsentrasi terdiri Secara keseluruhan jumlah tunas
dari 3 taraf 0, 0.2 dan 0.6 ppm. Percobaan satoimo mengalami peningkatan setiap
perlakuan melibatkan 10 ulangan dengan minggunya. Pada perlakuan KNO3 jumlah
masing-masing 1 unit mata tunas setiap tunas satoimo lebih rendah dibandingkan
ulangan. dengan perlakuan kontrol (Gambar 1A).
Dibandingkan dengan kontrol, perlakuan
Hasil perlakuan disimpan di ruang
BAP 0.2 ppm memiliki pertumbuhan
kultur dengan suhu 25 – 26 oC dan
tunas tercepat (Gambar 1B). Namun, pada
intensitas cahaya 1500 lux. Pengamatan
perlakuan BAP 0.6 ppm dengan penam-
dilakukan setiap minggu selama 6 minggu
bahan KNO3 300 ppm mempunyai
setelah tanam (MST) dengan peubah yang
pertumbuhan tunas tercepat jika
diamati adalah jumlah tunas, jumlah daun
dibandingkan dengan perlakuan kontrol
dan jumlah akar. Data hasil pengamatan
(Gambar 1C).
dianalisis rata-rata dan signifikansi

Gambar 1. Jumlah tunas talas satoimo umur 1 – 6 MST pada media MS dengan
perlakuan BAP dan KNO3. Perlakuan (A) kontrol (tanpa penambahan
KNO3) dan perlakuan kombinasi KNO3; (B) kontrol (tanpa penambahan
KNO3) dan perlakuan BAP 0.2 ppm dan kombinasi KNO3; (C) kontrol
(tanpa penambahan KNO3) dan perlakuan BAP 0.6 ppm dan kombinasi
KNO3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAP 1 ppm yang ditambahkan pada
perlakuan BAP 0.6 ppm mendekati batas media dasar MS cair mampu
optimal, sehingga mampu menginisiasi menghasilkan tunas terbanyak yaitu 2,5
tunas dan menghasilkan tunas lebih pada 6 MST. Selain itu, sesuai dengan
banyak dibandingkan perlakuan lainnya. George dan Sherrington (1984) yang
Seperti pada penelitian Maretta et al. menyatakan bahwa secara in vitro
(2016), bahwa pada satoimo penggunaan penambahan BAP membantu berlang-
239
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

sungnya organogenesis, sehingga konsen- Perlakuan BAP 0.2 ppm dengan


trasi BAP yang sesuai efektif merangsang kombinasi KNO3 maupun perlakuan BAP
perbanyakan tunas. 0.6 ppm dengan kombinasi KNO3
menunjukkan jumlah tunas lebih tinggi
Kebutuhan nitrogen pada setiap dibandingkan dengan kontrol. Tabel 1
tumbuhan bervariasi, pembentukan tunas menunjukkan jumlah tunas talas satoimo
Clematis pitcheri optimal pada nitrogen umur 6 MST pada perlakuan BAP
dengan konsentrasi rendah (Sen dan Batra, 0.6 ppm dengan penambahan KNO3 300
2011). Pada jumlah tunas talas satoimo ppm menghasilkan jumlah tunas
perlakuan KNO3 300 ppm mendekati terbanyak dibandingkan dengan kontrol
jumlah tunas perlakuan kontrol. Namun, dan perlakuan lainnya. Hal tersebut
perbanyakan tunas tidak optimal pada menunjukkan bahwa kombinasi kon-
media dengan konsentrasi tunggal KNO3 sentrasi tunggal nitrogen memberikan
saja, terlihat bahwa perlakuan KNO3 pengaruh terhadap dormansi tunas,
300 ppm, KNO3 600 ppm dan KNO3 sedangkan konsentrasi sitokinin dengan
1200 ppm memiliki jumlah tunas lebih kombinasi nitrogen yang sesuai membantu
rendah dibandingkan dengan kontrol dan merangsang perbanyakan tunas.
perlakuan lainnya (Gambar 1).

Tabel 1. Jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah akar talas satoimo pada media MS
dengan perlakuan kombinasi BAP dan KNO3 (6 MST)
Perlakuan Jumlah Tunas Jumlah Daun Jumlah Akar
ab
MS (kontrol) 3.1 3.9abc 11.3a
a abc
KNO3 300 ppm 2.9 3.7 10.2a
a bc
KNO3 600 ppm 2.6 4.1 11.2a
KNO3 1200 ppm 2.6a 3.5abc 9.7a
cd abc
BAP 0.2 ppm 4.6 3.9 13.0a
KNO3 300 ppm + BAP 0.2 ppm 3.5abcd 3.3abc 11.3a
abcd abc
KNO3 600 ppm + BAP 0.2 ppm 3.6 3.1 11.2a
KNO3 1200 ppm + BAP 0.2 ppm 3.3abc 2.6ab 10.2a
bcd abc
BAP 0.6 ppm 4.4 3.9 13.0a
KNO3 300 ppm + BAP 0.6 ppm 4.8d 4.6c 14.1a
abc a
KNO3 600 ppm + BAP 0.6 ppm 4.0 2.2 10.9a
abcd abc
KNO3 1200 ppm + BAP 0.6 ppm 3.8 3.4 12.2a
Keterangan: Setiap kolom memiliki angka diikuti dengan huruf. Huruf yang sama pada
masing-masing kolom peubah menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
DMRT 5%.

Jumlah Daun diperoleh pada perlakuan BAP 0.6 ppm


dengan penambahan KNO3 300 ppm
Pada jumlah daun talas satoimo dibandingkan dengan kontrol
dibandingkan kontrol, perlakuan KNO3 (Gambar 2C). Dibandingkan dengan
600 ppm menghasilkan pertumbuhan kontrol perlakuan kombinasi KNO3 lebih
tercepat (Gambar 2A). Jumlah daun pada unggul untuk pertumbuhan daun talas
perlakuan kontrol dan perlakuan BAP satoimo. Hal tersebut menunjukkan bahwa
0.2 ppm tanpa kombinasi KNO3 memiliki nitrogen tanpa sitokinin mampu
pertumbuhan hampir sama dan lebih cepat perbanyakan jumlah daun.
dibandingkan dengan perlakuan lainnya
(Gambar 2B). Hasil pertumbuhan Selain itu, perlakuan kontrol memiliki
bervariasi diperoleh pada seluruh jumlah daun tertinggi ketiga bersama
perlakuan dan pertumbuhan tercepat perlakuan BAP 0.2 ppm dan BAP 0.6 ppm
240
Karyanti et al. 2017. Pengaruh Benzilaminopurin dengan Penambahan KNO3 pada Multiplikasi …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 237 – 244

dengan nilai rata-rata masing-masing dengan penelitian Chand et al. (1999) dan
3.9 daun (Tabel 1). Hal ini menunjukkan Du et al. (2006), media sebelumnya
bahwa media MS tanpa penambahan zat memiliki nutrisi dalam jumlah cukup
pengatur tumbuh dan suplemen dapat untuk pertumbuhan C. esculenta.
mendukung perbanyakan daun. Sesuai

Gambar 2. Jumlah daun talas satoimo umur 1 – 6 MST pada media MS dengan
perlakuan BAP dan KNO3. Perlakuan (A) kontrol (tanpa penambahan
KNO3) dan perlakuan kombinasi KNO3; (B) kontrol (tanpa penambahan
KNO3) dan perlakuan BAP 0.2 ppm dan kombinasi KNO3, (C) kontrol
(tanpa penambahan KNO3) dan perlakuan BAP 0.6 ppm dan kombinasi
KNO3
ketidakseimbangan konsentrasi nitrat dan
amonium (George, 2008).

Jumlah Akar
Jumlah akar pada setiap perlakuan
mengalami peningkatan. Pada perlakuan
Gambar 3. Perlakuan BAP 0,6 ppm + KNO3 600 ppm dan kontrol memiliki hasil
KNO3 300 ppm pada talas pertumbuhan yang hampir sama
satoimo umur 6 MST. Salah (Gambar 4A). Pertumbuhan lebih cepat
satu ulangan perlakuan diperoleh perlakuan BAP 0.2 ppm
tersebut memiliki daun dibandingkan kontrol dan perlakuan
abnormal dan cukup rimbun lainnya (Gambar 4B). Pertumbuhan
tercepat diperoleh perlakuan BAP 0.6 ppm
Jumlah daun talas satoimo terbanyak dengan penambahan KNO3 300 ppm
pada pengamatan pada 6 MST diperoleh dibandingkan kontrol dan perlakuan
pada perlakuan BAP 0.6 ppm dengan lainnya (Gambar 4C).
penambahan KNO3 300 ppm (Tabel 1).
Perolehan daun terbanyak disebabkan Pada perlakuan sitokinin kombinasi
karena 1 dari 10 ulangan memiliki daun KNO3 memiliki kecenderungan penurunan
abnormal dan cukup rimbun, sehingga jumlah akar seiring dengan penambahan
menjadikan nilai rata-rata jumlah daun konsentrasi KNO3 dibandingkan dengan
menjadi lebih tinggi (Gambar 3). Daun perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan
abnormal dapat dipengaruhi oleh bahwa nitrogen memainkan peran dalam
mengontrol laju inisiasi akar (Sen dan

241
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Batra, 2011). Berbeda dengan jumlah akar Sesuai dengan penelitian Du et al. (2006),
perlakuan konsentrasi tunggal BAP hormon BAP baik untuk inisiasi akar pada
0.2 ppm dan 0.6 ppm lebih tinggi C. esculenta.
dibandingkan dengan jumlah akar kontrol.

Gambar 4. Jumlah akar talas satoimo umur 1-6 MST pada media MS dengan perlakuan
BAP dan KNO3. Perlakuan (A) kontrol (tanpa penambahan KNO3) dan
perlakuan kombinasi KNO3; (B) kontrol (tanpa penambahan KNO3) dan
perlakuan BAP 0.2 ppm dan kombinasi KNO3; (C) kontrol (tanpa
penambahan KNO3) dan perlakuan BAP 0.6 ppm dan kombinasi KNO3
Jumlah akar terbanyak dipengaruhi menunjukkan bahwa jumlah daun pada
oleh tingginya konsentrasi BAP yaitu perlakuan BAP 0.6 ppm berbeda nyata
sebesar 0.6 ppm dibandingkan dengan dengan penambahan KNO3 300 ppm dan
konsentrasi KNO3 300 ppm. Sesuai dalam perlakuan BAP 0.6 ppm dengan
penelitian Woodward et al. (2006), penambahan KNO3 600 ppm. Sedangkan
pengakaran Eucalyptus marginata hasil uji lanjut DMRT pada peubah
tertinggi diperoleh dengan konsentrasi jumlah akar semua perlakuan tidak
nitrogen terendah. Hal tersebut diperkuat berbeda nyata. Berdasarkan hasil tersebut
dengan jumlah akar satoimo pada menunjukkan perlakuan BAP 0,6 ppm
pengamatan 6 MST perlakuan konsentrasi dengan kombinasi KNO3 efektif bagi
tunggal BAP 0.6 ppm memiliki jumlah pertumbuhan tunas dan daun pada talas
akar tertinggi kedua setelah perlakuan satoimo.
BAP 0.6 ppm dengan penambahan KNO3
300 ppm (Tabel 1). Hal ini menunjukkan Tabel 2. Hasil uji ANOVA multiplikasi
bahwa eksplan talas satoimo hanya talas satoimo pada umur 6 MST
membutuhkan konsentrasi nitrogen rendah Peubah F Sig
dan konsentrasi BAP tinggi untuk Jumlah Tunas 2.508 0.008*
meningkatkan jumlah akar. Jumlah Daun 1.519 0.135
Jumlah Akar 0.973 0.475
Berdasarkan hasil uji ANOVA terdapat Keterangan:
interaksi BAP dan KNO3 hanya pada *= menunjukkan berpengaruh nyata
peubah jumlah tunas (Tabel 2). Hasil uji
lanjut DMRT pada jumlah tunas berbeda SIMPULAN
nyata pada perlakuan kontrol dan BAP
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
0.6 ppm dengan penambahan KNO3
penambahan zat pengatur tumbuh BAP
300 ppm. Hasil uji lanjut DMRT
pada konsentrasi 0.6 ppm dan kombinasi

242
Karyanti et al. 2017. Pengaruh Benzilaminopurin dengan Penambahan KNO3 pada Multiplikasi …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 237 – 244

BAP 0.6 ppm dengan KNO3 300 ppm Source. Plant physiology. Vol. 45: 598
dapat menginduksi jumlah tunas – 600.
terbanyak dan jumlah daun. Penggunaan George, E.F. dan P.D. Sherrington 1984.
BAP konsentrasi 0.6 ppm membantu Plant Propagation By Tissue Culture
meningkatkan jumlah akar. Selain itu, (1st Ed.). Edington: Exegetics Limited.
media MS cukup bagi pertumbuhan talas Basingstoke, UK.
satoimo. George, E.F. 2008. Plant Propagation by
Tissue Culture 3rd Edition. Springer:
DAFTAR PUSTAKA 65 – 113.
Kurniati, M. 2014. Pengaruh Konsentrasi
Awasthi, C.P. dan A.B. Singh. 2000.
Colchicine terhadap Pertumbuhan
Nutrional Quality Evaluation of Edible
Dendrobium spectabile dalam Kultur
Leaves of Some Promising Colocasia
In Vitro. Skripsi. Departemen
and Alocasia Collections. Indian
Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Journal of Agricultural Research,
Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Vol. 34 (2): 117 – 121.
Institut Pertanian Bogor.
Chand, H., M.N. Pearson, dan P.H.
Marreta, D., D.P. Handayani, H.
Lovell. 1999. Rapid vegetative
Rosadayanti, dan A. Tanjung. 2016.
multiplication in Colocasia esculenta
Multiplikasi dan Induksi Umbi Mikro
(L.) Schott (taro). Plant Cell Tissue and
Satoimo (Colocasia esculenta (L.)
Organ Culture: 223 – 226.
Schott) pada Beberapa Konsentrasi
Chng, R.C.O. dan C. Goh. 1994. High
Sukrosa dan Benzilaminopurin. Jurnal
Frequency Direct Shoot Regeneration
Bioteknologi Biosains, Vol. 3 (2): 81 –
from Corm Axillary Buds and Rapid
88.
Clonal Propagation of Taro, Colocasia
Seameo. 2007. Talas Jepang (Satoimo).
esculenta (L.) Schott var. esculenta
Biotrop Services Laboratory.
(Araceae). Plant Science, Vol. 104 (1):
http://sl.biotrop.org/index.php (diakses
93 – 100.
pada 21 Maret 2017)
Cho, J.J., R.A. Yamakawa, dan J. Hollyer.
Sen, A. dan A. Batra. 2011. Crucial Role
2007. Hawaiian Kalo, Past and Future
of Nitrogen In In Vitro Regeneration of
(1st ed.). Honolulu, Hawaii:
Phyllanthus amarus Schum and Thonn.
Cooperative Extension Service,
International Journal of Pharmaceutical
College of Tropical Agriculture and
Science and Research, Vol. 2 (8): 2146
Human Resources. University of
– 2151.
Hawaii. Manoa.
Shanjani, P.S. 2003. Nitrogen effect on
Du, H.M., D.M. Tang, dan D.F. Huang.
callus induction and plant
2006. ‘Fragrant taro’ [Colocasia
regeneration of Juniperus excelsa.
esculenta (L.) Schott var.antiquorum]
International Journal of Agriculture
Micropropagation Using Thidiazuron
and Biology, Vol. 5 (4): 419 – 422.
and Benzylaminopurine. The Journal of
Shirin, F., N.S. Parihar dan S.N. Shah.
Horticultural Science and
2015. Effect of nutrient media and
Biotechnology, Vol. 81 (3): 379 – 384.
KNO3 on in vitro plant regeneration in
Eliantosi dan Darius. 2015 . Karakteristik
Saraca acosa (Roxb.) Willd. American
Fisik, Kimia, Dan Organoleptik Mie
Journal of Plant Science, 6: 3282-3292.
Mosaf (Modified Satoimo Flour)
Verma, V.M. dan J.J. Cho. 2010. Plantlet
(Colocasia esculenta). Agritepa, Vol. 1
development through somatic
(2): 188 – 194.
embryogenesis and organogenesis in
Gamborg, O.L., dan J.P. Shyluk. 1970.
plant cell cultures of Colocasia
The Culture of Plant Cells with
esculenta (L.) Schott. AsPac J. Mol.
Ammonium Salts as the Sole Nitrogen

243
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Biol. Biotechnology, Vol. 18 (1): 167 – medium pH and buffering on in vitro


170. shoot growth and rooting in
Woodward, A.J., I.J. Bennett dan S. Eucalyptus marginata. Scientia
Pusswonge. 2006. The effect of Horticulturae, Vol. 110 (2): 208 – 213.
nitrogen source and concentration,

