Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KONFLIK SAMPANG
Dosen Pengampu : Drs. Moh. Muzakka, M.Hum.

Disusun oleh :
Kelompok 4 :
Alya Nuril Aida 40011420650099
Annissa Nuur Cahyani 40011420650100
Sigit Alim Pramudya 40011420650101
Devinta Ismiandini 40011420650102
Annisa Nur Hasanah 40011420650103

D4 AKUNTANSI PERPAJAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020 / 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang luas, terdiri dari berbagai macam
pulau dimana terdapat banyak suku, budaya, adat isitiadat dan agama. Karena
keragaman inilah, Indonesia dapat dipersatukan dengan semboyan Bhineka Tunggal
Ika. Tetapi adanya perdebedaan ini tidak menutup kemungkinan untuk menimbulkan
konflik, salah satunya konflik keagamaan. Tak hanya konflik antar agama, konflik
inter agama pun juga kerap terjadi. Hal ini dikarenakan dalam islam sendiri terdapat
berbagai keragaman organisasi dan keyakinan.
Salah satu konflik inter agama yang akan kami bahas adalah Konflik Sampang di
Madura yang terjadi antara kaum Sunni dan kaum Syiah, hingga menimbulkan
korban. Terjadi aksi penyerangan terhadap warga Syiah hingga satu orang tewas,
empat orang kritis, dan puluhan rumah terbakar saat sedang merayakan hari raya Idul
Fitri. Konflik ini diduga murni soal agama yaitu, mayoritas penganut Sunni menilai
ajaran Syiah di daerah tersebut sesat.
Konflik yang terjadi diatas ini menambah deretan permasalahan agama yang
terjadi di Indonesia. Karena konflik sampang yang hingga saat ini tak kunjung selesai,
banyak komentar untuk mengusut tuntas konflik Sampang ini. Tak hanya itu, banyak
media dan peneliti yang memberitakan konflik Sampang. Beritanya sangat simpang
siur karena banyak yang mengarah pada solusi dan kedamaian atau bahkan semakin
menimbulkan konflik. Untuk itu, kami tertarik mengkaji konflik tersebut dalam tugas
akhir ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konflik ini terjadi?
2. Siapa saja yang terlibat dalam konflik tersebut?

C. Tujuan Pembahasan

Sangatlah penitng untuk kita semua mengetahui tentang konflik Sampang ini untuk
pembelajaran kita tentang arti dari toleransi. Toleransi tidak hanya pada aspek sosial saja,
namun juga harus diterapkan pada aspek keagamaan yang sifatnya sensitif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kronologi Konflik Sampang

Pada 4 April 2011, IJABI (Ikatan Jama‘ah Ahlul Bait Indonesia) Sampang,
pimpinan ustadh Tajul Muluk yang berpusat di Dusun Nangkrenang Desa Karang
Gayam Kecamatan Omben Sampang akan mengadakan acara Maulid Nabi. Acara ini
sejak awal mendapatkan resistensi yang sangat keras dari masyarakat sekitar. Sejak
sebelum hari H, masyarakat sekitar yang mengidentifikasi diri sebagai Sunni
melakukan berbagai upaya untuk menggagalkannya.
Massa memblokade tempat acara dengan bersenjatakan clurit, parang,
golok, pentungan, dan senjata tajam lainnya, mereka menghadang jama’ah yang
hendak menghadiri acara Maulid Nabi. Jika jam’ah Syi‘ah tetap bersikukuh
melangsungkan acara Maulid Nabi, sangat mungkin ada carok masal. Sejak awal,
masyarakat menunjukkan kebenciannya terhadap keberadaan Syi‘ah di
wilayahnya. Akhirnya, acara Maulid itu gagal dilaksanakan. Kemarahan massa
secara khusus ditujukan ke ustadh Tajul Muluk sebagai pimpinan Syi‘ah
Sampang.
Mereka berencana melurug rumah ustadh Tajul Muluk, di mana acara Maulid
sedianya akan digelar. Mereka merasa ustadh Tajul Muluk telah melanggar
kesepakatan yang telah dibuatnya bersama dengan NU dan MUI Sampang tahun
2008. Menyikapi situasi yang sudah sangat genting ini, Polres Sampang
mengambil langkah pengamanan untuk menghindari bentrok massa yang sudah
berhadap-hadapan. Ustadh Tajul Muluk dibawa dan diamankan ke Polres Sampang.
Pada Desember 2011 kekerasan berlanjut di Desa Karanggayam pada Agustus
2012 dengan pembakaran sekitar 10 rumah dan jatuhnya satu orang korban meninggal
dunia. Sebagai dampak dari konflik tersebut, ada sekitar 60 keluarga yang terusir dari
kampung halamannya. Setelah diungsikan sementara di GOR Sampang, kini mereka
menempati pengungsian di Sidoarjo. Dan terakhir pada Ahad 26 Agustus 2012, terjadi
pembakaran 37 rumah pengikut syiah, pelemparan batu, dan perkelahian hingga
mengakibatkan satu korban tewas dan belasan luka luka
Dalam keseluruhan konflik Sunni-Syi‘i di Sampang ini, bisa dikatakan
bahwa NU adalah wakil utama dari kelompok Sunni. Tokoh-tokoh Sunni dengan
berbagai posisi sosial- keagamaannya, yang terlibat dalam drama konflik ini,
sesungguhnya adalah para kyai dan tokoh NU. Massa yang melakukan intimidasi
dan kekerasan adalah juga masyarakat umum yang merupakan warga NU setempat
yang keislamannya sangat ditentukan oleh pandangan para kyainya.
Ketika ustadh Tajul Muluk dan komunitas Syi‘ah Sampang tetap melanjutkan
aktivitasnya, tokoh-tokoh MUI, PCNU, dan Basra (Badan Silaturrahmi Ulama
Madura) menuduh bahwa ustadh Tajul Muluk sudah melanggar kesepakatan
yang sebenarnya tidak pernah ada. Ketua MUI Sampang, K.H. Bukhori Maksum,
misalnya, menuduh bahwa ustadh Tajul Muluk telah melanggar kesepakatan
karena masih tetap melakukan dakwah paham Syi‘ah kepada masyarakat sekitar.
Tuduhan tersebut tentu tidak bisa diterima oleh Ustad Tajul Muluk. Pertama
dia merasa tidak pernah menyepakati desakan ulama di Omben untuk
menghentikan aktivitas dakwahnya. Kedua dakwah yang dilakukannya hanya
berlangsung di jama’ah IJABI. Dia tidak pernah memengaruhi orang lain untuk
pindah menjadi penganut Syi‘ah. Apa yang dilakukannya selama ini tidak lebih
dari penguatan internal jama’ah Syi‘ah sendiri.

B. Analisi Konflik Sampang


Memahami konflik antar aliran kelompok umat beragama amatlah sulit, termasuk
konflik Sunni-Syiah di Samapang Madura. Dengan demikian, dari hasil penelitian,
dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik Sunni-Syi’ah yang terjadi disebabkan
serangkaian wacana kebencian dan penyesatan yang terus dilakukan secaran intens
oleh para elite lokal (kyai), terhadap komunitas muslim Syi’ah yang dipimpin Kyai
Tajul Muluk. Akar permasalahan yang menjadi konflik berkepanjangan disebabkan
oleh perebutan otoritas tradisional, ekonomi dan politik.

‫هّٰلل‬
ِؕ‌ ‫ا‬44ِ‫ونَ ب‬4ۡ 4ُ‫ف َوت َۡن َه ۡونَ َع ِن ۡال ُم ۡن َك ِر َوت ُۡؤ ِمن‬ ِ ‫س ت َۡا ُم ُر ۡونَ بِ ۡال َم ۡع ُر ۡو‬
ِ ‫ُك ۡنتُمۡ َخ ۡي َر اُ َّم ٍة اُ ۡخ ِر َج ۡت لِلنَّا‬
َ‫سقُ ۡون‬ِ ‫ب لَڪَانَ َخ ۡي ًرا لَّ ُهمۡ‌ؕ ِم ۡن ُه ُم ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ َواَ ۡكثَ ُر ُه ُم ۡال ٰف‬ ِ ‫َولَ ۡو ٰا َمنَ اَ ۡه ُل ۡال ِك ٰت‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran :
110)
C. Solusi Konflik Sampang
Pertama, Presiden selaku Kepala Negara, Kepala Pemerintahan dan pengemban
mandate konstitusi, menganbil alih penanganan konflik Sampang dan memastikan
pemerintah melaksanakan tanggung jawab untuk mengupayakan rekonsiliasi,
rehabilitasi, dan rekonstruksi seperti diamanatkan oleh UU No. 7 Tahun 2012 Tentang
Penanganan Konflik Sosial.

Kedua, Kapolri memastikan jajarannya menjaga netralitas, menjamin rasa aman


masyarakat dan tegas melakukan penegakkan hukum, termasuk melindungi para
pendamping korban, media, penggiat HAM yang berusaha merawat Indonesia dari
tindak intolenransi, demokrasi yang dijamin dalam konstitusi.

Ketiga, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan program-program perdamaian


termasuk dengan menggunakan pendekatan kultural untuk mengembangkan sikap
tolenransi dan saling menghormati hak warga negara atas kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang ditunjukkan kepada anak-anak,
remaja, dan orang dewasa, dan secara khusus menyiapkan dialog-dialog dengan tokoh
agama.

Keempat, mendorong DPR RI dan DPD RI untuk menjalankan fungsi pengawasannya


terhadap konerja Presiden dan jajarannya dalam menjalankan mandate konstitusi
terutama dalam melaksanakan tanggung jawab penegakan HAM sebagaimana
tertuang dalam UUD 1945.

Kelima, Mendorong DPRD RI untuk mencabut UU yang menjadi celah


mengkriminalisasi warga negara atas agama dan keyakinan sesuai dengan hati
nuraninya yang berbeda dari pandangan mayoritas.
DAFTAR PUSTAKA

Aliran dalam Islam dan Penjelasannya - DalamIslam.com

Telaah kritis Kasus Syiah di Sampang - Kompasiana.com

http://e-journal.uajy.ac.id/3938/6/1%206.%20ISI%20SKRIPSI.pdf
Jurnal
Ahmad Zainul Hamdi, “Klaim Religious Authority Dalam Konflik Sunni-Sui’I Sampang Madura,
Islamica, Vol.6, No.2, Maret 2012, Surabaya : IAIN Sunan Ampel, 2012

https://news.detik.com/berita/d-5064153/hadits-persaudaraan-dalam-islam-yang-perlu-
dijaga-oleh-semua-muslim

https://kabar24.bisnis.com/read/20130826/79/158840/kasus-syiah-sampang-ini-
rekomendasi-solusi-dari-4-lembaga

Anda mungkin juga menyukai