Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikrobe merupakan makhluk hidup mikro yang tidak dapat dilihat secara kasat
mata. Untuk mngetahui segala bentuk kehidupannya diperlukan sebuah alat dan
teknik. Mikroba mempunyai sifat yang bervariasi, karena masing-masing mikroba
mempunyai kemampuan beradptasi terhadap pengaruh lingkungannya. Contohnya
bakteri yang mempunyai populasi yang berkembang cepat, dan bervariasi. Variasi ini
dapat terbentuk karena adanya mutasi. Mutasi ini terjadi akibat adanya perubahan
genetik. Semakin berkembangnya zaman, teknik serta alat untuk mengetahui adanya
perubahan genetik pada microbe semakin berkembang. Maka dari itu dalam makalah
ini dijelaskan proses genetik serta factor apa saja yang mempengaruhi proses
genetika tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan genetika mikrobe?
2. Bagaimana ciri dan variasinya?
3. Bagaimana proses genetika pada mikrobe?
4. Apakah yang di maksud mutase?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi genetika mikrobe?

C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami genetika pada
microbe, apasaja proses yang dialami oleh microbe dalam genitika mikrobe, untuk
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pewarisan Ciri-ciri dan Variasi

Ciri khas semua bentuk kehidupan dari segi pandangan genetika adalah
kemantapan umum atau kesamaan ciri-ciri keturunan dan tetuanya. Dengan mudah
kita amati pada beberapa yang mempunyai rambut htam, mata coklat, dan bentuk
dagu tertentu , sedangkan orang lain mempunyai rambut pirang , mata biru dan
struktur muka yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengidentifikasi
spesies mikrobe, bahkan galur-galur mikrobe yang menunjukkan bahwa mikrobe
tersebut mampu meneruskan informasi genetik dari generasi ke generasi berikutnya
dengan tepat.

Disamping pewarisan ciri-ciri yang menyebabkan sifat tetap sebagaimana


diperlihatkan oleh spesies-spesies yang ada, progeni memperlihatkan
( mengekspresikan ) keragaman (varias) . Perubahan –perubahan ini berkaitan dengan
dua sifat dasar sel atau organisme , yakni fenotif dan genotif. Genotif mengacu pada
komposisi genetis sel (genom). Fenotif merupakan ekspresi genotip dalam ventuk
sifat-sifat yang dapat diamati bagi sel atau organisme yang bersangkutan . Dengan
kata lain genotif merupakan kemampuan genetika jasad renik, sedangkan fenotif
merupakan sifat yang terlihat sesungguhnya karena faktor lingkungan . Suatu
mikrobe yang mempunyai sifat genotif sama , mungkin terlihat berbeda jika di
tumbuhkan pada lingkungan berbeda.

Genotif suatu biakan mikrobe relatif konstan selama pertumbuhannya tetapi


dapat berubah karena mutasi . Perubahan ini mengakibatkan berubahnya sifat-sifat
yang dapat diamati atau fenotif sel. Jadi genotif merupakan ciri-ciri potensal total
suatu sel yang bersifat temurun, sedangkan fenotif adalah ciri-ciri yang
diekspresikan.
Variasi genetik yang timbul di dalam suatu sel mikrobe dapat disebabkan
karena nmutasi. Mutasi adalah perubahan di dalam gen sel jasad renik yang berakibat
perubahan morfologi dan biokimiawi di dalam sel. Mutasi pada jasad renik dapat
terjadi secar spontan atau engan pemberian suatau mutagen, yakni komponen yang
bersifat mutagenik (penyebab mutasi).

B. Perubahan Fenotip Akibat Perubahan Lingkungan

Fenotip populasi microbe dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan dapat


diamati apabila microbe ditumbuhkan pada berbagai medium berbeda. Sejauh mana
informasi genetic diekspresikan tergantung dari factor lingkungan. Hal yang
menonjol pada tipe perubahan fenotip adalah melibatkan sebagian besar sel dalam
biakan. Aspek lingkungan lainnya yang dapat mempengaruhi sifat fenotip
mikroorganisme adalah suhu pertumbuhan. Contohnya Staphyllococcus aureus hanya
dapat memproduksi pigmen pada suhu kamar. Sedangkan pada beberapa microbe lain
hanya dapat memproduksi pigmen pada suhu kamar.