244
RESPON PERTUMBUHAN EKSPLAN KENTANG
(Solanum tuberosum L.) VARIETAS AP-4 TERHADAP
MANITOL SEBAGAI MEDIA KONSERVASI
SECARA IN VITRO
Irni Furnawanthi1, Siti Jumroh Devianti2*, Dahlia Nauly2, Rudi Mardiyanto3
dan Mardoni Elya1
1
Balai Pengkajian Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung 630 Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang Banten 15314.
2
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jln. KH. Ahmad Dahlan Cirendeu-Ciputat Jakarta Selatan 15419
3
Asosiasi Petani Hortikultura Sejatera.
Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Jawa Timur.
*E-mail: sitijumrohdevianti@yahoo.co.id
Diterima: 17/10/2017 Direvisi: 29/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Kebutuhan tanaman kentang semakin meningkat namun produksinya semakin menurun.
Produktifitas kentang sangat tergantung kepada kualitas benih kentang yang bebas
patogen. Penggunaan manitol sebagai osmoregulator terhadap benih kentang dapat
dilakukan secara in vitro yang mampu mendapatkan kultur yang bebas virus serta
memiliki potensi yang besar untuk konservasi plasma nutfah. Penelitian ini bertujuan
mengetahui interaksi antara konsentrasi manitol dan penggunaan jenis bagian eksplan
yang menghambat pertumbuhan planlet kentang sehingga dapat disimpan dalam waktu
lama. Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai bulan Mei 2017 di Laboratorium
Mikropropagasi Balai Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong. Penelitian
menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial.
Faktor pertama perlakuan media MS + Manitol pada taraf 0, 20, 40, 60, 80, 100 dan
120 g.L-1. Faktor kedua penggunaan jenis bagian eksplan pucuk dan buku ke-2.
Pemberian perlakuan konsentrasi manitol 60 g.L-1 memberikan laju penghambatan yang
optimum dengan menekan pertumbuhan tinggi planlet 58.77%; jumlah daun 60.77%;
panjang akar 20.39%; dengan masa penyimpanan 3 bulan.
Kata kunci: Buku ke 2, osmoregulator, pertumbuhan minimal, pucuk
GROWTH RESPONSE OF EXPLANTS POTATO VARIETY AP-4 TO MANNITOL
AS AN IN VITRO CONSERVATION MEDIUM
ABSTRACT
Needs of potato crops are increasing but production is declining. Potato productivity is
highly dependent on the quality of potato-free potato seeds. The use of mannitol as
osmoregulator against potato seed can be done in vitro which is able to get a virus free
culture and has great potential for germplasm conservation. The aim of this research is
to know the interaction between mannitol concentration and the use of eksplan type
which inhibits the growth of potato plantlet so it can be stored for long time. The study
was conducted from January to May 2017 at the Biotechnology Micropropagation
Laboratory, BPPT PUSPIPTEK Serpong. The research used the method of Randomized
Complete Group Design (RKLT) factorial. The first factor was MS + Manitol media

245
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

treatment at 0, 20, 40, 60, 80, 100 and 120 g.L-1 levels. The second factor is the use of
the type of shoot part eksplan and the second node. The treatment of mannitol
concentration 60 g.L-1 gave the optimum rate of inhibition by suppressing the growth of
plantlet height 58.77%; the amount of leaf 60.77%; root length of 20.39%; with a
storage period of 3 months.
Keywords: Osmoregulator, minimum growth, second node, shoot

PENDAHULUAN alternatif bagi perbanyakan tanaman


kentang (Molla et al., 2011). Kultur
Tanaman Kentang (Solanum jaringan memiliki prinsip Totipotensi
tuberosum L.) termasuk tanaman pangan (Total Genetic Potential) sel yaitu setiap
penting dunia setelah beras dan gandum satu sel, jaringan, dan organ mempunyai
(Centro Internacional de la Papa/CIP, potensi untuk beregenerasi menjadi
2013). Kentang merupakan sumber tanaman lengkap jika tersedia nutrisi
karbohidrat alternatif sebagai salah satu yang.Lengkap sebagai media.
tanaman untuk diversifikasi pangan.
Kebutuhan umbi kentang terus meningkat Perbanyakan tanaman dengan metode
setiap tahun sejalan dengan meningkatnya kultur jaringan mampu menghasilkan
jumlah penduduk dan berkembangnya tanaman yang bebas dari virus dengan
industri yang membutuhkan bahan baku teknik meristem tip culture, sehingga
kentang. Konsumsi kentang di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar
mengalami peningkatan, namun produksi- untuk mengkoleksi tanaman agar tidak
nya fluktuatif setiap tahun. Produksi terjadinya kehilangan plasma nutfah.
kentang pada tahun 2012 sebesar Plasma nutfah organisme (tumbuhan,
1,094,240 ton, tahun 2013 menjadi hewan, mikroba) saat ini sudah dipandang
1,124,282 ton, tahun 2014 produksi sebagai salah satu sumber daya alam yang
kentang meningkat 1,347,818 ton namun sangat penting, terutama dalam rangka
pada tahun 2015 mengalami penurunan pemenuhan kebutuhan pangan, energi, dan
1,219,270 ton (Badan Pusat Statistik, kesehatan (Sumaryono, 2016).
2016).
Konservasi plasma nutfah merupakan
Kendala yang terjadi di lapangan salah satu kegiatan yang perlu dilakukan
menunjukan sebagian besar petani saat ini untuk mencegah terjadinya erosi genetik
menggunakan benih sisa hasil panen (hilangnya keragaman) dan hilangnya
sebelumnya. Hal ini menyebabkan suatu jenis tanaman misalnya karena
penurunan kualitas benih, untuk itu perlu cekaman biotik maupun abiotik
upaya untuk introduksi jenis-jenis kentang (Muhammad et al., 2003). Sedangkan
baru yang spesifik lokasi dengan biaya menurut Karjadi (2016), Penyimpanan
murah. Untuk kegiatan perbanyakan benih plasma nutfah sangat diperlukan terutama
diperlukan tanaman stok steril (gene bank) untuk klon (varietas) unggul harapan atau
yang disimpan dalam kondisi steril. klon (varietas) yang telah bebas dari
Penyediaan benih kentang dapat dilakukan penyakit virus.
melalui teknik kultur jaringan, karena
teknik ini memiliki keunggulan dapat Karjadi (2016) menyatakan bahwa
mengisolasi bagian apikal untuk men- metode penyimpanan stok tanaman
dapatkan kultur yang bebas virus. Oleh kentang secara in vitro yang diterapkan
karena itu produksi stok benih yang bebas adalah metode cryopreservation (krio-
penyakit dapat diperoleh dengan teknik preservasi) dan metode pertumbuhan
ini, Teknik ini merupakan salah satu lambat (pertumbuhan minimal). Metode
Pertumbuhan minimal bertujuan untuk

246
Furnawanthi et al. 2017. Respon Pertumbuhan Eksplan Kentang (Solanum …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 245 – 252

memperlambat pertumbuhan tanaman Osmosis yang terjadi pada pembuluh


tersebut dengan menaikkan osmolaritas xylem mempengaruhi unsur hara makro
media seperti penambahan manitol dan salah satunya yaitu aliran kalium menjadi
sorbitol. Metode kriopreservasi meru- terhambat. Kalium merupakan zat terlarut
pakan penyimpanan bahan tanaman dalam utama yang berfungsi dalam keseim-
tabung berisi nitrogen cair dengan suhu bangan air, serta memiliki peranan penting
minus 196 °C (Sumaryono, 2016). dalam pertumbuhan. Tanaman yang
Sebagian besar konservasi in vitro mengalami defisiensi kalium menye-
tanaman menggunakan metode partum- babkan pertumbuhan pada tanaman
buhan lambat, karena lebih murah dan tersebut terhambat.
mudah dalam pengaplikasiannya diban-
dingkan dengan cryopreservation. Manitol merupakan serbuk putih, tidak
berbau, bubuk kristal, atau granul mudah
Metode pertumbuhan lambat (slow mengalir bebas. Manitol mempunyai rasa
growth) pada prinsipnya adalah menye- yang manis, seperti glukosa dan setengah
diakan lingkungan dan media tumbuh kali manisnya sukrosa serta memberi
yang paling minimal sehingga laju sensasi dingin di mulut (Setyarini, 2009).
metabolisme propagula in vitro tanaman Penambahan manitol ke dalam media
berupa kalus (Yuslina et al., 2014 )., kultur akan menghambat pertumbuhan
embrio somatic (Sumarjan dan Hemon., dan perkembangan tanaman yang
2009), tunas atau planlet (Jawak, 2008 ), dikulturkan tanpa mempengaruhi sifat
berlangsung sangat lambat. Memper- genetiknya sehingga manitol dapat
lambat pertumbuhan dapat dilakukan digunakan untuk konservasi in vitro.
dengan memodifikasi media tumbuh Menurut Dewi (2002) penggunaan media
dengan cara menambahkan senyawa MS + manitol 40 g.L-1 merupakan media
osmotikum seperti manitol dan sorbitol, yang paling sesuai untuk konservasi talas.
serta zat penghambat tumbuh misalnya Tujuan penelitian ini adalah untuk
ancymidol, paclobutrazol (Sumaryono, mengetahui interaksi konsentrasi manitol
2016). dan jenis bagian eksplan yang dapat
menghambat pertumbuhan planlet kentang.
Pemberian osmotikum dan retardant
sudah banyak digunakan dalam konservasi METODE
in vitro tanaman umbi-umbian (Roostika
et al., 2005). Regulator osmotik Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
(osmoregulator) adalah suatu senyawa Januari sampai Mei 2017 di Laboratorium
organik yang dapat mempengaruhi Mikropropagasi Tanaman, Balai
tekanan osmotik dalam media kultur Bioteknologi Badan Pengkajian dan
sehingga mengurangi serapan hara Penerapan Teknologi, PUSPIPTEK
mineral dan air oleh sel atau jaringan yang Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian
mengakibatkan terhambatnya pertum- dilakukan menggunakan metode
buhan kultur (Dodds dan Robert, 1985). Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) dengan pola faktorial yang terdiri
Manitol (C6H14O6) merupakan gula dari dua faktor. Faktor pertama adalah
alkohol polihidrik atau asiklik poliol, yang konsentrasi manitol yaitu 0, 20, 40, 60, 80,
diturunkan dari manosa. Manitol berperan 100, dan 120 g.L-1. Faktor kedua adalah
penting dalam translokasi asimilat dalam jenis bagian eksplan yaitu pucuk dan buku
floem (Deguchi et al., 2004). Manitol ke-2. Kombinasi kedua faktor meng-
mampu menembus semipermeabel pada hasilkan 14 kombinasi perlakuan. Masing-
pembuluh floem sehingga akan terjadi masing perlakuan pada setiap percobaan
osmosis pada pembuluh xylem dan diulang sebanyak 4 kali, sehingga setiap
mengakibatkan terjadinya aliran tekanan. percobaan terdiri atas 168 satuan

247
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri sering terjadi pada sistem biologi, yaitu
atas 3 eksplan. suatu proses adaptif pada bagian tanaman
akibat adanya pengaruh fisik atau
Media yang digunakan adalah biokimia (memar, pengupasan, pemo-
komposisi media MS yang diberi tongan, serangan penyakit, atau kondisi
myoinositol 100 mg.L-1; vitamin thiamine yang tidak normal).
0.1 ml.L-1; vitamin pyridoxine 0.5 ml.L-1;
nicotinic acid 0.5 ml.L-1; vitamin glysine Tinggi Planlet
2 ml.L-1, dan sukrosa 30 g.L-1.
Osmoregulator manitol diberikan sesuai Pengaruh tunggal manitol pada
dengan perlakuan. Sebelum penambahan berbagai taraf terhadap tinggi planlet
agar 8 g.L-1, pH medium ditetapkan 5.8. kentang sangat nyata. Selain itu, pengaruh
Media diotoklaf pada 18 – 20 Psi dengan tunggal terhadap berbagai jenis eksplan
suhu 120 ⁰C selama 20 menit. Medium yang digunakan memberikan pengaruh
diisikan sebanyak 10 ml kedalam tabung sangat nyata terhadap tinggi planlet.
kultur. Kultur diinkubasi dibawah
Pada perlakuan tunggal manitol
pencahayaan 11 jam dengan sumber
perlakuan konsentrasi manitol 100 g.L-1
cahaya lampu TL. Suhu ruang kultur 26 -
dan 120 g.L-1 tidak terjadi peningkatan
22 oC dengan RH 70 – 80%.
terhadap tinggi planlet karena manitol
Kultur diamati mulai minggu kedua merupakan zat osmotikum yang akan
setelah tanam (MST) dan selanjutnya meningkatkan secara perlahan tekanan
setiap dua minggu selama tiga bulan. osmotik sehingga ketersedian air akan
Peubah yang diamati ialah: (a) tinggi berkurang, tentu saja semakin tinggi
tanaman yang diukur dari permukaan manitol akan terhambat pasokan air serta
media sampai ke titik tumbuh eksplan, (b) nutrisi sehingga viabilitas eksplan yang
jumlah daun baru, (c) panjang akar. sedang masa pertumbuhan akan menurun.
Dewi et al., (2014) menyatakan bahwa
Data dianalisis dengan uji F. jika pada dasarnya akumulasi osmoregulator
perlakuan menunjukkan pengaruh yang yang berlebihan akan menurunkan
nyata terhadap hasil pengamatan maka aktivitas enzim. Manitol merupakan
dilakukan analisis uji lanjut Duncan senyawa stabilisator osmotik yang dapat
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf meningkatkan osmolaritas media,
nyata 1% atau 5%.Untuk hasil analisis sehingga penyerapan nutrisi ke dalam
ragam, jumlah daun dan panjang akar data jaringan terhambat (Tambunan, 2003).
ditransformasi dengan (x+0.5)1/2 untuk
memperkecil koefisien keragaman Media MS0 yang diberikan pada
sehingga data lebih normal. perlakuan kontrol tanpa manitol memiliki
unsur hara makro dan mikro yang
HASIL DAN PEMBAHASAN terpenuhi tanpa adanya hambatan dari
tekanan osmotik sehingga pertumbuhan
Pengaruh manitol yang digunakan planlet terus meningkat. Selain itu dengan
dengan konsentrasi tinggi mampu adanya sukrosa 3% pada media MS0
mengubah eksplan menjadi browning saat sebagai sumber energi menjadikan planlet
umur 3 hari setelah tanam (HST), hal selalu tersedia pasokan makanannya.
tersebut dikarenakan ketidakmampuan Menurut Laisina (2009), gula bukan saja
eksplan menerima tekanan osmotikum sebagai penghasil energi tetapi juga untuk
mekanisme dari zat pelarut manitol. pembentukan metabolit sekunder yang
penting dalam pertumbuhan dan
Menurut Santoso dan Nursadi (2003),
perkembangan tanaman.
peristiwa browning sesungguhnya
merupakan peristiwa alamiah biasa yang

248
Furnawanthi et al. 2017. Respon Pertumbuhan Eksplan Kentang (Solanum …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 245 – 252

Pada penelitian ini konsentrasi manitol menghambat laju pertambahan tinggi


20 g.L-1; 40 g.L-1; 60 g.L-1; 80 g.L-1; tanaman jeruk besar (Citrus grandis L.
100 g.L-1; dan 120 g.L-1; berturut-turut Osbeck) sebesar 56.37%; 63.76%; dan
mampu menghambat laju pertambahan 39.60% pada umur 24 MST. Sedangkan
tinggi planlet kentang secara in vitro pada pada penelitian Dewi et al. (2014),
umur 10 MST sebesar 32.27%; 48.25%; pengurangan tinggi tunas jeruk besar cv.
58.72%; 63.66%; 64.53%; dan 64.53% Nambangan dengan konsentrasi manitol
(Tabel 1). Namun pada penelitian Jawak yang sama berkisar antara 39.6 – 63.8%
(2008), perlakuan manitol 20 g.L-1; 40 pada umur 24 MST.
g.L-1; dan 60 g.L-1 berturut-turut mampu

Tabel 1. Pengaruh Interaksi Konsentrasi Manitol dan Berbagai Jenis Eksplan terhadap
Rata-rata Tinggi Planlet (cm) Kentang cv. AP-4 secara In Vitro pada Umur 10
MST
Jenis Bagian Eksplan Konsentrasi Manitol (g.L-1)
0 20 40 60 80 100 120
Pucuk 3.42a 2.17c 1.58d 1.41de 1.29e 1.22e 1.22e
Buku ke-2 3.46a 2.48b 1.98c 1.44de 1.22e 1.22e 1.22e
Koefisien Keragaman 7.06%
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 5%; data tinggi planlet ditransformasi dengan (x + 0.5)1/2
Pengaruh interaksi antara konsentrasi Semakin rendah konsentrasi manitol untuk
manitol dengan berbagai jenis eksplan berbagai jenis eksplan yang digunakan
yang digunakan berdasarkan analisis maka tinggi planlet akan semakin tinggi,
ragam pada umur 2 dan 4 MST tinggi sedangkan perlakuan berbagai jenis
planlet tidak berpengaruh nyata pada eksplan yang digunakan bagian buku ke-2
setiap perlakuan namun, umur 6, 8, dan 10 memberikan respon pertumbuhan yang
MST tinggi planlet menunjukan pengaruh cepat pada konsentrasi manitol rendah.
sangat nyata terhadap setiap perlakuan.

a b

Gambar 1. Kondisi planlet dengan konsentrasi manitol 60 g.L-1 pada berbagai ulangan,
umur 10 MST. jenis eksplan bagian pucuk (a) dan bagian buku ke 2 (b)

Jumlah daun tidak nyata serta interaksi antar perlakuan


memberikan pengaruh tidak nyata. Hasil
Percobaan perlakuan konsentrasi penelitian ini menunjukan penekanan
manitol pada berbagai taraf menunjukkan jumlah daun optimum terjadi pada
pengaruh yang sangat nyata terhadap perlakuan konsentrasi manitol 80 g.L-1
pertambahan jumlah daun, sedangkan dengan jenis eksplan bagian buku ke-2
perlakuan berbagai jenis eksplan pucuk rata-rata jumlah daun adalah 0.78 helai
dan buku ke-2 menunjukan hasil yang dengan menekan laju pertumbuhan jumlah

249
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

daun sebesar 63.21%; ini tidak berbeda hormon yang diproduksi dalam bagian
nyata dengan perlakuan konsentrasi daun, batang, akar dan buah yang
manitol 60 g.L-1 manitol pada jenis berfungsi sebagai menghambat
eksplan bagian pucuk dengan persentase pertumbuhan.
penekanan sebesar 60.77% dan pada jenis
eksplan buku ke-2 tingkat menekan laju Panjang Akar
pertumbuhan jumlah daun 53.77%.
Pengamatan panjang akar dilakukan
pada umur 12 MST, berdasarkan hasil
analisis ragam Pengaruh tunggal manitol
memberikan pengaruh sangat nyata,
sedangkan pengaruh tunggal bagian jenis
eksplan tidak berpengaruh nyata terhadap
panjang akar serta interaksi terhadap
perlakuan memberikan pengaruh sangat
nyata. Bagian jenis eksplan pucuk pada
faktor manitol (Gambar 3) memiliki
respon pertumbuhan panjang akar yang
cepat. Penelitian Jawak (2008)
melaporkan perlakuan manitol 20 g.L-1;
40 g.L-1; dan 60 g.L-1 pada planlet jeruk
besar tidak adanya pertumbuhan akar
sama sekali.
Gambar 2. Grafik pada jumlah daun
planlet kentang umur
8 MST data jumlah daun
ditransformasi dengan
1/2
(x + 0.5)
Menurut Dewi et al. (2010), respon
tanaman akibat penambahan manitol
dalam media terlihat pada ukuran daun
yang semakin mengecil pada konsentrasi
manitol yang tinggi. Peningkatan potensial
osmotik pada media tersebut menye-
babkan kekurangan air yang tersedia bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakan.
Tanaman yang merespon kekurangan air
akan mengurangi laju transpirasi untuk Gambar 3. Grafik pada panjang akar
penghematan air, kekurangan air juga planlet kentang umur
akan merangsang peningkatan sintesis dan 12 MST pada pengaruh
pembebasan asam absisat dari sel-sel konsentrasi manitol pada
mesofil daun Asam absisat merupakan berbagai jenis eksplan.

