Disusun Oleh :
Kelompok 1
Kelas A
2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pendidikan agama
dengan judul "Fungsi dan Peran Agama Dalam Masyarakat" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Akhirnya penyusun sangat
mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar
keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang
relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................................9
B. Saran.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat istimewa, karena manusia berbeda
dengan makhluk yang lainnya. Manusia diberi akal dan pikiran untuk bertindak sesuai
dengan etika dan nilai – nilai moral yang berlaku sesuai dengan kehendaknya, lingkungan,
dan ajaran agama yang di anutnya. Nilai – nilai dan norma – norma yang memberikan arah
dan makna bagi manusia dalam bertindak ialah agama. Seorang sosiolog agama bernama
Elizabeth K. Nottingham berpendapat bahwa agama bukan sesuatu yang dapat dipahami
melalui definisi melainkan melalui deskripsi (penggambaran). Tak ada satu pun definisi
tentang agama yang benar – benar memuaskan
Menurut gambara Elizabeth K. Nottingham, agama adalah gejala yang begitu sering
“terdapat dimana –mana”, dan agama berkaitan dengan usaha – usaha manusia untuk
mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain
itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan
takut dan ngeri. Meskipun perhatian tertuju keada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat
(akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah – masalah kehidupan sehari – hari
di dunia. Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat
Adikordrati (Supernatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup
kehidupan yang luas.
Agama memiliki nilai – nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang per orang
maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga
memberi dampak bagi kehidupan sehari – hari. Dengan demikian secara psikologis, agama
dapat berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) dan motif ekstrinsik (luar diri). Agama
memang unik, sehingga sulit didefinisikan secara tepat dan memuaskan. Dari uraian di atas,
kami akan menguraikannya lebih jelas lagi dalam judul makalah “Fungsi dan Peran Agama
Dalam Masyarakat.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dari
makalah ini adalah:
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan maka tujuan yang akan dicapai
dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui fungsi Agama dalam masyarakat.
2. Untuk mengetahui peran Agama dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Agama Dalam Mayarakat
Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan
secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh
karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat
merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam masyarakat bisa
difungsikan sebagai berikut :
a. Fungsi edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-
petugasnya (fungsionaris) seperti dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama
dan lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan
(meditasi) pendalaman rohani, dan sebagainya.
b. Fungsi penyelamatan
Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang
ini maupun sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan
dalam agama. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral”
dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga
dalam hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.
Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan Tuhan
dengan jalan pengampunan dan Penyucian batin.
c. Fungsi pengawasan sosial (social control)
Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu :
Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik bagi
kehidupan moral warga masyarakat.
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang dianggap
baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari sistem hukum Negara
modern.
d. Fungsi memupuk Persaudaraan
Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-
manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism,
komunisme, dan sosialisme.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-bangsa
bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti ASEAN dan lain-lain.
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi
karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari
dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang
terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama
e. Fungsi transformatif
Fungsi transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru
atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih
bermanfaat.
Sedangkan menurut Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi agama
dan masyarakat yaitu:
1. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.
2. Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara adat.
3. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.
4. Pemberi identitas diri.
5. Pendewasaan agama.
Sedangkan menurut Hendropuspito lebih ringkas lagi, akan tetapi intinya
hampir sama. Menurutnya fungsi agama dan masyarakat itu adalah
edukatif, penyelamat, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, dan
transformatif.
f. Fungsi Kreatif
d. Memelihara keturunan
Agama mengajarkan kepada manusia tentang cara memelihara keturunan atau
regenarasi yang suci. Aturan atau norma agama untuk memelihara keturunan itu
adalah pernikahan. Pernikahan merupakan uapacara agama yang suci yang wajib
ditempuh oleh sepasang pria dan wanita sebelum melakukan hubungan biologis
sebagai suami istri. Pernikahan itu bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang
sakinah (tentram, nyaman), mawaddah (cinta kasih), dan rahmah ( mendapat
curahan karunia Tuhan).
Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap
keyakinan adanya kekuatan ghaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh
terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.