C. Perubahan Genotip Pada Mikrobe

Gen adalah suatu satuan fungsional yang temurun, menentukan pembentukan


suatu polipeptida tertentu, dan berbagai tipe ARN (Asam ribo nukleat). Gen dapat
berubah atau bermutasi menjadi bentuk lain sehingga berakibat memerintahkan
pembentukan suatu protein berubah. Mutan merupakan suatu organisme yang
memperlihatkan efek dari mutasi. Mutasi merupakan peristiwa yang jarang terjadi
secara acaka dan timbul secara spontan tanpa memperhatikan dari syarat-syarat
lingkungan (Waluyo, Lud., 2012). Isolasi mutan sangat sulit untuk dilakukan, karena
biasanya mutan tersembunyi diantara sele-sel yang tidak mengalami mutase. Namun
pada saat ini telah ditemukan teknik untuk mengisolasi mutan agar lebih mudah yaitu
teknik pencawanan replika.

1. Tipe- tipe Mutasi


 Mutasi titik
Mutasi ini terjadi akibat tersubtitusinya satu nukleotida oleh yang lain dalam
rangkaian nukleotida tertentu suatu gen. Mutasi ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu
mutasi titik tipe transisi dan mutase titik tipe transversi. Mutasi titik tipe transisi
adalah subtitusi satu purin oleh purin lain atau satu pirimidin oleh pirimidin
lain. Mutasi titik tipe transversi yaitu penggantian suatu purin oleh pirimidin
atau sebaliknya. Penggantian pasangan basa dapat mengakibatkan salah satu
dari 3 macam mutase mempengaruhi translasi, berikut pengaruhnya:
1) Mutasi salah arti, yaitu triplet gen berubah menghasilkan sebuah kodon
pada mRNA yang menetapkan asam amino yang berbeda dari yang ada di
dalam protein normal.

Gambar 1. Mutasi salah arti


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/27513349/Mekanisme-Mutasi-Pada-
Bakteri. Diakses tanggal 1 Januari 2017. 15.53 WIB)
2) Mutasi nonsense, yaitu triplet gen berubah menghasilkan sebuah kodon
pada mRNA yang mengakhiri rantai, mengakibatkan berakhirnya
pembentukan protein sebelum waktunya selama translasi.
Gambar 2, Mutasi nonsense
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/27513349/Mekanisme-Mutasi-Pada-
Bakteri. Diakses tanggal 1 Januari 2017. 15.53 WIB)

3) Mutasi netral, yaitu triplet gen berubah menghasilkan suatu kodon mRNA
yang menetapkan asam amino yang sama karena kodon yang dihasilkan dari
mutasi merupakan sinonim dari kodon aslinya.

Gambar 3. Mutasi Netral


(Sumber: https://www.scribd.com/doc/27513349/Mekanisme-Mutasi-Pada-
Bakteri. Diakses tanggal 1 Januari 2017. 15.54 WIB)
 Mutasi Pergeseran Angka
Mutasi ini terjadi akibat penambahan atau kehilangan satu atau lebih nukleotida
di dalam suatu gen.
2. Terjadinya Mutasi
Mutasi terjadi selama replikasi ADN. Beberapa mutase terjadi akibat sinar
ultraviolet atau sinar X. Pengaruh utama sinar ultraviolet adalah menyebabkan
pembentukan dimer. Dimer ini berakibat kacaunya replikasi normal.
3. Reparasi Mutasi
Kerusakan ADN diakibataka oleh sinar UV, sinar X maupun zat kimia tertentu.
Sel microbe mempeunyai enzim khusus untuk mereparasi kerusakan ADN.
Beberapa bakteri memepunyai enzim endonuklease dan eksonuklease yang
berfungsi memotong segmen ADN yang rusak. Kemudian enzim polymerase dan
enzim ligase mengisi celah-celah dan menggabungkan potongan-potongan
menjadi satu untuk memperbaiki bagian yang rusak. Bakteri juga mempunyai
mekanisme fotoreaktivasi untuk mereparasi kerusakan akibat sinar UV.
4. Laju Mutasi
Laju mutasi merupakan peluang bagi sel untuk bermutasi ketika terjadi
pembelahan sel. Laju mutase juga diartikan sebagai jumlah rata-rata mutase per sel
per pembelahan sel. Laju mutasi memepunyai titik implikasi praktis, hal ini
dikarenakan gen bermutasi secara acak dan tidak tergantung denagan yang
lainnya. Kecepatan mutasi dapat dipercepat 10 sampai 100 kali dengan pemberian
mutagen. Setiap mutasi adalah hasil dari perubahan gen, yaitu perubahan urutan
nukleotida dalam molekul ADN. Perubahan urutan nukleotida terjadi akibat
penggantian pasangan nukleotida, dan penghilangan pasangan nukleotida.
5. Tipe-tipe Mutan Mikrobe
Tipe utama mutan yaitu:
 Mutan memperlihatkan toleransi yang meningkat, terhadap unsur-unsur
penghambat.
 Mutan menunjukkan kemampuan fermentasi yang berubah
 Mutan mempunyai defisiensi akan nutrisi.
 Mutan memperlihatkan perubahan dalam bentuk koloni.
 Mutan memperlihakan perubahan pada struktur permukaan.
 Mutan resisten terhadap aksi bakteriofage.
 Mutan mengalami perubahan cir morfologis.