250
Furnawanthi et al. 2017. Respon Pertumbuhan Eksplan Kentang (Solanum …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 245 – 252

A B

Gambar 4. Kondisi akar planlet kentang pada berbagai konsentrasi manitol pada umur
12 MST. (a) 0 g.L-1; (b) 20 g.L-1; (c) 40 g.L-1; (d) 60 g.L-1; (e) 80 g.L-1;
(f) 100 g.L-1; (g) 120 g.L-1. (A) Eksplan bagian pucuk dan (B) Eksplan
bagian buku ke-2

SIMPULAN Menggunakan Osmotikum dan Retar.


Jurnal AgroBiogen edisi 6 hal 84-90.
Konsentrasi manitol 80 g.L-1 mampu Dewi, I.S., G.S. Jawak, B.S. Purwoko, dan
memberikan pertumbuhan optimum pada M. Sabda. 2014. Respon Pertumbuhan
laju pertumbuhan terhambat pada Kultur In Vitro Jeruk Besar (Citrus
beberapa parameter, namun dari segi maxima (Burm.) Merr.) cv. Nambangan
ekonomis konsentrasi manitol 60 g.L-1 terhadap Osmotikum dan Retardan.
tidak berbeda nyata sehingga mampu Jurnal Hortikultura. Indonesia, Vol. 5
memberikan pertumbuhan yang optimum (1): 21 – 28.
untuk konservasi plasma nutfah kentang Dewi, N. 2002. Perbanyakan dan
kultivar AP-4. Jenis eksplan bagian pucuk Pelestarian Plasma Nutfah Talas
yang paling baik untuk konservasi planlet (Colocasia esculenta (L.) Schot) Secara
kentang memiliki viabilitas yang baik In Vitro. Tesis. Program Pascasarjana
normal. IPB. Bogor.
Dewi, N., I.S. Dewi, dan I. Roostika.
DAFTAR PUSTAKA
2014. Pemanfaatan Teknik Kultur In
Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Panen, Vitro untuk Konservasi Plasma Nutfah
Produksi dan Produktivitas Kentang. Ubi-Ubian. Jurnal AgroBiogen, Vol. 10
2012 – 2015. http://bps.go.id. (diakses (1): 34 – 44.
pada 27 Januari 2017). Dodds, J.H. dan L.W. Roberts. 1985.
Centro Internacional de la Papa (CIP). Experiments in Plant Tissue Culture.
2013. Facts and Figures. 2nd Edition. Cambridge University
http://cipotato.org/potato/facts. (diakses Press. Cambridge. UK.
pada 27 Januari 2017). Jawak, G. 2008. Konservasi Plasma
Deguchi, M., Y. Koshita, M. Gao, R. Tao, Nutfah Jeruk Besar secara In Vitro.
T. Tetsumura, S. Yamaki dan Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut
Y. Kanayama. 2004. Engineered Pertanian Bogor.
Sorbitol Accumulation Induces Karjadi, A.K. 2016. Kultur Jaringan dan
Dwarfism in Japanese persimmon. J. Mikropropagasi Tanaman Kentang
Plant Physiol, Vol. 161 (1): 1177 – (Solanum tuberosum L). Iptek
1184. Tanaman Sayuran, No. 008, Maret
Dewi, I.S., G. Jawak, I. Roostika, M. 2016. Balai Penelitian Tanaman
Sabda, B. S. Purwoko, dan W.H. Adil. Sayuran. Bandung.
2010. Konservasi In Vitro Tanaman Laisina, J.K.J. 2009. Pelestarian secara In
Jeruk Besar (Citrus maxima (Burm.) Vitro Melalui Pertumbuhan Minimal
Merr.) Kultivar Srinyonya pada Beberapa Genotipe Ubi Jalar

251
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

(Ipomea batatas (L) Lam). Tesis. Bahan Pengikat dan Manitol sebagai
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bahan Pengisi terhadap Sifat Fisik dan
Bogor. Bogor. Respon Rasa Tablet effervescent
Molla, M.M.H., K.M. Nasiruddin., M. Al- Ekstrak Tanaman Ceplukan (physalis
Amin, D. Khanam dan M.A. Salam. angulata l.). Skripsi. Fakultas Farmasi.
2011. Effect of Growth Regulators on Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Direct Regeneration of Potato. Sumarjan dan A.F. Hemon. 2009.
International Conference on Efektivitas Polietilena Glikol dan
Environment and Industrial Innovation, Manitol sebagai Agens Penyeleksi In
Vol. 12: 205 – 210. Vitro untuk Cekaman Kekeringan
Muhammad, H., Armiati dan terhadap Pertumbuhan Embrio Somatik
W. Dewayani. 2003. Jeruk Keprok Kacang Tanah. Crop Agro, Vol. 2(1):
Selayar dan Upaya Pelestariannya. 30 – 36.
http://www.pustakadeptan.go.id/public Sumaryono. 2016. Konservasi In Vitro
ation/p3223031. pdf. (diakses pada Plasma Nutfah Tumbuhan. Indonesian
4 Febuari 2017). Research Institute for Biotechnology
Roostika, I., N. Sunarlim, dan V.N. Arief. and Bioindustry.
2005. Teknik Penyimpanan Kentang https://www.iribb.org/index.php?option
Hitam secara In vitro. Buletin =com_content&view=article&id=306:k
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan onservasi-in-vitro-plasma-nutfah-
24 (1): 46 – 52. tumbuhan&catid=9:artikel&Itemid=58
Santoso, U. dan F. Nursadi. 2003. Kultur (Diakses pada 4 Maret 2017).
Jaringan Tanaman. Publikasi Terbitan Tambunan, I.R. 2003. Studi Penyimpanan
Univeritas Muhammadiyah Malang. Kultur In Vitro Ubi Jalar (Ipomea
Malang. batatas (L) Lam) secara
Setyarini, D. 2009. Pengaruh Variasi Kriopreservasi. Tesis. Program
Konsentrasi Polivinilpirolidon sebagai Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

252
ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH
ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG
Yenny Laura Butarbutar* dan Nurmely Violita Sitorus
Universitas Methodist Indonesia
Jalan Harmonika Baru Tanjung Sari Medan 20132
Telp. (061) 8212162
*E-mail: yennylaura23@gmail.com
Diterima: 30/10/2017 Direvisi: 21/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan harga jamur tiram putih organik
di tingkat konsumen dengan harga yang di tingkat petani serta adanya dugaan peran
beberapa pedagang dalam pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli
Serdang. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tujuan penelitian: (1) mengidentifikasi
saluran pemasaran; (2) menganalisis fungsi-fungsi pemasaran jamur tiram putih
organik; (3) menganalisis biaya dan margin pemasaran, serta share petani; dan
(4) menganalisis efisien atau tidak-nya saluran pemasaran di daerah penelitian. Metode
penentuan lokasi penelitian adalah purposive di Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya,
penentuan sampel penelitian menggunakan metode snowball sampling, sehingga jumlah
sampel petani 31 orang, pedagang pengumpul kecamatan 1 orang, pedagang pengecer 2
orang, dan pedagang jamur crispy 2 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh kesimpulan: (1) Pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli
Serdang terdiri dari 4 saluran pemasaran; (2) Fungsi-fungsi pemasaran jamur tiram
putih organik, diantaranya fungsi pembelian, penjualan, transportasi, pengemasan,
sortasi, dan pembiayaan; (3) Adapun rincian total biaya, margin pemasaran, serta share
petani jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :
Saluran I, total biaya Rp 2081.7; margin pemasaran Rp 10,000; dan share petani sebesar
60%. Saluran II, total biaya Rp 2,698.18; margin pemasaran Rp 13,000; dan share
petani 53.57%. Saluran III, total biaya Rp 56,216.18; margin pemasaran Rp 110,000;
dan share petani 12%. Saluran IV, total biaya Rp 1,008.07; margin pemasaran sebesar
Rp 0; dan share petani 100%; (4) Pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten
Deli Serdang untuk saluran I sampai IV efisien (nilai Ep < 50%).
Kata kunci: Biaya, efisiensi, fungsi, margin, saluran, share
MARKETING ANALYSIS OF ORGANIC WHITE OYSTER MUSHROOM IN DELI
SERDANG DISTRICT
ABSTRACT
The research background is due to the existing difference between the price consumers
pay for organic white oyster mushroom with the money farmers receive also the
presumption of involvement of several traders in the mushroom trading in Deli Serdang
district. Therefore, a research was conducted to achieve several objectives which are:
(1) to identify marketing channel; (2) to analyse the functions of marketing;
(3) to analyse cost and marketing margin; and (4). to analyse the marketing efficiency
of organic white oyster mushroom in the research areas. Location was determined
using purposive method in Deli Serdang district. Next, sample was determined by
snowball sampling method with limited data availability, farmer’s sample size was 31

253
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

people, local trader’s was 1 person, retailer’s was 2 people and crispy mushroom seller
was 2 people. Based on the research conducted, we can conclude: (1) There are 4
marketing channels in organic white oyster mushroom trading in Deli Serdang District;
(2) farmers and middleman use marketing functions such as purchasing, selling,
transporting, packaging, sorting and financing functions; (3) As for total cost,
marketing margin and farmers share in Deli Serdang district respectively are:
Channel I, Rp 20,817.7; Rp 10,000 and 60%. Channel II, Rp 2,698.18; Rp 13,000 and
53.57%. Channel III, Rp 56,216.18; Rp 110,000 and 12%. Channel IV, Rp 1,008.07;
Rp 0; and 100%. (4) The organic white oyster mushroom marketing in Medan City and
Deli Serdang District for channel I - IV are efficient (Ep value < 50%).
Keywords: channel, cost, efficiency, function, margin, share

PENDAHULUAN peluang pemasaran produk jamur di dalam


negeri memberikan prospek yang cerah
Latar Belakang bagi para pelaku usahatani jamur tiram
(Sarina et al., 2012).
Tanaman hortikultura merupakan salah
satu subsektor pertanian yang menempati Selain dilihat dari segi kesehatan
posisi penting dalam memberikan perkembangan prospek usaha jamur tiram
kontribusi bagi perekonomian Indonesia, cukup menjanjikan dalam hal bisnis. Hal
khususnya tanaman sayuran yang sangat ini dibuktikan dengan semakin berkem-
penting bagi kehidupan. Adapun salah bangnya bisnis kuliner jamur tiram yang
satu tanaman sayuran organik yang tentunya akan membuka pasar jamur
digemari masyarakat yang sangat baik tiram. Banyak sudah masyarakat yang
bagi kesehatan sebagai sumber bahan mulai melirik budidaya jamur tiram
makanan dan obat-obatan, yaitu tanaman sebagai kerja sampingan atau bahkan ada
jamur. Beraneka ragam jenis jamur yang yang menjadikannya bisnis utama dalam
telah dibudidayakan seperti jamur penyangga perekonomian rumah tangga.
Shiitake, jamur kuping, jamur tiram, jamur Karena jamur tiram mudah untuk
lingzhi, jamur merang, dan masih banyak dibudidayakan dan media tanamnya
lagi jenis jamur yang telah dikonsumsi banyak tersedia. Selain itu pemasaran
(Suriawiria, 1995). jamur tiram biasanya sudah ada
jaringannya sendiri. Jadi saat jamur tiram
Menurut Pasaribu et al., (2002) hal
dipanen, sudah ada yang bersiap
yang menarik dari budidaya jamur adalah
menampung jamur tiram (Maria, 2012).
aspek ekonomi yang cerah karena tidak
membutuhkan lahan yang luas, media Adapun perkembangan sentra produksi
tumbuh berupa limbah industri pertanian jamur tiram putih organik di Indonesia
yang mudah didapat dan hasil produksi mulai terlihat ada di pulau Sumatera
juga mampu bersaing dengan komoditi khususnya kabupaten Deli Serdang yang
pertanian lainnya. Selanjutnya, menurut terlihat dari adanya sejumlah petani yang
Parjimo dan Andoko, (2009), peluang mulai membudidayakan tanaman ini.
pasar jamur di dalam negeri ditandai Kondisi ini tentu saja didukung oleh
dengan perkembangan produksi jamur di faktor alam yang sesuai bagi pertumbuhan
Indonesia yang terus meningkat. Hal ini jamur tiram di kedua daerah ini, sehingga
sejalan dengan populasi penduduk budidaya jamur tiram organik dapat
Indonesia yang terus meningkat dan berkembang. Akan tetapi, kondisi alam
tersebar di beberapa provinsi disertai yang mendukung budidaya jamur tiram
dengan perkembangan industri pengo- putih organik tidak diikuti dengan
lahan serta industri pariwisata, maka

254
Butarbutar dan Sitorus. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 253 – 261

pemasaran yang lancar. Hal ini dapat Marketing) di Provinsi Lampung”


dilihat dari adanya perbedaan harga antara didapatkan hasil bahwa saluran pemasaran
produsen dan konsumen akhir yang jamur tiram di Provinsi Lampung terdiri
signifikan, dimana harga yang harus dari 4 (empat) saluran, antara lain :
dibayarkan oleh konsumen relatif lebih Saluran I, petani → pedagang pengumpul
mahal, sedangkan harga yang diterima → konsumen (rumah makan, restoran, dan
oleh produsen relatif lebih murah. Selain hotel). Saluran II, petani → pedagang
itu, diduga ada keterlibatan beberapa jenis pengumpul → pedagang pengecer →
pedagang perantara dalam pemasaran konsumen rumah tangga. Saluran III,
jamur tiram putih organik di daerah petani → pedagang besar → konsumen
penelitian, sehingga menyebabkan saluran (rumah makan, restoran, dan hotel).
pemasaran bervariasi dan bagian (share) Saluran IV, petani → pedagang besar →
harga jual yang diterima oleh petani pedagang pengecer → konsumen rumah
menjadi berkurang. tangga. Selain itu, diketahui pula bahwa
petani jamur tiram di Provinsi Lampung
Berdasarkan kondisi tersebut, maka melakukan fungsi penjualan, sedangkan
penulis tertarik untuk melakukan pedagang jamur tiram melakukan fungsi
penelitian mengenai pemasaran jamur pembelian, penjualan, fungsi transportasi,
tiram putih organik di kabupaten Deli pengemasan, dan fungsi pembiayaan
Serdang, sehingga dapat diketahui saluran dalam hal upah tenaga kerja.
pemasaran yang efisien dan memberikan
keuntungan yang lebih adil kepada petani Berdasarkan penelitian Azmiliana
jamur tiram putih organik. et al., (2016) dengan judul “Analisis
Pemasaran Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Permasalahan ostreatus) di Kota Pekanbaru” diketahui
bahwa penentuan sampel penelitian
Berdasarkan uraian pada latar
menggunakan metode snowball sampling
belakang, maka dapat dirumuskan
dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
beberapa permasalahan yang akan diteliti,
terdapat 3 (tiga) saluran pemasaran jamur
antara lain :
tiram putih yang ada di Kota Pekanbaru,
1. Bagaimana saluran pemasaran jamur
antara lain : Saluran I, petani →
tiram putih organik di daerah
konsumen. Saluran II, petani → pengecer
penelitian?
→ konsumen. Saluran III, petani →
2. Apa saja fungsi-fungsi pemasaran
pengumpul → pengecer → konsumen.
yang dilakukan oleh petani dan
Selanjutnya, fungsi pemasaran yang
pedagang perantara (middleman)
dilakukan oleh lembaga-lembaga
jamur tiram putih organik di daerah
pemasaran jamur tiram putih meliputi
penelitian?
fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi
3. Berapa besar biaya pemasaran, margin
fasilitas.
pemasaran, dan share harga jual dari
pemasaran jamur tiram putih organik Tujuan Penelitian
di daerah penelitian?
4. Apakah saluran pemasaran jamur Adapun tujuan penelitian yang hendak
tiram putih organik di daerah dicapai, antara lain :
penelitian efisien atau tidak? 1. Menganalisis saluran pemasaran jamur
tiram putih organik di daerah
Penelitian Terdahulu penelitian.
2. Menganalisis fungsi - fungsi
Berdasarkan penelitian Candra et al.,
pemasaran yang dilakukan oleh petani
(2014) yang berjudul “Analisis Usahatani
dan pedagang perantara (middleman)
dan Pemasaran Jamur Tiram dengan Cara
Konvensional dan Jaringan (Multi Level

