Anda di halaman 1dari 3

Defenisi Politik dalam Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “politik” diartikan dengan (1) (pengetahuan)
yang berkenaan dengan ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti sistem pemerintahan dan
dasar pemerintahan); (2) Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dsb.) mengenai
pemerintahan negara atau terhadap negara lain; (3). Cara bertindak (dalam menghadapi dan
menangani suatu masalah).

Kata turunan dari kata “politik”, seperti “politikus” atau “politisi” berarti orang yang
ahli di bidang politik atau ahli ketatanegaan atau orang yang berkecimpung di bidang politik.
Kata, “politis” berarti bersifat politik atau bersangkutan dengan politik, dan “politisasi”
berarti membuat keadaan (perbuatan, gagasan dan sebagainya) bersifat politis. Sementara itu,
makna dari kata “aspek-aspek politik” yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan
pemerintahan, sistem negara, hubungan antara pemerintah dengan rakyat, hubungan antar
negara.

Terdapat pengertian politik secara terminologi yang diberikan oleh para sarjana
politik. Diantaranya pengertian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menurut Asad (1954), politik adalah menghimpun kekuatan; meningkatkan


kualitas dan kuantitas kekuatan; mengawasi dan mengendalikan kekuatan; dan
menggunakan kekuatan, untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam negara dan

institusi lainnya. 


2. Dalam pandangan Abdulgani, perjuangan politik bukan selalu “de kunst het
mogelijke” tapi seringkali malahan "de kunst van onmogelijke" (Politik adalah
seni tentang yang mungkin dan tidak mungkin). Sering pula politik diartikan
"machtsvorming en machtsaanwending" (Politik adalah pembentukan dan

penggunaan kekuatan). 


3. Bluntschli (1935) memandang politik sebagai "Politik is more an art a science


and to do with the practical conduct or guidance of the state" (Politik lebih
merupakan seni daripada ilmu tentang pelaksanaan tindakan dan pimpinan
(praktis negara)).

4. Isjwara (1967) mencatat beberapa arti tentang politik dari sejumlah ahli.
Diantaranya adalah : -Loewenstein yang berpendapat "Politik is nicht anderes
als der kamps um die Macht" (politik tidak lain merupakan perjuangan
kekuasaan).

Politik Islam di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. al-Siyasah juga
berarti mengatur, mengendalikan,mengurus,atau membuat keputusan,mengatur kaum,
memerintah, dan memimpinya. Secara tersirat dalam pengertian siyasah terkandung dua

dimensi yang berkaitan satu sama lain, yaitu:


1. “Tujuan” yang hendak di capai melalui proses pengendalian


2. “Cara” pengendalian menuju tujuan tersebut

Secera istilah politik islam adalah pengurusan kemaslahatan umat manusia sesuai
dengan syara’. Pengertian siyasah lainya oleh Ibn A’qil, sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu
Qayyim, politik Islam adalah segala perbuatan yang membawa manusia lebih dekat kepada
kemaslahatan dan lebih jauh dari kemafsadatan, sekalipun Rasullah tidak menetapkannya dan
(bahkan) Allah SWT tidak menentukanya. Pandangan politik menurut syara’, realitanya pasti
berhubungan dengan masalah mengatur urusan rakyat baik oleh negara maupun rakyat.
Sehingga definisi dasar menurut realita dasar ini adalah netral. Hanya saja tiap ideologi
(kapitalisme, sosialisme, dan Islam) punya pandangan tersendiri tentang aturan dan hukum
mengatur sistem politik mereka.Dari sinilah muncul pengertian politik yang mengandung
pandangan hidup tertentu dan tidak lagi “netral”.

Pengertian politik (al-siyasah) dalam fiqih Islam menurut ulama Hanbali, adalah
sikap, perilaku dan kebijakan kemasyarakatan yang mendekatkan pada kemaslahatan,
sekaligus menjauhkan dari kemafsadahan, meskipun belum pernah ditentukan oleh
Rasulullah SAW.
Ulama Hanafiyah memberikan pengertian lain, yaitu mendorong kemaslahatan
makhluk dengan rnemberikan petunjuk dan jalan yang menyelamatkan mereka di dunia dan
akhirat. Bagi para Nabi terhadap kaumnya, menurut pendapat ini, tugas itu meliputi
keselamatan batin dan lahir. Bagi para ulama pewaris Nabi, tugas itu hanya meliputi urusan
lahiriyah saja.
Sedangkan menurut ulama Syafi'iyah mengatakan, politik harus sesuai dengan syari'at
Islam, yaitu setiap upaya, sikap dan kebijakan untuk mencapai tujuan umum prinsip syari'at.
Tujuan itu ialah: (1) Memelihara, mengembangkan dan mengamalkan agama Islam. (2)
Memelihara rasio dan mengembangkan cakrawalanya untuk kepentingan ummat. (3)
Memelihara jiwa raga dari bahaya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang primer,
sekunder mau pun suplementer. (4) Memelihara harta kekayaan dengan pengembangan usaha
komoditasnya dan menggunakannya tanpa melampaui batas maksimal dan mengurangi batas
minimal. (5) Memelihara keturunan dengan memenuhi kebutuhan fisik mau pun rohani.
Dari pengertian itu, Islam memahami politik bukan hanya soal yang berurusan dengan
pemerintahan saja, terbatas pada politik struktural formal belaka, namun menyangkut juga
kulturisasi politik secara luas. Politik bukan berarti perjuangan menduduki posisi eksekutif,
legislatif mau pun yudikatif. Lebih dari itu, ia meliputi serangkaian kegiatan yang
menyangkut kemaslahatan umat dalam kehidupan jasmani mau pun rohani, dalam hubungan
kemasyarakatan secara umum dan hubungan masyarakat sipil dengan lembaga kekuasaan.
Bangunan politik semacam ini, harus didasarkan pada kaidah fiqih yang berbunyi, tasharruf
al-imam manuthun bi al-mashlahah (kebijakan pemimpin harus berorientasi pada
kemaslahatan rakyat atau masyarakat). Ini berarti, bahwa kedudukan kelompok masyarakat
sipil dan lembaga kekuasaan tidak mungkin berdiri sendiri.

Sumber:
https://www.nu.or.id/post/read/50799/islam-dan-politik
Zawawi, Abdullah. 2015. Politik dalam Pandangan Islam. Jurnal Ummul Qura Vol 5 No 1,
87-89

Yusuf, Burhanuddin. 2018. Politik dalam Islam : Makna, Tujuan dan Falsafah (Kajian Atas
Konsep Era Klasik). Jurnal Aqidah-Ta Vol. IV No. 1, 117.

Anda mungkin juga menyukai