Anda di halaman 1dari 6

Kultur Sel dan Fusi Protoplas

Disusun Oleh :
Kelvin Mahezkiel Elyassa (185040207111051)
Handika Prasetyo (185040200111245)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Kultur Sel

Kultur sel merupakan suatu metode yang mengacu pada pengangkatan sel dari hewan
atau tumbuhan yang kemudian dikultur dalam suatu lingkungan buatan yang sesuai [1].
Sel tersebut dapat diangkat dari jaringan secara langsung dan dipilih secara enzimatik,
melalui suatu teknik yang berarti sebelum dibudidayakan, atau mungkin juga diambil
dari cell line atau cell stain yang sudah disediakan (Thermo, F. 2015).
Kultur sel atau sel kultur ini juga dapat diartikan sebagai koloni sel yang telah
mapan, sehingga mampu melakukan proliferasi tanpa adanya batas waktu. Selain itu
sobat, koloni sel tersebut bisa juga bermutasi menjadi koloni dengan kultur yang
berbeda yang pada akhirnya akan membentuk kultur yang berbeda, atau dengan kata
lain dapat disebut sub kultur atau hasil mutasi dari kultur yang sebelumnya. Kultur sel
ini sendiri merupakan bukan suatu penemuan yang baru, namun kultur sel ini
merupakan metode untuk mempelari perubahan fungsi sel/ jaringan tanpa adanya
pengaruh sistemik. Pada awalmnya kultur sel ini merupakan fragmen jaringan yang
diletakkan pada cawan kultur. Kultur sel ini sendiri dimulai dengan menanam sel sel
embrionik. Kultur sel ini dapat juga dipakia untuk berbagai macam penelitian, sebut
saja seperti antivitas intraseluler, intraseluler flux, ekologi sel, dan juga untuk interaksi
diantara sel (Kamal GB et al., 2007).
Menurut Gamborg (1991) Kultur Sel memiliki kelebihan dan kekurangan,
kelebihan dari kultur sel yaitu mudah untuk dikontorol fisikokimia lingkungan dan
dapat dikontrol sesuai keinginan, Mudah dibuat untuk homogen, sehingga akan mudah
untuk dianalisis, Eknomis karena tidak perlu menggunakan banyak hewan atau
tumbuhan, Sel dapat hidup dicawan kultur. Akan tetapi kultur sel juga memilki
kekurangan yaitu gambaran histologi sudah tidak nampak, Memerlukan keahlian khusus
untuk menangani kultur sel tersebut dan harus bersifat aseptis., Sukar untuk
mengidentifikasi sifat pada in vivo sebut saja akibat pengaruh sistemik.

Contoh Kultur Sel Tanaman Yang Telah Dilakukan :


Tanaman jahe (Zingiber officinale), touki (Angelica acutiloba), kapolaga
(Eletaria cardamomum), Mentha sp., Geranium (Pelargonium graveolens dan
P.tomentosum), panili (Vanilla planifolia), abaka (Musa textilis), nilam (Pogostemon
cabin), rami (Boechmeria nivea), lada (Piper nigrum), pyrethrum (Chrysanthemum
cinerarifolium), gerbera (Gerbera jamesonii), seruni (Chrysanthemum morifolium),
pulasari (Alyxia steliata), pule pandak (Rauwolfia serpentina), temu putri (Curcuma
petiolata), purwoceng (Pmpinella pruatjan), inggu (Ruta angustifolia), daun dewa
(Gynura procumbens), beberapa tanaman pisang (Musa sp.) dan jati (Tectona grandis).
Macam-Macam Kultur Sel:
• Kultur meristem, menggunakan jaringan (akar, batang, daun) yang muda atau
meristematik
• Kultur anter, menggunakan kepala sari sebagai eksplan
• Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kelapa kopyor yang
sulit dikembangbiakan secara alamiah
• Kultur protoplas, menggunakan sel jaringan hidup sehingga eksplan tanpa dinding
• Kultur kloroplas, menggunakan kloroplas. Kultur ini biasanya untuk memperbaiki
atau membuat varietas baru
• Kultur polen, menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya.

FUSI PROTOPLAS

Protoplas diistilahakan sebagai sel tanaman tanpa dinding sel, karena dinding
selnya telah dihilangkan baik secara mekanik maupun secara enzimatik. Protoplas
tersebut dapat diperoleh dengan enzim litik tertentu untuk menghilangkan dinding sel,
dengan fusi protoplas yaitu mungkin untuk mentransfer beberapa gen yang berguna
seperti ketahanan penyakit, fiksasi nitrogen, tingkat pertumbuhan yang cepat, lebih laju
pembentukan produk, kualitas protein, tahan kekeringan, tahan herbisida, tahan panas
dan tahan dingin dari satu spesies ke spesies lain. fusi protoplas merupakan alat penting
dalam peningkatan ketegangan untuk membawa rekombinasi genetik dan
mengembangkan strain hibrida di jamur berfilamen. Fusi akan terus menjadi daerah
yang ada penelitian di teknik bioteknologi. Di masa yang modern ini akan menjadi salah
satu dari alat-alat penelitian yang paling sering digunakan untuk kultur jaringan, ahli
biologi molekular, insinyur biokimia dan biotechnologists. Protoplas dapat digunakan
sebagai bahan manipulasi genetik dan perbaikan tanaman. Tanaman yang didapat dari
regenersi protoplas menunjukkan keragaman genetik yang tinggi untuk mendapatkan
hibrida somatik. Trasformasi genetic tanaman dapat dilalui melalui transfer DNA ke
protoplas (Ahmed M,El Barkly,2006).
Salah satu contoh penerapan fusi protoplas yaitu pada tanaman padi.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah dalam pengembangan tanaman padi unggul
adalah dengan merakit varietas baru yang berproduksi tinggi dan tahan terhadap hama,
penyakit serta cekaman abiotik yaitu dengan melakukan fusi protoplas. Fusi protoplas
dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies yang sama
(intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau antargenus
dari satu famili (inter-genus) Penggunaan fusi protoplas memungkinkan diperolehnya
hibrida-hibrida dengan tingkat heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat
keberhasilannya sangat ditentukan oleh genotipenya. Teknologi fusi protoplas juga
dapat dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan terhadap
hama dan penyakit serta cekaman abiotik. Dengan demikian, tanaman hasil fusi dapat
berupa tanaman dengan sifat-sifat gabungan dari kedua tetuanya termasuk sifat-sifat
yang tidak diharapkan terutama berasal dari spesies liar. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan sifat-sifat yang tidak diinginkan tersebut maka perlu dilakukan silang
balik (back cross) dengan tetua budidaya (Deden Sukmadjaja et al., 2007).
Sebelum dilakukan fusi maka teknik isolasi protoplas harus dikuasai terlebih
dahulu. Protoplas adalah sel telanjang tanpa dinding yang hanya dilindungi oleh
membran plasma. Isolasi protoplas pertama kali dilakukan oleh Klercher pada tahun
1892. Protoplas dapat diisolasi dari hampir semua bagian tanaman, seperti akar, daun,
nodul akar, koleoptil, kultur kalus dan daun in vitro (Husni et al. 2003). Isolasi
protoplas pada umumnya dilakukan secara enzimatis. Jenis dan konsentrasi enzim
sangat bervariasi seperti selulase R-10, pektiolase Y-23, pektinase, maserosim, dan
hemiselulosa Fusi protoplas dapat dilakukan secara kimiawi dan fisik. Secara kimiawi,
umumnya digunakan polietilen glikol (PEG) yang pertama kali dilaporkan oleh Kao dan
Michayluk (1975). PEG berfungsi sebagai bulking agent, yaitu sebagai jembatan antar
protoplas yang mirip fungsinya dengan plasmodesmata. Terjadinya fusi semakin besar
pada saat proses penghilangan PEG, yaitu pada saat pencucian. Dalam hal ini,
keberhasilan fusi sangat dipengaruhi oleh konsentrasi PEG yang digunakan, masa
inkubasi dalam larutan PEG, dan jumlah kerapatan protoplas yang akan difusikan.
Keuntungan fusi protoplas dengan PEG antara lain dapat dilakukan dengan peralatan
sederhana. Secara fisik, fusi dilakukan dengan menggunakan aliran listrik pada alat
yang dilengkapi dengan generator AC dan DC. Generator AC berfungsi untuk membuat
protoplas berjajar membentuk rantai lurus, selanjutnya pulsa DC pada tegangan tertentu
dapat menginduksi terjadinya fusi karena pulsa DC dapat membuat celah yang dapat
balik sehingga protoplas dapat berfungsi.
Sumber protoplas yang digunakan adalah kalus embriogenik atau batang muda
hasil perkecambahan secara in vitro dari padi varietas IR64 dan O. officinalis No.
105365. Untuk mendapatkan kalus yang akan digunakan sebagai sumber protoplas,
embrio dari benih (yang telah diberi perlakuan pengeringan pada suhu 50o C selama
dua hari) diisolasi dan ditanam pada media induksi kalus, yaitu MS + 0,4 mg/l BAP + 2
mg/l 2,4-dichlorophenoxyacetic acid + 3 g/l casein hydrolysate + 2% sukrosa.
Sedangkan untuk mendapatkan sumber protoplas yang berasal dari jaringan muda,
benih dikecambahkan pada media MS tanpa penambahan zat pengatur tumbuh.
Daftar Pustaka
Ahmed M,El Barkly,2006,Gene Transfer between Different Trichoderma Species and
Aspergillus niger through intergeneric protoplast fusion to convert ground
rice straw to citric acid and cellulase ,Appl Biochem Biotechnol;135:117-132.
Balai Penelitian Tanaman Buah Solok, 2008. Isolasi dan Purifikasi Protoplas dari
Mesofil Daun Pepaya yangBerasl Dari Kultur In Vitro.
Deden Sukmadjaja, Novianti Sunarlim, Endang G. Lestari, Ika Roostika, dan Tintin
Suhartini. 2007. Teknik Isolasi dan Kultur Protoplas Tanaman Padi. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111. Jurnal AgroBiogen 3(2):60-
65.
Gamborg OL. 1991. Kalus dan kultur sel. Widianto MB, penerjemah. Wetter LR,
Constabel F, editor. Di dalam: Plant Tissue Culture Methods. Bandung (ID):
Penerbit ITB; hlm 1-13.
Husni A., I. Mariska, G.A. Wattimena, dan A. Purwito. 2003. Keragaman genetik
tanaman terung hasil kultur protoplas. Jurnal Bioteknologi Pertanian 8(2):52-
59.
Kamal GB, Lllich KG, Asadollah A. 2007. Effect of genotype, explant type, and
nutrient medium components on canola (Brassica napus L) shoot in
vitroorganogenesis. Africal Journal of Biotechnology6(7):861−867.
Thermo Fisher Scientific: Cell Culture Basics Handbook. UK: Gibco; 2015:
www.lifetechnologies.com/cellcultur ebasics.

Anda mungkin juga menyukai