255
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

jamur tiram putih organik di daerah petani dan pedagang jamur tiram putih
penelitian. organik di daerah penelitian, maka
3. Menganalisis besarnya biaya digunakan metode snowball sampling.
pemasaran, margin pemasaran, dan
share harga jual dari pemasaran jamur Dimana jumlah sampel petani dan
tiram putih organik di daerah pedagang perantara dalam pemasaran
penelitian. jamur tiram putih organik yang ada di
4. Menganalisis efisien atau tidak-nya kabupaten Deli Serdang sebanyak 31
saluran pemasaran jamur tiram putih orang petani, 1 (satu) orang pedagang
organik di daerah penelitian. pengumpul kecamatan, 2 (dua) orang
pedagang pengecer, dan 2 (dua) orang
Manfaat Penelitian pedagang jamur crispy.
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk Metode analisis data untuk tujuan 1
mengetahui saluran pemasaran yang (satu) dan 2 (dua) menggunakan metode
paling efisien dan menguntungkan bagi deskriptif, yaitu dengan menjelaskan tipe
petani jamur tiram putih organik yang ada saluran pemasaran dan fungsi-fungsi
di Kota Medan dan Kabupaten Deli pemasaran yang dilakukan oleh petani,
Serdang. Selain itu, penelitian ini juga lembaga pemasaran (pedagang perantara)
bermanfaat untuk mengetahui pedagang jamur tiram putih organik di daerah
perantara (middleman) yang terlibat dalam penelitian. Sedangkan metode analisis
pemasaran jamur tiram yang data untuk tujuan 3 (tiga) dan 4 (empat)
mengeluarkan biaya pemasaran paling menggunakan perhitungan matematis
sedikit maupun mendapatkan share harga dengan rumus sebagai berikut:
jual paling tinggi.
A. Margin pemasaran
METODE
MP = Pr - Pf
Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Keterangan :
Penelitian MP = Margin Pemasaran
Pr = harga di tingkat pengecer (Rp)
Daerah penelitian untuk analisis Pf = harga di tingkat produsen (Rp)
pemasaran jamur tiram putih organik
dipilih secara purposive, yaitu di B. Share Produsen (Petani)
kabupaten Deli Serdang dengan
pertimbangan bahwa daerah ini Pf
Sp =  100 %
merupakan salah satu sentra produksi Pr
jamur tiram putih organik di Provinsi Keterangan :
Sumatera Utara yang dibuktikan dengan Sp = bagian (share) yang diterima
lokasi para petani pembudidaya yang produsen (%)
tersebar di daerah ini. Adapun waktu Pf = harga di tingkat produsen (Rp)
penelitian dimulai dari bulan April sampai Pr = harga di tingkat konsumen akhir
September 2017. atau harga di tingkat pengecer
(Rp) (Rahim dan Retno, 2008).
Metode Penentuan Sampel
C. Efisiensi Pemasaran
Adapun sampel dalam penelitian ini
terdiri dari petani, dan pedagang perantara Perhitungan tingkat efisiensi
(middleman) jamur tiram putih organik pemasaran komoditas pertanian sebagai
yang ada di kabupaten Deli Serdang. Oleh berikut:
karena keterbatasan data sekunder TB
EP =  100 %
mengenai populasi dan lokasi penyebaran TNP

256
Butarbutar dan Sitorus. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 253 – 261

I harga jual jamur tiram organik di tingkat


Keterangan: petani sebesar Rp 15,000 lalu harga jual di
EP = Efisiensi Pemasaran tingkat pedagang pengumpul kecamatan
TB = Total Biaya sebesar Rp 21,500 dan harga jual di
TNP = Total Nilai Produk tingkat pengecer sebesar Rp 25,000.
Sedangkan saluran pemasaran jamur tiram
Kriteria Penilaian : putih organik yang paling pendek adalah
1. Apabila nilai EP < 50%, maka saluran IV dikarenakan petani langsung
tataniaga semakin efisien. menjual jamur kepada konsumen dalam
2. Apabila nilai EP ≥ 50%, maka bentuk bahan segar dengan harga jual
tataniaga tidak efisien. (Soekartawi, sebesar Rp 20,000.
2002).
Fungsi-Fungsi Pemasaran Jamur
HASIL DAN PEMBAHASAN Tiram Putih Organik
Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih Fungsi pemasaran merupakan proses
Organik atau kegiatan mengalirkan produk dari
produsen ke konsumen akhir yang
Saluran pemasaran merupakan
dilakukan oleh lembaga pemasaran.
serangkaian lembaga pemasaran yang
Adapun fungsi-fungsi pemasaran yang
menyelenggarakan kegiatan pemasaran
dilakukan oleh lembaga pemasaran jamur
suatu produk/komoditi. Oleh karena itu,
tiram putih organik di Kabupaten Deli
berdasarkan hasil penelitian diketahui
Serdang dapat dilihat pada Tabel 1.
bahwa saluran pemasaran jamur tiram
putih organik di Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa
terdiri dari 4 (empat) saluran pemasaran setiap lembaga pemasaran jamur tiram
dengan keterlibatan beberapa pedagang putih organik di Kabupaten Deli Serdang
perantara (middleman), antara lain melakukan fungsi penjualan, pengang-
pedagang besar, pedagang pengumpul kutan, pengemasan, dan pembiayaan.
kecamatan, pengecer, dan pedagang jamur Dimana dalam hal fungsi penjualan mulai
crispy. dari petani, pedagang pengumpul
kecamatan, pengecer hingga pedagang
Adapun saluran pemasaran jamur tiram
jamur crispy menjual jamur tiram putih
putih organik yang ada di Kabupaten Deli
organik setiap hari dalam bentuk bahan
Serdang terdiri dari:
segar maupun produk olahan berbentuk
Saluran I : Petani → Pedagang
makanan. Selanjutnya dalam hal fungsi
Pengumpul Kecamatan →
pengangkutan yang dilakukan oleh setiap
Pengecer → Konsumen
lembaga pemasaran jamur tiram putih
Saluran II : Petani → Pengecer →
organik di Kabupaten Deli Serdang
Konsumen
menunjukkan bahwa lokasi produsen dan
Saluran III : Petani → Pedagang Jamur
pedagang perantara (middleman) yang
Crispy → Konsumen
terlibat tidak berada dalam satu kawasan
Saluran IV : Petani → Konsumen
yang dekat. Dimana jenis alat transportasi
Berdasarkan keempat jenis saluran yang digunakan oleh setiap lembaga
pemasaran tersebut dapat diketahui bahwa pemasaran jamur tiram putih organik di
saluran pemasaran jamur tiram putih Kabupaten Deli Serdang kebanyakan
organik yang paling panjang adalah menggunakan sepeda motor, walaupun
saluran I dikarenakan melibatkan 2 (dua) sesekali pedagang pengumpul kecamatan
orang pedagang perantara (middleman), menggunakan mobil angkutan milik
yaitu pedagang pengumpul kecamatan dan pribadi pada saat membeli jamur dari
pengecer. Dimana pada saluran pemasaran petani. Demikian juga dengan fungsi

257
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

pengemasan yang dilakukan oleh setiap plastik maupun goni untuk menjaga
lembaga pemasaran jamur tiram putih kualitas dan mempermudah proses
organik menunjukkan bahwa produk yang perpindahan produk dari petani (produsen)
diperjualbelikan harus dikemas dalam hingga ke konsumen.

Tabel 1. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Masing-Masing Lembaga


Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik di Kabupaten Deli Serdang
Lembaga Pemasaran
Pedagang Pedagang
Fungsi Pemasaran
Petani Pengumpul Pengecer Jamur
Kecamatan Crispy
1. Fungsi Pertukaran
a. Pembelian - √ √ √
b. Penjualan √ √ √ √
2. Fungsi Fisik
a. Penyimpanan - - - -
b. Pengangkutan √ √ √ √
c. Pengemasan √ √ √ √
3. Fungsi Fasilitas
a. Pembiayaan √ √ √ √
b. Sortasi √ - - -
c. Penanggungan - - - -
Resiko
d. Informasi Pasar - - - -

Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran, sortasi dengan menggunakan tenaga kerja


dan Share Harga Jual Jamur Tiram luar keluarga, sehingga ada biaya
Putih Organik di Kabupaten Deli pemasaran yang relatif besar harus
Serdang dikeluarkan oleh petani jamur tiram putih
organik. Selanjutnya, rata-rata biaya
A. Komponen Biaya Pemasaran pemasaran jamur tiram putih organik
saluran II di Kabupaten Deli Serdang
Biaya pemasaran yang dikeluarkan
paling banyak dikeluarkan oleh pengecer
oleh setiap lembaga pemasaran jamur
yaitu sebesar Rp 1,380.09/kg. Hal ini
putih organik di Kabupaten Deli Serdang
dikarenakan pengecer melakukan fungsi
terdiri dari biaya transportasi, sewa lapak,
pengemasan dan pengangkutan serta sewa
pengemasan, upah tenaga kerja, tim-
tempat untuk berjualan di pasar dan
bangan, retribusi, dan biaya pengolahan
membayar retribusi setiap bulan.
jamur crispy. Adapun rincian komponen
Demikian juga untuk rata-rata biaya
rata-rata biaya pemasaran tersebut dapat
pemasaran jamur tiram putih organik
dilihat pada Tabel 2 berikut.
saluran III di Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat paling banyak dikeluarkan oleh pedagang
diketahui bahwa rata-rata biaya pemasaran jamur crispy yaitu sebesar
jamur tiram putih organik saluran I di Rp 56,598.35/kg dikarenakan adanya
Kabupaten Deli Serdang paling banyak tambahan biaya pengolahan yang harus
dikeluarkan oleh petani yaitu sebesar dikeluarkan oleh pedagang jamur crispy
Rp 1,643.45/kg. Hal ini dikarenakan dalam rangka mengolah jamur tiram
petani melakukan fungsi pengemasan dan menjadi jamur crispy.

258
Butarbutar dan Sitorus. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 253 – 261

Tabel 2. Komponen Rata-Rata Biaya Pemasaran dari Masing-Masing Pola Saluran


Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik di Kabupaten Deli Serdang
Saluran Pemasaran
Lembaga Pemasaran
Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV
1. Petani
a. Plastik 288,88 322,62 321,37 325,98
b. Tenaga Kerja 1.150,61 814,48 462,07 503,04
c. Transportasi 17,82 126,69 144,23 -
d. Timbangan 186,14 54,3 190,16 179,05
Total Biaya 1.643,45 1.318,09 1.117,83 1.0008,07
2. Pedagang
pengumpul
kecamatan
a. Plastik 150,68
b. Transportasi 212,73
Total Biaya 363,41
3. Pengecer
a. Plastik - 203,62 - -
b. Transportasi - 814,48 - -
c. Sewa Lapak 39,39 226,24 - -
d. Retribusi 35,45 135,75 - -
Total Biaya 74,84 1.380,09 - -
4. Pedagang jamur
crispy
a. Plastik - - 5.666,67 -
b. Transportasi - - 532,39 -
c. Sewa lapak - - 399,29 -
d. Biaya - - 48.500 -
pengolahan
Total Biaya - - 55.098,35 -

B. Biaya Pemasaran, Marjin sebagai persentase dari perbandingan


Pemasaran, dan Share Petani harga yang diterima oleh petani dengan
harga yang dibayarkan oleh konsumen.
Nilai margin pemasaran dipengaruhi Adapun rincian mengenai biaya
oleh besarnya biaya pemasaran dan pemasaran, margin pemasaran, dan share
keuntungan yang didapatkan oleh setiap petani dalam pemasaran jamur tiram putih
lembaga pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang dapat
organik. Sedangkan share petani diartikan dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran, dan Share Petani dari Masing-Masing
Pola Saluran Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik di Kabupaten Deli
Serdang
Parameter I II III IV
Biaya Pemasaran (Rp) 2.018,70 2.698,18 56.216,18 1.008,07
Margin Pemasaran (Rp) 10.000,00 13.000,00 110.000,00 0,00
Share Produsen (%) 60,00 53,57 12,00 100,00

259
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat petani jamur tiram putih organik pada
diketahui bahwa total biaya pemasaran saluran I, II, dan III mendapatkan share
jamur tiram putih organik di Kabupaten (bagian) dari harga jual lebih sedikit
Deli Serdang terbesar ada pada saluran III (60%, 53.57% dan 12%) daripada share
(petani-pedagang jamur crispy-konsumen) harga jual yang didapatkan oleh petani
yaitu sebanyak Rp 56,216.18/kg pada saluran IV pemasaran jamur tiram
dikarenakan adanya biaya pengolahan organik di Kabupaten Deli Serdang, yaitu
bahan baku (jamur tiram putih organik) sebesar 100%.
menjadi produk olahan makanan (jamur
crispy). Sedangkan total biaya pemasaran Efisiensi Pemasaran Jamur Tiram
paling sedikit ada pada saluran IV (petani Putih Organik di Kabupaten Deli
→ konsumen) yaitu sebanyak Serdang
Rp 1,008.07/kg dikarenakan biaya
Saluran pemasaran yang efisien akan
pemasaran hanya dikeluarkan oleh petani
tercipta apabila seluruh lembaga
dan tidak ada keterlibatan pedagang
pemasaran yang terlibat dalam kegiatan
perantara (middleman) dalam pemasaran
memperoleh kepuasan dengan aktivitas
jamur tiram putih organik di Kabupaten
pemasaran tersebut. Penurunan biaya
Deli Serdang. Hal ini sesuai dengan hasil
input dari pelaksanaan pekerjaan tertentu
penelitian Meitasari (2011) yang
tanpa mengurangi kepuasan konsumen
menyimpulkan bahwa apabila semakin
akan output barang dan jasa menunjukkan
sedikit jumlah lembaga pemasaran
tingkat efisiensi. Oleh karena itu, dengan
usahatani jamur tiram, maka semakin
kata lain, suatu saluran pemasaran
kecil biaya pemasaran yang dikeluarkan.
dikatakan efisien apabila dapat
Selain itu, dari segi margin pemasaran dilaksanakan dengan biaya yang paling
dapat diketahui bahwa margin pemasaran rendah.
per kg terbesar ada pada saluran III yaitu
Adapun rincian biaya pemasaran, harga
sebanyak Rp 110,000 dan margin
jual atau nilai produk, dan efisiensi
pemasaran terkecil ada pada saluran IV
pemasaran jamur tiram putih organik di
yaitu sebanyak Rp 0. Hal ini dikarenakan
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat
harga beli di tingkat konsumen sama
pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat
besarnya dengan harga jual di tingkat
diketahui bahwa saluran pemasaran yang
petani jamur tiram putih organik di
paling efisien adalah saluran IV (petani →
Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya,
konsumen) dengan nilai efisiensi
dalam hal share petani diketahui bahwa
pemasaran sebesar 5.04%.

Tabel 4. Efisiensi Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik di Kabupaten Deli Serdang
Saluran Pemasaran
Uraian
Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV
Biaya Pemasaran 2.081,70 2.698,18 56.216,18 1.008,07
Nilai Produk 25.000,00 28.000,00 125.000,00 20.000,00
Efisiensi Pemasaran 8,33 11,73 44,97 5,04

SIMPULAN crispy. Adapun total biaya, margin, dan


efisiensi pemasaran terendah ada di
Pemasaran jamur tiram putih organik di saluran IV (petani → konsumen) yaitu
Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 4 sebesar Rp 1,008.07/kg; Rp 0 dan 5.04%.
(empat) saluran dengan melibatkan Oleh karena itu, diharapkan adanya upaya
pedagang pengumpul kecamatan, untuk membantu petani dalam
pedagang pengecer, dan pedagang jamur memasarkan jamur tiram putih yang

260
Butarbutar dan Sitorus. 2017. Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih Organik …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 253 – 261

dihasilkan dapat langsung dijual kepada ostreatus) di Kota Samarinda. Jurnal


konsumen, sehingga keuntungan yang Agribisnis, Vol. 8 (2): 48 – 56.
didapatkan lebih besar. Selain itu, https://agribisnisfpumjurnal.files.wordp
diupayakan adanya sosialisasi kepada ress.com/2012/03/jurnal-vol-8-no-2-
petani jamur tiram putih organik mengenai yenni.pdf (diakses pada 30 Mei 2016).
proses pengolahan jamur segar menjadi Parjimo dan A. Andoko. 2009. Budidaya
jamur crispy, sehingga petani Jamur: Jamur Kuping, Jamur Tiram,
mendapatkan nilai tambah dalam hal Jamur Merang. Agromedia. Jakarta.
pendapatan. Pasaribu, T., D.R. Permana, E.R. Alda.
2002. Aneka Jamur Unggulan Yang
DAFTAR PUSTAKA Menembus Pasar. Grasindo. Jakarta.
Rahim, A. dan D. Retno. 2008.
Azmiliana, W., E. Tety, Yusmini. 2016.
Ekonomika Pertanian: Pengantar,
Analisis Pemasaran Jamur Tiram Putih
Teori, dan Kasus. Penebar Swadaya.
(Pleurotus ostreatus) di Kota
Jakarta.
Pekanbaru. Jom Faperta, Vol. 3 (2): 1 -
Sarina, Y. Budiman dan Y. Sardi. 2012.
10.
Analisis Usahatani Jamur Tiram (Studi
Candra, R., D.A. Hepiana L., S.
Kasus: Desa Walas Marga II
Situmorang. 2014. Analisis Usahatani
Kecamatan Curup Selatan Kabupaten
dan Pemasaran Jamur Tiram Dengan
Rejang Lebong). Jurnal Agribisnis Vol.
Cara Konvensional dan Jaringan (Multi
4 (1). http://umb.ac.id/faperta/?p=131
Level Marketing) di Provinsi Lampung.
(Diakses pada 30 Mei 2016).
Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis (JIIA),
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
Vol. 2 (1): 38 – 47.
Pertanian: Teori dan Aplikasi. Rajawali
Maria, D. 2012. Menjamurnya Kuliner
Pers. Jakarta.
dan Budidaya Jamur, Peluang Bisnis
Suriawiria, U. 1995. Bioteknologi
yang Menjanjikan. Jakarta.
Perjamuran. Percetakan Angkasa.
Kompasiana, 16 Januari 2012.
Bandung.
Meitasari, Y. 2011. Studi Tata Niaga
Jamur Tiram Putih (Pleurotus

