Anda di halaman 1dari 32

MINIPROJET

GAMBARAN SANITASI JAMBAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN


JAMBAN SEHAT UNTUK MENCAPAI ODF TERHADAP DESA KEBUMEN DI
KECAMATAN TERSONO

Disusun oleh:
Dr. Anita Fauziah Yusuf
Dr. Paramita Dian Oktaviani
Dr. Rio adi Nugroho

Pembimbing:
Dr. Jul Hendro Gunawan
NIP. 19721004 200801 2 006

PUSKESMAS TERSONO

KABUPATEN BATANG

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP

PERIODE NOVEMBER 2018- MARET 2019

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan mini project kegiatan internship dengan
judul ” Gambaran Sanitasi Jamban dan Upaya Peningkatan Pengetahuan Jamban Sehat untuk
Mencapai ODF terhadap Desa Kebumen di Kecamatan Tersono”
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Jul Hendro Gunawan selaku kepala Puskesmas Tersono, Kabupaten Batang.
2. Dr. Slamet Riyanto Selaku dokter Puskesmas Tersono
3. Seluruh karyawan Puskesmas Tersono, Kabupaten Batang yang telah membimbing di
lapangan.
Demi kebaikan mini project ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh

Batang, 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………………........ 1
2. Perumusan Masalah................................................................................. 2
3. Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
4. Manfaat Penelitian................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi pembuangan Tinja atau BAB..................................................... 4
2. Jenis Jamban……………………………….. .......................................... 4
3. Cara Memilih jamban……………………. ............................................. 6
4. Manfaat jamban…………………………………… ………………….. 7
5. Lokasi Pembuata jamban…………………………… ………………… 7
6. Kriteria Jamban Sehat……………………………………………………. 8
7. Septic Tank……………………………………………………………….. 8
8. Cara Pemeliharaan Jamban……………………………………………….. 9
9. Persyaratan Pembuangan Tinj…………………………………………….. 9
10. Penggunaan Jamban Sehat Di Indonesia………………………………… 10
11. Definisi BABS…………………………………………………………… 11
12. Epidemiologi ODF………………………………………………………. 11
13. Verifikasi ODF………………………………………………………….. 12
14. Karakteristik Des ODF………………………………………………….. 13

BAB III METODOLOGI MINI PROJECT


1. Jenis Metode............................................................................................ 14
2. Kuisioner................................................................................................. 14
3. Sasaran ................................................................................................... 35
4. Media ...................................................................................................... 38
BAB IV HASIL
1. Profil Komunitas Umum.......................................................................... 19
2. Gambaran Umum Puskesmas Tersono, kabupaten Batang....................... 20

iii
3. Sarana Kesehatan ..................................................................................... 22

BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan................................................................................................ 25
2. Saran.......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 26
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Jamban sehat adalah tempat fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi
ke badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat
dihinggapi serangga ataupun binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap, dan
konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan.1

Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat tahun 2008, jamban sehat memiliki arti fasilitas pembuangan tinja yang efektif
untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Mempunyai dan menggunakan jamban
bukan hanya untuk kenyamanan melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan
kesehatan keluarga maupun masyarakat.2

Perilaku Open Defecation atau sering disebut Buang Air Besar Sembarangan (BABS),
termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. Open Defecation adalah suatu tindakan
membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak – semak, sungai, pantai atau area
terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.

Target untuk akses pembuangan tinja harus mencapai 100% dimana artinya
seluruh masyarakat harus memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan di
rumah. Tersedianya jamban sebagai fasilitas pembuangan tinja dapat mencegah kontaminasi
air, kontak antara tinja dan manusia, serta tinja tidak dihinggapi serangga ataupun binatang
lain yang dapat menjadi sumber penyebaran penyakit.

Lingkungan yang terkontaminasi tersebut berkaitan dengan penularan beberapa


penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera, typhoid fever dan paratyphoid fever, disentri,
penyakit cacing tambang, ascariasis, hepatitis A dan E, penyakit kulit, trakhoma,
schistosomiasis, cryptosporidiosis, malnutrisi dan penyakit yang berhubungan dengan
malnutrisi.3

v
Berdasarkan penelitian kualitatif, faktor yang berhubungan dengan keberhasilan
daerah ODF adalah keberadaan kegiatan sosial kemasyarakatan dan natural leader,
pemicuan yang berkualitas, tidak ada riwayat subsidi, kesadaran untuk membayar
dan adanya sangsi sosial. Adapun faktor yang menyebabkan kegagalan daerah ODF adalah
berfokus pada pembangunan jamban, mengharap adanya subsidi, kurangnya monitoring paska
pemicuan, masyarakat tinggal dekat sungai dan kurangnya gotong - royong antar warga.

