Anda di halaman 1dari 9

Dampak Modernisasi Terhadap Akulturasi Budaya

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebudayaan merupakan sistem ide atau gagasan yang dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lainlain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Kebudayaan luar dalam hal ini yaitu kebudayaan barat di Amerika sedangkan
kebudayaan lokal yaitu kebudayaan di Indonesia pada umumnya. Secara tidak
sengaja kebudayaan lokal mulai luntur perlahan-lahan oleh pengaruh kebudayaan
barat yang cenderung bebas dan berkembang pesat. Maka dari itu kebudayaan
lokal harus tetap dilestarikan sebagai jati diri suatu bangsa.

Dalam kehidupan bermasyarakat, perubahan sosial tidak bisa dielakkan lagi.


Menurut Comte dan Spencer perubahan sosial bersifat linier yang senantiasa
menuju ke arah kemajuan. Namun ada pula pandangan unilinier yang cenderung
mengagung-agungkan masa lampau[1] (Wilbert E. Moore dalam Sunarto 1993:212).
Terdapat beberapa teori modern mengenai perubahan sosial yakni teori
modernisasi, teori ketergantungan, dan teori sistem dunia.

Teori modernisasi menganggap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh


jalan sama dengan negara industri maju di Barat sehingga kemudian akan menjadi
negara berkembang pula melalui proses modernisasi[2]. Teori ketergantungan,
menurut teori ini perkembangan dunia tidak merata; negara-negara industri
menduduki posisi dominan sedangkan negara-negara Dunia Ke tiga secara
ekonomis tergantung padanya[3]. Teori sistem dunia, perekonomian kapitalis dunia
kini tersusun atas tiga jenjang: negara-negara inti, negara-negara semi-periferi, dan
negara-negara periferi[4] (Light et al dalam Sunarto 1993:215).

Jadi menurut teori, negara-negara yang dominan akan mempengaruhi negaranegara berkembang maka budaya luar secara tidak sengaja juga akan
mempengaruhi budaya lokal.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka akulturasi budaya


dalam modernisasi tidak dapat dihindarkan lagi pada dewasa ini. Oleh karena itu,
kajian masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
Bagaimana hubungan antarbudaya yang terjadi?
Apa saja dampak akulturasi budaya dan bagaimana cara menanggulanginya?

Tujuan
1.Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari
makalah akhir ini yaitu :
2.Mengetahui hubungan antarbudaya yang terjadi saat ini.
3.Mengetahui dampak akulturasi dan modernisasi
4. Mengetahui cara mengatasi dampak negatif akibat modernisasi
Manfaat
Manfaat dari makalah ini diharapkan dapat berguna menambah pengetahuan dan
wawasan tentang dampak modernisasi bagi budaya bangsa Indonesia, serta
diharapkan dapat melestarikan kearifan budaya lokal agar tidak tergeser oleh
budaya luar.

PEMBAHASAN
Hubungan Antarbudaya
Suatu nilai-nilai bisa dianggap sebagai makna budaya jika semua orang dalam
sebuah masyarakat memiliki pemahaman yang sama terhadap nilai-nilai tersebut.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995) sepuluh sikap dan perilaku yang
sangat dipengaruhi oleh budaya yaitu kesadaran diri dan ruang; komunikasi dan
bahasa; pakaian dan penampilan; makanan dan kebiasaan makan; waktu dan

kesadaran akan waktu; hubungan keluarga, organisasi dan lembaga pemerintah;