261
PERLAKUAN POLYETHYLENE GLYCOL SECARA IN
VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS MUTAN
TAKA UNTUK SELEKSI TOLERAN KEKERINGAN
Betalini Widhi Hapsari*, Andri Fadillah Martin, Rudiyanto
dan Tri Muji Ermayanti
Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Cibinong Science Center (CSC)
Jl. Raya Bogor KM. 46 Cibinong Bogor 16911
*E-mail: betalini_widhi@yahoo.com
Diterima: 07/11/2017 Direvisi: 18/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang
berpotensi untuk pangan alternatif. Induksi mutasi antara lain dengan radiasi sinar
Gamma merupakan salah satu upaya untuk perbaikan genetik tanaman. Pada taka telah
diperoleh kandidat mutan yang perlu diseleksi untuk mendapatkan genotipe toleran
kekeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
PEG secara in vitro terhadap pertumbuhan mutan tunas taka hasil radiasi sinar Gamma
untuk seleksi toleran kekeringan. Penelitian menggunakan 3 klon mutan taka hasil
radiasi dosis 20, 30, dan 40 Gy dan tunas tanpa radiasi (kontrol). Semua tunas ditanam
pada media MS dengan penambahan 0; 2.5; 5; 7.5; dan 10% PEG dengan 3 ulangan.
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar, diamati
setiap minggu hingga minggu ke-8. Data dianalisis dengan analisis variansi (ANOVA)
dilanjutkan dengan Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Penelitian dilaksanakan
di Laboratorium Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
selama 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas tertinggi diperoleh dari
klon 40 Gy tanpa penambahan PEG sebesar 4.83 cm. Semakin tinggi konsentrasi PEG,
tinggi tanaman semakin rendah. Jumlah daun dan jumlah akar tertinggi diperoleh dari
tunas 20 Gy tanpa penambahan PEG yaitu sebesar 5.89 helai daun dan 2 helai akar.
Tidak semua planlet hasil perlakuan PEG berhasil diaklimatisasi, daya hidup tertinggi
didapatkan dari planlet tanpa radiasi dengan penambahan PEG 2.5% dan planlet taka
hasil radiasi 20 Gy dengan penambahan PEG 7.5% sebesar 100%.
Kata kunci : Tacca leontopetaloides, radiasi sinar Gamma, Poli Etilen Glikol
(PEG), in vitro, pertumbuhan.
POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TREATMENT OF IN VITRO GROWTH OF
TAKA MUTANT SHOOTS (Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze) FOR DROUGHT
TOLERANT SELECTION
ABSTRACT
Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze is tuberous plant that has potential for alternative
food source. Mutant induction by Gamma ray irradiation is useful for plant genetic
improvement. Mutant candidate of Tacca has been obtained from the previous research
and was selected for drought tolerant. The aim of the research was to investigate the
effect of PEG as drought stress inducer on in vitro growth of Tacca mutant for selecting
drought tolerant clones. The research was used 3 clones of mutant obtained from

262
Hapsari et al. 2017. Perlakuan Polyethylene Glycol (PEG) secara In Vitro …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 262 – 271

Gamma irradiation at 20, 30 and 40 Gy as well as without irradiation (control). All


shoots were grown on MS medium containing 0; 2.5; 5; 7.5; and 10% PEG with
3 replicates. The Observed parameters were height of shoots, number of leaves and
number of roots. The data were recorded every week from week-1 to week-8. Data were
analized using ANOVA followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). The research
was conducted in Plant Cell and Tissue Culture Laboratory, Research Center of
Biotechnology – Indonesian Institute of Sciences for 4 months. The results indicated
that the highest shoots were obtained from 40 Gy clones, cultured on MS medium
without PEG (4.83 cm). The higher PEG concentrations gave the lower height of
shoots. The highest of leaf numbers and roots numbers were found on 20 Gy mutant
grown on MS medium without PEG addition (5.89 leaves and 2 roots, respectively).
After PEG treatments, some plantlets did not survive after acclimation. The highest
survival rate was found from non-irradiated plantlets grown on MS medium containing
2.5% PEG and from 20 Gy-mutant grown on MS medium containing 7.5% PEG,
respectively which gave 100% survival rate.
Keywords: Tacca leontopetaloides, Gamma ray irradiation, Poly Ethylene Glycol
(PEG), in vitro, growth

PENDAHULUAN Penelitian tanaman Taka secara in vitro


mulai dilakukan di Pusat Penelitian
Indonesia merupakan salah satu negara Bioteknologi LIPI pada tahun 2012
kepulauan yang kaya dengan keragaman (Martin et al., 2012). Berbagai penelitian
jenis tanaman, salah satu tanaman tersebut telah dilakukan, induksi mutasi antara lain
adalah tanaman taka (Tacca dengan radiasi sinar gamma merupakan
leontopetaloides (L.) Kuntze), yang salah satu upaya yang dilakukan untuk
merupakan jenis tanaman umbi-umbian perbaikan genetik tanaman. Induksi
yang tumbuh di daerah pesisir pantai dan mutasi dengan sinar gamma dan analisis
berpotensi sebagai bahan pangan cluster pertumbuhan pada kultur tunas
alternatif. Taka merupakan tanaman taka hasil radiasi sinar gamma
berbunga dari famili Dioscoreaceae menunjukkan hasil pertumbuhan klon
(Caddick et al., 2002; Zhang et al., 2011). tunas taka yang berbeda-beda (Hapsari
Tanaman ini banyak ditemui di pantai et al., 2015). Pada taka telah diperoleh
pulau Jawa seperti kepulauan kandidat mutan yang akan diseleksi untuk
Karimunjawa, Sukabumi dan Yogyakarta, mendapatkan genotipe toleran kekeringan
dan beberapa pulau lain di Indonesia
(Martin et al., 2013). Penduduk lokal lebih Melalui teknik in vitro, dapat diperoleh
mengenalnya dengan sebutan kecondang. tanaman yang tahan kekeringan dengan
Umbi taka digunakan masyarakat sebagai menggunakan agen selektif, yaitu senyawa
sumber karbohidrat dengan cara diambil osmotikum seperti Polyethylene glycol
patinya. Umbi taka mengandung 20 – 30% (PEG) sebagai agen penginduksi
pati yang dapat dengan mudah diekstraksi. stress/cekaman air pada tanaman. PEG
Kadar amilosa pati taka sekitar 22.5%, merupakan senyawa non ionik yang stabil,
hampir sama dengan kentang, singkong, berupa polymer panjang yang larut dalam
dan beberapa umbi lainnya, begitu pula air dan memiliki bobot molekul lebih dari
dengan sifat fisiko kimianya yang juga 4000 yang dapat menginduksi stres air
mirip dengan tepung kentang dan jagung pada tanaman dengan mengurangi
(Kunle et al., 2003; Rudiyanto et al., potensial air pada larutan nutrisi tanpa
2016). menyebabkan keracunan (Widoretno
et al., 2003). Dengan demikian, kerusakan

263
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

atau kematian tanaman karena Stok kultur tunas taka dari 3 klon
penggunaan PEG dapat dianggap sebagai mutan taka 20 Gy, 30 Gy, dan 40 Gy dan
efek kekeringan, bukan efek dari senyawa tunas tanpa radiasi sinar Gamma (kontrol)
PEG langsung karena PEG tidak diserap diambil dari media MS kemudian
oleh tanaman (Dami dan Hughes, 1997). dipotong dengan ukuran ±0.5 cm dan
Short et al. (1987) menyatakan bahwa ditanam pada media MS yang mengan-
penggunaan PEG dalam kultur in vitro dung 2.5; 5; 7.5; dan 10% PEG, media
dapat menginduksi terjadinya stres air dan yang digunakan sebagai kontrol adalah
berkorelasi positif dengan yang terjadi di media MS tanpa penambahan PEG.
lapang atau rumah kaca. Parameter pertumbuhan yang diukur
adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan
Mutan yang sudah diperoleh dari hasil jumlah akar. Penelitian disusun dalam
radiasi diharapkan terdapat kandidat rancangan acak lengkap. Setiap perlakuan
mutan yang tahan kekeringan. Mutan ini diulang tiga kali dan setiap botol terdiri
akan diujikan lebih lanjut untuk atas tiga tunas tunggal. Kultur kemudian
memperoleh genotype tanaman taka yang diinkubasi pada ruang kultur dengan
tahan kekeringan. Untuk itu, dilakukan pencahayaan penuh pada intensitas 800-
penelitian yang bertujuan untuk menge- 1300 lux pada suhu 25 oC. Pengamatan
tahui pengaruh pemberian PEG secara in parameter tinggi tanaman, jumlah daun
vitro terhadap pertumbuhan mutan tunas dan jumlah akar dilakukan setiap minggu
taka hasil radiasi sinar gamma untuk selama 8 minggu.
seleksi toleran kekeringan.
Data yang diperoleh dianalisis dengan
METODE analisis varian (ANOVA) kemudian
dilanjutkan dengan posthoc test Duncan’s
Penelitian dilakukan di Laboratorium
Multiple Range Test (DMRT) yang
Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat
dilakukan dengan bantuan software IBM
Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong
SPSS ver. 22.
Science Center selama 4 bulan.
Tunas taka hasil perlakuan PEG
Kultur tunas yang digunakan dalam
dipindahkan dari ruang kultur ke rumah
penelitian ini adalah stok kultur tunas taka
kaca selama 2 minggu untuk hardening,
yang dipelihara pada media MS
setelah itu tunas dikeluarkan dari botol
(Murashige dan Skoog, 1962) yang
kultur, dicuci dan dibersihkan dari media
dimiliki oleh Laboratoium Biak Sel dan
agar, diberi perangsang akar dan
Jaringan Tanaman Puslit Bioteknologi
selanjutnya ditanam di dalam pot plastik
LIPI. Kultur yang digunakan terdiri dari 3
berisi media tanam berupa campuran
klon mutan taka 20 Gy, 30 Gy, dan 40 Gy
tanah, kompos, pasir, cocopeat dan sekam
dan tunas tanpa radiasi sinar Gamma yang
bakar yang sudah disterilkan dengan cara
digunakan sebagai kontrol. Eksplan yang
dikukus selama 4 jam. Tunas dipelihara
digunakan berupa bonggol.
dan disungkup dengan plastik bening dan
Media yang digunakan adalah media diletakkan di rak aklimatisasi dalam
dasar MS (Murashige dan Skoog, 1962) rumah kaca. Hasil aklimatisasi diamati
dengan penambahan 0; 2.5; 5; 7.5; dan persentase keberhasilan hidupnya pada
10% PEG dan penggunaan bahan pemadat minggu ke-4.
berupa GelzanTM sebanyak 3 g L-1.
Sebelum disterilisasi, pH media diatur HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi 5.8. Media kemudian disterilisasi Pengukuran parameter pertumbuhan
dengan menggunakan autoklaf dengan pada mutan taka hasil radiasi dilakukan
suhu 121 oC pada tekanan 15 psi selama untuk mengetahui performa tumbuh dari
15 menit.

264
Hapsari et al. 2017. Perlakuan Polyethylene Glycol (PEG) secara In Vitro …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 262 – 271

mutan taka hasil radiasi yang 30 Gy, dan 40 Gy secara berurutan adalah
ditumbuhkan pada media MS dengan 3.90 cm, 3.64 cm, 4.20 cm, 4.83 cm. Pada
penambahan PEG dibandingkan dengan tunas taka tanpa radiasi sinar Gamma dan
kontrol. Pertumbuhan klon mutan taka mutan taka 20 Gy, penambahan tinggi
hasil radiasi beserta kontrolnya tunas mulai melambat pada minggu ke-3
menunjukkan bahwa nilai parameter pada semua tunas yang ditanam pada
pertumbuhan cenderung menurun seiring media yang ditambahkan PEG
dengan meningkatnya konsentrasi PEG (Gambar 1A dan 1B), sedangkan pada
yang diberikan pada media. mutan taka 30 Gy dan 40 Gy, penambahan
tinggi masih terjadi hingga minggu ke-8
Pemberian PEG 2.5 – 10% mengham- pada media tanpa zat pengatur tumbuh
bat pertumbuhan tinggi tunas mutan taka dan media yang mengandung 2.5% PEG
mulai minggu ke-2 hingga minggu ke-8 (Gambar 1C dan 1D). Mutan taka 40 Gy
(Gambar 1). PEG yang ditambahkan ke menunjukkan performa tunas tertinggi bila
dalam media MS dengan eksplan tunas dibandingkan mutan yang lainnya
taka tanpa radiasi sinar Gamma (Gambar 1D). Baik pada tunas taka tanpa
menunjukkan efek penghambatan tinggi radiasi sinar Gamma maupun mutan taka,
pada konsentrasi PEG 2.5 – 10%. Pada tunas yang paling terhambat pertumbuhan
Gambar 1 terlihat bahwa dari semua klon tingginya diperoleh dari media MS dengan
taka yang diamati, tunas tertinggi dipero- penambahan 10% PEG. Semakin tinggi
leh dari media MS tanpa penambahan konsentrasi PEG yang terdapat pada
PEG. Rata-rata tinggi tunas taka tanpa media MS menghasilkan tinggi tunas yang
radiasi sinar Gamma, mutan 20 Gy, semakin rendah.

Gambar 1. Tinggi tunas Tacca leontopetaloides pada media MS dengan penambahan


PEG 0; 2,5; 5; 7,5; dan 10 % pada umur 1 – 8 MST dari klon non-iradiasi
(A); klon 20Gy (B), 30 Gy (C) dan 40 Gy (D).
Hasil yang serupa juga dilaporkan pada pada media menyebabkan penurunan
tunas tanaman pisang (Said et al., 2015) tekanan turgor pada sel, sehingga
dan tunas tanaman Solanum melongena menurunkan laju pemanjangan sel yang
(Siaga et al., 2016). Penambahan PEG

265
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

berakibat pada penurunan tinggi tanaman konsentrasi PEG pada media (Gambar
(Piwowarczyk et al., 2014). 2C). Pada mutan taka 40 Gy, penambahan
PEG sebesar 2.5% menunjukkan
Penambahan PEG ke dalam media penghambatan dalam penambahan jumlah
memberikan pola penghambatan pertum- daun mulai minggu ke-4 dan tidak
buhan jumlah daun yang berbeda mengalami penambahan daun hingga
(Gambar 2). Pada tunas taka tanpa radiasi minggu ke-8, sedangkan pada konsentrasi
sinar Gamma, media MS tanpa PEG 5, 7.5, dan 10% pola pengham-
penambahan zat pengatur tumbuh batannya hampir sama (Gambar 2D).
menunjukkan penambahan jumlah daun
sampai dengan minggu ke-8, tetapi tunas Secara umum, hasil pengamatan untuk
taka yang ditanam pada media yang rataan jumlah daun tertinggi diperoleh dari
mengandung PEG menunjukkan penam- media MS tanpa PEG pada semua tunas
bahan jumlah daun yang relatif lambat dan kecuali pada mutan taka 40 Gy
cenderung terlihat stabil khususnya pada (Gambar 2). Rata-rata jumlah daun
tunas yang ditanam pada media yang tertinggi diperoleh dari mutan taka 20 Gy
mengandung 10% PEG (Gambar 2A). pada media MS tanpa penambahan PEG
yaitu sebanyak 5.89 helai. Tunas taka
Berbeda dengan penambahan jumlah pada media MS dengan penambahan 10%
daun pada mutan taka 20 Gy, konsentrasi PEG menghasilkan jumlah daun terendah
PEG 5% pada media menunjukkan pada semua jenis tunas (tanpa radiasi sinar
penghambatan yang paling besar bila Gamma dan mutan) kecuali pada mutan
dibandingkan dengan konsentrasi PEG taka 20 Gy, jumlah daun terendah
yang lainnya (Gambar 2B). Pada mutan diperoleh dari media MS dengan
taka 30 Gy, tinggi tunas semakin penambahan 5% PEG.
terhambat dengan makin meningkatnya

Gambar 2. Jumlah daun Tacca leontopetaloides pada media MS dengan penambahan


PEG 0; 2,5; 5; 7,5; dan 10 % pada umur 1 – 8 MST dari klon non-
iradiasi (A); klon 20Gy (B), 30 Gy (C) dan 40 Gy (D).
Rata-rata jumlah akar taka yang radiasi sinar Gamma dan mutan taka
diperoleh pada saat pengamatan sangat 30 Gy, akar hanya tumbuh dari perlakuan
bervariasi (Tabel 1). Pada tunas taka tanpa media MS dengan penambahan PEG 2.5%