Data dari studi dan survei sanitasi, proporsi rumah tangga di Indonesia yang
menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) milik sendiri adalah 76,2%, milik bersama
sebanyak 6,7% dan fasilitas umum adalah 4,2%. Rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas
BAB atau masih BAB sembarangan (open defecation) yaitu sebesar 12,9%. Sepuluh provinsi
tertinggi rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB/open defecation adalah Sulawesi
Barat (34,4%), NTB (29,3%), Sulawesi Tengah (28,2%), Papua (27,9%), Gorontalo (24,1%),
Maluku (23,4%), Aceh (22,7%), Kalimantan Barat (21,8%), Nusa Tenggara Barat (21,3%),
dan Sumatera Barat(21%).3

Berdasarkan data di atas, penelitian ini akan dilakukan untuk memberikan gambaran
sanitasi jamban dan upaya peningkatan pengetahuan jamban sehat untuk mencapai ODF
terhadap desa Kebumen di Kecamatan Tersono.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:


a. Bagaimanakah pengetahuan warga Desa Kebumen di kecamatan Tersono tentang
jamban sehat?
b. Bagaimanakah pengetahuan warga Desa Kebumen di kecamatan Tersono tentang
ODF?
c. Tindakan apakah yang paling sesuai dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para
warga desa Kebumen tentang pentingnya penggunaan jamban sehat?
d. Tindakan apakah yang paling sesuai dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para
warga desa Kebumen untuk ODF?

3. TUJUAN PENELITIAN

vi
a. Untuk menambah pengetahuan warga mengenai jamban sehat dan perilaku ODF dengan
metode penyuluhan, diskusi dan sesi tanya jawab kepada warga dan kader desa sehingga
dapat menyampaikan yang diketahuinya setelah penyuluhan ini kepada warga Desa
Kebumen.

b. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai resiko bahaya penggunaan jamban


tidak sehat yang bisa menyebabkan berbagai penyakit dan untuk mendapat gambaran
kondisi sanitasi jamban masyarakat desa Kebumen kecamatan Tersono.

4. MANFAAT
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan warga Desa Kebumen tentang jamban sehat dan perilaku ODF.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu program kerja puskesmas Tersono untuk
mencapai desa ODF.
c. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain
untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi penelitian yang berhubungan dengan
penggunaan jamban sehat

vii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI PEMBUANGAN TINJA ATAU BUANG AIR BESAR


Pembuangan tinja atau buang air besar disebut secara eksplisit dalam dokumen
Millenium Development Goals (MDGs). Dalam nomenklatur ini buang air besar disebut
sebagai sanitasi yang meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar, jenis
kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Dalam laporan MDGs 2010,
kriteria akses terhadap sanitasi layak adalah bila penggunaan fasilitas tempat BAB milik
sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat pembuangan akhir
tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air limbah (SPAL). Kriteria
yang digunakan Joint Monitoring Program (JMP) WHO-UNICEF 2008, sanitasi terbagi
dalam empat kriteria, yaitu improved, shared, unimproved dan open defecation.
Dikategorikan sebagai improved bila penggunaan sarana pembuangan kotorannya milik
sendiri, jenis kloset latrine dan tempat pembuangan akhir tinjanya tangki septik atau SPAL.4

Pengertian lain terkait jamban menyebutkan bahwa jamban keluarga adalah suatu
bangunan yang digunakan untuk tempat membuang dan mengumpulkan kotoran/najis
manusia yang lazim disebut jamban atau WC sehingga kotoran tersebut disimpan dalam suatu
tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman. Kotoran manusia yang dibuang dalam praktik sehari-hari bercampur
dengan air, maka pengolahan kotoran manusia tersebut pada dasarnya sama dengan
pengolahan air limbah. Oleh sebab itu pengolahan kotoran manusia, demikian pula syarat-
syarat yang dibutuhkan pada dasarnya sama dengan syarat pembuangan air limbah.5
2. JENIS- JENIS JAMBAN
Terdapat beberapa jenis jamban sesuai bentuk dan namanya, antara lain:6
a. Jamban cubluk
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah sedalam 2,5 sampai 8
meter dengan diameter 80-120cm. Dindingnya diperkuat dari batu bata ataupun tidak.
Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambu,

viii
dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya
15 meter.

Gambar 1. Jamban Cubluk


b. Jamban Cemplung berventilasi
Jamban ini hampir sama dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan ventilasi pipa.
Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dari bambu.

c. Jamban Empang
Jenis jamban ini dibangun di atas empang ikan. Sistem jamban empang memungkinkan
terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan
orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja, demikian seterusnya.

ix
d. Jamban Pupuk
Secara prinsip jamban ini seperti jamban cemplung tetapi lebih dangkal galiannya, di
dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang, sampah, dan daun-daunan
e. Septic tank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Septic tank
merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan untuk kelompok kecil yaitu
rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak
memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. Septic tank
merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal,
tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas.
Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan digunakan pembagian 3
jenis jamban, yaitu:
1) Jamban leher angsa. Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang
terdapat pada leher angsa adalah untuk menghindarkan bau dan mencegah
masuknya lalat dan kecoa.
2) Jamban cemplung. Jamban ini tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran.
Untuk mengurangi bau serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban perlu
ditutup.
3) Jamban plengsengan. Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang
jamban perlu juga ditutup.