Kepercayaan beragama yang bertolak dari kekuatan ghaib ini tampak aneh, tidak
alamiah dan tidak rasional dalam pandangan individu dan masyarakat modern
yang terlalu dipengaruhi oleh pandangan bahwa sesuatu di yakini kalau konkret,
rasional, alamiah atau terbukti secara empiric dan ilmiah. Mempercayai sesuatu
sebagai yang suci atau sacral juga cirri khas kehidupan beragama, adanya aturan
kehidupan yang dipercayai berasal dari Tuhan juga termasuk kehidupan
beragama. Semuanya ini menunjukan bahwa kehidupan beragama aneh tapi nyata,
dan merupakan gejala universal, ditemukan di mana dan kapan pun dalam
kehidupan individu dan masyarakat.
Rasionalisasi beragama dapat melahirkan sikap saling menghargai dan tidak
arogan. Bila dikaitkan dengan konteks kerukunan agama mengandung prinsip:
Pertama, bahwa Islam itu menolak semua bentuk pemaksaan kehendak. Kedua,
menafikan hal-hal yang sangat bertentangan. Ketiga, terbuka dengan bukti baru
atau berlawanan yang akan melindungi umat dari sikap literalis, fanatisme, dan
konservatisme yang dapat menimbulkan stagnasi dan anarkisme. Dan hal inilah
yang akan membuat umat cenderung kepada sikap intelektual. Prinsip ini,
menunjukkan bahwa ajaran agama merupakan proses penalaran. Ia tidak bersifat
dogmatis. Sebagai orang beragama harus selalu terbuka terhadap sesuatu yang
baru, bentuk baru, temuan baru dalam ilmu pengetahuan.
sebagai masyarakat beragama, mereka juga terikat oleh aturan-aturan agama.
Oleh karena itu, sebuah masyarakat yang agamanya kuat dan mempunyai agama
yang sama, atau setidaknya terdapat di dalamnya agama mayoritas, maka norma
masyarakat biasanya akan sejalan dengan ajaran agama, atau bahkan merupakan
hasil pemahaman mereka dari ajaran agama tersebut. Kalau ini yang terjadi, maka
norma itu akan sangat kuat. Hukuman bagi pelanggar tidak hanya dari masyarakat
itu sendiri, melainkan juga dipercaya akan terjadi setelah mati kelak. Dari sini saja
dapat kita lihat bahwa betapa agama turut membentuk sebuah masyarakat,
sehingga banyak masyarakat yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dan begitu
pula berubah-ubah coraknya seiring dengan perjalanan waktu.
Pengertian kerukunan umat beragama adalah terciptanya suatu hubungan yang
harmonis dan dinamis serta rukun dan damai di antara sesama umat beragama di
Indonesia, yakni hubungan harmonis antarumat beragama, antara umat yang
berlainan agama dan antara umat beragama dengan pemerintah dalam usaha
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan amal untuk
bersama-sama membangun masyarakat sejahtera lahir dan batin.
Perwujudan sikap toleransi dalam beragama dapat dicirikan dengan beberapa
indikasi. Indikator-indikator sikap toleransi tersebut adalah adanya penerimaan
terhadap kelompok lain untuk hidup bersama, terciptanya ruang dialog antarumat
beragama, dan saling menghargai terhadap aktivitas keberagamaan pemeluk
agama lain.
Dalam teologi Islam manusia tidak hanya dipahami sebagai hamba Tuhan,
tapi juga sebagai khalifah Tuhan di muka bumi ini, yang artinya manusia harus
mampu “menggantikan” Tuhan untuk mencipta dan berkarya bagi kehidupan di
muka bumi ini. Segala tindak keberagamaan seorang muslim tidak dapat
dilepaskan dari perannya sebagai hamba sekaligus khalifah. Oleh karenanya,
segala ibadah dalam ajaran Islam dimaksudkan untuk mewujudkan seorang
hamba-khalifah yang paripurna. Shalat, puasa, zakat, haji dan segala bentuk
peribadahan yang lain tidak lain dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
kehambaan dan kekhalifahan seorang muslim. Sementara segala bentuk
pengelolaan manusia terhadap alam dan masyarakat tidak hanya dipahami sebagai
manifestasi kekhalifahan tapi juga sebagai kehambaan, karenanya ia juga bernilai
ibadah kepada Tuhan.
