Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Pemicu 1 : Aspek Penentu Keberhasilan Kultur In Vitro pada Tanaman Perkebunan

Nama : Brian Wirawan Guslianto Dikumpulkan : 06/03/2018


NPM : 1606906250 Paraf Asisten :
Program Studi : Teknologi Bioproses
Kelompok :3

1. Outline

1.1. Penyimpangan Genetik


1.1.1. Mutasi Genetik
1.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Mutasi Genetik
1.1.3. Dasar Terjadinya Mutasi Genetik
1.2. Pengaruh Penyimpangan Genetik dalam Kultur In Vitro
1.2.1. Penyimpangan Gen pada Kultur Jaringan
1.2.2. Pengaruh Variasi Somaklonal

2. Pembahasan

2.1. Penyimpangan Genetik


2.1.1. Mutasi Genetik
Merupakan perubahan genetik pada sejumlah gen atau susunan
kromosom. Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian dari pertumbuhan
tanaman, terutama pada bagian yang masih aktif dalam melakukan
pembelahan sel. Mutasi genetik dapat terjadi pada sel somatis dan juga sel
generatif, dimana pada sel somatis, perubahan hanya akan terjadi pada bagian
itu dan dapat dilihat pada perkembangan sel dan jaringannya. Mutasi pada sel
generatif terjadi secara menyeluruh pada tanaman keturunannya, dan dapat
berakibat pada perubahan biokemis dan fisiologis. Mutasi biasanya
disebabkan oleh bahan kimia yang dapat mempengaruhi kemampuan
berpasangan rantai DNA, sehingga urutan susunan genetik pada kromosom
menjadi tidak teratur. Selain bahan kimia, variasi genetik dapat terjadi karena
adanya pengaruh alam dan perbuatan manusia, dimana manusia dapat
menimbulkan variasi genetik suatu komoditi dengan cara seperti persilangan,
rekayasa genetik, dan penggunaan mutagen.
Dalam kultur jaringan, variasi genetik terjadi karena adanya
penyimpangan mitosis yang mengakibatkan tanaman baru yang dihasilkan
secara genetik tidak sama dengan induknya. Hal tersebut biasanya disebut
sebagai keragaman somaklonal atau variasi somaklonal. Variasi somaklonal
didefinisikan sebagai keragaman genetik dari tanaman yang dihasilkan oleh
sel somatik tanaman yang tumbuh secara in vitro. Variasi yang berkaitan
dengan kultur jaringan dapat disebabkan oleh perubahan jumlah kromosom
melalui penggandaan atau reduksi. Keragaman tersebut dapat berasal dari
eksplan yang telah memiliki kromosom polisomik
2.1.2. Faktor yang Mmempengaruhi Mutasi Genetik
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi somaklonal antara
lain:
 Genotipe
Mempengaruhi terjadinya frekuensi regenerasi dan frekuensi
somaklon.
 Sumber eksplan
Sumber yang memiliki kromosom mosaik dan perbanyakan
menggunakan batang dapat menghasilkan kromosom yang bervariasi
jumlahnya.
 Waktu pengkulturan
Waktu pengkulturan yang berbeda akan menghasilkan varian berbeda
dalam pengkulturan.
 Kondisi Kultur
Zat pengatur tumbuh pada media kultur sangat mempengaruhi
perubahan frekuensi karyotipe dalam kultur sel. Zat pengatur tumbuh
yang biasa digunakan yaitu 2,4-D, NAA, BAP dan lain-lain. Zat
tersebut dapat menyebabkan kromosom bervariasi.
2.1.3. Dasar Terjadinya Mutasi Genetik
Menurut Chawla (2002), yang menjadi dasar terjadinya variasi somaklonal
yaitu :
 Perubahan karyotipe
Perubahan jumlah kromosom umumnya berasosiasi dengan
menurunnya pembuahan dan mengubah rasio genetik pada progeni
tanaman dari pernyebukan sendiri.
 Perubahan struktur kromosom
Hal ini terjadi karena delesi kromosom, duplikasi, inversi dan
penyusunan kembali kromosom yang timbal balik dan yang tidak
timbal balik yang terjadi antara tanaman yang beregenerasi
 Mutasi gen tunggal
Gen dapat bermutasi dari bentuk dominan ke bentuk resesif atau
sebaliknya dari bentuk resesif ke bentuk dominan. Mutasi kromosom
merupakan peristiwa terjadinya perubahan segmen atau set kromosom.
Perubahan yang sering disebut sebagai aberasi ini dapat dibagi menjadi
2 jenis yaitu :
o Aberasi struktur kromosom:
 Delesi
Mutasi karena kekurangan segmen kromosom.
 Duplikasi
Mutasi karena kelebihan segmen kromosom.
 Translokasi
Mutasi karena terjadi pertukaran segmen kromosom ke
kromosom non homolog.