3. CARA MEMILIH JAMBAN


a. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air

x
b. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat
menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)
c. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan kurang
lebih 60cm dari permukaan air pasang.

4. MANFAAT JAMBAN
Terdapat beberapa alasan diharuskannya penggunaan jamban,yaitu:
1. Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau
2. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit diare, kolera, disentri, thypus, cacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit dan keracunan.

Jamban juga berfungsi sebagai pemisah tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

5. LOKASI PEMBUATAN JAMBAN


Dengan memperhatikan pola pencemaran tanah dan air tanah, maka hal-hal berikut
harus diperhatikan untuk memilih lokasi penempatan sarana pembuangan tinja:
a. Pada dasarnya tidak ada aturan pasti yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk
menentukan jarak yang aman antara jamban dan sumber air. Banyak faktor yang
mempengaruhi perpindahan bakteri melalui air tanah, seperti tingkat kemiringan,
tinggi permukaan air tanah, serta permeabilitas tanah. Yang terpenting harus
diperhatikan adalah jamban atau kolam pembuangan (cesspool) harus ditempatkan
lebih rendah, atau sekurang-kurangnya sama tinggi dengan sumber air bersih. Apabila
memungkinkan, harus dihindari penempatan langsung di bagian yang lebih tinggi dari

xi
sumur. Jika penempatan di bagian yang lebih tinggi tidak dapat dihindarkan, jarak
15m akan mencegah pencemaran bakteri ke sumur. Penempatan jamban di sebelah
kanan atau kiri akan mengurangi kemungkinan kontaminasi air tanah yang mencapai
sumur. Pada tanah pasir, jamban dapat ditempatkan pada jarak 7,5m dari sumur
apabila tidak ada kemungkinan untuk menempatkannya pada jarak yang lebih jauh.
b. Pada tanah yang homogen, kemungkinan pencemaran air tanah sebenarnya nol apabila
dasar lubang jamban berjarak lebih dari 1,5m di atas permukaan air tanah, atau apabila
dasar kolam pembuangan berjarak lebih dari 3m di atas permukaan air tanah.
Penyelidikan yang seksama harus dilakukan sebelum membuat jamban cubluk (pit
privy), jamban bor (bored-hole latrine), kolam pembuangan dan sumur resapan di
daerah yang mengandung lapisan batu karang atau batu kapur. Hal ini dikarenakan
pencemaan dapat terjadi secara langsung melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi
alami ke sumur yang jauh atau sumber penyediaan air minum lainnya

6. KRITERIA JAMBAN SEHAT


Jamban Sehat (improved latrine) merupakan fasilitas pembuangan tinja yang memenuhi
syarat:9

a. Tidak mengkontaminasi badan air.

b. Menjaga agar tidak kontak antara manusia dan tinja.

c. Membuang tinja manusia yang aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga
vektor lainnya termasuk binatang.

d. Menjaga buangan tidak menimbulkan bau

e. Konstruksi dudukan jamban dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna

7. SEPTIC TANK
a. Mekanisme kerja
Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai tempat tinja dan air
buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada
selama beberapa hari.
b. Desain

xii
1) Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut.
Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa
ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya
dapat masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan
gas yang terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas
dari septick tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas
dapat langsung terlepas di udara bebas. Panjang pipa ventilasi 2m dengan diameter
pipa 175mm dan pada lubang hawanya diberi kawat kasa.
2) Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen, Dinding
septic tank harus dibuat rapat air. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat
dengan tebal yang sama.
3) Pipa penghubung: Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya
air. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15cm.
4) Tutup septic tank: Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3
meter di bawah permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam
septic tank selalu hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat
lebih terjamin. Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air)

8. CARA PEMELIHARAAN JAMBAN


Cara yang dapat dilakukan untuk memelihara jamban antara lain:
a. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
b. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih
c. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
d. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
e. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
f. Bila ada kerusakan segera diperbaiki

9. PERSYARATAN PEMBUANGAN TINJA

Terdapat beberapa bagian sanitasi pembuangan tinja antara lain: 9,10

a. Rumah Jamban: Berfungsi sebagai tempat berlindung dari lingkungan sekitar, harus
memenuhi syarat ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksi disesuaikan
dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

xiii
b. Lantai Jamban: Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus
baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan
dengan bentuk rumah jamban.
c. Tempat Duduk Jamban: Fungsi tempat duduk jamban merupakan tempat penampungan
tinja, harus kuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah
diangkat.
d. Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung yang bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar
menghindari kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan
penyakit.

e. Tersedia Alat Pembersih: Tujuan pemakaian alat pembersih, agar jamban tetap bersih setelah
jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan
lantai agar tidak berlumut dan licin. Sedangkan peralatan pembersih merupakan bahan yang
ada di rumah jamban didekat jamban.
f. Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
berfungsi sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap air
dapat terbuat dari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran
lingkungan.
g. Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang
lengkap berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja.

10. PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT DI INDONESIA


Sampai saat ini diperkirakan sekitar 47% masyarakat Indonesia (khususnya yang
tinggal di daerah pedesaan) masih buang air besar sembarangan, seperti di sungai, kebun,
sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Masyarakat pedesaan tersebut enggan
untuk buang air besar di jamban karena banyak yang beranggapan membangun jamban
sangat mahal, lebih enak BAB di sungai, tinja dapat digunakan untuk pakan ikan, dan alasan
lain yang dikatakan merupakan kebiasaan sejak dulu dan diturunkan dari nenek moyang.
Perilaku tersebut sangat merugikan kesehatan, karena tinja merupakan media tempat hidup
bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare dan berisiko menjadi
wabah penyakit bagi masyarakat.13
Tinja merupakan bentuk kotoran yang merugikan dan membahayakan kesehatan
masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang dengan baik dan benar. Maka itu tinja harus
dibuang pada suatu tempat yaitu jamban. Jamban keluarga adalah suatu istilah yang

xiv
digunakan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia dalam suatu keluarga. Semua
anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik anak-anak
(termasuk bayi dan balita) dan orang dewasa. Pembuatan jamban keluarga yang
sehat,sebaiknya mengikuti beberapa syarat, yaitu: tidak mengotori tanah maupun air
permukaan di sekeliling jamban tersebut, tidak dapat terjangkau oleh serangga, terutama
lalat dan kecoak, tidak menimbulkan bau, mudah dipergunakan dan dipelihara, sederhana
serta dapat diterima oleh pemakainya.10

11. DEFINISIS BABS


Perilaku Open Defecation atau sering disebut Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. Open Defecation (BABS)
adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak – semak, sungai,
pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan,
tanah, udara dan air 10
Program Open Defecation Free (ODF) adalah program unggulan dalam mengatasi
kebiasaan masyarakat yang melakukan buang air besar di sembarang tempat dengan
memastikan bahwa dalam setiap Kepala Keluarga memiliki jamban dan dipastikan bahwa
setiap anggota keluarga buang air besar pada jamban tersebut. Program ODF dimulai dari
suatu desa yang telah dinyatakan ODF dan selanjutnya meningkat pada kecamatan ODF
serta kabupaten ODF. Dengan adanya program ODF diharapkan angka buang air besar di
sembarang tempat dapat menurun atau bahkan tidak ada lagi 14.
Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan penyakit berbasis
lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada
akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban sehat harus mencapai
100% pada seluruh komunitas, yang kemudian lebih dikenal dengan ODF. Open Defecation
Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar
sembarangan 10

12. EPIDEMIOLOGI ODF


a. Orang
Berdasar data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.1 milyar orang atau 17 %
penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka. Dari data tersebut diatas sebesar
81 % terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai Negara kedua terbanyak di temukan
xv
masyarakat buang air besar di area terbuka , yaitu India (58%), Indonesia (5%), China
(4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal
(1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%)14
Di Indonesia sebesar 5% yang masih buang air besar di area terbuka merefleksikan 26%
total penduduk Indonesia. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penduduk yang buang air
besar di area terbuka sebesar 24,7 % dan buang air besar dilubang tanah sebesar
11,7%. Sedangkan akses sanitasi meliputi kepemilikan/penggunaan jamban, jenis
kloset dan pembuangan akhir tinja sebesar 55,5 % 2
b. Tempat
Berdasarkan data WHO orang yang buang air besar diarea terbuka lebih banyak dipedesaan
(29%) dibandingkan daerah perkotaan (5%) dan sebesar 81% berada di Negara berkembang
seperti India, Indonesia, Ethiophia, Pakistan, Nigeria, Sudan, Nepal, Brazil dan Niger (WHO,
2010). Di Indonesia, akses sanitasi layak diperkotaan lebih tinggi (69,51%) disbanding
dipedesaan (33,96%). Sedangkan jumlah orang yang buang air besar di area terbuka diperkotaan
lebih rendah (15,7%) dibanding dipedesaan (34,4%) 2
c. Waktu
Di dunia jumlah orang buang air besar diarea terbuka semakin menurun hal ini dapat dilihat dari
data berikut pada tahun 1990 (25%), 2000 (21%) dan 2008 (17%). Sedangkan di Indonesia
pada tahun 1990 (39%), 2000 (31%) dan 2008 (26%) (WHO, 2008). Berdasarkan sumber
lain menyebutkan jumlah orang Indonesia yang buang air besar diarea terbuka sebesar 47%
(2006) dan sebesar 36,4 % (2010) 14