Kementrian Agama memiliki peranan penting dalam hal meningkatkan
spiritual sumber daya manusia melalui pendidikan agama, Kementerian Agama
terus membenahi dan memberdayakan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan
seperti pondok pesantren dan satuan pendidikan keagamaan lainnya melalui
peningkatan mutu pendidik, penguatan kajian keagamaan, pengembangan
pendidikan, peningkatan kecakapan hidup dan kewirausahaan serta perbaikan
sarana dan prasarana bagi lembaga-lembaga pendidikan keagamaan. Penyediaan
fasilitasi dan pelayanan bagi umat beragama tentunya akan menunjang dalam
meningkatkan spiritual sumber daya manusia.
Masyarakat menjalankan keagamaan seperti halnya Islam dalam bentuk
pengajaran atau dakwah ada yang dinamakan dengan majelis taklim. Menurut
akar katanya, istilah majelis taklim terssusun dari gabungan dua kata : majlis yang
berarti (tempat) dan taklim yang berarti (pengajaran) yang berarti tempat
pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran
islam sebagai sarana dakwah dan pengajaran agama. Majelis taklim adalah salah
satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya,
serta mewujudkan rahmat bagi Alam semesta.
Agama dapat mempengaruhi sikap praktis manusia terhadap berbagai aktivitas
kehidupan sehari-hari. Ia dipandang sebagai jalan hidup yang dipegang dan di
warisi turun temurun oleh masyarakat manusia. Agar hidup mereka menjadi
damai, tertib dan tidak kacau. Dengan demikian Pendidikan agama dalam
lingkungan masyarakat sangat berperan penting bagi kehidupan bermasyarakat
dan dalam meningkatkan moral bangsa dan negara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah maka kesimpulan dari penulisan makalah ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Fungsi agama dalam masyarakat yaitu sebagai fungsi edukatif, penyelamatan,
pengawasan sosial, memupuk persaudaraan, transformatif dan kreatif.
2. Agama sangat berperan penting guna sebagai penyeimbang kehidupan
masyarakat, sebagai acuan atau dasar yang mendasari masyarakat dalam
bersosialisasi serta agama mampu menyatukan segala perbedaan yang ada
dalam masyarakat. karena tidak dapat dielakan lagi kita sebagai warga
Indonesia, harus tahu bahwa Indonesia memiliki beragam kebudayaan, suku,
etnis, bahkan keagamaan sehingga di harapkan agama mampu menjalankan
perannya di masyarakat dengan baik agar terciptanya kehidupan masyarakat
yang damai, tentram, aman, stabil dan sebagainya. Terlebih lagi sekarang ini
kita telah masuk dalam era globalisasi, masyarakat harus benar-benar
menjadikan agama sebagai pedoman hidup dan menjaga pola gaya hidup agar
tidak menyimpang dari norma-norma atau peraturan yang ada. Masyarakat
harus siap memasuki era globalisasi ini dengan membekali diri ilmu
pengetahuan dan wawasan yang luas melalui jalur pendidikan terutama
pendidikan Agama.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasa dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca agar memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Denita. 2010. Fungsi dan peran agama dalam masyarakat.Diakses pada tanggal 22 Januari
2016 (diposkan oleh Warung Guru
http://warkopguru.blogspot.co.id/2010/08/fungsi danperan agama dalam masyarakat/).
Fatmawati. 2008. Peran agama dalam masyarakat. Diakses pada tanggal 22 Februari 2014
(diposkan oleh Fatmawati
http://Fatmawati.blogspot.co.id/2008/09/07/peran agama dalam masyarakat/).
Puspitasari, Dyah Ayu. 2009. Fungsi agama dalam masyarakat. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014
(diposkan oleh Dyah Ayu Puspitasari
http://jurnal-kommas.com/2009/07/12/fungsi agama dalam masyarakat/).