Gambar 1. Aberasi Struktur Kromosom


Sumber : https://biologigonz.blogspot.co.id
o Aberasi jumlah kromosom
Euploid (Keragaman set kromosom):
 Haploid
 Diploid
 Triploid
 Tetraploid

Gambar 2. Aberasi Jumlah Kromosom


Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Polyploid
 Perubahan genetik sitoplasma, persilangan miotik, dan amplifikasi gen,
serta perubahan nukleus
2.2. Pengaruh Penyimpangan Genetik dalam Kultur In Vitro
2.2.1. Penyinpangan Genetik pada Kultur Jaringan
Penyimpangan dalam kultur jaringan ditemukan setelah terjadi
regenerasi sel. Keragaman dapat terjadi oleh karena pembiakan vegetatif
melalui kultur in vitro dengan menggunakan media dengan bahan kimia
murni. Keragaman somaklonal berasal dari kultur sel pucuk, daun, akar atau
organ tanaman yang lain. Tanaman yang berasal dari variasi somaklonal
disebut somaklon, protoklon untuk yang berasal dari protoplas, gametoklon,
yang berasal dari gamet, dan kaliklon untuk yang berasal dari kalus.
Penggunaan mutagen fisika atau kimia dengan dosis tinggi terhadap hasil
regenerasi sebelum membentuk planlet secara in vitro akan menghasilkan
keragaman yang lebih luas.
Variasi somaklonal yang terjadi dalam kultur jaringan adalah hasil
kumulatif dari mutasi genetik eksplan yang diinduksi pada kondisi in vitro.
Perubahan genetik pada variasi somaklonal tidak disebabkan oleh segregasi
atau rekombinan gen seperti proses persilangan biasanya, melainkan
disebabkan oleh adanya penggandaan dalam kromosom, perubahan jumlah
dan struktur kromosom, perubahan gen dan sitoplasma. Variasi somaklonal
dapat diklasifikasi menjadi keragaman yang diwariskan secara genetik dan
yang tidak diwariskan atau dikendalikan secara epigenetik. Keragaman secara
genetik bersifat lebih stabil dan dapat diturunkan ke generasi berikutnya,
sedangkan keragaman epigenetik akan hilang bila diturunkan secara seksual.
Keragaman genetik pada kultur jaringan dapat dicapai pada fase tak
berdiferensiasi (fase kalus). Untuk mendapatkan kestabilan genetik yang lebih
pada teknik kultur jaringan, dapat dilakukan dengan memberikan induksi
mutasi sesingkat mungkin pada fase tak berdiferesiasi tersebut.
2.2.2. Pengaruh Variasi Somaklonal
Variasi atau penyimpangan genetik merupakan komponen esensial
bagi program pemuliaan tanaman ataupun untuk memperbaiki karakteristik
masing-masing tanaman. Beberapa sifat tanaman dapat berubah akibat variasi
somaklonal, tetapi sifat lainnya akan tetap menyerupai induknya. Oleh karena
itu variasi somaklonal sangat memungkinkan untuk mengubah satu atau
beberapa sifat yang diinginkan dengan tetap mempertahankan karakter
unggulnya yang sudah dimiliki induknya. Melalui seleksi in vitro dapat
dihasilkan varietas baru tanaman yang tahan terhadap cekaman biotik dan
abiotik dengan sifat yang diwariskan. Contohnya adalah menghasilkan
tanaman yang toleran cekaman abiotik seperti keracunan Al, pH rendah,
salinitas, dan kekeringan.

3. Daftar Pustaka

Anonim. 2017. Kultur Jaringan. [ONLINE]. Available at:


http://masterbiologi.com/kultur-jaringan/ [Accessed 3 Maret 2018].

Yunita Rossa. 2009. Pemanfaatan Variasi Somaklonal dan Seleksi In Vitro dalam
Perakitan Tanaman Toleran Cekaman Abiotik. [ONLINE]. Available at:
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3284094.pdf [Accessed 3 Maret 2018].

Soedjono Soertini. 2003. Aplikasi Mutasi Induksi dan Variasi Somaklonal dalam
Pemuliaan Tanaman. [ONLINE]. Available at:
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3222035.pdf [Accessed 4 Maret 2018].

The Editors of Encyclopædia Britannica. 2015. Tissue Culture. [ONLINE]. Available at:
https://www.britannica.com/science/tissue-culture [Accessed 26 February 2018].

Hendaryono, D., 1994. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan
Tanaman Secara Vegetatif - Modern. 1st ed. Yogyakarta: Kanisius.
Anonim. 2013. Evaluasi Stabilitas Genetik Tanaman Gaharu Hasil Kultur In Vitro.
[ONLINE]. Available at:
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/41574/4/Bab%20II%202007azw.pdf
[Accessed 3 Maret 2018].

Anda mungkin juga menyukai