nilai dan norma; kepercayaan dan sikap; proses mental dan belajar; dan kebiasaan
kerja[5].
Adapun unsur-unsur budaya yaitu nilai, norma, kebiasaan, larangan, konvensi,
mitos, dan simbol. Nilai (values) adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang
dianggap penting oleh seseorang atau suatu masyarakat, contoh: laki-laki adalah
kepala rumah tangga, menghormati orang yang lebih tua. Norma (norms) adalah
aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh dan yang
tidak boleh, contoh: peraturan lalu lintas. Kebiasaan (custom) adalah berbagai
bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya, contoh: perayaan atau
tradisi keagamaan seperti pernikahan dan nujuh bulanan. Larangan (mores) adalah
berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral, biasanya berbentuk
tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam suatu masyarakat,
contoh: berbagai larangan pamali seperti dilarang duduk di depan pintu. Konvensi
(conventions) menggambarkan anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus
bertindak sehari-hari, contoh: minum teh dan kopi selalu dengan gula, memanggil
orang tua dengan sebutan mama atau papa. Mitos menggambarkan sebuah cerita
atau kepercayaan yang mengandung nilai dan idealisme bagi suatu masyarakat,
contoh: berbagai cerita rakyat seperti Malin Kundang, Sangkuriang, dll. Simbol
adalah segala sesuatu (benda, nama, warna, konsep) yang memiliki arti penting
lainnya (makna budaya yang diinginkan), contoh: bendera kuning simbol ada warga
yang meninggal.
Bentuk hubungan antarbudaya dapat terjadi secara asimilasi, akomodasi,
akulturasi, dan stratifikasi. Dalam konteks ini akulturasi merupakan bentuk
hubungan yang terjadi, yakni adanya perpaduan budaya antara budaya yang satu
dengan budaya yang lainnya. Adanya globalisasi yang menyebabkan modernisasi
ditandai dengan pembangunan di segala bidang yang mengacu dari daerah barat.
Pemodernisasian merubah pola pikir budaya dan munculnya kemajuan transportasi,
telekomunikasi, dan teknologi. Media komunikasi modern memungkinkan jutaan
orang di seluruh dunia berhubungan satu sama lain. Penggunaan media-media
komunikasi modern mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Tabel Lampiran 1).

Dampak Akulturasi dalam Modernisasi


Modernisasi menyebabkan peradaban manusia ke arah yang lebih maju atau
modern. Sains dan teknologi pun semakin lama semakin berkembang dengan
ditemukannya inovasi-inovasi baru dan mutakhir. Inovasi-inovasi yang biasanya
ditemukan oleh negara-negara barat kemudian diintroduksikan ke negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Lahirnya email, social network, dan internet
memudahkan komunikasi di berbagai belahan dunia dan memperkuat interaksi
antarbudaya. Selain itu pembangunan di segala bidang dapat mempermudah akses

manusia dalam efektifitas dan efisienitas melakukan kegiatan. Contoh,


pembangunan infrastruktur seperti lift dan eskalator dapat memudahkan manusia
dalam beraktifitas. Dari segi ekonomi dan politik, keberhasilan negara-negara barat
dalam mengelola dan mengembangkan negaranya memotivasi Indonesia
menerapkan teori tersebut, sehingga dapat dikatakan sebagai sarana studi banding
dan koreksi diri dengan tujuan memajukan bangsa dan mengentaskan kemiskinan
yang ada di Indonesia.
Kemajuan akan kemodernisasian ternyata menimbulkan dampak negatif
dibalik kemudahan yang dirasakan. Ketidaksesuaian budaya luar dengan
budaya lokal dapat dilihat dalam hal berpakaian, mode pakaian barat
cenderung terbuka sedangkan budaya lokal yang notebene daerah timur
masih menerapkan kesopanan dalam berpakaian. Tapi lama kelamaan cara
berpakaian barat itu mulai diterapkan kebudayaan lokal, terutama di
daerah kosmopolitan seperti Jakarta. Tata krama kesopanan terhadap
orang yang lebih tua serta nilai-nilai agama pun mengalami pergeseran,
karena terjadi perubahan sikap dan nilai budaya. Modernisasi tidak
merata, pembangunan cenderung sentralistik hanya di kota-kota besar
sehingga mengakibatkan ketimpangan struktural antara daerah
berkembang dengan daerah yang terbelakang. Kemajuan teknologi dan
proses industrialisasi di Indonesia kurang cepat disusul oleh sikap dan konsep
pengembangan SDM. (Sunario 1999:82). Hal ini menyebabkan perkembangan
ekonomi dan politik di Indonesia jauh tertinggal, ditambah lagi ada ketidakcocokan
teori misalnya teori kapitalisme yang sukses diterapkan di negara barat tapi malah
menimbulkan kesengsaraan rakyat bila diterapkan di negara kita. Subjek atau
pribadi yang terlibat akibat modernisasi menjadi lebih kosmopolit,
komersialistik, dan individualistik. Budaya Indonesia yang dulunya ramahtamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya
pergaulan bebas. secara tidak sadar ternyata liberalisme, kapitalisme,
materialisme, dan positivisme telah mencabut jati diri kita dari cara berfikir bangsa
(Wakhinuddin 2003). Kita terlena karena berbaurnya kebudayaan barat dengan
perilaku negatif budaya bangsa, yang tampak dari perilaku korupsi, kolusi,
nepotisme, penyederhanaan masalah, dan egois. Hal ini yang pada akhirnya
melahirkan reformasi.