D. Rekombinasi Gen
Perpindahan gen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bakteri dengan
mengirimkan informasi genetik (DNA) dari sel donor ke sel resipien. Pertukaran gen
antar bakteri dapat terjadi karena bakteri pada umumnya hidup berkoloni bahkan
bercampur dengan banyak bakteri jenis lain. Pertukaran gen akan menghasilkan
rekombinan baru. Pertukaran gen atau materi genetik secara garis besar dilakukan
melalui cara transfer gen dan transposisi.
Transfer gen merupakan perpindahan materi genetik termasuk plasmid dari sel
donor ke sel resipien. Sedangkan transposisi merupakan pemindahan rantai DNA
pendek (hanya beberapa urutan saja) antara satu plasmid ke plasmid lain, atau dari
kromosom ke plasmid dalam sel tersebut. Transfer gen terjadi melalui beberapa cara
yaitu, transformasi, transduksi, dan konjugasi (Snustad, 2012).

a. Transformasi
Kali pertama diamati oleh Frederick Griffith (1928) Fragmen DNA bebas
dapat melewati dinding sel dan kemudian bersatu dalam genom sel tersebut sehingga
mengubah genotipnya. Hal ini biasanya dikerjakan di laboratorium dalam penelitian
rekayasa genetika, tapi dapat pula terjadi secara spontan meskipun dalam frekuensi
yang kecil.
Transformasi merupakan proses pemindahan DNA telanjang yang
mengandung sejumlah terbatas informasi DNA dari satu sel ke sel yang lain.DNA
tersebut diperoleh dari sel donor melalui lisis secara alamiah atau dengan cara
ekstraksi kimiawi, begitu DNA diambil oleh sel resipien makaterjadilah rekombinasi.
Gejala transformasi ini ditemukan kali pertama pada Streptococcus pneumonia oleh
F. Griffith pada tahun 1928. Pengamatannya menunjukkan bahwa ada dua macam
tipe koloni bakteri tersebut, yaitu koloni halus (tipe S atau smooth) yang bersifat
patogen dan koloni kasar (tipe R atau rough) yang non patogen. Dalam percobaannya
ditemukan jika campuran bakteri tipe S yang telah dimatikan dengan pemanasan dan
sel tipe R hidup disuntikkan pada tikus maka tikus akan mati dan dari bangkai tikus
dapat diisolasi bakteri tipe S yang hidup. Griffith mengatakan bahwa ada substansi
yang berasal dari bakteri tipe S (mati) diambil oleh bakteri tipe R (hidup) sehingga
tipe R ini berubah menjadi tipe S yang patogen. Perubahan dari tipe R ke tipe S ini
disebut transformasi. Pada tahun 1944, Oswald Avery, Macleod, McCarty
mengisolasi substansi tersebut dan berhasil mengidentifikasinya sebagai
DNA.Percobaan Avery dan kawan-kawan inilah yang mendemontrasikan untuk
pertama kali bahwa bahan genetik adalah DNA (Gardner, 2000).
Manfaat yang didapat dari transformasi gen pada bakteri yaitu merupakan
sarana penting dalam rekayasa genetika. Selain itu banyak penelitian yang telah
menggunakan hasil transformasi untuk memetakan kromosom bakteri dan sangat
bermanfaat untuk penelitian genetika dalam laboratorium.