13. VERIFIKASI ODF


Verifikasi status bebas dari buang air besar sembarangan Open Defecation Free (ODF)
penting dilakukan guna memastikan perubahan perilaku masyarakat atenar terjadi dan
berkelanjutan. Tidak sesaat pada deklarasi ODF saja, namun perubahan perilaku terjadi secara
permanen.
Adapun batasan bahwa suatu komunitas masyarakat telah dapat dikatakan ODF apabila:
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang tinja atau
kotoran bayi hanya di jamban yang sehat (termasuk sekolah)
b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar. 
c. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat

xvi
d. Ada mekanisme monitoring yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100
persen KK mempunyai jamban sehat. 
e. Ada upaya atau strategi yang jelas dan tertulis untuk dapat mencapai Total Sanitasi2

14. KARAKTERISTIK DESA ODF


Suatu komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika7 :
a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi hanya
ke jamban.
b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
c. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
d. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban sehat.
e. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
f. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat.
g. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK
mempunyai jamban sehat.
h. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban dan tempat
cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid pada jam sekolah.
i. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk menciptakan
kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga
tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.

xvii
BAB III
METODE

1. JENIS METODE
Metode pengumpulan data pada kegiatan mini project ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui kuisioner yang
dibagikan sebelum intervensi. Kuisioner berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai
pengetahuan tentang jamban sehat dan ODF. Sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat
pengetahuan warga Desa Kebumen yang datang pada penyuluhan, dan ibu-ibu kader di
posyandu Desa Kebumen. Sedangkan data sekunder didapatkan dari laporan dan catatan
mengenai data kesehatan Desa Kebumen selama periode tahun 2014 yang terdapat di
Puskesmas Tersono.
Intervensi dilakukan dengan memberikan 2 sesi penyuluhan secara langsung dan tanya-
jawab (diskusi) antara penyaji materi (Dokter Internship) pada Balai desa hingga Posyandu
Desa Kebumen. Materi penyuluhan yang disajikan antara lain mengenai definisi jamban sehat,
jenis-jenis jamban, syarat jamban sehat, pemeliharaan jamban, pengertian ODF, hingga
penyakit- penyakit yang bisa timbul akibat penggunaan jamban tidak sehat.
Pembagian kuesioner pada kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa 26 januari 2019 di
Kantor Kepala Desa Tersono. Terdapat 2 macam kuesioner yang dibagikan kepada warga dan
kader desa Tersono Kecamatan Tersono. Kuesioner A bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan warga dan kader mengenai jamban sehat. Sampel yang diambil dalam penelitian
ini adalah warga dan kader yang hadir dalam penyuluhan ini, yaitu sebanyak 24 warga.
2. KUISIONER
Kuisioner Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Akan Jamban Sehat

1 . Apakah yang dimaksud dengan jamban

A. Alam terbuka (sungai, kebun) B. Tempat Jongkok C. Tempat Membuang Kotoran


xviii
2. Manakah dari berikut ini yang merupakan pilihan jamban paling sehat

A. Jamban empang di kolam B. Jamban leher angsa C. Jamban


cubluk di tanah

3. Apakah fungsi jamban bagi keluarga

A. Melindungi dari serangga B. Mencegah pencemaran air

C. Tempat buang air besar yang melindungi keluarga dari penyakit

4. Manakah yang termasuk syarat utama jamban sehat

A. Tidak berbau B. Tidak mencemari sumber air C. Di sungai yang alirannya deras

5. Manakah yang termasuk syarat utama jamban sehat (2)

A. Lantai bersih & terdapat alat pembersih B. Jarak jamban tak tertentu

C. Terdapat air

6. Manakah gejala yang bisa ditimbulkan akibat pemakaian jamban tidak sehat

A. Penyakit kulit B. Penyakit Pencernaan C. Semua macam


penyakit bisa terjadi

7. Apakah penyakit tersebut dapat menular

A. Ya B. Tidak

8. Apakah penyakit tersebut dapat mengancam nyawa

A. Ya B. Tidak

9. Mana yang termasuk pemeliharaan jamban yang benar

A. Menjaga selalu ada air B. Lantai bersih tidak terlihat kotoran

2. C. Tidak perlu perawatan selama jamban tertutup

10. Berapakah jarak yang aman antara resapan jamban dengan sumber air

xix
A. 2 meter B. 5 meter C. 10 meter

Dari data kuisioner diatas terdapat 10 nomer yang pada setiap nomernya mempunyai skor 10.
Jika semua benar mempunyai skor 100. Sistem penilaian ini menunjukkan tingkat
pengetahuan para kader tentang pengetahuan tentang penyakit kusta yang dibagi menjadi 3
kategori, yaitu :
1. Baik : nilai ≥ 70
2. Cukup : nilai 50-69
3. Kurang : nilai <50