266
Hapsari et al. 2017. Perlakuan Polyethylene Glycol (PEG) secara In Vitro …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 262 – 271

yaitu sebanyak 1.67 dan 0,33 akar. Pada dari media MS tanpa penambahan PEG
mutan taka 20 Gy dan 40 Gy, akar masih yaitu sebesar 2 dan 1.33 akar. Akar tidak
muncul pada beberapa konsentrasi PEG, muncul dari semua perlakuan media MS
rata-rata jumlah akar terbanyak diperoleh dengan penambahan 10% PEG.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah akar dari tunas Tacca
leontopetaloides pada media MS dengan penambahan PEG 0; 2,5; 5; 7,5; dan
10 % pada umur 8 MST.
Asal Taka Tinggi
PEG (%) Jumlah Daun Jumlah Akar
Hasil Radiasi Tanaman
0.0 3.90 ± 1.50ab 5.33 ± 2.19ab 0.00 ± 0.00c
2.5 2.77 ± 0.67bcd 2.67 ± 0.33bcde 1.67 ± 0.88ab
Kontrol
5.0 2.83 ± 0.22bc 3.33 ± 0.62bcd 0.00 ± 0.00c
(0 Gy)
7.5 2.08 ± 0.14cde 2.92 ± 0.56bcde 0.00 ± 0.00c
10.0 1.83 ± 0.21de 1.33 ± 0.41de 0.00 ± 0.00c
0.0 3.64 ± 0.57ab 5.89 ± 1.35a 2.00 ± 0.90a
cde bcd
2.5 2.08 ± 0.44 3.17 ± 0.75 1.00 ± 0.68abc
20 Gy 5.0 1.78 ± 0.21de 1.56 ± 0.44de 0.00 ± 0.00c
7.5 2.18 ± 0.22cde 3.25 ± 0.46bcd 0.83 ± 0.51abc
10.0 1.53 ± 0.12de 2.78 ± 0.64bcde 0.00 ± 0.00c
0.0 4.20 ± 1.14ab 4.67 ± 1.33abc 0.00 ± 0.00c
2.5 3.33 ± 1.20abc 3.00 ± 1.53bcde 0.33 ± 0.33bc
30 Gy 5.0 2.10 ± 0.25cde 1.78 ± 0.36cde 0.00 ± 0.00c
7.5 1.79 ± 0.30de 1.08 ± 0.40de 0.00 ± 0.00c
de e
10.0 1.53 ± 0.12 0.58 ± 0.26 0.00 ± 0.00c
0.0 4.83 ± 0.17a 2.67 ± 1.20bcde 1.33 ± 0.33abc
2.5 3.17 ± 0.17bc 3.67 ± 0.88abcd 0.67 ± 0.33abc
40 Gy 5.0 1.61 ± 0.15de 1.75 ± 0.43de 0.00 ± 0.00c
7.5 2.38 ± 0.21cde 1.83 ± 0.40cde 0.33 ± 0.21bc
10.0 1.72 ± 0.21de 1.33 ± 0.49de 0.00 ± 0.00c
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α = 5%.
Hasil uji statistika dengan uji DMRT Akar tidak banyak terbentuk, selain
menunjukkan bahwa parameter tinggi karena penggunaan PEG sebagai agen
tanaman, mutan 40 Gy pada media MS penghambat pertumbuhan, hal ini juga
tanpa penambahan PEG menghasilkan dikarenakan tidak tersedianya zat
tunas tertinggi dengan tinggi 4.83 cm. perangsang tumbuh berupa auksin pada
Jumlah daun tertinggi diperoleh dari media MS yang digunakan. Performa
Mutan 20 Gy dengan media MS tanpa tunas hasil perlakuan PEG secara in vitro
penambahan PEG, demikian pula halnya ditunjukkan pada Gambar 3.
dengan jumlah akar (Tabel 2).

267
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Gambar 3. Penampilan tunas Tacca leontopetaloides umur 8 minggu ditanam pada


media MS yang mengandung PEG.Tunas taka Kontrol dengan PEG
konsentrasi 0 (A); 2.5 (B); 5 (C); 7.5 (D) dan 10% (E); tunas taka hasil
radiasi 20 Gy dengan PEG 0 (F); 2.5 (G); 5 (H); 7.5 (I) dan 10% (J);
Tunas taka hasil radiasi 30 Gy dengan PEG 0 (K); 2.5 (L); 5 (M); 7.5 (N)
dan 10% (O); dan tunas taka hasil radiasi 40 Gy dengan PEG 0 (P); 2.5
(Q); 5 (R); 7.5 (S) dan 10% (T)
Salah satu senyawa osmotikum yang dengan tingkat toleransi kekeringan yang
dapat digunakan sebagai screening untuk lebih baik. Penurunan potensial air dalam
toleransi terhadap kekeringan secara in media untuk screening yang baik akan
vitro adalah PEG, seperti pada penelitian bergantung pada konsentrasi dan berat
yang sudah dilakukan oleh (Dami dan molekul dari PEG yang digunakan
Hughes (1997) pada tanaman anggur (Adkins et al., 1995). Aklimatisasi
(Vitis sp. 'Valiant') dan Räsänen, et al. dilakukan untuk mengetahui kemampuan
(2004) pada tanaman Acacia senegal. tumbuh tunas tersebut bila dikeluarkan
Kemampuan PEG dalam menghidrasi dari botolnya, apakah tunas tersebut
jaringan tanaman dapat berfungsi sebagai mampu beradaptasi dengan lingkungan
screening in vitro, sehingga mampu alaminya atau tidak.
menyeleksi variasi berbagai tanaman

268
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

Gambar 4. Penampilan Tacca leontopetaloides umur 4 MST setelah aklimatisasi. Taka


Kontrol tanpa PEG (A), Taka kontrol dengan PEG 2,5% (B); 5% (C);
7,5% (D); Taka hasil radiasi 20 Gy tanpa PEG (E); Taka hasil radiasi 20
Gy dengan PEG 2,5% (F); 7,5% (G); Taka radiasi 30 Gy tanpa PEG (H);
Taka radiasi 30 Gy dengan 2,5% PEG (I); dan Taka radiasi 40 Gy tanpa
PEG 0% (J).
Tabel 2. Persentase hidup planlet Tacca Hasil aklimatisasi menunjukkan bahwa
leontopetaloides setelah aklima- planlet taka kontrol (tanpa radiasi sinar
tisasi umur 4 MST. Gamma) yang berasal dari media MS
Asal Planlet Persentase tanpa penambahan PEG dan penambahan
PEG (%)
Taka Hidup (%) 2.5 – 7.5% PEG dapat tumbuh di rumah
0.0 33.33 kaca pada pengamatan 4 MST.
2.5 100.00 Penambahan 10% PEG menyebabkan
Kontrol 5.0 66.67 kematian taka pada saat aklimatisasi
7.5 60.00 (Tabel 2). Planlet yang berasal dari klon
10.0 0.00 hasil radiasi sinar Gamma 20 Gy
0.0 50.00 memberikan daya hidup yang bervariasi
2.5 80.00 setelah umur 4 MST aklimatisasi. Planlet
20 Gy 5.0 0.00 klon 30 Gy lebih peka terhadap PEG
7.5 100.00 sehingga hanya PEG konsentrasi rendah
yaitu 2.5% masih bisa hidup setelah
10.0 0.00
aklimatisasi. Klon 40 Gy dari media
0.0 33.33
dengan penambahan PEG tidak mampu
2.5 66.67
hidup di rumah kaca. Gambar 4
30 Gy 5.0 0.00
merupakan berbagai klon taka yang
7.5 0.00 tumbuh setelah 4 MST proses
10.0 0.00 aklimatisasi.
0.0 33.33
2.5 0.00 SIMPULAN
40 Gy 5.0 0.00
7.5 0.00 Poli etilen glikol (PEG) menghambat
10.0 0.00 pertumbuhan tunas Tacca
leontopetaloides secara in vitro baik pada
klon kontrol (tanpa radiasi sinar Gamma)

269
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

maupun pada semua klon kandidat mutan Extraction, Physicochemical and


hasil radiasi dengan sinar Gamma. Compaction Properties of Tacca Starch
Semakin tinggi konsentrasi PEG yang – a Potential Pharmaceutical
diberikan, semakin terhambat pertum- Excipient. Starch/Stärke, Vol. 55 (7):
buhan tunas. Perlakuan 10% PEG 319 – 325. doi: 10.1002/star.
menyebabkan pertumbuhan taka sangat 200390067.
terhambat sehingga tidak dapat tumbuh Martin, A.F., T.M. Ermayanti, B.W.
setelah aklimatisasi. Hapsari dan D.E. Rantau. 2012. Rapid
Micropropagation of Tacca
UCAPAN TERIMA KASIH leontopetaloides (L.) Kuntze. The 5th
Indonesia Biotechnology Conference.
Ucapan terima kasih diberikan kepada
Lombok. Hal: 240 – 251.
Evan Maulana yang membantu dalam
Martin, A.F., E. Maulana dan T.M.
pembuatan media dan Lutvinda Ismanjani
Ermayanti. 2013. Seleksi Media untuk
yang telah membantu dalam pemeliharaan
Regenerasi Kalus dan Peningkatan
kultur. Penelitian ini didanai oleh DIPA
Pembentukan Planlet Tanaman Tacca
Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI tahun
leontopetaloides. Seminar Nasional
anggaran 2015-2016.
Kimia Terapan Indonesia 2013. Solo,
DAFTAR PUSTAKA 23 Mei 2013. Vol. 2: 1 – 7. doi:
10.13140RG.2.1.5025. 1284.
Adkins, A.L., I.D. Godwin dan S.W. Murashige, T. dan F. Skoog. 1962. A
Adkins. 1995. An Efficient in Vitro Revised Medium for Rapid Growth and
Regeneration System for Australian- Bio Assays with Tobacco Tissue
Grown Chickpea (Cicer arietinum) Culture. Physiologia Plantarum. 15:
Cultivars. Australian Journal of 473 – 497. doi: 10.1111/j.1399-
Botany, Vol. 43 (5): 491 - 497. doi: 3054.1962.tb08052.x
10.1071/BT9950491. Piwowarczyk, B., I. Kamińska dan W.
Caddick, L.R., P. Wilkin, P.J. Rudall, Rybiński. 2014. Influence of PEG
T.A.J. Hedderson dan M.W. Chase. Generated Osmotic Stress on Shoot
2002. Yams Reclassifed : A Regeneration and Some Biochemical
Recircumscription of Dioscoreaceae Parameters in Lathyrus Culture. Czech
and Dioscoreales. Taxon, Vol. 51 (1): Journal of Genetics and Plant Breeding,
103 – 114. doi: 10.2307/1554967 Vol. 50 (2): 77 – 83.
Dami, I. & Hughes, H.G. 1997. Effects of Räsänen, L.A., S. Saijets, K. Jokinen dan
PEG-induced water stress on in vitro K. Lindström. 2004. Evaluation of the
hardening of “Valiant” grape. Plant Roles of Two Compatible Solutes,
Cell, Tissue and Organ Culture, Vol. Glycine Betaine and Trehalose, for the
47 (2): 97 – 101. doi: 10.1007/ Acacia senegal-Sinorhizobium
BF02318944. Symbiosis Exposed to Drought Stress.
Hapsari, B.W., A.F. Martin, D.E. Rantau, Plant and Soil. Vol. 260 (1 – 2): 237 –
Rudiyanto dan T.M. Ermayanti. 2015. 251. doi: 10.1023/B:PLSO.
Analisis Klaster pada Kultur In Vitro 0000030181.03575.e1.
Tacca lentopetaloides Hasil Iradiasi Rudiyanto, A.F. Martin dan T.M.
Sinar Gamma. Prosiding Seminar Ermayanti. 2016. Perlakuan
Nasional Hasil Penelitian Unggulan Konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxy
Bidang Pangan Nabati. Bogor, 25 aceticacid (2,4-D) dan Thidiazuron
September 2014. Hal: 305 – 304. doi: (TDZ) terhadap Pembentukan Kalus
10.13140/RG.2.1.4238.6969 pada Helai Daun, Tangkai Daun, dan
Kunle, O.O., Y.E. Ibrahim, M.O. Emeje, Bonggol Tacca leontopetaloides.
S. Shaba dan Y. Kunle. 2003. Prosiding Nasional Seminar Nasional

270
Hapsari et al. 2017. Perlakuan Polyethylene Glycol (PEG) secara In Vitro …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 262 – 271

XXV Kimia dalam Industri dan Eggplant (Solanum melongena L.) In


Lingkungan. Yogyakarta, 17 Vitro in Drought Stress Polyethylene
November 2016. Hal: 129 – 134. Glycol (PEG). Biovalentia, Vol. 2 (1):
Said, E.M., R.A. Mahmoud, R. Al- 10 – 17. doi: 10.24233/BIOV.2.1.
Akshardan G. Safwat. 2015. Drought 2016.29
Stress Tolerance and Enhancement of Widoretno, W., R. Megia dan Sudarsono.
Banana Plantlets In Vitro. Austin 2003. Reaksi Embrio Somatik Kedelai
Journal of Biotechnology & terhadap Polietilena Glikol dan
Bioengineering, Vol. 2 (2): 1040. Penggunaannya untuk Seleksi In Vitro
http://austinpublishinggroup.com/biote terhadap Cekaman Kekeringan. Hayati,
chnology-bioengineering/download. Vol. 10 (4): 134 – 139.
php?file=fulltext/ajbtbe-v2-id1040.pdf. Zhang, L., H.T. Li, L.M. Gao, J.B. Yang,
Short, K.C., J. Warburton dan A.V. D.Z. Li, C.H. Cannon, J. Chen dan Q.J.
Roberts. 1987. In Vitro Hardening of Li. 2011. Phylogeny and Evolution of
Cultured Cauliflower and Bracts and Bracteoles in Tacca
Chrysanthemum Plantlets to Humidity. (Dioscoreaceae). Journal of Integrative
Acta Horticulturae, (212): 329 – 334. Plant Biology, Vol. 53 (11): 901 – 911.
doi: 10.17660/ActaHortic.1987.212.50. doi: 10.1111/j.1744-7909.2011.
Siaga, E., A. Maharijaya dan M.S. 01076.x.
Rahayu. 2016. Plant Growth of

271
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ANTIBAKTERI
Fusobacterium nucleatum DARI EKSTRAK ETANOL DAUN
Ruta angustifolia
Shafa Noer*, Rosa Dewi Pratiwi dan Efri Gresinta
Program Studi Pendidikan Biologi, FTMIPA Universitas Indraprasta PGRI
Kampus A: Jl. Nangka No. 58 C (TB. Simatupang), Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa,
Jakarta Selatan 12530
Kampus B: Jl. Raya Tengah No. 80, Kel. Gedong, Kec. Pasar Rebo, Jakarta Timur
13760
*E-mail: shafa_noer@yahoo.co.id
Diterima: 30/10/2017 Direvisi: 21/11/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Ruta angustifolia atau yang biasa disebut dengan tanaman Inggu telah lama dipercaya
dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat untuk berbagai macam penyakit.
Salah satu organ utama yang paling banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah
daunnya. Inggu telah digunakan secara luas sebagai obat tradisional, namun penelitian
ilmiah tentang kandungan bioaktifnya masih jarang dilakukan. Dalam penelitian ini
aktivitas antioksidan dan antibakteri daun Inggu diuji terhadap penyakit gigi yang
disebabkan oleh Fusobacterium nucleatum. F. nucleatum adalah jenis yang paling
umum ditemui pada penyakit gigi dan memproduksi bahan iritan pada jaringan seperti
asam butirat, protease dan cytokines.Tujuan penelitian ini adalah menguji kandungan
antioksidan dan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun R. angustifolia terhadap
F. nucleatum. Metode yang digunakan untuk pengujian antioksidan adalah metode 2,2
diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Uji antibakteri mencakup Uji Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) dengan metode serial dilusi-spektrofotometri dan Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) dengan metode streak agar. Dari hasil pengujian kadar antioksidan
pada sampel ekstrak etanol daun R. angustifolia menunjukkan nilai IC50 sebesar 100,99
ppm. Hasil ini menandakan bahwa kadar antioksidan pada daun Inggu memiliki
aktivitas yang sedang, dengan KHM 40% dan KBM 80%.
Kata kunci: Antioksidan, KBM, KHM, Ruta angustifolia

TEST OF ANTIOXIDANT ACTIVITY AND TEST OF ANTIBACTERY


Fusobacterium nucleatum FROM EXTRACT ETHANOL LEAF Ruta angustifolia
ABSTRACT
Ruta angustifolia or commonly called the Inggu plant have been trusted for a long time
and used by the people of Indonesia as a medicine for various diseases. One of the main
organs most widely used as a traditional medicine, is the leaves. Inggu has been widely
used as a traditional medicine, however its scientific research on bioactive compound
still rare. In this research anoxidant and antibacterial activities of Inggu leaves were
tested for dental diseases caused by F. nucleatum. F. nucleatum is the most common
type of dental disease and produces irritant substances in tissues such as butyric acid,
proteases and cytokines. The purpose of this study is to test the antioxidant and
antibacterial activity of R. angustifolia leaf ethanol extract against F. nucleatum in. The
method used for antioxidant testing is the 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)

272
Noer et al. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Antibakteri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 272 – 277

method. Antibacterial tests include Minimum Inhibitory Concentration (MIC) with


serial-dilution spectrophotometric method and Minimum Bacteriocidal Concentration
(MBC) with streak agar method. The results showed that the levels of antioxidants in
ethanol extract of leaves Ruta angustifolia showed IC50 value of 100.99 ppm. These
results indicate that the antioxidant levels possessed by these plants have moderate
activity, with Minimum Inhibitory Concentration of 40% extract and Minimum
Bacteriocidal Concentration at 80%.
Keywords: Antioxidant, MIC, MBC, Ruta angustifolia