Gambar 4. Transformasi
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/27513349/Mekanisme-Mutasi-Pada-
Bakteri. Diakses tanggal 2 Januari 2017. 08.33 WIB)
b. Konjugasi
Transfer unilateral materi genetik antara bakteri sejenis maupun dengan jenis
lain dapat terjadi melalui proses konjugasi (mating). Hal ini dimungkinkan karena
adanya faktor F yang menentukan adanya pili seks pada virus bakterial tertentu.
Kuman yang mempunyai pili seks disebut kuman F+, dan melalui pilinya materi
genetik dari sel donor (F+) termasuk plasmid DNAnya dapat berpindah ke dalam sel
resipien. Jadi gen-gen tertentu yang membawa sifat resistensi pada obat dapat
berpindah dari populasi kuman yang resisten ke dalam kuman yang sensitif. Dengan
cara inilah sebagian besar dari sifat resisten obat tersebar dalam populasi kuman dan
menimbulkan apa yang disebut multidrug resistance.
Konjugasi merupakan pemindahan bahan genetik dari suatu sel bakteri yang
bertindak sebagai donor kepada sel bakteri yang bertindak sebagai resipien. Pada
proses konjugasi, sel donor (jantan) memasukkan sebagian DNA ke dalam sel
resipien melalui pili seks yang dimiliki oleh sel jantan. Setelah DNA donor masuk ke
dalam sel resipien, enzim-enzim yang bekerja pada DNA resipien menggunting dan
mengeksisi suatu fragmen DNA resipien. Kemudian DNA donor dipadukan ke dalam
kromosom resipien di tempat DNA yang tereksisi. Pemindahan ini dikode oleh
plasmid. Plasmid adalah unsur genetis ekstra kromosomal (diluar kromosom) dan
dapat melangsungkan replikasi didalam sitoplasma sel bakteri. Plasmid adalah
potongan bundar DNA yang merupakan gen tambahan. Bila unsur ekstra kromosomal
dapat bereplikasi dan terpadu ke dalam kromosom bakteri disebut episom. Hal ini
membedakan episom dari plasmid, karena plasmid tidak terpadu ke dalam kromosom.
Pada bakteri gram negatif misalnya E.coli, konyugasi terjadi dengan cara perlekatan
antara sel donor dengan sel resipien melalui piliseks atau faktor F (faktor kesuburan
atau fertility factor). Pada bakteri gram positif misalnya Streptococcus faecalis,
perlekatan antara sel donor dan resipien tidak melaui pili. Proses konyugasi secara
artificial dapat digunakan untuk memetakan gen pada bakteri (Ristiati, 2000).
Gambar5. Konjugasi
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/27513349/Mekanisme-Mutasi-Pada-
Bakteri. Diakses tanggal 2 Januari 2017. 08.33 WIB)

c. Transduksi
Proses transfer gen bakteri melalui perantara virus dinamakan transduksi.
Virus yang menyerang bakteri disebut bakteriofage, atau disebut juga fage. Fenomena
ini pertama ditemukan oleh Lederberg dan Zinder. Fage terdiri dari dua jenis yang
memiliki siklus hidup berbeda, yaitu fage virulen dan fage temperate. Kedua fase ini
berkaitan dengan cara virus mentransduksi bakteri. Fage virulen adalah fage yang
dengan segera lisis dan mematikan inangnya. Sedangkan fage temperate hidup di
dalam inangnya dalam waktu tertentu tanpa mematikannya. Profage adalah fage yang
DNA nya terintegrasi (bergabung) dengan kromosom inang. Fage yang dapat
melakukan transduksi sehingga menyebabkan rekombinasi adalah fage temperate.
Hal tersebut dikarenakan fage temperate dapat membuat bakteri tetap hidup sebagai
bakteri lisogenik atau sebagai profage. Fage virulen tidak dapat menjadi profage
karena selalu litik.
Ada dua macam transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi khusus.
Pada transduksi umum, fage dapat membawa bagian kromosom manapun dari
bakteri, sedangkan pada transduksi khusus hanya bagian tertentu saja yang dapat
dibawa oleh fage.
Gambar 6. Transduksi
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/27513349/Mekanisme-Mutasi-Pada-
Bakteri. Diakses tanggal 2 Januari 2017. 08.35 WIB)