xx
Kuesioner Gambaran Sanitasi

FORMULIR INSPEKSI SANITASI JAMBAN KELUARGA

I. DATA UMUM
1. Lokasi Puskesmas : ......................................
2. Nama Pemilik Sarana : ......................................
3. Jumlah pemakai................................................................jiwa
4. Pekerjaan : .................................................................................
...
5. Alamat : .................................................................................
...
.................................................................................
...

6. Tanggal kunjungan : ......................................

II. JENIS JAMBAN YANG DIMILIKI


1. Tidak ada
2. Cemplung tanpa tutup
3. Cemplung dengan tutup
4. Plengsengan

21
5. Leher Angsa tanpa septiktank
6. Leher Angsa dengan septiktank dan resesapan

III. URAIAN DIAGNOSA TINGKAT RISIKO PENCEMARAN

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Jarak cubluk / resapan kurang dari 10 meter dari sumur


. 2 Lantai jamban tidak rapat, sehingga memungkinkan serangga dan
binatang penular penyakit dapat masuk ke dalam cubluk / resapan
serta menibulkan bau
3. Lubang masuk kotoran terbuka / bukan closet
4. Jamban belum dilengkapi dengan rumah jamban
5. Lantai licin dan tidak mudah dibersihkan
6. Panjang / lebar lantai < 1 meter
7. Rumah Jamban tanpa atap

Jumlah jawaban ya

PENILAIAN FAKTOR RESIKO :

a. Tingkat resiko Tinggi (T) = Bila jumlah jawaban Ya : 5 – 7; atau Bila jumlah jawaban
Ya : 1 – 4, tapi terdapat pada nomor 1 dan 2

b. Tingkat resiko Sedang (S)= Bila jumlah jawaban Ya : 1 – 4, tapi tidak terdapat pada
nomor 1 dan 2
c. Tingkat resiko Rendah (R)= Bila jumlah jawaban Ya : 0

3. SASARAN

Sasaran pada mini project pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang jamban
sehat ini adalah para warga yang hadir pada penyuluhan dan para kader desa Kebumen di
Kecamatan Tersono. Yang dengan harapan dengan memberikan pengetahuan kepada
kader maka diharapkan ilmu tersebut bisa ditularkan kepada masyarakat Desa Tersono.
4. MEDIA
Media penyuluhan yang digunakan adalah menggunakan slide power point yang
disampaikan menggunakan laptop dan juga dilakukan diskusi maupun sesi tanya jawab.
22
BAB IV
HASIL