PENDAHULUAN walaupun telah dipercaya menjadi obat


bagi penyakit tertentu, namun penelitian
Masyarakat Indonesia sudah sejak ilmiah tentang kandungan tanaman
ratusan tahun yang lalu memiliki tradisi tersebut masih belum banyak ditelaah
memanfaatkan tumbuhan dari lingkungan lebih dalam.
sekitarnya sebagai obat tradisional. Sejak
lebih dari dua puluh tahun yang lalu Tanaman Ruta angustifolia atau yang
masyarakat dunia, tidak saja di negara- biasa disebut dengan tanaman Inggu telah
negara Timur melainkan juga di negara- lama dipercaya dan digunakan oleh
negara Barat, mulai menoleh kembali dan masyarakat Indonesia sebagai obat untuk
tertarik untuk menggunakan obat-obat berbagai macam penyakit. Organ utama
alam, yang kita kenal sebagai gerakan yang paling banyak digunakan sebagai
“Kembali ke Alam” atau “Back to obat tradisional adalah daunnya. Cara
Nature”. pengolahan daun sebelum menjadi ramuan
obat berbagai macam, namun yang paling
Adanya kecenderungan pola hidup sederhana adalah menggunakan daun
“Back to Nature” ini dipicu oleh langsung dengan menghancurkannya dan
keyakinan bahwa mengkonsumsi obat menempelkan pada tempat yang sakit.
alami relatif lebih aman dibanding dengan Atau cara lain adalah dengan merebus
obat sintetik yang memiliki banyak efek beberapa helai daun inggu sampai air
samping negatif. Itu sebabnya industri menjadi setengahnya lalu diminum secara
obat tradisional, baik di luar negeri rutin. Penyakit yang dipercaya dapat
maupun di Indonesia makin meningkat diatasi dengan ramuan daun inngu
jumlah dan pasarnya. Sayangnya meliputi penyakit gigi, semam, kejang
industrialisasi obat-obat alam menye- pada anak, nyeri ulu hati, merangsang
babkan harga obat alam semakin haid, kecekukan, sakit kepala dan bisul.
meningkat, sehingga saat ini banyak obat Walaupun telah digunakan secara luas
tradisional alami yang harganya tidak sebagai obat tradisional, namun penelitian
kurang mahal dibandingkan dengan obat- ilmiah tentang kandungan tanaman ini
obat konvensional sintetis. masih jarang dilakukan.
Salah satu kekurangan dalam meng- Radikal bebas adalah molekul atau
konsumsi obat tradisional atau yang lebih bagian molekul yang tidak utuh lagi
popular disebut dengan sebutan herbal karena sebagian telah pecah atau
adalah seringkali obat herbal ini melepaskan diri. Bagian yang pecah atau
dikonsumsi tanpa pengetahuan yang melepaskan diri ini melekat pada molekul
cukup mengenai tanaman yang digunakan. lain dan mengubah struktur atau fungsi
Padahal, seperti yang kita ketahui, tidak molekul yang bersangkutan. Oksigen
sedikit tanaman yang justru mengandung bersifat sangat reaktif, dan oksidatif dari
racun atau zat berbahaya bila dikonsumsi protein, lemak, dan hidrat arang, dan
manusia, terlebih bila dosis yang unsur lain dalam tubuh, akan
digunakan tidak tepat. Atau bisa jadi,

273
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

menghasilkan radikal bebas. Dalam proses etanol daun Ruta angustifolia. Dengan
menua, kecepatan unsur radikal bebas ini demikian, hasil penelitian diharapkan
bertambah, melebihi kecepatan perbaikan dapat menjelaskan secara ilmiah manfaat
atau pemulihannya (Tambayong, 1999). alami dari daun Ruta angustifolia beserta
hubungannya dengan pengobatan
Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di penyakit.
alam telah lama diakui memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi. Pada sistem METODE
biologis tumbuhan, oksigen dapat
mengandung radikal bebas yang Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei
merupakan salah satu agen penyebab sampai dengan Agustus 2017 di Balai
gangguan kronis. Kandungan biokimia Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
dari tumbuhan digunakan untuk melin- (Balittro) Bogor dan Laboratorium Oral
dungi antioksidan alami yang terdapat Biologi Fakultas Kedokteran Gigi
didalam sel-sel organisme (Mensor et al., Universitas Indonesia.
2001). Antioksidan adalah molekul yang
Ekstrak etanol yang digunakan dalam
dapat dengan aman berinteraksi dengan
penelitian ini berasal dari penelitian
radikal bebas dan menghentikan reaksi
sebelumnya yang dengan menggunakan
berantai sebelum molekul penting rusak.
metode maserasi. Metode yang digunakan
Ada beberapa sistem enzim endogen dan
untuk pengujian antioksidan adalah
zat dalam sel yang mengikat radikal
metode 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl
bebas. Sel juga dapat mencapai
(DPPH). Uji antibakteri mencakup Uji
antioksidan melalui sirkulasi setelah
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
mengkonsumsi minuman dan makanan
dengan metode serial dilusi-
kaya antioksidan (Panglossi, 2006).
spektrofotometri dan Konsentrasi Bunuh
Fusobacterium adalah bakteri anaerob Minimum (KBM) dengan metode streak
obligat, mempunyai bentuk batang, gram agar.
negatif. Bakteri ini masuk ke dalam
Prosedur KHM dilakukan dengan
family Bacteroidaceae. Nama
menyiapkan ekstrak etanol daun Ruta
Fusobacterium berasal dari bahasa Latin
angustifolia dengan konsentrasi 10%,
“fusus” yang berarti kumparan.
20%, 40%, 80% dan 100%, disiapkan
Keterlibatan fusobacterium dalam
medium Brain Heart Infusion (BHI) broth
penyakit infeksi pada manusia dan hewan
steril 8.8 mL per tabung per konsentrasi
telah lama diketahui. Fusobacterium
ekstrak, ditambahkan ekstrak pada
nucleatum adalah jenis yang paling umum
konsentrasi tertentu sebanyak 1 mL secara
ditemui pada penyakit gigi dan
aseptis, ditambahkan kultur bakteri
memproduksi bahan iritan pada jaringan
Fusobacterium nucleatum dalam BHI
seperti asam butirat, protease dan
Broth (setara standar McFarland)
cytokines. Ia memiliki sifat perekat yang
sebanyak 200 μL, divortex agar homogen,
kuat karena keberadaan lektin yang
diambil 2 mL untuk diukur absorbansi
memperantarai penempelan pada epitel
awal λ=630 nm, diinkubasi overnight
dan permukaan gigi serta penggumpalan
suhu 37 °C dalam keadaan anaerob,
dengan bakteri pathogen lainnya. Jenis
divortex, diukur absorbansi akhir λ=630
lainnya yaitu F.necrophorum radang
nm, jika selisih absorbansi akhir dan awal
tonsil dan keracunan darah (septicaemia)
negatif maka dinyatakan sebagai tabung
(Roberts,2000).
positif. KHM merupakan konsentrasi
Dalam penelitian ini diuji kandungan terendah dari tabung positif (Dewi dalam
antioksidan dan aktivitas antibakteri Magdalena dan Kusnadi, 2015).
Fusobacterium nucleatum dalam ekstrak

274
Noer et al. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Antibakteri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 272 – 277

Prosedur uji KBM dilakukan dengan dengan energi yang dimiliki radikal bebas
menumbuhkan bakteri pada hasil uji DPPH. Saat berada dalam bentuk radikal,
positif KHM dengan metode streak DPPH cenderung tidak stabil (reaktif) dan
(gores) 3 kuadran pada medium BHI agar memiliki energi yang besar karena selalu
steril suhu 37 °C, diinkubasi overnight bereaksi mencari pasangan elektronnya,
suhu 37°C dalam keaadaan anaerob dan namun setelah mendapat pasangan
dilakukan pengamatan ada atau tidaknya elektronnya, DPPH menjadi lebih stabil
pertumbuhan koloni pada agar cawan. (energinya rendah) (Martiningsih dkk,
Tidak adanya pertumbuhan koloni 2016).
dinyatakan sebagai KBM (Sari dalam
Magdalena dan Kusnadi, 2015) . Pengujian aktivitas antioksidan
dilakukan untuk mengetahui nilai IC50
HASIL DAN PEMBAHASAN dari sampel. Pengujian dilakukan terhadap
ekstrak etanol sampel dan dilakukan
Aktivitas Antioksidan dengan sistem duplo. Dari hasil pengujian
kadar antioksidan ekstrak etanol daun
Aktivitas antioksidan dapat ditentukan
Ruta angustifolia yang dilakukan di
dengan metode DPPH. DPPH merupakan
Laboratorium Balai Penelitian Tanaman
radikal bebas yang diperdagangkan, stabil
Rempah dan Obat, menunjukkan bahwa
pada suhu kamar dengan bentuk serbuk
sampel memiliki nilai IC50 sebesar
ungu tua, dan cepat teroksidasi oleh
100,99 ppm.
temperatur dan udara. Metode DPPH
merupakan salah satu metode pengujian Menurut Jun dkk (2003), nilai IC50 <
aktivitas antioksidan yang menggunakan 50 ppm menunjukkan kekuatan anti-
reaksi kimia (Molyneux, 2004). Metode oksidan sangat aktif, nilai IC50 50 –
ini dipilih karena merupakan metode 100 ppm menunjukkan kekuatan
pengujian aktivitas antioksidan yang antioksidan aktif, nilai IC50 101 –
menggunakan sampel dalam jumlah 250 ppm menunjukkan kekuatan
sedikit dan waktu yang singkat (Keinanen antioksidan sedang, nilai IC50 250 –
& Ritta, 1996). Senyawa antioksidan akan 500 ppm menunjukkan kekuatan
bereaksi dengan DPPH melalui antioksidan lemah, dan nilai IC50 >
mekanisme donasi atom hidrogen dan 500 ppm menunjukkan kekuatan
menimbulkan perubahan warna dari ungu antioksidan tidak aktif . Sedangkan
menjadi kuning. Tingkat perubahan warna Molyneux (2004) mengkategorikan untuk
yang mengindikasikan potensi senyawa nilai IC50 dibawah 50 ppm berarti
antioksidan dalam kemampuannya men- antioksidan sangat kuat, nilai IC50 50 –
donorkan atom hidrogen (Mosquera et al., 100 ppm berarti antioksidan kuat, nilai
2007). IC50 100 – 150 ppm berarti antioksidan
sedang dan nilai IC50 150 – 200 ppm
Pada sampel yang mengandung
berarti antioksidan lemah.
senyawa antioksidan, semakin tinggi
konsentrasi berarti semakin banyak pula Dari hasil pengujian kadar antioksidan
senyawa yang akan menyumbangkan pada sampel ekstrak etanol daun
elektron atau atom hidrogennya kepada R. angustifolia menunjukkan nilai IC50
radikal bebas DPPH, yang turut sebesar 100,99 ppm yang menandakan
menyebabkan pemudaran warna pada bahwa kadar antioksidan yang dimiliki
DPPH. DPPH yang awalnya berwarna oleh tanaman ini memiliki aktivitas yang
ungu tua, jika direaksikan dengan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa antioksidan dalam jumlah besar tanaman ini memiliki potensi antioksidan
akan berubah menjadi warna kuning. yang tidak terlalu besar, namun dapat
Perubahan warna DPPH ini terkait pula

275
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dimanfaatkan sebagai salah satu nilai Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
tambah dari manfaat lainnya. nilai KBM pada penelitian ini adalah pada
kosentrasi 80%.
Antibakteri F. nucleatum
Tabel 2. Pertumbuhan F. nucleatum
Kosentrasi Hambat Minimum ekstrak Konsentrasi Ekstrak Pertumbuhan Bakteri
terhadap F. nucleatum dilakukan dengan 10 % Tumbuh
metode spektrofotometri. Tabel 1 20 % Tumbuh
menunjukkan hasil absorbansi sebelum 40 % Tumbuh
80 % Tidak Tumbuh
dan sesudah inkubasi.
100 % Tidak Tumbuh
Tabel 1. Hasil Absorbansi (λ 630 nm)
Absorbansi Absorbansi SIMPULAN
Konsentrasi
Sebelum Setelah Hasil
Ekstrak Kadar antioksidan ekstrak etanol daun
Inkubasi Inkubasi
Negatif Ruta angustifolia menunjukkan nilai IC50
10 % 2,242 2,442
KHM sebesar 100,99 ppm, dengan aktivitas
Negatif sedang yaitu Konsentrasi Hambat
20 % 3,316 3,392
KHM
Minimum pada konsentrasi ekstrak 40%
Positif
40 % 3,747 3,697
KHM dan Konsentrasi Bunuh Minimum pada
Positif konsentrasi 80%.
80 % 3,864 3,709
KHM
Positif DAFTAR PUSTAKA
100 % 3,638 3,488
KHM
Dewi, F.K. 2010. Aktivitas Antibakteri
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
adalah kosentrasi terkecil dimana suatu (Morinda citrifolia, Linnaeus) terhadap
bahan (zat) dapat menghambat pertum- Bakteri Pembusuk Daging Segar.
buhan bakteri. Terhambatnya pertum- Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
buhan ditandai dengan nilai absorbansi Surakarta
yang lebih kecil setelah inkubasi Jun, M.H.Y., Yu. J., Fong, X., Wan, C.S.,
dibandingkan dengan sebelum inkubasi Yang, C.T., and Ho. (2003).
(selisih absorbansi sebelum dan sesudah Comparison of Antioxidant activitiesof
inkubasi bernilai negatif). Pada hasil isoflavonoids from kudzu root
diatas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan (puereria labata Ohwl). J. Food. Sci.
mulai terhambat pada konsentrasi 40%. Institute of technologist. Vol 68; p.
Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai 2117- 2122.
KHM dalam penelitian ini adalah pada Keinanen, M. & Ritta, J. T (1996) Effect
konsentrasi 40%. of Sample Preparation Method on
Birch (Betula pendula Roth) Leaf
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Phenolics. J. Agric. Food Chem, 44 (9),
ekstrak terhadap Fusobacterium 2724-2727.
nucleatum dilakukan dengan mengamati Magdalena N.V dan Kusnadi J. (2015).
ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada Antibakteri Dari Ekstrak Kasar Daun
agar. Tabel 2 menunjukkan hasil Gambir (Uncaria Gambir Var
pengamatan bakteri pada agar dengan Cubadak) Metode Microwave-Assisted
berbagai konsentrasi ekstrak. Extraction Terhadap Bakteri Patogen.
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3
Pada hasil di atas dapat dilihat bahwa
No 1 p.124-135.
F. nucleatum sudah mati pada konsentrasi
Martiningsih N.W ; Widana G A B;
ekstrak 80% dan 100%. KBM adalah
Kristiyanti P L M. Skrining Fitokimia
konsentrasi terkecil suatu bahan (zat)
Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
dimana bakteri sudah tidak dapat hidup.

276
Noer et al. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Antibakteri …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 272 – 277

Etanol Daun Matoa (Pometia Pinnata) Plants from Colombian Biodiversity,


Dengan Metode DPPH. Prosiding Mem Inst Oswaldo Cruz, Vol 102 (5),
Seminar Nasional MIPA 631-634.
2016,Undiksha. Panglossi, H. T (2006) . Antioxidants:
Mensor, L. L., Menezes, F. S., Leitao, G. New research. New york: Nova science
G., Reis, A. S., dos Santos, T. Publishers, Inc.
C.,Coube, C. S. & Leitao, S. G.(2001). Roberts, GL. 2000. Fusobacterial
Screening of Brazilian Plant Extracts Infection : an underestimated threat.
for Antioxidant Activity by the Use of British Journal of Biomedical Science
DPPH Free Radical Method. Phytother. 57:156-162.
Res.15. 127-130. Sari, N. 2010. Daya Antibakteri Ekstrak
Molyneux P. (2004). The use of the stable Tumbuhan Majapahit (Crescentia
free radical diphenylpicrylhydrazyl cujete L.) terhadap Bakteri Aeromonas
(DPPH) for estimating antioxidant hydrophila. Skripsi. Institut Teknologi
activity. Songklanakarin J. Sci. Sepuluh November.Surabaya
Technol, 26 (2), 211–219. Tambayong, J. (1999). Patofisiologi untuk
Mosquera, O. M., Corea, Y. M. & keperawatan. Jakarta: Penerbit buku
Buitrago, D. C., Nino J. (2007). Kedokteran: EGC.
Antioxidan Activity of Twenty Five

277
TINGKAT OPTIMASI TENAGA KERJA PETANI NANAS
DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG
BATU KABUPATEN OGAN ILIR
Eka Mulyana*, Erni Purbiyanti dan Indri Januarti
Agribisnis, Universitas Sriwijaya
Jl.Palembang-Prabumulih KM.32 Ogan Ilir, Sumatra Selatan
*E-mail: eka.agri@gmail.com
Diterima: 24/09/2017 Direvisi: 13/12/2017 Disetujui: 31/12/2017

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan Mengetahui tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas
di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan langsung dilapangan dengan cara survei dan wawancara langsung di
lapangan dengan petani contoh menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.
Data sekunder didapat dari berbagai lembaga dan instansi yang berkaitan dengan
penelitian ini dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Penarikan contoh di
Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir dilakukan secara
sederhana (Simple Random Sampling). Data yang diperoleh dari hasil survei di lapangan
akan dikumpulkan dan diolah secara sistematis dan selanjutnya akan dianalisa secara
deskriptif. Tingkat optimasi tenaga kerja secara keseluruhan pada usahatani nanas
adalah lebih besar daripada satu yaitu sebesar 3,36 hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan waktu tenaga kerja petani secara keseluruhan belum optimal, dikarenakan
waktu yang digunakan petani saat pengolahan lahan dan penanaman cukup lama.
Kata kunci: Petani nanas, tenaga kerja, tingkat optimasi
LEVEL OF OPTIMIZATION OF PINEAPPLE FARMER'S WORKERS IN
TANJUNG ATAP VILLAGE, TANJUNG BATU SUBDISTRICT
OGAN ILIR DISTRICT
ABSTRACT
This research aims to determine the level of optimization of labor on pineapple farming
in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu District, Ogan Ilir District. Data collected in
this research are primary data and secondary data. Primary data obtained directly in
the field by way of direct survey and field interviews with sample farmers using a list of
questions that have been prepared. Secondary data are obtained from various
institutions and agencies relating to this study and the literature relating to this
research. Sampling in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu Subdistrict, Ogan Ilir
Regency is done by simple (Simple Random Sampling). Data obtained from the field
survey results will be collected and processed systematically and will then be analyzed
descriptively. The overall rate of labor optimization in pineapple farming is greater
than one that is 3,36 this indicates that the use of labor time of farmers as a whole is not
optimal, due to the time used by farmers during the cultivation of land and planting
long enough.
Keywords: Labor, level of optimization, pineapple farmer