Dampak negatif akulturasi dapat dihindari atau ditanggulangi dari diri


sendiri dan lingkungan. Dari diri sendiri, seharusnya subjek menerapkan
kesadaran untuk dapat menentukan mana yang baik dan yang buruk
sesuai norma yang berlaku. Keimanan dan ketakwaan individu harus
diperkokoh dengan agama yang kuat. Sikap lebih mencintai produk dalam
negeri dapat mencegah tergerusnya eksistensi dan kearifan budaya lokal.
Mempelajari serta memahami kebudayaan tidak kalah pentingnya agar
budaya kita tidak diambil oleh negara lain. Dari pengaruh lingkungan,

eksistensi budaya mereka sendiri tidak akan hilang asal diketahui bagaimana dan
kapan memperlakukan kedua jenis budaya tersebut dengan sebaik-baiknya dan
seadil mungkin (Sutrisno 1998) . Budaya global tidak boleh menindas budaya
sendiri, sedangkan budaya lokal tidak boleh mengisolasi diri. Pemerintah
Republik Indonesia dalam menghadapi era globalisasi telah merencanakan
peningkatan kualitas SDM yang tertuang dalam GBHN 1998[6].
Pemerintah juga harus mendukung pengembangan potensi budaya lokal
dengan memberikan sarana-sarana penunjang seperti museum sebagai
bukti sejarah atau pementasan tari dan sejenisnya. Masuknya budaya luar
harus melalui proses seleksi dalam hal kesesuaian dengan budaya timur.
Kita boleh menjadikan Amerika sebagai model dan bukan mengekor karena
perbedaan situasi dan kondisi dari kedua negara tersebut (Rochmat 2003).

Kesimpulan ( aku ada bikin 2 kesimpulan , kamu pilih aja mana yang lebih
bagus meida)

Modernisasi menyebabkan peradaban manusia ke arah yang lebih maju. Inovasiinovasi mutakhir yang biasanya ditemukan negara-negara barat kemudian
diintroduksikan ke negara berkembang seperti Indonesia. Proses akulturasi
menyebabkan perubahan unsur-unsur budaya seperti nilai, norma, kebiasaan,
larangan, konvensi, mitos, simbol. Ada pergeseran nilai kebudayaan sehingga
cenderung lebih bebas. Untuk menghindari hal-hal negatif akibat akulturasi
diperlukan kesadaran diri sendiri dan lingkungan agar dapat menyeleksi mana yang
baik dan mana yang buruk.

Atau
Kebudayaan merupakan harta yang paling berharga bagi suatu bangsa karena
menjadi suatu identitas diri yang tercermin dalam sifat masyarakatnya. Namun
kebudayaan secara perlahan dapat tergoyahkan oleh budaya luar yang lebih
modern atau disebut juga modernisasi. Modernisasi merupakan perubahan
masyarakat dari tradisional menuju masyarakat modern. Namun dengan adanya
modernisasi kebudayaan lokal akan tergeser secara perlahan. Banyak dampak
negatif yang di sebabkan oleh modernisasi yang tentunya memiliki nilai yang
berseberangan dengan nilai kebudayaan kita. Agar nilai kebudayaa kita dapat
terjaga maka diperlukannya kesadaran diri sendiri dan lingkungan dalam menjaga
kelestarian budaya bangsa kita. Maka dari itu modernisasi dapat diambil hal yang
positifnya dan dapat meminimalisir dampak negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA

Budaya. 2010. Budaya. (terhubung berkala) http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya


(diunduh 12 November 2010)

Budiono A. 2003. Globalisasi dan pengembangan kesenian rakyat suatu


pengahampiran awal. Dalam: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 040.

Harun CZ. 2003. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan
merupakan kunci keberhasilan suatu lembaga di era globalisasi dan otonomi
daerah. Dalam: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 041.

Mugniesyah SS. 2010. Media Komunikasi dan Komunikasi Massa. Dalam: Hubeis
AVS, editor. Dasar-dasar Komunikasi. Bogor: SKPM IPB Press.

Rochmat S. 2003. Masyarakat madani: dialog Islam dan modernitas di Indonesia.


Dalam: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaaan. No. 041.

Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.


Bogor: Ghalia Indonesia.

Sunario ASS. 1999. Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Dua Puluh Satu.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sunarto K. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Sutrisno S. 1998. Eksistensi budaya daerah dalam era globalisasi. Dalam: Jurnal
Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Merdeka Malang.

Wakhinuddin S. 2003. Pembentukan peradaban bangsa melalui pengajaran


multietnik dalam era reformasi. Dalam: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 041.