1. PROFIL KOMUNITAS UMUM


a. Gambaran Umum Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang
1) Gambaran Geografis Wilayah Desa Kebumen
Kabupaten Batang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki
luas  78.864,16 Ha. Kecamatan Tersono merupakan salah satu kecamatan dari 15
kecamatan yang berada di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan
Tersono terdiri dari 20 desa salah satunya desa Kebumen.
Desa Kebumen memiliki luas wilayah 417,76 ha. Batas Wilayah Desa Kebumen :
Sebelah timur : Desa Tegalombo
Sebelah selatan : Desa Harjowinangun Barat
Sebelah utara : Desa Madugowong Jati
Sebelah barat : Desa Kranggan
2) Jumlah Penduduk
a) Jumlah Penduduk : 3962 jiwa
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 2002 jiwa
Perempuan 1960 a
b) Jumlah Kepala Keluarga : 1.306 kk
c) Hamil Baru K1 : 55
d) Bayi baru lahir
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 29 jiwa
Perempuan 21 iwa
e) Bayi
Usia Laki-laki Perempuan
Usia 0– 6 bulan 12 jiwa 7 jiwa
Usia 7– 11 bulan 9 jiwa 10 jiwa
f) Balita
Usia Laki-laki Perempuan
Usia 1 - 2 tahun 38 jiwa 25 jiwa
Usia 2 - 3 tahun 18 jiwa 23 jiwa
Usia 3 - 4 tahun 19 jiwa 34 jiwa
Usia 4 – 5 tahun 27 jiwa 22 iwa
g) Ibu Bersalin dari KK miskin terdiri dari 43 jiwa
h) Usia Lanjut
Usia Laki-laki Perempuan
Usia 50 – 59 tahun 265 jiwa 266 jiwa
Usia 60 – 79 tahun 255 jiwa 250 jiwa
Usia >81 tahun 25jiwa 48 iwa
i) Pasangan Usia Subur terdiri dari 729 jiwa
23
j) Wanita Usia Subur terdiri dari 111 jiwa
3) Jumlah Dukuh di Desa Kebumen
Desa Kebumen memiliki 3 dukuh yang terdiri dari Dukuh Kaum, Dukuh
Tengah, dan Dukuh Karangjati. Jumlah RW : 3 dan RT : 25
2. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TERSONO, KABUPATEN BATANG
1) Visi
Menjadi puskesmas profesional yang diminati masyarakat dalam pelayanan
kesehatan
2) Misi
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
b) Membangun suasana kerja yang nyaman, aman dan kondusif
c) Meningkatkan profesionalisme pegawai
d) Menjalin kerjasama lintas sektor yang harmonis dan saling mendukung
e) Mendorong masyarakat wilayah kerja Puskesmas Tersono untuk hidup sehat
3) Tata nilai
a) C : Cepat dan Cermat
b) E : Efektif dan Efisisen
c) R : Ramah
d) I : Ikhlas
e) A : Akuntabel
4) Budaya Malu
a) Malu tidak mematuhi jam kerja
b) Malu tidak bersikap ramah terhadap pasien
c) Malu tidak bersikap profesional dalam memberi pelayanan
d) Malu tidak membuat laporan tepat waktu
5) Jumlah Sarana / Prasarana Kesehatan
a) Jumlah Puskesmas dan Jaringannya
Situasi sarana kesehatan dasar di wilayah kerja Puskesmas Tersono pada tahun
2017 yaitu antara lain: puskesmas 1, pusling 2, pustu 2, rumah bersalin 0, praktik
dokter perorangan 2, apotek3, dan toko obat 0.
b) Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat ( UKBM )
Di wilayah kerja Puskesmas Tersono pada tahun 2017 terdapat 1 Puskesmas,
2 Pustu, 17 PKD, dan 1 Posbindu.

6) Jumlah Tenaga Kesehatan

24
Jenis tenaga kesehatan berdasarkan rasio di wilayah kerja Puskesmas Tersono
tahun 2017:
No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah Rasio/100.000 penduduk

1. Tenaga Medis 2 5,35


2. Tenaga Perawat 7 18,71
3. Tenaga Perawat Gigi 1 2,67
4. Tenaga Bidan 25 64,98
5. Tenaga Farmasi 1 2,67
6. Tenaga Sanitasi 1 2,67
7. Tenaga Nutrisionis 1 2,67
7) Pembiayaan Kesehatan
Pada tahun 2017 jumlah total anggran kesehatan sebesar Rp 2.481.300,00,
yang terbagi dalam dua sumber, yaitu APBD Kabupaten ( Belanja Langsung )
Rp 1.972.007,00 dan APBN ( Dana Alokasi Khusus) Rp 4.988.993.000,00.
Pengelolaan pembiayaan diarahkan untuk mencapai tingkat efisiensi tehnis
baik ditingkat program, wilayah maupun institusi

8) Batas wilayah Puskesmas Tersono

Puskesmas Tersono yang terletak di Kecamatan Tersono Luas wilayah UPT

Pmemiliki uskesmas Tersono sendiri sebesar 1.110 m2. Batas Wilayah Kerja
Puskesmas Tersono sebagai berikut :
a) Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Gringsing II
b) Sebelah Timur : Perbatasan dengan Kabupaten Kendal
c) Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Bawang
d) Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Limpung
9) Data Demografik

25
a) Kecamatan Tersono
Jumlah Penduduk ( Riil ) : 38.472 Jiwa
Laki – laki : 19.222 Jiwa
Perempuan : 19.250 Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga : 10.612 rumah tangga
3. SARANA KESEHATAN
Data Sanitasi Jamban Desa kebumen Tahun 2018
1) Jumlah KK = 1415 KK
2) Jamban Sehat Permanen=845
3) Jamban Sehat Semi Permanen =52Sharing Dengan Jamban Tetangga = 37
4) BAB Tidak Di Jamban = 0

BAB V
PEMBAHASAN

Dari data yang dipaparkan pada BAB IV tampak bahwa berdasarkan data desa Tersono
selama tahun 2018 dan diawal tahun 2019 total jumlah kepala keluarga desa Kebumen adalah
sebanyak 10.612 KK, dari angka tersebut sebanyak 845 KK menggunakan jamban yang termasuk
kategori sehat, 52 KK menggunakan jamban semi permanen, 37 KK masih berbagi penggunaan
jamban, dan 2 KK tidak memiliki jamban sama sekali.