278
Mulyana, et al. 2017. Tingkat Optimasi Tenaga Kerja Petani …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 278 – 283

PENDAHULUAN tinggi kesadaran penduduk akan nilai gizi


dari buah-buahan dan makin
Indonesia merupakan negara yang bertambahnya permintaan bahan baku
sedang melaksanakan pembangunan industri pengolahan buah-buahan
disegala bidang. Sektor pertanian (Rukmana, 2003).
merupakan salah satu sektor yang
diandalkan, karena sektor pertanian Penyebaran tanaman nanas di
sampai saat ini masih memegang peranan Indonesia hampir merata terdapat di
penting dalam menunjang perekonomian seluruh daerah, dikarenakan wilayah
nasional. Pertanian merupakan salah satu Indonesia memiliki keragaman agroklimat
sektor yang memiliki kontribusi terhadap yang memungkinkan pengembangan
perekonomian Indonesia (Aksi Agraris berbagai jenis tanaman, baik tanaman
Kanisius, 2012). Hortikultura merupakan hortikultura tropis maupun hortikultura
salah satu sektor pertanian yang dapat subtropis. Terdapat beberapa daerah yang
dikembangkan di Indonesia karena dapat menjadi sentra produksi nanas,
meningkatkan sumber pendapatan petani. diantaranya Sumatera Selatan, Lampung,
Seiring dengan berkembangnya Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Jawa
permintaan pasar baik di Indonesia Timur. Daerah tersebut merupakan daerah
maupun untuk ekspor, nanas dapat yang cocok dengan agroklimat
dimanfaatkan dalam industri pengolahan pembudidayaan nanas (Badan Pusat
sehingga para petani kecil dan Statistik, 2010).
keluarganya memiliki peluang untuk
meningkatkan penghasilan mereka Kabupaten penghasil nanas terbesar di
melalui usahatani nanas yang dapat Provinsi Sumatera Selatan adalah Ogan
menguntungkan petani (Soedarya, 2009). Ilir. Berdasarkan data tahun 2011 yang
diterbitkan Dinas Pertanian Provinsi
Nanas merupakan tanaman buah Sumatera Selatan, terdapat 3 (tiga)
berupa semak yang memiliki nama ilmiah kabupaten dengan total kontribusi
Ananas comosus. Nanas pertama kali produksi nanas sebesar 83,59% dari total
berasal dari kawasan Brasilia (Amerika produksi nanas Sumatera Selatan.
Selatan). Pada abad ke-16 orang Spanyol Kabupaten Ogan Ilir memberikan
membawa nanas ini ke Filipina dan kontribusi terbesar yaitu 40.946 ton atau
Semenanjung Malaysia, serta ke 53,58% terhadap Provinsi Sumatera
Indonesia. Di Indonesia pada mulanya Selatan. Kabupaten Muara Enim dan
nanas hanya dijadikan sebagai tanaman Prabumulih memberikan kontribusi
pekarangan rumah dan meluas menjadi masing-masing sebesar 16,93% atau
tanaman kebun pada lahan kering di 12.937 ton dan 13,08% atau 9.997 ton.
seluruh wilayah nusantara. Saat ini nanas Sementara kabupaten lain berkontribusi
telah banyak dibudidayakan baik di 13,98% (Pusat Data dan Sistem Informasi
daerah tropik maupun sub tropik Pertanian, 2013).
(Prihatman, 2000).
Harahap (2007) melakukan penelitian
Nanas merupakan salah satu komoditas mengenai analisis optimasi penggunaan
yang memiliki nilai ekonomis cukup tenaga kerja pada usahatani nanas di
tinggi dan sangat potensial baik untuk Kabupaten Simalungan. Salam
pasar negeri (domestik) maupun sasaran penelitiannya menyimpulkan jumlah
pasar luar negeri (ekspor). Permintaan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
pasar dalam negeri terhadap buah nanas jumlah produksi nanas, baik pada
cenderung terus meningkat sejalan dengan usahatani sempit dan luas serta pada over-
pertumbuhan jumlah penduduk. Semakin all. Penggunaan tenaga kerja lebih besar
baik pendapatan masyarakat maka makin dari 1, yaitu 16,02 menunjukkan

279
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

penggunaan tenaga kerja belum optimal, Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu
maka harus dilakukan penambahan jumlah Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera
tenaga kerja, agar produktivitasnya Selatan.
meningkat. Penggunaan tenaga kerja
sangat mempengaruhi produktifitas METODE
usahatani. Seluruh tahapan-tahapan
Penelitian ini telah dilaksanakan di
pekerjaan pada usahatani memerlukan
Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung
tenaga kerja, seperti pengolahan tanah,
Batu Kabupaten Ogan Ilir. Penentuan
pembibitan, pemupukan, pemberantasan
lokasi penelitian ini dilakukan dengan
hama dan penyakit, pemeliharaan atau
sengaja (purposive) dengan pertimbangan
penyiangan, panen sampai kepada pasca
bahwa Desa Tanjung Atap merupakan
panen. Produktifitas tenaga kerja yang
sentra penghasil buah nanas yang
tinggi dapat mencerminkan penggunaan
berkontribusi untuk provinsi Sumatera
input produksi yang efisien. Pada
Selatan. Pelaksanaan penelitian ini telah
usahatani nanas, terutama nanas yang
dilakukan pada Oktober – November
sudah menghasilkan, input produksi
2017.
seperti bibit, pupuk, pestisida, dan obat-
obatan bukan merupakan hal yang penting Data yang dikumpulkan dalam
dan kebanyakan petani di daerah penelitian ini yaitu data primer dan data
penelitian ini tidak menggunakan input sekunder. Data primer didapatkan
produksi tersebut, jika nanas sudah langsung dilapangan dengan cara survei
menghasilkan. Sedangkan penggunaan dan wawancara langsung dilapangan
tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk dengan petani contoh menggunakan daftar
penyiangan dan panen. pertanyaan yang sudah disiapkan. Daftar
pertanyaan ini berisikan tentang identitas
Penelitian optimasi input produksi
petani, segala sesuatu yang berhubungan
terutama tenaga kerja pada usahatani
dengan usahatani yang mereka lakukan,
kubis yang dilakukan oleh Hermawan
yang akan menjawab tujuan dari
(2007) menunjukkan penggunaan tenaga
penelitian. Data sekunder didapat dari
kerja belum optimal dan penggunaan
berbagai lembaga dan instansi yang
tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
berkaitan dengan penelitian ini dan
produksi. Begitu pula pada hasil penelitian
literatur yang berhubungan dengan
Fatimah (2005) menunjukkan penggunaan
penelitian ini.
tenaga kerja belum optimal dan
penggunaan input produksi pada usahatani Penarikan contoh di Desa Tanjung
skala luas lebih mendekati optimal Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten
daripada menggunakan input produksi Ogan Ilir dilakukan secara sederhana
pada usahatani skala sempit. (Simple Random Sampling). Teknik acak
sederhana adalah teknik pengambilan
Pada usahatani nanas didaerah
dimana semua individu dalam populasi
penelitian yaitu Desa Tanjung Atap
baik secara individu maupun bersama-
Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten
sama diberikan kesempatan yang sama
Ogan Ilir, alokasi tenaga kerja banyak
untuk dipilih menjadi sampel. Dari 390
dilakukan tenaga dalam keluarga. Tenaga
kepala keluarga yang ada di Desa Tanjung
kerja luar keluarga atau tenaga kerja upah
Atap terpilihlah 159 populasi dengan
hanya dipakai saat awal melakukan
kreteria sebagai berikut:
usahatani nanas yaitu pengolahan lahan
1. Pekerjaan utama sebagai petani nanas.
dan saat pengendalian hama dan penyakit.
2. Melakukan usahatani dilahan yang
Berdasarkan hal-hal diatas peneliti tertarik
luasnya ≥ 0,5 ha.
melakukan penelitian tentang “Tingkat
Optimalisasi Waktu Kerja Petani di Desa

280
Mulyana, et al. 2017. Tingkat Optimasi Tenaga Kerja Petani …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 278 – 283

Menurut Sugiyono (2002) agar ukuran nanas dapat diketahui menggunakan


sampel yang diambil representatif maka pengujian dengan analisis regresi. Dalam
dihitung dengan menggunakan rumus Analisis regresi yang menjadi variabel
Slovin dengan presisi 15 % sebagai terikat adalah waktu tenaga kerja (X) dan
berikut: yang menjadi variabel bebas adalah
N produksi nanas (Y).
n =
1 + N.e2
159 Menurut Soekartawi (2002), NPM
= adalah perkalian antara produk marjinal
1 + 159 (0.15)2
= 34.7 = 35 orang dengan harga persatuan. Dengan melihat
Keterangan : harga input produksi maka diperoleh
n = jumlah sampel tingkat optimasi masing-masing input
N = jumlah populasi produksi.
e2 = batas toleransi kesalahan (error NPMX1
tolerance) Tingkat Optimasi =
PX1
Maka di dapat sebanyak 35 sampel dari Dimana:
159 populasi yang ada untuk dijadikan 1. Jika NPMX1/PX1 = 1, maka
petani sampel yang akan diwawancarai penggunaan waktu tenaga kerja
saat penelitian nanti. Data yang diperoleh tersebut sudah optimal.
dari hasil survei dilapangan akan 2. Jika NPMX1/PX1 < 1, maka
dikumpulkan dan diolah secara sistematis penggunaan input waktu tenaga kerja
dan selanjutnya akan dianalisa secara sudah melebihi optimal dan harus
desktiptif. Jawaban dari tujuan penelitian dikurangi.
ini yaitu menghitung tingkat optimasi 3. Jika NPMX1/PX1 > 1, maka
waktu tenaga kerja petani nanas di Desa penggunaan waktu tenaga kerja belum
Tanjung Atap menurut Agustira (2004) optimal dan harus ditambahkan
dihitung dari elastisitas produksi (bi)
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu:
dy
/y dy x Penggunaan Waktu Tenaga Kerja di
bi = = = Daerah Penelitian
dx
/x dx y
Petani nanas di daerah penelitian
Produk marjinal (dy/dx). Adapun y dan merupakan penggarap pemilik yaitu
x diambil berdasarkan jumlah rata- mengolah sendiri usahataninya mulai dari
ratanya. Selanjutnya dengan meng- penyiapan lahan, penanaman, pemupukan,
gunakan perhitungan diatas, diperoleh penyiangan, sampai pengendalian HPT,
jumlah produk marjinal untuk masing- tetapi untuk panen dan penjualan langsung
masing input produksi. Tingkat optimasi diserahkan kepada pemborong yang akan
faktor produksi usahatani nanas dihasilkan membeli nanas petani. Petani membeli
dari rasio nilai produk marjinal (NPM) bahan dan alat pertanian mereka di kios-
dengan harga masing-masing input kios pertanian yang ada di sekitar desa.
produksi. Produk marjinal = dy/dx, Petani tidak mengalami kesulitan untuk
sedangkan produk rata-rata = y/x, dari pembelian bahan dan alat ini. Tenaga
rumus tersebut dapat dicari nilai produk kerja yang digunakan oleh petani untuk
marjinal, yaitu: mengolah usahataninya berasal dari dalam
y keluarga maupun dari luar keluarga.
PM = bi.PR = bi. Tenaga kerja dari luar keluarga diambil
x
dari penduduk setempat dengan upah
Pengaruh penggunaan waktu tenaga berkisar Rp. 25.000 sampai Rp. 35.000
kerja petani per tahun pada usahatani per hari sesuai kesepakatan antara petani

281
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fakultas Pertanian UMJ
“Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”

dengan tenaga kerja yang akan membantu curahan waktu tenaga kerja dalam
pekerjaan petani, dengan waktu kerja pagi mengelola usahatani nanas di daerah
sampai dengan sore hari. Besarnya penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Penggunaan Waktu Tenaga Kerja per Petani per Tahun
TKDK TKLK Total HKP
Keterangan
(hari per tahun) (hari per tahun) (hari per tahun)
Pengolahan Lahan 130,78 29,51 160,29
Penanaman 81,30 23,57 104,87
Pemupukan 8,40 6,71 15,11
Penyiangan 23,41 2,31 25,72
Pengendalian HPT 45,53 4,20 87,53
Jumlah 289,42 66,30 393,52

Rata-rata penggunaan waktu tenaga Nilai MP pada regresi dapat dihitung


kerja dalam keluarga lebih besar daripada melalui fungsi Cobb-Douglas yang telah
waktu tenaga kerja luar keluarga, hal ini dihasilkan. Dari Fungsi Y = 45.25X1,367
dikarenakan petani nanas lebih sering
melakukan kegiatan usahatani bersama Elastisitas Produksi (Ep) = 1.367
keluarga meliputi istri dan anak petani Σy
sendiri. Hal ini dilakukan agar biaya yang AP = /Σx , atau jumlah produksi
dikeluarkan petani cenderung lebih sedikit setahun dibagi dengan jumlah tenaga kerja
daripada menggunakan tenaga kerja luar setahun petani nanas.
keluarga. Bila ditotal jumlah hari kerja
petani (HKP) untuk pengolahan lahan, 18640
AP =
penanaman, pemupukan, penyiangan, dan 393.52
pengendalian HPT masing-masing sebesar MP = AP.EP
160,29 HKP; 104,87 HKP; 15,11 HKP; 47.37 x 1.37
25,72 HKP; dan 87,53 HKP. Hari kerja = 64.75
petani yang paling lama dalam kegiatan VMP = 64.75 x Rp 1555.24
usahatani yaitu pada pengolahan lahan, = Rp 100701.79
untuk panen sendiri langsung dilakukan 100701.79
Tingkat Optimasi =
oleh pemborong yang akan membeli hasil 30000
tani petani nanas. = 3.36

Tingkat Optimasi Penggunaan Waktu Tingkat optimasi tenaga kerja secara


Tenaga Kerja Pada usahatani Nanas keseluruhan pada usahatani nanas adalah
lebih besar daripada satu yaitu sebesar
Pengaruh penggunaan waktu tenaga 3.36 hal ini, menunjukkan bahwa
kerja petani per tahun pada usahatani penggunaan waktu tenaga kerja petani
nanas dapat diketahui menggunakan secara keseluruhan belum optimal,
pengujian dengan analisis regresi. dikarenakan waktu yang digunakan petani
Selanjutnya dapat dihitung tingkat saat pengolahan lahan dan penanaman
optimasi penggunaan tenaga kerja pada cukup lama. Hal ini dikarenakan petani
usahatani nanas dengan rumus: melakukan kegiatan usahatani mereka
VMP sendiri dengan bantuan tenaga kerja dalam
TO =
Px keluarga, sedikit yang menggunakan
tenaga upah. Oleh karena itu perlu
dilakukan penambahan penggunaan

282
Mulyana, et al. 2017. Tingkat Optimasi Tenaga Kerja Petani …
Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, 8 November 2017. Hal : 278 – 283

tenaga kerja agar hasilnya dapat optimal. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Berdasarkan hasil diatas dapat Sumatera Utara. Medan.
disimpulkan hipotesis 2 yang menyatakan Harahap, P. Y. N. 2007. Analisis Optimasi
tingkat optimasi waktu kerja belum Penggunaan Tenaga Kerja pada
optimal dikarenakan curahan waktu Usahatani Nanas Di Kabupaten
tenaga kerja yang lama. Simalungun (Studi Kasus: Desa Purba
Tua Baru, Kec. Silimakuta, Kab.
SIMPULAN Simalungun). Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Tingkat optimasi tenaga kerja belum
Hermawan, F. 2007. Analisis Optimasi
optimal menunjukkan angka >1 yaitu 3.36
Penggunaan Input Produksi pada
dikarenakan curahan waktu yang cukup
Usahatani Kubis. Skripsi. Fakultas
banyak sehingga kegiatan usahatani
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
berjalan lama dan tenaga kerja yang
Medan. http://jurnal.unpad.ac.id
digunakan banyak dari dalam keluarga,
(diakses pada April 2017).
petani hanya sedikit menggunakan tenaga
Prihatman, K. 2000. Nanas (Ananas
kerja luar keluarga.
comosus). TTG Budidaya Pertanian.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Rukmana. 2003. Strategi Pengembangan
Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2012. Pemasaran. Universitas Indonesia Press
Investasi Agribisnis Komoditas (UI-Press). Jakarta.
Unggulan Tanaman Pangan dan Soedarya, A.P., 2009. Agribisnis Nanas.
Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta. CV Pustaka Grafika. Bandung.
Agustira, M. A. 2004. Analisis Optimasi Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
Penggunaan Input produksi Pada Pertanian. Raja Grafindo. Jakarta.
Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Sugiyono. 2002. Metode Penelitian suatu
Deli Serdang. Skripsi. Fakultas Pendekatan Proposal. Bumi Aksara.
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jakarta.
Medan. Pusat Data dan Sistem Informasi
Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Pertanian. 2013. Outlook Komoditi
Produksi Buah-buahan di Indonesia. Nanas.
http://www.bps.go.id (diakses pada http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/
April 2017). epublikasi/outlook/2013/outlook_horti/
Fatimah, F. 2005. Analisis Optimasi Outlook_Nanas_2013/files/assets/basic
Penggunaan Input Produksi Kakao -html/page32.html
Rakyat di Kabupaten Deli Serdang.

283

Anda mungkin juga menyukai