a. Transduksi Umum
Fage transduksi dimulai dengan adanya sel inang yang diinjeksi fage.
Partikel-partikel fage yang baru terbentuk di dalam sel inang dan kromosom
inang hancur. Salah satu partikel fage yang terbentuk membawa fragmen DNA
bakteri secara random dan disimpan di dalam kepala fage tersebut. Hal tersebut
terjadi karena enzim endonuklease yang berperan dalam pengemasan DNA fage
tanpa sengaja mengemas DNA inang.
Ketika sel inang mengalami lisis, partikel transduksi dilepaskan bersama-
sama dengan fage normal. Partikel transduksi tidak dapat mereplikasi diri, tetapi
dapat mempengaruhi sel lain jika menginjeksi sel inang baru. Kromosom sel
inang dapat mengalami rekombinasi dengan DNA yang dibawa partikel
transduksi. Rekombinasi terjadi karena adanya allel sifat yang sama baik dari
DNA inang maupun DNA yang dibawa oleh fage. Bakteri yang dapat mengalami
transduksi umum contohnya Salmonella thypimurium.
Gambar 7. Transduksi Umum
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/27513349/Mekanisme-Mutasi-Pada-
Bakteri. Diakses tanggal 2 Januari 2017. 09.00 WIB)

b. Transduksi Khusus
Transduksi khusus biasanya terjadi pada daerah spesifik pada
kromosom inang yang terintegrasi langsung dengan genom fage. Hanya gen
bakteri yang dekat dengan titik penempelan saja yang bisa terintegrasi dengan
genom fage. Hal ini terjadi pada fage temperate tertentu.
Fage transduksi khusus ini terbentuk karena adanya kesalahan saat
rekombinasi eksisi dari profage. Karena DNA profage terikat dengan DNA
inang, maka proses replikasi dikendalikan oleh inang. Kebanyakan DNA fage
diekspresikan pada saat fage berada dalam fase profage.
Pada induksi profage, genom fage terpisah dari DNA inang. Proses ini
disebut eksisi. Eksisi akan membentuk fage, prosesnya mirip dengan
pembentukan plasmid. Pada eksisi yang biasa terjadi, yang akan lepas dari
DNA inang hanyalah DNA fage itu sendiri. Tetapi pada beberapa fenomena,
fage yang terbentuk yang membawa gen-gen inang yang berada di
sebelahnya. Contohnya adalah profage ʎ yang terintegrasi diantara gen gal
dan bio pada kromosom E. coli dapat membawa gen gal dan bio bersama
DNA fage saat proses eksisi. Setelah fage terpisah dari DNA inang, fage
berreplikasi hingga sel induk lisis. Fage yang membawa gen inang merupaka
fage defektif yang dapat mengakibatkan rekombinasi pada sel yang dijadikan
inang baru.

Gambar 8. Transduksi Khusus

(Sumber: https://www.scribd.com/doc/27513349/Mekanisme-Mutasi-Pada-
Bakteri. Diakses tanggal 2 Januari 2017. 08.58 WIB)

E. Unsur Genetika Ekstrakromosomal

Pada bakteri, selain kromososm yang normal seringkali dijumpai unsur


genetic ekstrakromosomal (ekstrakromosomal = diluar kromosom) yang berukura
berkisaran dari 0,1 hingga 5% ukuran kromosom. Unsur ini dinamakan plasmid yang
mempunyai sifatdapat melangsungkan replikasi secara swatantra didalam sitoplasma
sel bakteri. Plasmid merupakan potongan bulat ADN yang merupakan gen tambahan.
Bila unsur genetic ekstrakromosomal dapat bereplikasi secara swatantra dan bila
terpadu kedalam kromosom bakteri maka disebut episom (Waluyo, Lud. 2012)

Plasmid adalah unsur genetis ekstra kromosomal (diluar kromosom) dan dapat
melangsungkan replikasi didalam sitoplasma sel bakteri. Plasmid adalah potongan
bundar DNA yang merupakan gen tambahan. Bila unsur ekstra kromosomal dapat
bereplikasi dan terpadu ke dalam kromosom bakteri disebut episom. Hal ini
membedakan episom dari plasmid, karena plasmid tidak terpadu ke dalam kromosom.
Pada bakteri gram negatif misalnya E.coli, konyugasi terjadi dengan cara perlekatan
antara sel donor dengan sel resipien melalui piliseks atau faktor F (faktor kesuburan
atau fertility factor). Pada bakteri gram positif misalnya Streptococcus faecalis,
perlekatan antara sel donor dan resipien tidak melaui pili. Proses konyugasi secara
artificial dapat digunakan untuk memetakan gen pada bakteri (Ristiati, 2000).

Beberapa bakteri mempunyai plasmid yang merupakan faktor


bakteriosinogenik. Faktor inimenentukan pembentukan bakteriosin, yakni protein
yang membunuh spesies bakteri yang sama atau yang berkerabat dekat. Bakteriosin
E. coli dinamakan kolisisn, yang dihasilkan oleh Pseudomonas sp, disebut piosin, dan
seterusnya. Bakteriosin bakteri terbukti bermanfaat untuk memebedakan galur galur
tertentu dari spesies bakteri yang sama dalam dalam diagnosis bakteriologis medis.
Bakteri mempunyai jenis plasmid yang lain disebut faktor pemindah resistensi atau
faktor R, yang memberikan resistensi terhadap sejumlah antibiotika. Beberapa dari
faktor R tersebut dapat dipindahkan pada sel-sel yang lain melalui konjugasi dan ini
di istilahkan sebagai resisten yang menular (Waluyo, Lud.2012 )

Plasmid tersebar luas di alam dan kebanyakan bakteri diisolasi daribahan


klinik akan mengandung paling sedikit satu dan sering sampai 6 plasmid yang
berbeda. Plasmid-plasmid tersebut dapat ditemukan pada bakteri gram positif dan
gram negative yang mungkin dapat dikategorikan sesuai fungsi-fungsi yang
disandikan (Waluyo, Lud. 2012).
F. Rekayasa Genetika Dengan Mikrobe
Rekayasa genetika yaitu prosesnya, pembungkus bakteri mula-mula
dilarutkan dalam suatu larutan seperti deterjen dan ADN-nnya keluar. Plasmid bakteri
kemudian diisolasi dari ADN kromosom dengan sentrifugasi. Plassmid dengan enzim
retriksi dan plasmid yang terbuka dicampurkan dalm suatu larutan. Dengan gen-gen
dari tumbuhan, hewan, virus, atau bakteri yang telah di ekstraksi dan dibuka. Dalam
larutan enzim ADN ligase melekatkan pada gen-gen asing pada tempatnya pada
bagian plasmid yang terbuka sehingga terbentuk plasmid bakteri rekombinan.
Plasmid bakteri rekombinan ditaruh ke dalam larutan kalsium klorida dingin yang
mengandung sel-sel bakteri. Kemudian jika larutan tersebut tiba-tiba dipanaskan,
pembungkus sel bakteri menjadi permeable sehingga memungkinkan plasmid bakteri
rekombinan masuk (Waluyo, l. 2012).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persamaan transduksi umum dan khusus:
a. Fage menjadi perantara pemindahan DNA.
b. Pertikel transduksi membawa DNA inang dan dapat menyebabkan
rekombinasi gen.
c. Perbandingan terbentuknya partikel transduksi lebih kecil dibandingkan
fage normal.
2. Perbedaan transduksi umum dan khusus dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pembeda Transduksi Umum Transduksi Khusus
DNA yang dibawa partikel DNA inang DNA inang dan
transduksi DNA fage
Pemilihan gen yang dibawa Random Spesifik.
partikel transduksi
Integrasi dengan Tidak terjadi integrasi DNA fage
kromosom inang pada fase antara DNA fage terintegrasi dengan
profage dengan kromosom kromosom inang
inang
3. Contoh bakteri yang dapat mengalami transduksi:
a. Transduksi umum: Xanthobacter sp., Staphylococcus sp., Salmonella
tryphimurium.
b. Transduksi khusus: Pseudomonas sp., Desulfovibrio sp., Escherichia coli.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony J.F. Griffiths, Susan R. Wessler, Richard C. Lewontin, William M. Gelbart,
David T. Suzuki, Jeffrey H. Miller. 2004. An Introduction to Genetic
Analysis, Eighth Edition. New York : WH Freeman and Company.
Gardner,E.J., Simmons,M.J., and Snustad, D.P. (1991). Principles of Genetics. 8th.ed.
N.Y.: John Wiley & Sons,Inc.

Ristiati, Ni Putu. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Waluyo, L. 2012. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai