Kristen Apa itu Kebudayaan? Ciri-ciri khas kebudayaan
1. Bersifat historis, manusia membuat
sejarah yang bergerak dinamis, dan selalu maju,diwariskan secara turun- temurun. 2. Bersifat geografis, kebudayaan manusia tidak selalu berjalan seragam,ada yang berkembang pesat, ada yang lamban bahkan ada yang mandeg, nyaris berhenti kemajuannya. Kebudayaan menjadi berkembang karena berinteraksi dengan lingkungan, kemudian berkembang pada komunitas tertentu, lalu meluas ke dalam kesukuan dan kebangsaan/ras. Kebudayaan juga meluas mencakup wilayah, bahkan belahan bumi. 3. Bersifat perwujudan nilai-nilai tertentu. Di dalam perjalanan kebudayaan, manusia selalu berusaha melampaui batas keterbatasannya. Di sinilah manusia terbentur pada nilai, nilai yang mana, dan seberapa jauh nilai itu bisa dikembangkan Hubungan Iman Kristen dan Kebudayaan Ada 5 macam sikap umat Kristen terhadap kebudayaan, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. J.Verkuyl di dalam bukunya, Etika Kristen dan Kebudayaan, dan Richard Niebuhr dalam bukunya, Christ dan Culture 1. Gereja menentang Kebudayaan (Antagonistis)
Dalam bentuk hubungan ini, gereja menganggap
semua kebudayaan itu buruk dan jahat. Manusia telah dikuasai oleh dosa sehingga segala sesuatu yang dihasilkannya tak mungkin lepas dari dosa. Oleh karenanya, gereja terpanggil untuk menjauhkan diri dari kebudayaan. Contoh : Daniel yang dibuang ke Babel tetap mempertahankan cara hidupnya sebagai orang Yahudi, meskipun raja memaksanya untuk hidup seperti orang Babel (lih. Daniel 1 dan 3) Dalam sejarah gereja di Indonesia kita menemukan sikap yang meremehkan dan melecehkan kebudayaan sendiri dan kecenderungan untuk mengagungkan kebudayaan barat. Contohnya: kebanyakan bentuk-bentuk bangunan gereja kita semata-mata mengambil alih bentuk-bentuk bangunan yang sudah ada di negara-negara barat. 2. Gereja hidup di dalam kebudayaan dan menyatu dengannya ( Akomodasi)
Di sini gereja tenggelam dalam sebuah
lingkungan kebudayaan yang dianggapnya sudah cukup baik. Ada anggapan, kalau suatu masyarakat sudah menjadi Kristen semuanya, tentu tata kehidupannyapun akan menjadi baik. Karenanya, gereja tidak perlu menentang kebudayaan dari masyarakat. Malah sebaliknya, gereja harus mendukungnya Artinya, sikap ini mengakomodasi, menyetujui atau menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada. Dengan demikikan,Kekristenan dikorbankan untuk kepentingan kebudayaan yang ada. Terjadilah Sinkretisme 3. Gereja berada di atas kebudayaan (Dominasi) Pandangan ini didasarkan pada pemahaman bahwa gereja dan kebudayaan tidak dapat begitu saja ditempatkan dalam posisi yang berlawanan. karena Yesus adalah Tuhan di atas segala-gelanya, maka kepada-Nya pula kita harus menunjukkan kesetiaan tertinggi kita. Namun kebudayaan adalah sesuatu yang sangat mendasar dan penting bagi hidup manusia Yesus, misalnya, dilahirkan dalam suatu kebudayaan tertentu. Akan tetapi kita tidak boleh melupakan kenyataan bahwa Dia tidak tunduk kepada kebudayaan tersebut. Sebagai anak Allah, Ia berada di atas kebudayaanNya. 4. Gereja hidup dalam paradoks dengan kebudayaan (Dualisme) Pandangan yang bersifat dualistis ini didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan di dalam gereja tidak mempunyai hubungan dengan kehidupan di luar gereja, atau di tengah masyarakat. Allah telah memberikan hukum-hukumnya kepada gereja dalam masyarakat sehingga kita pun harus patuh kepada hukum- hukum di dalam masyarakat Itu berarti, di dalam gereja kita harus mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh gereja, tetapi begitu kita keluar dari gereja dan masuk ke dalam masyarakat, berlakulah aturan-aturan dunia. 5. Gereja Mentransformasi Kebudayaan (Pengudusan) Pandangan seperti ini didasarkan pada keyakinan bahwa kehidupan di dunia ini memang buruk. Kebudayaan manusia yang berdosa telah tercemar oleh dosa pula. Tetapi Yesus Kristus sudah datang ke dunia dan menebus dosa-dosa manusia. Oleh karenanya, kebudayaan manusia dapat diperbarui, diubah, agar menjadi lebih baik. Itulah panggilan dan tugas yang harus dilaksanakan oleh gereja. Gereja harus selalu peka terhadap kehidupan di dalam dirinya maupun di sekelilingnya. Sebagai contoh, di masa lampau kaum perempuan tidak mendapatkan tempat dalam masyarakat maupun dalam gereja. Lalu gereja mulai mengkritik masalah tersebut, sehingga kemudian kaum perempuan mulai diakui peranan dan kedudukannya dalam masyarakat. sekarang, bagaimana dengan gereja sendiri? Apakah kaum perempuan juga mempunyai tempat di gereja? Dalam keadaan seperti inilah gereja harus melakukan tugas mentransformasikan kebudayaan. Contoh yang lain : gereja Blimbing Sari yang mentrasformasi budaya lokal Dampak negatif kebudayaan (contoh- contohnya), apa sih dampak negatifnya, pandangan iman kristen untuk hal tersebut, kalau kamu hadapi hal tersebut, kamu menyikapinya bgm (nyata), presentasi, 2 orang 1