CARA MENANGGULANGI DAMPAK NEGATIVE DARI MODERNISASI


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dampak-dampak
negative bagi kebudayaan Indonesia. Antara lain :
1. Orangtua harus mengontrol anak terutama anak yang sedang tumbuh dewasa
karena pertemuan yang intens terletak pada anak dan orangtua. Anak harus di didik
sesuai tata kehidupan yang berlaku dan norma yang ada di masyarakat sehingga
menjadi manusia yang berkepribadian dalam budaya.
2. Mengambil sikap untuk mempertahankan, mencintai dan melestarikan budaya
kita sendiri yang dimulai dari sejak dini.
kita tidak mungkin menolak budaya Barat yang sudah melekat berabad-abad sejak
zaman kolonialisme. Tetapi kita harus mengambil sikap untuk mempertahankan,
mencintai dan melestarikan budaya kita sendiri yang dimulai dari sejak dini agar
budaya kita tidak musnah ditelan arus zaman yang terus bergerak dinamis. Dalam
hal ini pemerintah terkhususnya pemerintah daerah yang berperan aktif dalam
menyaring budaya asing yang masuk kesatu daerah, apakah budaya tersebut
sesuai dengan norma yang ada atau tidak.
3.Pemerintah harus mampu memadukan kebudayaan daerah dengan kebudayaan
asing sehingga terjadi perpaduan budaya yang harmonis dan tidak mengganggu
kebudayaan daerah.
Dalam hal ini yang sangat penting adalah penguasaan media karena media sangat
mempengaruhi pola pikir perkembangan anak terkhusus pada konteks ini adalah
anak yang sedang tumbuh dewasa. Pemerintah juga harus mampu merangsang
anak-anak remaja untuk tertarik dengan budayanya, misalnya dengan mengadakan
pentas seni budaya dan bisa melalui pendidikan dengan penambahan mata
pelajaran muatan lokal yang membahas tentang budaya-budaya Indonesia. Mari
kita lestarikan budaya kita sekarang sebelum terlambat.
4. Diperlukannya pendidikan karakter sejak dini
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Salah satu
yang diberikan dalam pendidikan karakter iylah membangun karakter bangsa yang
cinta tanah air dan budaya bangsa. Karakter bangsa yang mau melindungi,
melestarikan serta memajukan budaya bangsa. Sehingga diperlukannya pendidikan

ini sejak usia dini agar dari kecil anak-anak telah dibentuk karakternya menjadi
seseorang yang mencintai dan bangga terhadap bangsanya.

PERBEDAAN GLOBALISASI , WESTERNISASI DAN MODERNISASI


Moderniasasi mengarah kepada mengubah cara berpikir tradisional dan
irrasional menjadi cara berpikir rasional, efisiensi, dan praktis.
Westernisasi mengarah kepada proses identifikasi dan imitasi budaya barat
yang bersifat negative.
Globalisasi merupakan peningkatan kesalingtergantungfan antar Negara di
dunia, bahwa tidak ada Negara yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan
Negara lain.

Orang Indonesia yang mengadaptasi gaya hidup kebarat-baratan seperti


(suka minum-minuman keras, freeseks, senang hura-hura) itulah yang
disebut condong ke arah Westernisasi. Orang seperti itu belum tentu modern
dalam mentalitasnya, mungkin sesekali mereka itu masih bergaya feodal,
tidak disiplin, tidak bermutu, karya-karyanya, dan jumlah anaknya pun masih
banyak. Cara hidup kebarat-baratan sperti konsumerisme juga bukan
tindakan yang rasional untuk ditiru, karena berefek pada pemborosan dan
semakin memuncaknya tagiahn kartu kredit.
Dalam melakukan Modernisasi tidak perlu dengan Westernisasi.
Hidup modern dengan menggunakan unsur-usur budaya Barat seperti ilmu
dan teknologi itu tidak berarti bahwa kita melakukan Westernisasi, tetapi
dalam rangka transformasi ilmu dan teknologi.

Globalisasi merupakan suatu media penyebaran budaya, tidak hanya


penyebaran westernisasi, dan modernisasi saja, tetapi juga budaya-budaya
lain yang tidak harus berasal dari Negara barat. Contohnya dengan adanya
islamisasi, islamisasi di Indonesia berkembang sangat cepat karena adanya
globalisasi. Cara berpikir islam pun tidak hanya mengutamakan rasional saja,
tetapi juga sangat memperhatikan unsure irrasional, bahwa ada kekuatan
lain yang lebih tinggi dari manusia yang mengatur alam semesta ini. Cra

berpikir modern yang rasional tidak mampu menggambarkan adanya


kenyataan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai