Anda di halaman 1dari 4

BAHAN AJAR 10 : Memahami Pengertian, Wujud, Kedudukan dan Fungsi

Tradisi dalam Gereja Katolik


KOMPETENSI DASAR.
1.6. Beriman kepada Allah melalui Kitab Suci dan Tradisi sebagai dasar iman kristiani.
2.6. Responsif dan proaktif dalam mengembangkan pemahaman tentang ajaran Kitab Suci dan Tradisi sebagai
dasar iman kristiani
3.6. Memahami Kitab Suci dan Tradisi sebagai dasar iman kristiani
4.6. Melakukan aktivitas (misalnya menulis refleksi/ slogan/puisi/ kata bermakna) tentang Kitab Suci dan Tradisi
sebagai dasar iman kristiani

A. Pengertian Tradisi
B. Macam-macam Tradisi dalam Gereja Katolik
C. Salah satu contoh Tradisi : Ibadat Jalan Salib

A. PENGERTIAN TRADISI
• Menurut KAMUS BAHASA INDONESIA :
tradisi diartikan sebagai adat kebiasaan turun-temurun (berupa upacara, peralatan, kesenian, adat,
kepercayaan, kebiasaan, ajaran) yang masih dijalankan oleh masyarakat. Tradisi dapat mengalami perubahan
dan penyesuaian dengan situasi dan kondisi masyarakat bersangkutan. Bilamana tradisi dianggap tidak lagi
relevan dengan tata nilai masyarakat atau tidak mampu menjawab tantangan zaman maka tradisi semacam
ini biasanya ditinggalkan dan punah dengan sendirinya. Jadi sesungguhnya tradisi dapat dipandang sebagai
pencerminan dari penghayatan masyarakat tentang nilai atau ajaran tertentu, yang kemudian diungkapkan
dalam peralatan, kesenian, upacara, norma atau ajaran.
• Menurut KAMUS TEOLOGI, tradisi berasal dari bahasa Latin traditio yang berarti penerusan. Tradisi adalah
proses penerusan (tradisi sebagai tindakan) atau warisan yang diteruskan (tradisi sebagai isi). Kata tradisi
dalam bahasa Yunani yaitu paradosis yang secara harafiah berarti sesuatu yang telah “diserahkan”,
“diteruskan”, “diwariskan”. Gereja Katolik mewarisi kekayaan tradisi yang luar biasa, walaupun ada juga tradisi
yang berubah atau tidak lagi hidup di kalangan umat.

TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK


• Di masa lalu Gereja Katolik pernah mempunyai tradisi-tradisi seperti puasa selama masa puasa, puasa
sebelum menerima Komuni, pantang daging pada hari Jumat, mengangkat topi pada waktu melewati depan
gedung gereja (karena Sakramen Mahakudus ada di dalamnya), wanita menutup kepala di gereja, dan
lain-lain. Tradisi-tradisi itu pernah menjadi bagian budaya Katolik yang cukup populer dan tradisi semacam itu
ternyata cukup membantu memperkuat identitas Katolik. Akan tetapi, beberapa diantaranya sudah tidak
dipraktikkan oleh Umat.
• Dalam arti yang paling dasar, ”tradisi” merupakan pengalaman iman bersama jemaat Kristiani, dalam
menghayati hidup dan imannya dalam Kristus berkat persatuannya di dalam Roh Kudus. Pemeliharaan tradisi
dalam Gereja bertujuan agar pewahyuan Allah dipertahankan dan diungkapkan dalam hidup jemaat. Dan
oleh karena Gereja tidak terikat dengan masyarakat, budaya atau bangsa tertentu, maka penetapan tradisi-
tradisi suci selalu menekankan prinsip universalitas (berlaku untuk segenap Gereja) berkesinambungan
(dari para saksi/murid Kristus dan para penggantinya), didasari konsesus dalam upaya menjaga kesatuan
Tubuh Kristus.
• Tradisi jauh lebih banyak dari pada hormat terhadap hal-hal yang kuno.
Tradisi merupakan kenyataan yang hidup yang menyimpan pengalaman iman jemaat yang diterima,
diwartakan, dirayakan, dan diwariskan kepada angkatan-angkatan selanjutnya. Konsili Vatikan II memandang
penting peran tradisi ini dalam kehidupan iman Gereja, sebagaimana ditegaskan dalam Konstitusi tentang
Wahyu Ilahi: ”Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan
kepada semua keturunan, dirinya seluruhnya, iman-nya seutuhnya”. Tradisi ”berkat bantuan Roh Kudus”
berkembang dalam Gereja, ”sebab berkembanglah pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata-
kata yang ditanamkan,” dan ”Gereja tiada hentinya berkembang menuju kepenuhan kebenaran Ilahi” (Dei
Verbum 8).
B. MACAM-MACAM TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK
• Sudah kita ketahui bersama, bahwa Tradisi Gereja merupakan pengalaman iman jemaat Kristiani,
atas hidup Kristus, dan persatuannya di dalam Roh Kudus yang telah diwariskan hingga kini. Pengalaman
iman itu diungkapkan dalam tradisi yang resmi maupun tidak resmi. Tradisi yang resmi adalah Tradisi Gereja
diungkapkan dalam Kitab Suci, dalam syahadat, dalam liturgi, dan dalam sakramen-sakramen Gereja, serta
dalam rumusan doktrinal dari kuasa mengajar Gereja tertinggi.

Untuk menjaga Tradisi, Gereja perdana mengumpulkan dan menyusun tulisan-tulisan suci yang diakui
sebagai iman para Rasul oleh semua Gereja ke dalam kanon Kitab Suci. Kanonisasi Kitab Suci itu menjadi
sangat penting terutama untuk membedakan ajaran-ajaran yang salah dari ajaran-ajaran yang asli.
Gereja perdana juga mengembangkan rumusan syahadat sebagai bentuk pengakuan iman yang
normatif.
Dengan cara itu, pewahyuan Allah dipertahankan dan diungkapkan dalam hidup jemaat.
• Tradisi-tradisi Gereja yang dipertahankan oleh Gereja terutama tradisi yang tumbuh dan dilakukan dalam
kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para rasul, yang disebut zaman Gereja Perdana. Tradisi itu
dibangun di atas dasar para rasul dan nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Ef 2:20). Maka
perumusan pengalaman iman Gereja Perdana, yang disebut Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis dengan
ilham Roh Kudus merupakan pusat dan sumber seluruh Tradisi. Sebab Kitab Suci Perjanjian Baru
mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di
dalamnya demi keselamatan kita.
• Sesudah Gereja perdana, Tradisi mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab
Suci: “sebab berkembanglah pengertian tentang kenyataan-kenyataan serta kata-kata yang diturunkan, baik
karena kaum beriman, yang menyimpannya dalam hati, merenungkan serta mempelajarinya maupun karena
mereka menyelami secara mendalami pengalaman-pengalaman rohani mereka” (DV art. 8). Lebih lanjut konsili
menegaskan: jelaslah bahwa Tradisi Suci, Kitab Suci dan wewenang mengajar Gereja saling berhubungan dan
berpadu (DV 10).
• Tradisi Gereja mempunyai dasar dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, Tradisi
Gereja berusaha terus menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci.
Kekayaan iman itu salah satunya yang kita sebut Syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan
syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci. Selain dirumuskan
dalam syahadat, tradisi Gereja juga dipelihara dan diungkapkan melalui berbagai bentuk rumusan doktrinal,
baik berupa ensiklik. Rumusan doktrinal tersebut didasari oleh iman Gereja tentang kuasa mengajar
(magisterium), yang diakui tidak mengandung kesesatan apapun.
• Di dalam Gereja kita, juga dikenal Tradisi Gereja yang tidak resmi. Kita tahu, bahwa Tradisi Gereja itu
merupakan pengalaman iman yang dinamis dan terus berkembang. Pengalaman iman itu diungkapkan pula
dalam berbagai bentuk seni, dari musik, tulisan-tulisan, sastra kekristenan, baik secara populer dari ajaran
para teolog, melalui spiritualitas dan tradisi-tradisi doa, serta devosi. Tradisi Gereja diungkapkan juga melalui
ceritera-ceritera para kudus, dan hidup orang Kristiani dari masa ke masa.
• Jadi sesungguhnya, kata “tidak resmi” dimaksudkan, bahwa kekayaan Tradisi Gereja kita ini begitu
beragam dan sangat banyak. Kadang ada hal-hal yang belum bisa tertampung. Tetapi kita tahu, bahwa itu
semua hidup dan berkembang. Tentu perkembangannya tidak jauh dari iman kepercayaan, dan apa yang telah
dibangun Gereja dari masa ke masa. Tradisi Gereja yang tidak resmi ini biasanya berkembang sesuai dengan
budaya di mana jemaat atau umat itu tinggal. Maka, walaupun sudah diteruskan, sering ada perkembangan
yang disesuaikan dengan hidup dan konteks hidup jemaat. Kita saat ini bisa melihat ada berbagai macam
tradisi yang ada dalam Gereja Katolik. Misalnya saja, gua natal, ziarah dan devosi ke Gua Maria, dan lain
sebagainya.
• Kitab Suci bersama Tradisi Gereja ini merupakan tolok ukur iman Gereja, sebagaimana dikatakan oleh Konsili
Vatikan II: “Kitab-Kitab itu (Kitab Suci) bersama dengan Tradisi suci selalu dipandang dan tetap dipandang
sebagai norma imannya yang tertinggi” (DV art. 21). Itu berarti iman Gereja, baik iman Gereja secara
keseluruhan (iman objektif ) maupun iman dalam arti sikap masing-masing orang beriman (iman subjektif )
diukur kebenarannya berdasarkan Kitab Suci maupun Tradisi Gereja.

C. IBADAT JALAN SALIB


Sekitar abad 4 St.Helena (ibu Raja Konstantin), melakukan ziarahnya yang sekarang ini dikenal dengan
nama Via Dolorosa untuk melihat dari dekat tempat Yesus lahir sampai dimakamkan. Ziarah ini menjadi
terkenal dan sangat mudah mencapai tempat-tempat itu terutama setelah tahun 1199 di mana pasukan
Perang Salib (crusader) menguasai Yerusalem. Namun sejak tahun 1291, untuk menuju tempat ini menjadi
begitu sulit dan mahal karena sudah tidak dikuasai lagi oleh para crusader. Maka lahirlah tradisi Ibadat Jalan
Salib yang bertujuan menghadirkan Tanah Suci bagi mereka yang tidak dapat berziarah ke sana juga bagi
mereka yang pernah berziarah ke sana, untuk tetap mengenangnya.
Tahun 1342 Ordo Fransiskan diangkat sebagai ordo yang secara resmi wajib melindungi semua tempat
suci di beberapa tempat di Yerusalem. Sejak saat itulah biarawan-biarawan Fransiskan ini mulai
memopulerkan devosi Jalan Salib, terlebih sejak St. Fransiskus Asisi mengalami stigmata. Tradisi ini didukung
pula dengan adanya penampakan Bunda Maria di sana, dan juga pengajaran dari St. Jerome. Sejak inilah
dikenal beberapa versi Jalan Salib, seperti yang ditetapkan oleh Alvarest Yang Terberkati (1420), Eustochia,
Emmerich (1465) dan Ketzel, hingga akhirnya banyak Paus yang menganjurkan Doa Jalan Salib yaitu Paus
Innocent XI (1686), Innocent XII (1694), Benedict XIII (1726), Clementius XII (1731), Benediktus XIV (1742),
karena ini merupakan cara doa yang paling mudah untuk menghayati kisah sengsara Yesus dan pengorbanan-
Nya di kayu salib.

PERKEMBANGAN TRADISI JALAN SALIB


Awalnya umat membuat perhentian-perhentian kecil dalam gereja, bahkan kadang dibangun perhentian-
perhentian yang besarnya seukuran manusia di luar gereja. Para biarawan Fransiskan juga menuliskan
lirik Stabat Mater, yang biasanya dinyanyikan saat Ibadat Jalan Salib, baik dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa
Latin, maupun dalam bahasa setempat, hingga ditetapkanlah 14 stasi (perhentian) Jalan Salib oleh Paus
Clement XII tahun 1731. http://belajarliturgi.blogspot.com/2012/03/sejarah-ibadat-jalan-salib.html
SOAL-SOAL ULANGAN

1. Yang tidak termasuk dalam bentuk tradisi yang berkembang dalam suatu masyarakat adalah .....
A. Kesenian B. Kepercayaan C. Kebiasaan D. Ajaran E. .......
2. Menurut kamus Teologi, kata tradisi berasal dari bahasa Latin, yakni dari kata ..................
A. traditio B. tradisio C. tradicio D. transditio E. transdicio
3. Tradisi yang Gereja diungkapkan dalam Kitab Suci, dalam syahadat, dalam liturgi, dan dalam sakramen-
sakramen Gereja, serta dalam rumusan doktrinal dari kuasa mengajar Gereja tertinggi disebut ...................
A. Tradisi perdana B. Tradisi resmi C. Tradisi utama D. Tradisi tidak resmi E. Tradisi Leluhur
4. Pengalaman iman dinamis, yang berkembang di kalangan sekelompok masyarakat sesuai
dengan kebudayaannya disebut.............
A. Tradisi perdana B. Tradisi resmi C. Tradisi utama D. Tradisi tidak resmi E. Tradisi Leluhur
5. Pada setiap hari Jumat pertama dalam bulan, Pastor Paroki mempermandikan anak-anak di Gereja. Pada
kesempatan itu Pastor dan umat merayakan sebuah tradisi .........................
A. Lisan B. Resmi C. Perdana D. Tidak resmi E. Utama
6. Perayaan Ekaristi yang dirayakan pada setiap hari minggu termasuk dalam bentuk tradisi ...............
A. Kitab Suci B. Syahadat C. Sakramen D. Devosi E. Liturgi
7. Ziarah yang dilakukan oleh santa Helena untuk melihat dari dekat tempat Yesus lahir sampai dimakamkan
disebut ...............
A. Via Dolorosa B. Via Coloseum C. Via Viaticum D. Via Materna E. Via Vaticanum
8. Salah seorang Paus yang menganjurkan doa Jalan Salib sebagai cara doa yang mudah untuk menghayati
kisah sengsara dan pengorbanan Yesus dan menetapkan 14 perhentiannya adalah ............
A. Clementius X B. Clementius XI C. Clementius XII D. Clementius XIII E. Clementius XIV
9. Ordo yang ditunjuk Paus untuk menjaga dan menjaga tempat-tempat suci di Yesrusalem adalah ordo .......
A. Dominikan B. Jesuit C. Fransiskan D. Salesian E. Carmelit
10. Dalam Bahasa Yunani, kata tradisi berasal dari kata .........................., yang berarti sesuatu yang telah
“diserahkan”, “diteruskan”, “diwariskan”.
A. Paradox B. Paraclito C. Paradosis D Overdosis E. Paramedis

Anda mungkin juga menyukai