26
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pada para warga Desa Kebumen diperoleh
bahwa pentingnya meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya penggunaan jamban
sehat. Untuk membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban sehat ini,
penulis telah melakukan penyuluhan dan melakukan diskusi umum beserta sesi tanya jawab yang
dilakukan pada tanggal 30 Januari 2019, pukul 09.00 – selesai yang bertempat di balai desa Kebumen.
Penyuluhan dihadiri peserta yang sudah termasuk perangkat desa Kebumen. Sebelum dilakukan
intervensi dengan cara penyuluhan dan melakukan diskusi umum beserta sesi tanya jawab, maka
penulis membagikan tentang kuisioner tentang pengetahuan seputar jamban sehat. Setelah dilakukan
penyuluhan dan diskusi umum beserta sesi tanya jawab, para perangkat desa dan warga diberikan
kuisioner lagi untuk mengetahui peningkatan pengetahuan kader sekaligus untuk mengevaluasi
keberhasilan penyuluhan beserta diskusi ini. Dari nilai pre-test didapatkan 4 peserta mendapatkan
nilai kurang, 2 orang mendapat nilai cukup, dan 18 orang mendapat nilai baik. Kemudian dari hasil
data nilai kuisioner yang dibagikan setelah penyuluhan (post test) didapatkan 1 peserta mendapat
nilai kurang, 1 peserta mendapat nilai cukup, dan 22 peserta mendapat nilai baik. Hal ini
menunjukkan peningkatan pengetahuan peranagkat desa dan warga desa Kebumen tentang jamban
sehat.

27
NILAI PRE TEST

BAIK (75 % )
CUKUP ( 8.3 %)
KURANG ( 16.6 % )

NILAI POST TEST

BAIK ( 91.6 % )
CUKUP ( 4,16 % )
KURANG ( 4.16 % )

Bila dibandingkan nilai pre-test dimana hampir 50% peserta mendapat nilai baik, hal ini
mengindikasikan pengetahuan & kesadaran tidak berbanding lurus dengan kepemilikan jamban sehat
dirumah
Dengan adanya penyuluhan ini, diharapkan para warga yang menghadiri penyuluhan ini
lebih memahami tentang pentingnya penggunaan jamban sehat dan meningkatkan kewaspadaan dan
pengetahuan kepada masyarakat yang belum memahaminya. Sehingga diharapkan dapat tercipta
deklarasi desa Kebumen ODF (Open Defecation Free).

28
BAB VI
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Dari nilai pre-test didapatkan 4 peserta mendapatkan nilai kurang, 2 orang mendapat nilai
cukup, dan 18 orang mendapat nilai baik.
b. Dari nilai post-test didapatkan 1 peserta mendapat nilai kurang, 1 peserta mendapat nilai cukup,
dan 22 peserta mendapat nilai baik.

c. Bila dibandingkan nilai pre-test dimana hampir 75 % peserta mendapat nilai baik, hal
ini mengindikasikan pengetahuan & kesadaran tidak berbanding lurus dengan kepemilikan
jamban sehat dirumah.
d. Penyuluhan yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap pengetahuan para
kader tentang pentingnya mendeteksi penyakit kusta dari dini sehingga tidak sampai
menimbulkan kecacatan.

2. SARAN

Agar kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan deklarasi desa Kebumen ODF (Open Defecation
Free), dibutuhkan kerjasama yang baik dengan desa siaga serta aparat pemerintahan desa
setempat

Dan semoga kegiatan serupa yang bertujuan membuat masyarakat ODF dapat dilaksanakan di
seluruh wilayah kecamatan Tersono dan selanjutnya menuju sanitasi total.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC; 2007.


2. UU No 825/2008. Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat; 2008
3. Depkes RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Revisi Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Jakarta: Depkes RI;
2007.
4. Depkes RI. Profil kesehatan Jawa Timur. 2012
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik. Laporan tahunan DKK. 2013.
6. Puskesmas Ujungpangkah. Laporan tahunan puskesmas ujungpangkah.

2014.
7. Azwar A. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber

Widya; 1995.
8. Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta:

PT. Rineka Cipta; 2003.


9. Soeparman dan Suparmin. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu

Pengantar). Jakarta: EGC; 2002.


10. Soemaji.P. Pembuangan Kotoran dan Air Limbah. Jakarta: Grasindo; 2005.
11. Widoyono. Diare dalam Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan,

Pencegahan, & Pemberantasannya. Jakarta : Airlangga; 2008.


12. Munif A. Environmental Sanitation's Journal. Available at

http://environmentalsanitation.wordpress.com/category/septic-tank/
13. Widyati Y. Hygiene dan Sanitasi Umum. Jakarta: Gramedia Wdiasarana; 2002.
14. Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik. Laporan kesehatan keluarga. 2014.
15. Puskesmas Ujungpangkah. Laporan tahunan kesling. 2014.

30
LAMPIRAN

31
32

Anda mungkin juga menyukai